SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 152
Baixar para ler offline
i
KEMENTERIAN PERTANIAN
         DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN




                       DRAFT
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
        Nomor :

                    TENTANG

                   PEDOMAN TEKNIS
   SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN
                 TERPADU
              (SL-PTT) PADI DAN JAGUNG
               TAHUN ANGGARAN 2013


     DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

      DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,


Menimbang :   a.   bahwa dalam rangka ketahanan
                   pangan nasional untuk memenuhi
                   kebutuhan konsumsi maka perlu
                   diupayakan peningkatan produksi
                   tanaman pangan;
              b.   bahwa       untuk      mewujudkan
                   peningkatan    produksi   tanaman
                   pangan terutama padi dan jagung
                   tahun 2013 difokuskan melalui
                   pendekatan SL-PTT;
              c.   bahwa dalam DIPA Satuan Kerja
                   Dinas yang menangani Tanaman
                   Pangan    di   Provinsi  dan

                          1
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran
                   2013 terdapat Kegiatan Pengelolaan
                   Produksi Tanaman Serealia melalui
                   Pelaksanaan SL-PTT;
              d.   bahwa berdasarkan hal-hal tersebut
                   di atas, dipandang perlu menerbitkan
                   Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan
                   Jagung Tahun Anggaran 2013;

Mengingat :   1.   Undang-Undang Nomor 12 Tahun
                   1992 tentang Sistem Budidaya
                   Tanaman (Lembaran Negara Tahun
                   1992   Nomor     46,   Tambahan
                   Lembaran Negara Nomor 3478);
              2.   Undang-Undang Nomor 25 Tahun
                   2004 tentang Sistem Perencanaan
                   Pembangunan Nasional (Lembaran
                   Negara Tahun 2004 Nomor 104,
                   Tambahan Lembaran Negara Nomor
                   4421);
              3.   Undang-Undang Nomor 32 Tahun
                   2004 tentang Pemerintahan Daerah
                   (Lembaran Negara Tahun 2004
                   Nomor 125, Tambahan Lembaran
                   Negara Nomor 4437) sebagaimana
                   telah diubah dengan Undang-Undang
                   Nomor 12 Tahun 2008 tentang
                   Perubahan Kedua atas Undang-
                   Undang Nomor 32 Tahun 2004
                   tentang     Pemerintahan   Daerah
                   Menjadi Undang-Undang (Lembaran
                   Negara Tahun 2008 Nomor 59,
                   Tambahan Lembaran Negara Nomor
                   4844);
              4.   Undang-Undang Nomor 33 Tahun
                   2004 tentang Perimbangan Keuangan

                          2
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
     (Lembaran Negara Tahun 2004
     Nomor 126, Tambahan Lembaran
     Negara Nomor 4438);
5.   Undang-Undang Nomor 19 Tahun
     2012 tentang Anggaran Pendapatan
     dan Belanja Negara Tahun Anggaran
     2013 (Lembaran Negara Tahun 2012
     Nomor 228, Tambahan Lembaran
     Negara Nomor 5361);
6.   Peraturan Pemerintah Nomor 71
     Tahun    2010   tentang   Standar
     Akuntansi   Pemerintah (Lembaran
     Negara Tahun 2010 Nomor 123,
     Tambahan Lembaran Negara 5165);
7.   Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
     2010 tentang Kedudukan, Tugas,
     dan Fungsi Kementerian Negara serta
     Susunan Organisasi, Tugas, dan
     Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
8.   Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
     2012    tentang    Rencana   Kerja
     Pemerintah Tahun 2013;
9.   Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun
     2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
     Anggaran    Pendapatan     Belanja
     Negara, sebagamana telah diubah
     beberapa kali, juncto Peraturan
     Presiden Nomor 53 Tahun 2010
     tentang   Pedoman     Pelaksanaan
     Anggaran Pendapatan dan Belanja
     Negara;
10. Keputusan       Presiden      Nomor
    84/P/Tahun        2009       tentang



            3
Pembentukan      Kabinet    Indonesia
                  Bersatu II Periode 2009 – 2014;
             11. Keputusan Presiden Nomor 157/M
                 Tahun 2010 tentang Pengangkatan
                 Dalam Jabatan Struktural Eselon I di
                 lingkungan Kementerian Pertanian;
             12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
                 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman
                 Pembayaran   Dalam    Pelaksanaan
                 Anggaran Pendapatan dan Belanja
                 Negara;
             13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
                 37/PMK.02/2012 tentang Standar
                 Biaya Tahun Anggaran 2013;
             14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
                 112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk
                 Penyusunan       dan    Penelaahan
                 Rencana    Kerja    dan   Anggaran
                 Kementerian Negara/Lembaga Tahun
                 Anggaran 2013;
             15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
                 61/Permentan/OT.140/10/2010
                 tentang Organisasi dan Tata Kerja
                 Kementerian Pertanian;
Memperhatikan :

              1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
                 (DIPA) Induk Tahun Anggaran 2013
                 Satuan Kerja Direktorat Jenderal
                 Tanaman      Pangan    Nomor     :
                 DIPA-018.03-0/2013    Tanggal   5
                 Desember 2012.




                          4
2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
                (DIPA)    Petikan    Satuan    Kerja
                Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
                Tahun Anggaran 2013         Nomor :
                DIPA-018.03.1.238251/2013 Tanggal
                5 Desember 2012.


                 M E M U T U S K A N:

Menetapkan   :
KESATU       : Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan
               Jagung Tahun Anggaran 2013, seperti
               tercantum    pada   Lampiran  yang
               merupakan bagian tidak terpisahkan
               dari Keputusan ini.

KEDUA        : Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud
               dalam diktum KESATU merupakan
               acuan       pelaksanaan      kegiatan
               Pengelolaan     Produksi    Tanaman
               Serealia Melalui Pelaksanaan SL-PTT
               Tahun Anggaran 2013.

KETIGA       : Segala biaya yang diperlukan akibat
               ditetapkannya     Keputusan      ini
               dibebankan kepada DIPA Direktorat
               Jenderal Tanaman Pangan.

KEEMPAT      : Keputusan ini mulai      berlaku   pada
               tanggal ditetapkan.




                          5
Ditetapkan di Jakarta
          pada tanggal

          DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,




          UDHORO KASIH ANGGORO
          Nip. 19561106 198403 1 002



SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth:
1. Menteri Pertanian;
2. Wakil Menteri Pertanian;
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian;
4. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian;
5. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia;
6. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia;
7. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi
   Tanaman Pangan di seluruh Indonesia;
8. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang
   membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia.




                          6
Lampiran
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN
NOMOR :                  Tanggal Januari 2013

                                                  DAFTAR ISI


Hal
DAFTAR ISI ................................................................................. i
DAFTAR TABEL .......................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. vi
I.   PENDAHULUAN ..............................................................................             1
      A. Latar Belakang ...........................................................................         1
      B. Tujuan dan Sasaran ...................................................................             5
      C. Pengertian-Pengertian Dalam SL-PTT ......................................                          7
II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN
     PRODUKSI TAHUN 2013 .................................................................                  14
      A. Keragaan Produksi .....................................................................            14
      B. Sasaran Produksi Tahun 2013 ...................................................                    15
      C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi .........................                               16
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI
     TAHUN 2013 .....................................................................................       18
      A. Strategi .......................................................................................   18
      B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013 ...................                                   19
IV. PTT PADI DAN JAGUNG .................................................................                   27
      A. Prinsip-prinsip PTT .....................................................................          27
      B. Tahapan Penerapan PTT ...........................................................                  28
      C. Komponen PTT Padi ..................................................................               28
      D. Komponen PTT Jagung .............................................................                  30
      E. Peran Komponen PTT................................................................                 31
      F. Pemilihan Teknologi PTT ...........................................................                32
      G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT .....................................                           33
V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG .........................                                           34
      A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT ...........................                               34
      B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT ............................                             38
      C. Kriteria Kawasan ........................................................................          40
      D. Penentun Calon Lokasi ..............................................................               49
      E. Ketentuan Pelaksana SL-PTT....................................................                     51

                                                        i
F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT ..........................                              51
        G. Bantuan SL-PTT.........................................................................           52
        H. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT..............................................                        57
        I. Pertemuan Kelompok SL-PTT ...................................................                     57
VI.     PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT ...................                                          58
        A. Pengorganisasian SL-PTT .........................................................                 58
        B. Operasionalisasi SL-PTT ...........................................................               59
VII.    PEMBIAYAAN MEKANISME PENCAIRAN DANA
        DAN PENGADAAN ...........................................................................            60
        A. Pembiayaan ..............................................................................         60
        B. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana
           Bantuan Sosial SL-PTT ..............................................................              61
        C. Mekanisme Pengadaan .............................................................                 61
VIII.   BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN ......................                                        63
IX.     MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ...............................                                   65
X.      PENUTUP ..........................................................................................   67
LAMPIRAN ................................................................................ 69




                                                        ii
DAFTAR TABEL


                                                                  Hal
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas
         dan Produksi Padi 2008-2012 (ARAM III BPS).............. 14
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas
         dan Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM III BPS) ......... 15
Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013
         Terhadap ARAM II Tahun 2012 .................................... 16
Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi
         Tahun 2013................................................................... 20
Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung
         Tahun 2013................................................................... 24
Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar............................................. 29
Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan ........................................... 29
Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan
         Sentra Produksi Tanaman Pangan ............................... 39
Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung
         Tahun 2013................................................................... 40
Tabel 10.Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi SL-PTT Padi
          dan Jagung Tahun 2013 ............................................... 54




                                            iii
DAFTAR GAMBAR


                                                                                    Hal
Gambar 1.   Sketsa Model Pemberdayaan Petani
            Melalui SL-PTT ......................................................   37
Gambar 2.   Kriteria Kawasan 1.000 Ha ....................................          41
Gambar 3.   Laboratorium Lapangan (LL) .................................            42
Gambar 4.   Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan ....................                    44
Gambar 5.   Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan.................                       45
Gambar 6.   Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan .....................                    45




                                        iv
DAFTAR LAMPIRAN


                                                                 Hal
Lampiran 1.    Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen,
               Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2013 ..... 69
Lampiran 2.    Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen,
               Produktivitas dan Produksi Jagungi Tahun 2013 70
Lampiran 3.    Alokasi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013... 71
Lampiran 4.    Blangko Calon Lokasi Bantuan Sosial Budidaya
               (SL-PTT/Kawasan) Tanaman Pangan
               Tahun 2013........................................................ 120
Lampiran 5.    Contoh SK Penetapan Kelompoktani ................. 123
Lampiran 6.    Rencana Usaha Kelompok (RUK) ...................... 126
Lampiran 7.    Surat Pernyataan Penerima dan Penggunaan
               Dana Bansos ..................................................... 127
Lampiran 8.    Mekanisme Pencairan Dana Bantuan SL-PTT ... 128
Lampiran 9.    Rencana Jadwal Pelaksanaan SL-PTT Padi
               Dan Jagung Tahun 2013.................................... 130
Lampiran 10.   Blangko Laporan Bulanan Kecamatan
               Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
               Pengembangan/Pemantapan ............................ 131
Lampiran 11.   Blangko Laporan Bulanan Kabupaten
               Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
               Pengembangan/Pemantapan ............................ 132
Lampiran 12.   Blangko Laporan Bulanan Provinsi
               Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
               Pengembangan/Pemantapan ............................ 133
Lampiran 13.   Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten
               Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/
               Pengembangan/Pemantapan ............................ 134
Lampiran 14.   Form Isian Hasil Ubinan SL-PTT Padi/Jagung ... 135




                                       v
I.   PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

    Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah
    satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi
    pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai
    sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan
    sumber    kehidupan      bagi   sebagian   besar   penduduk
    Indonesia.

    Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu
    peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi dan
    jagung adalah dengan mengintegrasikan antar sektor dan
    antar wilayah dalam pengembangan usaha pertanian.

    Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di
    Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya
    keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang.
    Selain   itu,   dengan    semakin    meningkatnya    tingkat
    pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula
    peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis
    pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan
    ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan
    penduduk yang masih cukup tinggi.

    Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai
    pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam
    negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring

                                1
dengan       pertambahan           jumlah        penduduk    dan
berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari
sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat
penting dan strategis.

Sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 72.063.735 ton
GKG dan sasaran produksi jagung sebesar 19.831.047 ton
PK dengan rincian sasaran per provinsi seperti pada
Lampiran 1 dan Lampiran 2, diupayakan dapat dicapai
untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Karena itu
diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa
untuk     mencapai     sasaran      tersebut.    Berbagai   upaya
peningkatan produksi dan produktivitas telah dilaksanakan
melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SL-PTT) sejak tahun 2008            maupun melalui PTT atau
peningkatan        mutu   intensifikasi      pada     tahun-tahun
sebelumnya. Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan
pembangunan         tanaman       pangan        khususnya   dalam
mendorong peningkatan produksi padi dan jagung nasional
telah terbukti, namun kedepan dengan tantangan yang
lebih     beragam      maka       perlu   penyempurnaan       dan
peningkatan kualitas.

Oleh karena itu pada tahun 2013, upaya peningkatan
produksi     melalui      penerapan         Sekolah     Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) akan difokuskan
melalui     pola     pertumbuhan,         pengembangan       dan


                              2
pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas,
terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah
paket bantuan sebagai instrumen stimulan, serta dukungan
pendampingan dan pengawalan.

Kawasan pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat
produktivitasnya masih di bawah rata-rata produktivitas
Provinsi     (daerah-daerah      sub-optimal),      kawasan
pengembangan         merupakan    daerah     yang     tingkat
produktivitasnya sama dengan rata-rata produktivitas
Provinsi, sedangkan kawasan pemantapan adalah daerah
yang tingkat produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas
Provinsi dan atau Nasional.

Luas SL-PTT Padi tahun 2013 adalah 4.625.000 ha, yang
dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi pasang
surut, padi rawa lebak, padi lahan kering dan padi sawah)
seluas 297.900 ha, kawasan pengembangan (padi sawah,
padi hibrida dan padi lahan kering) seluas 589.700 ha dan
luas kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan
kering) seluas 3.737.400 ha. Sedangkan SL-PTT Jagung
seluas     260.000    ha,   dialokasikan   pada     kawasan
pertumbuhan (jagung hibrida dan jagung komposit) seluas
54.700 ha, kawasan pengembangan (jagung hibrida)
seluas 170.300 ha dan kawasan pemantapan (jagung
hibrida) seluas 35.000 ha. Lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 3.


                            3
Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan
melalui   pembelajaran     dan    penghayatan        langsung
(mengalami),          mengungkapkan,            menganalisis,
menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami
kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji
bersama berdasarkan spesifik lokasi.

Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola
sumberdaya     yang    tersedia   secara     terpadu       dalam
melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan
spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta
mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka
peningkatan produksi padi dan jagung. Namun demikian
wilayah di luar SL-PTT harus tetap dilakukan pembinaan,
pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan
produktivitas tetap dapat meningkat.

Dengan fasilitasi tersebut diharapkan pelaksanaan SL-PTT
berbasis kawasan skala luas       dapat terlaksana dengan
baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan
sumbangan      terhadap   peningkatan      produktivitas    dan
produksi tahun 2013.

Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung
melalui kegiatan SL-PTT tahun 2013 dapat tercapai, maka
perlu untuk menyusun Pedoman Teknis Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai acuan

                          4
bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan
    tersebut di lapangan.

    Dengan adanya pedoman teknis ini, semua pihak terkait
    akan berkontribusi secara positif           sehingga akhirnya
    kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi
    terhadap pencapaian sasaran produksi padi dan jagung.
    Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masing-
    masing daerah dan kemampuan adopsi inovasi, maka
    pedoman teknis ini diharapkan dijabarkan oleh Dinas
    Pertanian Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik
    lokasi     dalam    bentuk    Petunjuk    Teknis    Pelaksanaan
    Lapangan agar lebih operasional sesuai kebutuhan di
    lapangan dan tidak multitafsir sedangkan Dinas Pertanian
    Provinsi      menjabarkan         dalam        bentuk   Petunjuk
    Pelaksanaan, sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan
    tepat waktu dan tepat sasaran.

B. Tujuan dan Sasaran.

    1. Tujuan.

       a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan
             jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan
             dan pemantapan dengan pendekatan kawasan
             skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan
             produksi     tahun       2013    di      Provinsi   dan
             Kabupaten/Kota.



                                  5
b. Meningkatkan       koordinasi           dan       keterpaduan
     pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola
     pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan
     dengan pendekatan kawasan skala luas, antara
     Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

  c. Meningkatkan      pengetahuan,           keterampilan       dan
     perubahan      sikap        petani     guna      mempercepat
     penerapan komponen teknologi PTT padi dan
     jagung         dalam             usahataninya              agar
     replikasi/penyebarluasan             teknologi    ke      petani
     sekitarnya berjalan lebih cepat.

  d. Meningkatkan       produktivitas,             produksi      dan
     pendapatan serta kesejahteraan petani padi dan
     jagung.



2. Sasaran.

  a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan
     jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan
     dan pemantapan dengan pendekatan kawasan
     skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan
     produksi tahun 2013 di provinsi dan kabupaten/kota.

  b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan SL-PTT
     padi     dan   jagung       melalui     pola     pertumbuhan,
     pengembangan            dan          pemantapan          dengan


                             6
pendekatan kawasan skala luas antara pusat,
          provinsi dan kabupaten/kota.

       c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap
          petani sehingga penerapan adopsi teknologi PTT
          padi   dan     jagung        berjalan   lebih    cepat,    dan
          keberlanjutan serta replikasi ke areal yang lebih luas
          dapat terwujud.

       d. Meningkatnya produktivitas padi inbrida sawah
          0,75/ha, padi hibrida 2,0 ton/ha, padi pasang surut
          0,3 ton/ha, padi rawa lebak 0,3 ton/ha dan padi
          lahan kering/gogo 0,5 ton/ha pada areal SL-PTT
          seluas 4,625 juta ha. Untuk jagung hibrida 2,5
          ton/ha dan jagung komposit 1,0 ton/ha pada areal
          SL-PTT seluas 260 ribu ha, untuk mendukung
          sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 72,06
          juta ton GKG dan produksi jagung sebesar 19,83
          juta ton PK.

C. Pengertian – Pengertian dalam SL-PTT.

    1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu
       pendekatan      inovatif       dalam   upaya       meningkatkan
       produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan
       sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi
       yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan
       secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik
       lokasi.   PTT      merupakan           inovasi     baru      untuk

                                  7
memecahkan            berbagai      permasalahan         dalam
     peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi
     padi bersifat spesifik lokasi, bergantung pada masalah
     yang    akan     diatasi    (demand    driven     technology).
     Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama
     petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
     assessment).           Komponen            teknologi       PTT
     dasar/compulsory adalah teknologi yang dianjurkan
     untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi
     PTT pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan
     dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan. Komponen
     teknologi PTT pilihan dapat menjadi compulsory apabila
     hasil      KKP    (Kajian       Kebutuhan     dan      Peluang)
     memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud
     menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama
     suatu      wilayah,    demikian     pula    sebaliknya     bagi
     komponen teknologi dasar.

2.    Kawasan adalah suatu daerah tertentu dengan ciri-
     ciri tertentu. Dalam konteks pertanian kawasan yang
     dimaksud adalah suatu areal (sawah, lahan kering,
     tadah hujan, rawa lebak, rawa pasang surut) di lokasi
     tertentu      tanpa        memperhitungkan          batas-batas
     administrasi wilayah (desa/kampung), sungai, jalan,
     atau batas-batas lainnya.




                                 8
3.    Kawasan Pertumbuhan merupakan daerah yang
     tingkat produktivitasnya masih di bawah rata-rata
     produktivitas     Provinsi       (daerah-daerah     suboptimal),
     pemanfaatan lahan belum optimal, tingkat kehilangan
     hasil masih tinggi.

4.    Kawasan Pengembangan merupakan daerah yang
     tingkat    produktivitasnya        sama      dengan       rata-rata
     produktivitas     Provinsi,      pemanfaatan      lahan    hampir
     optimal, tingkat kehilangan hasil sedang tetapi mutu
     hasil belum optimal.

5.    Kawasan Pemantapan merupakan daerah yang
     tingkat produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas
     provinsi dan atau nasional, mutu hasil belum optimal,
     efisiensi usaha belum berkembang dan optimalisasi
     pendapatan melalui produksi subsektor tanaman sudah
     maksimal (kecuali ada introduksi teknologi baru).

6.    Sekolah        Lapangan           Pengelolaan        Tanaman
     Terpadu (SL-PTT) adalah suatu tempat pendidikan non
     formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan
     dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun
     rencana      usahatani,          mengatasi      permasalahan,
     mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang
     sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara
     sinergis    dan     berwawasan         lingkungan         sehingga
     usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi


                                  9
dan berkelanjutan. Indikator keberhasilan SL-PTT dapat
     dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
     perubahan sikap, penerapan budidaya yang baik dan
     benar, peningkatan produktivitas dan keberlanjutan
     serta replikasinya.

7.    Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/area
     yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi
     sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat
     belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang
     disusun       dan      diaplikasikan           bersama       oleh
     kelompoktani/petani.

8.    Pemandu        Lapangan         (PL)        adalah      Penyuluh
     Pertanian,     Pengamat          Organisme         Pengganggu
     Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT)
     yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT dan berperan
     sebagai pendamping dan pengawal pelaksanaan SL-
     PTT.

9.    Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau
     Kajian    Kebutuhan       dan        Peluang    (KKP)      adalah
     tahapan      pendekatan        PTT    yang     diawali    dengan
     kelompoktani melakukan identifikasi masalah di wilayah
     setempat      dan     membahas        peluang     kemungkinan
     mengatasi masalah tersebut.

10. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai
     tempat     melaksanakan         koordinasi      dalam      rangka

                               10
mendukung kelancaran pelaksanaan SL-PTT. POSKO
  yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada
  misalnya POSKO P2BN.

11. Rencana      Usahatani         Kelompok     (RUK)   adalah
  rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu
  periode    musim        tanam      yang     disusun   melalui
  musyawarah       dan      kesepakatan       bersama    dalam
  pengelolaan          usahatani      sehamparan        wilayah
  kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan, jenis,
  volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan
  untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan
  (spesifik lokasi).

12. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar
  atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal
  dari sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk
  kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk
  padat yang telah mengalami dekomposisi.

13. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas
  Dinas adalah kegiatan          yang dilakukan oleh petugas
  Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk
  PPL, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya
  sesuai    dengan       kebutuhan     di   lapangan     dalam
  melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih
  mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.



                            11
14. Pengawalan     dan   Pendampingan       oleh    Aparat
  adalah kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta
  jajarannya (Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas
  lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam
  melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih
  mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.

15. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti
  adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai
  Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh
  peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian
  gunameningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi
  PTT dengan menjadi narasumber pada pelatihan,
  penyebaran informasi, melakukan uji adaptasi varietas
  unggul   baru,   demplot,   dan   supervisi    penerapan
  teknologi.

16. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh
  adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna
  meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi
  sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di
  lokasi LL dan SL dalam rangka pemberdayaan
  kelompoktani sekaligus memberikan bimbingan kepada
  kelompok     dalam   penerapan    teknologi.     Penyuluh
  diharapkan hadir pada setiap pertemuan kelompoktani
  di lapangan. Pada kawasan pertumbuhan, pertemuan
  kelompok minimal 8 kali selama satu musim tanam,


                         12
pada    kawasan     pengembangan           minimal         6    kali,
  sedangkan pada kawasan pemantapan minimal 4 kali
  selama satu musim tanam.

17. Pengawalan      dan      Pendampingan           oleh         POPT
  (Pengawas      Organisme         Pengganggu          Tanaman)
  adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas OPT
  dalam rangka pengendalian hama terpadu.

18. Pengawalan      dan      Pendampingan            oleh         PBT
  (Pengawas      Benih       Tanaman)        adalah        kegiatan
  pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka
  pengawasan benih.

19. Wilayah     Fokus        adalah       lokasi     peningkatan
  produktivitas di areal SL-PTT.

20. Wilayah    Non-Fokus         adalah    lokasi    peningkatan
  produktivitas di luar areal SL-PTT.

21. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun
  berjalan tetapi produksi tidak berkontribusi pada tahun
  tersebut, dan akan berkontribusi pada tahun berikutnya.

22. Kelompoktani      adalah       sejumlah         petani       yang
  tergabung dalam satu hamparan/wilayah yang dibentuk
  atas dasar kesamaan kepentingan untuk meningkatkan
  usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan dalam
  proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana
  produksi dan lain-lain.


                            13
23. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari
  modal petani sendiri.

24. Benih bersubsidi adalah sejumlah tertentu benih
  varietas unggul bermutu padi inbrida, padi hibrida, padi
  gogo/lahan kering, jagung hibrida dan jagung komposit
  yang disalurkan oleh pemerintah dengan Harga Eceran
  Tertinggi     (HET)          yang   ditentukan     oleh
  Pemerintah/Menteri Pertanian dan digunakan untuk
  mendukung     pelaksanaan       Program   Pembangunan
  Tanaman Pangan (SL-PTT dan Non SL-PTT).

25. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah sejumlah
  tertentu benih padi dan jagung yang memenuhi
  spesifikasi teknis, dan merupakan milik pemerintah
  pusat yang pengadaannya bersumber dari dana APBN
  dan pemanfaatnnya sesuai pedoman dan peraturan
  perundang-undangan.




                          14
II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN SERTA
 PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI TAHUN 2013

A. Keragaan Produksi.

  Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
  3,44 %/tahun, dari 60,32 juta ton GKG pada tahun 2008
  menjadi 68,96 juta ton GKG pada tahun 2012 (ARAM II)
  sedangkan     laju     peningkatan       produktivitas      mencapai
  1,14%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 2,26
  %/tahun, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.

    Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan
               Produksi Padi 2008-2012 (ARAM II BPS)

              LUAS PANEN          PRODUKTIVITAS         PRODUKSI
   TAHUN
               Ha          %       Ku/Ha      %         Ton          %
    2008    12,327,425             48.94              60,325,925
    2009    12,883,576   4.51      49.99    2.15      64,398,890   6.75
    2010    13,253,450   2.87      50.15    0.32      66,469,394   3.22
    2011    13,203,643   (0.38)    49.80    (0.70)    65,756,904   (1.07)
    2012    13,471,653   2.03      51.19    2.79      68,956,292   4.87
       Rata-Rata         2.26               1.14                   3.44


  Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
  3,94 %/tahun dari 16,32 juta ton PK pada tahun 2008
  menjadi 18,96 juta ton PK pada tahun 2012                   (ARAM II)
  sedangkan     laju     peningkatan       produktivitas      mencapai
  4,05%/tahun dan luas panen rata-rata menurun sebesar 0,14
  %/tahun, sebagaimana terlihat dalam              Tabel 2.




                                  15
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan
        Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM II BPS)

                 LUAS PANEN         PRODUKTIVITAS       PRODUKSI
    TAHUN
                 Ha          %      Ku/Ha     %       Ton          %
     2008      4,001,724            40.78           16,317,252
     2009      4,160,659   3.97     42.37    3.90   17,629,748   8.04
     2010      4,131,676   (0.70)   44.36    4.70   18,327,636   3.96
     2011      3,864,692   (6.46)   45.65    2.91   17,643,250   (3.73)
     2012      3,966,579   2.64     47.80    4.71   18,961,645   7.47
        Rata-Rata          -0.14             4.05                3.94


B. Sasaran Produksi Tahun 2013

  1. Padi.

     Sasaran produksi padi tahun 2013 adalah 72,06 juta ton
     GKG atau meningkat 6,25 % dibanding sasaran produksi
     tahun sebelumnya sebesar 67,82 ton GKG. Sasaran
     tanam 14,59 juta ha, sasaran panen 14,09 juta ha,
     sasaran produktivitas 51,15 ku/ha. Apabila dibandingkan
     dengan pencapaian pada tahun 2012 (ARAM II), sasaran
     produksi tahun 2013 adalah 4,51 % di atas produksi
     ARAM II 2012 yaitu sebesar 68,96 juta ton GKG,
     sedangkan produktivitas menurun sebesar 0,03 %
     (provitas ARAM II 2012 sebesar 51,19 ku/ha). Untuk itu,
     maka sasaran produktivitas tahun 2013 ditetapkan
     sebesar 52,00 ku/ha atau meningkat 0,81 % dibanding
     ARAM II 2012, sasaran tanam 14,36 juta ha dan sasaran
     panen sebesar 13,86 juta ha.




                                    16
2. Jagung.

     Sasaran produksi jagung tahun 2013 adalah 19,83 juta
     ton PK atau 4,59 % diatas produksi tahun 2012 (ARAM II)
     yaitu sebesar 18,96 juta ton PK. Sasaran tanam 4,5 juta
     ha, sasaran panen 4,10 juta ha dan sasaran produktivitas
     48,34 ku/ha.

        Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013
                  Terhadap ARAM II Tahun 2012
                                            ARAM II    SASARAN
      KOMODITAS            URAIAN                                 %
                                             2012        2013
                    Luas Tanam (jt Ha)         13.95      14.36   2.94
                    Luas Panen (jt Ha)         13.47      13.86   2.90
        PADI        Produktivitas (Ku/Ha)      51.19      52.00   1.58
                    Produksi (jt ton GKG)      68.96      72.06   4.50
                    Luas Tanam (jt Ha)          4.10       4.25   3.66
                    Luas Panen (jt Ha)          3.96       4.10   3.54
       JAGUNG       Produktivitas (Ku/Ha)      47.80      48.34   1.13
                    Produksi (jt ton PK)       18.96      19.83   4.59


     Sasaran produksi padi dan jagung tahun 2013, disajikan
     pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.


C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi.

  Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman
  pangan yang semakin kompleks karena berbagai perubahan
  dan perkembangan lingkungan strategis diluar sektor



                                    17
pertanian     berpengaruh    dalam    peningkatan    produksi
tanaman pangan.

Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan
produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya
permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah
penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan beras dunia, dan
3).Kecenderungan meningkatnya harga pangan.

Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman
juga dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain
: 1). Dampak Perubahan Iklim (DPI) dan serangan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT), 2). Rusaknya
infrastruktur irigasi, lingkungan dan semakin terbatasnya
sumber air, 3). Konversi lahan sawah, 4). Keterbatasan
akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, 5).
Kompetisi antar komoditas, 6). Tingginya konsumsi beras
sebagai pangan pokok sumber karbohidrat dan 7). Belum
sinerginya antar sektor dan Pusat–Daerah dalam menunjang
pembangunan pertanian khususnya produksi padi dan
jagung.
Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi
dalam upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat
sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik
akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan
produksi. Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan
hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2).


                            18
Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3).
Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering
(perkebunan,      kehutanan)      yang      masih     luas,    4).
Pengetahuan/Keterampilan       SDM       (Petani,   PPL,   POPT,
Pengawas Benih Tanaman, dan Petugas Pertanian Lainnya)
masih    dapat    dikembangkan,    5).     Tersedianya     potensi
pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain
beras,   6).     Dukungan   Pemerintah       Daerah      dan   7).
Ketersediaan sumber genetik.




                            19
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN
                PRODUKSI TAHUN 2013

A. Strategi.

   Strategi peningkatan produksi tanaman serealia tahun 2013
   adalah sebagai berikut:

   1. Peningkatan Produktivitas.

      Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian
      benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi
      termasuk benih padi hibrida dan jagung hibrida, sistem
      jarak tanam jajar legowo, pemupukan berimbang dan
      pemakaian        pupuk    organik    serta     pupuk   bio-hayati,
      pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya disertai
      pengawalan,            pendampingan,         pemantauan       dan
      koordinasi, dll. Strategi ini terutama dilaksanakan di
      wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan,
      sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi
      diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.
      Hal      lain   yang    dapat     diterapkan    adalah    dengan
      mengurangi potensi kehilangan hasil melalui penanganan
      panen danpasca panen yang lebih baik.

   2. Perluasan Areal Tanam dan Pengelolaan Lahan.

                                   20
Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi
  lahanmelalui upaya perbaikan seperti JITUT, JIDES, dan
  Tata Air Mikro, pompanisasi dan penambahan baku
  lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi
  lahan yang berkelanjutan serta peningkatan indeks
  pertanaman, pengelolaan air irigasi, dll.

3. Pengamanan Produksi.

  Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi
  dampak     perubahan     iklim   seperti    kebanjiran     dan
  kekeringan serta pengendalian Organisme Pengganggu
  Tumbuhan (OPT), dan pengamanan kualitas produksi
  dari residu pestisida serta mengurangi kehilangan hasil
  pada saat penanganan panen dan pasca panen yang
  masih cukup besar.

4. Penyempurnaan Manajemen.

  Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu
  lebih disempurnakan agar pelaksanaan program dapat
  berjalan sesuai rencana. Penyempurnaan manajemen
  tersebut berupa dukungan kebijakan dan regulasi,
  penyempurnaan           manajemen           teknis        serta
  penyempurnaan data dan informasi.

  Dengan       kegiatan     penyempurnaan              diharapkan
  pelaksanaan peningkatan produksi tanaman pangan
  dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan pada
  akhirnya dapat mendukung pencapaian sasaran produksi

                           21
tahun 2013 dan surplus beras 10 juta ton pada tahun
     2014.

B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013

  Upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung tahun
  2013 adalah sebagai berikut :

  1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun
     2013

     Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun
     2013 adalah peningkatan produktivitas padi melalui
     peningkatan kualitas SL-PTT berbasis pola pertumbuhan,
     pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan
     kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir,
     peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrument
     stimulan,     serta      dukungan      pendampingan          dan
     pengawalan pada areal seluas 4,625 juta ha. Sedangkan
     di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi
     lainnya pada kawasan areal tanam seluas 9,17 juta ha,
     dan     perluasan     areal    tanam   seluas   567   ribu    ha
     sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 berikut ini :




                                   22
Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2013

                                                Luas Tanam    Luas Panen   Produktivitas
No                    Uraian                                                             Produksi (Ton)
                                                   (Ha)          (Ha)         (Ku/Ha)
 1   Peningkatan Produktivitas                    8,295,000    8,007,993          54.88      43,950,494
     a. Kegiatan SL-PTT                           4,625,000    4,464,975          55.21      24,651,127
     b. Kegiatan SRI                                200,000      193,080          58.10       1,121,795
     c. GP3K                                      3,200,000    3,089,280          58.77      18,155,697
     d. Pengamanan Pasca Panen                      270,000      260,658           0.84          21,875
 2   Perluasan Areal Tanam                          566,939      547,323          34.81       1,905,144
     a. Pencetakan Sawah Baru                       100,000       96,540          30.00         289,620
     b. Pencetakan Sawah Baru (BUMN)                100,000       96,540          30.00         289,620
     c. Penyiapan Lahan Beririgasi (PLPB)               -                           -               -
     d. Optimasi Lahan                               80,273       77,496          11.25          87,183
     e. Pengelolaan Air (Kementan & Kemen PU)       286,666      276,747          44.76       1,238,721
 3   Pengurangan                                    382,000      368,783          56.82       2,095,270
     a. Serangan OPT                                132,000      127,433          56.82         724,020
     b. Konversi Lahan                              250,000      241,350          56.82       1,371,250
 4   Swadaya Murni Petani                         5,112,203    4,935,321          48.86      24,112,827

                   Jumlah                        14,356,142   13,859,420          52.00      72,063,735



a.                          Fokus                   utama                       peningkatan
     produktivitas                 padi         melalui            SL-PTT              berbasis
     kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi
     padi tahun 2013 yang difokuskan pada kegiatan
     peningkatan produktivitas di kawasan areal tanam
     padi seluas 4,625 juta ha, yang terdiri dari:
     1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 297.900 ha.
           a. Padi inbrida sawah seluas 61.800 ha yang
                 dialokasikan di 45 Kabupaten/Kota pada 17
                 Provinsi.
           b. Padi inbrida pasang surut seluas 96.000 ha
                 yang dialokaikan di 17 Kabupaten/Kota pada 8
                 Provinsi.



                                           23
c. Padi inbrida rawa lebak seluas 26.000 ha yang
      dialokasikan di 12 Kabupaten/Kota pada 5
      Provinsi.
   d. Padi inbrida lahan kering seluas 114.100 ha
      yang dialokasikan di 83 Kabupaten/Kota pada
      13 Provinsi.
2) Kawasan Pengembangan seluas : 589.700 ha.
   a. Padi inbrida sawah seluas seluas 272.500 ha
      yang dialokasikan di 178 Kabupaten/Kota pada
      27 Provinsi.
   b. Padi   hibrida        seluas   200.000   ha   yang
      dialokasikan di 120 Kabupaten/Kota pada 13
      Provinsi.
   c. Padi inbrida lahan kering seluas 117.200 ha
      yang dialokasikan di 60 Kabupaten/Kota pada
      8 Provinsi.
3) Kawasan Pemantapan seluas : 3.737.400 ha.
   a. Padi inbrida sawah seluas 3.417.000 ha yang
      dialokasikan di 345 Kabupaten/Kota pada 27
      Provinsi.
   b. Padi inbrida lahan kering seluas 320.400 ha
      yang dialokasikan di 113 Kabupaten/Kota pada
      13 Provinsi.

Alokasi SL-PTT Padi Tahun 2013, per Provinsi dan
Kabupaten/Kota, disajikan pada Lampiran 2.


                       24
b. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah
  fokus

  Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi
  areal   di   luar    wilayah    fokus   dilakukan   melalui
  serangkaian pembinaan, pengawalan, pendampingan
  dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi
  dengan memanfaatkan benih bersubsidi, benih non
  subsidi dan atau benih dari sumber-sumber lain,
  pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36/Superphos, NPK
  dan     pupuk       organik),   alsintan,   SRI,    fasilitas
  penyuluhan melalui Demfarm, GP3K, penanganan
  pasca panen, cetak sawah baru, optimasi lahan,
  pengelolaan air dan swadaya murni petani. Areal
  yang dikelola dengan pola ini seluas 9,74 juta ha
  dengan kontribusi produksi sebesar 47,41 juta ton
  GKG.

  Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari
  berbagai pihak sangat diperlukan melalui dukungan
  dan gerakanyang luar biasa antara lain :(1). gerakan
  pengolahan tanah,(2). gerakan tanam dan panen
  serentak,(3). gerakan pemupukan berimbang, 4).
  gerakan       penerapan         teknologi,(5).      gerakan
  pengendalian OPT,(6). gerakan penanganan panen
  dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya dengan




                           25
dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II
     serta dana masyarakat dan stakeholder.

     Petugas Pertanian/Penyuluh Pertanian, POPT dan
     PBT    tetap   harus    melakukan   pengawalan      dan
     pendampingan pada areal tanam di luar SL-PTT.
     Pada prinsipnya semua dana yang ada dikelola oleh
     Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan
     untuk meningkatkan produksi padi dan jagung baik di
     areal SL-PTT maupun di luar areal SL-PTT.

     Posko I P2BN di Pusat, Posko II di Provinsi, Posko III
     di Kabupaten/Kota, Posko IV di Kecamatan/BPP, dan
     Posko V di Desa agar dioperasionalkan secara
     optimal sesuai dengan Permentan Nomor 45 Tahun
     2011    mengenai       Tata   Hubungan     Kerja   Antar
     Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan,
     dan    Penyuluhan      Pertanian   Dalam    Mendukung
     Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).

2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun
  2013

  Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun
  2013 adalah peningkatan produktivitas melalui SL-PTT
  berbasis kawasan seluas 260 ribu Ha. Sedangkan di luar
  fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya
  pada kawasan areal tanam seluas 3,82 juta ha dan



                            26
perluasan               areal       tanam            seluas          173,50                ribu       ha,
sebagaimana padaTabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung
Tahun 2013
                                                Luas Tanam                      Provitas
 No                     Uraian                               Luas Panen (Ha)                Produksi (Ton)
                                                   (Ha)                         (Ku/Ha)
 1    Peningkatan Produktivitas                    450,000            416,700     65.86           2,744,460

      a. SLPTT                                     260,000            240,760     67.00           1,681,030
      b. GP3K & Swasta                             190,000            175,940     58.00           1,063,430
 2    Perluasan Areal                              173,500            160,661     52.11            837,138

      a. Optimalisasi Pengembangan Luas Areal       80,000             74,080     50.00            386,000
      b. Cadangan Benih Nasional (CBN)              93,500             86,581     50.00            451,138
 3    Pengamanan Produksi                           70,190             64,996     52.11            338,667

      a. Pengamanan OPT                             35,000             32,410     50.00            168,875
      b. Pengamanan Susut Hasil                     35,190             32,586     50.00            169,792
 4    Swadaya Murni Petani                       3,557,123          3,459,678     45.99        15,910,783

                   Jumlah                        4,250,813          4,102,035     48.34        19,831,047




a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung
      melalui SL-PTT berbasis kawasan adalah upaya
      pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013 yang
      difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas
      jagung di kawasan areal tanam seluas 260 ribu Ha
      yang terdiri dari :
      1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 54.700 ha.
           a. Jagung                hibrida           seluas          9.000           ha           yang
                  dialokasikan di 9 Kabupaten/Kota pada 5
                  Provinsi.
           b. Jagung komposit seluas 45.700 ha yang
                 dialokasikan di 60 Kabupaten/Kota pada 13
                 Provinsi.

                                            27
2) Kawasan Pengembangan seluas : 170.300 ha.
     a. Jagung        hibrida      seluas   170.300     ha   yang
          dialokasikan di 148 Kabupaten/Kota pada 23
          Provinsi.
  3) Kawasan Pemantapan seluas : 35.000 ha.
     a. Jagung          hibrida    seluas    35.000     ha   yang
          dialokasikan di 31 Kabupaten/Kota pada 10
          Provinsi.
  Alokasi SL-PTT Jagung Tahun 2013, per Provinsi dan
  Kabupaten/Kota, disajikan pada Lampiran 2.

b. Upaya peningkatan produksi jagung di luar fokus
  utama     peningkatan           produktivitas   dan    produksi
  dilakukan dengan pembinaan, pendampingan dan
  bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan
  memanfaatkan benih bersubsidi, benih non subsidi
  dan atau benih dari sumber-sumber lainnya, pupuk
  bersubsidi, GP3K, dan swadaya murni petani. Upaya
  ini diperkirakan mampu menyumbangkan produksi
  pada tahun 2013 sebesar 18,15 juta ton PK dari areal
  tanam seluas 3,99 juta ha.

  Upaya     peningkatan           produktivitas   jagung     agar
  dilakukan     dengan       perluasan      penggunaan       benih
  jagung      hibrida      produktivitas     tinggi     disamping
  peningkatan pemupukan berimbang. Lokasi-lokasi
  yang masih menggunakan varietas lokal dan varietas


                            28
komposit produktivitas rendah agar diupayakan dapat
diganti dengan jagung hibrida atau jagung komposit
produktivitas tinggi.

Upaya penggunaan benih jagung hibrida atau jagung
komposit produktivitas tinggi, antara lain dapat
dilakukan dengan : 1). mendekatkan para produsen
benih    jagung     hibrida        atau    jagung     komposit
produktivitas     tinggi        kepada     para    petani,     2).
memotivasi produsen benih tersebut                  melakukan
demonstrasi di lokasi-lokasi sasaran, 3). mendorong
kemitraan petani dengan produsen benih atau dengan
pengusaha pakan ternak (konsumen jagung). Dengan
demikian     penggunaan            benih     jagung       hibrida
diharapkan dapat meningkat.

Upaya perluasan areal tanam jagung agar diupayakan
pula dengan peningkatan indeks pertanaman (IP) di
lahan yang masih mempunyai potensi atau perluasan
pada    lokasi/lahan        baru    (bukaan       baru,      lahan
perkebunan, lahan kehutanan, dan lain-lain).




                           29
IV. PTT PADI DAN JAGUNG

Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan inovasi baru
untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan
produktivitas. Teknologi intensifikasi bersifat spesifik lokasi,
tergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven
technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-
sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
assessment).

PTT   sebagai    suatu     pendekatan   inovatif   dalam   upaya
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani serta
sebagai suatu pendekatan pembangunan tanaman pangan
khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan
jagung melalui SL-PTT telah dilaksanakan secara Nasional
mulai tahun 2008 dan berlanjut hingga sekarang dengan
berbagai perbaikan dan penyempurnaan dari sisi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawalan serta pendampingan.

A. Prinsip-prinsip PTT.

   1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar
      sumber daya        tanaman, tanah dan air dapat dikelola
      dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

   2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik,
      dengan     memperhatikan       keterkaitan   yang    saling
      mendukung antar komponen teknologi.




                                30
3. Spesifik   lokasi   :   PTT    memperhatikan   kesesuaian
     teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya
     dan ekonomi petani setempat.

  4. Partisipatif : Petani turut berperan serta dalam memilih
     dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi
     setempat    dan     kemampuan     petani   melalui   proses
     pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan (LL).

B. Tahapan Penerapan PTT.

  1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu
     lapangan    bersama     petani   melakukan     Pemahaman
     Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan
     Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di
     wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi
     masalah     tersebut,   berdasarkan    cara    pengelolaan
     tanaman, analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah,
     luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi.

  2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen
     teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk
     diterapkan di lahan usahataninya.

  3. Langkah ketiga adalah penyusunan RUK berdasarkan
     kesepakatan kelompok.

  4. Langkah keempat adalah penerapan PTT.

  5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke
     petani lainnya.

                               31
C. Komponen PTT Padi.

  Komponen               dasar/compulsory                      dan       pilihan           disesuaikan
  spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan.
  Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory
  apabila hasil KKP memprioritaskan komponen teknologi
  dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah
  utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi
  komponen teknologi dasar. Adapun komponen PTT padi
  dasar/compulsory, dikemukakan pada Tabel 6 sedangkan
  komponen pilihan pada Tabel 7 berikut.

                     Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar
       Padi sawah                  Padi sawah                                                 Padi rawa
                                                                 Padi gogo
         irigasi                   tadah hujan                                                  lebak
    Varietas moderen             Varietas moderen          Pergiliran varietas       Varietas moderen
     (VUB, PH, PTB)                (VUB, PTB)                 (VUB, PTB)                 (VUB, PTB)
    Bibit bermutu dan            Benih bermutu             Benih bermutu dan         Bibit bermutu dan
     sehat                         dan sehat                  sehat                      sehat
    Pengaturan cara              Pengelolaan hara          Pemberian bahan           Pemupukan N
     tanam (jajar legowo)          P dan K berdasar           organik                    granul, P dan K
    Pemupukan                     PUTS                      Pemupukan                  berdasarkan PUTS
     berimbang dan efisien        Pemberian bahan            berdasar status           PHT sesuai OPT
     menggunakan BWD               organik                    kesuburan tanah            sasaran.
     dan PUTS/petak               Pengendalian              Konservasi tanah
     omisi/Permentan No.           gulma terpadu              dan air
     40/2007
    PHT sesuai OPT
     sasaran.




                    Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan
                                   Padi sawah
    Padi sawah irigasi                                            Padi gogo                Padi rawa lebak
                                   tadah hujan
    Bahan organik/pupuk
     kandang/amelioran**        Pengelolaan tanaman       Pengelolaan tanaman         Pengelolaan tanaman
                                 yang meliputi populasi       yang meliputi populasi       yang meliputi populasi
    Umur bibit
                                 dan cara tanam               dan cara tanam               dan cara tanam
    Pengolahan tanah yang
                                 (legowo, larikan, dll)       (legowo, larikan, dll)       (legowo, larikan, dll)
     baik
    Pengelolaan air optimal    Cara tanam dilarik          PHT sesuai OPT              Umur bibit
     (pengairan berselang)
                                 dengan populasi              setempat                    Pengelolaan air,
                                 tanaman tinggi              Pengendalian gulma           pembuatan saluran/
    Pupuk cair (PPC, ppk        menggunakan alat             terpadu                      caren keliling
     organik, pupuk bio-
                                 tanam row seeding           Pola tanam berbasis         Pengendalian gulma
     hayati)/ZPT pupuk
                ,
     mikro)
                                PHT sesuai OPT sasaran       padi gogo                    terpadu
    Penanganan panen dan       Penanganan panen dan        Penanganan panen dan        Penanganan panen dan
                                 pasca panen                  pasca panen                  pasca panen
     pasca panen



         *: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan
            komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu
            wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
         **: Prioritas

        (Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012 dan Analisis)



                                                 32
Adapun     PTT     padi   di   lahan       pasang     surut    yaitu     :
  1).Penggunaan varietas unggul adaptif, 2). Pemupukan
  spesifik lokasi, 3). Amelioran (digunakan abu dan/atau kapur
  untuk meningkatkan pH), 4). Pengendalian terpadu untuk
  hama, penyakit dan gulma dan 5). Menggunakan alsin untuk
  pra dan pasca panen. Pengolahan tanah sempurna
  dimaksudkan untuk pencucian racun dan meratakan tanah.

       (Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang, 2012).


D. Komponen PTT Jagung.

  Komponen dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah
  setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen PTT
  Jagung dasar yaitu : 1). Varietas unggul baru, hibrida atau
  komposit, 2). Benih bermutu dan berlabel, 3). Populasi
  66.000     -   75.000     tanaman/ha        dan     4).   Pemupukan
  berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
  Sedangkan        komponen      PTT   Jagung pilihan           adalah :
  1). Penyiapan lahan, 2). Pemberian pupuk organik, 3).
  Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran
  irigasi   pada    lahan   sawah,     4).    Pembumbunan,               5).
  Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida
  kontak, 6). Pengendalian hama dan penyakit, dan 7). Panen
  tepat waktu dan pengeringan segera.

  Dalam rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400
  jagung, persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1). Lokasi
  tersedia cukup air saat diperlukan, terutama saat musim

                                  33
kemarau, 2).Lahan bebas genangan air saat musin hujan,
  3).Tenaga kerja cukup tersedia stiap saat dan 4). Umur
  varietas yang ditanam tidak lebih 100 hari.

E. Peran Komponen PTT.

  Penggunaan      benih   varietas   unggul     bermutu     akan
  menghasilkan     daya   perkecambahan     yang   tinggi   dan
  seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik,
  tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan
  penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih
  baik.

  Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah
  populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama
  dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, terhindar dari
  kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan
  tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.

  Pemberian       pupuk    secara    berimbang     berdasarkan
  kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan
  prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai
  dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang
  baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai
  hasil tinggi.

  Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien
  sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah
  merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil
  tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara

                              34
dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap
stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat
akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada
tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan
air.

Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi
dan mengendalikan serangan OPT dan DPI dengan
meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat
serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip
dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Khususnya
pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir
bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi.
Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah
dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan
peraturan   yang   berlaku    sehingga   tidak   menimbulkan
resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang
merugikan lingkungan.

Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan
hasil yang optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara
yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis
berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan
visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan
dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan
peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan
kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan


                             35
disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan
  perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan
  tidak tercecer.

F. Pemilihan Teknologi PTT.

  Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani
  dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi
  PTT. Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan
  dengan      cara    penelusuran     setiap   alternatif     komponen
  teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.
  Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen
  teknologi    dan     aspek   lingkungan      dapat    disinergiskan.
  Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan
  dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling
  sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling
  antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya
  dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.

  Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi
  tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena
  beragamnya         kondisi   lingkungan      pertanaman.       Setiap
  teknologi     dan      kombinasi     teknologi       yang     sedang
  dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan
  dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi
  setempat. Untuk menetapkan paket teknologi SL-PTT yang
  akan dilaksanakan di setiap unit agar dikonsultasikan



                                 36
dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di
  masing–masing wilayah.

G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT.

  1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani

  2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi
     yang tepat untuk masing-masing lokasi.

  3. Kesehatan    lingkungan      tumbuh   pertanaman      dan
     lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.




                             37
V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG

A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT.

  SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan
  keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar
  menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan
  manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi
  kawasan lainnya.

  Untuk itu, melalui SL-PTT diharapkan petani/kelompok tani
  nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar
  pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan
  budidaya    usahataninya     serta     mampu   mengaplikasikan
  teknologi secara benar sehingga meningkatkan produksi dan
  pendapatannya.

  Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas,
  sehingga belajar dapat dilakukan di saung dan tempat-
  tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar.

  Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan
  (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai
  tempat     bagi    petani    anggota      kelompoktani     dapat
  melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut.
  Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada
  rekomendasi teknologi setempat.

  SL-PTT     dilaksanakan     oleh     kelompoktani   yang   sudah
  terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud

                                38
diupayakan     kelompoktani        yang   dibentuk     berdasarkan
hamparan, atau lokasi lahan usahataninya diupayakan
masih dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu
untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka
saling mengenal satu sama lainnya dan diharapkan tinggal
saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah
diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya.

Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari
satu    kelompoktani     yang      sama     dan      atau   dengan
kelompoktani lain terdekat. Dalam setiap unit SL-PTT perlu
ditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan
aktivitas   anggota    kelompok,     seorang      sekretaris   yang
bertugas     sebagai     pencatat     kegiatan–kegiatan        yang
dilaksanakan     pada    setiap      pertemuan       dan    seorang
bendahara      yang    bertugas     mengurusi      masalah     yang
berhubungan dengan keuangan.

Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam
kelas SL-PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari
kelompoktani sebagai motivator yang mampu memberikan
respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong
anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang
sama.

Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama–
sama di petak percontohan/Laboratorium Lapangan (LL),
mendiskripsikan dan membahas temuan–temuan lapangan.


                              39
Pemandu Lapangan berperan sebagai fasilitator untuk
mengarahkan jalannya diskusi kelompok.

Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman
dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang
sesuai   spesifik   lokasi    mulai    dari   pengolahan   tanah,
budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap
tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan
serangkaian    kegiatan      yang     sudah   direncanakan   dan
dijadwalkan, baik dipetak LL maupun di lahan usahataninya.

Sketsa model pemberdayaan petani melalui SL-PTT, seperti
pada Gambar 1 berikut ini.




                               40
Gambar 1. Sketsa Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT




                         41
B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT.

  Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman serealia
  tahun 2013 dilaksanakan melalui peningkatan kualitas SL-
  PTT    melalui   pola   pertumbuhan,   pengembangan      dan
  pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas,
  terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket
  bantuan sebagai instrumen stimulan,          dukungan dan
  pengawalan serta pendampingan.

  Untuk itu, lokasi SL-PTT tahun 2013 akan lebih difokuskan
  kedalam 3 kawasan, yaitu kawasan pertumbuhan, kawasan
  pengembangan dan kawasan pemantapan. Luas 1 (satu)
  kawasan untuk padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida dan
  jagung komposit 1.000 ha kecuali padi rawa lebak seluas
  500 ha. Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha, untuk beberapa
  provinsi seperti NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua
  Barat dan Kabupaten di daerah perbatasan disesuaikan
  dengan kondisi geografis setempat. Untuk jelasnya tipe,
  kriteria   dan   orientasi   pengembangan    serta   batasan
  pengembangan kawasan dikemukakan pada Tabel 8 dan
  Tabel 9.




                               42
Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan Sentra
                       Produksi Tanaman Pangan


   TIPE KAWASAN                  KRITERIA KAWASAN                            ORIENTASI PENGUATAN

                      PRODUKTIVITAS LEBIH RENDAH DARI RATA-RATA
                  -                                               -   PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
                      PROVINSI
   PERTUMBUHAN
                  -   PEMANFAATAN LAHAN BELUM OPTIMAL             -   PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP)
                  -   TINGKAT KEHILANGAN HASIL MASIH TINGGI       -   PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL

                      PRODUKTIVITAS HAMPIR SAMA DENGAN
                  -                                               -   PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
                      PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI

   PENGEMBANGAN   -   PEMANFAATAN LAHAN HAMPIR OPTIMAL            -   PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL
                  -   TINGKAT KEHILANGAN HASIL SEDANG             -   PENINGKATAN MUTU HASIL
                  -   MUTU HASIL BELUM OPTIMAL
                      PRODUKTIVITAS SUDAH LEBIH TINGGI DARI
                  -                                               -   PENGENALAN TEKNOLOGI BARU
                      PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI

                  -   MUTU HASIL BELUM OPTIMAL                    -   PENINGKATAN MUTU HASIL
                                                                      EFISIENSI USAHA MELALUI PEMANFAATAN
                  -   EFISIENSI USAHA BELUM BERKEMBANG            -
                                                                      LIMBAH LINGKUNGAN
    PEMANTAPAN        OPTIMALISASI PENDAPATAN MELALUI PRODUKSI
                  -   SUBSEKTOR TANAMAN SUDAH MAKSIMAL (KECUALI   -   DIVERSIFIKASI PRODUK TANAMAN PANGAN
                      ADA INTRODUKSI TEKNOLOGI BARU)
                                                                  -   PENGATURAN HARGA DAN MARGIN

                                                                      DIVERSIFIKASI PENDAPATAN MELALUI
                                                                  -
                                                                      SUBSEKTOR LAIN


 Keterangan:
 1. Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran
 2. Sasaran pembangunan yang ditargetkan adalah peningkatan
    produksi dan peningkatan pendapatan.
 3. Pada setiap kawasan, diperlukan dukungan setiap Eselon I mengacu
    target orientasi.




                                                 43
Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung
                              Tahun 2013

                 Faktor Pertimbangan                                                                 Luasan 1
     Komoditi                             Jenis Lahan           Komponen Model 1 Kawasan
                       Kawasan                                                                     Kawasan (Ha)
                                                           1 SL-PTT Padi Inbrida                          1,000
                                                           2 SL-PTT Padi Inbrida Spesifik Lokasi          1,000
                                                           3 SL-PTT Padi Inbrida Peningkatan IP           1,000
                                                           4 SL-PTT Padi Inbrida Lahan Rawa
                                       1 Lahan Sawah
      PADI           Baku Lahan                               - Rawa Lebak                                 500
                                                              - Pasang Surut                              1,000
                                                           5 SL-PTT Pengembangan Padi Hibrida             1,000
                                                           6 Demfarm Padi Hibrida                         1,000
                                       2 Lahan Kering      7 SL-PTT Padi Lahan Kering                     1,000

                                                           1 SL-PTT Jagung Hibrida                        1,000
                                       Lahan Sawah/Lahan
     JAGUNG          Baku Lahan                            2 SL-PTT Jagung Komposit                       1,000
                                             Kering
                                                           3 Optimasi Jagung Hibrida                      1,000
    Catatan :
    1. Faktor pertimbangan baku lahan sangat diperhatikan
    2. Alokasi jenis model kawasan agar memperhatikan tingkat
         produktivitas, indeks pertanaman, dan pengembangan jaringan
         irigasi (Kesepakatan dengan Kementerian PU).
    3. Apabila ada lahan yang dapat diperluas lagi maka akan dilakukan
         melalui instrumen Cadangan Benih Nasional (CBN).
    4. Dukungan dari Eselon 1 lain terutama Ditjen PSP, PPHP, Badan
         Litbang, dan BPPSDMP diletakkan sesuai dengan kebutuhan
         komponen dan permasalahan yang ada.


C. Kriteria Kawasan.
  Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha diutamakan dalam 1 desa
  dalam satu kecamatan dan penuhi terlebih dahulu areal
  dalam satu desa dalam satu kecamatan. Namun apabila
  areal         di     desa            tersebut            belum             mencukupi,               maka
  kekurangannya dapat ditambah/dipenuhi dari desa terdekat,

                                                    44
dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha dapat
terpenuhi. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi
dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat dipenuhi
dari kecamatan terdekat, dan seterusnya hingga kawasan
seluas 1.000 ha terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dikemukakan
pada                                         Gambar                                              2
berikut.                   KRITERIA KAWASAN 1.000 HA

       KABUPATEN A
                                   Kecamatan A                               Kecamatan B
              Desa A
             1000 ha/                                                         Alt 3
               desa
                                                               Desa
                Alt 1                                           A   1000 ha
                             Desa A
                                                                           Desa B
                          800 ha
                                      200
                              Alt 2   ha        Desa B




   1. Alternatif 1 : 1000 ha dlm 1 Desa
   2. Alternatif 2 : 1000 ha dlm beberapa Desa dalam 1 Kec
   3. Alternatif 3 : 1000 ha dlm beberapa desa dalam 2 kecamatan atau lebih
  Keterangan:
  1. Penuhi areal dalam satu desa, bila areal belum mencukupi di desa tersebut maka kekurangannya dapat
      ditambah dari desa terdekat.
  2. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat
      dipenuhi dari kecamatan terdekat.
  3. Transfer Bantuan Sosial (Bansos) ke Rekening Kelompoktani

                Gambar 2. Kriteria Kawasan 1.000 Ha




                                             45
Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha,
  dilaksanakan 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha
  sehingga jumlah LL dalam kawasan 1.000 ha sebanyak 40
  unit        (40      ha     LL).        LL     merupakan      tempat
  pembelajaran/pertemuan petani di lapangan. Pertemuan
  kelompok          dilaksanakan     pada      areal   LL   dalam    SL
  hamparan/kawasan            25      ha.      Untuk   lebih   jelasnya
  dikemukakan pada Gambar 3 berikut.
                         KAWASAN = 1.000 HA
                    (SL = 960 HA & LL = 40 HA/40 Unit)

 SL
         LL




                                                               ...
Keterangan :
    : 1 Ha LL Laboratorium Lapang /25 Ha SL
1. Pada setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha dilaksanakan 1 unit LL
   seluas 1 ha, sehingga jumlah LL dalam 1000 ha terdapat sebanyak 40
   unit LL (40 Ha LL).
2. Pertemuan kelompok dilaksanakan pada areal LL dalam hamparan/
   kawasan 25 ha



                Gambar 3. Laboratorium Lapangan (LL)

  Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket
  anjuran secara sempurna, sebagai arena belajar para petani.

                                     46
Dalam LL diharapkan dapat pula dilakukan petak-petak
percontohan pengenalan varietas-varietas unggul baru atau
paket-paket teknologi baru lainnya atas persetujuan BPTP
setempat.

Jenis sarana produksi dan dosis yang digunakan pada areal
SL maupun LL disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi
dan dicantumkan dalam Rencana Usahatani Kelompok/RUK
masing-masing kelompoktani. Untuk lebih jelasnya agar
dikonsultasikan    dengan      Balai   Pengkajian   Teknologi
Pertanian (BPTP) di masing-masing daerah.

Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen
perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL
disesuaikan dengan kawasan dimana SL-PTT tersebut
dialokasikan dan disesuaikan pula dengan komoditi yang
diusahakan kelompoktani peserta SL-PTT. Bantuan sarana
produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja
Sosial (BANSOS) dan penggunaannya dengan mekanisme
transfer langsung ke rekening kelompoktani dalam bentuk
uang dan sesuai pedoman serta peraturan perundang-
undangan    yang    berlaku.     Sedangkan    insentif/bantuan
transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan
aparat) dan papan nama merupakan Belanja Barang Non
Operasional (BBNOL) dan penggunaannya disesuaikan
dengan kondisi di lapangan dan pedoman serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.


                            47
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa pada setiap 25 ha
SL dalam kawasan seluas 1.000 ha, akan terdapat 1 unit
Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL
dalam kawasan 1.000 ha terdapat sebanyak 40 unit LL (40
ha LL), berarti sisanya seluas 960 ha berupa areal SL.
Sebagai contoh, apabila satu kelompoktani mempunyai areal
50 ha maka kelompoktani tersebut akan mendapatkan 2 unit
LL dan seterusnya. Jika areal tidak mencukupi 25 ha, maka
dapat        digabung                   dengan                 kelompoktani                 lainnya               yang
berdekatan dan lokasi pelaksanaan pertemuan kelompoktani
disepakati oleh kelompoktani tersebut.

Pola SL-PTT Padi dan Jagung pada satu kawasan
dikemukakan pada Gambar 4, 5 dan 6 berikut :

                                                      SL-PTT Kawasan Pertumbuhan dengan penggunaan benih varietas
      FOKUS KEGITAN                                   unggul bermutu pada :
                                                      1. Padi Inbrida Sawah 61.800 ha
      PENAMBAHAN                                      2. Padi Inbrida Pasang Surut 96.000 ha
        PRODUKSI                                      3. Padi Inbrida Rawa Lebak 26.000 ha
                                                      4. Padi Inbrida Lahan Kering 114.100 ha
                                                      5. Jagung Hibrida 9.000 ha
                                                      6. Jagung Komposit 45.700 ha




       KAWASAN PERTUMBUHAN 1.000 HA                                                         Pendampingan oleh
                                                                                            Penyuluh Pertanian,
                  40 UNIT SL                                                               Peneliti, POPT, PBT, dan
                                                                                                    Aparat
               (1 Unit / 24 Ha)


   Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):
   1. Pupuk Urea
   2. Pupuk NPK
   3. Pupuk Organik
                                                                                           40 Unit LL
   4. Herbisida
   5. Kaptan
                                                                                            (1 Unit/1 Ha)
   6. Pertemuan Kelompok




        Gambar 4. Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan


                                                         48
SL-PTT Kawasan Pengembangan dengan penggunaan benih varietas
   FOKUS KEGITAN                                   unggul bermutu pada :
                                                   1. Padi Inbrida Sawah 272.500 ha
   PENAMBAHAN                                      2. Padi Hibrida 200.000 ha
     PRODUKSI                                      3. Padi Inbrida Lahan Kering 117.200 ha
                                                   4. Jagung Hibrida 170.300 ha




  KAWASAN PENGEMBANGAN1.000 HA                                                            Pendampingan oleh
             40 UNIT SL                                                                   Penyuluh Pertanian,
                                                                                       Peneliti, POPT, PBT, Aparat
          (1 Unit / 24 Ha)


Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):
1. Pupuk Urea                                                                            40 Unit LL
2. Pupuk NPK
3. Pupuk Organik                                                                         (1 Unit/1 Ha)
4. Pertemuan Kelompok




Gambar 5. Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan



    FOKUS KEGITAN                                   SL-PTT Kawasan Pemantapan dengan penggunaan benih varietas
                                                    unggul bermutu pada :
    PENAMBAHAN                                      1. Padi Inbrida Sawah 3.417.500 ha
      PRODUKSI                                      2. Padi Inbrida Lahan Kering 320.400 ha
                                                    3. Jagung Hibrida 35.000 ha




              KAWASAN PEMANTAPAN 1.000 HA                                                 Pendampingan oleh
                                                                                          Penyuluh Pertanian,
                        40 UNIT SL                                                       Peneliti, POPT, PBT, dan
                                                                                                  Aparat
                     (1 Unit / 24 Ha)


             Bantuan (disesuaikan dengan
             rekomendasi spesifik lokasi):
             1. Pupuk Urea
                                                      Pertemuan Kelompok
                                                                                         40 Unit LL
             2. Pupuk NPK                                                                 (1 Unit/1 Ha)
             3. Pupuk Organik




    Gambar 6. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan




                                                     49
Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya (papan
nama dan lainnya) yang tidak dibantu pemerintah maupun
kekurangannya, maka penyediaannya agar ditanggung
dan   diusahakan     secara   swadana       oleh    anggota
kelompoktani atau berasal dari sumber lainnya. Hal ini
dimaksudkan   agar    petani/kelompoktani    ikut   merasa
memiliki sehingga mempunyai tanggungjawab moral untuk
mensukseskan SL-PTT Padi dan Jagung dalam rangka
mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2013.

Selanjutnya agar kegiatan SL-PTT berbasis kawasan
tersebut berkontribusi nyata pada produksi tahun 2013,
maka pertanaman di areal SL-PTT diharapkan sudah
dilaksanakan pada awal tahun 2013 (Akhir MH 2012/2013
sampai MK II 2013), kecuali secara teknis maupun
adminstrasi tidak memungkinkan dilaksanakan seperti
halnya padi gogo/lahan kering maka dapat dilaksanakan
pada awal MH 2013/2014 (Oktober-Desember 2013).
Untuk itu, sedini mungkin diambil langkah-langkah dan
disiapkan secara terencana, akurat dan efektif melalui
koordinasi dengan instansi terkait antara lain Dinas
Pengairan, BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan dan
lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan
sasaran.

Guna mengetahui tingkat produktivitas pada areal SL-PTT
maka pada tahun 2013 direncanakan mendapat bantuan


                        50
dana untuk pendataan ubinan pada setiap kabupaten/kota
pelaksana SL-PTT yang besarnya antara 1 – 50 unit
dengan total areal ubinan padi 14.973 unit dan jagung
2.345 unit. Untuk memperoleh data ubinan yang optimal
ada areal SL-PTT Padi dan Jagung yang telah ditentukan
oleh Dinas Kabupaten/Kota, maka diharapkan ubinan
dilaksanakan paling lambat pada bulan Desember 2013.
Untuk itu perlu diambil langkah-langkah guna penyusunan
jadwal tanam/panen yang tepat. Kegiatan ini dilakukan
oleh    petugas     ubinan     pada     Dinas     Pertanian
Kabupaten/Kota (Mantri Tani/ Mantri Statistik).

Sebagai bentuk peningkatan kualitas SL-PTT Padi dan
Jagung di lapangan, maka dukungan pendampingan dan
pengawalan perlu lebih dioptimalkan.

Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas
Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk PPL, POPT,
PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan
di masing-masing lokasi dan Aparat (TNI-AD beserta
jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta
petugas Pusat. Pengawalan SL-PTT dilakukan pula oleh
para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi SL/LL yang
penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Pendampingan dan pengawalan oleh petugas dinas dan
aparat, dilakukan pula pada seluruh areal tanam/panen


                          51
baik SL-PTT maupun pertanaman Reguler (Non SL-PTT)
melalui Gerakan Pengembangan Kawasan Padi dan
Jagung. Untuk itu Posko P2BN pada setiap tingkatan
(Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih
diaktifkan guna melakukan koordinasi dengan berbagai
pihak dan instansi terkait untuk turun ke lapangan
memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan
tanam/panen       serentak,     pemeliharaan        tanaman    dan
mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya
diselesaikan.

Pendampingan kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan
khususnya Penyuluh Lapangan, POPT, PBT dan Peneliti
mempunyai sebagai :

1. Pemandu        yang   paham          terhadap    permasalahan,
   kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan dan
   desa.

2. Dinamisator        proses        latihan   SL-PTT     sehingga
   menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan
   latihan.

3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah
   tanam        dan    dapat        membantu       membangkitkan
   kepercayaan diri para peserta SL-PTT

4. Konsultan      bagi    petani       peserta     SL-PTT     untuk
   mempermudah             menentukan              langkah-langkah



                               52
selanjutnya      dalam        melaksanakan      kegiatan
       usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai.

    Dalam rangka memberikan apresiasi kepada petugas
    lapangan yang telah melaksanakan pengawalan dan
    pendampingan SL-PTT/P2BN, maka kepada petugas
    tersebut akan diberikan penghargaan berupa uang yang
    besarannya disesuaikan dengan dana yang tersedia.
    Penghargaan diberikan kepada tiga orang petugas per
    kabupaten/kota. Untuk itu Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
    perlu merumuskan kriteria penilaian yang disesuaikan
    dengan kondisi masing-masing daerah.

D. Penentuan Calon Lokasi.

  Pemilihan penempatan calon lokasi SL-PTT dengan
  prioritas luasan areal sesuai dengan ketentuan batasan
  kawasan, produktivitas dan indeks pertanamannya masih
  berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif
  terhadap teknologi.

  Pemilihan letak petak LL yang berada di dalam areal SL-
  PTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak di bagian
  pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan
  areal di luar SL-PTT diharapkan penerapan teknologi SL-
  PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar SL-PTT.
  Format CL dan CPCL disajikan pada Lampiran 4.




                                53
1. Penentuan Calon Lokasi.

  a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi,
     sawah tadah hujan, lahan kering dan pasang surut
     yang produktivitas dan/atau indeks pertanamannya
     masih dapat ditingkatkan. Prioritas pertama lokasi SL-
     PTT tahun anggaran 2013 ditempatkan pada lokasi
     yang IP (Indeks Pertanaman) paling rendah dan/atau
     pada lokasi yang produktivitasnya paling rendah serta
     areal sawah bukaan/cetakan baru. Oleh karena itu
     Dinas   Pertanian   Provinsi   dan    Dinas   Pertanian
     Kabupaten/Kota harus melakukan identifikasi lokasi-
     lokasi yang produktivitas dan/atau IP-nya masih dapat
     ditingkatkan.

  b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan
     penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran
     dan sengketa.

  c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu
     hamparan/kawasan      yang     strategis   dan   mudah
     dijangkau petani atau disesuaikan dengan kondisi di
     lapangan.

  d. Lokasi SL-PTT setiap 25 ha, diberi papan nama
     sebagai tanda lokasi pelaksanaan SL/LL.

  e. Letak Laboratorium Lapangan (LL) pada SL-PTT
     diutamakan ditempatkan pada lokasi yang sering
     dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat

                          54
oleh   petani     sekitarnya     untuk   dicontoh    dalam
        usahataninya.

  2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT.

    a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat
       tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan
       diusulkan oleh Kepala Desa, KCD dan atau Penyuluh
       Lapangan.

    b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki
       lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima
       teknologi baru.

    c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-
       PTT.

    d. Kelompoktani      SL-PTT     ditetapkan    dengan      Surat
       Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
       yang membidangi tanaman pangan, sebagaimana
       contoh pada Lampiran 5.

E. KetentuanPelaksana SL-PTT.

  Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut :

  1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan
     atau kawasan, mempunyai potensi untuk ditingkatkan
     produktivitas      dan/atau       IP-nya,   serta      anggota
     kelompoktaninya respons terhadap penerapan teknologi.




                               55
2. Luas satu unit SL-PTT padi dan jagung adalah 25 ha
     yang di dalamnya terdapat satu unit LL seluas 1 ha.

  3. Peserta tiap unit SL-PTT diupayakan para petani yang
     berasal dari hamparan seluas 25 ha.

  4. Memiliki Pemandu Lapangan.

F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT.

  1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai
     kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan
     Bendahara.

  2. Menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 6.

  3. Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan
     dengan   Surat    Keputusan   Kepala   Dinas   Pertanian
     Kabupaten/Kota.

  4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank
     Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang
     terdekat dan bagi Kelompoktani yang belum memiliki,
     harus membuka rekening di bank.

  5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap
     kelompoktani namun dapat pula rekening gabungan
     kelompoktani (Gapoktan). Jika menggunakan rekening
     gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompoktani
     agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian
     Kabupaten/Kota.



                             56
6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup
     menggunakan            dana        bantuan      SL-PTT      sesuai
     peruntukannya (RUK) dan sanggup mengembalikan dana
     apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana terlihat
     dalam Lampiran 7.

  7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi
     dan pendukung lainnya, bilamana bantuan pemerintah
     tersebut tidak mencukupi/kurang.

  8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.

G. Bantuan SL-PTT.

  Guna mendukung pelaksanaan SL-PTT padi inbrida sawah,
  padi pasang surut, padi rawa lebak, padi hibrida, padi inbrida
  lahan kering, jagung hibrida dan jagung komposit, sebagai
  stimulan direncanakan mendapat sarana produksi (pupuk
  urea,   pupuk      NPK,    pupuk       organik,    kapur    pertanian,
  herbisida),     sedangkan             pertemuan         kelompoktani,
  insentif/bantuan    transport         bagi   petugas       pendamping
  (petugas dinas dan aparat) dan papan nama diberikan pada
  setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha baik kawasan
  pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan.


  Adapun plafon bantuan saprodi secara rinci sebagai berikut :
  1. Areal Laboratorium Lapangan               (LL) pada       kawasan
     pertumbuhan,       pengembangan,               dan    pemantapan



                                   57
mendapatkan bantuan saprodi            (urea, NPK, pupuk
   organik, herbisida dan kapur pertanian).
2. Areal SL di luar LL pada kawasan pertumbuhan dan
   pengembangan mendapatkan bantuan saprodi yang
   volume dan jenisnya tidak sebesar pada lokasi LL.
   Kekurangan       saprodi   agar    dapat    dipenuhi    secara
   swadana.
3. Areal SL di luar LL pada kawasan pemantapan tidak
   mendapatkan bantuan saprodi. Untuk itu saprodi pada
   areal tersebut diharapkan dapat disediakan melalui
   swadana dan/atau dari sumber-sumber lainnya.
Pengunaan saprodi (volume dan jenisnya) di tingkat
lapangan disesuaikan dengan kondisi di masing-masing
daerah (spesifik lokasi) dan telah disetujui oleh PPL, BPTP,
Dinas   Pertanian    Kabupaten/Kota      dan    BPTP      Provinsi
setempat.

Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk
pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel 10 berikut ini :




                              58
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013
Pedoman Teknis SL-PTT 2013

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPenataan Ruang
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasFitri Indra Wardhono
 
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022 .docx
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022  .docxJUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022  .docx
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022 .docxNoLopi
 
Renstra ketahanan pangan 2014 2019
Renstra ketahanan pangan 2014 2019Renstra ketahanan pangan 2014 2019
Renstra ketahanan pangan 2014 2019fionarazqa
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaPenataan Ruang
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031joihot
 
Investasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di IndonesiaInvestasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di Indonesia01112015
 
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014Joy Irman
 
Profil UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PP dan PL 2013 v2
Profil UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PP dan PL 2013 v2Profil UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PP dan PL 2013 v2
Profil UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PP dan PL 2013 v2Ditjen P2P
 
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANMANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANHimpunan Mahasiswa Planologi ITS
 
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030Jhon Blora
 
Paparan blhd banten ketua komisi iv
Paparan blhd banten ketua komisi ivPaparan blhd banten ketua komisi iv
Paparan blhd banten ketua komisi ivUjang Sukarna
 

Mais procurados (19)

Jukops DAK BKKBN 2022
Jukops DAK BKKBN 2022Jukops DAK BKKBN 2022
Jukops DAK BKKBN 2022
 
Sos dak 2012 pertanian
Sos dak 2012   pertanianSos dak 2012   pertanian
Sos dak 2012 pertanian
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
 
Laporan akhir 2013 balai.final cover..
Laporan akhir 2013 balai.final   cover..Laporan akhir 2013 balai.final   cover..
Laporan akhir 2013 balai.final cover..
 
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari BappenasPanduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
Panduan penataan ruang & pengembangan kawasan - Sebuah panduan dari Bappenas
 
Revisi renstra 2020 2024 bptp sumatera selatan
Revisi renstra 2020 2024 bptp sumatera selatanRevisi renstra 2020 2024 bptp sumatera selatan
Revisi renstra 2020 2024 bptp sumatera selatan
 
Laphir bptp sumsel ta 2015
Laphir bptp sumsel ta 2015Laphir bptp sumsel ta 2015
Laphir bptp sumsel ta 2015
 
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022 .docx
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022  .docxJUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022  .docx
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022 .docx
 
Renstra ketahanan pangan 2014 2019
Renstra ketahanan pangan 2014 2019Renstra ketahanan pangan 2014 2019
Renstra ketahanan pangan 2014 2019
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
 
Lakip aset 2015 1
Lakip aset 2015 1Lakip aset 2015 1
Lakip aset 2015 1
 
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
Dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011 - 2031
 
Investasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di IndonesiaInvestasi SDA di Indonesia
Investasi SDA di Indonesia
 
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
 
Profil UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PP dan PL 2013 v2
Profil UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PP dan PL 2013 v2Profil UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PP dan PL 2013 v2
Profil UPT (Unit Pelaksana Teknis) Ditjen PP dan PL 2013 v2
 
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAANMANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
MANAJEMEN LAHAN DALAM PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN LAHAN PERKOTAAN
 
Daftar isi laphir 2014 bptp sumsel
Daftar isi laphir 2014 bptp sumselDaftar isi laphir 2014 bptp sumsel
Daftar isi laphir 2014 bptp sumsel
 
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
 
Paparan blhd banten ketua komisi iv
Paparan blhd banten ketua komisi ivPaparan blhd banten ketua komisi iv
Paparan blhd banten ketua komisi iv
 

Semelhante a Pedoman Teknis SL-PTT 2013

JUKNIS FASILITAS DISTRIBUSI PANGAN 2021.pdf
JUKNIS FASILITAS DISTRIBUSI PANGAN 2021.pdfJUKNIS FASILITAS DISTRIBUSI PANGAN 2021.pdf
JUKNIS FASILITAS DISTRIBUSI PANGAN 2021.pdfbernarto2
 
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaruIsi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaruSyati Saptaria
 
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...ItjenKLHK
 
Renstra Hukum Lingkungan 2020-2024.pdf
Renstra Hukum Lingkungan 2020-2024.pdfRenstra Hukum Lingkungan 2020-2024.pdf
Renstra Hukum Lingkungan 2020-2024.pdfmnahyanzulfikar
 
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010Ar Tinambunan
 
Kemendagri kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
Kemendagri   kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012Kemendagri   kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
Kemendagri kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012Operator Warnet Vast Raha
 
Peraturan no. 15 mentri 2012
Peraturan no. 15 mentri 2012Peraturan no. 15 mentri 2012
Peraturan no. 15 mentri 2012PT. SASA
 
Buku panduan manual tata cara lppd 2015
Buku panduan manual tata cara lppd 2015Buku panduan manual tata cara lppd 2015
Buku panduan manual tata cara lppd 2015Supangat Moker
 
Buku panduan-manual-tata-cara-lppd-2012
Buku panduan-manual-tata-cara-lppd-2012Buku panduan-manual-tata-cara-lppd-2012
Buku panduan-manual-tata-cara-lppd-2012Jin Kazama
 
MATRIK HARMONISASI RAPERBUP NON KAPITASI 2022.docx
MATRIK HARMONISASI RAPERBUP NON KAPITASI 2022.docxMATRIK HARMONISASI RAPERBUP NON KAPITASI 2022.docx
MATRIK HARMONISASI RAPERBUP NON KAPITASI 2022.docxjumratulseftriani1
 
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANKEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANTri Damri
 
2- RENCANA KERJA RSUD TAHUN 2021.pdf
2- RENCANA KERJA RSUD TAHUN 2021.pdf2- RENCANA KERJA RSUD TAHUN 2021.pdf
2- RENCANA KERJA RSUD TAHUN 2021.pdfRSUDdrABDULAZIZ
 
Wajajakkmannajiajakajakqkmmmmmmmmmmm.ppt
Wajajakkmannajiajakajakqkmmmmmmmmmmm.pptWajajakkmannajiajakajakqkmmmmmmmmmmm.ppt
Wajajakkmannajiajakajakqkmmmmmmmmmmm.pptTito Franky
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTAEKPD
 
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013Guss No
 
Sos dak 2012 pokok-pokok pengelolaan keuangan dak dalam apbd
Sos dak 2012   pokok-pokok pengelolaan keuangan dak dalam apbdSos dak 2012   pokok-pokok pengelolaan keuangan dak dalam apbd
Sos dak 2012 pokok-pokok pengelolaan keuangan dak dalam apbdBAPPEDA - PEMKAB. JOMBANG
 

Semelhante a Pedoman Teknis SL-PTT 2013 (20)

JUKNIS FASILITAS DISTRIBUSI PANGAN 2021.pdf
JUKNIS FASILITAS DISTRIBUSI PANGAN 2021.pdfJUKNIS FASILITAS DISTRIBUSI PANGAN 2021.pdf
JUKNIS FASILITAS DISTRIBUSI PANGAN 2021.pdf
 
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaruIsi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
Isi pedoman teknis pump 2013 (13 juni) terbaru
 
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR...
 
Renstra Hukum Lingkungan 2020-2024.pdf
Renstra Hukum Lingkungan 2020-2024.pdfRenstra Hukum Lingkungan 2020-2024.pdf
Renstra Hukum Lingkungan 2020-2024.pdf
 
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
 
Petunjuk penyusunan renja 2013
Petunjuk penyusunan renja 2013Petunjuk penyusunan renja 2013
Petunjuk penyusunan renja 2013
 
Kemendagri kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
Kemendagri   kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012Kemendagri   kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
Kemendagri kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
 
Peraturan no. 15 mentri 2012
Peraturan no. 15 mentri 2012Peraturan no. 15 mentri 2012
Peraturan no. 15 mentri 2012
 
Buku panduan manual tata cara lppd 2015
Buku panduan manual tata cara lppd 2015Buku panduan manual tata cara lppd 2015
Buku panduan manual tata cara lppd 2015
 
Buku panduan-manual-tata-cara-lppd-2012
Buku panduan-manual-tata-cara-lppd-2012Buku panduan-manual-tata-cara-lppd-2012
Buku panduan-manual-tata-cara-lppd-2012
 
MATRIK HARMONISASI RAPERBUP NON KAPITASI 2022.docx
MATRIK HARMONISASI RAPERBUP NON KAPITASI 2022.docxMATRIK HARMONISASI RAPERBUP NON KAPITASI 2022.docx
MATRIK HARMONISASI RAPERBUP NON KAPITASI 2022.docx
 
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANKEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
 
PMK 165 Tahun 2013
PMK 165 Tahun 2013PMK 165 Tahun 2013
PMK 165 Tahun 2013
 
Buku 1 keuangan
Buku 1 keuanganBuku 1 keuangan
Buku 1 keuangan
 
2- RENCANA KERJA RSUD TAHUN 2021.pdf
2- RENCANA KERJA RSUD TAHUN 2021.pdf2- RENCANA KERJA RSUD TAHUN 2021.pdf
2- RENCANA KERJA RSUD TAHUN 2021.pdf
 
Wajajakkmannajiajakajakqkmmmmmmmmmmm.ppt
Wajajakkmannajiajakajakqkmmmmmmmmmmm.pptWajajakkmannajiajakajakqkmmmmmmmmmmm.ppt
Wajajakkmannajiajakajakqkmmmmmmmmmmm.ppt
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Banten - UNTIRTA
 
Juknis bok-2013
Juknis bok-2013Juknis bok-2013
Juknis bok-2013
 
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
Juknis DAK Tahun 2013 (SMA-SMK) - Permendikbud No 8 Tahun 2013
 
Sos dak 2012 pokok-pokok pengelolaan keuangan dak dalam apbd
Sos dak 2012   pokok-pokok pengelolaan keuangan dak dalam apbdSos dak 2012   pokok-pokok pengelolaan keuangan dak dalam apbd
Sos dak 2012 pokok-pokok pengelolaan keuangan dak dalam apbd
 

Último

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 

Último (20)

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 

Pedoman Teknis SL-PTT 2013

  • 1. i
  • 2. KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DRAFT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN Nomor : TENTANG PEDOMAN TEKNIS SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI DAN JAGUNG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka ketahanan pangan nasional untuk memenuhi kebutuhan konsumsi maka perlu diupayakan peningkatan produksi tanaman pangan; b. bahwa untuk mewujudkan peningkatan produksi tanaman pangan terutama padi dan jagung tahun 2013 difokuskan melalui pendekatan SL-PTT; c. bahwa dalam DIPA Satuan Kerja Dinas yang menangani Tanaman Pangan di Provinsi dan 1
  • 3. Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013 terdapat Kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia melalui Pelaksanaan SL-PTT; d. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dipandang perlu menerbitkan Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan Jagung Tahun Anggaran 2013; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan 2
  • 4. Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5361); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara 5165); 7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013; 9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara, sebagamana telah diubah beberapa kali, juncto Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 10. Keputusan Presiden Nomor 84/P/Tahun 2009 tentang 3
  • 5. Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II Periode 2009 – 2014; 11. Keputusan Presiden Nomor 157/M Tahun 2010 tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian; 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2013; 14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2013; 15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; Memperhatikan : 1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Induk Tahun Anggaran 2013 Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Nomor : DIPA-018.03-0/2013 Tanggal 5 Desember 2012. 4
  • 6. 2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Petikan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2013 Nomor : DIPA-018.03.1.238251/2013 Tanggal 5 Desember 2012. M E M U T U S K A N: Menetapkan : KESATU : Pedoman Teknis SL-PTT Padi dan Jagung Tahun Anggaran 2013, seperti tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU merupakan acuan pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Melalui Pelaksanaan SL-PTT Tahun Anggaran 2013. KETIGA : Segala biaya yang diperlukan akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan kepada DIPA Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 5
  • 7. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, UDHORO KASIH ANGGORO Nip. 19561106 198403 1 002 SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth: 1. Menteri Pertanian; 2. Wakil Menteri Pertanian; 3. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian; 4. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian; 5. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia; 6. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia; 7. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia; 8. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia. 6
  • 8. Lampiran KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : Tanggal Januari 2013 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI ................................................................................. i DAFTAR TABEL .......................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. vi I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Tujuan dan Sasaran ................................................................... 5 C. Pengertian-Pengertian Dalam SL-PTT ...................................... 7 II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN PRODUKSI TAHUN 2013 ................................................................. 14 A. Keragaan Produksi ..................................................................... 14 B. Sasaran Produksi Tahun 2013 ................................................... 15 C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi ......................... 16 III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI TAHUN 2013 ..................................................................................... 18 A. Strategi ....................................................................................... 18 B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013 ................... 19 IV. PTT PADI DAN JAGUNG ................................................................. 27 A. Prinsip-prinsip PTT ..................................................................... 27 B. Tahapan Penerapan PTT ........................................................... 28 C. Komponen PTT Padi .................................................................. 28 D. Komponen PTT Jagung ............................................................. 30 E. Peran Komponen PTT................................................................ 31 F. Pemilihan Teknologi PTT ........................................................... 32 G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT ..................................... 33 V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG ......................... 34 A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT ........................... 34 B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT ............................ 38 C. Kriteria Kawasan ........................................................................ 40 D. Penentun Calon Lokasi .............................................................. 49 E. Ketentuan Pelaksana SL-PTT.................................................... 51 i
  • 9. F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT .......................... 51 G. Bantuan SL-PTT......................................................................... 52 H. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT.............................................. 57 I. Pertemuan Kelompok SL-PTT ................................................... 57 VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT ................... 58 A. Pengorganisasian SL-PTT ......................................................... 58 B. Operasionalisasi SL-PTT ........................................................... 59 VII. PEMBIAYAAN MEKANISME PENCAIRAN DANA DAN PENGADAAN ........................................................................... 60 A. Pembiayaan .............................................................................. 60 B. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial SL-PTT .............................................................. 61 C. Mekanisme Pengadaan ............................................................. 61 VIII. BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN ...................... 63 IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ............................... 65 X. PENUTUP .......................................................................................... 67 LAMPIRAN ................................................................................ 69 ii
  • 10. DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2008-2012 (ARAM III BPS).............. 14 Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM III BPS) ......... 15 Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013 Terhadap ARAM II Tahun 2012 .................................... 16 Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2013................................................................... 20 Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2013................................................................... 24 Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar............................................. 29 Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan ........................................... 29 Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Tanaman Pangan ............................... 39 Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung Tahun 2013................................................................... 40 Tabel 10.Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 ............................................... 54 iii
  • 11. DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Sketsa Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT ...................................................... 37 Gambar 2. Kriteria Kawasan 1.000 Ha .................................... 41 Gambar 3. Laboratorium Lapangan (LL) ................................. 42 Gambar 4. Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan .................... 44 Gambar 5. Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan................. 45 Gambar 6. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan ..................... 45 iv
  • 12. DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2013 ..... 69 Lampiran 2. Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagungi Tahun 2013 70 Lampiran 3. Alokasi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013... 71 Lampiran 4. Blangko Calon Lokasi Bantuan Sosial Budidaya (SL-PTT/Kawasan) Tanaman Pangan Tahun 2013........................................................ 120 Lampiran 5. Contoh SK Penetapan Kelompoktani ................. 123 Lampiran 6. Rencana Usaha Kelompok (RUK) ...................... 126 Lampiran 7. Surat Pernyataan Penerima dan Penggunaan Dana Bansos ..................................................... 127 Lampiran 8. Mekanisme Pencairan Dana Bantuan SL-PTT ... 128 Lampiran 9. Rencana Jadwal Pelaksanaan SL-PTT Padi Dan Jagung Tahun 2013.................................... 130 Lampiran 10. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/ Pengembangan/Pemantapan ............................ 131 Lampiran 11. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/ Pengembangan/Pemantapan ............................ 132 Lampiran 12. Blangko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/ Pengembangan/Pemantapan ............................ 133 Lampiran 13. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten Realisasi SL-PTT Kawasan Pertumbuhan/ Pengembangan/Pemantapan ............................ 134 Lampiran 14. Form Isian Hasil Ubinan SL-PTT Padi/Jagung ... 135 v
  • 13. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi dan jagung adalah dengan mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah dalam pengembangan usaha pertanian. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi. Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring 1
  • 14. dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 72.063.735 ton GKG dan sasaran produksi jagung sebesar 19.831.047 ton PK dengan rincian sasaran per provinsi seperti pada Lampiran 1 dan Lampiran 2, diupayakan dapat dicapai untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Karena itu diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa untuk mencapai sasaran tersebut. Berbagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas telah dilaksanakan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sejak tahun 2008 maupun melalui PTT atau peningkatan mutu intensifikasi pada tahun-tahun sebelumnya. Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan jagung nasional telah terbukti, namun kedepan dengan tantangan yang lebih beragam maka perlu penyempurnaan dan peningkatan kualitas. Oleh karena itu pada tahun 2013, upaya peningkatan produksi melalui penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) akan difokuskan melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan 2
  • 15. pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrumen stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan. Kawasan pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya masih di bawah rata-rata produktivitas Provinsi (daerah-daerah sub-optimal), kawasan pengembangan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya sama dengan rata-rata produktivitas Provinsi, sedangkan kawasan pemantapan adalah daerah yang tingkat produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas Provinsi dan atau Nasional. Luas SL-PTT Padi tahun 2013 adalah 4.625.000 ha, yang dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi pasang surut, padi rawa lebak, padi lahan kering dan padi sawah) seluas 297.900 ha, kawasan pengembangan (padi sawah, padi hibrida dan padi lahan kering) seluas 589.700 ha dan luas kawasan pemantapan (padi sawah dan padi lahan kering) seluas 3.737.400 ha. Sedangkan SL-PTT Jagung seluas 260.000 ha, dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (jagung hibrida dan jagung komposit) seluas 54.700 ha, kawasan pengembangan (jagung hibrida) seluas 170.300 ha dan kawasan pemantapan (jagung hibrida) seluas 35.000 ha. Lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 3. 3
  • 16. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi dan jagung. Namun demikian wilayah di luar SL-PTT harus tetap dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat. Dengan fasilitasi tersebut diharapkan pelaksanaan SL-PTT berbasis kawasan skala luas dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan produksi tahun 2013. Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung melalui kegiatan SL-PTT tahun 2013 dapat tercapai, maka perlu untuk menyusun Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai acuan 4
  • 17. bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. Dengan adanya pedoman teknis ini, semua pihak terkait akan berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi terhadap pencapaian sasaran produksi padi dan jagung. Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masing- masing daerah dan kemampuan adopsi inovasi, maka pedoman teknis ini diharapkan dijabarkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dalam bentuk Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lapangan agar lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir sedangkan Dinas Pertanian Provinsi menjabarkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan, sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran. B. Tujuan dan Sasaran. 1. Tujuan. a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2013 di Provinsi dan Kabupaten/Kota. 5
  • 18. b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap petani guna mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi dan jagung dalam usahataninya agar replikasi/penyebarluasan teknologi ke petani sekitarnya berjalan lebih cepat. d. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta kesejahteraan petani padi dan jagung. 2. Sasaran. a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2013 di provinsi dan kabupaten/kota. b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan 6
  • 19. pendekatan kawasan skala luas antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota. c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani sehingga penerapan adopsi teknologi PTT padi dan jagung berjalan lebih cepat, dan keberlanjutan serta replikasi ke areal yang lebih luas dapat terwujud. d. Meningkatnya produktivitas padi inbrida sawah 0,75/ha, padi hibrida 2,0 ton/ha, padi pasang surut 0,3 ton/ha, padi rawa lebak 0,3 ton/ha dan padi lahan kering/gogo 0,5 ton/ha pada areal SL-PTT seluas 4,625 juta ha. Untuk jagung hibrida 2,5 ton/ha dan jagung komposit 1,0 ton/ha pada areal SL-PTT seluas 260 ribu ha, untuk mendukung sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 72,06 juta ton GKG dan produksi jagung sebesar 19,83 juta ton PK. C. Pengertian – Pengertian dalam SL-PTT. 1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. PTT merupakan inovasi baru untuk 7
  • 20. memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need assessment). Komponen teknologi PTT dasar/compulsory adalah teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan. Komponen teknologi PTT pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang) memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar. 2. Kawasan adalah suatu daerah tertentu dengan ciri- ciri tertentu. Dalam konteks pertanian kawasan yang dimaksud adalah suatu areal (sawah, lahan kering, tadah hujan, rawa lebak, rawa pasang surut) di lokasi tertentu tanpa memperhitungkan batas-batas administrasi wilayah (desa/kampung), sungai, jalan, atau batas-batas lainnya. 8
  • 21. 3. Kawasan Pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya masih di bawah rata-rata produktivitas Provinsi (daerah-daerah suboptimal), pemanfaatan lahan belum optimal, tingkat kehilangan hasil masih tinggi. 4. Kawasan Pengembangan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya sama dengan rata-rata produktivitas Provinsi, pemanfaatan lahan hampir optimal, tingkat kehilangan hasil sedang tetapi mutu hasil belum optimal. 5. Kawasan Pemantapan merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas provinsi dan atau nasional, mutu hasil belum optimal, efisiensi usaha belum berkembang dan optimalisasi pendapatan melalui produksi subsektor tanaman sudah maksimal (kecuali ada introduksi teknologi baru). 6. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi 9
  • 22. dan berkelanjutan. Indikator keberhasilan SL-PTT dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap, penerapan budidaya yang baik dan benar, peningkatan produktivitas dan keberlanjutan serta replikasinya. 7. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/area yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani/petani. 8. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai pendamping dan pengawal pelaksanaan SL- PTT. 9. Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) adalah tahapan pendekatan PTT yang diawali dengan kelompoktani melakukan identifikasi masalah di wilayah setempat dan membahas peluang kemungkinan mengatasi masalah tersebut. 10. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat melaksanakan koordinasi dalam rangka 10
  • 23. mendukung kelancaran pelaksanaan SL-PTT. POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada misalnya POSKO P2BN. 11. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan, jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi). 12. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat yang telah mengalami dekomposisi. 13. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk PPL, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT. 11
  • 24. 14. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat adalah kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya (Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT. 15. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian gunameningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan supervisi penerapan teknologi. 16. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di lokasi LL dan SL dalam rangka pemberdayaan kelompoktani sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok dalam penerapan teknologi. Penyuluh diharapkan hadir pada setiap pertemuan kelompoktani di lapangan. Pada kawasan pertumbuhan, pertemuan kelompok minimal 8 kali selama satu musim tanam, 12
  • 25. pada kawasan pengembangan minimal 6 kali, sedangkan pada kawasan pemantapan minimal 4 kali selama satu musim tanam. 17. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu. 18. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas Benih Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka pengawasan benih. 19. Wilayah Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas di areal SL-PTT. 20. Wilayah Non-Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas di luar areal SL-PTT. 21. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun berjalan tetapi produksi tidak berkontribusi pada tahun tersebut, dan akan berkontribusi pada tahun berikutnya. 22. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu hamparan/wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan untuk meningkatkan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan dalam proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana produksi dan lain-lain. 13
  • 26. 23. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari modal petani sendiri. 24. Benih bersubsidi adalah sejumlah tertentu benih varietas unggul bermutu padi inbrida, padi hibrida, padi gogo/lahan kering, jagung hibrida dan jagung komposit yang disalurkan oleh pemerintah dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan oleh Pemerintah/Menteri Pertanian dan digunakan untuk mendukung pelaksanaan Program Pembangunan Tanaman Pangan (SL-PTT dan Non SL-PTT). 25. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah sejumlah tertentu benih padi dan jagung yang memenuhi spesifikasi teknis, dan merupakan milik pemerintah pusat yang pengadaannya bersumber dari dana APBN dan pemanfaatnnya sesuai pedoman dan peraturan perundang-undangan. 14
  • 27. II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI TAHUN 2013 A. Keragaan Produksi. Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 3,44 %/tahun, dari 60,32 juta ton GKG pada tahun 2008 menjadi 68,96 juta ton GKG pada tahun 2012 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai 1,14%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 2,26 %/tahun, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2008-2012 (ARAM II BPS) LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI TAHUN Ha % Ku/Ha % Ton % 2008 12,327,425 48.94 60,325,925 2009 12,883,576 4.51 49.99 2.15 64,398,890 6.75 2010 13,253,450 2.87 50.15 0.32 66,469,394 3.22 2011 13,203,643 (0.38) 49.80 (0.70) 65,756,904 (1.07) 2012 13,471,653 2.03 51.19 2.79 68,956,292 4.87 Rata-Rata 2.26 1.14 3.44 Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 3,94 %/tahun dari 16,32 juta ton PK pada tahun 2008 menjadi 18,96 juta ton PK pada tahun 2012 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai 4,05%/tahun dan luas panen rata-rata menurun sebesar 0,14 %/tahun, sebagaimana terlihat dalam Tabel 2. 15
  • 28. Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung 2008-2012 (ARAM II BPS) LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI TAHUN Ha % Ku/Ha % Ton % 2008 4,001,724 40.78 16,317,252 2009 4,160,659 3.97 42.37 3.90 17,629,748 8.04 2010 4,131,676 (0.70) 44.36 4.70 18,327,636 3.96 2011 3,864,692 (6.46) 45.65 2.91 17,643,250 (3.73) 2012 3,966,579 2.64 47.80 4.71 18,961,645 7.47 Rata-Rata -0.14 4.05 3.94 B. Sasaran Produksi Tahun 2013 1. Padi. Sasaran produksi padi tahun 2013 adalah 72,06 juta ton GKG atau meningkat 6,25 % dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya sebesar 67,82 ton GKG. Sasaran tanam 14,59 juta ha, sasaran panen 14,09 juta ha, sasaran produktivitas 51,15 ku/ha. Apabila dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2012 (ARAM II), sasaran produksi tahun 2013 adalah 4,51 % di atas produksi ARAM II 2012 yaitu sebesar 68,96 juta ton GKG, sedangkan produktivitas menurun sebesar 0,03 % (provitas ARAM II 2012 sebesar 51,19 ku/ha). Untuk itu, maka sasaran produktivitas tahun 2013 ditetapkan sebesar 52,00 ku/ha atau meningkat 0,81 % dibanding ARAM II 2012, sasaran tanam 14,36 juta ha dan sasaran panen sebesar 13,86 juta ha. 16
  • 29. 2. Jagung. Sasaran produksi jagung tahun 2013 adalah 19,83 juta ton PK atau 4,59 % diatas produksi tahun 2012 (ARAM II) yaitu sebesar 18,96 juta ton PK. Sasaran tanam 4,5 juta ha, sasaran panen 4,10 juta ha dan sasaran produktivitas 48,34 ku/ha. Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2013 Terhadap ARAM II Tahun 2012 ARAM II SASARAN KOMODITAS URAIAN % 2012 2013 Luas Tanam (jt Ha) 13.95 14.36 2.94 Luas Panen (jt Ha) 13.47 13.86 2.90 PADI Produktivitas (Ku/Ha) 51.19 52.00 1.58 Produksi (jt ton GKG) 68.96 72.06 4.50 Luas Tanam (jt Ha) 4.10 4.25 3.66 Luas Panen (jt Ha) 3.96 4.10 3.54 JAGUNG Produktivitas (Ku/Ha) 47.80 48.34 1.13 Produksi (jt ton PK) 18.96 19.83 4.59 Sasaran produksi padi dan jagung tahun 2013, disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi. Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman pangan yang semakin kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis diluar sektor 17
  • 30. pertanian berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman pangan. Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan beras dunia, dan 3).Kecenderungan meningkatnya harga pangan. Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman juga dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain : 1). Dampak Perubahan Iklim (DPI) dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), 2). Rusaknya infrastruktur irigasi, lingkungan dan semakin terbatasnya sumber air, 3). Konversi lahan sawah, 4). Keterbatasan akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, 5). Kompetisi antar komoditas, 6). Tingginya konsumsi beras sebagai pangan pokok sumber karbohidrat dan 7). Belum sinerginya antar sektor dan Pusat–Daerah dalam menunjang pembangunan pertanian khususnya produksi padi dan jagung. Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan produksi. Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2). 18
  • 31. Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3). Potensi sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering (perkebunan, kehutanan) yang masih luas, 4). Pengetahuan/Keterampilan SDM (Petani, PPL, POPT, Pengawas Benih Tanaman, dan Petugas Pertanian Lainnya) masih dapat dikembangkan, 5). Tersedianya potensi pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain beras, 6). Dukungan Pemerintah Daerah dan 7). Ketersediaan sumber genetik. 19
  • 32. III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI TAHUN 2013 A. Strategi. Strategi peningkatan produksi tanaman serealia tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Produktivitas. Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi termasuk benih padi hibrida dan jagung hibrida, sistem jarak tanam jajar legowo, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya disertai pengawalan, pendampingan, pemantauan dan koordinasi, dll. Strategi ini terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya. Hal lain yang dapat diterapkan adalah dengan mengurangi potensi kehilangan hasil melalui penanganan panen danpasca panen yang lebih baik. 2. Perluasan Areal Tanam dan Pengelolaan Lahan. 20
  • 33. Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahanmelalui upaya perbaikan seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan penambahan baku lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi lahan yang berkelanjutan serta peningkatan indeks pertanaman, pengelolaan air irigasi, dll. 3. Pengamanan Produksi. Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), dan pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida serta mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan panen dan pasca panen yang masih cukup besar. 4. Penyempurnaan Manajemen. Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu lebih disempurnakan agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai rencana. Penyempurnaan manajemen tersebut berupa dukungan kebijakan dan regulasi, penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan data dan informasi. Dengan kegiatan penyempurnaan diharapkan pelaksanaan peningkatan produksi tanaman pangan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan pada akhirnya dapat mendukung pencapaian sasaran produksi 21
  • 34. tahun 2013 dan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014. B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2013 Upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung tahun 2013 adalah sebagai berikut : 1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2013 Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2013 adalah peningkatan produktivitas padi melalui peningkatan kualitas SL-PTT berbasis pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrument stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan pada areal seluas 4,625 juta ha. Sedangkan di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 9,17 juta ha, dan perluasan areal tanam seluas 567 ribu ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 4 berikut ini : 22
  • 35. Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2013 Luas Tanam Luas Panen Produktivitas No Uraian Produksi (Ton) (Ha) (Ha) (Ku/Ha) 1 Peningkatan Produktivitas 8,295,000 8,007,993 54.88 43,950,494 a. Kegiatan SL-PTT 4,625,000 4,464,975 55.21 24,651,127 b. Kegiatan SRI 200,000 193,080 58.10 1,121,795 c. GP3K 3,200,000 3,089,280 58.77 18,155,697 d. Pengamanan Pasca Panen 270,000 260,658 0.84 21,875 2 Perluasan Areal Tanam 566,939 547,323 34.81 1,905,144 a. Pencetakan Sawah Baru 100,000 96,540 30.00 289,620 b. Pencetakan Sawah Baru (BUMN) 100,000 96,540 30.00 289,620 c. Penyiapan Lahan Beririgasi (PLPB) - - - d. Optimasi Lahan 80,273 77,496 11.25 87,183 e. Pengelolaan Air (Kementan & Kemen PU) 286,666 276,747 44.76 1,238,721 3 Pengurangan 382,000 368,783 56.82 2,095,270 a. Serangan OPT 132,000 127,433 56.82 724,020 b. Konversi Lahan 250,000 241,350 56.82 1,371,250 4 Swadaya Murni Petani 5,112,203 4,935,321 48.86 24,112,827 Jumlah 14,356,142 13,859,420 52.00 72,063,735 a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui SL-PTT berbasis kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi padi tahun 2013 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas di kawasan areal tanam padi seluas 4,625 juta ha, yang terdiri dari: 1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 297.900 ha. a. Padi inbrida sawah seluas 61.800 ha yang dialokasikan di 45 Kabupaten/Kota pada 17 Provinsi. b. Padi inbrida pasang surut seluas 96.000 ha yang dialokaikan di 17 Kabupaten/Kota pada 8 Provinsi. 23
  • 36. c. Padi inbrida rawa lebak seluas 26.000 ha yang dialokasikan di 12 Kabupaten/Kota pada 5 Provinsi. d. Padi inbrida lahan kering seluas 114.100 ha yang dialokasikan di 83 Kabupaten/Kota pada 13 Provinsi. 2) Kawasan Pengembangan seluas : 589.700 ha. a. Padi inbrida sawah seluas seluas 272.500 ha yang dialokasikan di 178 Kabupaten/Kota pada 27 Provinsi. b. Padi hibrida seluas 200.000 ha yang dialokasikan di 120 Kabupaten/Kota pada 13 Provinsi. c. Padi inbrida lahan kering seluas 117.200 ha yang dialokasikan di 60 Kabupaten/Kota pada 8 Provinsi. 3) Kawasan Pemantapan seluas : 3.737.400 ha. a. Padi inbrida sawah seluas 3.417.000 ha yang dialokasikan di 345 Kabupaten/Kota pada 27 Provinsi. b. Padi inbrida lahan kering seluas 320.400 ha yang dialokasikan di 113 Kabupaten/Kota pada 13 Provinsi. Alokasi SL-PTT Padi Tahun 2013, per Provinsi dan Kabupaten/Kota, disajikan pada Lampiran 2. 24
  • 37. b. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah fokus Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi areal di luar wilayah fokus dilakukan melalui serangkaian pembinaan, pengawalan, pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan memanfaatkan benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumber-sumber lain, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36/Superphos, NPK dan pupuk organik), alsintan, SRI, fasilitas penyuluhan melalui Demfarm, GP3K, penanganan pasca panen, cetak sawah baru, optimasi lahan, pengelolaan air dan swadaya murni petani. Areal yang dikelola dengan pola ini seluas 9,74 juta ha dengan kontribusi produksi sebesar 47,41 juta ton GKG. Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan melalui dukungan dan gerakanyang luar biasa antara lain :(1). gerakan pengolahan tanah,(2). gerakan tanam dan panen serentak,(3). gerakan pemupukan berimbang, 4). gerakan penerapan teknologi,(5). gerakan pengendalian OPT,(6). gerakan penanganan panen dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya dengan 25
  • 38. dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II serta dana masyarakat dan stakeholder. Petugas Pertanian/Penyuluh Pertanian, POPT dan PBT tetap harus melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di luar SL-PTT. Pada prinsipnya semua dana yang ada dikelola oleh Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meningkatkan produksi padi dan jagung baik di areal SL-PTT maupun di luar areal SL-PTT. Posko I P2BN di Pusat, Posko II di Provinsi, Posko III di Kabupaten/Kota, Posko IV di Kecamatan/BPP, dan Posko V di Desa agar dioperasionalkan secara optimal sesuai dengan Permentan Nomor 45 Tahun 2011 mengenai Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). 2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2013 Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013 adalah peningkatan produktivitas melalui SL-PTT berbasis kawasan seluas 260 ribu Ha. Sedangkan di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 3,82 juta ha dan 26
  • 39. perluasan areal tanam seluas 173,50 ribu ha, sebagaimana padaTabel 5 berikut ini : Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2013 Luas Tanam Provitas No Uraian Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) (Ha) (Ku/Ha) 1 Peningkatan Produktivitas 450,000 416,700 65.86 2,744,460 a. SLPTT 260,000 240,760 67.00 1,681,030 b. GP3K & Swasta 190,000 175,940 58.00 1,063,430 2 Perluasan Areal 173,500 160,661 52.11 837,138 a. Optimalisasi Pengembangan Luas Areal 80,000 74,080 50.00 386,000 b. Cadangan Benih Nasional (CBN) 93,500 86,581 50.00 451,138 3 Pengamanan Produksi 70,190 64,996 52.11 338,667 a. Pengamanan OPT 35,000 32,410 50.00 168,875 b. Pengamanan Susut Hasil 35,190 32,586 50.00 169,792 4 Swadaya Murni Petani 3,557,123 3,459,678 45.99 15,910,783 Jumlah 4,250,813 4,102,035 48.34 19,831,047 a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT berbasis kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2013 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas jagung di kawasan areal tanam seluas 260 ribu Ha yang terdiri dari : 1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 54.700 ha. a. Jagung hibrida seluas 9.000 ha yang dialokasikan di 9 Kabupaten/Kota pada 5 Provinsi. b. Jagung komposit seluas 45.700 ha yang dialokasikan di 60 Kabupaten/Kota pada 13 Provinsi. 27
  • 40. 2) Kawasan Pengembangan seluas : 170.300 ha. a. Jagung hibrida seluas 170.300 ha yang dialokasikan di 148 Kabupaten/Kota pada 23 Provinsi. 3) Kawasan Pemantapan seluas : 35.000 ha. a. Jagung hibrida seluas 35.000 ha yang dialokasikan di 31 Kabupaten/Kota pada 10 Provinsi. Alokasi SL-PTT Jagung Tahun 2013, per Provinsi dan Kabupaten/Kota, disajikan pada Lampiran 2. b. Upaya peningkatan produksi jagung di luar fokus utama peningkatan produktivitas dan produksi dilakukan dengan pembinaan, pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan memanfaatkan benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumber-sumber lainnya, pupuk bersubsidi, GP3K, dan swadaya murni petani. Upaya ini diperkirakan mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2013 sebesar 18,15 juta ton PK dari areal tanam seluas 3,99 juta ha. Upaya peningkatan produktivitas jagung agar dilakukan dengan perluasan penggunaan benih jagung hibrida produktivitas tinggi disamping peningkatan pemupukan berimbang. Lokasi-lokasi yang masih menggunakan varietas lokal dan varietas 28
  • 41. komposit produktivitas rendah agar diupayakan dapat diganti dengan jagung hibrida atau jagung komposit produktivitas tinggi. Upaya penggunaan benih jagung hibrida atau jagung komposit produktivitas tinggi, antara lain dapat dilakukan dengan : 1). mendekatkan para produsen benih jagung hibrida atau jagung komposit produktivitas tinggi kepada para petani, 2). memotivasi produsen benih tersebut melakukan demonstrasi di lokasi-lokasi sasaran, 3). mendorong kemitraan petani dengan produsen benih atau dengan pengusaha pakan ternak (konsumen jagung). Dengan demikian penggunaan benih jagung hibrida diharapkan dapat meningkat. Upaya perluasan areal tanam jagung agar diupayakan pula dengan peningkatan indeks pertanaman (IP) di lahan yang masih mempunyai potensi atau perluasan pada lokasi/lahan baru (bukaan baru, lahan perkebunan, lahan kehutanan, dan lain-lain). 29
  • 42. IV. PTT PADI DAN JAGUNG Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas. Teknologi intensifikasi bersifat spesifik lokasi, tergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama- sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need assessment). PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani serta sebagai suatu pendekatan pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan jagung melalui SL-PTT telah dilaksanakan secara Nasional mulai tahun 2008 dan berlanjut hingga sekarang dengan berbagai perbaikan dan penyempurnaan dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan serta pendampingan. A. Prinsip-prinsip PTT. 1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu. 2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi. 30
  • 43. 3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat. 4. Partisipatif : Petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan (LL). B. Tahapan Penerapan PTT. 1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi masalah tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi. 2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan usahataninya. 3. Langkah ketiga adalah penyusunan RUK berdasarkan kesepakatan kelompok. 4. Langkah keempat adalah penerapan PTT. 5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke petani lainnya. 31
  • 44. C. Komponen PTT Padi. Komponen dasar/compulsory dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan komponen teknologi dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar. Adapun komponen PTT padi dasar/compulsory, dikemukakan pada Tabel 6 sedangkan komponen pilihan pada Tabel 7 berikut. Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar Padi sawah Padi sawah Padi rawa Padi gogo irigasi tadah hujan lebak  Varietas moderen  Varietas moderen  Pergiliran varietas  Varietas moderen (VUB, PH, PTB) (VUB, PTB) (VUB, PTB) (VUB, PTB)  Bibit bermutu dan  Benih bermutu  Benih bermutu dan  Bibit bermutu dan sehat dan sehat sehat sehat  Pengaturan cara  Pengelolaan hara  Pemberian bahan  Pemupukan N tanam (jajar legowo) P dan K berdasar organik granul, P dan K  Pemupukan PUTS  Pemupukan berdasarkan PUTS berimbang dan efisien  Pemberian bahan berdasar status  PHT sesuai OPT menggunakan BWD organik kesuburan tanah sasaran. dan PUTS/petak  Pengendalian  Konservasi tanah omisi/Permentan No. gulma terpadu dan air 40/2007  PHT sesuai OPT sasaran. Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan Padi sawah Padi sawah irigasi Padi gogo Padi rawa lebak tadah hujan  Bahan organik/pupuk kandang/amelioran**  Pengelolaan tanaman  Pengelolaan tanaman  Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi yang meliputi populasi yang meliputi populasi  Umur bibit dan cara tanam dan cara tanam dan cara tanam  Pengolahan tanah yang (legowo, larikan, dll) (legowo, larikan, dll) (legowo, larikan, dll) baik  Pengelolaan air optimal  Cara tanam dilarik  PHT sesuai OPT  Umur bibit (pengairan berselang) dengan populasi setempat  Pengelolaan air, tanaman tinggi  Pengendalian gulma pembuatan saluran/  Pupuk cair (PPC, ppk menggunakan alat terpadu caren keliling organik, pupuk bio- tanam row seeding  Pola tanam berbasis  Pengendalian gulma hayati)/ZPT pupuk , mikro)  PHT sesuai OPT sasaran padi gogo terpadu  Penanganan panen dan  Penanganan panen dan  Penanganan panen dan  Penanganan panen dan pasca panen pasca panen pasca panen pasca panen *: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar. **: Prioritas (Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012 dan Analisis) 32
  • 45. Adapun PTT padi di lahan pasang surut yaitu : 1).Penggunaan varietas unggul adaptif, 2). Pemupukan spesifik lokasi, 3). Amelioran (digunakan abu dan/atau kapur untuk meningkatkan pH), 4). Pengendalian terpadu untuk hama, penyakit dan gulma dan 5). Menggunakan alsin untuk pra dan pasca panen. Pengolahan tanah sempurna dimaksudkan untuk pencucian racun dan meratakan tanah. (Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang, 2012). D. Komponen PTT Jagung. Komponen dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen PTT Jagung dasar yaitu : 1). Varietas unggul baru, hibrida atau komposit, 2). Benih bermutu dan berlabel, 3). Populasi 66.000 - 75.000 tanaman/ha dan 4). Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Sedangkan komponen PTT Jagung pilihan adalah : 1). Penyiapan lahan, 2). Pemberian pupuk organik, 3). Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran irigasi pada lahan sawah, 4). Pembumbunan, 5). Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak, 6). Pengendalian hama dan penyakit, dan 7). Panen tepat waktu dan pengeringan segera. Dalam rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400 jagung, persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1). Lokasi tersedia cukup air saat diperlukan, terutama saat musim 33
  • 46. kemarau, 2).Lahan bebas genangan air saat musin hujan, 3).Tenaga kerja cukup tersedia stiap saat dan 4). Umur varietas yang ditanam tidak lebih 100 hari. E. Peran Komponen PTT. Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik. Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, terhindar dari kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi. Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi. Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara 34
  • 47. dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air. Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan serangan OPT dan DPI dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan. Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan 35
  • 48. disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer. F. Pemilihan Teknologi PTT. Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi. Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat. Untuk menetapkan paket teknologi SL-PTT yang akan dilaksanakan di setiap unit agar dikonsultasikan 36
  • 49. dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di masing–masing wilayah. G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT. 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani 2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi. 3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga. 37
  • 50. V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT. SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Untuk itu, melalui SL-PTT diharapkan petani/kelompok tani nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi secara benar sehingga meningkatkan produksi dan pendapatannya. Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat dilakukan di saung dan tempat- tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi setempat. SL-PTT dilaksanakan oleh kelompoktani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud 38
  • 51. diupayakan kelompoktani yang dibentuk berdasarkan hamparan, atau lokasi lahan usahataninya diupayakan masih dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan diharapkan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya. Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu kelompoktani yang sama dan atau dengan kelompoktani lain terdekat. Dalam setiap unit SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan–kegiatan yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan. Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari kelompoktani sebagai motivator yang mampu memberikan respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang sama. Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama– sama di petak percontohan/Laboratorium Lapangan (LL), mendiskripsikan dan membahas temuan–temuan lapangan. 39
  • 52. Pemandu Lapangan berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi kelompok. Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik lokasi mulai dari pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan, baik dipetak LL maupun di lahan usahataninya. Sketsa model pemberdayaan petani melalui SL-PTT, seperti pada Gambar 1 berikut ini. 40
  • 53. Gambar 1. Sketsa Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT 41
  • 54. B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT. Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman serealia tahun 2013 dilaksanakan melalui peningkatan kualitas SL- PTT melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrumen stimulan, dukungan dan pengawalan serta pendampingan. Untuk itu, lokasi SL-PTT tahun 2013 akan lebih difokuskan kedalam 3 kawasan, yaitu kawasan pertumbuhan, kawasan pengembangan dan kawasan pemantapan. Luas 1 (satu) kawasan untuk padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida dan jagung komposit 1.000 ha kecuali padi rawa lebak seluas 500 ha. Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha, untuk beberapa provinsi seperti NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat dan Kabupaten di daerah perbatasan disesuaikan dengan kondisi geografis setempat. Untuk jelasnya tipe, kriteria dan orientasi pengembangan serta batasan pengembangan kawasan dikemukakan pada Tabel 8 dan Tabel 9. 42
  • 55. Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Tanaman Pangan TIPE KAWASAN KRITERIA KAWASAN ORIENTASI PENGUATAN PRODUKTIVITAS LEBIH RENDAH DARI RATA-RATA - - PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PROVINSI PERTUMBUHAN - PEMANFAATAN LAHAN BELUM OPTIMAL - PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) - TINGKAT KEHILANGAN HASIL MASIH TINGGI - PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL PRODUKTIVITAS HAMPIR SAMA DENGAN - - PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI PENGEMBANGAN - PEMANFAATAN LAHAN HAMPIR OPTIMAL - PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL - TINGKAT KEHILANGAN HASIL SEDANG - PENINGKATAN MUTU HASIL - MUTU HASIL BELUM OPTIMAL PRODUKTIVITAS SUDAH LEBIH TINGGI DARI - - PENGENALAN TEKNOLOGI BARU PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI - MUTU HASIL BELUM OPTIMAL - PENINGKATAN MUTU HASIL EFISIENSI USAHA MELALUI PEMANFAATAN - EFISIENSI USAHA BELUM BERKEMBANG - LIMBAH LINGKUNGAN PEMANTAPAN OPTIMALISASI PENDAPATAN MELALUI PRODUKSI - SUBSEKTOR TANAMAN SUDAH MAKSIMAL (KECUALI - DIVERSIFIKASI PRODUK TANAMAN PANGAN ADA INTRODUKSI TEKNOLOGI BARU) - PENGATURAN HARGA DAN MARGIN DIVERSIFIKASI PENDAPATAN MELALUI - SUBSEKTOR LAIN Keterangan: 1. Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran 2. Sasaran pembangunan yang ditargetkan adalah peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan. 3. Pada setiap kawasan, diperlukan dukungan setiap Eselon I mengacu target orientasi. 43
  • 56. Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung Tahun 2013 Faktor Pertimbangan Luasan 1 Komoditi Jenis Lahan Komponen Model 1 Kawasan Kawasan Kawasan (Ha) 1 SL-PTT Padi Inbrida 1,000 2 SL-PTT Padi Inbrida Spesifik Lokasi 1,000 3 SL-PTT Padi Inbrida Peningkatan IP 1,000 4 SL-PTT Padi Inbrida Lahan Rawa 1 Lahan Sawah PADI Baku Lahan - Rawa Lebak 500 - Pasang Surut 1,000 5 SL-PTT Pengembangan Padi Hibrida 1,000 6 Demfarm Padi Hibrida 1,000 2 Lahan Kering 7 SL-PTT Padi Lahan Kering 1,000 1 SL-PTT Jagung Hibrida 1,000 Lahan Sawah/Lahan JAGUNG Baku Lahan 2 SL-PTT Jagung Komposit 1,000 Kering 3 Optimasi Jagung Hibrida 1,000 Catatan : 1. Faktor pertimbangan baku lahan sangat diperhatikan 2. Alokasi jenis model kawasan agar memperhatikan tingkat produktivitas, indeks pertanaman, dan pengembangan jaringan irigasi (Kesepakatan dengan Kementerian PU). 3. Apabila ada lahan yang dapat diperluas lagi maka akan dilakukan melalui instrumen Cadangan Benih Nasional (CBN). 4. Dukungan dari Eselon 1 lain terutama Ditjen PSP, PPHP, Badan Litbang, dan BPPSDMP diletakkan sesuai dengan kebutuhan komponen dan permasalahan yang ada. C. Kriteria Kawasan. Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha diutamakan dalam 1 desa dalam satu kecamatan dan penuhi terlebih dahulu areal dalam satu desa dalam satu kecamatan. Namun apabila areal di desa tersebut belum mencukupi, maka kekurangannya dapat ditambah/dipenuhi dari desa terdekat, 44
  • 57. dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha dapat terpenuhi. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat dipenuhi dari kecamatan terdekat, dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dikemukakan pada Gambar 2 berikut. KRITERIA KAWASAN 1.000 HA KABUPATEN A Kecamatan A Kecamatan B Desa A 1000 ha/ Alt 3 desa Desa Alt 1 A 1000 ha Desa A Desa B 800 ha 200 Alt 2 ha Desa B 1. Alternatif 1 : 1000 ha dlm 1 Desa 2. Alternatif 2 : 1000 ha dlm beberapa Desa dalam 1 Kec 3. Alternatif 3 : 1000 ha dlm beberapa desa dalam 2 kecamatan atau lebih Keterangan: 1. Penuhi areal dalam satu desa, bila areal belum mencukupi di desa tersebut maka kekurangannya dapat ditambah dari desa terdekat. 2. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat dipenuhi dari kecamatan terdekat. 3. Transfer Bantuan Sosial (Bansos) ke Rekening Kelompoktani Gambar 2. Kriteria Kawasan 1.000 Ha 45
  • 58. Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha, dilaksanakan 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam kawasan 1.000 ha sebanyak 40 unit (40 ha LL). LL merupakan tempat pembelajaran/pertemuan petani di lapangan. Pertemuan kelompok dilaksanakan pada areal LL dalam SL hamparan/kawasan 25 ha. Untuk lebih jelasnya dikemukakan pada Gambar 3 berikut. KAWASAN = 1.000 HA (SL = 960 HA & LL = 40 HA/40 Unit) SL LL ... Keterangan : : 1 Ha LL Laboratorium Lapang /25 Ha SL 1. Pada setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha dilaksanakan 1 unit LL seluas 1 ha, sehingga jumlah LL dalam 1000 ha terdapat sebanyak 40 unit LL (40 Ha LL). 2. Pertemuan kelompok dilaksanakan pada areal LL dalam hamparan/ kawasan 25 ha Gambar 3. Laboratorium Lapangan (LL) Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket anjuran secara sempurna, sebagai arena belajar para petani. 46
  • 59. Dalam LL diharapkan dapat pula dilakukan petak-petak percontohan pengenalan varietas-varietas unggul baru atau paket-paket teknologi baru lainnya atas persetujuan BPTP setempat. Jenis sarana produksi dan dosis yang digunakan pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan dicantumkan dalam Rencana Usahatani Kelompok/RUK masing-masing kelompoktani. Untuk lebih jelasnya agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di masing-masing daerah. Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan kawasan dimana SL-PTT tersebut dialokasikan dan disesuaikan pula dengan komoditi yang diusahakan kelompoktani peserta SL-PTT. Bantuan sarana produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja Sosial (BANSOS) dan penggunaannya dengan mekanisme transfer langsung ke rekening kelompoktani dalam bentuk uang dan sesuai pedoman serta peraturan perundang- undangan yang berlaku. Sedangkan insentif/bantuan transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan aparat) dan papan nama merupakan Belanja Barang Non Operasional (BBNOL) dan penggunaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. 47
  • 60. Seperti telah dikemukakan diatas bahwa pada setiap 25 ha SL dalam kawasan seluas 1.000 ha, akan terdapat 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam kawasan 1.000 ha terdapat sebanyak 40 unit LL (40 ha LL), berarti sisanya seluas 960 ha berupa areal SL. Sebagai contoh, apabila satu kelompoktani mempunyai areal 50 ha maka kelompoktani tersebut akan mendapatkan 2 unit LL dan seterusnya. Jika areal tidak mencukupi 25 ha, maka dapat digabung dengan kelompoktani lainnya yang berdekatan dan lokasi pelaksanaan pertemuan kelompoktani disepakati oleh kelompoktani tersebut. Pola SL-PTT Padi dan Jagung pada satu kawasan dikemukakan pada Gambar 4, 5 dan 6 berikut : SL-PTT Kawasan Pertumbuhan dengan penggunaan benih varietas FOKUS KEGITAN unggul bermutu pada : 1. Padi Inbrida Sawah 61.800 ha PENAMBAHAN 2. Padi Inbrida Pasang Surut 96.000 ha PRODUKSI 3. Padi Inbrida Rawa Lebak 26.000 ha 4. Padi Inbrida Lahan Kering 114.100 ha 5. Jagung Hibrida 9.000 ha 6. Jagung Komposit 45.700 ha KAWASAN PERTUMBUHAN 1.000 HA Pendampingan oleh Penyuluh Pertanian, 40 UNIT SL Peneliti, POPT, PBT, dan Aparat (1 Unit / 24 Ha) Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi): 1. Pupuk Urea 2. Pupuk NPK 3. Pupuk Organik 40 Unit LL 4. Herbisida 5. Kaptan (1 Unit/1 Ha) 6. Pertemuan Kelompok Gambar 4. Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan 48
  • 61. SL-PTT Kawasan Pengembangan dengan penggunaan benih varietas FOKUS KEGITAN unggul bermutu pada : 1. Padi Inbrida Sawah 272.500 ha PENAMBAHAN 2. Padi Hibrida 200.000 ha PRODUKSI 3. Padi Inbrida Lahan Kering 117.200 ha 4. Jagung Hibrida 170.300 ha KAWASAN PENGEMBANGAN1.000 HA Pendampingan oleh 40 UNIT SL Penyuluh Pertanian, Peneliti, POPT, PBT, Aparat (1 Unit / 24 Ha) Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi): 1. Pupuk Urea 40 Unit LL 2. Pupuk NPK 3. Pupuk Organik (1 Unit/1 Ha) 4. Pertemuan Kelompok Gambar 5. Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan FOKUS KEGITAN SL-PTT Kawasan Pemantapan dengan penggunaan benih varietas unggul bermutu pada : PENAMBAHAN 1. Padi Inbrida Sawah 3.417.500 ha PRODUKSI 2. Padi Inbrida Lahan Kering 320.400 ha 3. Jagung Hibrida 35.000 ha KAWASAN PEMANTAPAN 1.000 HA Pendampingan oleh Penyuluh Pertanian, 40 UNIT SL Peneliti, POPT, PBT, dan Aparat (1 Unit / 24 Ha) Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi): 1. Pupuk Urea Pertemuan Kelompok 40 Unit LL 2. Pupuk NPK (1 Unit/1 Ha) 3. Pupuk Organik Gambar 6. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan 49
  • 62. Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya (papan nama dan lainnya) yang tidak dibantu pemerintah maupun kekurangannya, maka penyediaannya agar ditanggung dan diusahakan secara swadana oleh anggota kelompoktani atau berasal dari sumber lainnya. Hal ini dimaksudkan agar petani/kelompoktani ikut merasa memiliki sehingga mempunyai tanggungjawab moral untuk mensukseskan SL-PTT Padi dan Jagung dalam rangka mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2013. Selanjutnya agar kegiatan SL-PTT berbasis kawasan tersebut berkontribusi nyata pada produksi tahun 2013, maka pertanaman di areal SL-PTT diharapkan sudah dilaksanakan pada awal tahun 2013 (Akhir MH 2012/2013 sampai MK II 2013), kecuali secara teknis maupun adminstrasi tidak memungkinkan dilaksanakan seperti halnya padi gogo/lahan kering maka dapat dilaksanakan pada awal MH 2013/2014 (Oktober-Desember 2013). Untuk itu, sedini mungkin diambil langkah-langkah dan disiapkan secara terencana, akurat dan efektif melalui koordinasi dengan instansi terkait antara lain Dinas Pengairan, BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan dan lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan sasaran. Guna mengetahui tingkat produktivitas pada areal SL-PTT maka pada tahun 2013 direncanakan mendapat bantuan 50
  • 63. dana untuk pendataan ubinan pada setiap kabupaten/kota pelaksana SL-PTT yang besarnya antara 1 – 50 unit dengan total areal ubinan padi 14.973 unit dan jagung 2.345 unit. Untuk memperoleh data ubinan yang optimal ada areal SL-PTT Padi dan Jagung yang telah ditentukan oleh Dinas Kabupaten/Kota, maka diharapkan ubinan dilaksanakan paling lambat pada bulan Desember 2013. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah guna penyusunan jadwal tanam/panen yang tepat. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas ubinan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota (Mantri Tani/ Mantri Statistik). Sebagai bentuk peningkatan kualitas SL-PTT Padi dan Jagung di lapangan, maka dukungan pendampingan dan pengawalan perlu lebih dioptimalkan. Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi dan Aparat (TNI-AD beserta jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas Pusat. Pengawalan SL-PTT dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi SL/LL yang penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pendampingan dan pengawalan oleh petugas dinas dan aparat, dilakukan pula pada seluruh areal tanam/panen 51
  • 64. baik SL-PTT maupun pertanaman Reguler (Non SL-PTT) melalui Gerakan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung. Untuk itu Posko P2BN pada setiap tingkatan (Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun ke lapangan memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan. Pendampingan kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan khususnya Penyuluh Lapangan, POPT, PBT dan Peneliti mempunyai sebagai : 1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan kekuatan yang ada di lapangan dan desa. 2. Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan. 3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah tanam dan dapat membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta SL-PTT 4. Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah menentukan langkah-langkah 52
  • 65. selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai. Dalam rangka memberikan apresiasi kepada petugas lapangan yang telah melaksanakan pengawalan dan pendampingan SL-PTT/P2BN, maka kepada petugas tersebut akan diberikan penghargaan berupa uang yang besarannya disesuaikan dengan dana yang tersedia. Penghargaan diberikan kepada tiga orang petugas per kabupaten/kota. Untuk itu Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu merumuskan kriteria penilaian yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah. D. Penentuan Calon Lokasi. Pemilihan penempatan calon lokasi SL-PTT dengan prioritas luasan areal sesuai dengan ketentuan batasan kawasan, produktivitas dan indeks pertanamannya masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya responsif terhadap teknologi. Pemilihan letak petak LL yang berada di dalam areal SL- PTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak di bagian pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal di luar SL-PTT diharapkan penerapan teknologi SL- PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar SL-PTT. Format CL dan CPCL disajikan pada Lampiran 4. 53
  • 66. 1. Penentuan Calon Lokasi. a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan kering dan pasang surut yang produktivitas dan/atau indeks pertanamannya masih dapat ditingkatkan. Prioritas pertama lokasi SL- PTT tahun anggaran 2013 ditempatkan pada lokasi yang IP (Indeks Pertanaman) paling rendah dan/atau pada lokasi yang produktivitasnya paling rendah serta areal sawah bukaan/cetakan baru. Oleh karena itu Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota harus melakukan identifikasi lokasi- lokasi yang produktivitas dan/atau IP-nya masih dapat ditingkatkan. b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu hamparan/kawasan yang strategis dan mudah dijangkau petani atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan. d. Lokasi SL-PTT setiap 25 ha, diberi papan nama sebagai tanda lokasi pelaksanaan SL/LL. e. Letak Laboratorium Lapangan (LL) pada SL-PTT diutamakan ditempatkan pada lokasi yang sering dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat 54
  • 67. oleh petani sekitarnya untuk dicontoh dalam usahataninya. 2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT. a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa, KCD dan atau Penyuluh Lapangan. b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru. c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL- PTT. d. Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan, sebagaimana contoh pada Lampiran 5. E. KetentuanPelaksana SL-PTT. Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut : 1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan atau kawasan, mempunyai potensi untuk ditingkatkan produktivitas dan/atau IP-nya, serta anggota kelompoktaninya respons terhadap penerapan teknologi. 55
  • 68. 2. Luas satu unit SL-PTT padi dan jagung adalah 25 ha yang di dalamnya terdapat satu unit LL seluas 1 ha. 3. Peserta tiap unit SL-PTT diupayakan para petani yang berasal dari hamparan seluas 25 ha. 4. Memiliki Pemandu Lapangan. F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT. 1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara. 2. Menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 6. 3. Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi Kelompoktani yang belum memiliki, harus membuka rekening di bank. 5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap kelompoktani namun dapat pula rekening gabungan kelompoktani (Gapoktan). Jika menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompoktani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 56
  • 69. 6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya (RUK) dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana terlihat dalam Lampiran 7. 7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan pendukung lainnya, bilamana bantuan pemerintah tersebut tidak mencukupi/kurang. 8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT. G. Bantuan SL-PTT. Guna mendukung pelaksanaan SL-PTT padi inbrida sawah, padi pasang surut, padi rawa lebak, padi hibrida, padi inbrida lahan kering, jagung hibrida dan jagung komposit, sebagai stimulan direncanakan mendapat sarana produksi (pupuk urea, pupuk NPK, pupuk organik, kapur pertanian, herbisida), sedangkan pertemuan kelompoktani, insentif/bantuan transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan aparat) dan papan nama diberikan pada setiap 25 ha dalam kawasan 1.000 ha baik kawasan pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan. Adapun plafon bantuan saprodi secara rinci sebagai berikut : 1. Areal Laboratorium Lapangan (LL) pada kawasan pertumbuhan, pengembangan, dan pemantapan 57
  • 70. mendapatkan bantuan saprodi (urea, NPK, pupuk organik, herbisida dan kapur pertanian). 2. Areal SL di luar LL pada kawasan pertumbuhan dan pengembangan mendapatkan bantuan saprodi yang volume dan jenisnya tidak sebesar pada lokasi LL. Kekurangan saprodi agar dapat dipenuhi secara swadana. 3. Areal SL di luar LL pada kawasan pemantapan tidak mendapatkan bantuan saprodi. Untuk itu saprodi pada areal tersebut diharapkan dapat disediakan melalui swadana dan/atau dari sumber-sumber lainnya. Pengunaan saprodi (volume dan jenisnya) di tingkat lapangan disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan telah disetujui oleh PPL, BPTP, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP Provinsi setempat. Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk pelaksanaan SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini : 58