1. KEPERAWATAN JIWA I
Disusun Oleh:
Kelompok II
• Desak putu Ratih kumala Dewi
• Nurul Fath fikriyah
• Agil Saputra
• Okki Riawati
• Mistika Pembe
• Ulfa Mulflikha
3. PENGERTIAN STRESS
Suatu keadaan yang bersifat internal yang
disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan dan
situasi sosial yang merusak dan tidak terkontrol.
Sangat bersifat individu yang bersifat merusak bila
tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental
individu orang itu terhadap beban yang
dirasakannya.
Faktor kunci dari stress adalah persepsi seseorang
dan penilaian terhadap situasi dan kemampuan
untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari
situasi yang dianggap membebaninya.
4. Faktor Penyebab Stress
1.Faktor Eksternal
Faktor stress yang berasal dari luar : Kerjaan
menumpuk ,stress karena jalanan macet
2. Faktor Internal
Berhubungan dengan keadaan diri sendiri:
harapan yang terlalu tinggi, ketakutan akan
sesuatu hal, trauma.
6. pengertian hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang
karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan klien untuk tinggal dirumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali kerumah. Selama proses
tersebut anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa
penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang
sangat traumatic dan penuh dengan stress, (
Supartini, 2004 hal : 188 ).
7. Berbagai perasaan yang sering muncul
pada anak, yaitu : cemas, marah, sedih, takut,
dan rasa bersalah ( Wong, 2000, dalam
Supartini, 2004, hal : 188 ). Perasaan tersebut
dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang
baru dan belum pernah dialami sebelumnya,
rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan
kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan
sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Tidak
hanya anak, orang tua juga mengalami hal yang
sama. (Supartini, 2004 hal : 188 ).
8. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua
mengalami kecemasan yang tinggi saat perawatan anaknya
dirumah sakit walaupun beberapa orang tua juga dilaporkan
tidak mengalami karena perawatan anak dirasakan dapat
mengatasi permasalahannya (Hallstrom dan Ellander, 1997.
Brewis, E. 1995, dalam Supartini 2004: 188 ).
Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang
tua menjadi stress pula, dan stress orang tua akan membuat
tingkat stress anak semakin meningkat ( Supartini, 2004 hal :
188 ).
Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya
sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu
kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat stress (
Brewis ,1995, dalam Supartini hal : 188 ).
10. Rentang Respon Hospitalisasi
Menurut Supartini ( 2004, hal : 189
), berbagai macam perilaku yang dapat
ditunjukkan klien dan keluarga sebagai respon
terhadap perawatannya dirumah sakit, sebagai
berikut :
a. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
b. Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi
11. Manfaat Hospitalisasi
Menurut Supartini (2004, hal : 198) manfaat
hospitalisasi, sebagai berikut:
a. Membantu perkembangan keluarga dan pasien
dengan cara memberi kesempatan keluarga
mempelajari reaksi pasien terhadap stresor yang
dihadapi selama perawatan di Rumah sakit
b. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar.
Untuk itu perawatan dapat memberi kesempatan
pada keluarga untuk belajar tentang penyakit,
prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan
pasien.
12. c. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat .
akan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan
memberi kesempatan pada pasien mengambil
keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang lain
dan percaya diri.
d. Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya
dengan sesama klien yang ada, teman sebaya atau
teman sekolah. Berikan kesempatan padanya untuk
saling kenal dan membagi pengalamannya. Demikian
juga interaksi dengan petugas kesehatan dan keluarga
harus difasilitasi oleh perawat karena selama dirumah
sakit klien dan keluarga mempunyai kelompok yang
baru.
13. Dampak Hospitalisasi
Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara
umum hospitaisasi menimbulkan dampak pada
lima aspek,yaitu privasi,gaya hidup,otonomi
diri,peran,dan ekonomi.
a. Privasi
b. Gaya Hidup
c. Otonomi
d. Peran
15. Hospitalisasi adalah suatu keadaan
krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi
karena anak berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan asing dan baru yaitu
rumah sakit, sehingga kondisi tersebut
menjadi faktor stressor bagi anak baik
terhadap anak maupun orang tua dan
keluarga (Wong, 2000).
16. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena
alasan berencana atau darurat yang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit untuk menjalani terapi dan perawatan.
Meskipun demikian dirawat di rumah sakit
tetap merupakan masalah besar dan
menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak
(Supartini, 2004). Hospitalisasi juga dapat
diartikan adanya beberapa perubahan psikis
yang dapat menjadi sebab anak dirawat di
rumah sakit (Stevens, 1999).
17. Stressor pada Anak yang Dirawat di
Rumah Sakit
A. STRESSOR PADA INFANT
a. pengertian
Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan Separation
Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya.
Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak
menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis
kuat.
b. Separation anxiety ( cemas karena perpisahan )
-Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu
sangat dekat
-Kemampuan bahasa terbatas
c. Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap
• Tahap Protes ( Fase Of Protes )
• Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair )
• Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial )
d. Kehilangan Fungsi dan Kontrol
18. Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang
prosedur dan pengobatan serta aktivitas di rumah
sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang
membuat anak kehilangan mobilitas dan menimbulkan
stress pada anak
e. Gangguan Body Image dan Nyeri
• Infant masih ragu tentang persepsi body image
• Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik
infant dapat memahami arti dari organ tubuhnya, missal
: sedih/cemas jika ada trauma atau luka.
• Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan
dengan prosedur tindakan yang menyakitkan sehingga
meningkatkan kecemasan bagi infant.
19. B. STRESSOR PADA ANAK USIA AWAL ( TODDLER & PRA
SEKOLAH
Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis,
marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam
mengatasi stress karena hospitalisasi. Pada usia 6 bulan
akan memperlihatkan Separation Anxiety dimana bayi
menangis keras jika ditinggal ibunya.
Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak
menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan
menangis kuat.
Respon prilaku yang anak sesuai dengan tahapannya
yaitu :
1. Tahap protes
2. Tahap putus asa
3. Tahap denial
20. A. Pengertian Anak Tentang Sakit:
1. Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman
untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak
masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di
sekitar mereka.
2. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman
mengapa mereka sakit, tidak bias bermain dengan
temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri
sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit
dan harus mengalami hospitalisasi.
3. Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat
bersifat passive, cooperative, membantu atau anak
mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi
marah.
22. C. Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan
dengan terganggunya fungsi motorik biasanya
mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada
anak sehingga tugas perkembangan yang sudah
dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak
menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap
jari dan menolak untuk makan.Restrain /
Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi
cemas
23. D. Gangguan Body Image Dan Nyeri
1. Merasa tidak nyaman akan perubahan yang
terjadi
2. Ketakutan terhadap prosedur yang
menyakitkan
24. D. STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN
Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan
a.Pengertian tentang sakit
- anak usia 5 – 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka
sakit sehingga membuat mereka harus istirahat di tempat
tidur
- Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi
pengertian anak tentang penyakit yang di alaminya.
b.Separation /Perpisahan
- Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai
memahami mengapa perpisahan terjadi.
- Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua
yang berlangsunng lama.
- Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan
hal yang berarti bagi anak sehingga dapat mengakibatkan
anak menjadi cemas.
25. c.Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
- Bagi anak usia pertengahan ancaman akan
harga diri mereka sehingga sering membuat
anak frustasi, marah dan depresi.
- Dengan adanya kehilangan fungsi dan control
anak merasa bahwa inisiatif mereka terhambat.
d.Gangguan body image dan nyeri
- anak mulai menyadari tentang nyeri
- Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang
sakit atau adanya luka insisi.
26. D. STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR
a.pengertian:
Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias
disebbkan oleh factor eksternal atau bakteri, virus dan lain-
lain. Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah
b.Separation / Perpisahan
- Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu
masalah
- Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat
mengakibatkan stress
- Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman
c.Kehilangan fungsi control
Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa
nyeri yang dialaminya.
d.Gangguan body Image
- Anak takut mengalami kecacatan dan kematian
- Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap
alat genitalianya
27. E. STRESSOR PADA ADOLESCENT/REMAJA
a.Pengertian tentang sakit
- Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang
bersifat kompleks
- Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.
b.Separation / Perpisahan
- Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan
menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya.
- Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan peer
groupnya jika mereka mengalami kecacatan.
c.Kehilangan fungsi control
- bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
- Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri
remaja.
- Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri
d.Gangguan body image
- sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer
groupnya dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani
stress karena adanya perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh
teman / peer groupnya.
- Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan
dengan organ seksual.
28. F. STRESSOR DAN REAKSI KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN HOSPITALISASI
ANAK
Bagian integral dari keluargaàAnak Jika anak harus menjalani
hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota keluarga dan
fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)
A. Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :
1.Tingkat keseriusan penyakit anak
2.Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3.Prosedur pengobatan
4.Kekuatan ego individu
5.Kemampuan koping
6.Kebudayaan dan kepercayaan
7 Komunikasi dalam keluarga
Pada umumnya reaksi orang tua:
1.Denial / disbelief
2.Marah / merasa bersalah
3.Ketakutan, cemas dan frustasi
4.Depresi
29. G. Reaksi sibling
a.Pada umumnya reaksi sibling
-merasa kesepian
-Ketakutan
-Khawatir
-Marah
-Cemburu
-Rasa benci
-Rasa bersalah
b.Pengaruh pada fungsi keluarga
-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik
c. Penurunan peran anggota keluarga
Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.
d. Cara mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak
• Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan
• Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga.
• Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
• Beri dukungan pada anak dan keluarga
• Beri informasi yang adekuat.
30. H. REAKSI ORTU DAN SAUDARA KANDUNG TERHADAP ANAK YANG
DIHOSPITAL
1. Reaksi ortu :
• Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat ortu
melihat anak mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus bijaksana dan
bersikap pada anak dan ortu).
• Cemas yang paling tinggi dirasakan ortu pada saat menunggu informasi
ttg diagnosis penyakit anaknya.
• Rasa takut muncul pada ortu terutama akibat takut kehilangan anak
pada kondisi sakit terminal.
• prilaku yang sering ditunjukkan ortu : sering bertanya ttg hal yang sama
secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan
bahkan marah.
2. Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan ortu
mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.
3. Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup
lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya
dukungan psikologis.
Reaksi saudara kandung
• Marah
• Cemburu
• Benci dan bersalah
31. Kesimpulan
Stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal yang
disebabkan oleh tuntutan fisik , lingkungan dan situasi sosial
yang merusak dan tidak terkontrol. Stress sangat bersifat
individu yang bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan
antara daya tahan mental individu orang ituterhadap beban
yang dirasakannya. faktor kunci dari stress adalah persepsi
seseorang dan penilain terhadap situasi dan kemampuan
untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang
dianggap membebaninya. Faktor penyebab stress adalah
faktor internal dan faktor internal.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena
suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan
klien untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama
proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian
ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatic dan
penuh dengan stress, ( Supartini, 2004 hal : 188 ).