3. Pendahuluan
Gambaran pasien dengan :
perdarahan oro-nasal,anemia,LED meningkat
hepatosplenomegali,trombositopenia,
viskositas serum meningkat,tulang normal,dan
dominan limfoid pada BM
Ditemukan protein abnormal pada serum
Dikenal sebagai Waldenstrom´s
macroglobulinemia (WM).
3
4. Definisi WM
Gambaran patologi klinis akibat proliferasi
limfosit B yang menunjukkan proses maturasi
menjadi sel plasma dengan gambaran BM
yang khas berupa infiltrasi limpoplasmasitik
dan sintesis IgM monoklonal
Gangguan sel B yang ditandai dengan
produksi IgM yang dapat menyebabkan
komplikasi hiperviskositas, perdarahan, dan
neuropati perifer
4
5. Klasifikasi WM
Klasifikasi Kiel : lymphoma of Ig-secreting cell
REAL /WHO : Lymphoplasmacytic lymphoma
(LPL) / Waldenstrom´s macroglobulinemia
Konsensus Workshop Internasional Kedua
WM : infiltrasi LPL pada sumsum tulang dan
gamopati monoklonal IgM.
5
6. Epidemiologi & Etiologi WM
Epidemiologi :
Insiden 1,7 / juta org/tahun pada wanita
Insiden 3,4 / juta org/tahun pada pria
Meningkat seiring usia ,sering usia 71 tahun,
rentang usia 38-91 tahun
Etiologi : sebagian besar tidak diketahui dan
diduga ada faktor genetik
6
7. Faktor Risiko WM
IgM-MGUS sebelumnya
Riwayat keluarga dengan WM atau keganasan
sel B lainnya
Faktor Imunologi
7
8. Patofisiologi WM
Sel limfoplasmasitoid memproduksi IgM
dalam jumlah besar sehingga menimbulkan
makroglobulinemia.
Terjadi hiperviskositas dan volume plasma
meningkat
Menyebabkan gejala susunan saraf
pusat,gangguan perdarahan,krioglobulin dan
sindrom Raynaud
8
9. Gambaran Klinis WM
Akibat infiltrasi tumor :
Gejala konstitusional
Sitopenia
Organomegali
Infiltrasi paru,usus,dan kulit
Akibat protein monoklonal:
Hiperviskositas
Krioglobulinemia
Amiloidosis
Phenomena autoimun
Nepropati
9
11. Laboratorium
Pemeriksaan darah
HDT normokromik normositik dan formasi
rouleaux
MCV meningkat
Hb rendah
Leukosit dan trombosit bisa normal
LED meningkat
Trombin Time memanjang
11
12. Laboratorium
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Infiltrasi sumsum tulang dengan populasi sel
limfoplasmasitik yg ditandai limfosit kecil
dengan plasmasitoid dan sel plasma matur
Pola infiltrasi sumsum tulang :
difuse,interstitial dan nodular
12
18. Pemeriksaan Viskositas Serum
Dengan Viscometer
Timbul karena akumulasi protein IgM pada
darah
Menimbulkan kelainan
perdarahan,kelelahan,sakit
kepala,infeksi,vertigo,gangguan
penglihatan,dimensia
Memerlukan plasmapheresis
18
21. Pemeriksaan Imaging
CT scan : menunjukkan nodus yang
membesar pada 40% kasus
MRI : menentukan lokasi limfoma
21
22. Pemeriksaan Imunofenotiping
Untuk identifikasi Limposit B
Ekspresi CD19,CD20,CD22,CD79,FMC7
Ekspresi CD5,CD10,dan CD 23 hanya pada
10-20% kasus
22
23. Pemeriksaan Sitogenetika
Kelainan Jumlah dan Struktur
Kelainan Jumlah : kromosom
17,18,19,20,21,22,X dan Y
Kelainan struktural : del 6q
23
25. Kriteria Diagnosis WM
Adanya protein monoklonal IgM
Infiltrasi sumsum tulang oleh limfosit kecil
yang menunjukkan plasmasitoid/diferensiasi
sel plasma
Pola inter-trabecular sumsum tulang
Imunophenotipe:
sIgM+,CD5±,CD10,CD19+,CD20+,CD23,CD25+,CD27+,FMC7+,CD103-,CD138-.
25
34. Deposit IgM di jaringan
Kulit : bullous skin disease
Deposit pada dermis : macroglobulinemia cutis
GI : pada lamina propria atau submucosa
Keterlibatan ginjal kurang dibanding MM karena
jumlah rantai ringan yg disekresi lewat urine kurang
dan faktor hiperkalsemia tidak ada
Amiloidosis = gangguan sistemik akibat deposisi
amiloid protein pada jaringan (terjadi
neprotik,hepatomegali,CHF,neuropati dll)
peripheral neurophathy= evaluasi antimyelinasscociated glycoprotein,antigangliocides M1, dan
antisulfatide IgM antibodies
34
37. Sindrom Hiperviskositas
Akumulasi protein IgM dalam jumlah besar pada
darah. Protein ini menyebabkan darah menjadi
kental dan aliran darah terganggu.
Ketika darah terlalu kental maka akan
menyulitkan darah melalui pembuluh darah yang
kecil dan menyebakan sirkulasi darah yang jelek
Terjadi pada 10-30% WM
Pasien dengan IgM serum > 50 g/L meningkatkan
risiko mengalami sindrom hiperviskositas
37
39. Viskositas
jarang muncul gejala bila viskositas serum/plasma 3cP
cP=centipoise
poise secara umum dinyatakan dalam
CGS(centimeter-gram-second)
Viskositas air pada suhu 20 C adalah 1,002 cP
Viskositas dihitung dengan mengukur waktu cairan
untuk mengalir dengan jarak yang telah ditentukan
sepanjang tube
Reference range : < 1,8 cP
Sampel : 2-5 ml
39
40. Sel
Limfoplasmasitoid (dominan limfosit kecil)
Limfoplasmasitik ( campuran limfosit kecil dan
sel plasma)
Polymorphous (campuran populasi sel yg
terdiri dari limfosit kecil,sel plasma, dan sel
blast)
Plasmacytoid lymphocytes= cell with
abundant basophilic cytoplasm but
lymphocyte-like nuclei).
40
41. BM
Interstitial infiltrasi = as generalized marrow
involvement but with sparing of normal
hematopoesis and marrow architecture
Diffuse pattern= confluent area of infiltration
with a loss of hematopoietic element and fat
spaces.
Focal infiltration = indicated foci of infiltration
separated by normal residual hematopoietic
element
41
43. Krioglobulin
Krioglobulin adalah globulin abnormal yang
ditandai oleh perubahan menjadi bentuk
gelatin atau mengalami presipitasi pada suhu
dingin
Prinsip : serum dimasukkan ke dalam tabung
reaksi , kemudian didinginkan pada suhu 2-8C
selama 24 jam. Gel atau kekeruhan yang
terjadi dianggap positif.
Bahan : serum 2 ml
43
44. Siapkan 2 tabung reaksi , masukkan masing 1
ml serum
Beri tanda pada tabung pasien dan kontrol
Tutup kedua tabung tersebut dengan parafilm
Letakkan tabung pasien ke dalam lemari
pendingin 2-8 C selama 24 jam dan tabung
kontrol pada suhu kamar
Penilaian : Bila keruh pada tabung pasien dan
tabung kontrol negatif berarti krioglobulin
positif
44
45. Krioglobulinemia
Ambil darah 10-20 ml yang dikumpulkan pada tabung
prewarmed 37 C.
Sampel dijaga pada temperatur ini sampai satu jam hingga
membeku.
Kemudian serum dipisahkan dengan centrifuging warm
selama 10 menit pada 2500 rpm
Setelah pemisahan , serum diinkubasi dengan 4 C selama 7
hari. Setiap hari dilihat apakah ada kriopresipitat.
Jika positif maka konsentrasi krioglobulinemia dapat diukur
dengan metode pengukuran of the packed volume of
prepitate (cryocrit) dan spectrofotometric menentukan
konsentrasi protein
45
46. Russel bodies and dutcher bodies
akumulasi imunoglobulin pseudonuclear atau
sitoplasmik pada sel plasma
46
47. Protein Bence Jones urin
Protein Bence Jones Urin adalah
imunoglobulin rantai ringan yang didapatkan
di dalam urine
Prinsip :protein bence jones dapat mengalami
presipitasi bila dipanaskan suhu 56C dan larut
kembali pada pemanasan 100 C.
Bahan : urine segar
47
48. 1.Masukkan 4 ml urine yang telah disentrifus ke
dalam tabung reaksi dan tambahkan 1 ml
campuran buffer asetat
2.Panaskan campuran tersebut pada suhu 56C
selama 15 menit
3.Kekeruhan yang terjadi menandakan
kemungkinan adanya protein Bence Jones
4.Panaskan urine tersebut pada suhu 100C selama
3menit.
5.Kekeruhan yang menghilang menandakan adanya
protein Bence Jones
48
49. IMUNOFIXATION
digunakan untuk mengidentifikasi imunoglobulin
monoklonal
uji ini merupakan kombinasi serum protein
elektrophoresis dan imunopresipitasi
Imunofiksasi elektroforesis merupakan prosedur 2
langkah menggunakan agarose gel high resolution
elektroforesis pada langkah pertama dan
imunopresipitasi pada langkah kedua. Pertama :protein
dipisahkan dgn elektroforesis . Kemudian kedua soluble
antigen in the gel reacts with spesific antibody dan
resultant antigen-antibody complexs become insoluble
(sepanjang ab meningkat ) dan tjd presipitasi.
49
50. Elektroforesis Serum dan urine
Jika elektroforesis serum positif maka dilakukan
imunofiksasi serum (untuk mengkonfirmasi
adanya monoklonal protein dan rantai berat dan
rantai ringan).
Jika monoklonal protein teridentifikasi pada
elektroforesis protein serum maka dilakukan
elektroforesis protein urine
Langkah pertama adalah menentukan jumlah
protein pada urine 24 jam.
Lakukan elektroforesis
50
51. Protein monoklonal urin teridentifikasi sebagai
dense band on the gel dan tall narrow peak pada
densitometer tracing.
Hitung protein monoklonal dgn cara ukuran spike
x protein g/24 jam.
Penting pemeriksaan urine karena merefleksikan
disease burden.
Penting untuk melakukan pemeriksaan urine
karena beberapa pasien monoklonal gammopati
mempunyai elektroforesis serum normal tapi
menunjukkan monoklonal light chain (Bence
jones proteinuria)pada urine
51
52. Jika hasil elektroforesis protein urine negatif
maka dilanjutkan dengan imunofiksasi pada
serum dan urine.
Imunofiksasi mampu menunjukkan adanya
protein monoklonal pada konsentrasi rendah
(<0,2 g/dL)
Jika Imunofiksasi serum dan urine negatif---stop disini.
Jika imunofiksasi serum dan atau urine positif
maka dilanjutkan dengan nephelometer untuk
menentukan konsentrasi imunoglobulin
secara kuantitatif.
52
69. 4.1.High Resolution Protein
Electrophoresis
• penyempurnaan elektroforesis protein
standar, dengan tegangan listrik > tinggi,
sistem pendingin, bufer yg > pekat→ 12 zona.
• media penyangga: gel agarose.
• interpretasi : visual atau scaning dengan
densitometer.
• B2M pada posisi zona β2.
17-12-2012
69
70. Komponen IgM berinteraksi dgn protein
sirkulasi atau dgn protein pd membran sel
termasuk fibrinogen dan F V,VII,VIII yang
mengakibatkan kelainan perdarahan dan
clotting time.
70
71. LPL vs WM
Mengenai kelenjar limfe dibandingkan WM
LPL didiagnosis dengan biopsi kel.limfe
sedangkan WM dengan BMA
Kadar IgM pada LPL tidak meningkat
sedangkan pada WM meningkat/level tinggi
71
72. Bone marrow, Imunophenotypic,
sitogenetika
Bone marrow merupakan center dari WM
Secara rutin dikonfirmasi oleh
imunofenotiping
Sitogenetika tidak rutin kecuali untuk
klarifikasi dx IgM Myeloma dimana translokasi
14q32 dominan pada MM dan kontras dengan
WM
72
73. Terapi
Rituximab dikombinasi dengan
cyclophosphamide,Doxorubicin,Vincristine,Pre
dnison (R-CHOP)
91% mencapai partial respon dengan
kecepatan respon 1,6 bulan dengan median
follow up 18 bulan.
Mielosupresi merupakan toksis utama
73
74. Terapi
Dimopoulos memperkenalkan regimen
Dexametason 20 mg + Rituximab 375 mg/m2
IV pada hari I dan cyclophosphamide 100
mg/m2 oral pd hari I-V (DRC).
sangat efektif pada pasien simptomatik WM
hasil : 7% CR dan 67% PR
74
75. IgM MM vs WM
lytic bone lesion (jarang pada WM)
t (11;14) tidak terjadi pada WM
CD 138 dan cytoplasmic Ig pada MM
sedangkan pada WmM --- CD 20 dan sIg
75