More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
Aksiologi pengetahuan 2
1. osted on December 28, 2010 | Leave a comment
1.
Pendahuluan
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan.
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru
karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai netralitas
pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan
nilai. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang
didasarkan pada keterikatan nilai?
Bagian dari filsafat pengetahuan membicarakan tentang ontologis, epistomologis dan
aksiologi. Dalam kajian aksiologi ilmu membicarakan untuk apa dan untuk siapa. Aksiologi
adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi
merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan,
dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya
dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhirakhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di
jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya
dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan
menimbulkan bencana.
Pamor Aksiologi sebagai salah satu bidang kajian filsafat ternyata belum mendapat tempat
yang layak bagi para ilmuan dan filsuf ilmu, khususnya dalam kajian filsafat Ilmu. Selama
ini, yang sering mendapat perhatian adalah aspek Ontologis dan Epistemologis ilmu.
2.
Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau
wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Menurut Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu :
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu
etika
2. Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan
3. Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial
politik.
2. Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia,
maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan
manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau
dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang
melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman
keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
3.
Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilainilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak
tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta.
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian;
kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu
memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang
akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh
berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan
antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang
ilmuan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat
idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik
penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia
hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan
baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif.
4.
Nilai
a.
Karakteristik Nilai
1)
Bersifat abstrak; merupakan kualitas
2)
Inheren pada objek
3)
Bipolaritas yaitu baik/buruk, indah/jelek, benar/salah.
4)
Bersifat hirarkhis; Nilai kesenangan, nilai vital, nilai kerohanian, nilai kekudusan.
Menurut Ensyclopedia of Philosophy : aksiologi disamakan dengan value and valuation yang
terdiri 3 bentuk:
1)
Nilai (baik, menarik dan bagus) lebih luas (kewajiban, kebenaran dan kesucian)
2)
Nilai sebagai kata benda konkret
3)
Nilai sebagai kata kerja (menilai, memberi nilai, dinilai)
3. Berikut adalah beberapa contoh dari hakikat nilai dilihat dari anggapan atau pendapatnya:
1)
Nilai berasal dari kehendak, Voluntarisme.
2)
Nilai berasal dari kesenangan, Hedonisme
3)
Nilai berasal dari kepentingan.
4)
Nilai berasal dari hal yang lebih disukai (preference).
5)
Nilai berasal dari kehendak rasio murni.
b.
Kriteria Nilai
Standar pengujian nilai dipengaruhi aspek psikologis dan logis.
1) Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam kuantitas kesenangan yang dijabarkan
oleh individu atau masyarakat.
2)
Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria.
3)
Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolok ukur.
5.
Penilaian dalam Aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika
adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral.
Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan
salah-satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa
Sokrates dan para kaum shopis. Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan,
keadilan dan sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz
Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaranajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini
sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat
manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau
perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari
etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia
lakukan.
Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab
terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu,
hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan moral
yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme
menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia itu
sendiri adalah kebahagiaan.
4. Selanjutnya utilitarisme, yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan
kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau
melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi, adalah pemikiran
tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik
dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara terbatas
atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh
kehendak manusia.
Sementara itu, cabang lain dari aksiologi, yakni estetika. Estetika merupakan bidang studi
manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa
didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis
dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang
indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai
kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang
senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bangun pagi, matahari memancarkan
sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasaakan kenikmatan. Meskipun
sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat.
Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya
memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap
merupakan perasaan.
6.
Aksiologi Filsafat Ilmu
Untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita
dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem
ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah
kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenarannya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk
petunjuk dalam menjalani kehidupan.
Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila
masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari
cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana
maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu
biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
7.
Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
5. Proses ilmu pengetahuan menjadi teknologi yang dimanfaatkan oleh masyarakat tidak
terlepas dari ilmuwan. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan
pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuwan
serta masalah bebas nilai. Fungsi ilmuwan tidak berhenti pada penelaah dan keilmuwan
secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuwannya sampai dan
dapat dimanfaatkan masyarakat.
Ilmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan kepada masyarakat dalam
bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan
perspektif yang benar, untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang
objektif dapat dimungkinkan.
Dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini
masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari. Dalam hal ini,
berbeda dengan menghadapi masyarakat, ilmuwan yang elitis dan esoteric, dia harus
berbicara dengan bahasa yang dapat dicerna oleh orang awam. Untuk itu ilmuwan bukan saja
mengandalkan pengetahuannya dan daya analisisnya namun juga integritas kepribadiannya.
Seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan
teliti. Seorang ilmuwan tidak menolak dan menerima sesuatu secara begitu saja tanpa
pemikiran yang cermat. Disinilah kelebihan seorang ilmuwan dibandingkan dengan cara
berpikir orang awam. Kelebihan seorang ilmuwan dalam berpikir secara teratur dan cermat.
Inilah yang menyebabkan dia mempunyai tanggung jawab sosial. Dia mesti berbicara kepada
masyarakat sekiranya ia mengetahui bahwa berpikir mereka keliru, dan apa yang membikin
mereka keliru, dan yang lebih penting lagi harga apa yang harus dibayar untuk kekeliruan itu.
Dibidang etika tanggung jawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi memberi informasi namun
memberi contoh. Dia harus tampil di depan bagaimana caranya bersifat objektif, terbuka,
menerima kritikan, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap
benar dan berani mengakui kesalahan. Tugas seorang ilmuwan harus menjelaskan hasil
penelitiannya sejernih mungkin atas dasar rasionalitas dan metodologis yang tepat.
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penelitian atau penemuannya
dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan bangsanya
sendiri. Sejarah telah mencatat para ilmuwan bangkti dan bersikap terhadap politik
pemerintahnya yang menurut anggapan mereka melanggar asas-asas kemanusiaan.
Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat dipakau untuk kemasalahan
manusia atau sebaliknya dapat pula disalah gunakan. Untuk itulah tanggung jawab ilmuwan
haruslah ”dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis dan
tanggung jawab moral.
8.
Penutup
Jika Ilmu Pengetahuan Tertentu dikaji dari ketiga aspek (ontologi, epistemologi dan
aksiologi), maka perlu mempelajari esensi atau hakikat yaitu inti atau hal yang pokok atau
intisari atau dasar atau kenyataan yang benar dari ilmu tersebut.
Contohnya :
6. Membangun Filsafat Teknologi Pendidikan perlu menelusuri dari aspek :
Ontologi
Pendidikan.
- eksistensi (keberadaan) dan essensi (keberartian) ilmu-lmu Teknologi
Epistemologi
- metode yang digunakan untuk membuktikan kebenaran
ilmu-ilmu Teknologi Pendidikan.
Aksiologi
-
manfaat dari ilmu Teknologi Pendidikan.
Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam
penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi
bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan
sebaik-baiknya. Dalam filsafat penerapan teknologi meninjaunya dari segi aksiologi
keilmuwan.
Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilainilai. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
9.
Pustaka
Ahmad Tafsir, filsafat ilmu, (Bandung: Rosdakarya), 2006
Baktiar, Amsal, Filsafat Ilmu. (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2004
Masri Elmasyar Bidin , MA, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, (Jakarta: UIN
Jakarta Press)
Salam, Burhanudin.. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rineka Cipta),
1997
Susriasumantri, Jujun S.. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.(Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan) 1987
TIM, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 1995
http://ganjureducation.wordpress.com/2010/12/28/aksiologi-ilmu-pengetahuan/