SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 27
Peter Giarso

KATETERISASI URETRA
Pendahuluan

 penggunaan alat kateter yang berbentuk tabung
  berbahan latex, polyurethane atau silicon yang
  dimasukkan ke dalam buli-buli melalui uretra

 Indwelling dan intermitten
INDIKASI
(diagnostik dan terapi)


 Diagnostik
   Spesimen urin yang tidak terkontaminasi (wanita)
   Monitoring urin output
   Pencitraan traktus urinarius (sistouretrografi)
INDIKASI
(diagnostik dan terapi)

Terapi
   Obstruksi intra vesikal (prostat, koagulasi, striktur,
      inflamasi)
     Drainage buli pada bedah traktus urinarius bawah
     Kateterisasi buli intermiten pada pasien dengan neurogenic
      bladder dysfunction
     Sebagai stent post op anastomosis
     Induksi persalinan (pematangan serviks)
KONTRAINDIKASI

 Cedera pada uretra
  pastikan dengan uretrografi retrograde pd kasus
  trauma pelvis

 Kontraindikasi relatif lain:
  striktur uretra,
  riwayat operasi uretra atau buli-buli,
  pasien tidak kooperatif.
UKURAN


 Skala French (Fr) (ukuran lingkaran dalam millimeter).
 1 Fr = 0.33 mm dalam diameter.
 Kateter no 18 Fr diameternya adalah 6 mm.
  Berdasarkan ukuran keliling luarnya, bukan diameter
  lumen.
JENIS KATETER




•Gambar A-C, biasanya disebut kateter Robinson
•Kateter sekali pakai (straight catheterization).
•Tersedia lubang multiple,
•Untuk wanita tersedia kateter yang lebih pendek
JENIS KATETER




•Coudé catheters, (gambar D),
•dibuat khusus untuk pembesaran prostat
(lengkung anatomis dan elevasi leher buli-
buli)
JENIS KATETER




•Self retaining (gambar E-G), kateter Pezzer dan
Malecot
• Setelah dipasang pada operasi terbuka, kateter
tetap terpasang karena berongga.
•Keuntungan : drainase dengan menggunakan
lumen tunggal (tanpa balon), sehingga cocok
untuk sistostomi atau nefrostomi.
JENIS KATETER




•Kateter foley (gambar H-I) untuk penggunakan jangka
panjang.
•Mekanisme balon pada ujung distalnya.
•Kateter two way (untuk balon dan lubang besar untuk
drainase urin).
•Kateter three way (untuk menggembungkan balon,
satu lubang untuk memasukkan cairan irigasi, dan
lubang besar untuk drainase urin)
UKURAN


 Perlu diingat: ukuran diameter ≠ ukuran lumen


 Kateter tanpa balon (seperti Malecot) > kateter
  dengan balon dengan ukuran diameter yang sama.
 Kateter two way > daripada kateter three way dengan
  ukuran diameter yang sama
Folley Kateter
Kilasan Anatomi
               Uretra pria relatif terfiksir pada
                  diafragma urogenital
                 Traksi ke bawah pada penis
                  akan melipat uretra
                 Uretra normal + 20 cm dari
                  OUE ke bladder neck
                 Uretra posterior pars
                  prostatica sepanjang + 3,5 cm
                 Diafragma urogenital (external
                  sphincter) – uretra pars
                  membranasea berada 4 cm
                  dari bladder neck
Alat-alat
TEKNIK

 Jelaskan prosedur, keuntungan, resiko,
  komplikasi dan alternatif kepada pasien atau
  keluarga pasien
 Pasien dalam posisi supine di tempat tidur
  dengan daerah genitalia terbuka
 Buka peralatan dan tempatkan di atas duk steril
ANESTESI

 Topical anestesi dengan penggunaan lidocaine
  gel 2%.
 Untuk memasukkan, pegang penis dan tarik,
  tempatkan ujung sediaan pada meatus, dan
  secara gentle berikan tekanan kontinyu pada
  sediaan
Retraksi kulit luar dengan tangan kiri
Bersihkan glans dengan antiseptik
Masukkan lidocain lubrikan kedalam uretra
Masukkan kateter ke dalam uretra dan kembangkan balon untuk fiksasi
Amankan tube kateter ke paha pasien
PERAWATAN SELANJUTNYA

 Urin inisial maksimal dibuang 750 cc. Di klem, tunggu
    20-30 menit.(mencegah syok)
   Selang kateter jangan sampai terlipat di bawah
    tungkai pasien
   Kateter difiksasi di daerah tungkai bawah, atau di
    daerah perut.
   Kemungkinan penis ereksi, sisakan bbrp cm sebelum
    difiksasi.
   Perawatan harian menggunakan air dan sabun
   Perawatan setelah buang air besar
PERAWATAN SELANJUTNYA

 Salep antibiotik tidak digunakan lagi
 Kantung urin dapat dibersihkan atau diganti. Gunakan
  cairan klorin, atau cuka dan air (2:3). Dikeringkan 20
  menit.
 Perawatan kateter lurus. Gunakan larutan atiseptik
  seperti betadin. Kateter Robinson (karet) harus
  direbus tiap hari, atau dibersihkan dengan larutan
  asam cuka.
TROUBLESHOOTING
Pada BPH
 hambatan kira-kira terjadi setelah kateter masuk 16-20 cm.
 Gunakan coude kateter atau kateter nomor besar (20-24 Fr)
 Kateter ukuran kecil mempunyai kecenderungan tertekuk.

 Pada pasien fimosis berat atau stenosis meatus, bila kateter
  tidak dapat masuk diperlukan konsul urologis.

Resiko pemasangan kateter, hal-hal yang dapat terjadi:
 Balon bisa pecah, bila hal ini terjadi kateter harus diganti
 Balon tidak bisa mengembang
 Urin tidak mengalir. Periksa posisi kateter dan kantung urin,
  kemungkinan obstruksi atau kink.
TROUBLESHOOTING
KOMPLIKASI
ISK

 Kateter meningkatkan morbiditas dan mortalitas
 Resiko tinggi adalah usia tua, diabetes mellitus, gangguan
  ginjal, dan penyakit yang mengancam nyawa.
 Pencegahan: menghindari pamasangan kateter dan
  pelepasan secepat mungkin.
 Penggunaan antibiotic profilaksis tidak ada gunanya dan
  meningkatkan pertumbuhan resistensi kuman.

 Komplikasi lain termasik parafimosis dan trauma buli-buli
  dan ureter
Terima Kasih

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Perawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidananPerawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidananGita Kostania
 
klimakterium dan menopause
klimakterium dan menopauseklimakterium dan menopause
klimakterium dan menopauseBidan Briiviian
 
Kepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidananKepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidanannessimeilan
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
 
9. Askep Intranatal Kala IV & Partograf.pptx
9. Askep Intranatal Kala IV & Partograf.pptx9. Askep Intranatal Kala IV & Partograf.pptx
9. Askep Intranatal Kala IV & Partograf.pptxAstriYuliaSariLubis1
 
Fitriani pemasangan infus
Fitriani pemasangan infusFitriani pemasangan infus
Fitriani pemasangan infusChiyapuri
 
12. pengkajian fetal -
12. pengkajian fetal -12. pengkajian fetal -
12. pengkajian fetal -Devi Narti
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalHendrik Sutopo
 
Dokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidananDokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidananIrfa Kartini
 
Copy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilanCopy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilanSofie Krisnadi
 
Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalErinda Rinawati
 
Pemeriksaan panggul luar
Pemeriksaan panggul luarPemeriksaan panggul luar
Pemeriksaan panggul luarRiska Ramadhana
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiDokter Tekno
 

Mais procurados (20)

Perawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidananPerawatan luka dalam praktek kebidanan
Perawatan luka dalam praktek kebidanan
 
Pemasangan infus
Pemasangan infusPemasangan infus
Pemasangan infus
 
klimakterium dan menopause
klimakterium dan menopauseklimakterium dan menopause
klimakterium dan menopause
 
Kepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidananKepemimpinan konsep kebidanan
Kepemimpinan konsep kebidanan
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 
9. Askep Intranatal Kala IV & Partograf.pptx
9. Askep Intranatal Kala IV & Partograf.pptx9. Askep Intranatal Kala IV & Partograf.pptx
9. Askep Intranatal Kala IV & Partograf.pptx
 
Fitriani pemasangan infus
Fitriani pemasangan infusFitriani pemasangan infus
Fitriani pemasangan infus
 
Soal soal ukom
Soal   soal ukomSoal   soal ukom
Soal soal ukom
 
Menopause
Menopause Menopause
Menopause
 
12. pengkajian fetal -
12. pengkajian fetal -12. pengkajian fetal -
12. pengkajian fetal -
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan Normal
 
Patient Safety 3
Patient Safety 3Patient Safety 3
Patient Safety 3
 
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
Menjahit Luka Dengan Bermacam Teknik
 
Dokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidananDokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidanan
 
Copy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilanCopy of isk pada kehamilan
Copy of isk pada kehamilan
 
Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan Neonatal
 
06 partograf
06 partograf06 partograf
06 partograf
 
Pemeriksaan panggul luar
Pemeriksaan panggul luarPemeriksaan panggul luar
Pemeriksaan panggul luar
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
 
Pemasangan ngt
Pemasangan ngtPemasangan ngt
Pemasangan ngt
 

Destaque (14)

teknik pemasangan Kateter
teknik pemasangan Kateterteknik pemasangan Kateter
teknik pemasangan Kateter
 
Cairan elekrolit
Cairan elekrolitCairan elekrolit
Cairan elekrolit
 
Peningkatan kinerja bidan
Peningkatan kinerja bidanPeningkatan kinerja bidan
Peningkatan kinerja bidan
 
PENGKATETERAN ( Catheterazation )
PENGKATETERAN ( Catheterazation )PENGKATETERAN ( Catheterazation )
PENGKATETERAN ( Catheterazation )
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri
 
PENGAIRAN PUNDI KENCING (BLADDER IRRIGATION)
PENGAIRAN PUNDI KENCING (BLADDER IRRIGATION)PENGAIRAN PUNDI KENCING (BLADDER IRRIGATION)
PENGAIRAN PUNDI KENCING (BLADDER IRRIGATION)
 
PENGKATETARAN
PENGKATETARANPENGKATETARAN
PENGKATETARAN
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
 
Femoral hernia - Groin swellings
Femoral hernia - Groin swellingsFemoral hernia - Groin swellings
Femoral hernia - Groin swellings
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
 
Manajemen stres
Manajemen stresManajemen stres
Manajemen stres
 
ROM
ROMROM
ROM
 
Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 

Semelhante a Kateterisasi Uretra

Ilmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptx
Ilmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptxIlmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptx
Ilmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptxVelronezTampubolon1
 
Retensi urin
Retensi urinRetensi urin
Retensi urinankdutgha
 
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asDr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asMuhammad Nugroho
 
Batu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TOBatu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TOHospital
 
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-asLangit Biru
 
perawatan-kateter-urine_sosialisasi.pptx
perawatan-kateter-urine_sosialisasi.pptxperawatan-kateter-urine_sosialisasi.pptx
perawatan-kateter-urine_sosialisasi.pptxulya67
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Fransiska Oktafiani
 
wsd-150403114231-conversion-gate01 (1).pptx
wsd-150403114231-conversion-gate01 (1).pptxwsd-150403114231-conversion-gate01 (1).pptx
wsd-150403114231-conversion-gate01 (1).pptxAuliaRezha2
 
T tabung cholangiogram
T tabung cholangiogramT tabung cholangiogram
T tabung cholangiogramDwi Adhianto
 
04 perdarahan pasca persalinan
04 perdarahan pasca persalinan04 perdarahan pasca persalinan
04 perdarahan pasca persalinanJoni Iswanto
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptxAskep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptxJoniSiahaan
 

Semelhante a Kateterisasi Uretra (20)

KATETERISASI_URINE.pptx
KATETERISASI_URINE.pptxKATETERISASI_URINE.pptx
KATETERISASI_URINE.pptx
 
Kateter urin.pptx
Kateter urin.pptxKateter urin.pptx
Kateter urin.pptx
 
Ilmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptx
Ilmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptxIlmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptx
Ilmiah Urologi 22-28 November 2021d.pptx
 
Retensi urin
Retensi urinRetensi urin
Retensi urin
 
Askep bph
Askep bphAskep bph
Askep bph
 
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asDr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
 
Batu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TOBatu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TO
 
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
 
perawatan-kateter-urine_sosialisasi.pptx
perawatan-kateter-urine_sosialisasi.pptxperawatan-kateter-urine_sosialisasi.pptx
perawatan-kateter-urine_sosialisasi.pptx
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
 
wsd-150403114231-conversion-gate01 (1).pptx
wsd-150403114231-conversion-gate01 (1).pptxwsd-150403114231-conversion-gate01 (1).pptx
wsd-150403114231-conversion-gate01 (1).pptx
 
T tabung cholangiogram
T tabung cholangiogramT tabung cholangiogram
T tabung cholangiogram
 
Wsd
WsdWsd
Wsd
 
816b_gastrostomy.pptx
816b_gastrostomy.pptx816b_gastrostomy.pptx
816b_gastrostomy.pptx
 
Post Op TURP
Post Op TURPPost Op TURP
Post Op TURP
 
04 perdarahan pasca persalinan
04 perdarahan pasca persalinan04 perdarahan pasca persalinan
04 perdarahan pasca persalinan
 
Access vena
Access venaAccess vena
Access vena
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptxAskep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
Askep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).pptx
 
Post operasi wsd KABUPATEN MUNA
Post operasi wsd KABUPATEN MUNAPost operasi wsd KABUPATEN MUNA
Post operasi wsd KABUPATEN MUNA
 
Post operasi wsd
Post operasi wsdPost operasi wsd
Post operasi wsd
 

Mais de Peter Giarso

Selective management of flail chest and pulmonary contusion
Selective management of flail chest and pulmonary contusionSelective management of flail chest and pulmonary contusion
Selective management of flail chest and pulmonary contusionPeter Giarso
 
Vascular injury in pelvic trauma
Vascular injury in pelvic traumaVascular injury in pelvic trauma
Vascular injury in pelvic traumaPeter Giarso
 
Chamber's Nurse Attendant
Chamber's Nurse AttendantChamber's Nurse Attendant
Chamber's Nurse AttendantPeter Giarso
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikPeter Giarso
 
Decompression sickness
Decompression sicknessDecompression sickness
Decompression sicknessPeter Giarso
 

Mais de Peter Giarso (6)

Selective management of flail chest and pulmonary contusion
Selective management of flail chest and pulmonary contusionSelective management of flail chest and pulmonary contusion
Selective management of flail chest and pulmonary contusion
 
Vascular injury in pelvic trauma
Vascular injury in pelvic traumaVascular injury in pelvic trauma
Vascular injury in pelvic trauma
 
Chamber's Nurse Attendant
Chamber's Nurse AttendantChamber's Nurse Attendant
Chamber's Nurse Attendant
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarik
 
Barotrauma sinus
Barotrauma sinusBarotrauma sinus
Barotrauma sinus
 
Decompression sickness
Decompression sicknessDecompression sickness
Decompression sickness
 

Kateterisasi Uretra

  • 2. Pendahuluan  penggunaan alat kateter yang berbentuk tabung berbahan latex, polyurethane atau silicon yang dimasukkan ke dalam buli-buli melalui uretra  Indwelling dan intermitten
  • 3. INDIKASI (diagnostik dan terapi)  Diagnostik  Spesimen urin yang tidak terkontaminasi (wanita)  Monitoring urin output  Pencitraan traktus urinarius (sistouretrografi)
  • 4. INDIKASI (diagnostik dan terapi) Terapi  Obstruksi intra vesikal (prostat, koagulasi, striktur, inflamasi)  Drainage buli pada bedah traktus urinarius bawah  Kateterisasi buli intermiten pada pasien dengan neurogenic bladder dysfunction  Sebagai stent post op anastomosis  Induksi persalinan (pematangan serviks)
  • 5. KONTRAINDIKASI  Cedera pada uretra pastikan dengan uretrografi retrograde pd kasus trauma pelvis  Kontraindikasi relatif lain: striktur uretra, riwayat operasi uretra atau buli-buli, pasien tidak kooperatif.
  • 6. UKURAN  Skala French (Fr) (ukuran lingkaran dalam millimeter).  1 Fr = 0.33 mm dalam diameter.  Kateter no 18 Fr diameternya adalah 6 mm. Berdasarkan ukuran keliling luarnya, bukan diameter lumen.
  • 7. JENIS KATETER •Gambar A-C, biasanya disebut kateter Robinson •Kateter sekali pakai (straight catheterization). •Tersedia lubang multiple, •Untuk wanita tersedia kateter yang lebih pendek
  • 8. JENIS KATETER •Coudé catheters, (gambar D), •dibuat khusus untuk pembesaran prostat (lengkung anatomis dan elevasi leher buli- buli)
  • 9. JENIS KATETER •Self retaining (gambar E-G), kateter Pezzer dan Malecot • Setelah dipasang pada operasi terbuka, kateter tetap terpasang karena berongga. •Keuntungan : drainase dengan menggunakan lumen tunggal (tanpa balon), sehingga cocok untuk sistostomi atau nefrostomi.
  • 10. JENIS KATETER •Kateter foley (gambar H-I) untuk penggunakan jangka panjang. •Mekanisme balon pada ujung distalnya. •Kateter two way (untuk balon dan lubang besar untuk drainase urin). •Kateter three way (untuk menggembungkan balon, satu lubang untuk memasukkan cairan irigasi, dan lubang besar untuk drainase urin)
  • 11. UKURAN  Perlu diingat: ukuran diameter ≠ ukuran lumen  Kateter tanpa balon (seperti Malecot) > kateter dengan balon dengan ukuran diameter yang sama.  Kateter two way > daripada kateter three way dengan ukuran diameter yang sama
  • 13. Kilasan Anatomi  Uretra pria relatif terfiksir pada diafragma urogenital  Traksi ke bawah pada penis akan melipat uretra  Uretra normal + 20 cm dari OUE ke bladder neck  Uretra posterior pars prostatica sepanjang + 3,5 cm  Diafragma urogenital (external sphincter) – uretra pars membranasea berada 4 cm dari bladder neck
  • 15. TEKNIK  Jelaskan prosedur, keuntungan, resiko, komplikasi dan alternatif kepada pasien atau keluarga pasien  Pasien dalam posisi supine di tempat tidur dengan daerah genitalia terbuka  Buka peralatan dan tempatkan di atas duk steril
  • 16. ANESTESI  Topical anestesi dengan penggunaan lidocaine gel 2%.  Untuk memasukkan, pegang penis dan tarik, tempatkan ujung sediaan pada meatus, dan secara gentle berikan tekanan kontinyu pada sediaan
  • 17. Retraksi kulit luar dengan tangan kiri
  • 19. Masukkan lidocain lubrikan kedalam uretra
  • 20. Masukkan kateter ke dalam uretra dan kembangkan balon untuk fiksasi
  • 21. Amankan tube kateter ke paha pasien
  • 22. PERAWATAN SELANJUTNYA  Urin inisial maksimal dibuang 750 cc. Di klem, tunggu 20-30 menit.(mencegah syok)  Selang kateter jangan sampai terlipat di bawah tungkai pasien  Kateter difiksasi di daerah tungkai bawah, atau di daerah perut.  Kemungkinan penis ereksi, sisakan bbrp cm sebelum difiksasi.  Perawatan harian menggunakan air dan sabun  Perawatan setelah buang air besar
  • 23. PERAWATAN SELANJUTNYA  Salep antibiotik tidak digunakan lagi  Kantung urin dapat dibersihkan atau diganti. Gunakan cairan klorin, atau cuka dan air (2:3). Dikeringkan 20 menit.  Perawatan kateter lurus. Gunakan larutan atiseptik seperti betadin. Kateter Robinson (karet) harus direbus tiap hari, atau dibersihkan dengan larutan asam cuka.
  • 24. TROUBLESHOOTING Pada BPH  hambatan kira-kira terjadi setelah kateter masuk 16-20 cm.  Gunakan coude kateter atau kateter nomor besar (20-24 Fr)  Kateter ukuran kecil mempunyai kecenderungan tertekuk.  Pada pasien fimosis berat atau stenosis meatus, bila kateter tidak dapat masuk diperlukan konsul urologis. Resiko pemasangan kateter, hal-hal yang dapat terjadi:  Balon bisa pecah, bila hal ini terjadi kateter harus diganti  Balon tidak bisa mengembang  Urin tidak mengalir. Periksa posisi kateter dan kantung urin, kemungkinan obstruksi atau kink.
  • 26. KOMPLIKASI ISK  Kateter meningkatkan morbiditas dan mortalitas  Resiko tinggi adalah usia tua, diabetes mellitus, gangguan ginjal, dan penyakit yang mengancam nyawa.  Pencegahan: menghindari pamasangan kateter dan pelepasan secepat mungkin.  Penggunaan antibiotic profilaksis tidak ada gunanya dan meningkatkan pertumbuhan resistensi kuman.  Komplikasi lain termasik parafimosis dan trauma buli-buli dan ureter