Dokumen tersebut membahas tentang cara mengatasi kebiasaan berbohong pada anak, dengan menjelaskan beberapa alasan umum mengapa anak berbohong, dan memberikan 10 jurus untuk meminimalisir kebiasaan tersebut. Jurus-jurus tersebut antara lain dengan memahami alasan anak berbohong, tidak langsung menuduh atau menghukum, memberikan sanksi yang sesuai, mempererat hubungan dengan anak, serta menyalurkan kreativitas an
Jurus ampuh hypnosis anak beserta cara mengatasinya
1. Jurus Ampuh Hypnosis Anak Beserta Cara Mengatasi
BERBOHONG
Berbohong pada anak-anak kadang dirasakan sebagai hal yang lucu karena
anak-anak, khususnya di bawah 5 tahun, masih menggunakan alam imajinasinya.
Namun jika seorang anak memiliki alam imajinasi yang sangat tinggi, sehingga
kebohongannya sudah sangat mengada-ada, maka perlu ada tindak lanjut dari
orang tua untuk mengatasinya. Jangan dibiarkan demi alasan untuk memberikan-
nya kesempatan meningkatkan kreativitas. Anak akan belajar bahwa dengan
melakukan hal seperti ini, dan tidak ada yang menegurnya, dia menjadi sangat
menikmati kebohongan imajinatifnya itu. Misalnya dia mengatakan bahwa ada
ikan hiu yang hijrah dari laut kemudian hidup di danau tawar. Sebagai orang
dewasa, kita dengan segera dapat menyadari bahwa kata-kata anak itu adalah suatu
kebohongan.
A. Alasan Anak Berbohong
Biasanya anak-anak berbohong untuk berbagai macam alasan yaitu:
1. Berbohong untuk menarik simpati dan perhatian
“Ayahku sangat kuat, dia bisa menggendong aku dan kakakku sekaligus
di pundaknya,” ujar Nia. Rudi tidak mau kalah dan berkata, “Ayahku lebih
kuat, dia bisa mengangkat dua buah mobil!”. Orang tua atau guru yang
mendengar perlu meluruskan anak yang terlalu berlebihan dalam
menanggapi pernyataan temannya dengan berkata, “Boleh ceritakan kepada
ibu bagaimana cara ayah mengangkat mobil-mobil itu?”
2. 2. Berbohong untuk melindungi teman
Samuel mengatakan kepada ibunya bahwa dia telah menghabiskan
semua ke di dalam kotak kue. Padahal dia membaginya bersama beberapa
orang kawannya. Dia khawatir jika mereka tidak dibagi, dia tidak akan
dipinjami play station. Perlu diajarkan kepada anak bahwa dia sudah
melakukan hal yang benar, berbagi kepada temannya. Karena dia tidak perlu
takut untuk berkata jujur. Dia seharusnya bangga kepada dirinya sendiri.
3. Berbohong karena meniru orang tua
Anak akan melihat orang tua berbohong, misalnya ketika seorang
pengemis meminta sedekah, orang tua berkata, “Bilangin aja lagi gak ada
uang!” Padahal dia tahu ayah dan ibunya masih menyimpan sejumlah uang.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam contoh ini. Pertama, anak
mengetahui bahwa orang tuanya berbohong. Kedua, orang tua menyuruh
anak berbohong kepada orang lain. Setelah memberikan contoh yang tidak
baik, orang tua menyuruh anak melakukannya. Sungguh suatu sukap yang
buruk. Sikap ini mengajarkan anak agar tidak menghargai suatu kejujuran.
Anda tentu masih ingat nasihat orang tua saat kita kecil agar kita menjadi
orang yang jujur. Ketika mendidik dan memotivasi seorang anak untuk
menjadi orang jujur itu sangat baik. Dengan bersikap jujur, kita akan di
percaya orang, di sayang orang tua, bahkan dikasihi oleh Tuhan. Lalu,
bagaimana orang tua bisa menasihati anak untuk jujur sedangkan orang tua
sendiri tidak jujur dalam kehidupan pribadinya. Anda mengajarkan jujur
tetapi anda sendiri berbohong.
4. Berbohong untuk menghindari sesuatu
3. Jika anak jelas-jelas membantah tidak melakukan sesuatu yang
sebenarnya dia lakukan, mungkin dia sengaja berbohong dan mengarang
cerita agar terhindar dari hukuman akibat kesalahan yang dilakukannya.
Sebaiknya orang tua mencoba mengevaluasi diri karena anak mungkin
berusaha menghindari hukuman fisik yang bisa jadi sering diterapkan orang
tua. Atau, mungkin juga anak terpaksa berbohong karena menghindari kritik
atau cemoohan yang akan diterimanya jika dia melakukan kesalahan.
5. Berbohong untuk mengkhayal pada usia tertentu
Anak mengembangkan kemampuan berpikir secara abstrak. Hal ini
biasanya dialami anak usia 4 tahun. Bila tiba-tiba anak mulai bercerita kalau
dia melihat monster, peri, atau hal-hal lain yang tidak masuk akal, mungkin
dia sedang mengembangkan kemampuan berimajinasinya.
Kemampuan ini penting karena anak perlu memiliki kemampuan
berpikir abstrak. Ketika anak berfantasi dengan ceritanya, berikanlah
tanggapan positif sambil menjelaskan gambaran yang sebenarnya. Misalnya
anak bercerita bahwa dia melihat seekor ular yang bisa terbang. Bagi orang
dewasa, tentunya ini hanyalah cerita fiktif yang dibuat-buat. Tetapi
tanggapan positif yang harus diungkapkan adalah dengan meluruskan dan
menjelaskan bahwa ular yang ada tidak bisa terbang karena ular tidak
memiliki sayap.
6. Berbohong terhadap perasaannya
Sering terjadi, orang tua bereaksi spontan saat melihat anaknya terjatuh.
Mereka berkata, “Oh, tidak apa-apa! Anak pintar, enggak sakit kok! Jangan
nangis yah!” Menurut saya, dalam hal ini secara tidak langsung si anak
diajarkan dan dilatih untuk dapat “berbohong”, menutup-nutupi perasaanya
4. hanya karena suatu kepentingan, yaitu supaya tidak menangis. Alangkah
lebih baiknya, demi mengajarkan kejujuran kepada anak, orang tua berkata,
“Jangan nagis ya, sakit itu wajar. Nanti kita obati agar lekas sembuh.”
B. Cara Mengatasi Anak yang Berbohong
Inilah jurus untuk menghadapi dan menghilangkan kebiasaan anak berbohong:
1. Sebagai orang tua kita dituntut untuk bijaksana. Bila kita mendapati anak
berbohong, kita tidak boleh langsung marah-marah, mengadili anak dengan
berbagai macam konsep dosa dan neraka. Sebaiknya lakukan pendekatan
kepada anak dengan hati-hati dan bersahabat. Jangan pernah menakut-nakuti
anak ketika dia berbohong karena akan menimbulkan trauma baru baginya.
2. Cari tahu benarkah anak berbohong dan untuk apa dia berbohong. Tidak
perlu marah, bersikap menyelidik, menghakimi atau mengancam. Jika anak
merasa terancam, lain waktu dia tidak akan mengaku, bahkan akan berusaha
mengarang kebohongan lain. Walaupun kadar anak berbohong masih
terbilang ringan, orang tua sebaiknya menyikapi hal itu sebagai
“peringatan”. Sekecil apapun kebohongan anak, orang tua harus mencari
tahu penyebabnya.
3. Pahamilah mengapa anak berbohong. Kita sebagai orang tua harus belajar
jujur kepada diri sendiri bahwa saat kita masih kecil dulu, tidak ada diantara
kita orang tua yang tidak pernah melakukan kebohongan. Jika saat
menemukan anak kita melakukan kebohongan, janganlah terlalu panic
sehingga hilang kesabaran dan lain-lain. Cobalah kita mengintrospeksi diri
agar kita bisa memahami hal-hal berikut ini:
5. a. Jangan-jangan anak berbohong karena mereka takut kepada kita sebagai
orang tua. Perlu orang tua ketahui bahwa kadang-kadang anak berbohong
karena takut kepada kita yang memiliki sikap yang terlalu keras, kejam
dan kasar. Sikap orang tua yang terlalu keras dapat menimbulkan rasa
takut kepada anak. Selanjutnya anak tidak berani mengatakan kebenaran,
karena anak tahu persis bila mengatakan apa yang sungguh-sungguh
terjadi orang tua akan memarahinya, mencacinya, bahkan memukulnya.
Untuk menghindari risiko yang akan diterimanya, maka anak memilih
berbohong.
b. Jangan-jangan anak berbohong karena dia tahu bahwa orang tuanya tidak
akan memenuhi permintaannya. Kadang-kadang anak tergoda untuk
melakukan kebohongan karena dia tahu dengan persis bahwa orang
tuanya tidak akan memenuhi permintaannya. Kadang-kadang anak juga
ingin sekali bersantai dengan teman-temannya, namun orang tua selalu
memaksa anak untuk belajar dan belajar. Tidak heran, anak yang tahu
orang tuanya akan melarangnya, memilih berbohong dengan berkata
bahwa dia ke rumah temannya untuk belajar.
c. Jangan-jangan anak berbohong karena ingin membela diri/ membenarkan
tindakannya. Anak-anak, apalagi mereka yang sudah menginjak usia
remaja, ingin bisa membela diri tatkala mereka gagal atau keliru.
Biasanya si anak tidak mau langsung dipersalahkan, tidak mau langsung
dituduh keliru, tidak mau langsung dianggap lemah sehingga mulailah
mereka berbohong.
Jika anak berbohong, beri pengertian kepada anak bahwa perilaku
berbohongnya tidak disukai dan dapat berakibat buruk bagi dirinya dan
6. orang lain. Berikan penjelasan singkat bahwa jika dia berbohong akan
membuat orang-orang/ teman-teman disekelilingnya tidak akan percaya
lagi kepadanya bahkan akan menjauhinya..
4. Kebohongan yang tidak bertujuan negative tidak perlu diberi hukuman.
Contoh kasusnya misalnya karena anak sedang berfantasi. Pada usia tertentu
anak sangat asyik dengan dunianya yang penuh imajinasi. Kadang-kadang
dia tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.
Misalnya, dia bercerita tentang malaikat yang mengajaknya terbang ke
langit.
5. Sesuaikan sanksi dengan perbuatan. Bila kita menemukan bukti anak telah
melakukan kebohongan, jangan interogasi mereka demi mencari pengakuan.
Tindakan orang tua seperti ini akan membuat anak semakin pintar untuk
berbohong. Bila fakta sudah kita temukan langsung, kemukakan fakta yang
Anda temukan itu dan kita tidak perlu menunggunya mengaku.
Selanjutnya sesuaikan sanksi kita dengan perbuatannya. Marilah kita ingat
jangan sampai sanksi itu berlebihan, seperti dengan berteriak-teriak,
memukuli anak. Bila sanksi yang berlebihan diterima anak, anak nantinya
lebih ingin berbohong, karena egonya. Jadi sanksi yang sesuai dan yang
layak itu pada akhirnya akan membuat si anak sadar, untuk tidak melakukan
tindakan itu di kemudian hari.
Yang paling penting adalah si anak akhirnya harus belajar dan tahu bahwa
dia tidak perlu berbohong, karena memiliki orang tua yang sangat
mengasihinya dan siap mendukungnya. Hukuman baru diberikan jika kadar
dan akibat kebohongannya benar-benar parah. Namun, jangan menghukum
dengan hukuman fisik. Berikan hukuman yang mendidik misalnya berupa
7. hukuman sosial, atau dengan memutus beberapa fasilitas anak. Contohnya,
dengan memberlakukan larangan menonton acara televise kesukaannya atau
memberikan tugas membersihkan kamar tidur.
6. Kebiasaan berbohong pada anak dapat dikurangi dengan mempererat
hubungan antara orang tua dan anak. Jika anak dekat dengan orang tua, dia
akan bersikap lebih terbuka sehingga ada rasa saling mempercayai dan
menghargai. Jadi, luangkan waktu kita untuk bersama anak-anak. Bangunlah
rasa aman. Buatlah anak kita merasa nyaman di dekat kita walapun dia telah
melakukan kesalahan. Tanpa bukti yang jelas, jangan pernah menuduh anak
berbohong. Hal ini penting sekali sebab menyangkut kepercayaan.
Anak-anak membutuhkan kepercayaan dari orang tuanya. Bila anak-anak
tidak mendapatkan kepercayaan orang tua, bahkan dituduh berbohong tanpa
adanya bukti, hal seperti ini akan sangat melukai hati anak. Bila tuduhan
tanpa bukti ini sering terjadi, selanjutnya anak akan menolak untuk
berkomunikasi dengan orang tuanya. Akhirnya inilah yang sering terjadi,
kebuntuan komunikasi antara anak dan orang tua.
Pada awalnya motif orang tua sesungguhnya ingin membangun kepribadian
anak dengan mengajarkan kejujuran. Akan tetapi yang terjadi adalah anak
menjadi terluka hatinya sehingga menganggap orang tuanya tidak layak
diajak berkomunikasi dengan penuh kasih.
7. Salurkan kreativitas dan kemampuan imajinasi anak untuk kegiatan-kegiatan
positif. Misalnya bermain sandiwara, menulis cerita, menggambar bebas,
dan lain-lain.
8. Cobalah menginstropeksi diri. Apakah kita sebagai orang tua selama ini
terlalu keras kepadanya? Apakah selama ini kita sudah memberinya cukup
8. kebebasan? Cukup uang saku, cukup kasih sayang, dan cukup perlindungan?
Kalau kita belum melakukan kewajiban kita sebagai orang tua dengan
bijaksana, sebaiknya kita duduk merenung dan berdo’a meminta kepada
Tuhan agar kita bisa lebih bijaksana dan sanggup melihat kebohonganyang
dilakukan anak dengan prespektif dan tindakan, serta terapi yang tepat.
9. Lakukan dengan teknik chair therapy atau dengan puppet mastery.
10.Gunakan walk the talk.