SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 205
Baixar para ler offline
PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN
           PENDIDIKAN ISLAM
 (STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI)




              SKRIPSI



               diajukan oleh:
            Nurul Lahir Sari Ifa
             NIM: 05110095




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
   JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
          FAKULTAS TARBIYAH
 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

                April, 2009
PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN
             PENDIDIKAN ISLAM
   (STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI)



                        SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
 Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
           Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)




                         diajukan oleh:
                     Nurul Lahir Sari Ifa
                      NIM: 05110095




 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
           FAKULTAS TARBIYAH
  UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

                          April, 2009




                               ii
Kupersembahkan Skripsi Ini Teruntuk:
                               Allah Swt & Rasulullah Saw
    Ya Allah Engkaulah Dzat yang telah menciptakanKu, memberikan karunia nikmat yang tak
terhingga, melindungiku, membimbingku dan mengajariku dalam kehidupanku, Serta Wahai Engkau
   ya Rasulullah ya habiballah yang telah memberikanku pengetahuan akan ajaran Tuhanku dan
                    membawaku dari jurang kejahilan menuju kehidupan yang
                                         terang benderang.

                                   Ayah dan Ibu Tercinta
 Yang telah berjuang dengan penuh keikhlasan, yang telah menorehkan segala kasih dan sayangnya
dengan penuh rasa ketulusan yang tak kenal lelah dan batas waktu. Special FoR My Mam Engkaulah
                   Inspirasiku di saat aku rapuh & ketika semangatku memudar.

                              Bapak Trio Supriyatno, M. Ag
Yang telah membimbing penulis sehingga dapat terselesaikan rangkaian skripsi ini dan semua dewan
  guru / dosen UIN Malang yang telah mengajari penulis dengan setiap jiwa yang dengan ilmunya
                                      penulis menjadi tahu.
                                        Andrea Hirata
 Yang dengan karyanya telah memberikan ispirasi ku untuk berkarya khususnya dalam pembuatan
skripsi ini. Wahai karya sastra “novel laskar pelangi” wujudmu bagaikan dewa penolongku, tanpamu
matilah imajinasiku, jiwaku haus untuk membacamu mesti larut menemaniku, namun ini tiada beban
                              bagiku untuk mewududkan harapanku.

                               Saudara-saudaraku Tercinta
Muhammad Nasihin (Kakak kandungku), Irawati, ida, Novi Erna Nofitasari, Nur Jannah, Ana Azkiya
 Nabila, Pak Agus & Mbak Rohmah, Nurus Saadah, Kak Ruri (yang setia dalam sebuah penantian),
         Keluarga Besar Bani Tasyim, Dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Nurul Jadid.

                               Teman-teman Seperjuangan:
Genk’s Ardisia (Aminatus Saidah, Maria Ulfa, Nur Fitria, Iin Aisyah) dalam rangkuman persahabatan
 ini, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada
terkirakan. Me2y & Ruro dua si joli dari Madura yang selalu dekat di hati sekalipun jauh hakikatnya
kalian emang koncoku yang tokcer abis. Konco-konco Kertorejo 15 A (Al Fitriyah, Mbak Titin, Nida,
   Lulu, Icha, & yayik), Keluarga Besar HMJ, PMII Condro D, IMADE, HIMALAYA dan UKM
Pramuka , Serta semua Sahabat - sahabat yang telah dengan rela membantu hingga skripsi ini selesai,
                                        Thank’s For All…?!!
                            Dari Nama-nama yang dimaksud di atas
        Mudah - mudahan amal baktinya diterima oleh Allah SWT, Amin amin…!!!




                                                 iii
MOTTO



Artinya:
     Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah
 orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
 berpalinglah dari pada orang-orang yang
 bodoh. (QS. Al-A’raf: 199)

 (Diambil dari : Al Quran Dan Terjemahannya, Depag RI, 1974)




                              iv
Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal      : Skripsi Nurul Lahir Sari Ifa             Malang, 10 Maret 2009
Lampiran : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
di
  Malang


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
       Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini:
       Nama          : Nurul Lahir Sari Ifa
       NIM           : 05110095
       Jurusan       : Pendidikan Agama Islam
       Judul Skripsi : Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam
                       (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi)

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.




                                               Pembimbing,




                                          Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag
                                              NIP. 150 311 702




                                      v
HALAMAN PERSETUJUAN

PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
         (STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI)

                          SKRIPSI


                           Oleh:


                    Nurul Lahir Sari Ifa
                      Nim: 05110095



                       Telah Disetujui
                 Pada Tanggal 10 Maret 2009


                           Oleh:
                     Dosen Pembimbing:




                Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag
                      NIP. 150 311 702



                        Mengetahui,
            Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam




                  Drs. H. Moh. Padil, M. Pd
                       NIP. 150 267 235




                             vi
SURAT PERNYATAAN


       Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.




                                                     Malang, 10 Maret 2009




                                                     Nurul Lahir Sari Ifa




                                       vii
HALAMAN PENGESAHAN

PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
         (STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI)


                                 SKRIPSI
                      Dipersiapkan dan Disusun Oleh
                     Nurul Lahir Sari Ifa ( 05110095 )
        Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal
                       13 April 2009 dengan nilai A
       dan Telah Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan
   untuk Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
                       Pada Tanggal: 13 April 2009

                                Panitia Ujian


     Ketua Sidang,                                 Sekretaris Sidang /
                                                     Pembimbing,




 Muhammad Walid, MA                                 M. Amin Nur, MA
   NIP. 150 310 896                                 NIP. 150 327 263



     Pembimbing                                    Penguji Utama




 Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag                   Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I
     NIP. 150 311 702                             NIP. 150 215 385

                                Mengesahkan,
                     Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang




                       Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony
                              NIP. 150 042 031



                                    viii
KATA PENGANTAR



       Segala syukur penulis panjatkan kepada Rabbul Izzati yang telah mengatur
roda kehidupan pada porosnya dengan keteraturannya, dan semoga hanya kepada-
Nyalah kita menundukkan hati dengan mengokohkan keimanan dan Izzah kita
dalam keridhoan-Nya. Karena berkat Rahman dan Rahim-Nya pula skripsi yang
berjudul ”Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam (Studi
Analisis Novel Laskar Pelangi” dapat terselesaikan dengan baik.
       Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada sang pejuang
sejati kita, yaitu Rasulullah Muhammad SAW, karena atas perjuangan beliau kita
dapat merasakan kehidupan yang lebih bermartabat dengan kemajuan ilmu
pengetahuan yang didasarkan pada iman dan Islam.
       Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar–besarnya dan teriring do’a kepada semua pihak yang telah
membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini. Secara khusus penulis
sampaikan kepada yang terhormat:
1. Ayahanda dan Ibunda (Slamet Ahadun (Alm), Muhammad Suwono & Siti
   Julaikha) tercinta yang dengan sabar telah membimbing, mendo’akan,
   mengarahkan, memberi kepercayaan, kerja keras, dan keagungan doa serta
   pengorbanan materi maupun spiritual demi keberhasilan penulis dalam
   menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
   Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri
   (UIN) Malang beserta stafnya yang telah memberikan fasilitas selama proses
   belajar mengajar

3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan fakultas Tarbiyah




                                      ix
4. Bapak Drs. H. Moh. Padil M. Pd.I Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
    Islam beserta stafnya atas bantuan yang selama ini diberikan kepada penulis
    dan kerja kerasnya dalam mengemban amanah.

5. Bapak Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag selaku dosen pembimbing skripsi atas
    kesabaran, ketelitian, motivasi, masukan, dan keikhlasan dalam meluangkan
    waktu, tenaga dan pikiran guna membimbing dan mengarahkan penulis dalam
    menyelesaikan skripsi ini dengan baik melalui media e-mail.

6. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini baik secara
    spiritual, moril, maupun materiil.

       Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis tercatat sebagai
amal shalih yang diterima oleh Allah SWT.
       Ada pepatah yang mengatakan tiada gading yang tak retak, begitu juga
dengan karya tulis ini, tentu masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan skripsi ini dan guna perbaikan penulis selanjutnya.
        Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan manfaat bagi penulis dan bagi
siapapun yang membacanya. Amin Ya Robbal’Alamin....




                                                 Malang, 10 Maret 2009
                                                 Penulis,




                                                 Nurul Lahir Sari Ifa




                                         x
DAFTAR TRANSLITERASI


       Dalam naskah skripsi ini dijumpai nama dan istilah teknis yang berasal

dari bahasa Arab ditulis dengan huruf latin. Pedoman transliterasi yang

dipergunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut :

A. Konsonan

       ‫ا‬      = tidak dilambangkan          ‫ض‬      = dl

       ‫ب‬      = b                           ‫ط‬      = th

       ‫ت‬      = t                           ‫ظ‬      = dh

       ‫ث‬      = ts                          ‫ع‬      = ‘ (koma menghadap keatas)

       ‫ج‬      = j                           ‫غ‬      = gh

       ‫ح‬      = h                           ‫ف‬      = f

       ‫خ‬      = kh                          ‫ق‬      = q

       ‫د‬      = d                           ‫ك‬      = k

       ‫ذ‬      = dz                          ‫ل‬      = l

       ‫ر‬      = r                           ‫م‬      = m

       ‫ز‬      = z                           ‫ن‬      = n

       ‫س‬      = s                           ‫و‬      = w

       ‫ش‬      = sy                          ‫ئ‬      = h

       ‫ص‬      = sh                          ‫ي‬      = y




                                       xi
Hamzah (    ‫ء‬       ) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak

diawal kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan,

namun apabila terletak ditengah atau akhir kata maka dilambangkan dengan tanda

koma diatas ( ’ ), berbalik dengan koma ( ‘ ), untuk penganti lambang “     ‫ع‬   ”.

B. Vokal, panjang dan diftong

           Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vocal fathah

   ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan

   bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut ;

           Vocal (a) panjang = a^

           Vocal (i) panjang = i^

           Vocal (u) panjang = u^

           Khusus untuk bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan

   “i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’ nisbat

   diakhirnya. Begitu juga suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah ditulis

   dengan “aw” dan “ay”. Misalnya Qawlun dan khayrun.

C. Ta’marbuthah (      ‫ة‬    )

           Ta’marbuthah ditransliterasikan dengan “t” jika berada ditengah-

   tengah kalimat, akan tetapi apabila Ta’marbuthah tersebut berada diakhir

   kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya al-risalat

   li al-mudarrisah, atau apabila berada ditengah-tengah kalimat yang terdiri dari

   susunan    mudlaf        dan   mudlaf   ilayh,   maka   ditransliterasikan   dengan




                                           xii
menggunakan "t" yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya fi

   rahmatillah.

D. Kata Sandang dan lafdh al-Jalalah

          Kata sandang berupa “al” ( ‫ ) ا ل‬ditulis dengan huruf kecil, kecuali

   terletak diawal kalimat, sedangkan “al” dalam lafdh jalalah yang berada

   ditengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan.

   Misalnya Al-Imam al-Bukhariy

E. Nama dan Kata Arab Terindonesiakan

          Pada prinsipnya setiap kata yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis

   dengan menggunakan system Transliterasi ini, akan tetapi apabila kata

   tersebut merupakan nama Arab dari orang Indonesia atau bahasa Arab yang

   sudah terindonesiakan, maka tidak perlu ditulis dengan menggunakan system

   translitersi ini. Contoh: Abdurrahman Wahid, Salat, Nikah




                                       xiii
DAFTAR TABEL



Tabel I     : Paparan Data Nilai-Nilai Yang Terdapat Dalam Novel Laskar

             Pelangi…………………………………………………………...84

Tabel II    : Paparan Data Metode Pengajaran Nilai Yang Terkandung Dalam

             Novel Laskar Pelangi…………………………………………...103

Tabel III   : Paparan Data Nilai-Nilai Yang Dapat Dikembangkan Dalam

             Pendidikan Islam……………………………………………….106




                                  xiv
DAFTAR GAMBAR



Gambar I : Sepuluh Murid-murid Sekolah Muhammadiyah (Lintang, Ikal,
            Mahar, Trapani, Kucai, Sahara, Harun, Samson, A kiong, dan
            Syahdan).
Gambar II : Ibu N.A. Muslimah Hafsari atau Bu Mus.
Gambar III : Andrea Hirata (Pengarang Novel Laskar Pelangi) dan dalam
            novelnya digambarkan sebagai tokoh Ikal.
Gambar IV : Cover Laskar Pelangi Edisi Lama (Kiri) dan Edisi Baru (Kanan)




                                     xv
DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1   : Bukti Konsultasi
Lampiran 2   : Bukti Konsultasi Via E-mail
Lampiran 3   : Profile Andrea Hirata (Penulis Novel Laskar Pelangi)
Lampiran 4   : Sinopsi Novel Laskar Pelangi
Lampiran 5   : Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
Lampiran 6   : Daftar Riwayat Hidup




                                      xvi
DAFTAR ISI




HALAMAN SAMPUL......................................................................................i

HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................iv

HALAMAN NOTA DINAS..............................................................................v

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................vi

HALAMAN PERNYATAAN.........................................................................vii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................viii

KATA PENGANTAR......................................................................................ix

HALAMAN TRANSLITERASI ....................................................................xi

DAFTAR TABEL ..........................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xvi

DAFTAR ISI..................................................................................................xvii

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................xxi


BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

            A. Latar Balakang .................................................................................1

            B. Rumusan Masalah ............................................................................5

            C. Tujuan Penelitian..............................................................................5

            D. Manfaat Penelitian ...........................................................................6

            E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................7



                                                       xvii
F. Definisi Operasional .........................................................................8

          G. Sistematika Pembahasan ..................................................................9


BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................11

          A. Novel..............................................................................................11

              1. Pengertian Novel ........................................................................11

              2. Karakteristik Novel ....................................................................12

              3. Ciri-ciri Novel ............................................................................14

              4. Unsur-unsur Novel .....................................................................16

              5. Bentuk-bentuk Tulisan Novel ....................................................23

              6. Peran Novel ................................................................................26

          B. Konsep Dasar Pendidikan Nilai .....................................................27

              1. Definisi Dan Orientasi Pendidikan Nilai....................................27

              2. Landasan Pendidikan Nilai ........................................................32

              3. Klasifikasi Pendidikan Nilai ......................................................51

          C. Pengembangan Pendidikan Islam...................................................56

              1. Pengertian Pengembangan Pendidikan Islam............................56

              2. Orientasi Pengembangan Pendidikan Islam ..............................59

          D. Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam...........61

              1. Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam ...................61

              2. Pendidikan Nilai Dalam Bingkai Cerita dan Kisah Sebagai

                  Bentuk Pengembangan Pendidikan Islam .................................63

              3. Kontribusi Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan

                  Pendidikan Islam .......................................................................65




                                                      xviii
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................67

            A. Pendekatan Penelitian ..................................................................67

            B. Data Dan Sumber Data ................................................................68

            C. Teknik Pengumpulan Data...........................................................69

            D. Instrumen Penelitian ....................................................................70

            E. Analisis Data................................................................................71

            F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data ..........................................74



BAB IV HASIL PENELITIAN......................................................................76

            A. Deskripsi Unsur-unsur Novel Laskar Pelangi .............................76

            B. Deskripsi Nilai-nilai yang Terdapat dalam Novel Laskar

                Pelangi .........................................................................................83

            C. Deskripsi Metode Pengajaran Nilai yang Terkandung dalam

                Novel Laskar Pelangi.................................................................102

            D. Deskripsi Nilai-nilai yang Dapat Dikembangkan dalam Pendidikan

                Islam...........................................................................................105



BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.......................................114

            A. Pembahasan Hasil Analisis Nilai-nilai yang Terdapat dalam Novel

                Laskar Pelangi............................................................................114

            B. Pembahasan Hasil Analisis Metode Pengajaran Nilai yang

                Terkandung dalam Novel Laskar Pelangi..................................138

            C. Pembahasan Hasil Analisis nilai-nilai yang dapat dikembangkan

                dalam pendidikan Islam .............................................................141



                                                       xix
D. Pembahasan Hasil Analisis kontribusi Pendidikan Nilai dalam Novel

                 Laskar Pelangi terhadap Pengembangan Pendidikan Islam ......158


BAB VI PENUTUP ......................................................................................162

             A. Kesimpulan ...............................................................................162

             B. Saran ..........................................................................................165



DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN




                                                        xx
ABSTRAK

Ifa, Nurul, Lahir Sari. Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam
(Studi Analisis Novel Laskar Pelangi). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Malang. Pembimbing Drs. Triyo
Supriyatno, M. Ag.


       Rendahnya mutu Pendidikan Nasional disebabkan oleh kelemahan
pendidikan dalam membekali kemampuan akademis kepada peserta didik. Lebih
dari itu ada hal lain yang tidak kalah penting, yaitu kurangnya pendidikan nilai
secara bermakna. Hingga sekarang, dunia pendidikan masih diwarnai perilaku
siswa membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri dan menganiaya, hingga
mengkonsumsi minuman keras dan narkotika. Bahkan sudah ada gejala peredaran
adegan porno yang diperankan oleh para pelajar. Fenomena ini tentunya tidak
akan terjadi apabila orang tua dan lembaga pendidikan berhasil mengajarkan nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.
       Novel Laskar Pelangi merupakan salah satu novel yang isi pesannya
mengandung unsur pendidikan nilai. Disinilah, penulis tergugah ingin meneliti
dan menganalisis novel ini. Adapun judul penelitian ini adalah Pendidikan Nilai
Dalam Pengembangan Pedidikan Islam (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi).
Sedangkan rumusan masalahnya yaitu nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, bagaimana metode pengajaran nilai
yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi, nilai-nilai apa saja terkandung
dalam novel Laskar Pelangi yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam,
dan apa kontribusi pendidikan nilai dalam novel Laskar Pelangi terhadap
pengembangan pendidikan Islam.
       Dalam prakteknya, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis dan bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian
akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan
tersebut. Kutipan-kutipan data yang disajikan dalam penelitian ini ditegaskan
dalam bentuk lampiran tabel pemaparan data yang diperoleh dari pemahaman
makna yang terdapat pada setiap kata, kalimat, paragraf, teks. Dari pemahaman
makna secara keseluruhan, dilakukan penafsiran dan pengkategorian data yang
terkandung dalam novel Laskar Pelangi.
       Penggumpulan data penelitian ini menggunakan metode dengan
menggunakan analisis konten (Content Analysis). Maka kegiatan yang dilakukan
adalah pemberian makna pada paparan bahasa berupa (1) paragraf-paragraf yang
mengemban gagasan tentang Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata, (2) paragraf-paragraf yang mengandung gagasan
tentang metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi, (3)
paragraf-paragraf yang mengemban gagasan tentang nilai-nilai yang dapat
dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan (4) paragraf-paragraf yang
mengemban gagasan tentang kontribusi pendidikan nilai dalam novel Laskar
Pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam. Pemahaman dan analisis



                                      xxi
tersebut dilakukan melalui kegiatan membaca, menganalisis dan merekonstruksi.
Dalam melakukan pemaknaan data peneliti harus memiliki dasar pengetahuan dan
pengalaman tentang klasifikasi pendidikan nilai, metode ngajar pendidikan nilai,
nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan Islam dan kontribusi pendidikan
nilai dalam pengembangan pendidikan Islam sesuai acuan teori.
       Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terbagi menjadi tiga kalsifikasi yaitu nilai
personal, nilai sosial, dan nilai estetika. Sedangkan metode pengajaran nilai yang
terkandung dalam novel Laskar Pelangi adalah metode bercerita dan kisah.
Kemudian nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam yang
terdapat dalam novel Laskar Pelangi adalah nilai aqidah, nilai syariah dan nilai
akahlak atau budi peketi. Dan kontribusi pendidikan nilai dalam novel Laskar
Pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam adalah memberikan kontribusi
berupa konstruksi ideologi nilai-nilai Islam. Adanya konstruksi idelogi nilai-nilai
Islam tersebut, juga merupakan salah satu sumbangsi dalam meningkatkan
kualitas layanan pendidikan Islam untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas,
yang berbekal pengetahuan, pribadi yang Islami, dan kompentensi ungul yang
dibangun oleh seluruh sinergi positif.
       Oleh karena itu, menurut hemat penulis, nilai-nilai yang terdapat novel
Laskar Pelangi baik nilai personal, nilai sosial, nilai seni, nilai aqidah, nilai
syariah, nilai akahlak (budi pekerti) merupakan nilai-nilai yang dapat ditanamkan
atau diajarkan di setiap lembaga pendidikan. Namun secara khusus untuk nilai
aqidah, syariah, dan akahlak (budi pekerti) lebih sesuai jika dikembangkan pada
Pendidikan Islam, karena ketiga nilai tersebut merupakan pokok ajaran dalam
Islam. Maka dari itu, pendidikan Islam memiliki peranan penting dalam
mengembangkan nilai-nilai tersebut, sebagai upaya untuk memanifestasikan atau
mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik nilai-nilai ketuhanan maupun nilai-nilai
kemanusiaan, melalui kegiatan pendidikan sebagaimana tercakup dalam praktik
pendidikan Islam. Dan hal ini akan dapat membantu pengembangan pendidikan
Islam untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.


Kata kunci: Novel Laskar Pelangi, Pendidikan Nilai, Pengembangan
Pendidikan Islam




                                       xxii
BAB I

                                   PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

           Novel laskar pelangi merupakan sebuah produk karya sastra yang

   mencakup nilai-nilai karya cipta kreasi yang mengandung nilai-nilai

   keindahan. Nilai-nilai karya sastra tersebut bersumber dari kenyataan-

   kenyataan yang hidup dan selalu berkembang di masyarakat sebagai bentuk

   realitas yang objektif. Novel karya sastra yang ditulis oleh Andrea Hirata ini

   mengandung esensi yang didalamnya banyak memberikan representasi

   tentang pendidikan nilai. Dari representasi inilah, maka penulis merasa ingin

   melakukan penyelidikan (analisis) terhadap novel laskar pelangi. Adapun

   bagian isi novel yang menunjukkan hal itu adalah;

           Pak Harfan memberikan pelajaran pertama kepada sepuluh muridnya
           tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat
           untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan sepuluh muridnya bahwa
           hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan
           keikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau juga menyampaikan
           sebuah prinsip yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dada serta
           memberikan arah bagi murid-muridnya hingga dewasa, yaitu bahwa
           hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima
           sebanyak-banyaknya1

           Sejak kecil aku tertarik untuk menjadi pengamat kehidupan dan
           sekarang aku menemukan kenyataan yang mempesona dalam sosiologi
           lingkungan kami yang ironis. Disini ada sekolahku yang sederhana,
           para sahabatku yang melarat, orang Melayu yang terabaikan, juga ada
           orang staf dan sekolah PN yang glamor, serta PN Timah yang gemah
           rimpah dengan Gedong, tembok feodalistisnya. Semua elemen itu
           adalah perpustakaan berjalan yang memberiku pengetahuan baru setiap
           hari2

    1
        Andrea Hirata, Laskar Pelangi (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2005), hlm. 24
    2
        Ibid., hlm. 84



                                             1
2




         Kutipan cerita di atas merupakan sekelumit representasi dari novel

   lasakar pelangi yang patut diteladani bagi manusia khususnya para tenaga

   pendidik dalam dunia pendidikan. Kutipan cerita di atas mengisyaratkan

   bahwa seorang guru dalam proses pembelajaran memiliki peran dan fungsi

   bukan hanya sebagai mentranformasikan knowledge, tetapi sekaligus juga

   membimbing dan mengajarkan kepada peserta didik agar menyadari nilai

   kebenaran, kebaikan dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang

   tepat dan pembiasaan yang bertindak konsisten. Bimbingan dan pengajaran

   nilai-nilai inilah yang disebut sebagai pendidikan nilai.3

         Pendidikan nilai secara bermakna sangat penting dalam menunjang

   mutu pendidikan. Saat ini rendahnya mutu Pendidikan Nasional tidak hanya

   disebabkan oleh kelemahan pendidikan dalam membekali kemampuan

   akademis kepada peserta didik. Lebih dari itu ada hal lain yang tidak kalah

   penting, yaitu kurangnya pendidikan nilai secara bermakna. Mengapa

   pendidikan nilai sangat diperlukan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,

   maka perlu mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan.

         Adapun masalah yang dihadapi oleh pendidikan saat ini, betapa sekolah

   umum atau lainnya telah merebaknya kasus VCD purno yang dilakukan

   oknum mahasiswa Itenas Bandung menambah panjang daftar asusila yang

   dilakukan peserta didik, lalu muncul kasus yang serupa yang dilakukan para

   yunior mereka di tingkat SMP dan SMU. Di Jawa Barat ada beberapa siswa

   dan siswi SMU Negeri yang berbuat tidak senonoh di dalam kelas dengan

    3
       Rokhmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004),
hlm. 119
3




   masih menggunakan seragam sekolah. Dalam kasus lain seorang anak SMP

   tega membunuh orang tuanya sendiri, di tempat lain seorang anak madrasah

   ibtidaiyah bunuh diri dengan alasan tidak sanggup membayar SPP, bahkan

   ada anak madrasah yang bunuh diri hanya karena baju seragam hari itu tidak

   bisa dipakai karena basah terkena hujan.4

         Dalam kasus selanjutnya adalah praktik pendidikan sering dikesankan

   sebagai sederetan instruksi guru dan murid-muridnya. Apalagi dengan istilah

   yang sekarang sering digembar-gemborkan dalam dunia pendidikan yaitu

   sebagai pendidikan yang menciptakan manusia ”siap pakai”. Kata ini berarti

   menghasilakan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan

   persaingan bidang industri dan tegnologi. Memerhatikan secara kritis masalah

   ini, tampak bahwa manusia dipandang layaknya material atau komponen

   pendukung industri. Lembaga pendidikan sekedar mampu menjadi lembaga

   produksi penghasil material atau komponen dengan kualitas tertentu yang di

   tuntut pasar. Ironisnya, kenyataannya ini justru disambut antusias oleh banyak

   lembaga pendidikan.5

         Saat sekarang ini, dunia pendidikan masih diwarnai perilaku siswa

   membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri dan menganiaya, hingga

   mengkonsumsi minuman keras dan narkotika.6




    4
        Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak,
Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.
29
     5
       Ibid., hlm. 31
     6
       Tatik Rejeki, Konsep Pendidikan Nilai yang Menyenangkan (http:www.yahoo.com,
diakses 26 Februari 2008)
4




     Disinilah proses penanaman pendidikan nilai sangat dibutuhkan di

lembaga pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik agar

memahami, menyadari, mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya

secara integral dalam kehidupan.

     Pendidikan nilai sangat erat hubungannya dengan pendidikan Islam.

Pendidikan Islam memiliki peranan penting dalam mengimplementasikan

pendidikan nilai sebagai suatu tindakan pendidikan. Value Education

(pendidikan nilai) dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam

memilih maupun dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar.

Melalui pendidikan nilai, guru dapat mengevaluasi siswa, demikian pula

sebaliknya, siswa dapat mengukur kadar nilai yang disajikan guru dalam

proses pembelajaran. Singkat kata, dalam bentuk persepsi, sikap, keyakinan,

dan tindakan manusia dalam pendidikan, nilai selalu disertakan. Bahkan

melaui nilai itulah manusia dapat bersikap kritis terhadap dampak-dampak

yang ditimbulkan pendidikan. Untuk itu, selain diposisikan sebagai muatan

pendidikan, nilai juga dapat dijadikan sebagai media kritik bagi setiap orang

yang berkepentingan dengan pendidikan dalam mengevaluasi proses dan hasil

pendidikan. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa dengan adanya

penanaman pendidikan nilai dalam lembaga Pendidikan Islam, maka akan

dapat membantu pengembangan pendidikan Islam khususnya dalam proses

dan tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan.

     Dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat skripsi yang

berjudul ”Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam
5




   (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi)”, dengan harapan novel ini mampu

   menjawab keterpurukan pendidikan Islam saat sekarang dan membawa

   pendidikan Islam kelevel yang lebih baik dan mampu memberikan kontribusi

   dalam pengembangan pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah

         Berdasarkan uraian di atas penulis formulasikan dalam rumusan

   masalah sebagai berikut:

   1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel laskar pelangi karya

      Andrea Hirata ?

   2. Bagaimana metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel laskar

      pelangi?

   3. Nilai-nilai apa saja terkandung dalam novel laskar pelangi yang dapat

      dikembangkan dalam pendidikan Islam ?

   4. Apa kontribusi pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap

      pengembangan pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

         Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak

   dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala sesuatu yang

   diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan permasalahannya.

         Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka

   penelitian ini bertujuan untuk:

   1. Mendiskripsikan nilai-nilai dalam novel laskar pelangi karya Andrea

      Hirata,
6




   2. Mendiskripsikan metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel

      laskar pelangi,

   3. Mendiskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi

      yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan

   4. Mendiskripsikan kontribusi pendidikan nilai dalam novel ”laskar pelangi”

      tehadap Pengembangan Pendidikan Islam.

D. Manfaat Penelitian

         Setiap kegiatan penelitian pasti mempunyai nilai kemanfaatan bagi

   peneliti maupun orang lain. Karena ini kegiatan ilmiah yang dilakukan secara

   logis dan sistematis, agar penulisan ini harapkan bermanfaat:

   1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui nilai-nilai

      yang terkandung dalam novel laskar pelangi, metode pengajaran nilai yang

      terkandung dalam laskar pelangi, nilai-nilai yang dapat dikembangkan

      dalam pendidikan Islam dan kontribusi pendidikan nilai dalam novel

      laskar pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam.

   2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi:

      a. Pendidikan Islam, diharapkan pendidikan nilai menjadi bahan rujukan

          dalam praktik sebagai pendukung dalam proses dan tujuan

          pengembangan pendidikan Islam.

      b. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), diharapkan guru dapat

          merealisasikan penanaman pendidikan nilai semisal guru bertugas

          bukan hanya mengajar, tetapi lebih utama sebagai pendidik yang di

          pundaknya digantungkan harapan untuk mencetak generasi bangsa
7




          yang cerdas, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.

          Dengan demikian, pendidikan nilai bukan hanya dapat mengembalikan

          filosofi dasar pendidikan Indonesia, namun juga karena Indonesia

          sebagai negara Pancasila, dapat kembali menumbuhkan nilai-nilai

          luhur   yang    menjadi   ciri   kepribadian   bangsa    kita,   seperti

          keramahtamahan, kesopanan, gotong royong, tepa selira, dan lain-lain.

          Pada akhirnya, pendidikan bukan hanya menyediakan manusia

          berintelektual tinggi, namun juga manusia yang merasa (peka)

          terhadap kondisi sekitarnya dan mampu mengatasi situasi krisis yang

          rumit sekali pun.

      c. Peserta didik, pendidikan nilai untuk membekali individu menjadi

          manusia yang professional yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

          kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, cakap, dan

          menjadi seseorang yang bertanggung jawab.

     d.   Bagi peneliti yang lain, untuk mengembangkan pengetahuan yang

          terkait dengan nilai dan sebagai bekal peneliti apabila sudah terjun di

          lapangan agar dapat membantu lembaga pendidikan Islam yang erat

          kaitannya dengan praktik pendidikan nilai.

E. Ruang Lingkup Penelitian

          Pendidikan nilai merupakan masalah yang mendasar dan urgen dalam

   proses dan tujuan pembelajaran di dunia pendidikan, pembahasan masalah

   pendidikan nilai sangat kompleks sekali, maka dari itu untuk lebih

   mensistematiskan pembahasan masalah ini tidak melebar terlalu jauh dari
8




    sasaran sehingga akan memudahkan pembahasan dan penyusunan laporan

    penelitian ini. Adapun ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah

    (1) Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel laskar pelangi karya

    Andrea Hirata? (2) Bagaimana metode pengajaran nilai yang terkandung

    dalam novel laskar pelangi? (3) Nilai-Nilai apa saja yang dapat

    dikembangkan dalam pendidikan Islam dalam novel laskar pelangi? dan (4)

    Apa kontribusi pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap

    pengembangan pendidikan Islam? Adapun dalam pembahasan apabila ada

    permasalahan diluar tersebut di atas maka sifatnya hanyalah sebagai

    penyempurna sehingga pembahasan ini sampai pada sasaran yang dituju.

E. Definisi Oprasional

         Agar pembahasan lebih fokus, maka perlu dicantumkan penjelasan

    istilah dari skripsi berjudul: Pendidikan Nilai dalam Pengembangan

    Pendidikan Islam (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi), yakni:

    1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

      perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

      atau Kegiatan mengenali, mengidentifikasi, memberikan tanda-penanda

      dan sebagainya berdasarkan pemikiran yang mendalam pada sebuah teks

      atau keadaan,

    2. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

      kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dan menonjolkan sifat

      dan watak setiap pelaku,
9




   3. Pendidikan Nilai adalah sebagai usaha untuk membimbing peserta didik

       dalam memahami, mengalami dan mengamalkan nilai-nilai ilmiah,

       kewarganegaraan dan sosial yang tidak secara khusus dipusatkan pada

       pandangan agama tertentu atau penanaman dan pengembangan nilai-nilai

       dalam diri seseorang, dan

   4. Pengembangan Pendidikan Islam merupakan suatu proses, cara atau

       perbuatan mengembangkan pendidikan Islam melalui penanaman nilai-

       nilai religi, estetika, sosial dan personal dengan tujuan untuk mewujudkan

       perubahan tingkah laku peserta didik yang Islami, terampil, kreatif,

       berjiwa sosial, dan mandiri dengan bekal nilai personal.

F. Sistematika Pembahasan

         Untuk    mempermudah       pembahasan      dalam    skripsi   ini,    penulis

   memperinci dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

   •   BAB I : Pendahuluan, penulis membahas pokok-pokok pikiran untuk

                  memberikan gambaran terhadap inti pembahasan, pokok

                  pikiran tersebut masih bersifat global. Pada bab ini terdiri dari

                  latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

                  penelitian, penegasan istilah;

   •   BAB II    : Memaparkan tentang landasan teoritis yang berkaitan dengan

                  novel, pendidikan nilai, dan pengembangan pendidikan Islam;

   •   BAB III : Memaparkan tentang metode penelitian, yang meliputi tentang

                  rancangan    penelitian,   data   dan     sumber     data,   teknik

                  pengumpulan data, instrument penelitian dan analisis data;
10




•    BAB VI : Paparan data penelitian novel laskar pelangi yang meliputi;

               deskripsi nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel

               laskar pelangi karya Andrea Hirata, deskripsi metode

               pengajaran nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi,

               deskripsi     nilai-nilai    yang   dapat     dikembangkan       dalam

               pendidikan Islam, dan kontribusi pendidikan nilai dalam novel

               laskar pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam;

•    BAB V :   Pembahasan hasil analisis penelitian yang meliputi nilai-nilai

               apa saja yang terkandung dalam novel laskar pelangi karya

               Andrea Hirata, metode pengajaran nilai yang terkandung

               dalam       novel   laskar    pelangi,      nilai-nilai   yang   dapat

               dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan kontribusi

               pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap

               pengembangan pendidikan Islam;

    • BAB VI : Penutup, pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari

               pembahasan dan saran.
BAB II

                                KAJIAN PUSTAKA

A. Novel

  1. Pengertian Novel

            Novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella, yang secara harfiah

     berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita

     pendek dalam bentuk prosa. Dalam The American Colage, dikatakan bahwa

     novel adalah suatu cerita fiksi dengan panjang tertentu, melukiskan para

     tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata representative dalam suatu alur

     atau suatu kehidupan yang agak kacau atau kusut.7

            Sumardjo memberikan pengertian novel sebagai cerita berbentuk

     prosa dalam ukuran yang luas, di sini berkaitan dengan fisik novel maupun

     unsur yang ada dalam novel tersebut, misalnya saja plot yang kompleks,

     keaneka ragaman karakter dan cerita yang beragam. Sedangkan menurut

     Husnan, novel adalah suatu karangan atau karya sastra yang lebih panjang

     daripada cerpen atau lebih pendek daripada roman dan kejadian-kejadian

     yang digambarkan melahirkan suatu konflik jiwa dan mengakibatkan suatu

     perubahan nasib.8

            Viginia Woff mengatakan bahwa, suatu prosa atau novel adalah

     sebuah eksplorasi atau suatu kronik penghidupan, merenungkan dan




     7
       Rini Wiediastutik S, Analisis Nilai-Nilai Humanistik Tokoh dalam Novel Kuncup Berseri
 Karya NH. Dini, Skripsi, (FKIP UMM, 2005), hlm. 9
     8
       Ibid..



                                            11
12




     melukiskan dalam bentuk yang tertentu, pengaruh, ikatan hasil, kehancuran,

     atau tercapainya gerak gerik manusia.9

              Novel merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar

     merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika di baca, tetapi

     merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur padu.10

              Novel adalah sebuah cerita fiksi yang jumlah halamannya mencapai

     berpuluh-puluh, ratusan, atau beratus-ratus, seperti: serial Harry Potter,

     Load of The Ring, Eragon atau Ranggamorfosa Sang Penakhluk Istana.11

              Novel merupakan menceritakan suatu peristiwa pada rentang waktu

     yang cukup panjang dengan beragam karakter yang diperankan oleh tokoh.12

              Dari beberapa pengertian novel di atas, maka dapat disimpulkan

     bahwa novel adalah suatu cerita panjang dengan berbagai karakter yang

     mengisahkan        kehidupan     manusia,     mulai    dari   konflik-konflik     dan

     permasalahannya secara rinci, detail, dan kompleks dengan proses berfikir

     yang terstruktur.

 2. Karakteristik Novel

              Menurut Watson, karakteristik novel Indonesia adalah novel-novel

     yang dimulai tahun 1920, yaitu novel yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.

     Menurutnya novel Indonesia tidak muncul begitu saja, melainkan melalui



     9
         Hardjana, Cara Mudah Mengarang Cerita Anak-anak (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hlm.
13
     10
        Sugihastuti dan Suhartono, Kritik sastra Feminis Teori dan Aplikasinya (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 43
     11
        Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 287
     12
        Ameliawati, Analisis Instink Pada Tokoh Utama Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya
Ahmad Tohari, Skripsi, (FKIP UMM, 2006), hlm. 16
13




    proses panjang yang terjadi sebelumnya, yaitu sejak perkembangan

    komunikasi di Jawa dan Sumatera di pertengahan abad XIX.13

           Karakteristik novel Indonesia ada sedikit perbedaan antara roman,

    novel dan cerpen. Ada juga yang disebut novellet. Dalam roman biasanya

    kisah berawal dari tokoh lahir sampai dewasa kemudian meninggal, roman

    biasanya mengikuti aliran romantik. Sedangkan novel berdasarkan realisme,

    dan di dalam novel penggambaran tokoh biasanya merupakan sebagian dari

    hidupnya yang dapat berubah dari keadaan sebelumnya.14 Berbeda dengan

    cerita pendek yang tidak berkepentingan pada kesempurnaan cerita atau

    keutuhan sebuah cerita, tetapi lebih berkepentingan pada impresi atau kesan.

           Karakteristik novel Indonesia meliputi empat periode: (1) Angkatan

    Balai Pustaka, (2) Angkatan Pujangga Baru, (3) Angkatan 45, dan (4)

    Angkatan Sesudah 45.

    1. Angkatan Balai Pustaka, pujangga yang termasuk angkatan Balai Pustaka

         beserta karangannya: Marah Rusli dengan salah satu karyanya yang

         berjudul Siti Nurbaya, keinginan Marah Rusli terhadap novel ini adalah

         ia ingin merombak adat yang berlaku pada masa itu dan dianggap sebagai

         pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.15

    2. Angkatan Pujangga Baru, tokoh pujangga baru dan karyanya: Sutan

         Takdir Alisjahbana dengan salah satu karyanya yang berjudul Layar




    13
        Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 87.
    14
        Yandianto, Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia (Bandung: M2S, 2004),
hlm. 160.
     15
        Ibid., hlm. 17.
14




     Terkembang, keinginan Sutan Takdir Alisjahbana terhadap novel ini

     adalah mendambakan pembaharuan pada corak kebudayaan bangsanya.

  3. Angkatan 45, sastrawan dalam angkatan 45 dan karyanya yakni: Idrus

     dengan salah satu karyanya yang berjudul Aki, keinginan Idrus terhadap

     novelnya adalah ia berusaha menampilkan topik lain yang lebih luas dan

     mendasar daripada hanya soal cinta, usaha yang disertai keyakinan penuh

     akan menghasilkan apa yang dicita-citakan.

  4. Angkatan Sesudah 45, setelah memulai proses yang cukup rumit

     akhirnya didapatkan satu nama sastrawan yang termasuk kelompok

     Angkatan Sesudah 45 atau Angkatan 66 ini yakni Montingo Busye

     dengan salah satu karyanya yang berjudul Hari Ini Tak Ada Cinta,

     keinginan pengarang terhadap novel ini adalah hendaknya kita

     bertanggung jawab akan merugikan orang lain.

3. Ciri-ciri Novel

        Sebagai salah satu hasil karya sastra, novel memiliki ciri khas

  tersendiri bila dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Dari segi jumlah

  kata ataupun kalimat, novel lebih mengandung banyak kata dan kalimat

  sehingga dalam proses pemaknaannya relative jauh lebih mudah daripada

  memaknai sebuah puisi yang cenderung mengandung beragam bahasa kias.

        Berkaitan dengan masalah tersebut, Sumardjo memberikan ciri-ciri

  novel sebagai berikut: (1) Plot sebuah novel berbentuk tubuh cerita,

  dirangkai dengan plot-plot kecil yang lain, karena struktur bentuk yang luas

  ini maka novel dapat bercerita panjang dengan persoalan yang luas, (2)
15




Tema dalam sebuah novel terdapat tema utama dan pendukung, sehingga

novel mencakup semua persoalan, (3) Dari segi karakter, dalam novel

terdapat penggambaran karakter yang beragam dari tokoh-tokoh hingga

terjalin sebuah cerita yang menarik.16

          Adapun menurut Tarigan ciri-ciri novel diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Jumlah kata, novel jumlah katanya mencapai 35.000 buah;

b. Jumlah halaman, novel mencapai maksimal 100 halaman kuarto;

c. Jumlah waktu, waktu rata-rata yang digunakan untuk membaca novel

      paling pendek diperlukan sekitar 2 jam (120 menit);

d. Novel bergantung pada pelaku dan mungkin lebih dari satu pelaku;

e. Novel menyajikan lebih dari satu impresi (kesan);

f. Novel menyajikan lebih dari satu efek;

g. Novel meyajikan lebih dari satu emosi;

h. Novel memiliki skala yang lebih luas;

i. Seleksi pada novel lebih ketat;

j. Kelajuan dalam novel lebih lambat;

k. Dalam novel unsur-unsur kepadatan dan intensitas tidak begitu

      diutamakan.17

          Selain mempunyai ciri-ciri, novel juga mempunyai beberapa nilai

yang terkandung di dalamnya, antara lain:

1) Nilai moral yaitu nilai baik dan buruk yang terkandung dalam novel;

16
     Rini Wiediastutik S., op.cit., hlm. 10
17
     Ibid., hlm. 10-11
16




    2) Nilai religius yaitu nilai yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan

       tokoh novel;

    3) Nilai kemanusiaan yaitu nilai tentang tindakan tokoh dan kesesuaiannya

       dengan hak asasi manusia;

    4) Nilai kultural yaitu nilai yang berkaitan dengan budaya dalam novel.18

 4. Unsur-unsur Novel

          Unsur-unsur novel meliputi beberapa hal yaitu: (a) tokoh, (b) latar, (c)

    alur atau plot, dan (d) tema.

    a) Tokoh dan Penokohan

       1) Tokoh

                 Tokoh merupakan para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi.

          Tokoh dalam fiksi ialah ciptaan pengarang, meskipun dapat juga

          merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata. Oleh

          karena itu, dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara

          ilmiah. Dalam arti tokoh-tokoh itu memiliki “kehidupan” atau berciri

          “hidup” atau memiliki derajat lifelikeness.19

                 Dalam buku “Pengantar Apresiasi Karya Sastra”, tokoh

          didefinisikan orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau

          drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

          kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan

          apa yang dilakukan dalam tindakan. Karena peristiwa dalam karya

          sastra (novel) seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari,
    18
       Nurdjanah Kafrawi, dkk, Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia 3 (Jakarta: PT
Grasindo, 2002), hlm. 46
    19
       Wiyatmi, Pengantar Kajian Sastra (Yogyakarta: Pustaka, 2006), hlm. 30
17




         selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Para tokoh

         yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda.

         Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita

         disebut dengan tokoh utama. Sedangkan tokoh yang tidak memiliki

         peranan penting karena pemunculannya hanya melengkapi saja atau

         sebagai pendukung pelaku utama disebut tokoh pembantu.20

                Seorang tokoh dalam karya sastra merupakan imaji penulis

         dalam membentuk personalitas tertentu dalam cerita. Berhasil tidaknya

         suatu penokohan akan mempengaruhi cerita si pembaca. Sebuah

         penokohan atau perwatakan harus menampilkan tokoh dengan karakter

         berkelakuan seperti dalam kehidupan sebenarnya.

        2) Penokohan

                Penokohan sangat erat hubungannya dengan seorang tokoh

         dalam karya sastra. Penyajian watak dan penciptaan citra tokoh ini

         disebut penokohan. Cara paling sederhana dalam penampilan tokoh

         adalah    pemberian     nama.    Setiap   nama     memiliki    daya   yang

         menghidupkan, menjiwai, dan mengindividualisasikan seorang tokoh.

         Aminuddin mengemukakan bahwa pengetahuan tentang teknik

         penampilan tokoh dalam sebuah proses fiksi berguna sebagai bekal

         menganalisis tokoh. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

         mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam cerita, yaitu melalui (1) tuturan

         pengarang terhadap karakteristik pelakunya, (2) gambaran yang

   20
     Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo.
2002), hlm. 80
18




         diberikan pengarang terhadap lingkungan kehidupan pelaku maupun

         cara berpakaian, (3) cara berbicara tokoh tentang diri sendiri, (4)

         pelaku tokoh, (5) jalan pikiran tokoh, (6) bagaimana tokoh-tokoh lain

         membicarakannya, (7) bagaimana cara tokoh lain mereaksi tokoh, dan

         (8) bagaiamana cara tokoh mereaksi tokoh lain.21

                 Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa dalam

         mengenali penokohan dalam suatu cerita pada karya sastra dapat

         dilakukan lewat pengenalan karakteristik tokoh, tingkah laku tokoh,

         jalan pikiran tokoh, maupun dialog-dialog yang terdapat dalam sebuah

         karya sastra (novel).

b) Latar

             Karya fiksi pada hakekatnya berhadapan dengan sebuah dunia yang

      sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni dan permasalahannya, sebagai

      halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain, sebuah

      dunia, di samping membutuhkan tokoh, cerita dan plot juga perlu latar,

      karena latar disebut juga sebagai landas tumpu, yang tertuju pada

      pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

      terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Sedangkan Leo Haliman

      dan Frederick menjelaskan bahwa setting dalam karya sastra (novel)

      bukan hanya tempat, waktu, peristiwa, suasana benda-benda dalam

      lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang

      berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup


21
     Ameliawati, op.cit., hlm. 19-20
19




      suatu masyarakat dalam menanggapi suatu permasalahan tertentu.22

      Adapun hubungan latar dengan penokohan, misalnya pengarang mau

      menampilkan tokoh seorang petani yang sederhana dan buta huruf, maka

      tidak mungkin petani itu diberi setting kota Jakarta, perkantoran atau

      restoran, begitu juga seorang tokoh yang digambarkan berwatak alim

      tidak mungkin diberi setting kamar yang penuh dengan gambar botol

      minuman keras.

              Seperti yang telah dipaparkan di atas, latar juga mampu

      menuansakan suasana-suasana tertentu. Suasana tertentu akibat penataan

      setting oleh pengarangnya itu lebih lanjut juga akan berhubungan dengan

      suasana penuturan yang terdapat dalam suatu cerita. Latar dalam prosa

      atau fiksi dibedakan menjadi empat, yaitu:

      1) Latar alam (geographic setting) adalah latar yang melukiskan tempat

          atau lokasi terjadinya peristiwa dalam alam mini, misalnya: di desa, di

          kota, di pegunungan, dll;

      2) Latar waktu (temporal setting) adalah latar yang melukiskan kapan

          peristiwa itu terjadi, misalnya: tahun berapa, pada musim apa, senja

          hari, dan akhir bulan;

      3) Latar sosial (social setting) adalah latar yang melukiskan dalam

          lingkungan mana peristiwa itu terjadi, misalnya: lingkungan

          pelayaran, lingkungan buruh pabrik, dll;




22
     Ibid., hlm. 17
20




        4) Latar ruang yaitu latar yang melukiskan dalam ruang yang bagaimana

           peristiwa itu berlangsung, misalnya: dalam kamar, aula, toko, dan

           lain-lain.23

                 Berdasarkan pada pengertian latar di atas, tokoh dan setting

        merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal itu

        disebabkan karena tokoh dan latar dapat menentukan kelogisan dan

        diterimanya cerita oleh pembaca. Penataan setting yang tepat dan sesuai

        dengan kepribadian tokoh dan juga cerita disajikan akan menimbulkan

        kesan bahwa karya sastra tersebut adalah karya yang logis.

    c) Alur atau Plot

                 Istilah alur sama dengan istilah plot atau struktur cerita. Alur atau

        plot adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan dan membentuk

        kesatuan cerita.24 Aminuddin mengatakan bahwa alur adalah rangkaian

        cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin

        suatu cerita yang dihadirkan oleh pelaku dalam suatu cerita. Menurut

        Adiwardoyo, alur dapat dibagi berdasarkan kategori kausal (sebab-

        akibat) dan kondisinya. Berdasarkan kausalnya alur dibagi menjadi tiga,

        yaitu:

        1) Alur urutan (episodik), dikatakan alur urutan apabila peristiwa-

           peristiwa yang ada disusun berdasarkan urutan sebab-akibat,

           kronologis (sesuai dengan urutan waktu), tempat, dan hierarkis

           (berurut-urut);
   23
      Rini Wiediastutik S. op.cit., hlm. 14-15
   24
      Dawud, dkk, Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid I untuk SMA      Kelas X   (Jakarta:
Erlangga, 2004), hlm. 245
21




      2) Alur mundur (flashback), sebuah cerita dikatakan beralur mundur

          apabila peristiwa-peristiwa yang ada disusun berdasarkan akibat-

          sebab, waktu kini ke waktu lampau;

      3) Alur campuran, dikatakan sebuah cerita ber-alurkan campuran apabila

          peristiwa-peristiwa yang ada disusun secara campuran antara sebab

          akibat waktu kini ke waktu lampau atau waktu lampau ke waktu

          kini.25

      Berdasarkan kondisinya, alur dibedakan menjadi empat, yaitu:

      1) Alur buka yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai kondisi

          mula yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya;

      2) Alur tengah yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai kondisi

          yang mulai bergerak ke arah kondisi puncak;

      3) Alur puncak yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai klimaks

          dari sekian banyak rangkaian peristiwa yang ada pada cerita itu;

      4) Alur tutup yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai kondisi

          yang mulai bergerak kea rah penyelesaian atau pemecahan dari

          kondisi klimaks.26

d) Tema

             Tema merupakan ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang

      melatar belakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi

      kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra

      bisa sangat beragam. Tema bisa berupa moral, etika, agama, nilai, social

25
     Rini Wiediastutik S. op.cit., hlm. 13
26
     Ibid., hlm. 14
22




         budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masyarakat kehidupan.

         Namun, tema bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan

         pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.27

                Tema juga merupakan gagasan pokok pikiran yang digunakan

         pengarang untuk mengembangkan cerita. Tema berkaitan dengan makna

         dan tujuan pemaparan karya fiksi oleh pengarangnya. Adiwardoyo

         mengatakan tema adalah gagasan sentral pengarang yang mendasari

         penyusunan suatu cerita dan sekaligus menjadi sasaran dari cerita itu.28

         Menurut Nurgiyantoro, tema dibedakan menjadi dua bagian yaitu tema

         utama yang disebut tema mayor, yang artinya makna pokok yang

         menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Tema mayor

         ditentukan dengan cara menentukan persoalan yang paling menonjol,

         yang paling banyak konflik dan waktu penceritaannya. Sedangkan tema

         tambahan disebut tema minor, merupakan tema yang kedua yaitu makna

         yang    hanya    terdapat    pada     bagian-bagian      tertentu   cerita   dan

         diidentifikasikan sebagai makna bagian atau makna tambahan.29

                Oleh sebab itu, dalam menentukan sebuah tema harus memahami

         terlebih dahulu bagian-bagian yang mendukung sebuah cerita, baik latar,

         tokoh dan penokohan, alur atau persoalan yang dibicarakan. Apabila

         pembaca karya sastra telah dapat menentukan dan menemukan tema dari




    27
         Zainuddin Fananie, Telaah Sastra (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2000),
hlm. 84
     28
        Rini Wiediastutik S., op.cit., hlm. 15
     29
        Ibid..
23




     sebuah karya sastra, maka pembaca tersebut telah mengetahui tujuan

     pengarang dalam sebuah cerita yang telah dibuatnya.

5. Bentuk-bentuk Tulisan Novel

        Ada banyak bentuk-bentuk tulisan dalam sebuah cerita. Salah satunya

  dapat dilihat berdasarkan penggolongan dalam cara penyajian dan tujuan

  penyampaiannya. Dan bentuk tulisan sendiri meliputi, deskripsi, eksposisi,

  narasi, persuasi dan argumentasi.

  a. Deskripsi

           Deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas

     pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat

     objek yang sebenarnya. Dalam tulisan deskripsi, penulis tidak boleh

     mencampuradukkan keadaan yang sebenarnya dengan interpretasinya

     sendiri.

  b. Eksposisi

           Di tinjau dari asal katanya, eksposisi berarti membuka dan

     memulai. Bahkan ada yang mengatakan eksposition means explanation

     (eksposisi adalah penjelasan). Ini berarti tulisan eksposisi berusaha untuk

     memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.

           Pada dasarnya eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau

     proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan

     gagasan, menerangkan bagan atau table, atau mengulas sesuatu.

     Biasanya, tulisan eksposisi sering ditemukan bersama-sama dengan

     bentuk tulisan deskripsi. Seorang yang menulis eksposisi berusaha
24




  memberitahukan      pembacanya      agar   pembaca      semakin     luas

  pengetahuannya tentang suatu hal.

c. Narasi

        Narasi merupakan bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,

  mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam

  sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu

  kesatuan waktu tertentu.

        Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Namun

  demikian, narasi yang ditulis juga bisa ditulis berdasarkan pengalaman

  pribadi penulis, pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya

  merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu

  atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang

  terlibat dalam suatu atau berbagai peristiwa yang diceritakan. Meskipun

  berdasarkan fakta imajinasi penulis dalam bercerita tetap terkesan kuat

  sekali.

        Melalui narasi, seorang penulis memberitahukan orang lain dengan

  sebuah cerita. Sebab, narasi sering diartikan juga dengan cerita. Sebuah

  cerita adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu,

  masalah, mencoba untuk memecahkan masalah dan memberi solusi dari

  masalah itu.

d. Argumentasi

        Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan

  pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya bisa
25




      juga membujuk pembaca agar pendapat penulis bisa diterima. Bentuk

      argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta-

      fakta yang tepat terhadap apa yang dikemukakan yang sangat dibutuhkan

      dalam tulisan argumentatif adalah data penunjang yang cukup, logika

      yang baik dalam penulisan dan uaraian yang runtut.

      Berikut ini adalah tugas dari penulis argumentatif:

      1. Harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan

         orang mengenai topik yang akan diargumentasikan;

      2. Berusaha untuk menghindari setiap istilah yang menimbulkan

         prasangka tertentu;

      3. Penulis       argumentatif       berusaha       untuk       menghilangkan

         ketidaksepakatan;

      4. Menetapkan       secara      tepat    titik   ketidaksamaan         yang   di

         argumentasikan.30

e. Persuasi

            Pesuasi berarti membujuk atau meyakinkan. Goris Keraf pernah

      mengatakan, persuasi bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan

      sesuatu yang dikehendaki penulis. Mereka yang menerima persuasi harus

      dapat keyakinan, bahwa keputusan yang diambilnya merupakan

      keputusan yang benar, bijaksana dan dilakukan tanpa paksa.

            Melalui persuasi, seorang penulis mencoba mengubah pandangan

      pembaca       tentang      sebuah       permasalahan       tertentu.     Penulis


30
     Nurudin, Dasar-dasar Penulisan (Malang : UMM Press, 2007), hlm. 79
26




        mempersembahkan fakta dan opini yang bisa didapatkan pembacanya

        untuk mengerti menggapai sesuatu itu adalah benar, salah atau diantara

        keduanya.

              Di samping itu, penulis persuasi harus bisa menampilkan fakta-

        fakta agar apa yang diinginkannya diyakini pembaca, dan pembaca mau

        melakukan sesuai maksud penulis. Persuasi biasanya akan memberikan

        penekanan pada pemilihan kata yang berpengaruh kuat terhadap emosi

        atau perasaan orang lain.

5. Peran Novel

           Setidak-tidaknya sudah seribu tahun sastra menduduki fungsinya yang

       penting dalam masyarakat Indonesia. Sastra dibaca oleh para raja dan

       bangsawan, serta kaum terpelajar pada zamannya. Sejak dahulu sastra

       menduduki fungsi intelektual dalam kehidupan masyarakat. Pentingnya

       kedudukan sastra dalam masyarakat Indonesia lama, disebabkan oleh

       fokus budaya mereka pada unsur agama dan seni. Sastra Jawa Kuno malah

       menduduki fungsi religio-magis, pada zaman Islam, sastra digunakan para

       raja untuk memberikan ajaran rohani kepada rakyatnya.31 Jadi, pada zaman

       dahulu sastra mempunyai fungsi yang sangat penting dalam masyarakat

       Indonesia. Akan tetapi, fungsi ini mulai tergeser dengan masuknya

       kebudayaan barat ke Indonesia.32

           Beberapa fungsi sastra di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peran

       novel dalam masyarakat juga sangat penting, karena novel bukan saja

  31
       Jakob Sumardjo, Sastra dan Masa (Bandung: ITB, 1995), hlm. 6
  32
       Ibid..
27




      menampilkan sebuah wacana kepada masyarakat, akan tetapi novel juga

      sangat berperan terhadap perkembangan masyarakat, terlihat pada pesan

      dari seorang penulis atau sastrawan dapat dikatakan sebagai pejuang moral

      karena mereka berupaya agar pembaca dapat mengetahui dan memahami

      apa yang ada dalam alur cerita novel tersebut sehingga dapat menggugah

      perasaan si pembaca.

B. Konsep Pendidikan Nilai

   1. Pengertian Definisi dan Orientasi Pendidikan Nilai

           Pendidikan nilai dapat dimulai dari pemahaman tentang definisi dan

     tujuannya. Definisi dapat memberikan petunjuk pada pemaknaan istilah

     pendidikan nilai, sedangkan tujuan dapat memberikan kejelasan tentang

     cita-cita dan arah yang dituju oleh pendidikan nilai.

     a. Definisi Pendidikan Nilai

              Pada dasarnya, pendidikan nilai dirumuskan dari dua pengertian

        dasar yang terkandung dalam istilah pendidikan dan istilah nilai. Ketika

        kedua istilah itu disatukan, arti keduanya menyatu dalam definisi

        pendidikan nilai. Namun karena arti pendidikan dan arti nilai dapat

        dimaknai berbeda, definisi nilai pun dapat beragam, tergantung pada

        tekanan dan rumusan yang diberikan pada kedua istilah itu.

              Seperti dikemukakan oleh Sastrapratedja (Kaswardi, 1993), yang
              dimaksud dengan pendidikan nilai adalah penanaman dan
              pengembangan pada diri seseorang. Dalam pengertian yang hampir
              sama Mardiatmadja (1986) mendefinisikan pendidikan nilai
              sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan
              mengalami niali-nilai serta menempatkannya secara integral dalam
              keseluruhan hidupnya. Dua ahli Pendidikan nilai itu memiliki
              pendangan yang sama bahwa pendidikan nilai tidak hanya
28




               merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata
               pelajaran, tetapi mencakup pula keseluruhan proses pendidikan33

               Dan dalam pengertian lain, pendidikan nilai ialah penanaman dan
               pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang. Pendidikan nilai
               tidak harus merupakan satu program atau pelajaran khusus, seperti
               pelajaran menggambar atau bahasa inggris, tetapi lebih merupakan
               suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan34

               Sementara itu, dalam laporan Nasional Recource Center For Value
               Education, pendidikan nilai di negara India didefinisikan sebagai
               usaha untuk membimbing peserta didik dalam memahami,
               mengalami dan mengamalkan nilai-nilai ilmiah, kewarganegaraan
               dan sosial yang tidak secara khusus dipusatkan pada pandangan
               agama tertentu (NRCVE, 2003). Dalam pengertian yang lebih
               oprasional David Aspin (2000) membuat definisi pendidikan nilai
               sebagai bantuan untuk mengembangkan dan mengartikulasikan
               kemampuan pertimbangan nilai atau keputusan moral yang dapat
               melembagakan kerangka tindakan manusia35

               Sedangkan dalam buku dengan judul ”memanusiakan manusia
               muda tinjauan pendidikan humaniora”, menjelaskan bahwa
               pendidikan nilai adalah suati pandangan dasar seseorang terhadap
               alam, sesama manusia dan Tuhannya (yang akhir ini terjabar secara
               lebih terperinci dalam pandangan-pandangan keagamaannya) 36

               Dari definisi di atas dapat ditarik suatu definisi pendidikan nilai

         yang mencakup keseluruhan aspek sebagai pengajaran atau bimbingan

         kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan

         keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan

         bertindak yang konsisten. Definisi pendidikan nilai ini perlu dibedakan

         dari arti pendidikan nilai yang dimaknai secara fungsional dan

         situasional.


    33
       Rokhmat Mulyana, op.cit., hlm. 119
    34
        Kaswardi, E.M K., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 (Jakarta: PT Grasindo,
1993), hlm. 3
    35
       Rokhmat Mulyana, op.cit., hlm. 119
    36
       Dick Hartono, Menanusiakan Manusia Muda Tinjauan Pendidikan Humaniora (Jakarta:
 Kanisius, 1985), hlm. 33
29




b. Orientasi Pendidikan Nilai

            Secara Umum, pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu

      peserta didik agar memahami, menyadari, mengalami nilai-nilai serta

      mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Untuk

      sampai pada tujuan yang dimaksud, tindakan-tindakan pendidikan yang

      mengarah pada perilaku baik dan benar perlu diperkenalkan oleh para

      pendidik.

            Dalam proses pendidikan nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang

      lebih spesifik dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus.

      Seperti dikemukakan Komite APEID (Asia and the Pasific Programme

      of Educational Innovation for Defelopment), pendidikan nilai ditujukan

      secara khusus untuk: (a) menerapkan pembentukan nilai kepada anak, (b)

      menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, dan

      (c) membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut.

      Dengan demikian tujuan pendidikan nilai meliputi tindakan mendidik

      yang berlangsung mulai dari usaha penyadaran nilai sampai pada

      perwujudan perilaku-perilaku yang bernilai (UNESCO, 1994).37

            Selain itu, tujuan pendidikan nilai disesuaikan pada konsep awal

      pendidikan nilai yang menyentuh filosofi tujuan pendidikan yaitu

      memanusiakan manusia, membangun manusia paripurna dan membentuk

      insan kamil atau manusia seutuhnya. Dari konsep awal pendidikan nilai

      yang menyentuh pada tujuan pendidikan inilah, maka muncul pertanyaan

37
     Rokhmat Mulyana, op. cit., hlm. 119-120
30




mendasar apa yang membuat manusia berkembang menjadi manusia

seutuhnya? Jawabannya menurut N. Diyarkara adalah pengakuan dan

penghargaan akan nilai-nilai kemanusiaan. Pengakuan dan penghargaan

akan nilai-nilai kemanusiaan itu hanya akan timbul manakala ranah

afektif dalam diri seseorang dihidupkan. Hal itu berarti proses belajar

mengajar perkembangan prilaku anak dan pemahamannya mengenai

nilai-nilai moral seperti keadilan, kejujuran, rasa tanggung jawab serta

kepedulian terhadap orang lain merupakan elemen yang tidak dapat

dipisahkan dari unsur pendidikan.

         Kesadaran anak akan nilai humanitas pertama-tama muncul bukan

melalui teori atau konsep, melainkan melalui pengalaman konkrit yang

langsung dirasakannya di sekolah. Pengalaman itu meliputi sikap dan

perilaku guru yang baik, penilaian adil yang diterapkan, pergaulan yang

menyenangkan serta lingkungan yang sehat dengan penekanan sikap

psitif    seperti   penghargaan     terhadap   keunikan    serta   perbedaan.

Pengalaman seperti inilah bereperan membentuk emosi anak berkembang

dengan baik.

         Selanjutnya Driyarkara mengindikasikan bahwa kesadaran moral

mengarahkan anak untuk mampu membuat pertimbangan secara matang

atas perilakunya dalam kehidupannya sehari-hari baik di sekolah maupun

di masyarakat. Mark dan Terence mengatakan:

         Morality Is directed and constructed to perform a large range of
         independent funtions to prohibit destruction and harm, to promote
         harmony and stability, to develop what is best in us. It promotes the
         social and economoc conditions that sustain mutually benefisial
31




             truth and cooperation, articulates ideals and excel lences, sets
             priorities among the activities that constitute our live38

             Kymlicka menegaskan bahwa relevansi penanaman kesadaran
             moral pendidikan yaitu membentuk warga negara yang mempunyai
             rasa keadilan, kamampuan membedakan mana yang baik dan mana
             yang buruk, mempunyai penghargaan akan hak-haka asasi
             manusia, bersikap toleran, dan memiliki rasa solider serta loyalitas
             terhadap yang lain39

             Benang merah yang dapat ditarik dari konsep Driyarkara adalah

      perlunya keseimbangan antara dimensi kognitif dan afektif dalam proses

      pendidikan. Artinya untuk membentuk manusia seutuhnya tidak cukup

      hanya dengan mengembangkan kecerdasan berfikir atau IQ anak didik

      melalui segudang ilmu pengetahuan, melainkan juga harus dibarengi

      dengan pengembangan perilaku dan kesadaran moral. Karena dengan

      kombinasi seperti itulah peserta didik akan mampu menghargai nilai-nilai

      humanistik di dalam dirinya dan orang lain. Disinilah hakikat pendidikan

      nilai yang sebenarnya.

             Disisi lain pendidikan nilai bisa berarti educare      yang berarti

      membimbing, menuntun, dan pemimpin. Filosofi pendidikan sebagai

      educare ini lebih mengutamakan proses pendidikan yang tidak terjebak

      pada banyaknya materi yang dipaksakan kepada peserta didik dan harus

      dikuasai. Proses pendidikan educare lebih merupakan aktivitas hidup

      untuk menyertai, mengantar, mendampingi, membimbing, memampukan

      peserta didik sehingga tumbuh berkembang sampai pada tujuan

      pendidikan yang dicita-citakan.

38
     Zaim Elmubarok, op cit., hlm. 13
39
     Ibid..
32




                Di sini atmosfer pendidikan mendapat tekanan dan peserta didik di

       beri keleluasaan untuk mengesplorasi diri dan dunianya sehingga

       berkembang kreativitas, ide dan ketrampilan diri sebagai bagian dari

       masyarakatnya. Minat dan bakat peserta didik diperlukan sebagai sentral

       dan hal yang amat berharga. Peran pendidik melebihi dari posisi sebagai

       narasumber, pendorong, pemberi motivasi dan fasilitator bagi peserta

       didik.

                Karena itu, suatu usulan rumusan komprehensif menyeluruh yang

       terbuka kiranya jauh lebih menguntungkan untuk menyiapkan generasi

       masa depan. Usulan rumusan tersebut adalah pendidikan nilai bertujuan

       mendampingi dan mengantar peserta didik kepada kemandirian,

       kedewasaan, kecerdasan, agar menjadi manusia profesional (artinya

       memiliki ketrampilan (sklill), komitmen pada nilai-nilai dan semangat

       dasar pengabdian/pengorbanan) yang beriman dan bertanggungjawab

       akan kesejahteraan dan kemakmuran warga masyarakat, nusa dan bangsa

       Indonesia.40

2. Landasan Pendidikan Nilai

          Landasan pendidikan nilai yang akan diketengahkan terdiri atas enam

 bagian, yaitu: landasan filosofis, landasan spikologis, landasan sosiologis,

 landasan estetik, landasan yuridis dan landasan religi. Landasan filosofis

 mengetengahkan akar pemikiran tentang hakikat manusia dari perspektif

 filasat. Landasan psikologis menjelaskan aspek-aspek psikis manusia


 40
      Zaim Elmubarok, op.cit., hlm. 13-14
33




sebagai   individu.    Landasan       sosiologis   meliputi    prinsip-prinsip

pengembangan manusia sebagai anggota masyarakat. Landasan estetik

menguraikan kemampuan manusia dalam mempersepsi nilai keindahan.

Adapun penjelasan landasan-landasan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Landasan Filosofis

          Pemahaman tentang hakikat manusia telah melahirkan beragam

    tafsiran yang mengkristal pada sejumlah aliran filsafat pendidikan dan

    disiplin ilmu. Banyak peneliti yang tertarik pada eksplorasi tentang

    hakikat manusia, tetapi tidak seorang pun dapat memonopoli

    pengetahuan tentang hakikat manusia. Perdebatan panjang yang cukup

    melelahkan tentang silang pendapat mengenai hakikat manusia telah

    berlangsung sejak zaman yunani kuno, namun manusia hingga kini

    tetap sebagai enigma (teka-teki) yang tak pernah tuntas atau dalam

    bahasa Alexis Carrel (Syari’ati, 1996) disebut I’homme cet iconnu

    (makhluk    tak   dikenal).   Karena    itu,   pencarian   alasan   dalam

    memperdebatkan perbedaan sudut pandangan tentang hakikat manusia

    terkadang tidak lebih penting dari upaya pemanfaatan pandangan

    tersebut bagi upaya pendidikan.

          Sebagian besar filosof beranggapan bahwa hakikat manusia

    adalah hewan yang dapat dididik (animal educantum). Hakikat manusia

    ini didukung oleh hakikat lainnya yang dikenal dalam sejarah pemikiran

    Eropa Barat sebagai: homo sapies (manusia yang mengetahui dan

    dibekali dengan akal), homo ludens (manusia yang bermain-main),
34




         homo recens (manusia yang membuat sejarah), homo faber (manusia

         teknis yang menggunakan alat-alat), homo simbolicum (manusia yang

         mengenal simbol-simbol bahasa), homo concors (manusia yang hidup

         seimbang antara dirinya dengan orang lain dan masyarakat sekitar),

         homo economicus (manusia sebagai makhluk ekonomi), dan animal

         rational (hewan yang rasional) (kartono, 1992). Selin itu, ada pula

         pihak yang beranggapan bahwa hakikat manusia justru terletak pada

         semangat spiritualnya dalam menjalin hubungan dengan Tuhan.

         Menurut pandangan ini manusia yang paling hakiki adalah manusia

         yang beragama.

                Untuk mengetahui perbedaan pandangan tadi, kita dapat

         memimjam kerangka analisis Phenix (1964) dalam bukunya Realms of

         Meaning. Ia menempuh dua langkah penting dalam mengungkapkan

         hakikat manusia, yaitu: Pertama, ia mengidentifikasi interpretasi

         wilayah kajian ilmu Kimia, Fisika, Biologi, Psikilogi, Sosiologi,

         Ekonomi, Politik, Antropologi, Linguistik, Seni, Moral, Sejarah Dan

         Teologi dalam menjelaskan hakikat manusia. Kedua, ia melakukan

         rekonstruksi pengertian tentang hakikat manusia berdasarkan sejumlah

         tafsiran yang diajukan ahli dari berbagai disiplin ilmu. Pada akhir

         analisisnya, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia

         terletak dalam dunia kehidupan makna.41




    41
       Krech, D. dan Crutchfield, R., Individual In Society (Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha,
1962), hlm. 279
35




        Dengan asumsi bahwa makna memiliki kesejajaran arti dengan

   nilai, maka landasan filosofis pendidikan nilai yang dapat ditegakkan

   pada dua kemungkinan posisi, yaitu: 1) filsafat pendidikan nilai pada

   dasarnya tidak berpihak pada salah satu kebenaran tentang hakikat

   manusia yang dicapai oleh suatu aliran pemikiran, karena nilai adalah

   esensi hakikat manusia yang dapat mewakili semua pandangan. 2)

   filsafat pendidikan berlaku selektif terhadap kebenaran hakikat manusia

   juga menyangkut substansi kebenarannya yang dapat berlaku

   kontektual dan situasional.

b) Landasan Psikologis

        Kehasan psikologi dalam menelaah manusia terletak pada

   pandangannya bahwa sebagai individu selalu tampil unik keunikan

   mansia dilihat dari sisi mental dan tingkah lakunya berimplikasi pada

   asumsi psikologis berikutnya bahwa pada hakikatnya tidak ada seorang

   pun anak manusia dengan anak manusia yang sama persis dengan anak

   manusia lainnya. Asumsi seperti ini memang dapat dikesani ekstrem

   karena dapat menfikan kebenaran generalisasi atau teori perkembangan

   dunia psikologis manusia.

        Walaupun demikian, psikologi mencoba untuk menarik batas

   kemiripan melalui kaedah-kaedah perkembangan mental manusia

   beserta ciri-ciri perilakunya. Keutuhan manusia sebagai organisme

   dijelaskan melalui aspek-aspek psikis yang berkembang secara dinamis.

   Demikian pula bebedaan individu ditarik pada prinsip-prinsip dasar
36




            yang mewakili setiap fase pertumbuhan dan perkembangan manusia.

            Dengan berdasarkan pada kaidah-kaidah umum Psikologi seperti itu,

            landasan pendidikan nilai dapat dijelaskan.

            1. Motivasi

                     Setiap orang memiliki motivasi untuk bertindak sesuai dengan

               keinginan, minat dan kebutuhannya. Motivasi merupakan suatu

               usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang

               agar ia tergerak hatinya untuk bertidak melakukan sesuatu sehingga

               mencapai hasil atau tujuan tertentu. Karena itu dalam kajian

               psikologi, motivasi sering dipertimbangakan sebagai sutu tindakan

               diri seseorang. 42

                     Apabila dikaitkan dengan pendidikan nilai sebagai suatu upaya

               penyadaran nilai pada peserta didik, maka motivasi menjadi aspek

               penting yang perlu dipertimbangkan. Dari sejumlah kajian tentang

               motivasi      menunjukkan    bahwa      dorongan-dorongan     psikologis

               manusia bergerak secara dinamis dalam suatu kontinum yang

               menempatkan nilai pada ujung pertimbangan psikologis. Dalam teori

               sikap dari Newcomb misalnya, nilai ditempatkan di atas sikap dan

               keyakinan seseorang, demikian pula dalam teori kebutuhan dari

               Murray,    nilai     ditempatkan   di   atas   kebutuhan    psikogenetik

               individu”43


    42
          Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 71
    43
       Hall, C.S dan Linzey, G., Introduction to Personality Theory (New York: John Wiley
dan Sons, 1985), hlm. 316-318
37




        Hal tersebut berimplikasi bahwa pendidikan nilai harus mampu

  membangkitkan motivasi peserta didik ke arah tindakan yang

  didasarkan pada pilihan kebenaran, kebaikan, dan keindahan.

  Tindakan yang positif itu harus senantiasa dijaga ketahanannya agar

  berlangsung lama dan terinternalisasi pada diri peserta didik.

2. Perbedaan Individu

        Pebedaan individu merupakan aspek lain yang menjadi

  landasan pengembangan pendidikan nilai secara psikologis. Seperti

  telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, pebedaan individu

  mencerinkan adanya keunikan pada peserta didik. Tidak mungkin

  seorang siswa memiliki minat, keinginan, sifat, keyakinan dan nilai

  dalam frekuensi dan intensitas yang sama dengan apa yang dimiliki

  siswa lain. Demikian pula, secara fisik ia tidak mungkin memiliki

  bentuk fisik yang sama, meski dilahirkan sebagai saudara kembar.

        Perbedaan yang dimiliki individu baik secara fisik maupun

  mental dapat menjadi kekuatan atau kelemahan pada dirinya. Dalam

  fenomena pendidikan, misalnya ada siswa yang cerdas, rajin, tekun,

  shaleh atau gemuk, tetapi sebaliknya ada pula yang bodoh, malas,

  nakal, atau kurus. Satu atau lebih ciri berbedaan itu mungkin melekat

  pada diri seseorang dan menjadi kekuatan atau kelemahan pada

  dirinya.

        Perbedaan individu berimplikasi pada kurikulum pendidikan

  nilai dalam membimbing dang mengajarakan peserta didik ke arah
38




             pilhan nilai kehidupan yang tepat, fungsional, kontektual, serta

             sesuai dengan kebutuhan kehidupan mereka. Seperti yang dihadapi

             pendidikan pada umumnya, masalah krusial pendidikan nilai terletak

             bagaimana pendidikan nilai dapat dilakukan secara adil. Adil dalam

             arti nilai diajarkan dengan tidak mengabaikan perkembangan nilai

             subjektif yang lahir secara perorangan dan juga tidak melupakan

             nilai objektif kelompok. Dengan kata lain, nilai subjektif dan nilai

             objektif keduanya harus dikembangkan secara seimbang.

                    Persoalan ini memang tidak sederhana, karena konsep keadilan

             dalam belajar nilai pada akhirnya akan sampai pada pertanyaan

             tentang apa materinya dan bagaimana metodenya. Karena itu, untuk

             mengatasi kompleksitasperbedaan individu dalam belajar nilai

             pendidik sebaiknya memilih materi secara elektik sesuai dengan

             topik pembelajaran, kebutuahan siswa, dan kontek kehidupan.44

             Pilihan secara eklektik jiga dapat dilakukan dalam menentukan

             metode atas dasar pertimbangan konteks pengembangan nilai secara

             mandiri pada peserta didik dan peran-peran penguatan secara

             imperatif artinya sifat pembelajaran yang menekankan atau

             mengharuskan peserta didik memiliki nilai atau moral yang baik.45




     44
        Power, E.J., Philosophy of Education; Studies in Philosoies, Schooling, and Educational
Policies (New Jersey: Prentice-Hall Inc, 1982), hlm. 91
     45
        Tafsir, Ilmu Pendidikan Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995),
hlm. 45-48
39




       3. Tahapan Belajar Nilai

                 Dalam memahami nilai, anak tumbuh dan berkembang sesuai

           dengan pengalamannya. Hal ini tidak berarti semua pengalaman

           anak berlangsung dalam suatu kejadian dan kesatuan yang utuh.

           Pengalaman pada diri anak pada umumnya merupakan petunjuk

           kearah perkembangan persepsi dan tindakan yang pada gilirannnya

           menuntut proses belajar untuk membangun pengalaman itu. Karena

           itu, strategi dasar yang harus dikembangkan oleh guru meliputi: (1)

           identifikasi nilai dan tujuan yang hendak dicapai oleh anak, (2)

           menyusun       pengalaman      kehidupan   yang   matang    terhadap

           pengembangan nilai, dan (3) menyediakan sejumlah pengalaman

           yang memperluas kemampuan anak dalam membangun nilai secara

           mandiri.

                 Untuk itu, pendidikan nilai pada anak perlu disesuaikan

           dengan tahap perkembangan minat dan kepedulian anak terhadap

           nilai. Egan (UNESCO, 1991) menjelaskan bahwa perkembangan

           minat dan kepedulian anak terhadap nilai berlangsung dalam empat

           tahapan, yaitu: tahapan mitos, romantis, filosofis dan ironis. Keepat

           tahap perkembangan itu berlangsung seiring dengan pertumbuhan

           fisik anak yang semakin lama semakin dewasa. Secara rinci empat

           tahapan perkembangan itu dijelaskan pada bagan berikut ini.46




46
     Rokhmat Mulyana, op. cit., hlm. 129-130
40




Tahapan /Usia Jenis      Karakteristik Perkembangan
                      Anak belajar melalui cara
                      bermain dan berceritera. Mereka
                      bahagia bermain dengan objek
                      mainan       yang      melibatkan
   Tahap Mitos        perasaan mereka. Pada tahap ini
   (5-10 tahun)       nilai-moral merupakan perhatian
                      utama yang dibedakan secara
                      hitap putih seperti baik dan jelek,
                      sayang dan benci, suka dan tidak
                      suka, dan sebagainya.
                      Pada rentang usia ini, anak
                      berharap terhadap informasi
                      yang dapat memberikan uraian
 Tahap Romantis       tentang     manusia,     semangat
  (8-15 tahun)        hidup,                petualangan,
                      pengembangan teknologi, olah
                      raga, sampai pada persoalan
                      yang asing bagi dirinya.
                      Tahap ini didominasi oleh
                      keinginan       remaja       untuk
                      menyederhanakan             urutan
                      pengalaman                 melalui
                      pengambilan kesimpulan yang
  Tahap Filosofis     dibuat sendiri tau melalui tatanan
   (14-20 tahun)      hukum dan peraturan yang sudah
                      baku. Pada tahap ini pula
                      biasanya anak merasa frustasi
                      apabila ada perlakuan-perlakuan
                      khusus atau ada pertentangan
                      dalam penegakan hukum.
                      Pada tahap ini, remaja akhir atau
                      orang dewasa mencoba untuk
                      mencari kesimpulan yang jelas
                      berdasarkan pengetahuan dan
                      pengalaman yang dimilikinya.
                      Tetapi penarikan kesimpulan dan
                      penjelasan, termasuk pada hal-
   Tahap Ironis
                      hal yang kontradiktif dan
 (20 tahun ke atas)
                      membingungkan, tidak saja
                      dihargainya       tetapi      juga
                      disenanginya. Pada tahap ini
                      anak remaja akhir dan orang
                      dewasa tidak lagi merasa frustasi
                      dengan adanya sesuatu yang
                      bertentangan atau berlawanan.
41




                   Selain model perkembangan di atas, masih ada model

             perkembangan lainnya yang dapat dirujuk sebagai dasar penyadaran

             nilai pada peserta didik. Tahap perkembangan moral tersebut adalah

             sebagai berikut: Menurut Lawrence Kohlberg ada tiga tahap

             perkembangan moral yaitu: ”pra oprasional, konkret oprasional,

             formal oprasional”.47 Dan menurut Jean Piaget atau tiga tingkat

             pertimbangan moral (prakonvensional, moralitas konvesional,

             moralitas konvesional”.48

                   Tahapan-tahapan perkembangan minat dan kepedulian anak

             terhadap nilai sebagaimana dikemukakan di atas memiliki implikasi

             luas bagi ”pendidikan nilai”.

    c) Landasan Sosial

                Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup

         sendiri tanpa adanya keterlibatan orang lain atau tanpa melibatkan diri

         dengan orang lain. Hubungan saling membutuhkan antar individu

         menandakan bahwa manusia tidak dapat hidup terisolasi dari dunia

         sekitar. Itulah sebabnya, manusia dalam sejarah pemikiran Eropa Barat

         disebut homo concors; yakni makhluk yang dituntut untuk hidup secara

         harmonis dalam lingkungan masyarakatnya. Adalah tidak mungkin bagi

         manusia untuk secara mutlak mementingkan dirinya sendiri (Absolute

         egoism), demikian pula manusia tidak akan mampu hidup sepenuhnya


    47
        Spilka, B., The Psychology of Religion; An Empirical Approch (New Jersey: Prentice-
Hall, 1985), hlm. 62-72
     48
        Syah, M., Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Rosdakarya,
2000), hlm. 77-78
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095
05110095

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Dadang Solihin
 
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedungPedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedunginfosanitasi
 
Presentasi proposal tugas akhir perancangan ulang gedung
Presentasi proposal tugas akhir perancangan ulang gedungPresentasi proposal tugas akhir perancangan ulang gedung
Presentasi proposal tugas akhir perancangan ulang gedungNurliana Puspitasari
 
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan DaerahKebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Buku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunanBuku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunanRenol Doang
 
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)rerianita
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negarainfosanitasi
 
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNGTEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNGMOSES HADUN
 
Struktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkatStruktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkatVersa Apriana
 
Prinsip Dasar Perencanaan Berbasis Hasil Prov Jawa Timur 211014
Prinsip Dasar Perencanaan Berbasis Hasil Prov Jawa Timur 211014Prinsip Dasar Perencanaan Berbasis Hasil Prov Jawa Timur 211014
Prinsip Dasar Perencanaan Berbasis Hasil Prov Jawa Timur 211014PSEKP - UGM
 
Analisa biaya dan waktu
Analisa biaya dan waktuAnalisa biaya dan waktu
Analisa biaya dan waktuudin2234
 
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan Gremons
 
Peraturan Bangunan Gedung
Peraturan Bangunan GedungPeraturan Bangunan Gedung
Peraturan Bangunan Gedungirvanmbolo
 
Materi pelatihan mkkg
Materi pelatihan mkkgMateri pelatihan mkkg
Materi pelatihan mkkgEko Kiswanto
 
Ppt stula
Ppt stulaPpt stula
Ppt stulahanif28
 
Buku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunanBuku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunanRenol Doang
 

Mais procurados (20)

Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
 
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedungPedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
 
Presentasi proposal tugas akhir perancangan ulang gedung
Presentasi proposal tugas akhir perancangan ulang gedungPresentasi proposal tugas akhir perancangan ulang gedung
Presentasi proposal tugas akhir perancangan ulang gedung
 
Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Penanggulangan Bahaya KebakaranPenanggulangan Bahaya Kebakaran
Penanggulangan Bahaya Kebakaran
 
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan DaerahKebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Buku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunanBuku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunan
 
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
 
02 permasalahan aset
02 permasalahan aset02 permasalahan aset
02 permasalahan aset
 
Latihan Soal Kimia Unsur
Latihan Soal Kimia UnsurLatihan Soal Kimia Unsur
Latihan Soal Kimia Unsur
 
Gas mulia
Gas muliaGas mulia
Gas mulia
 
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNGTEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
 
Struktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkatStruktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkat
 
Prinsip Dasar Perencanaan Berbasis Hasil Prov Jawa Timur 211014
Prinsip Dasar Perencanaan Berbasis Hasil Prov Jawa Timur 211014Prinsip Dasar Perencanaan Berbasis Hasil Prov Jawa Timur 211014
Prinsip Dasar Perencanaan Berbasis Hasil Prov Jawa Timur 211014
 
Analisa biaya dan waktu
Analisa biaya dan waktuAnalisa biaya dan waktu
Analisa biaya dan waktu
 
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
Laporan Pendahuluan Konsep Perencanaan Bangunan
 
Peraturan Bangunan Gedung
Peraturan Bangunan GedungPeraturan Bangunan Gedung
Peraturan Bangunan Gedung
 
Materi pelatihan mkkg
Materi pelatihan mkkgMateri pelatihan mkkg
Materi pelatihan mkkg
 
Ppt stula
Ppt stulaPpt stula
Ppt stula
 
Buku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunanBuku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunan
 

Destaque

Skripsi lengkap
Skripsi lengkap Skripsi lengkap
Skripsi lengkap Iswanto Too
 
Bab i promosi jabatan revisi baru
Bab i promosi jabatan revisi baruBab i promosi jabatan revisi baru
Bab i promosi jabatan revisi baruuhamka
 
Skripsi MPG, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis
Skripsi MPG, Pemecahan Masalah, dan Disposisi MatematisSkripsi MPG, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis
Skripsi MPG, Pemecahan Masalah, dan Disposisi MatematisNyayu Husnul Chotimah
 
Motto dan persembahan
Motto dan persembahanMotto dan persembahan
Motto dan persembahanovindaaa
 
Skripsi Emergency Security Caller Berbasis Android untuk Situasi Perampokan d...
Skripsi Emergency Security Caller Berbasis Android untuk Situasi Perampokan d...Skripsi Emergency Security Caller Berbasis Android untuk Situasi Perampokan d...
Skripsi Emergency Security Caller Berbasis Android untuk Situasi Perampokan d...yusuf mufti
 
Contoh Laporan Prkatek Kerja Industri (PRAKERIN) SMK TKJ
Contoh Laporan Prkatek Kerja Industri (PRAKERIN) SMK TKJContoh Laporan Prkatek Kerja Industri (PRAKERIN) SMK TKJ
Contoh Laporan Prkatek Kerja Industri (PRAKERIN) SMK TKJAriefiandra Ariefiandra
 
Panduan tugas a khir elektronika
Panduan tugas a khir elektronikaPanduan tugas a khir elektronika
Panduan tugas a khir elektronikaIrvan Lumar
 
Panduan Penyusunan Laporan Karya Wisata dan Budaya
Panduan Penyusunan Laporan Karya Wisata dan BudayaPanduan Penyusunan Laporan Karya Wisata dan Budaya
Panduan Penyusunan Laporan Karya Wisata dan BudayaDadan Nasrullah
 
50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimiagusty_21
 
Skripsi ghufron mustofa 072211022
Skripsi ghufron mustofa 072211022Skripsi ghufron mustofa 072211022
Skripsi ghufron mustofa 072211022kipanji
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Muhammad Idris
 
Skripsi Hukum Kenegaraan di Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram Yogyakarta
Skripsi Hukum Kenegaraan di Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram YogyakartaSkripsi Hukum Kenegaraan di Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram Yogyakarta
Skripsi Hukum Kenegaraan di Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram YogyakartaUniversitas Widya Mataram Yogyakarta
 

Destaque (20)

kata persembahan skripsi
kata persembahan skripsi kata persembahan skripsi
kata persembahan skripsi
 
KATA MUTIARA
KATA MUTIARAKATA MUTIARA
KATA MUTIARA
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
Skripsi lengkap
Skripsi lengkap Skripsi lengkap
Skripsi lengkap
 
Skp
SkpSkp
Skp
 
Bab i promosi jabatan revisi baru
Bab i promosi jabatan revisi baruBab i promosi jabatan revisi baru
Bab i promosi jabatan revisi baru
 
Skripsi MPG, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis
Skripsi MPG, Pemecahan Masalah, dan Disposisi MatematisSkripsi MPG, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis
Skripsi MPG, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis
 
4 Halaman Persembahan
4 Halaman Persembahan4 Halaman Persembahan
4 Halaman Persembahan
 
Motto dan persembahan
Motto dan persembahanMotto dan persembahan
Motto dan persembahan
 
Skripsi Emergency Security Caller Berbasis Android untuk Situasi Perampokan d...
Skripsi Emergency Security Caller Berbasis Android untuk Situasi Perampokan d...Skripsi Emergency Security Caller Berbasis Android untuk Situasi Perampokan d...
Skripsi Emergency Security Caller Berbasis Android untuk Situasi Perampokan d...
 
Contoh Laporan Prkatek Kerja Industri (PRAKERIN) SMK TKJ
Contoh Laporan Prkatek Kerja Industri (PRAKERIN) SMK TKJContoh Laporan Prkatek Kerja Industri (PRAKERIN) SMK TKJ
Contoh Laporan Prkatek Kerja Industri (PRAKERIN) SMK TKJ
 
Panduan tugas a khir elektronika
Panduan tugas a khir elektronikaPanduan tugas a khir elektronika
Panduan tugas a khir elektronika
 
Panduan Penyusunan Laporan Karya Wisata dan Budaya
Panduan Penyusunan Laporan Karya Wisata dan BudayaPanduan Penyusunan Laporan Karya Wisata dan Budaya
Panduan Penyusunan Laporan Karya Wisata dan Budaya
 
50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia50091904 s kripsi-kimia
50091904 s kripsi-kimia
 
158341868 karya-tulis-ilmiahku
158341868 karya-tulis-ilmiahku158341868 karya-tulis-ilmiahku
158341868 karya-tulis-ilmiahku
 
Skripsi ghufron mustofa 072211022
Skripsi ghufron mustofa 072211022Skripsi ghufron mustofa 072211022
Skripsi ghufron mustofa 072211022
 
36303996 karya-tulis-ilmiah-linda
36303996 karya-tulis-ilmiah-linda36303996 karya-tulis-ilmiah-linda
36303996 karya-tulis-ilmiah-linda
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
 
Curriculum vitae
Curriculum vitaeCurriculum vitae
Curriculum vitae
 
Skripsi Hukum Kenegaraan di Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram Yogyakarta
Skripsi Hukum Kenegaraan di Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram YogyakartaSkripsi Hukum Kenegaraan di Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram Yogyakarta
Skripsi Hukum Kenegaraan di Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram Yogyakarta
 

Semelhante a 05110095

04110201 niwatun
04110201 niwatun04110201 niwatun
04110201 niwatunbekicotzz
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Cha Aisyah
 
06110040 nafi-fadilah-hayati
06110040 nafi-fadilah-hayati06110040 nafi-fadilah-hayati
06110040 nafi-fadilah-hayatiradikalzen
 
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdfKorelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdfFisikawandiHosting
 
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfSKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfFa2dili
 
85559144 skripsi-tps (1)
85559144 skripsi-tps (1)85559144 skripsi-tps (1)
85559144 skripsi-tps (1)Adnan Cmoci
 
1.1 halaman depan tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qu...
1.1 halaman depan tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qu...1.1 halaman depan tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qu...
1.1 halaman depan tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qu...IsroqGagah
 
Bab%20 i%2cv
Bab%20 i%2cvBab%20 i%2cv
Bab%20 i%2cvory_fakod
 
Skripsi arif karunia 072211019
Skripsi arif karunia 072211019Skripsi arif karunia 072211019
Skripsi arif karunia 072211019kipanji
 
Tesis Akhlis Nur Fu'adi-Pendidikan Nilai Kearifan Lokal-UIN Walisongo Semaran...
Tesis Akhlis Nur Fu'adi-Pendidikan Nilai Kearifan Lokal-UIN Walisongo Semaran...Tesis Akhlis Nur Fu'adi-Pendidikan Nilai Kearifan Lokal-UIN Walisongo Semaran...
Tesis Akhlis Nur Fu'adi-Pendidikan Nilai Kearifan Lokal-UIN Walisongo Semaran...Akhlis Nur Fu'adi
 
MAKALAH TAKMIR MASJID.pdf
MAKALAH TAKMIR MASJID.pdfMAKALAH TAKMIR MASJID.pdf
MAKALAH TAKMIR MASJID.pdfDMI
 
02. halaman depan
02. halaman depan02. halaman depan
02. halaman depanalfamorot
 
Contoh Kata Pengantar
Contoh Kata PengantarContoh Kata Pengantar
Contoh Kata PengantarMan sujana
 
Tradisi daerah Makalah Agama.pdf
Tradisi daerah Makalah Agama.pdfTradisi daerah Makalah Agama.pdf
Tradisi daerah Makalah Agama.pdfF206FarhanNajib
 

Semelhante a 05110095 (20)

04110201 niwatun
04110201 niwatun04110201 niwatun
04110201 niwatun
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
 
06110040 nafi-fadilah-hayati
06110040 nafi-fadilah-hayati06110040 nafi-fadilah-hayati
06110040 nafi-fadilah-hayati
 
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdfKorelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
 
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfSKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
 
Siti Skripsi
Siti SkripsiSiti Skripsi
Siti Skripsi
 
Siti Skripsi
Siti SkripsiSiti Skripsi
Siti Skripsi
 
Asep supriadi
Asep supriadiAsep supriadi
Asep supriadi
 
04110012
0411001204110012
04110012
 
85559144 skripsi-tps (1)
85559144 skripsi-tps (1)85559144 skripsi-tps (1)
85559144 skripsi-tps (1)
 
1.1 halaman depan tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qu...
1.1 halaman depan tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qu...1.1 halaman depan tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qu...
1.1 halaman depan tesis m. isro' zainuddin = sistem pembelajaran tahfidzul qu...
 
1 tesis pendahuluan
1 tesis pendahuluan1 tesis pendahuluan
1 tesis pendahuluan
 
Bab%20 i%2cv
Bab%20 i%2cvBab%20 i%2cv
Bab%20 i%2cv
 
Skripsi arif karunia 072211019
Skripsi arif karunia 072211019Skripsi arif karunia 072211019
Skripsi arif karunia 072211019
 
Tesis Akhlis Nur Fu'adi-Pendidikan Nilai Kearifan Lokal-UIN Walisongo Semaran...
Tesis Akhlis Nur Fu'adi-Pendidikan Nilai Kearifan Lokal-UIN Walisongo Semaran...Tesis Akhlis Nur Fu'adi-Pendidikan Nilai Kearifan Lokal-UIN Walisongo Semaran...
Tesis Akhlis Nur Fu'adi-Pendidikan Nilai Kearifan Lokal-UIN Walisongo Semaran...
 
MAKALAH TAKMIR MASJID.pdf
MAKALAH TAKMIR MASJID.pdfMAKALAH TAKMIR MASJID.pdf
MAKALAH TAKMIR MASJID.pdf
 
02. halaman depan
02. halaman depan02. halaman depan
02. halaman depan
 
Contoh Kata Pengantar
Contoh Kata PengantarContoh Kata Pengantar
Contoh Kata Pengantar
 
Skripsi amalia rahmandani_m2_a002007
Skripsi amalia rahmandani_m2_a002007Skripsi amalia rahmandani_m2_a002007
Skripsi amalia rahmandani_m2_a002007
 
Tradisi daerah Makalah Agama.pdf
Tradisi daerah Makalah Agama.pdfTradisi daerah Makalah Agama.pdf
Tradisi daerah Makalah Agama.pdf
 

05110095

  • 1. PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM (STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI) SKRIPSI diajukan oleh: Nurul Lahir Sari Ifa NIM: 05110095 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG April, 2009
  • 2. PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM (STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) diajukan oleh: Nurul Lahir Sari Ifa NIM: 05110095 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG April, 2009 ii
  • 3. Kupersembahkan Skripsi Ini Teruntuk: Allah Swt & Rasulullah Saw Ya Allah Engkaulah Dzat yang telah menciptakanKu, memberikan karunia nikmat yang tak terhingga, melindungiku, membimbingku dan mengajariku dalam kehidupanku, Serta Wahai Engkau ya Rasulullah ya habiballah yang telah memberikanku pengetahuan akan ajaran Tuhanku dan membawaku dari jurang kejahilan menuju kehidupan yang terang benderang. Ayah dan Ibu Tercinta Yang telah berjuang dengan penuh keikhlasan, yang telah menorehkan segala kasih dan sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tak kenal lelah dan batas waktu. Special FoR My Mam Engkaulah Inspirasiku di saat aku rapuh & ketika semangatku memudar. Bapak Trio Supriyatno, M. Ag Yang telah membimbing penulis sehingga dapat terselesaikan rangkaian skripsi ini dan semua dewan guru / dosen UIN Malang yang telah mengajari penulis dengan setiap jiwa yang dengan ilmunya penulis menjadi tahu. Andrea Hirata Yang dengan karyanya telah memberikan ispirasi ku untuk berkarya khususnya dalam pembuatan skripsi ini. Wahai karya sastra “novel laskar pelangi” wujudmu bagaikan dewa penolongku, tanpamu matilah imajinasiku, jiwaku haus untuk membacamu mesti larut menemaniku, namun ini tiada beban bagiku untuk mewududkan harapanku. Saudara-saudaraku Tercinta Muhammad Nasihin (Kakak kandungku), Irawati, ida, Novi Erna Nofitasari, Nur Jannah, Ana Azkiya Nabila, Pak Agus & Mbak Rohmah, Nurus Saadah, Kak Ruri (yang setia dalam sebuah penantian), Keluarga Besar Bani Tasyim, Dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Nurul Jadid. Teman-teman Seperjuangan: Genk’s Ardisia (Aminatus Saidah, Maria Ulfa, Nur Fitria, Iin Aisyah) dalam rangkuman persahabatan ini, segala pikiran, hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada terkirakan. Me2y & Ruro dua si joli dari Madura yang selalu dekat di hati sekalipun jauh hakikatnya kalian emang koncoku yang tokcer abis. Konco-konco Kertorejo 15 A (Al Fitriyah, Mbak Titin, Nida, Lulu, Icha, & yayik), Keluarga Besar HMJ, PMII Condro D, IMADE, HIMALAYA dan UKM Pramuka , Serta semua Sahabat - sahabat yang telah dengan rela membantu hingga skripsi ini selesai, Thank’s For All…?!! Dari Nama-nama yang dimaksud di atas Mudah - mudahan amal baktinya diterima oleh Allah SWT, Amin amin…!!! iii
  • 4. MOTTO Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A’raf: 199) (Diambil dari : Al Quran Dan Terjemahannya, Depag RI, 1974) iv
  • 5. Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Nurul Lahir Sari Ifa Malang, 10 Maret 2009 Lampiran : 4 (Empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang Assalamu'alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Nurul Lahir Sari Ifa NIM : 05110095 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi) Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Pembimbing, Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag NIP. 150 311 702 v
  • 6. HALAMAN PERSETUJUAN PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM (STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI) SKRIPSI Oleh: Nurul Lahir Sari Ifa Nim: 05110095 Telah Disetujui Pada Tanggal 10 Maret 2009 Oleh: Dosen Pembimbing: Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag NIP. 150 311 702 Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. H. Moh. Padil, M. Pd NIP. 150 267 235 vi
  • 7. SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Malang, 10 Maret 2009 Nurul Lahir Sari Ifa vii
  • 8. HALAMAN PENGESAHAN PENDIDIKAN NILAI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM (STUDI ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI) SKRIPSI Dipersiapkan dan Disusun Oleh Nurul Lahir Sari Ifa ( 05110095 ) Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 13 April 2009 dengan nilai A dan Telah Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Tanggal: 13 April 2009 Panitia Ujian Ketua Sidang, Sekretaris Sidang / Pembimbing, Muhammad Walid, MA M. Amin Nur, MA NIP. 150 310 896 NIP. 150 327 263 Pembimbing Penguji Utama Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I NIP. 150 311 702 NIP. 150 215 385 Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031 viii
  • 9. KATA PENGANTAR Segala syukur penulis panjatkan kepada Rabbul Izzati yang telah mengatur roda kehidupan pada porosnya dengan keteraturannya, dan semoga hanya kepada- Nyalah kita menundukkan hati dengan mengokohkan keimanan dan Izzah kita dalam keridhoan-Nya. Karena berkat Rahman dan Rahim-Nya pula skripsi yang berjudul ”Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi” dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada sang pejuang sejati kita, yaitu Rasulullah Muhammad SAW, karena atas perjuangan beliau kita dapat merasakan kehidupan yang lebih bermartabat dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada iman dan Islam. Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar–besarnya dan teriring do’a kepada semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini. Secara khusus penulis sampaikan kepada yang terhormat: 1. Ayahanda dan Ibunda (Slamet Ahadun (Alm), Muhammad Suwono & Siti Julaikha) tercinta yang dengan sabar telah membimbing, mendo’akan, mengarahkan, memberi kepercayaan, kerja keras, dan keagungan doa serta pengorbanan materi maupun spiritual demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang beserta stafnya yang telah memberikan fasilitas selama proses belajar mengajar 3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan fakultas Tarbiyah ix
  • 10. 4. Bapak Drs. H. Moh. Padil M. Pd.I Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta stafnya atas bantuan yang selama ini diberikan kepada penulis dan kerja kerasnya dalam mengemban amanah. 5. Bapak Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran, ketelitian, motivasi, masukan, dan keikhlasan dalam meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik melalui media e-mail. 6. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini baik secara spiritual, moril, maupun materiil. Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis tercatat sebagai amal shalih yang diterima oleh Allah SWT. Ada pepatah yang mengatakan tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan karya tulis ini, tentu masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini dan guna perbaikan penulis selanjutnya. Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan manfaat bagi penulis dan bagi siapapun yang membacanya. Amin Ya Robbal’Alamin.... Malang, 10 Maret 2009 Penulis, Nurul Lahir Sari Ifa x
  • 11. DAFTAR TRANSLITERASI Dalam naskah skripsi ini dijumpai nama dan istilah teknis yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf latin. Pedoman transliterasi yang dipergunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut : A. Konsonan ‫ا‬ = tidak dilambangkan ‫ض‬ = dl ‫ب‬ = b ‫ط‬ = th ‫ت‬ = t ‫ظ‬ = dh ‫ث‬ = ts ‫ع‬ = ‘ (koma menghadap keatas) ‫ج‬ = j ‫غ‬ = gh ‫ح‬ = h ‫ف‬ = f ‫خ‬ = kh ‫ق‬ = q ‫د‬ = d ‫ك‬ = k ‫ذ‬ = dz ‫ل‬ = l ‫ر‬ = r ‫م‬ = m ‫ز‬ = z ‫ن‬ = n ‫س‬ = s ‫و‬ = w ‫ش‬ = sy ‫ئ‬ = h ‫ص‬ = sh ‫ي‬ = y xi
  • 12. Hamzah ( ‫ء‬ ) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak diawal kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan, namun apabila terletak ditengah atau akhir kata maka dilambangkan dengan tanda koma diatas ( ’ ), berbalik dengan koma ( ‘ ), untuk penganti lambang “ ‫ع‬ ”. B. Vokal, panjang dan diftong Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vocal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut ; Vocal (a) panjang = a^ Vocal (i) panjang = i^ Vocal (u) panjang = u^ Khusus untuk bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’ nisbat diakhirnya. Begitu juga suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah ditulis dengan “aw” dan “ay”. Misalnya Qawlun dan khayrun. C. Ta’marbuthah ( ‫ة‬ ) Ta’marbuthah ditransliterasikan dengan “t” jika berada ditengah- tengah kalimat, akan tetapi apabila Ta’marbuthah tersebut berada diakhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya al-risalat li al-mudarrisah, atau apabila berada ditengah-tengah kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan xii
  • 13. menggunakan "t" yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya fi rahmatillah. D. Kata Sandang dan lafdh al-Jalalah Kata sandang berupa “al” ( ‫ ) ا ل‬ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak diawal kalimat, sedangkan “al” dalam lafdh jalalah yang berada ditengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Misalnya Al-Imam al-Bukhariy E. Nama dan Kata Arab Terindonesiakan Pada prinsipnya setiap kata yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis dengan menggunakan system Transliterasi ini, akan tetapi apabila kata tersebut merupakan nama Arab dari orang Indonesia atau bahasa Arab yang sudah terindonesiakan, maka tidak perlu ditulis dengan menggunakan system translitersi ini. Contoh: Abdurrahman Wahid, Salat, Nikah xiii
  • 14. DAFTAR TABEL Tabel I : Paparan Data Nilai-Nilai Yang Terdapat Dalam Novel Laskar Pelangi…………………………………………………………...84 Tabel II : Paparan Data Metode Pengajaran Nilai Yang Terkandung Dalam Novel Laskar Pelangi…………………………………………...103 Tabel III : Paparan Data Nilai-Nilai Yang Dapat Dikembangkan Dalam Pendidikan Islam……………………………………………….106 xiv
  • 15. DAFTAR GAMBAR Gambar I : Sepuluh Murid-murid Sekolah Muhammadiyah (Lintang, Ikal, Mahar, Trapani, Kucai, Sahara, Harun, Samson, A kiong, dan Syahdan). Gambar II : Ibu N.A. Muslimah Hafsari atau Bu Mus. Gambar III : Andrea Hirata (Pengarang Novel Laskar Pelangi) dan dalam novelnya digambarkan sebagai tokoh Ikal. Gambar IV : Cover Laskar Pelangi Edisi Lama (Kiri) dan Edisi Baru (Kanan) xv
  • 16. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Bukti Konsultasi Lampiran 2 : Bukti Konsultasi Via E-mail Lampiran 3 : Profile Andrea Hirata (Penulis Novel Laskar Pelangi) Lampiran 4 : Sinopsi Novel Laskar Pelangi Lampiran 5 : Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup xvi
  • 17. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL......................................................................................i HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................iii HALAMAN MOTTO ......................................................................................iv HALAMAN NOTA DINAS..............................................................................v HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................vi HALAMAN PERNYATAAN.........................................................................vii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................viii KATA PENGANTAR......................................................................................ix HALAMAN TRANSLITERASI ....................................................................xi DAFTAR TABEL ..........................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xvi DAFTAR ISI..................................................................................................xvii HALAMAN ABSTRAK ................................................................................xxi BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1 A. Latar Balakang .................................................................................1 B. Rumusan Masalah ............................................................................5 C. Tujuan Penelitian..............................................................................5 D. Manfaat Penelitian ...........................................................................6 E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................7 xvii
  • 18. F. Definisi Operasional .........................................................................8 G. Sistematika Pembahasan ..................................................................9 BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................11 A. Novel..............................................................................................11 1. Pengertian Novel ........................................................................11 2. Karakteristik Novel ....................................................................12 3. Ciri-ciri Novel ............................................................................14 4. Unsur-unsur Novel .....................................................................16 5. Bentuk-bentuk Tulisan Novel ....................................................23 6. Peran Novel ................................................................................26 B. Konsep Dasar Pendidikan Nilai .....................................................27 1. Definisi Dan Orientasi Pendidikan Nilai....................................27 2. Landasan Pendidikan Nilai ........................................................32 3. Klasifikasi Pendidikan Nilai ......................................................51 C. Pengembangan Pendidikan Islam...................................................56 1. Pengertian Pengembangan Pendidikan Islam............................56 2. Orientasi Pengembangan Pendidikan Islam ..............................59 D. Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam...........61 1. Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan Agama Islam ...................61 2. Pendidikan Nilai Dalam Bingkai Cerita dan Kisah Sebagai Bentuk Pengembangan Pendidikan Islam .................................63 3. Kontribusi Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam .......................................................................65 xviii
  • 19. BAB III METODE PENELITIAN ................................................................67 A. Pendekatan Penelitian ..................................................................67 B. Data Dan Sumber Data ................................................................68 C. Teknik Pengumpulan Data...........................................................69 D. Instrumen Penelitian ....................................................................70 E. Analisis Data................................................................................71 F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data ..........................................74 BAB IV HASIL PENELITIAN......................................................................76 A. Deskripsi Unsur-unsur Novel Laskar Pelangi .............................76 B. Deskripsi Nilai-nilai yang Terdapat dalam Novel Laskar Pelangi .........................................................................................83 C. Deskripsi Metode Pengajaran Nilai yang Terkandung dalam Novel Laskar Pelangi.................................................................102 D. Deskripsi Nilai-nilai yang Dapat Dikembangkan dalam Pendidikan Islam...........................................................................................105 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.......................................114 A. Pembahasan Hasil Analisis Nilai-nilai yang Terdapat dalam Novel Laskar Pelangi............................................................................114 B. Pembahasan Hasil Analisis Metode Pengajaran Nilai yang Terkandung dalam Novel Laskar Pelangi..................................138 C. Pembahasan Hasil Analisis nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam .............................................................141 xix
  • 20. D. Pembahasan Hasil Analisis kontribusi Pendidikan Nilai dalam Novel Laskar Pelangi terhadap Pengembangan Pendidikan Islam ......158 BAB VI PENUTUP ......................................................................................162 A. Kesimpulan ...............................................................................162 B. Saran ..........................................................................................165 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xx
  • 21. ABSTRAK Ifa, Nurul, Lahir Sari. Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Malang. Pembimbing Drs. Triyo Supriyatno, M. Ag. Rendahnya mutu Pendidikan Nasional disebabkan oleh kelemahan pendidikan dalam membekali kemampuan akademis kepada peserta didik. Lebih dari itu ada hal lain yang tidak kalah penting, yaitu kurangnya pendidikan nilai secara bermakna. Hingga sekarang, dunia pendidikan masih diwarnai perilaku siswa membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri dan menganiaya, hingga mengkonsumsi minuman keras dan narkotika. Bahkan sudah ada gejala peredaran adegan porno yang diperankan oleh para pelajar. Fenomena ini tentunya tidak akan terjadi apabila orang tua dan lembaga pendidikan berhasil mengajarkan nilai- nilai yang berlaku di masyarakat. Novel Laskar Pelangi merupakan salah satu novel yang isi pesannya mengandung unsur pendidikan nilai. Disinilah, penulis tergugah ingin meneliti dan menganalisis novel ini. Adapun judul penelitian ini adalah Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pedidikan Islam (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi). Sedangkan rumusan masalahnya yaitu nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, bagaimana metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi, nilai-nilai apa saja terkandung dalam novel Laskar Pelangi yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan apa kontribusi pendidikan nilai dalam novel Laskar Pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam. Dalam prakteknya, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis dan bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Kutipan-kutipan data yang disajikan dalam penelitian ini ditegaskan dalam bentuk lampiran tabel pemaparan data yang diperoleh dari pemahaman makna yang terdapat pada setiap kata, kalimat, paragraf, teks. Dari pemahaman makna secara keseluruhan, dilakukan penafsiran dan pengkategorian data yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi. Penggumpulan data penelitian ini menggunakan metode dengan menggunakan analisis konten (Content Analysis). Maka kegiatan yang dilakukan adalah pemberian makna pada paparan bahasa berupa (1) paragraf-paragraf yang mengemban gagasan tentang Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, (2) paragraf-paragraf yang mengandung gagasan tentang metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi, (3) paragraf-paragraf yang mengemban gagasan tentang nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan (4) paragraf-paragraf yang mengemban gagasan tentang kontribusi pendidikan nilai dalam novel Laskar Pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam. Pemahaman dan analisis xxi
  • 22. tersebut dilakukan melalui kegiatan membaca, menganalisis dan merekonstruksi. Dalam melakukan pemaknaan data peneliti harus memiliki dasar pengetahuan dan pengalaman tentang klasifikasi pendidikan nilai, metode ngajar pendidikan nilai, nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan Islam dan kontribusi pendidikan nilai dalam pengembangan pendidikan Islam sesuai acuan teori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terbagi menjadi tiga kalsifikasi yaitu nilai personal, nilai sosial, dan nilai estetika. Sedangkan metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi adalah metode bercerita dan kisah. Kemudian nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi adalah nilai aqidah, nilai syariah dan nilai akahlak atau budi peketi. Dan kontribusi pendidikan nilai dalam novel Laskar Pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam adalah memberikan kontribusi berupa konstruksi ideologi nilai-nilai Islam. Adanya konstruksi idelogi nilai-nilai Islam tersebut, juga merupakan salah satu sumbangsi dalam meningkatkan kualitas layanan pendidikan Islam untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, yang berbekal pengetahuan, pribadi yang Islami, dan kompentensi ungul yang dibangun oleh seluruh sinergi positif. Oleh karena itu, menurut hemat penulis, nilai-nilai yang terdapat novel Laskar Pelangi baik nilai personal, nilai sosial, nilai seni, nilai aqidah, nilai syariah, nilai akahlak (budi pekerti) merupakan nilai-nilai yang dapat ditanamkan atau diajarkan di setiap lembaga pendidikan. Namun secara khusus untuk nilai aqidah, syariah, dan akahlak (budi pekerti) lebih sesuai jika dikembangkan pada Pendidikan Islam, karena ketiga nilai tersebut merupakan pokok ajaran dalam Islam. Maka dari itu, pendidikan Islam memiliki peranan penting dalam mengembangkan nilai-nilai tersebut, sebagai upaya untuk memanifestasikan atau mengejawantahkan nilai-nilai Islam, baik nilai-nilai ketuhanan maupun nilai-nilai kemanusiaan, melalui kegiatan pendidikan sebagaimana tercakup dalam praktik pendidikan Islam. Dan hal ini akan dapat membantu pengembangan pendidikan Islam untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Kata kunci: Novel Laskar Pelangi, Pendidikan Nilai, Pengembangan Pendidikan Islam xxii
  • 23. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Novel laskar pelangi merupakan sebuah produk karya sastra yang mencakup nilai-nilai karya cipta kreasi yang mengandung nilai-nilai keindahan. Nilai-nilai karya sastra tersebut bersumber dari kenyataan- kenyataan yang hidup dan selalu berkembang di masyarakat sebagai bentuk realitas yang objektif. Novel karya sastra yang ditulis oleh Andrea Hirata ini mengandung esensi yang didalamnya banyak memberikan representasi tentang pendidikan nilai. Dari representasi inilah, maka penulis merasa ingin melakukan penyelidikan (analisis) terhadap novel laskar pelangi. Adapun bagian isi novel yang menunjukkan hal itu adalah; Pak Harfan memberikan pelajaran pertama kepada sepuluh muridnya tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan sepuluh muridnya bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau juga menyampaikan sebuah prinsip yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dada serta memberikan arah bagi murid-muridnya hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya1 Sejak kecil aku tertarik untuk menjadi pengamat kehidupan dan sekarang aku menemukan kenyataan yang mempesona dalam sosiologi lingkungan kami yang ironis. Disini ada sekolahku yang sederhana, para sahabatku yang melarat, orang Melayu yang terabaikan, juga ada orang staf dan sekolah PN yang glamor, serta PN Timah yang gemah rimpah dengan Gedong, tembok feodalistisnya. Semua elemen itu adalah perpustakaan berjalan yang memberiku pengetahuan baru setiap hari2 1 Andrea Hirata, Laskar Pelangi (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2005), hlm. 24 2 Ibid., hlm. 84 1
  • 24. 2 Kutipan cerita di atas merupakan sekelumit representasi dari novel lasakar pelangi yang patut diteladani bagi manusia khususnya para tenaga pendidik dalam dunia pendidikan. Kutipan cerita di atas mengisyaratkan bahwa seorang guru dalam proses pembelajaran memiliki peran dan fungsi bukan hanya sebagai mentranformasikan knowledge, tetapi sekaligus juga membimbing dan mengajarkan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan yang bertindak konsisten. Bimbingan dan pengajaran nilai-nilai inilah yang disebut sebagai pendidikan nilai.3 Pendidikan nilai secara bermakna sangat penting dalam menunjang mutu pendidikan. Saat ini rendahnya mutu Pendidikan Nasional tidak hanya disebabkan oleh kelemahan pendidikan dalam membekali kemampuan akademis kepada peserta didik. Lebih dari itu ada hal lain yang tidak kalah penting, yaitu kurangnya pendidikan nilai secara bermakna. Mengapa pendidikan nilai sangat diperlukan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan. Adapun masalah yang dihadapi oleh pendidikan saat ini, betapa sekolah umum atau lainnya telah merebaknya kasus VCD purno yang dilakukan oknum mahasiswa Itenas Bandung menambah panjang daftar asusila yang dilakukan peserta didik, lalu muncul kasus yang serupa yang dilakukan para yunior mereka di tingkat SMP dan SMU. Di Jawa Barat ada beberapa siswa dan siswi SMU Negeri yang berbuat tidak senonoh di dalam kelas dengan 3 Rokhmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 119
  • 25. 3 masih menggunakan seragam sekolah. Dalam kasus lain seorang anak SMP tega membunuh orang tuanya sendiri, di tempat lain seorang anak madrasah ibtidaiyah bunuh diri dengan alasan tidak sanggup membayar SPP, bahkan ada anak madrasah yang bunuh diri hanya karena baju seragam hari itu tidak bisa dipakai karena basah terkena hujan.4 Dalam kasus selanjutnya adalah praktik pendidikan sering dikesankan sebagai sederetan instruksi guru dan murid-muridnya. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan dalam dunia pendidikan yaitu sebagai pendidikan yang menciptakan manusia ”siap pakai”. Kata ini berarti menghasilakan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan tegnologi. Memerhatikan secara kritis masalah ini, tampak bahwa manusia dipandang layaknya material atau komponen pendukung industri. Lembaga pendidikan sekedar mampu menjadi lembaga produksi penghasil material atau komponen dengan kualitas tertentu yang di tuntut pasar. Ironisnya, kenyataannya ini justru disambut antusias oleh banyak lembaga pendidikan.5 Saat sekarang ini, dunia pendidikan masih diwarnai perilaku siswa membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri dan menganiaya, hingga mengkonsumsi minuman keras dan narkotika.6 4 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 29 5 Ibid., hlm. 31 6 Tatik Rejeki, Konsep Pendidikan Nilai yang Menyenangkan (http:www.yahoo.com, diakses 26 Februari 2008)
  • 26. 4 Disinilah proses penanaman pendidikan nilai sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Pendidikan nilai sangat erat hubungannya dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam memiliki peranan penting dalam mengimplementasikan pendidikan nilai sebagai suatu tindakan pendidikan. Value Education (pendidikan nilai) dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam memilih maupun dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar. Melalui pendidikan nilai, guru dapat mengevaluasi siswa, demikian pula sebaliknya, siswa dapat mengukur kadar nilai yang disajikan guru dalam proses pembelajaran. Singkat kata, dalam bentuk persepsi, sikap, keyakinan, dan tindakan manusia dalam pendidikan, nilai selalu disertakan. Bahkan melaui nilai itulah manusia dapat bersikap kritis terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan pendidikan. Untuk itu, selain diposisikan sebagai muatan pendidikan, nilai juga dapat dijadikan sebagai media kritik bagi setiap orang yang berkepentingan dengan pendidikan dalam mengevaluasi proses dan hasil pendidikan. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa dengan adanya penanaman pendidikan nilai dalam lembaga Pendidikan Islam, maka akan dapat membantu pengembangan pendidikan Islam khususnya dalam proses dan tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan. Dari latar belakang di atas, maka penulis mengangkat skripsi yang berjudul ”Pendidikan Nilai Dalam Pengembangan Pendidikan Islam
  • 27. 5 (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi)”, dengan harapan novel ini mampu menjawab keterpurukan pendidikan Islam saat sekarang dan membawa pendidikan Islam kelevel yang lebih baik dan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan Islam. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas penulis formulasikan dalam rumusan masalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata ? 2. Bagaimana metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi? 3. Nilai-nilai apa saja terkandung dalam novel laskar pelangi yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam ? 4. Apa kontribusi pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala sesuatu yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan permasalahannya. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendiskripsikan nilai-nilai dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata,
  • 28. 6 2. Mendiskripsikan metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi, 3. Mendiskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan 4. Mendiskripsikan kontribusi pendidikan nilai dalam novel ”laskar pelangi” tehadap Pengembangan Pendidikan Islam. D. Manfaat Penelitian Setiap kegiatan penelitian pasti mempunyai nilai kemanfaatan bagi peneliti maupun orang lain. Karena ini kegiatan ilmiah yang dilakukan secara logis dan sistematis, agar penulisan ini harapkan bermanfaat: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi, metode pengajaran nilai yang terkandung dalam laskar pelangi, nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam dan kontribusi pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam. 2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi: a. Pendidikan Islam, diharapkan pendidikan nilai menjadi bahan rujukan dalam praktik sebagai pendukung dalam proses dan tujuan pengembangan pendidikan Islam. b. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI), diharapkan guru dapat merealisasikan penanaman pendidikan nilai semisal guru bertugas bukan hanya mengajar, tetapi lebih utama sebagai pendidik yang di pundaknya digantungkan harapan untuk mencetak generasi bangsa
  • 29. 7 yang cerdas, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Dengan demikian, pendidikan nilai bukan hanya dapat mengembalikan filosofi dasar pendidikan Indonesia, namun juga karena Indonesia sebagai negara Pancasila, dapat kembali menumbuhkan nilai-nilai luhur yang menjadi ciri kepribadian bangsa kita, seperti keramahtamahan, kesopanan, gotong royong, tepa selira, dan lain-lain. Pada akhirnya, pendidikan bukan hanya menyediakan manusia berintelektual tinggi, namun juga manusia yang merasa (peka) terhadap kondisi sekitarnya dan mampu mengatasi situasi krisis yang rumit sekali pun. c. Peserta didik, pendidikan nilai untuk membekali individu menjadi manusia yang professional yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, cakap, dan menjadi seseorang yang bertanggung jawab. d. Bagi peneliti yang lain, untuk mengembangkan pengetahuan yang terkait dengan nilai dan sebagai bekal peneliti apabila sudah terjun di lapangan agar dapat membantu lembaga pendidikan Islam yang erat kaitannya dengan praktik pendidikan nilai. E. Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan nilai merupakan masalah yang mendasar dan urgen dalam proses dan tujuan pembelajaran di dunia pendidikan, pembahasan masalah pendidikan nilai sangat kompleks sekali, maka dari itu untuk lebih mensistematiskan pembahasan masalah ini tidak melebar terlalu jauh dari
  • 30. 8 sasaran sehingga akan memudahkan pembahasan dan penyusunan laporan penelitian ini. Adapun ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah (1) Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata? (2) Bagaimana metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi? (3) Nilai-Nilai apa saja yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam dalam novel laskar pelangi? dan (4) Apa kontribusi pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam? Adapun dalam pembahasan apabila ada permasalahan diluar tersebut di atas maka sifatnya hanyalah sebagai penyempurna sehingga pembahasan ini sampai pada sasaran yang dituju. E. Definisi Oprasional Agar pembahasan lebih fokus, maka perlu dicantumkan penjelasan istilah dari skripsi berjudul: Pendidikan Nilai dalam Pengembangan Pendidikan Islam (Studi Analisis Novel Laskar Pelangi), yakni: 1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya atau Kegiatan mengenali, mengidentifikasi, memberikan tanda-penanda dan sebagainya berdasarkan pemikiran yang mendalam pada sebuah teks atau keadaan, 2. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dan menonjolkan sifat dan watak setiap pelaku,
  • 31. 9 3. Pendidikan Nilai adalah sebagai usaha untuk membimbing peserta didik dalam memahami, mengalami dan mengamalkan nilai-nilai ilmiah, kewarganegaraan dan sosial yang tidak secara khusus dipusatkan pada pandangan agama tertentu atau penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang, dan 4. Pengembangan Pendidikan Islam merupakan suatu proses, cara atau perbuatan mengembangkan pendidikan Islam melalui penanaman nilai- nilai religi, estetika, sosial dan personal dengan tujuan untuk mewujudkan perubahan tingkah laku peserta didik yang Islami, terampil, kreatif, berjiwa sosial, dan mandiri dengan bekal nilai personal. F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis memperinci dalam sistematika pembahasan sebagai berikut: • BAB I : Pendahuluan, penulis membahas pokok-pokok pikiran untuk memberikan gambaran terhadap inti pembahasan, pokok pikiran tersebut masih bersifat global. Pada bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah; • BAB II : Memaparkan tentang landasan teoritis yang berkaitan dengan novel, pendidikan nilai, dan pengembangan pendidikan Islam; • BAB III : Memaparkan tentang metode penelitian, yang meliputi tentang rancangan penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan analisis data;
  • 32. 10 • BAB VI : Paparan data penelitian novel laskar pelangi yang meliputi; deskripsi nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata, deskripsi metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi, deskripsi nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan kontribusi pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam; • BAB V : Pembahasan hasil analisis penelitian yang meliputi nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel laskar pelangi karya Andrea Hirata, metode pengajaran nilai yang terkandung dalam novel laskar pelangi, nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam, dan kontribusi pendidikan nilai dalam novel laskar pelangi terhadap pengembangan pendidikan Islam; • BAB VI : Penutup, pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran.
  • 33. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Novel 1. Pengertian Novel Novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella, yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dalam The American Colage, dikatakan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi dengan panjang tertentu, melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata representative dalam suatu alur atau suatu kehidupan yang agak kacau atau kusut.7 Sumardjo memberikan pengertian novel sebagai cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas, di sini berkaitan dengan fisik novel maupun unsur yang ada dalam novel tersebut, misalnya saja plot yang kompleks, keaneka ragaman karakter dan cerita yang beragam. Sedangkan menurut Husnan, novel adalah suatu karangan atau karya sastra yang lebih panjang daripada cerpen atau lebih pendek daripada roman dan kejadian-kejadian yang digambarkan melahirkan suatu konflik jiwa dan mengakibatkan suatu perubahan nasib.8 Viginia Woff mengatakan bahwa, suatu prosa atau novel adalah sebuah eksplorasi atau suatu kronik penghidupan, merenungkan dan 7 Rini Wiediastutik S, Analisis Nilai-Nilai Humanistik Tokoh dalam Novel Kuncup Berseri Karya NH. Dini, Skripsi, (FKIP UMM, 2005), hlm. 9 8 Ibid.. 11
  • 34. 12 melukiskan dalam bentuk yang tertentu, pengaruh, ikatan hasil, kehancuran, atau tercapainya gerak gerik manusia.9 Novel merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika di baca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur padu.10 Novel adalah sebuah cerita fiksi yang jumlah halamannya mencapai berpuluh-puluh, ratusan, atau beratus-ratus, seperti: serial Harry Potter, Load of The Ring, Eragon atau Ranggamorfosa Sang Penakhluk Istana.11 Novel merupakan menceritakan suatu peristiwa pada rentang waktu yang cukup panjang dengan beragam karakter yang diperankan oleh tokoh.12 Dari beberapa pengertian novel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa novel adalah suatu cerita panjang dengan berbagai karakter yang mengisahkan kehidupan manusia, mulai dari konflik-konflik dan permasalahannya secara rinci, detail, dan kompleks dengan proses berfikir yang terstruktur. 2. Karakteristik Novel Menurut Watson, karakteristik novel Indonesia adalah novel-novel yang dimulai tahun 1920, yaitu novel yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Menurutnya novel Indonesia tidak muncul begitu saja, melainkan melalui 9 Hardjana, Cara Mudah Mengarang Cerita Anak-anak (Jakarta: PT Grasindo, 2006), hlm. 13 10 Sugihastuti dan Suhartono, Kritik sastra Feminis Teori dan Aplikasinya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 43 11 Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 287 12 Ameliawati, Analisis Instink Pada Tokoh Utama Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari, Skripsi, (FKIP UMM, 2006), hlm. 16
  • 35. 13 proses panjang yang terjadi sebelumnya, yaitu sejak perkembangan komunikasi di Jawa dan Sumatera di pertengahan abad XIX.13 Karakteristik novel Indonesia ada sedikit perbedaan antara roman, novel dan cerpen. Ada juga yang disebut novellet. Dalam roman biasanya kisah berawal dari tokoh lahir sampai dewasa kemudian meninggal, roman biasanya mengikuti aliran romantik. Sedangkan novel berdasarkan realisme, dan di dalam novel penggambaran tokoh biasanya merupakan sebagian dari hidupnya yang dapat berubah dari keadaan sebelumnya.14 Berbeda dengan cerita pendek yang tidak berkepentingan pada kesempurnaan cerita atau keutuhan sebuah cerita, tetapi lebih berkepentingan pada impresi atau kesan. Karakteristik novel Indonesia meliputi empat periode: (1) Angkatan Balai Pustaka, (2) Angkatan Pujangga Baru, (3) Angkatan 45, dan (4) Angkatan Sesudah 45. 1. Angkatan Balai Pustaka, pujangga yang termasuk angkatan Balai Pustaka beserta karangannya: Marah Rusli dengan salah satu karyanya yang berjudul Siti Nurbaya, keinginan Marah Rusli terhadap novel ini adalah ia ingin merombak adat yang berlaku pada masa itu dan dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.15 2. Angkatan Pujangga Baru, tokoh pujangga baru dan karyanya: Sutan Takdir Alisjahbana dengan salah satu karyanya yang berjudul Layar 13 Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 87. 14 Yandianto, Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia (Bandung: M2S, 2004), hlm. 160. 15 Ibid., hlm. 17.
  • 36. 14 Terkembang, keinginan Sutan Takdir Alisjahbana terhadap novel ini adalah mendambakan pembaharuan pada corak kebudayaan bangsanya. 3. Angkatan 45, sastrawan dalam angkatan 45 dan karyanya yakni: Idrus dengan salah satu karyanya yang berjudul Aki, keinginan Idrus terhadap novelnya adalah ia berusaha menampilkan topik lain yang lebih luas dan mendasar daripada hanya soal cinta, usaha yang disertai keyakinan penuh akan menghasilkan apa yang dicita-citakan. 4. Angkatan Sesudah 45, setelah memulai proses yang cukup rumit akhirnya didapatkan satu nama sastrawan yang termasuk kelompok Angkatan Sesudah 45 atau Angkatan 66 ini yakni Montingo Busye dengan salah satu karyanya yang berjudul Hari Ini Tak Ada Cinta, keinginan pengarang terhadap novel ini adalah hendaknya kita bertanggung jawab akan merugikan orang lain. 3. Ciri-ciri Novel Sebagai salah satu hasil karya sastra, novel memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Dari segi jumlah kata ataupun kalimat, novel lebih mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam proses pemaknaannya relative jauh lebih mudah daripada memaknai sebuah puisi yang cenderung mengandung beragam bahasa kias. Berkaitan dengan masalah tersebut, Sumardjo memberikan ciri-ciri novel sebagai berikut: (1) Plot sebuah novel berbentuk tubuh cerita, dirangkai dengan plot-plot kecil yang lain, karena struktur bentuk yang luas ini maka novel dapat bercerita panjang dengan persoalan yang luas, (2)
  • 37. 15 Tema dalam sebuah novel terdapat tema utama dan pendukung, sehingga novel mencakup semua persoalan, (3) Dari segi karakter, dalam novel terdapat penggambaran karakter yang beragam dari tokoh-tokoh hingga terjalin sebuah cerita yang menarik.16 Adapun menurut Tarigan ciri-ciri novel diklasifikasikan sebagai berikut: a. Jumlah kata, novel jumlah katanya mencapai 35.000 buah; b. Jumlah halaman, novel mencapai maksimal 100 halaman kuarto; c. Jumlah waktu, waktu rata-rata yang digunakan untuk membaca novel paling pendek diperlukan sekitar 2 jam (120 menit); d. Novel bergantung pada pelaku dan mungkin lebih dari satu pelaku; e. Novel menyajikan lebih dari satu impresi (kesan); f. Novel menyajikan lebih dari satu efek; g. Novel meyajikan lebih dari satu emosi; h. Novel memiliki skala yang lebih luas; i. Seleksi pada novel lebih ketat; j. Kelajuan dalam novel lebih lambat; k. Dalam novel unsur-unsur kepadatan dan intensitas tidak begitu diutamakan.17 Selain mempunyai ciri-ciri, novel juga mempunyai beberapa nilai yang terkandung di dalamnya, antara lain: 1) Nilai moral yaitu nilai baik dan buruk yang terkandung dalam novel; 16 Rini Wiediastutik S., op.cit., hlm. 10 17 Ibid., hlm. 10-11
  • 38. 16 2) Nilai religius yaitu nilai yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan tokoh novel; 3) Nilai kemanusiaan yaitu nilai tentang tindakan tokoh dan kesesuaiannya dengan hak asasi manusia; 4) Nilai kultural yaitu nilai yang berkaitan dengan budaya dalam novel.18 4. Unsur-unsur Novel Unsur-unsur novel meliputi beberapa hal yaitu: (a) tokoh, (b) latar, (c) alur atau plot, dan (d) tema. a) Tokoh dan Penokohan 1) Tokoh Tokoh merupakan para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh dalam fiksi ialah ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di alam nyata. Oleh karena itu, dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara ilmiah. Dalam arti tokoh-tokoh itu memiliki “kehidupan” atau berciri “hidup” atau memiliki derajat lifelikeness.19 Dalam buku “Pengantar Apresiasi Karya Sastra”, tokoh didefinisikan orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Karena peristiwa dalam karya sastra (novel) seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, 18 Nurdjanah Kafrawi, dkk, Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia 3 (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hlm. 46 19 Wiyatmi, Pengantar Kajian Sastra (Yogyakarta: Pustaka, 2006), hlm. 30
  • 39. 17 selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh utama. Sedangkan tokoh yang tidak memiliki peranan penting karena pemunculannya hanya melengkapi saja atau sebagai pendukung pelaku utama disebut tokoh pembantu.20 Seorang tokoh dalam karya sastra merupakan imaji penulis dalam membentuk personalitas tertentu dalam cerita. Berhasil tidaknya suatu penokohan akan mempengaruhi cerita si pembaca. Sebuah penokohan atau perwatakan harus menampilkan tokoh dengan karakter berkelakuan seperti dalam kehidupan sebenarnya. 2) Penokohan Penokohan sangat erat hubungannya dengan seorang tokoh dalam karya sastra. Penyajian watak dan penciptaan citra tokoh ini disebut penokohan. Cara paling sederhana dalam penampilan tokoh adalah pemberian nama. Setiap nama memiliki daya yang menghidupkan, menjiwai, dan mengindividualisasikan seorang tokoh. Aminuddin mengemukakan bahwa pengetahuan tentang teknik penampilan tokoh dalam sebuah proses fiksi berguna sebagai bekal menganalisis tokoh. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam cerita, yaitu melalui (1) tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya, (2) gambaran yang 20 Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo. 2002), hlm. 80
  • 40. 18 diberikan pengarang terhadap lingkungan kehidupan pelaku maupun cara berpakaian, (3) cara berbicara tokoh tentang diri sendiri, (4) pelaku tokoh, (5) jalan pikiran tokoh, (6) bagaimana tokoh-tokoh lain membicarakannya, (7) bagaimana cara tokoh lain mereaksi tokoh, dan (8) bagaiamana cara tokoh mereaksi tokoh lain.21 Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa dalam mengenali penokohan dalam suatu cerita pada karya sastra dapat dilakukan lewat pengenalan karakteristik tokoh, tingkah laku tokoh, jalan pikiran tokoh, maupun dialog-dialog yang terdapat dalam sebuah karya sastra (novel). b) Latar Karya fiksi pada hakekatnya berhadapan dengan sebuah dunia yang sudah dilengkapi dengan tokoh penghuni dan permasalahannya, sebagai halnya kehidupan manusia di dunia nyata. Dengan kata lain, sebuah dunia, di samping membutuhkan tokoh, cerita dan plot juga perlu latar, karena latar disebut juga sebagai landas tumpu, yang tertuju pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Sedangkan Leo Haliman dan Frederick menjelaskan bahwa setting dalam karya sastra (novel) bukan hanya tempat, waktu, peristiwa, suasana benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup 21 Ameliawati, op.cit., hlm. 19-20
  • 41. 19 suatu masyarakat dalam menanggapi suatu permasalahan tertentu.22 Adapun hubungan latar dengan penokohan, misalnya pengarang mau menampilkan tokoh seorang petani yang sederhana dan buta huruf, maka tidak mungkin petani itu diberi setting kota Jakarta, perkantoran atau restoran, begitu juga seorang tokoh yang digambarkan berwatak alim tidak mungkin diberi setting kamar yang penuh dengan gambar botol minuman keras. Seperti yang telah dipaparkan di atas, latar juga mampu menuansakan suasana-suasana tertentu. Suasana tertentu akibat penataan setting oleh pengarangnya itu lebih lanjut juga akan berhubungan dengan suasana penuturan yang terdapat dalam suatu cerita. Latar dalam prosa atau fiksi dibedakan menjadi empat, yaitu: 1) Latar alam (geographic setting) adalah latar yang melukiskan tempat atau lokasi terjadinya peristiwa dalam alam mini, misalnya: di desa, di kota, di pegunungan, dll; 2) Latar waktu (temporal setting) adalah latar yang melukiskan kapan peristiwa itu terjadi, misalnya: tahun berapa, pada musim apa, senja hari, dan akhir bulan; 3) Latar sosial (social setting) adalah latar yang melukiskan dalam lingkungan mana peristiwa itu terjadi, misalnya: lingkungan pelayaran, lingkungan buruh pabrik, dll; 22 Ibid., hlm. 17
  • 42. 20 4) Latar ruang yaitu latar yang melukiskan dalam ruang yang bagaimana peristiwa itu berlangsung, misalnya: dalam kamar, aula, toko, dan lain-lain.23 Berdasarkan pada pengertian latar di atas, tokoh dan setting merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal itu disebabkan karena tokoh dan latar dapat menentukan kelogisan dan diterimanya cerita oleh pembaca. Penataan setting yang tepat dan sesuai dengan kepribadian tokoh dan juga cerita disajikan akan menimbulkan kesan bahwa karya sastra tersebut adalah karya yang logis. c) Alur atau Plot Istilah alur sama dengan istilah plot atau struktur cerita. Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan dan membentuk kesatuan cerita.24 Aminuddin mengatakan bahwa alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh pelaku dalam suatu cerita. Menurut Adiwardoyo, alur dapat dibagi berdasarkan kategori kausal (sebab- akibat) dan kondisinya. Berdasarkan kausalnya alur dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Alur urutan (episodik), dikatakan alur urutan apabila peristiwa- peristiwa yang ada disusun berdasarkan urutan sebab-akibat, kronologis (sesuai dengan urutan waktu), tempat, dan hierarkis (berurut-urut); 23 Rini Wiediastutik S. op.cit., hlm. 14-15 24 Dawud, dkk, Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid I untuk SMA Kelas X (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 245
  • 43. 21 2) Alur mundur (flashback), sebuah cerita dikatakan beralur mundur apabila peristiwa-peristiwa yang ada disusun berdasarkan akibat- sebab, waktu kini ke waktu lampau; 3) Alur campuran, dikatakan sebuah cerita ber-alurkan campuran apabila peristiwa-peristiwa yang ada disusun secara campuran antara sebab akibat waktu kini ke waktu lampau atau waktu lampau ke waktu kini.25 Berdasarkan kondisinya, alur dibedakan menjadi empat, yaitu: 1) Alur buka yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai kondisi mula yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya; 2) Alur tengah yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai kondisi yang mulai bergerak ke arah kondisi puncak; 3) Alur puncak yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai klimaks dari sekian banyak rangkaian peristiwa yang ada pada cerita itu; 4) Alur tutup yaitu rangkaian peristiwa yang dianggap sebagai kondisi yang mulai bergerak kea rah penyelesaian atau pemecahan dari kondisi klimaks.26 d) Tema Tema merupakan ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam. Tema bisa berupa moral, etika, agama, nilai, social 25 Rini Wiediastutik S. op.cit., hlm. 13 26 Ibid., hlm. 14
  • 44. 22 budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masyarakat kehidupan. Namun, tema bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.27 Tema juga merupakan gagasan pokok pikiran yang digunakan pengarang untuk mengembangkan cerita. Tema berkaitan dengan makna dan tujuan pemaparan karya fiksi oleh pengarangnya. Adiwardoyo mengatakan tema adalah gagasan sentral pengarang yang mendasari penyusunan suatu cerita dan sekaligus menjadi sasaran dari cerita itu.28 Menurut Nurgiyantoro, tema dibedakan menjadi dua bagian yaitu tema utama yang disebut tema mayor, yang artinya makna pokok yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Tema mayor ditentukan dengan cara menentukan persoalan yang paling menonjol, yang paling banyak konflik dan waktu penceritaannya. Sedangkan tema tambahan disebut tema minor, merupakan tema yang kedua yaitu makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita dan diidentifikasikan sebagai makna bagian atau makna tambahan.29 Oleh sebab itu, dalam menentukan sebuah tema harus memahami terlebih dahulu bagian-bagian yang mendukung sebuah cerita, baik latar, tokoh dan penokohan, alur atau persoalan yang dibicarakan. Apabila pembaca karya sastra telah dapat menentukan dan menemukan tema dari 27 Zainuddin Fananie, Telaah Sastra (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2000), hlm. 84 28 Rini Wiediastutik S., op.cit., hlm. 15 29 Ibid..
  • 45. 23 sebuah karya sastra, maka pembaca tersebut telah mengetahui tujuan pengarang dalam sebuah cerita yang telah dibuatnya. 5. Bentuk-bentuk Tulisan Novel Ada banyak bentuk-bentuk tulisan dalam sebuah cerita. Salah satunya dapat dilihat berdasarkan penggolongan dalam cara penyajian dan tujuan penyampaiannya. Dan bentuk tulisan sendiri meliputi, deskripsi, eksposisi, narasi, persuasi dan argumentasi. a. Deskripsi Deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan deskripsi, penulis tidak boleh mencampuradukkan keadaan yang sebenarnya dengan interpretasinya sendiri. b. Eksposisi Di tinjau dari asal katanya, eksposisi berarti membuka dan memulai. Bahkan ada yang mengatakan eksposition means explanation (eksposisi adalah penjelasan). Ini berarti tulisan eksposisi berusaha untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu. Pada dasarnya eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau table, atau mengulas sesuatu. Biasanya, tulisan eksposisi sering ditemukan bersama-sama dengan bentuk tulisan deskripsi. Seorang yang menulis eksposisi berusaha
  • 46. 24 memberitahukan pembacanya agar pembaca semakin luas pengetahuannya tentang suatu hal. c. Narasi Narasi merupakan bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Namun demikian, narasi yang ditulis juga bisa ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau berbagai peristiwa yang diceritakan. Meskipun berdasarkan fakta imajinasi penulis dalam bercerita tetap terkesan kuat sekali. Melalui narasi, seorang penulis memberitahukan orang lain dengan sebuah cerita. Sebab, narasi sering diartikan juga dengan cerita. Sebuah cerita adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu, masalah, mencoba untuk memecahkan masalah dan memberi solusi dari masalah itu. d. Argumentasi Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya bisa
  • 47. 25 juga membujuk pembaca agar pendapat penulis bisa diterima. Bentuk argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta- fakta yang tepat terhadap apa yang dikemukakan yang sangat dibutuhkan dalam tulisan argumentatif adalah data penunjang yang cukup, logika yang baik dalam penulisan dan uaraian yang runtut. Berikut ini adalah tugas dari penulis argumentatif: 1. Harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan; 2. Berusaha untuk menghindari setiap istilah yang menimbulkan prasangka tertentu; 3. Penulis argumentatif berusaha untuk menghilangkan ketidaksepakatan; 4. Menetapkan secara tepat titik ketidaksamaan yang di argumentasikan.30 e. Persuasi Pesuasi berarti membujuk atau meyakinkan. Goris Keraf pernah mengatakan, persuasi bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Mereka yang menerima persuasi harus dapat keyakinan, bahwa keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang benar, bijaksana dan dilakukan tanpa paksa. Melalui persuasi, seorang penulis mencoba mengubah pandangan pembaca tentang sebuah permasalahan tertentu. Penulis 30 Nurudin, Dasar-dasar Penulisan (Malang : UMM Press, 2007), hlm. 79
  • 48. 26 mempersembahkan fakta dan opini yang bisa didapatkan pembacanya untuk mengerti menggapai sesuatu itu adalah benar, salah atau diantara keduanya. Di samping itu, penulis persuasi harus bisa menampilkan fakta- fakta agar apa yang diinginkannya diyakini pembaca, dan pembaca mau melakukan sesuai maksud penulis. Persuasi biasanya akan memberikan penekanan pada pemilihan kata yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasaan orang lain. 5. Peran Novel Setidak-tidaknya sudah seribu tahun sastra menduduki fungsinya yang penting dalam masyarakat Indonesia. Sastra dibaca oleh para raja dan bangsawan, serta kaum terpelajar pada zamannya. Sejak dahulu sastra menduduki fungsi intelektual dalam kehidupan masyarakat. Pentingnya kedudukan sastra dalam masyarakat Indonesia lama, disebabkan oleh fokus budaya mereka pada unsur agama dan seni. Sastra Jawa Kuno malah menduduki fungsi religio-magis, pada zaman Islam, sastra digunakan para raja untuk memberikan ajaran rohani kepada rakyatnya.31 Jadi, pada zaman dahulu sastra mempunyai fungsi yang sangat penting dalam masyarakat Indonesia. Akan tetapi, fungsi ini mulai tergeser dengan masuknya kebudayaan barat ke Indonesia.32 Beberapa fungsi sastra di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peran novel dalam masyarakat juga sangat penting, karena novel bukan saja 31 Jakob Sumardjo, Sastra dan Masa (Bandung: ITB, 1995), hlm. 6 32 Ibid..
  • 49. 27 menampilkan sebuah wacana kepada masyarakat, akan tetapi novel juga sangat berperan terhadap perkembangan masyarakat, terlihat pada pesan dari seorang penulis atau sastrawan dapat dikatakan sebagai pejuang moral karena mereka berupaya agar pembaca dapat mengetahui dan memahami apa yang ada dalam alur cerita novel tersebut sehingga dapat menggugah perasaan si pembaca. B. Konsep Pendidikan Nilai 1. Pengertian Definisi dan Orientasi Pendidikan Nilai Pendidikan nilai dapat dimulai dari pemahaman tentang definisi dan tujuannya. Definisi dapat memberikan petunjuk pada pemaknaan istilah pendidikan nilai, sedangkan tujuan dapat memberikan kejelasan tentang cita-cita dan arah yang dituju oleh pendidikan nilai. a. Definisi Pendidikan Nilai Pada dasarnya, pendidikan nilai dirumuskan dari dua pengertian dasar yang terkandung dalam istilah pendidikan dan istilah nilai. Ketika kedua istilah itu disatukan, arti keduanya menyatu dalam definisi pendidikan nilai. Namun karena arti pendidikan dan arti nilai dapat dimaknai berbeda, definisi nilai pun dapat beragam, tergantung pada tekanan dan rumusan yang diberikan pada kedua istilah itu. Seperti dikemukakan oleh Sastrapratedja (Kaswardi, 1993), yang dimaksud dengan pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan pada diri seseorang. Dalam pengertian yang hampir sama Mardiatmadja (1986) mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami niali-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Dua ahli Pendidikan nilai itu memiliki pendangan yang sama bahwa pendidikan nilai tidak hanya
  • 50. 28 merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, tetapi mencakup pula keseluruhan proses pendidikan33 Dan dalam pengertian lain, pendidikan nilai ialah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang. Pendidikan nilai tidak harus merupakan satu program atau pelajaran khusus, seperti pelajaran menggambar atau bahasa inggris, tetapi lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan34 Sementara itu, dalam laporan Nasional Recource Center For Value Education, pendidikan nilai di negara India didefinisikan sebagai usaha untuk membimbing peserta didik dalam memahami, mengalami dan mengamalkan nilai-nilai ilmiah, kewarganegaraan dan sosial yang tidak secara khusus dipusatkan pada pandangan agama tertentu (NRCVE, 2003). Dalam pengertian yang lebih oprasional David Aspin (2000) membuat definisi pendidikan nilai sebagai bantuan untuk mengembangkan dan mengartikulasikan kemampuan pertimbangan nilai atau keputusan moral yang dapat melembagakan kerangka tindakan manusia35 Sedangkan dalam buku dengan judul ”memanusiakan manusia muda tinjauan pendidikan humaniora”, menjelaskan bahwa pendidikan nilai adalah suati pandangan dasar seseorang terhadap alam, sesama manusia dan Tuhannya (yang akhir ini terjabar secara lebih terperinci dalam pandangan-pandangan keagamaannya) 36 Dari definisi di atas dapat ditarik suatu definisi pendidikan nilai yang mencakup keseluruhan aspek sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Definisi pendidikan nilai ini perlu dibedakan dari arti pendidikan nilai yang dimaknai secara fungsional dan situasional. 33 Rokhmat Mulyana, op.cit., hlm. 119 34 Kaswardi, E.M K., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 (Jakarta: PT Grasindo, 1993), hlm. 3 35 Rokhmat Mulyana, op.cit., hlm. 119 36 Dick Hartono, Menanusiakan Manusia Muda Tinjauan Pendidikan Humaniora (Jakarta: Kanisius, 1985), hlm. 33
  • 51. 29 b. Orientasi Pendidikan Nilai Secara Umum, pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik agar memahami, menyadari, mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud, tindakan-tindakan pendidikan yang mengarah pada perilaku baik dan benar perlu diperkenalkan oleh para pendidik. Dalam proses pendidikan nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih spesifik dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus. Seperti dikemukakan Komite APEID (Asia and the Pasific Programme of Educational Innovation for Defelopment), pendidikan nilai ditujukan secara khusus untuk: (a) menerapkan pembentukan nilai kepada anak, (b) menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan, dan (c) membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Dengan demikian tujuan pendidikan nilai meliputi tindakan mendidik yang berlangsung mulai dari usaha penyadaran nilai sampai pada perwujudan perilaku-perilaku yang bernilai (UNESCO, 1994).37 Selain itu, tujuan pendidikan nilai disesuaikan pada konsep awal pendidikan nilai yang menyentuh filosofi tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia, membangun manusia paripurna dan membentuk insan kamil atau manusia seutuhnya. Dari konsep awal pendidikan nilai yang menyentuh pada tujuan pendidikan inilah, maka muncul pertanyaan 37 Rokhmat Mulyana, op. cit., hlm. 119-120
  • 52. 30 mendasar apa yang membuat manusia berkembang menjadi manusia seutuhnya? Jawabannya menurut N. Diyarkara adalah pengakuan dan penghargaan akan nilai-nilai kemanusiaan. Pengakuan dan penghargaan akan nilai-nilai kemanusiaan itu hanya akan timbul manakala ranah afektif dalam diri seseorang dihidupkan. Hal itu berarti proses belajar mengajar perkembangan prilaku anak dan pemahamannya mengenai nilai-nilai moral seperti keadilan, kejujuran, rasa tanggung jawab serta kepedulian terhadap orang lain merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari unsur pendidikan. Kesadaran anak akan nilai humanitas pertama-tama muncul bukan melalui teori atau konsep, melainkan melalui pengalaman konkrit yang langsung dirasakannya di sekolah. Pengalaman itu meliputi sikap dan perilaku guru yang baik, penilaian adil yang diterapkan, pergaulan yang menyenangkan serta lingkungan yang sehat dengan penekanan sikap psitif seperti penghargaan terhadap keunikan serta perbedaan. Pengalaman seperti inilah bereperan membentuk emosi anak berkembang dengan baik. Selanjutnya Driyarkara mengindikasikan bahwa kesadaran moral mengarahkan anak untuk mampu membuat pertimbangan secara matang atas perilakunya dalam kehidupannya sehari-hari baik di sekolah maupun di masyarakat. Mark dan Terence mengatakan: Morality Is directed and constructed to perform a large range of independent funtions to prohibit destruction and harm, to promote harmony and stability, to develop what is best in us. It promotes the social and economoc conditions that sustain mutually benefisial
  • 53. 31 truth and cooperation, articulates ideals and excel lences, sets priorities among the activities that constitute our live38 Kymlicka menegaskan bahwa relevansi penanaman kesadaran moral pendidikan yaitu membentuk warga negara yang mempunyai rasa keadilan, kamampuan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mempunyai penghargaan akan hak-haka asasi manusia, bersikap toleran, dan memiliki rasa solider serta loyalitas terhadap yang lain39 Benang merah yang dapat ditarik dari konsep Driyarkara adalah perlunya keseimbangan antara dimensi kognitif dan afektif dalam proses pendidikan. Artinya untuk membentuk manusia seutuhnya tidak cukup hanya dengan mengembangkan kecerdasan berfikir atau IQ anak didik melalui segudang ilmu pengetahuan, melainkan juga harus dibarengi dengan pengembangan perilaku dan kesadaran moral. Karena dengan kombinasi seperti itulah peserta didik akan mampu menghargai nilai-nilai humanistik di dalam dirinya dan orang lain. Disinilah hakikat pendidikan nilai yang sebenarnya. Disisi lain pendidikan nilai bisa berarti educare yang berarti membimbing, menuntun, dan pemimpin. Filosofi pendidikan sebagai educare ini lebih mengutamakan proses pendidikan yang tidak terjebak pada banyaknya materi yang dipaksakan kepada peserta didik dan harus dikuasai. Proses pendidikan educare lebih merupakan aktivitas hidup untuk menyertai, mengantar, mendampingi, membimbing, memampukan peserta didik sehingga tumbuh berkembang sampai pada tujuan pendidikan yang dicita-citakan. 38 Zaim Elmubarok, op cit., hlm. 13 39 Ibid..
  • 54. 32 Di sini atmosfer pendidikan mendapat tekanan dan peserta didik di beri keleluasaan untuk mengesplorasi diri dan dunianya sehingga berkembang kreativitas, ide dan ketrampilan diri sebagai bagian dari masyarakatnya. Minat dan bakat peserta didik diperlukan sebagai sentral dan hal yang amat berharga. Peran pendidik melebihi dari posisi sebagai narasumber, pendorong, pemberi motivasi dan fasilitator bagi peserta didik. Karena itu, suatu usulan rumusan komprehensif menyeluruh yang terbuka kiranya jauh lebih menguntungkan untuk menyiapkan generasi masa depan. Usulan rumusan tersebut adalah pendidikan nilai bertujuan mendampingi dan mengantar peserta didik kepada kemandirian, kedewasaan, kecerdasan, agar menjadi manusia profesional (artinya memiliki ketrampilan (sklill), komitmen pada nilai-nilai dan semangat dasar pengabdian/pengorbanan) yang beriman dan bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kemakmuran warga masyarakat, nusa dan bangsa Indonesia.40 2. Landasan Pendidikan Nilai Landasan pendidikan nilai yang akan diketengahkan terdiri atas enam bagian, yaitu: landasan filosofis, landasan spikologis, landasan sosiologis, landasan estetik, landasan yuridis dan landasan religi. Landasan filosofis mengetengahkan akar pemikiran tentang hakikat manusia dari perspektif filasat. Landasan psikologis menjelaskan aspek-aspek psikis manusia 40 Zaim Elmubarok, op.cit., hlm. 13-14
  • 55. 33 sebagai individu. Landasan sosiologis meliputi prinsip-prinsip pengembangan manusia sebagai anggota masyarakat. Landasan estetik menguraikan kemampuan manusia dalam mempersepsi nilai keindahan. Adapun penjelasan landasan-landasan tersebut adalah sebagai berikut: a) Landasan Filosofis Pemahaman tentang hakikat manusia telah melahirkan beragam tafsiran yang mengkristal pada sejumlah aliran filsafat pendidikan dan disiplin ilmu. Banyak peneliti yang tertarik pada eksplorasi tentang hakikat manusia, tetapi tidak seorang pun dapat memonopoli pengetahuan tentang hakikat manusia. Perdebatan panjang yang cukup melelahkan tentang silang pendapat mengenai hakikat manusia telah berlangsung sejak zaman yunani kuno, namun manusia hingga kini tetap sebagai enigma (teka-teki) yang tak pernah tuntas atau dalam bahasa Alexis Carrel (Syari’ati, 1996) disebut I’homme cet iconnu (makhluk tak dikenal). Karena itu, pencarian alasan dalam memperdebatkan perbedaan sudut pandangan tentang hakikat manusia terkadang tidak lebih penting dari upaya pemanfaatan pandangan tersebut bagi upaya pendidikan. Sebagian besar filosof beranggapan bahwa hakikat manusia adalah hewan yang dapat dididik (animal educantum). Hakikat manusia ini didukung oleh hakikat lainnya yang dikenal dalam sejarah pemikiran Eropa Barat sebagai: homo sapies (manusia yang mengetahui dan dibekali dengan akal), homo ludens (manusia yang bermain-main),
  • 56. 34 homo recens (manusia yang membuat sejarah), homo faber (manusia teknis yang menggunakan alat-alat), homo simbolicum (manusia yang mengenal simbol-simbol bahasa), homo concors (manusia yang hidup seimbang antara dirinya dengan orang lain dan masyarakat sekitar), homo economicus (manusia sebagai makhluk ekonomi), dan animal rational (hewan yang rasional) (kartono, 1992). Selin itu, ada pula pihak yang beranggapan bahwa hakikat manusia justru terletak pada semangat spiritualnya dalam menjalin hubungan dengan Tuhan. Menurut pandangan ini manusia yang paling hakiki adalah manusia yang beragama. Untuk mengetahui perbedaan pandangan tadi, kita dapat memimjam kerangka analisis Phenix (1964) dalam bukunya Realms of Meaning. Ia menempuh dua langkah penting dalam mengungkapkan hakikat manusia, yaitu: Pertama, ia mengidentifikasi interpretasi wilayah kajian ilmu Kimia, Fisika, Biologi, Psikilogi, Sosiologi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Linguistik, Seni, Moral, Sejarah Dan Teologi dalam menjelaskan hakikat manusia. Kedua, ia melakukan rekonstruksi pengertian tentang hakikat manusia berdasarkan sejumlah tafsiran yang diajukan ahli dari berbagai disiplin ilmu. Pada akhir analisisnya, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia terletak dalam dunia kehidupan makna.41 41 Krech, D. dan Crutchfield, R., Individual In Society (Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha, 1962), hlm. 279
  • 57. 35 Dengan asumsi bahwa makna memiliki kesejajaran arti dengan nilai, maka landasan filosofis pendidikan nilai yang dapat ditegakkan pada dua kemungkinan posisi, yaitu: 1) filsafat pendidikan nilai pada dasarnya tidak berpihak pada salah satu kebenaran tentang hakikat manusia yang dicapai oleh suatu aliran pemikiran, karena nilai adalah esensi hakikat manusia yang dapat mewakili semua pandangan. 2) filsafat pendidikan berlaku selektif terhadap kebenaran hakikat manusia juga menyangkut substansi kebenarannya yang dapat berlaku kontektual dan situasional. b) Landasan Psikologis Kehasan psikologi dalam menelaah manusia terletak pada pandangannya bahwa sebagai individu selalu tampil unik keunikan mansia dilihat dari sisi mental dan tingkah lakunya berimplikasi pada asumsi psikologis berikutnya bahwa pada hakikatnya tidak ada seorang pun anak manusia dengan anak manusia yang sama persis dengan anak manusia lainnya. Asumsi seperti ini memang dapat dikesani ekstrem karena dapat menfikan kebenaran generalisasi atau teori perkembangan dunia psikologis manusia. Walaupun demikian, psikologi mencoba untuk menarik batas kemiripan melalui kaedah-kaedah perkembangan mental manusia beserta ciri-ciri perilakunya. Keutuhan manusia sebagai organisme dijelaskan melalui aspek-aspek psikis yang berkembang secara dinamis. Demikian pula bebedaan individu ditarik pada prinsip-prinsip dasar
  • 58. 36 yang mewakili setiap fase pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan berdasarkan pada kaidah-kaidah umum Psikologi seperti itu, landasan pendidikan nilai dapat dijelaskan. 1. Motivasi Setiap orang memiliki motivasi untuk bertindak sesuai dengan keinginan, minat dan kebutuhannya. Motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertidak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Karena itu dalam kajian psikologi, motivasi sering dipertimbangakan sebagai sutu tindakan diri seseorang. 42 Apabila dikaitkan dengan pendidikan nilai sebagai suatu upaya penyadaran nilai pada peserta didik, maka motivasi menjadi aspek penting yang perlu dipertimbangkan. Dari sejumlah kajian tentang motivasi menunjukkan bahwa dorongan-dorongan psikologis manusia bergerak secara dinamis dalam suatu kontinum yang menempatkan nilai pada ujung pertimbangan psikologis. Dalam teori sikap dari Newcomb misalnya, nilai ditempatkan di atas sikap dan keyakinan seseorang, demikian pula dalam teori kebutuhan dari Murray, nilai ditempatkan di atas kebutuhan psikogenetik individu”43 42 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 71 43 Hall, C.S dan Linzey, G., Introduction to Personality Theory (New York: John Wiley dan Sons, 1985), hlm. 316-318
  • 59. 37 Hal tersebut berimplikasi bahwa pendidikan nilai harus mampu membangkitkan motivasi peserta didik ke arah tindakan yang didasarkan pada pilihan kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Tindakan yang positif itu harus senantiasa dijaga ketahanannya agar berlangsung lama dan terinternalisasi pada diri peserta didik. 2. Perbedaan Individu Pebedaan individu merupakan aspek lain yang menjadi landasan pengembangan pendidikan nilai secara psikologis. Seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, pebedaan individu mencerinkan adanya keunikan pada peserta didik. Tidak mungkin seorang siswa memiliki minat, keinginan, sifat, keyakinan dan nilai dalam frekuensi dan intensitas yang sama dengan apa yang dimiliki siswa lain. Demikian pula, secara fisik ia tidak mungkin memiliki bentuk fisik yang sama, meski dilahirkan sebagai saudara kembar. Perbedaan yang dimiliki individu baik secara fisik maupun mental dapat menjadi kekuatan atau kelemahan pada dirinya. Dalam fenomena pendidikan, misalnya ada siswa yang cerdas, rajin, tekun, shaleh atau gemuk, tetapi sebaliknya ada pula yang bodoh, malas, nakal, atau kurus. Satu atau lebih ciri berbedaan itu mungkin melekat pada diri seseorang dan menjadi kekuatan atau kelemahan pada dirinya. Perbedaan individu berimplikasi pada kurikulum pendidikan nilai dalam membimbing dang mengajarakan peserta didik ke arah
  • 60. 38 pilhan nilai kehidupan yang tepat, fungsional, kontektual, serta sesuai dengan kebutuhan kehidupan mereka. Seperti yang dihadapi pendidikan pada umumnya, masalah krusial pendidikan nilai terletak bagaimana pendidikan nilai dapat dilakukan secara adil. Adil dalam arti nilai diajarkan dengan tidak mengabaikan perkembangan nilai subjektif yang lahir secara perorangan dan juga tidak melupakan nilai objektif kelompok. Dengan kata lain, nilai subjektif dan nilai objektif keduanya harus dikembangkan secara seimbang. Persoalan ini memang tidak sederhana, karena konsep keadilan dalam belajar nilai pada akhirnya akan sampai pada pertanyaan tentang apa materinya dan bagaimana metodenya. Karena itu, untuk mengatasi kompleksitasperbedaan individu dalam belajar nilai pendidik sebaiknya memilih materi secara elektik sesuai dengan topik pembelajaran, kebutuahan siswa, dan kontek kehidupan.44 Pilihan secara eklektik jiga dapat dilakukan dalam menentukan metode atas dasar pertimbangan konteks pengembangan nilai secara mandiri pada peserta didik dan peran-peran penguatan secara imperatif artinya sifat pembelajaran yang menekankan atau mengharuskan peserta didik memiliki nilai atau moral yang baik.45 44 Power, E.J., Philosophy of Education; Studies in Philosoies, Schooling, and Educational Policies (New Jersey: Prentice-Hall Inc, 1982), hlm. 91 45 Tafsir, Ilmu Pendidikan Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 45-48
  • 61. 39 3. Tahapan Belajar Nilai Dalam memahami nilai, anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengalamannya. Hal ini tidak berarti semua pengalaman anak berlangsung dalam suatu kejadian dan kesatuan yang utuh. Pengalaman pada diri anak pada umumnya merupakan petunjuk kearah perkembangan persepsi dan tindakan yang pada gilirannnya menuntut proses belajar untuk membangun pengalaman itu. Karena itu, strategi dasar yang harus dikembangkan oleh guru meliputi: (1) identifikasi nilai dan tujuan yang hendak dicapai oleh anak, (2) menyusun pengalaman kehidupan yang matang terhadap pengembangan nilai, dan (3) menyediakan sejumlah pengalaman yang memperluas kemampuan anak dalam membangun nilai secara mandiri. Untuk itu, pendidikan nilai pada anak perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan minat dan kepedulian anak terhadap nilai. Egan (UNESCO, 1991) menjelaskan bahwa perkembangan minat dan kepedulian anak terhadap nilai berlangsung dalam empat tahapan, yaitu: tahapan mitos, romantis, filosofis dan ironis. Keepat tahap perkembangan itu berlangsung seiring dengan pertumbuhan fisik anak yang semakin lama semakin dewasa. Secara rinci empat tahapan perkembangan itu dijelaskan pada bagan berikut ini.46 46 Rokhmat Mulyana, op. cit., hlm. 129-130
  • 62. 40 Tahapan /Usia Jenis Karakteristik Perkembangan Anak belajar melalui cara bermain dan berceritera. Mereka bahagia bermain dengan objek mainan yang melibatkan Tahap Mitos perasaan mereka. Pada tahap ini (5-10 tahun) nilai-moral merupakan perhatian utama yang dibedakan secara hitap putih seperti baik dan jelek, sayang dan benci, suka dan tidak suka, dan sebagainya. Pada rentang usia ini, anak berharap terhadap informasi yang dapat memberikan uraian Tahap Romantis tentang manusia, semangat (8-15 tahun) hidup, petualangan, pengembangan teknologi, olah raga, sampai pada persoalan yang asing bagi dirinya. Tahap ini didominasi oleh keinginan remaja untuk menyederhanakan urutan pengalaman melalui pengambilan kesimpulan yang Tahap Filosofis dibuat sendiri tau melalui tatanan (14-20 tahun) hukum dan peraturan yang sudah baku. Pada tahap ini pula biasanya anak merasa frustasi apabila ada perlakuan-perlakuan khusus atau ada pertentangan dalam penegakan hukum. Pada tahap ini, remaja akhir atau orang dewasa mencoba untuk mencari kesimpulan yang jelas berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Tetapi penarikan kesimpulan dan penjelasan, termasuk pada hal- Tahap Ironis hal yang kontradiktif dan (20 tahun ke atas) membingungkan, tidak saja dihargainya tetapi juga disenanginya. Pada tahap ini anak remaja akhir dan orang dewasa tidak lagi merasa frustasi dengan adanya sesuatu yang bertentangan atau berlawanan.
  • 63. 41 Selain model perkembangan di atas, masih ada model perkembangan lainnya yang dapat dirujuk sebagai dasar penyadaran nilai pada peserta didik. Tahap perkembangan moral tersebut adalah sebagai berikut: Menurut Lawrence Kohlberg ada tiga tahap perkembangan moral yaitu: ”pra oprasional, konkret oprasional, formal oprasional”.47 Dan menurut Jean Piaget atau tiga tingkat pertimbangan moral (prakonvensional, moralitas konvesional, moralitas konvesional”.48 Tahapan-tahapan perkembangan minat dan kepedulian anak terhadap nilai sebagaimana dikemukakan di atas memiliki implikasi luas bagi ”pendidikan nilai”. c) Landasan Sosial Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya keterlibatan orang lain atau tanpa melibatkan diri dengan orang lain. Hubungan saling membutuhkan antar individu menandakan bahwa manusia tidak dapat hidup terisolasi dari dunia sekitar. Itulah sebabnya, manusia dalam sejarah pemikiran Eropa Barat disebut homo concors; yakni makhluk yang dituntut untuk hidup secara harmonis dalam lingkungan masyarakatnya. Adalah tidak mungkin bagi manusia untuk secara mutlak mementingkan dirinya sendiri (Absolute egoism), demikian pula manusia tidak akan mampu hidup sepenuhnya 47 Spilka, B., The Psychology of Religion; An Empirical Approch (New Jersey: Prentice- Hall, 1985), hlm. 62-72 48 Syah, M., Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Rosdakarya, 2000), hlm. 77-78