Ada tiga poin utama dalam dokumen tersebut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan wisata berkelompok menggunakan bus rombongan, termasuk langkah-langkah awal seperti merekrut peserta, membuat pedoman perjalanan, dan menentukan panitia.
2. Hal penting yang ditekankan adalah fokus pada manusia sebagai pusat kegiatan, bukan pada fasilitas atau peralatan.
3. Pedoman per
2. 2
Bisa jadi, ingin memulai bisnis sendiri yang serius,
atau mungkin karena bisnis yang tengah ditekuni
makin membaik, atau karena desakan perluasan
pasar, hingga menuntut adanya legalitas usaha, dan
upaya pengembangan bisnis yang sungguh-sungguh.
Tentunya, siapapun akan berhadapan dengan
pertanyaan sejenis ini :
“sistem bisnis manakah yang
bakal dipilih dan digunakan
agar mampu mencapai tujuan
dengan selamat.”
3. 3
KOPERASI itu salah satu pilihan sistem
bisnis. Pergi berombongan dengan bus.
Tentu saja ada enak, dan tidaknya. Ada
kelebihan, dan ketipisannya. Manis, dan
sepetnya. Harmoni, dan kadang gaduh.
Leluasa, tapi bisa sumpek. Bisa cepat,
melambat, atau kadang berhenti tanpa
rencana. Fenomena itu dibolehkan, asal
dapat digolongkan sebagai upaya untuk
meraih kesejahteraan bersama.
KOPERASI SEJAHTERA
Siapapun yang ikut, tidak dibedakan.
Tinggi, pendek, gemuk, kerempeng,
putih, gelap, pintar, atau sekedarnya,
boleh bergabung. Satu hal yang jadi
syarat utama adalah bersedia santun,
patuh, berniat wisata ke tempat tujuan,
dan tidak turun di jalan.
Ongkosnya sama, fasilitas serupa, dan
fitur tersedia sewarna. Baiknya pakai
kaos dan celana yang seragam, agar
tidak terlihat wajah yang congkak, atau
yang memelas. Semuanya berupaya
terlihat setara, dan sama bahagianya.
Bedanya cuma sedikit, ada peserta, dan
ada panitianya. Panitia hanya terlihat
sedikit sibuk. Toh, jatah nasi kotaknya
juga sama, koq.
mbecak,
bus rombongan, kereta api, atau mungkin
memilih jalan kaki saja. Itu berbagai pilihan
yang tersedia dengan kompensasi, beserta
konsekuensi yang melekat di setiap pilihan.
SEBETULNYA, I NI SEPERTI
HALNYA I NGI N MELAKUKAN
PERJ ALANAN SAMPAI KE DAERAH
YANG DI HARAPKAN. MI SALNYA,
I NGI N MERENCANAKAN PERGI
BERWI SATA KE SUATU TEMPAT.
BUS
Perjalanan ke tempat tujuan bisa
dilakukan dengan mobil pribadi,
naik motor berdua, bersepeda,
ROMBONGA
N
4. Siapapun dapat menggunakan
moda apapun untuk melakukan
perjalanan ke sebuah tempat.
Ini adalah pilihan yang tersedia.
4
Sebetulnya, berkaitan dengan pergi wisata ke sebuah tempat, ada kesamaan mendasar
di antara beragam pilihan itu. Bus rombongan, mbecak, sepeda, mobil pribadi, truk
tronton, sepeda motor, atau jalan kaki memiliki keserupaan dalam peraihan tujuan.
start
end
sama-sama melalui agenda
perjalanan serupa
sama-sama bisa sukses sampai
ke destinasi akhir wisata
Bus rombongan juga melalui rute jalan
yang serupa. Orang-orang dalam bus
rombongan pun memiliki peluang yang
setara untuk sampai ke tempat tujuan.
5. 5
Jadi, apa alasan penting perlunya pergi wisata dengan bus rombongan? Bukankah lebih
nyaman pergi dengan mobil pribadi? Atau naik motor berdua? Atau santai jalan kaki?
Salah satu, dua, atau lebih pertimbangan mendasar berikut, cukup sesuai dengan kriteria
pergi wisata dengan bus rombongan. Mungkin saja, ini bisa menjadi alasan dini yang
cukup rasional.
nyaman berkelompok
kesulitan tinggi untuk
punya mobil sendiri
gak berani naik motor
jarak jauh
Bila, niat dan semangat diri sudah yakin pada pilihan menggunakan bus rombongan,
langkah paling bijak saat ini adalah segera menyadarkan diri, bahwa pergi wisata dengan
bus rombongan itu barulah sebatas niat. Belum ada orang lain, selain diri sendiri yang
sudah memutuskan bus rombongan adalah pilihan paling rasional. Berikutnya?
gotong royong banget
gak kuat jalan kaki
6. 6
BERPIKIR SEDIKIT
banjir
Memulai rencana pergi wisata dengan bus rombongan,
memang sedikit sulit, tapi sungguh tidak gampang, koq.
Ada beberapa langkah efektif pada tahapan paling awal.
Namanya juga bus rombongan, mustinya ada
serombongan orang yang setuju ikut.
TULARKAN IMPIAN. Gara-gara perginya musti
berombongan, berarti baiknya punya pemikiran
komunitas, atau konsep wilayah dulu. Ini, agak serius,
kayaknya. Memang butuh argumen kuat, bahwa pergi
dengan bus rombongan bisa membuat kehidupan
warga, serta lingkungan jadi lebih baik. Berwisata,
dan gembira berombongan. Bisa mewujudkan impian
indah, bermanfaat bersama, dan kehidupan semakin
bermakna. Itu kehidupan cerdas, kata orang dulu.
MIMPI INDAH. Adalah bagus bila
sudah tersedia gambaran destinasi
akhir wisata. Karena, belum pernah
berada disana, jadi perlu rujukan,
dan mencari upaya teguh untuk
mengembangkan imajinasi.
Betapa indah, penuh manfaat,
sangat berguna bagi warga dan lingkungan, apalagi
ongkosnya tidaklah berlebihan. Itu adalah situasi yang
bisa diraih bila pergi wisata dengan bus rombongan
dilakukan bersama-sama.
imajinasi
TAHA
P A N
Keahlian bermimpi, sekaligus menularkannya pada
orang-orang adalah kebutuhan paling awal. Yakinkan
diri, bahwa telah kian tampak harapan besar yang bisa
diraih dengan pergi berombongan. Ini adalah pilihan
terbijak di antara sedikit pilihan yang tersedia. Pilihan
paling rasional di tengah ancaman dan tekanan akibat
ketidak-seimbangan di bumi. Musti pergi berombongan.
Persoalannya, impian indah itu tidak boleh berlama-
lama dibiarkan. Ibarat menuliskan kalimat puitis pada
hamparan parafin, ada panas sedikit saja, lilin cepat
melumer. Maknanya hilang. Mau bermimpi lagi,
belum tentu bisa. Bila bisa mimpi, belum tentu akan
serupa. Bila serupa, belum tentu indah. Bila indah,
belum tentu berfungsi, dan berguna.
Bisa apa saja argumennya. Sederhana jauh lebih baik,
karena banyak orang sekarang yang lebih minat pada
impian, ketimbang argumen akademis yang cerdas.
7. 7
Makanya, sebelum melumer harus segera ditularkan
pada kepala orang lain. Namun, hati-hati. Impian
indah harus tersampaikan dengan benar, dan utuh.
Impian bisa susut indahnya, bila struktur penceritaan
dan obyek gambarnya tak sesuai posisi. Tak perlu
kuatir berlebihan. Baru sebatas impian, koq.
CARI YANG SAMA. Pemikiran atau konsep itu bisa
didekati dengan mendapatkan kesamaan diantara
banyak perbedaan pada orang-orang yang dituju.
Kesamaan-kesamaan itu adalah ikatan awal. Mungkin
sama-sama merasa mustahil punya mobil, atau belum
pernah naik bus, atau kepengen wisata tapi terbatas
dananya, atau mereka yang tengah bingung pengen
pergi jauh, tapi kemana, ya.
Jangan terlampau naif memberikan
penilaian. Tidak semua hitam itu
tampak gelap. Tidak semua singa
bermakna ancaman. Tidak semua
debu perlu disingkirkan. Pokoknya,
temukan saja orang-orang yang
berhasrat besar pada impian indah.
Orang-orang yang percaya, bahwa
pergi berombongan selalu saja bisa memunculkan
manfaat besar di dalamnya.
Setidaknya, dapatkan dulu orang-orang yang memiliki
kesamaan minat pada impian indah. Ada gairah yang
serupa untuk mewujudkannya.
Lalu, upayakan kesamaan pemahaman, bahwa pergi
dengan bus bukanlah perkara gampang. Bakal susah
payah dalam suka, dan duka. Sama-sama sepakat,
bahwa impian indah menuntut tindakan. Tak ada
impian indah bisa terwujud dengan cuma-cuma.
Perlu bergandengan tangan. Bahu membahu. Ringan
sama dijinjing. Berat? Bisa sewa orang, khan.
Maka, segera temukan sedikitnya 20 (dua puluh)
orang-orang yang setara pikiran, dan hatinya. Tidak
bisa ditawar. Ini sudah menjadi peraturan.
8. 8
KAJI GAGASAN. Bersama ke 20 orang itu, bangun
kesadaran pentingnya gagasan program wisata ini
diwujudkan. Perlu bersumbang saran, eksplorasi ide-
ide, mengkaji fakta-fakta penting, juga membangun,
dan memelihara motivasi. Disini, baru sebatas pada
upaya menegaskan kesamaan persepsi terhadap
impian indah itu.
Setidaknya, diperoleh pembahasan terarah terhadap
pemikiran dan konsep awalnya. Langkah ini sekaligus
untuk menegaskan tujuan, dan impian bersama.
Indah, khan?
Ibarat permainan puzzle, baru pada melihat gambar
utuh, dan pembahasan obyek gambar yang tampak.
Muncul kesamaan, dan kesepakatan mengenai fakta
gambar, dan elemen penceritaan yang akan dituju
peraihannya. Belum membuka kotak, dimana akan
ditemukan ribuan, bahkan jutaan keping puzzle.
INI MANUSIA. Perlu saling mengingatkan, sebelum
melanjutkan kesepakatan penting. Bahwa, ini adalah
pergi wisata berombongan dengan bus. Orang-orang
bergembira mewujudkan impian indah dengan bus
berombongan. Bukannya, bus rombongan membawa
muatan orang-orang ke tempat tujuan.
Manusia, dan persoalannya menjadi perhatian utama.
Selalu berupaya fokus, bahwa kemampuan sosial
orang-orang inilah yang bakal diberdayakan. Mereka
inilah yang menjadi pemilik, sekaligus peserta program
wisata berombongan dengan bus. Mereka adalah
penentu seluruh agenda perjalanan, dan pengambil
keputusan untuk mewujudkan impian indah.
Jadi, bukan fokus pada bus, kaos seragam, nasi kotak,
atau tempat istirahat. Ini bukanlah persoalan bus,
fasilitas, dan fiturnya yang perlu diadakan kualitasnya.
Fasilitas memadai memang bagus, namun bukan itu
yang akan diutamakan. Nasi kotak dengan menu super
lezat memang menggairahkan, namun bukan itu yang
butuh dipentingkan. Pikiran, dan hati para peserta
yang akan diakomodasi, dan difasilitasi terlebih dahulu.
9. 9
TAHA
P A N
BERPIKIR SEDIKIT
untuk
kebijakan
Tidak pantas berlama-lama mengagumi, dan memuji
impian indah. Calon rombongan sudah sepantasnya
diajak bertindak. Jangan terlampau jauh mengambil
tindakan. Mulailah dari yang terpokok.
BUKU PETUNJUK. Perjalanan akan lebih terarah,
bila didasarkan pada pedoman. Pergi berombongan
ini unik. Arah tujuan, syarat dan ketentuan peserta,
agenda perjalanan, iuran pokok dan iuran wajib, hak
dan kewenangan, sanksi dan denda, fasilitas dan fitur,
doorprize, dana sejahtera, serta ketentuan lain boleh
diusulkan setiap calon peserta. Lalu, dibahas, dan
disepakati. Ini penting, agar selalu ada kesempatan
menemukan harmonisasi, bila saja nantinya muncul
kegaduhan.
Tidaklah sulit membuat pedoman bersama yang
biasa disebut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga. Bisa mengikuti panduan dari UU 17 Tahun
2012 Tentang Perkoperasian.
Jangan menganggap remeh keberadaannya. Buku
petunjuk ini dibuat, dan disepakati, bukan sekedar
formalitas. Harus dapat digunakan sebagai peta, bila
kehilangan arah. Bisa menjadi petunjuk ditengah
kebingungan. Bisa menjadi penegas keputusan, bila
situasi menekan.
Selama perjalanan, situasinya tidak semulus, dan tak
seleluasa yang diharapkan. Banyak kepala, beragam
keinginan, berbeda suara, apalagi isi hati. Cuaca yang
tenang, bisa mendadak mengancam. Kejadian seperti
ini, baiknya bisa ditenangkan kembali dengan acuan
buku petunjuk. Bersiaplan dengannya.
Beragam kasus pelik terjadi pada banyak rombongan.
Peserta, dan panitianya tidak mengindahkan koridor
yang telah disepakati dalam buku petunjuk. Peserta
saling berebut tempat duduk, nasi kotak tidak sesuai
menu, laporan keuangan tidak mudah dibuktikan
akuntabilitasnya, arah bus menyimpang dari tujuan,
bus kerap mogok kehabisan bensin, peserta ingin bus
berhenti tak sesuai jadual, serta kasus lainnya.
10. 10
PANITIA. Pergi wisata tidak mewajibkan seluruh
calon peserta merencanakan, dan mengatur agenda
kegiatan. Cukup pilih 3 saja dari calon peserta untuk
bekerja sebagai panitia. Banyak panitia, jadi banyak
rapat. Sering rapat, perlu nasi kotak. Keliru nasi
kotak, malah jadi gaduh. Kalau gaduh, impian bisa
hilang lagi.
Panitia wisata wajib berperilaku jujur, amanah,
tidak pilih kasih, menjunjung asas kekeluargaan,
serta mau menjaga transparansi dan akuntabilitas.
Mereka itu harus mau memegang, membuka, dan
mengkaji buku petunjuk. Mereka adalah peserta
yang selalu bersedia menghantarkan semangat
rombongan mewujudkan impian indah yang telah
dipahat rapi dalam buku petunjuk.
Sekali lagi, panitia tidak perlu banyak-banyak. Makin
banyak cenderung semakin beragam pilihan putusan,
bahkan perintah. Ini bisa mengganggu ketenangan
peserta wisata. Mungkin saja malah membuyarkan
impian indah peserta. Jadi, cukup 3 saja. Ketua,
sekertaris, dan bendahara. Cukup!
Panitia tidak harus pintar. Tidak perlu ganteng, tapi
boleh juga kalau ada yang cantik. Tidak musti banyak
harta. Tidak butuh yang ngutil. Tidak butuh yang
gemar bergunjing. Tidak boleh yang rakus, apalagi
hobi sembunyikan nasi kotak. Lagi, duh!
Memilih panitia yang tepat memang bukan urusan
gampang. Kerap berhadapan dengan situasi rikuh,
gak enak perasaan, atau malah takut pada sosok
peserta tertentu. Jadi, tolong hilangkan beragam
prasangka negatip.
11. 11
TAHA
P A N
BERPIKIR SEDIKIT
beragam
tindakan
Orang bijak bilang, berpikir sedikit, banyak bertindak.
Makan cukup, banyak bekerja. Hemat bicara, tekun
mendengar. Memandang sekedarnya, lebih fokus
memperhatikan. Memelihara keinginan, dahulukan
sabar. Tak silau pada aset, utamakan ekuitas.
TINDAKAN AWAL. Panitia yang bertiga membahas
pekerjaan apa saja yang bakal segera diambil. Kira-
kira garis besar yang perlu dilakukan adalah :
a. Melakukan pemetaan dan analisa terhadap fakta
dan data yang telah diperoleh pada tahapan kaji
gagasan. Munculkan gagasan besar yang dapat
diterima dan disepakati semua peserta.
b. Menetapkan program, dan kegiatan sesuai dengan
gagasan besarnya untuk kerja jangka pendek.
c. Membuat rincian, dan teknis setiap kegiatan, agar
para peserta segera tergerak, dan mudah untuk
terlibat pada tindakan.
d. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
e. Menguatkan kelembagaan dengan mendaftarkan
legalitas usaha ke notaris.
Di awal periode, adalah bijak menetapkan aktivitas
yang mudah, dan ringan agar terjangkau oleh para
peserta. Sewa bus, jadual perjalanan, agenda
kegiatan, perbekalan, pengumpulan iuran, syarat dan
ketentuan kegiatan, ijin kegiatan, serta sedikit waktu
untuk menjelaskan program, dan kegiatan kepada para
peserta sebelum jadual berangkat. Adalah penting
semua peserta tahu, dan paham teknis kegiatan.
PERIKSA LAGI. Panitia perlu beranggapan, bahwa tak
semua peserta telah memahami program, maupun
kegiatan di dalamnya, apalagi rincian, serta teknisnya.
Maka, perlu didekati satu per satu untuk diperiksa
sampai sejauh mana kesadaran, dan pemahamannya.
Pergi wisata berombongan dengan bus akan dimulai.
Bus sudah dipanaskan mesinnya. Perbekalan dijalan
sudah dihitung kebutuhannya. Kaos seragam sudah
siap dibagikan. Jangan sampai ada peserta yang
masih tertinggal dengan alasan lupa, tidak ada surat
pemberitahuan, belum melingkari kalender, ataupun
meleset pesan komunikasinya.
12. 12
20/80. Panitia perlu memahami, apalagi di periode
awal ini, bahwa sesungguhnya dalam serombongan
orang-orang itu, hanyalah sebagian kecil saja yang
akan aktif berpikir, dan bertindak. Hanya sedikit saja
peserta yang nantinya bergairah, antusias, kemudian
segera bertindak. Jangan-jangan, di antara panitianya
yang tiga itu, hanya satu saja yang berpikir, dan juga
bertindak mentuntaskan tanggung jawab. Kedua
panitia lainnya, sibuk mencari alasan bahwa dirinya
terbelenggu kesibukan.
Hukum alam memang begitu. Di Eropa dikenal sebagai
pareto principle. Dalam serombongan orang-orang,
hanya ada 20% nya yang aktif terlibat menggerakkan
rombongan dengan menghasilkan 80% produktifitas.
20 untuk 80. Bukan berarti musti kecewa pada 80%
peserta lain. Namun, pengelolaan rombongan musti
fokus pada ke 20% orang-orang aktif itu. Berikanlah
kesempatan kepada mereka untuk memperoleh
manfaat yang lebih, ketimbang pada peserta lainnya
yang sibuk dengan kesibukan berbeda. Alam memang
begitu mengaturnya. Manusia patut ambil hikmahnya.
Koperasi itu memang
berombongan. Enaknya disitu.
Terkadang, sedihnya juga
disitu. Di periode awal penuh
dengan gairah, simpati, dan
mimpi indah. Diselingi beda
pendapat, kegamangan, kesal,
serta ketidakpastian. Harga
diri terkadang terancam.
Namanya juga berombongan.
Baiknya percaya, bahwa selalu
muncul manfaat besar, ketika
pergi berombongan. Juga
percaya, bahwa pasti ada 20%
orang-orang yang siap
mendorong bus. Haaah!
Busnya sudah berangkat apa
belum, sih?
pere_sumbada@yahoo.com