1. DIGITAL NE WS PA PER
KECELAKAAN KA
CERMIN MASYARAKAT
hal
Spirit Baru Jawa Timur
surabaya.tribunnews.com
surya.co.id
2
| KAMIS, 12 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman
edisi pagi
PEMILU UANG PALSU
SURYA Online - Menghadapi Pemilihan
Umum (Pemilu) 2014 yang tentunya
membutuhkan banyak dana karena pasti
akan banyak praktik-praktik politik
uang, pemalsuan uang diprediksi bakal
kian marak. Jadi tidak hanya Pemilu
legislatif dan Pemilu Presiden, tetapi
juga marak Pemilu Uang Palsu karena
membagikan yang haram saja susah
apalagi membagikan yang halal.
Tertangkapnya sindikat peredaran
Uang Palsu (Upal) oleh Unit Jatanras
Ditreskrimum Polda Jatim, menjadi
bukti bahwa Upal marak beredar di
masyarakat menjelang Pemilu. “Polisi
masih melakukan penyidikan terkait
peredaran Upal pasca-tertangkapnya
dua tersangka itu,” kata Kasubbid Pen
Mas Polda Jatim Kompol R Bambang.
Berdasarkan laporan masyarakat,
Polda Jatim menangkap Slamet Riyadi
(45) warga Kecamatan Kartoharjo dan
Muji Suryanto (46) warga Kec. Delopo,
Kabupaten Madiun. Mereka adalah
jaringan pengedar Upal lintas provinsi.
Hasil penyidikan pihak kepolisian,
dua pelaku ini mengedarkan Upal
terkait kepentingan ekonomi. “Motif
mereka untuk ke arah sana (kebutuhan
politik uang) masih kita dalami,” kata
Bambang dan menambahkan bahwa
saat ini polisi masih mengejar jaringan
di atas dua orang ini, yakni seseorang
bernama Edy.
Tersangka Muji, menurut dia,
menerima uang dari Edy yang sekarang
masih buron, empat kali. Mereka
transaksi di Jawa Tengah. Pertama awal
Oktober, Edy menyerahkan uang palsu
Rp 200.000 sebagai contoh. Kemudian
pertengahan Oktober dia memberikan
50 lembar uang pecahan Rp100.000.
Uang tersebut ditukar dengan uang asli
sebesar Rp 2,5 juta.
Akhir Oktober 2013, keduanya
bertemu lagi dan bertransaksi upal
sebesar Rp 35 juta dan ditukar dengan
uang asli Rp15 juta. Terakhir, November, Muji menerima uang palsu dari Edy
sebesar Rp10 juta. Muji menjual Upal
kepada Slamet. Kadang juga diedarkan
ke pembeli lain. Dia memakai sistem
Rp1 juta uang asli ditukar dengan Rp
2,5 juta uang palsu,” katanya.
Momentum besar lainnya yang dijadikan peluang untuk mengedarkan Upal
adalah menjelang Hari Natal dan Tahun
Baru. Deputi Direktur Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Purwokerto, Rahmat
Hernowo, mengimbau masyarakat untuk
mewaspadai hal tersebut.
“Uang palsu yang saat ini beredar
masih dalam batas normal, artinya ada
tetapi masih seperti sebelumnya, belum
join facebook.com/suryaonline
ada indikasi peningkatan,” katanya.
Kendati demikian, waspadai setiap
menjelang momentum besar karena
sering dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mencari keuntungan dengan
mengedarkan Upal.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya
bersama seluruh perbankan yang ada
di Kabupaten Banyumas terus berupaya
menyosialisasikan cara mengenali uang
asli kepada masyarakat, salah satunya
melalui kegiatan “Pencanangan Bersih Rupiah dan Gerakan Indonesia Menabung”.
“Kami berikan pemahaman mengenai
uang rupiah aslinya. Jadi nanti kalau
ada uang rupiah palsu di sini, masyarakat bisa langsung tahu,” ujarnya seraya
menambahkan bahwa dalam kegiatan
itu Bank Indonesia bersama perbankan
lain melayani penukaran uang yang
telah lusuh dengan uang yang masih
baru. “Kami menyediakan dana sekitar
Rp1 miliar untuk melayani penukaran
ini,” ujarnya.
“Kami langsung datang ke pasar,
karena berdasarkan penelitian tempat
yang paling banyak uang lusuhnya adalah pasar. Kami mengajak teller-teller
perbankan berinteraksi langsung dengan
masyarakat, sehingga mereka tahu
informasi apa yang mereka perlukan
tentang rupiah. Kami menyediakan
dana sekitar Rp1 miliar untuk melayani
penukaran ini,” katanya.
Dalam kegiatan ini, Bank Indonesia
(BI) juga mensosialisasikan gerakan
menabung kepada masyarakat agar
mereka yang selama ini belum pernah
berhubungan dengan perbankan, bisa
mulai menjalin kemitraan dengan
perbankan.
Kantor Perwakilan BI di Jogjakarta
juga mengimbau masyarakat setempat
tetap mewaspadai potensi peredaran
Upal menjelang Pemilu 2014. “Tahun ini
saat gencar-gencarnya kampanye men-
jelang Pemilu sehingga juga diprediksi
rawan potensi pemalsuan uang,” kata
Deputi Kepala Perwakilan BI Daerah
Istimewa Jogjakarta (DIJ), Causa Imam
Karana.
Dia menyarankan kepada masyarakat
DIJ agar terus mempraktikkan prinsip
yang selalu disosialisasikan oleh BI, yakni 3 D - diraba, dilihat, diterawang pada
setiap pecahan uang yang diterima.
“Kami selalu meningkatkan pengawasan bekerja sama dengan pihak
kepolisian apalagi menjelang Pemilu
2014, dan mendorong masyarakat luas
untuk selalu menerapkan prinsip 3D
setiap menerima uang tunai,” katanya.
Meskipun telah gencar disosialisasikan, prinsip 3D masih belum optimal
dipraktekkan oleh masyarakat, sebagian
karena terburu-buru atau malas, padahal metode tersebut bukan hal yang
sulit bagi masyarakat awam.
Beredar di Sentra Aktivitas
Menurut Causa, potensi terjadinya
pertukaran uang palsu tersebut
biasanya di sentra-sentra aktivitas
masyarakat, seperti pertokoan, pasar
dan tempat-tempat ramai lainnya.
Peredaran Upal biasanya rawan
terjadi menjelang hari-hari besar yang
dapat berpotensi memicu peningkatan
transaksi ekonomi masyarakat.
Potensi peredaran Upal di DIJ saja,
katanya, meningkat 67 persen pada
2012 menjadi 1.310 dibanding Tahun
2011 yang hanya tercatat 432 lembar.
“Rata-rata pemalsuan uang Tahun 2011
dilakukan pada pecahan Rp 50.000 dan
Rp100.000, sedangkan pada 2012 paling
banyak pada pecahan Rp 50.000,”
katanya.
Di Sulawesi Selatan sepanjang 2013,
BI menemukan peredaran ribuan lembar
Upal. Selama periode Januari-September, peredaran Upal mencapai 1.318
lembar dengan total nilai Rp 90,61 juta.
Pecahan upal paling banyak ditemukan
adalah Rp 50.000 (776 lembar) senilai
Rp 38,8 juta.
Disusul kemudian pecahan Rp100.000
(513 lembar) dengan total Rp 51,3
juta, pecahan Rp 20.000 (23 lembar)
senilai Rp 460.000, pecahan Rp10.000
(4 lembar) dan pecahan Rp 5.000 (2
lembar).
Menurut pengamat Ekonomi dari
Universitas Hasanuddin Hamid Paddu,
era yang serba terbuka seperti sekarang
ini memicu kemungkinan adanya kriminalitas dalam ekonomi, termasuk Upal.
Karena itu, koordinasi antara otoritas
moneter (BI) dengan pihak kepolisian
harus ditingkatkan untuk meminimalisir
peluang peredaran Upal.
Kepala Perwakilan BI Wilayah I,
Sulampua Suhaedi menyebutkan,
beberapa tahun terakhir, persentase
peredaran Upal mengalami penurunan.
Ini mengindikasikan bahwa masyarakat
semakin bisa memahami ciri-ciri
keaslian uang. Namun, meski temuan
Upal mengalami penurunan, pihaknya
mengharapkan masyarakat mampu
mengenali ciri-ciri keaslian uang dengan
langkah 3D dan menyarankan agar
melakukan transaksi non tunai.
“Sebenarnya peredaran uang
palsu tidak terpola. Dalam artian tidak
mengenal momen, sehingga untuk
menghindarinya bisa ditempuh dengan
melakukan transaksi non tunai, misal
transfer atau debit,” ujarnya.
Di Bandung dua pelaku pemalsuan
uang Muzaki dan Rudayat, ditangkap
petugas Polsek Babakan Ciparay.
Keduanya terbukti membuat dan mengedarkan uang palsu, pecahan Rp 5.000,
Rp 50.000, dan Rp 100.000. Dalam
aksinya, kedua tersangka ini membagi
peran. Muzaki bertugas mengedit dan
mencetak Upal, sedang Rudayat sebagai
pemberi modal, sekaligus pengedar.
“Mereka sudah enam bulan beraksi,
Upal yang berhasil diedarkan sudah
Rp 20 juta,” ujar Kapolsek Babakan
Ciparay Kompol Harli Hardiaman. “Dari
tangan tersangka, kami juga menyita
Upal berbagai nominal yang totalnya
Rp10 juta, dua printer, alat sablon,
kertas, dan barang lainnya,” katanya.
Di Solo, aksi penyebaran upal
pecahan Rp 50.000 berhasil digagalkan
teller Bank BNI Cabang Slamet Riyadi.
Modus yang digunakan, Upal tersebut
dikirimkan seorang nasabah ke rekening
seseorang. Hanya saja, si teller merasa
ada yang aneh dengan uang satu juta
yang hendak ditransfer ke rekening
Mitha Amalia itu. (joe/antara)
follow @portalsurya
2. 2
KAMIS, 12 DESEMBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com
CERMIN MASYARAKAT
SURYA Online - Kecelekaan
kereta api kembali menghiasi
tangis Bangsa Indonesia. Tujuh
nyawa melayang dan puluhan
lainnya cedera, ketika KRL
Commuter Line tujuan Tanah
Abang bertabrakan dengan
truk tangki milik Pertamina
yang mengangkut 24.000 liter
premium, di perlintasan kereta
api Pondok Betung, Jakarta
Selatan.
Memang sampai saat tulisan
ini dibuat, belum ada keterangan dari pihak berwenang
tentang penyebab pasti
terjadinya kecelakaan maut
Senin (9/12/2013), pukul 11.20
WIB itu, karena penyelidikan
sedang berlangsung. Namun
apakah musibah itu akibat
palang pintu yang terlambat diturunkan ataukah karena sopir
mobil tangki menerobos palang
pintu, tetap saja penyebabnya
adalah kecerobohan manusia.
Lepas dari siapa yang
salah dan siapa yang benar,
kecelakaan angkutan massal ini
merupakan salah satu cermin
kehidupan masyarakat kita,
bahwa tidak ada yang disiplin
dan tidak ada yang perhatian
terhadap lingkungan apalagi
sesama. Kita bisa liat di triffic
light, apalagi di perlintasan
kereta api, pasti banyak
kendaraan yang tidak sabar dan
tidak disiplin. Saling serobot,
bahkan memakan badan jalan
orang lain. Tingkat pemikiran
dan tingkat kesadaran manusia
Indonesia sudah merosot,
apalagi moralnya. Kondisi
ini perlu menjadi introspeksi
semua pihak dan Pemerintah
terutama dalam menjalankan
program dan melaksanakan
amanah rakyat.
Seorang penumpang, Wisnu
Brata mengutip keterangan
saksi mata yang tidak bersedia
disebutkan namanya, bahwa
kereta menabrak truk tangki
bahan bakar yang melintasi
palang sesaat sebelum kereta
lewat. “Palang telat ditutup
dan truk sudah telanjur masuk
di rel ketika kereta nabrak,”
katanya.
Namun Manajer Komunikasi PT
KCJ Eva Chairunisa mengatakan,
petugas penjaga palang pintu
di pelintasan Betung, Bintaro,
sudah menjalankan tugasnya
dengan baik. Petugas tidak
terlambat menutup palang pintu
saat truk tangki menerobos
hingga tertabrak KRL.
Saksi lain yang ditanyai
Wisnu, Rozak, tukang ojek yang
mangkal di dekat lokasi kecelakaan menyatakan, palang
kereta di Pondok Betung itu
tidak cukup panjang sehingga
masih ada bagian yang terbuka
meski palang ditutup. “Selain
itu, nutupnya tadi juga enggak
sampai bawah.”
Di Stasiun Rawabuntu,
menurut Wisnu, kereta berhenti
sebentar mengambil penumpang. Selepas Stasiun Pondok
Ranji, kereta melaju kencang.
Namun, beberapa saat kemudian
terasa kereta melambat karena
direm, dan tiba-tiba tergoncang
disertai bunyi tabrakan. Beberapa penumpang yang berdiri
terjatuh.
Awalnya semua penumpang
tenang. Ada yang mengeluh karena dikira kereta mati listrik.
Memang begitu berhenti, listrik
dalam kereta padam. Kepanikan terjadi karena dari luar
jendela kereta, warga sekitar
berteriak-teriak, “Ada api...
keluar... kereta terbakar!”
“Penumpang menjadi panik
dan berusaha membuka pintu.
Namun, pintu tak bisa dibuka.
Jendela pun tertutup rapat.
Saya memandang sekeliling,
mencari palu yang biasa
terdapat dalam bus-bus untuk
memecah jendela. Barang itu
juga tidak ada. Penumpang
makin panik. Beberapa anak
menangis,” ujar Wisnu.
Akhirnya jendela bisa dibuka
dengan digeser ke atas. Orangorang pun memanjatnya,
tetapi gamang untuk meloncat
karena lumayan tinggi dari
tanah yang ditutupi batu di
luar rel. Setelah didorong
dari belakang, orang-orang
pun mulai berloncatan. “Saya
termasuk yang meloncat keluar
meski belum paham apa yang
sebenarnya terjadi.”
Seorang penumpang cedera
yang dirawat di RSP Pertamina,
Iska Andini mengisahkan,
dia kaget mendengar bunyi
benturan keras yang disusul
oleh sebuah ledakan dan
kemudian panik ketika gerbong
tempat dia berada gelap gulita
serta dipenuhi asap. “Entah
bagaimana saya bisa berlari
menyelamatkan diri.”
Penumpang lainnya, Susi
Relawati yang dirawat di RS
Fatmawati menceriterakan
bahwa dia mencari pintu tetapi
tidak bisa dibuka. Kemudian
dia lari ke gerbong tiga yang
juga pintunya tidak bisa
dibuka. “Saya sempat menginjak penumpang lain, lalu ada
jendela yang sudah dipecahkan
orang sebelumnya, maka saya
loncat keluar dan dibantu warga dibawa ke tempat yang agak
join facebook.com/suryaonline
tinggi,” ujarnya. Korban
lainnya, Felicia, remaja berusia
belasan tahun tampak syok.
Ketika ditanya kejadiannya dia
hanya mengangguk-angguk,
namun tidak berbicara. Dia
kemudian diangkut ke ambulans PMI Jakarta Timur.
Para korban dievakusi ke
beberapa rumah sakit antara
lain RS Suyoto di Jl Veteran,
Jakarta Selatan, RSP Pertamina
di Jl Kiai Maja di Kebayoran
Baru dan RS Fatmawati di Jl RS
Fatmawati, Jaksel.
Kereta jurusan SerpongTanah Abang ini sebelumnya
mengalami kerusakan AC
sehingga terlambat berangkat
dari seharusnya pk.10.38 WIB
menjadi pukul 10.50 WIB dari
Stasiun Sudimara.
Menurut Kahumas Daop
1 PT KAI Jakarta, Sukendar
Mulya, tabrakan yang terjadi
di sekitar perlintasan Pondok
Betung antara Stasiun Pondok
Ranji dan Kebayoran Lama
itu menewaskan masinis KRL,
Darman Prasetyo dan teknisi
Sofyan Hadi. Saat evakuasi
korban, ada satu jenazah lagi
dalam keadaan gosong.
Dijadikan Pelajaran
Tentu saja kecelakaan
ini memprihatinkan banyak
kalangan, karena 26 tahun
lalu tabrakan maut serupa
terjadi di lokasi yang hampir
sama (Sudimara) manakala
dua kereta KA255 jurusan
Rangkasbitung - Jakarta dan KA
220 cepat jurusan Tanahabang
- Merak yang melaju dari dua
arah berlawanan bertabrakan
akibat kelalaian manusia.
Hasil penyelidikan atas
tragedi 19 Oktober 1987 itu
menunjukkan adanya kelalaian
petugas Stasiun Sudimara yang
memberikan sinyal aman bagi
kereta api dari arah Rangkasbitung. Padahal tidak ada
pernyataan aman dari Stasiun
Kebayoran. Hal ini dilakukan
karena penuhnya jalur di
Stasiun Sudimara.
Tragedi Bintaro yang terjadi
persis pada jam sibuk orang
berangkat kantor itu merupakan
kecelakaan terdahsyat dan
terburuk dalam sejarah perkereta-apian di Indonesia, karena
menelan 156 korban jiwa dan
mencederai 300 orang lainnya.
Terkait tabrakan maut di Pondok Betung tersebut, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono berduka dan mendoakan lewat akun
twitternya, “Semoga keluarga
korban diberi ketabahan.”
Presiden mengaku sudah
menghubungi Menteri Perhubungan EE Mangindaan
untuk membantu semua
korban. “Beban keluarga korban
harus diringankan. Saya masih
menunggu investigasi dari KNKT.
Ini akan jadi pembelajaran bagi
kita untuk menghindari kejadian
yang sama agar tidak terulang
kembali,” kata Presiden.
Menurut pihak PT KAI,
kecelakaan itu akibat kesalahan pengemudi truk yang tidak
mematuhi peraturan. Sopir disebut tak menghiraukan bunyi
tanda peringatan di pelintasan
Pondok Betung. Palang pintu
sudah bergerak turun, tapi
geraknya lambat dan kemungkinan truk menerobos hingga
tertabrak kereta.
PT Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) menanggung
asuransi korban tewas dan
korban luka-luka. Untuk korban
tewas, santunan sebesar Rp
25 juta akan diberikan oleh PT
Jasa Raharja dan Rp 40 juta
oleh PT Jasa Raharja Putera.
Korban luka akan mendapatkan
santunan maksimal Rp10 juta
dari PT Jasa Raharja dan
maksimal Rp 30 juta dari PT
Jasa Raharja Putera.
Selasa (10/12/2013) siang,
menurut Kepala Stasiun Serpong, Dede Drajat Juarsa, KRL
Serpong-Tn.Abang sudah mulai
bisa dioperasikan karena jalur
kereta telah diperbaiki, kabel
di atas rel sudah diganti. Hanya
saja KRL baru bisa berjalan di
satu jalur dan saat di lokasi
kecepatan hanya berkisar 10
km/jam.
Hasil pantauan di dalam
KRL yang sudah beroperasi
menunjukkan, gerbong kereta
masih sepi dari penumpang.
Seorang penumpang yang ditemui di gerbong khusus wanita,
Meta mengaku awalnya takut
naik KRL setelah tabrakan itu,
tetapi ketika diberitahu bahwa
perjalanan aman, dia merasa
tenang karena menurutnya
kereta adalah transportasi yang
murah dan cepat.
Kepala Stasiun Palmerah,
Santika mengatakan, sedianya
terdapat 33 perjalanan KRL
jurusan Serpong, Parung
Panjang, dan Maja. Menurut
dia, para penumpang sudah
mengetahui dan menduga
masih adanya pembatalan rute
kereta api, mungkin memilih
menggunakan alat transportasi
massal lainnya.
Menurut Gubernur DKI
Joko Widodo, kecelakaan di
perlintasan seperti di Pondok
Betung tak perlu terjadi jika
saja jalur kereta dibangun
melayang (flyover) ataupun di
bawah tanah (underpass). “Ini
sudah terlambat, tapi tetap
akan kita buat seperti itu,”
kata Gubernur.
Kecelakaan di perlintasan
kereta api, katanya, seringkali
disebabkan karena banyaknya
angkot yang mengetem di
sekitar lokasi. Sehingga lalu lintas menjadi tersendat saat KRL
akan melintas. Petyugas lalu
lintaslah yang harus menertibkan sekitar lokasi perlintasan.
Meski Dirut Pertamina, Karen
Agustiawan menyebut tabrakan
maut ini adalah musibah, tetapi bukan tidak mungkin tragedi
tersebut bisa dicegah apabila
semua pihak mematuhi aturan
yang berlaku, pengguna jalan
raya mematuhi disiplin dan
rambu-rambu berlalu-lintas,
seluruh jajaran KAI termasuk
penjaga pintu perlintasan juga
memenuhi protap yang sudah
ditentukan. (joe/antara)
follow @portalsurya