SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 23
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA I
OLEH :
Nama :
1. Apria Damayanti (08121003044)
2. M. Amin Alfikri (08121003070)
3. Nurmalina Adhiyanti (08121003018)
4. Wulandari (08121003064)
5. Zultriana (08121003046)
Jurusan : KIMIA
Kelompok : VII
PERCOBAAN :KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat yang melarut dengan zat
yang tidak melarut.Pada kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan
kecepatan mengendap.Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Jika
kesetimbangan diganggu,misalnya dengan menaikkan temperatur maka konsentrasi
larutan akan berubah. Menurut Van’t Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Ln S/T = H/RT2
atau ln S/(1/T) = -∆/R
Dimana :
S = Kelarutan (mol/100 per gram pelarut)
H = Kalor pelarutan
RT = Tetapan gas umum
T = Suhu(kelvin)
Jika kalor pelarutan adalah posotif,menurut Van’t Hoff makin tingggi
temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung kalor
pelarutan?
2. Bagaimana cara menentukan kalor pelarutan?
1.3 TUJUAN PERCOBAAN
Menenentukan pengaruh suhu terhadap kealarutan suatu zat dan menghitung
kalor pelarutan.
1.4 MANFAAT PERCOBAAN
1. Agar mahasiswa dapat menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat.
2. Agar mahasiswa dapat menghitung kalor pelarutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi bila 2 zat
atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur pada tekanan dan temperature
tetap untuk membuat larutan. Panas pelarutan dalam banyak hal hamper sama dengan
panas reaksi. Jika reaksi kimia terjadi energi produk dapat berbeda dengan reaktan.
Pada tekanan dan temperature tetap inin disebabkan karena pembentukan ikatan
kimia baru dari asam- asam pelarutan, perubahan gaya antara molekul tak sejenis
dengan molekul sejenis. Panas pencampuran didefinisikan sebagai perubahan entalpi
yang terjadi bila dua atau lebih zat murni dicampur membentuk suatu larutan pada
temperature konstan dan tekanan 1 atm.
Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan 1 mol zat dilarutkan dalam n
mol solvent pada temperatur dan tekanan yang sama, hal ini disebabkan hal ini
disebabkan adanya ikatan kimia baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa
pelarutan, kadang-kadang terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan adanya
perbedaan gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil
daripada gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih
kecil daripada panas reaksi.
Efek panas pada pembentukan suatu larutan yang mengandung n mol solute
dan 1000 gram solvent adalah m.∆H digambarkan grafiknya vs mol solute m, jika
kemiringan grafiknya vs mol solute m, maka kemiringan grafik pada konsentrasi
tertentu harus menunjukan differensial pada konsentrasi tertentu.Jika penambahan
mol solute terjadi pada sejumlah tertentu larutan menghasilkan efek panas pada
temperatur dan tekanan konstan.
Penentuan kadar pelarutan zat yang akan diselidiki.Dalam penentuan ini
diusahakan agar volume solvent sama dengan volume solvent yang akan dikalibrasi.
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang
tidak larut. Keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut:
A(p) A(l) (persamaan 1)
dimana: A(l) = molekul zat terlarut
A(p)= molekul zat yang tidak larut
Tetapan keseimbangan pada proses pelarutan tersebut:
zz
z
z
z
m
a
a
a
K 
1*
(persamaan 2)
dimana:
za = keaktifan zat yang larut
*
za = keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga 1 untuk zat padat dalam
keadaan standar.
z = koefisien keatifan zat yang larut
zm = kemolalan zat yang larut karena larutan jenuh, disebut kelarutan.
Hubungan tetapan keseimbangan suatu proses dengan suhu diberikan oleh isobar
reaksi Van’t Hoff.
2
0
ln
RT
H
T
k
P









(persamaan 3)
dimana:
0
H = perubahan entalpi proses.
R = tetapan gas ideal.
Persamaan 2 dan 3 memberikan:
2
ln
RT
H
T
m DS
P
zz 







 
(persamaan 4)
dimana: DSH
= kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh.
Selanjutnya persamaan 4 dapat diuraikan menjadi:
2
ln
ln
ln
RT
H
T
m
m
m DSz
z
zz 




 
2
1
ln
ln
RT
H
m
DS
z
z 


 
(Ari Hendriana.2005)
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen.Kelarutan suatu zat
dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu,
tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu
merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan
sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak dapat
larutlagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi.Ada banyak sekali zat kimia yang
mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna (miscible),
misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali tidak larut,
sebagai contoh adalah perak klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu zat dapat
terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh, setelah itu mengendap seperti NaCl dalam
air.
Maka dari itu, ilmuwan telah banyak meneliti kelarutan suatu solut pada
pelarut, yang dikenal denganaturan kelarutan.Pada keadaan tertentu, kesetimbangan
kelarutan dapat menjadi berlebih sehingga disebut dengan larutan superjenuh atau
metastabil.Pengertian kelarutan sebaiknya tidak dikacaukan dengan kemampuan
melarutkan atau mencairkan suatu zat, karena larutan juga dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu zat.Sebagai contoh adalah zink yang tak dapat larut dalam asam
klorida.Tetapi karena adanya reaksi antara gas hidrogen dengan zink klorida
menyebabkannya seperti larut.Kelarutan tidak bergantung pada ukuran partikel atau
faktor kinetik lainnya, maupun waktu pelarutan.
Kelarutan suatu solut pada pelarut tertentu sangat bergantung pada suhu. Pada
sebagian besar padatan yang dapat larut dalam air, kelarutan akan semakin meningkat
jika suhu dinaikkan melebihi 100º C. Solut ionik yang terlarut pada air bersuhu tinggi
(mendekati suhu kritis) cenderung berkurang karena perubahan sifat dan struktur
molekul air. Selain itu, tetapan dielektrik menyebabkan pelarut kurang polar.
Kelarutan senyawa organik selalu meningkat dengan naiknya suhu.Inilah yang
mendasari teknik pemurnian dengan rekristalisasi yang memanfaatkan perbedaan
kelarutan solut pada suhu rendah dan tinggi.
Pada fase terembun, tekanan sangat berpengaruh terhadap kelarutan; namun biasanya
lemah dan diabaikan pada praktiknya. Diasumsikan sebagai larutan ideal,
ketergantungan kelarutan pada tekanan diberikan diungkapkan dengan rumus:
dimana indeks i merupakan komponen, Ni adalah fraksi mol komponen ke i, P adalah
tekanan, indeks T menyatakan suhu kosntan, Vi,cr adalah volume molar parsial
komponen ke i, dan R merupakan tetapan gas universal(Dwi Winarto. 2010).
Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka kelarutan gas
berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan meninggalkan pelarut. Ikan
akan mati dalam air panas karena kelarutan oksigen berkurang. Minuman akan
mengandung CO2 lebih banyak bila disimpan dalam lemari es dibandingkan di udara
terbuka. Pengadukan Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut.Semakin
banyak jumlah pengadukan, maka zat terlarut umumnya menjadi lebih mudah larut.
Luas Permukaan Sentuhan Zat Kecepatan kelarutan dapat dipengaruhi juga
oleh luas permukaan (besar kecilnya partikel zat terlarut). Luas permukaan sentuhan
zat terlarut dapat di diperbesar melalui proses pengadukan atau penggerusan secara
mekanis. Gula halus lebih mudah larut daripada gula pasir.Hal ini karena luas bidang
sentuh gula halus lebih luas dari gula pasir, sehingga gula halus lebih mudah
berinteraksi dengan air.
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin Anda pernah menjumpai orang yang
kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan, yaitu menangkap ikan dengan
menggunakan strom listrik.Dengan alat tersebut mereka memasukkan aliran listrik ke
dalam air sungai atau air laut.Mengapa air sungai tersebut dapat menghantarkan arus
listrik dan ikan dapat tertraik oleh aliran listrik tersebut?Dalam air sungai terdapat
zat-zat terlarut dan ternyata sebagian dari zat terlarut itu ada yang dapat
menghantarkan arus listrik.Hal itu terbukti dengan adanya ikan yang mati akibat
sengatan arus listrik.
Air murni merupakan penghantar listrik yang buruk. Akan tetapi jika dalam
air tersebut ditambahkan zat terlarut maka sifat daya hantarnya akan berubah sesua
dengan jenis zat yang dilarutkan. Contoh, jika dalam air ditambahkan garam dapur,
maka larutan ini akan dapat menghantarkan listrik dengan baik. Tetapi jika dalam air
ditambahkan gula pasir, maka daya hantar listriknya tidak berbeda dengan air
murni(Ratna. 2008).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Percobaan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 25 November 2013 di
Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya.
3.2 ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Termometer
- Buret 50 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Gelas Kimia 250 ml
- Pengaduk Gelas
- Tabung Reaksi
- Pipet Volume
Bahan :
- Asam Oksalat
- Asam Borat
- Asam Benzoat
- NaOH 0,1 N
- Indikator PP
- Es batu ( garam )
3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
dimasukan kedalam gelas beker
ditambahkan
diaduk sampai larut
didinginkan dalam
dipipet setiap penurunan 5o
C
diencerkandengan
dititrasi dengan
Sampel (Asam
oksalat, Asam
benzoat )
Asam borat)
10 ml Aquadest
Tabung berisi es
batu
0,5 ml larutan sampel
NaOH 0,1 N
5 mL Aquadest
C OH
O
C
O
O Na
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA HASIL PENGAMATAN
No Sampel
T⁰C
T awal
V NaOH
T₁ T₂ T₃ V₁ V₂ V₃
1 Asam oksalat 30 25 20 15 2,9 3,8 3,3
2 Asam benzoat 30 25 20 15 0,7 0,5 0,2
3 Asam borat 30 25 20 15 1,8 1,5 2,0
4.2 REAKSIDAN PERHITUNGAN
Reaksi
1. Asam Oksalat + NaOH
C2H2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
2. Asam Benzoat + NaOH
+ NaOH +H2O
3. Asam Borat + NaOH
H3PO3 + 3NaOH Na3PO3 + 3H2O
Perhitungan
1. Asam Oksalat
- Kelarutan
Sn = . N NaOH
Sn1 =
Sn2 =
Sn3 =
- Kalor Pembentukan ( ΔH)
ΔH = 2,303 x R x log
ΔH1= 2,303 x 8,315 x log
ΔH1 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log
ΔH1 = 2,303 x 8,315 x
= 19,149 x 88506 x (-1,21)
= - 2.050.709,68 J/mol
= - 2.050,70968 KJ/mol
ΔH = 2,303 x R x log
ΔH2 = 2,303 x 8,315 x log
ΔH2 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log
ΔH2 = 2,303 x 8,315 x
= 19,149 x 85556 x (-1,08)
= - 1.769.376,79 J/mol
= - 1.769.37679 KJ/mol
ΔH3 = 2,303 x R x log
ΔH3= 2,303 x 8,315 x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 x
= 19,149 x 82656 x (-1,15)
= - 1.820.196,70 J/mol
= - 1.820.19670 KJ/mol
No S T (ºK) X = Y = X. Y X2
1. 0,05 298 0,00335 2,8 0,0938 1,122 x 10-5
2. 0,076 293 0,00341 2,5 0,0852 1,162 x 10-5
3 0,066 288 0,00347 2,7 0,0936 1,204 x 10-5
Ʃ 0,2 879 0,01023 8 0,2726 1,046 x
Slope (A) =
=
–
–
=
–
=
= 3517,97
Intersept (B) =
=
–
–
=
= -9,3302
Y = AX + B
Y1 = AX1 + B
2,8 = 3517,97 X1 + (-9,3302)
Y2 = AX2 + B
2,5 = 3517,97 X2 + (-9,3302)
Y3 = AX3 + B
2,7 = 3517,97 X3 + (-9,3302)
2.35
2.4
2.45
2.5
2.55
2.6
2.65
2.7
2.75
2.8
2.85
0.00335 0.00341 0.00347
y=|lnS|
X = 1/T
Asam Oksalat
2. Asam Benzoat
- Kelarutan
Sn = . N NaOH
Sn1 =
Sn2 =
Sn3 =
- Kalor Pembentukan ( ΔH)
ΔH = 2,303 x R x log
ΔH1= 2,303 x 8,315 x log
ΔH1 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log
ΔH1 = 2,303 x 8,315 x
= 19,149 x 88506 x (-1,84)
= - 3.118.434,56 J/mol
= - 3.118,43456 KJ/mol
ΔH2 = 2,303 x R x log
ΔH2 = 2,303 x 8,315 x log
ΔH2 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log
ΔH2 = 2,303 x 8,315 x
= 19,149 x 85556 x (-1,99)
= - 3.260.240,57 J/mol
= - 3.260,24057 KJ/mol
ΔH3 = 2,303 x R x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 x
= 19,149 x 82656 x (-4,01)
= - 6.346.946,77 J/mol
= - 6.346,94677KJ/mol
No S T (ºK) X = Y = | X. Y X2
1. 0,014 298 0,00335 4,2 0,0140 1,122 x 10-5
2. 0,01 293 0,00341 4,6 0,0156 1,162 x 10-5
3 0,004 288 0,00347 5,5 0,0190 1,204 x 10-5
Ʃ 0,028 879 0,01023 14,3 0,0486 3,488 x
Slope (A) =
=
–
–
=
–
=
–
= 48.000
= 48 x
Intersept (B) =
= ( 3,488 x x (14,3) – (0,0486) (0,01023)
=
–
–
=
= - 94,828
Y = AX + B
Y1 = AX1 + B
4,2 = 48.000 X1 + (-94,828)
Y2 = AX2 + B
4,6 =48.000 X2 + (-94,828)
Y3 = AX3 + B
5,5 = 48.000 X3 + (-94,828)
3. Asam Borat
- Kelarutan
0
1
2
3
4
5
6
0.00335 0.00341 0.00347
y=|lnS|
x = 1/T
Asam Benzoat
Sn = . N NaOH
Sn1 =
Sn2 =
Sn3 =
- Kalor Pembentukan ( ΔH)
ΔH = 2,303 x R x log
ΔH1= 2,303 x 8,315 x log
ΔH1 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log
ΔH1 = 2,303 x 8,315 x
= 19,149 x 88506 x (-1,42)
= - 2.406.617,97 J/mol
= - 2.406,61797 KJ/mol
ΔH3 = 2,303 x R x log
ΔH3= 2,303 x 8,315 x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 x
= 19,149 x 85556 x (-1,50)
= - 2.457.467,76 J/mol
= - 2.457.46776 KJ/mol
ΔH3 = 2,303 x R x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log
ΔH3 = 2,303 x 8,315 x
= 19,149 x 82656 x (-1,38)
= - 2.184.236,04 J/mol
= - 2.184.23604KJ/mol
No S T (ºK) X = Y = X. Y X2
1. 0,036 298 0,00335 3,3 0,0110 1,122 x 10-5
2. 0,03 293 0,00341 3,5 0,0119 1,162 x 10-5
3 0,04 288 0,00347 3,2 0,0111 1,204 x 10-5
Ʃ 0,106 879 0,01023 10 0,034 3,488 X
Slope (A) =
=
–
–
=
–
=
–
= - 0,3 x
= - 30.000
Intersep (B) =
=
–
–
=
–
=
= - 34,845
Y = AX + B
Y1 = AX1 + B
3,3 = - 30.000 X1 + 34,845
Y2 = AX2 + B
3,5 = - 30.000 X2 + 34,845
Y3 = AX3 + B
3,2 = - 30.000 X1 + 34,845
4.3 PEMBAHASAN
Pengaruh suhu terhadap kelarutan dibahas pada percobaan kali ini, selain
mempelajari mengenai pengaruh suhu terhadap kelarutan, praktikum kali ini juga
membahas mengenai menghitung kalor pelarutan.Dalam praktikum ini kelarutan
3.05
3.1
3.15
3.2
3.25
3.3
3.35
3.4
3.45
3.5
3.55
0.00335 0.00341 0.00347
y=|lnS|
x = 1/T
Asam Borat
didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut didalam suatu
pelarut tertentu.Kelarutan dikatakan sebagai fungsi suhu karena suhu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan. Jika suhu suatu campuran dinaikkan,
maka kelarutannya akan semakin besar dan juga sebaliknya, jika suhunya diturunkan
maka kelarutannya akan semakin mengecil.
Pada percobaan ini digunakan metode titrasi, dimana titrasi didefinisikan
sebagai suatu metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu zat yang
belum diketahui dengan mereaksikannya dengan zat lain yang telah diketahui dengan
pasti konsentrasinya. Pada titrasi terdapat titran yang berupa larutan yang ada pada
buret, merupakan larutan standar, bisa primer maupun sekunder. Kemudian ada titrat,
suatu larutan yang akan dicari konsentrasinya.
Pada percobaan ini dilakukan titrasi pada tiga buah sampel, diantaranya asam
oksalat, asam benzoat, dan asam borat dengan menggunakan larutan standar natrium
hidroksida.Dilakukan tiga kali titrasi untuk penurunan suhu sebesar 50
C. Didapat
hasil bahwa pada sampel asam oksalat semakin rendah suhunya maka semakin sedikit
volume titran atau larutan standar natrium hidroksida yang digunakan.Sedangkan
untuk asam benzoat jumlah natrium hidroksida yang digunakan tidak stabil dengan
nilai penurunan suhunya.Berbeda lagi dengan asam borat, dimana semakin rendah
suhunya maka semakin banyak volume natrium hidroksida yang digunakan.Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sifat kepolaran suatu zat dapat mempengaruhi
jumlah volume titran yang digunakan.
Dalam percobaan ini digunakan indikator phenolptalien (PP), indikator dapat
diartikan sebagai suatu senyawa organik asam atau basa lemah yang mempunyai
warna ion dan molekul yang berbeda. Trayek pH pada indikator ini 8,3 sampai 10,0
Pemberian indikator ini bertujuan agar kita dapat melihat kapan titik ekuivalen dan
titik akhir terjadi. Dari percobaan ini juga diketahui dua jenis reaksi, reaksi eksoterm
dan endoterm.Reaksi eksoterm dapat didefinisikan sebagai reaksi pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan, dimana didapat kalor penyerapan (∆H) negatif.Sedangkan
reaksi endoterm berupa reaksi penyerapan kalor dari sistem ke lingkungan, dengan
kalor penyerapan (∆H) positif, sehingga terasa dingin disekitar tabung reaksi.
Selain suhu, masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan,
diantaranya luas permukaan, tekanan, pengadukan, ion-ion sejenis, ion-ion asing,
prinsip like dissolve like, dan konsentrasi pelarut ataupun pelarutnya. Pada faktor
kelarutan yang berupa luas permukaan, dinyatakan semakin luas permukaan suatu zat
terlarut maka akan semkin besar kesempatan zat tersebut bertumbukan dengan zat
terlarutnya, sehingga kelarutan semakin besar. Ion sejenis dapat menghambat
kelarutan karena dapat mengganggu kesetimbangan.Prinsip like dissolve like
merpakan suatu pelarut polar melarutkan senyawa polar, begitu juga sebaliknya.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Semakin tinggi suhu, semakin cepat proses kelarutan.
2. Sifat kepolaran dari senyawa mempengaruhi jumlah volume titran yang
digunakan.
3. Faktor kelarutan berupa suhu, tekanan, luas penampang zat terlarut,
pengadukan, ion sejenis, ion asing, prinsip like dissolve like, dan konsentrasi
zat terlarut.
4. Kebanyakan reaksi yang terjadi dalam percobaan ini merupakan reaksi
endoterm.
5. Penurunan suhu mempengaruhi jumlah volume titran yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Hendriana , Ari. 2005. Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu. (ebook).
(http://books.google.co.id).Diakses tanggal 22 November 2013.Pukul 20:00
WIB.
Ratna. 2008. Faktor-faktor Kelarutan (Online). (http://www.chem-is-try.org).
Diakses pada tanggal 22 November 2013.Pukul 20:10 WIB.
Winarto, Dwi. 2010. Kelarutan (Online). (http://www.ilmukimia.org). Diakses pada
tanggal 22 November 2013. Pukul 20:00 WIB.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanqlp
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsialqlp
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
RekristalisasiTillapia
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAn Nes Niwayatul
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri AgataMelati
 
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasPenentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasUIN Alauddin Makassar
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatYasherly Amrina
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...qlp
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis miselqlp
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiwd_amaliah
 
Viskositas
ViskositasViskositas
ViskositasTillapia
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusiIhsan Yaacob
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprakpraditya_21
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmalinda listia
 
Analisis gravimetri
Analisis gravimetriAnalisis gravimetri
Analisis gravimetriTillapia
 

Mais procurados (20)

laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
 
Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri Laporan analisis gravimetri
Laporan analisis gravimetri
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
Rekristalisasi
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis Gravimetri
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
 
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasPenentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
Konduktometri
KonduktometriKonduktometri
Konduktometri
 
Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
Viskositas
ViskositasViskositas
Viskositas
 
Responsi praktikum kimia analisis
Responsi praktikum kimia analisisResponsi praktikum kimia analisis
Responsi praktikum kimia analisis
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusi
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
 
Ikatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigmaIkatan pi dan ikatan sigma
Ikatan pi dan ikatan sigma
 
Analisis gravimetri
Analisis gravimetriAnalisis gravimetri
Analisis gravimetri
 

Destaque

Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhuJurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhuDwi Karyani
 
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutanJurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutanDwi Karyani
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
TermokimiaTillapia
 
laporan Titrasi Asam Basa
laporan Titrasi Asam Basa laporan Titrasi Asam Basa
laporan Titrasi Asam Basa Putri Yusril
 
this is material
this is materialthis is material
this is materiallathifnurul
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikqlp
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Awal Rahmad
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaasterias
 
Laporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaLaporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaIndah Fitri Hapsari
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriRidha Faturachmi
 
Jurnal contoh titik didih
Jurnal contoh titik didihJurnal contoh titik didih
Jurnal contoh titik didihchichi_fauziyah
 
Materi Kelas XI Kimia: Termokimia 2
Materi Kelas XI Kimia: Termokimia 2Materi Kelas XI Kimia: Termokimia 2
Materi Kelas XI Kimia: Termokimia 2Rizki Basuki
 
Tugasan Kumpulan Kemahiran Sains dlm Tumpuan(RPH Alat Berfikir Model CoRT1)
Tugasan Kumpulan Kemahiran Sains dlm Tumpuan(RPH Alat Berfikir Model CoRT1)Tugasan Kumpulan Kemahiran Sains dlm Tumpuan(RPH Alat Berfikir Model CoRT1)
Tugasan Kumpulan Kemahiran Sains dlm Tumpuan(RPH Alat Berfikir Model CoRT1)Rosdi Ramli
 

Destaque (20)

Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhuJurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
 
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutanJurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
 
Experimen kimia
Experimen kimiaExperimen kimia
Experimen kimia
 
4 fungsi-suhu
4 fungsi-suhu4 fungsi-suhu
4 fungsi-suhu
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
 
laporan Titrasi Asam Basa
laporan Titrasi Asam Basa laporan Titrasi Asam Basa
laporan Titrasi Asam Basa
 
Adsorbsi
AdsorbsiAdsorbsi
Adsorbsi
 
this is material
this is materialthis is material
this is material
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 
Kesetimbangan fase
Kesetimbangan faseKesetimbangan fase
Kesetimbangan fase
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
 
Laporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimiaLaporan kimia dasar ia termokimia
Laporan kimia dasar ia termokimia
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum Spektrofotometri
 
Jurnal contoh titik didih
Jurnal contoh titik didihJurnal contoh titik didih
Jurnal contoh titik didih
 
Materi Kelas XI Kimia: Termokimia 2
Materi Kelas XI Kimia: Termokimia 2Materi Kelas XI Kimia: Termokimia 2
Materi Kelas XI Kimia: Termokimia 2
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
ksp
kspksp
ksp
 
Tugasan Kumpulan Kemahiran Sains dlm Tumpuan(RPH Alat Berfikir Model CoRT1)
Tugasan Kumpulan Kemahiran Sains dlm Tumpuan(RPH Alat Berfikir Model CoRT1)Tugasan Kumpulan Kemahiran Sains dlm Tumpuan(RPH Alat Berfikir Model CoRT1)
Tugasan Kumpulan Kemahiran Sains dlm Tumpuan(RPH Alat Berfikir Model CoRT1)
 

Semelhante a Kelarutan sebagai fungsi suhu

Reaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimiaReaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimiaDita Issriza
 
Kelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obatKelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obatkhoirilliana12
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarilmanafia13
 
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptxPPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptxChintiaMarbun
 
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptxMateri-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptxsoufamalita1
 
Sifat Koligatif Larutan
 Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutanriza sofia
 
Sifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutanSifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutanyunita97544748
 
BAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docxBAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docxSigitPurnomo65
 
Sifat Koligatif XII.ppt
Sifat Koligatif XII.pptSifat Koligatif XII.ppt
Sifat Koligatif XII.pptnana883370
 
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPercobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPT. SASA
 
Bahan tenaga nuklear
Bahan tenaga nuklearBahan tenaga nuklear
Bahan tenaga nuklearYaldaf Lee
 
Larutan asam dan basa
Larutan asam dan basa Larutan asam dan basa
Larutan asam dan basa Pujiati Puu
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriKimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriAziz_Kurniawan
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)Rivaldi Julian
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriKimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriAziz_Kurniawan
 

Semelhante a Kelarutan sebagai fungsi suhu (20)

Sifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif LarutanSifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif Larutan
 
Larutan
LarutanLarutan
Larutan
 
Reaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimiaReaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimia
 
Kelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obatKelarutan intrinsik obat
Kelarutan intrinsik obat
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
 
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptxPPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
 
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptxMateri-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
 
Sifat Koligatif Larutan
 Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan
 
Sifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutanSifat koligatif larutan
Sifat koligatif larutan
 
BAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docxBAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docx
 
Sifat Koligatif XII.ppt
Sifat Koligatif XII.pptSifat Koligatif XII.ppt
Sifat Koligatif XII.ppt
 
Stoikiometri (2)
Stoikiometri (2)Stoikiometri (2)
Stoikiometri (2)
 
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPercobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
 
Bahan tenaga nuklear
Bahan tenaga nuklearBahan tenaga nuklear
Bahan tenaga nuklear
 
Larutan asam dan basa
Larutan asam dan basa Larutan asam dan basa
Larutan asam dan basa
 
Kimia volumetri
Kimia volumetriKimia volumetri
Kimia volumetri
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriKimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
Kimia pertemuan 2. stoikiometri (1)
 
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometriKimia pertemuan 2. stoikiometri
Kimia pertemuan 2. stoikiometri
 
Percobaan iv
Percobaan ivPercobaan iv
Percobaan iv
 

Kelarutan sebagai fungsi suhu

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I OLEH : Nama : 1. Apria Damayanti (08121003044) 2. M. Amin Alfikri (08121003070) 3. Nurmalina Adhiyanti (08121003018) 4. Wulandari (08121003064) 5. Zultriana (08121003046) Jurusan : KIMIA Kelompok : VII PERCOBAAN :KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU LABORATORIUM KIMIA FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat yang melarut dengan zat yang tidak melarut.Pada kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap.Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Jika kesetimbangan diganggu,misalnya dengan menaikkan temperatur maka konsentrasi larutan akan berubah. Menurut Van’t Hoff, pengaruh temperatur terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagai berikut : Ln S/T = H/RT2 atau ln S/(1/T) = -∆/R Dimana : S = Kelarutan (mol/100 per gram pelarut) H = Kalor pelarutan RT = Tetapan gas umum T = Suhu(kelvin) Jika kalor pelarutan adalah posotif,menurut Van’t Hoff makin tingggi temperatur maka makin banyak zat yang larut dan sebaliknya. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung kalor pelarutan? 2. Bagaimana cara menentukan kalor pelarutan? 1.3 TUJUAN PERCOBAAN Menenentukan pengaruh suhu terhadap kealarutan suatu zat dan menghitung kalor pelarutan. 1.4 MANFAAT PERCOBAAN 1. Agar mahasiswa dapat menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat. 2. Agar mahasiswa dapat menghitung kalor pelarutan.
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi bila 2 zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur pada tekanan dan temperature tetap untuk membuat larutan. Panas pelarutan dalam banyak hal hamper sama dengan panas reaksi. Jika reaksi kimia terjadi energi produk dapat berbeda dengan reaktan. Pada tekanan dan temperature tetap inin disebabkan karena pembentukan ikatan kimia baru dari asam- asam pelarutan, perubahan gaya antara molekul tak sejenis dengan molekul sejenis. Panas pencampuran didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi bila dua atau lebih zat murni dicampur membentuk suatu larutan pada temperature konstan dan tekanan 1 atm. Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan 1 mol zat dilarutkan dalam n mol solvent pada temperatur dan tekanan yang sama, hal ini disebabkan hal ini disebabkan adanya ikatan kimia baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan, kadang-kadang terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih kecil daripada panas reaksi. Efek panas pada pembentukan suatu larutan yang mengandung n mol solute dan 1000 gram solvent adalah m.∆H digambarkan grafiknya vs mol solute m, jika kemiringan grafiknya vs mol solute m, maka kemiringan grafik pada konsentrasi tertentu harus menunjukan differensial pada konsentrasi tertentu.Jika penambahan mol solute terjadi pada sejumlah tertentu larutan menghasilkan efek panas pada temperatur dan tekanan konstan. Penentuan kadar pelarutan zat yang akan diselidiki.Dalam penentuan ini diusahakan agar volume solvent sama dengan volume solvent yang akan dikalibrasi. Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang tidak larut. Keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut:
  • 4. A(p) A(l) (persamaan 1) dimana: A(l) = molekul zat terlarut A(p)= molekul zat yang tidak larut Tetapan keseimbangan pada proses pelarutan tersebut: zz z z z m a a a K  1* (persamaan 2) dimana: za = keaktifan zat yang larut * za = keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga 1 untuk zat padat dalam keadaan standar. z = koefisien keatifan zat yang larut zm = kemolalan zat yang larut karena larutan jenuh, disebut kelarutan. Hubungan tetapan keseimbangan suatu proses dengan suhu diberikan oleh isobar reaksi Van’t Hoff. 2 0 ln RT H T k P          (persamaan 3) dimana: 0 H = perubahan entalpi proses. R = tetapan gas ideal. Persamaan 2 dan 3 memberikan: 2 ln RT H T m DS P zz           (persamaan 4) dimana: DSH = kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh. Selanjutnya persamaan 4 dapat diuraikan menjadi:
  • 5. 2 ln ln ln RT H T m m m DSz z zz        2 1 ln ln RT H m DS z z      (Ari Hendriana.2005) Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen.Kelarutan suatu zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak dapat larutlagi). Rentang kelarutan sangat bervariasi.Ada banyak sekali zat kimia yang mempunyai kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna (miscible), misalnya adalah etanol dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali tidak larut, sebagai contoh adalah perak klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat jenuh, setelah itu mengendap seperti NaCl dalam air. Maka dari itu, ilmuwan telah banyak meneliti kelarutan suatu solut pada pelarut, yang dikenal denganaturan kelarutan.Pada keadaan tertentu, kesetimbangan kelarutan dapat menjadi berlebih sehingga disebut dengan larutan superjenuh atau metastabil.Pengertian kelarutan sebaiknya tidak dikacaukan dengan kemampuan melarutkan atau mencairkan suatu zat, karena larutan juga dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat.Sebagai contoh adalah zink yang tak dapat larut dalam asam klorida.Tetapi karena adanya reaksi antara gas hidrogen dengan zink klorida menyebabkannya seperti larut.Kelarutan tidak bergantung pada ukuran partikel atau faktor kinetik lainnya, maupun waktu pelarutan. Kelarutan suatu solut pada pelarut tertentu sangat bergantung pada suhu. Pada sebagian besar padatan yang dapat larut dalam air, kelarutan akan semakin meningkat
  • 6. jika suhu dinaikkan melebihi 100º C. Solut ionik yang terlarut pada air bersuhu tinggi (mendekati suhu kritis) cenderung berkurang karena perubahan sifat dan struktur molekul air. Selain itu, tetapan dielektrik menyebabkan pelarut kurang polar. Kelarutan senyawa organik selalu meningkat dengan naiknya suhu.Inilah yang mendasari teknik pemurnian dengan rekristalisasi yang memanfaatkan perbedaan kelarutan solut pada suhu rendah dan tinggi. Pada fase terembun, tekanan sangat berpengaruh terhadap kelarutan; namun biasanya lemah dan diabaikan pada praktiknya. Diasumsikan sebagai larutan ideal, ketergantungan kelarutan pada tekanan diberikan diungkapkan dengan rumus: dimana indeks i merupakan komponen, Ni adalah fraksi mol komponen ke i, P adalah tekanan, indeks T menyatakan suhu kosntan, Vi,cr adalah volume molar parsial komponen ke i, dan R merupakan tetapan gas universal(Dwi Winarto. 2010). Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka kelarutan gas berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan meninggalkan pelarut. Ikan akan mati dalam air panas karena kelarutan oksigen berkurang. Minuman akan mengandung CO2 lebih banyak bila disimpan dalam lemari es dibandingkan di udara terbuka. Pengadukan Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut.Semakin banyak jumlah pengadukan, maka zat terlarut umumnya menjadi lebih mudah larut. Luas Permukaan Sentuhan Zat Kecepatan kelarutan dapat dipengaruhi juga oleh luas permukaan (besar kecilnya partikel zat terlarut). Luas permukaan sentuhan zat terlarut dapat di diperbesar melalui proses pengadukan atau penggerusan secara mekanis. Gula halus lebih mudah larut daripada gula pasir.Hal ini karena luas bidang sentuh gula halus lebih luas dari gula pasir, sehingga gula halus lebih mudah berinteraksi dengan air. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin Anda pernah menjumpai orang yang kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan, yaitu menangkap ikan dengan
  • 7. menggunakan strom listrik.Dengan alat tersebut mereka memasukkan aliran listrik ke dalam air sungai atau air laut.Mengapa air sungai tersebut dapat menghantarkan arus listrik dan ikan dapat tertraik oleh aliran listrik tersebut?Dalam air sungai terdapat zat-zat terlarut dan ternyata sebagian dari zat terlarut itu ada yang dapat menghantarkan arus listrik.Hal itu terbukti dengan adanya ikan yang mati akibat sengatan arus listrik. Air murni merupakan penghantar listrik yang buruk. Akan tetapi jika dalam air tersebut ditambahkan zat terlarut maka sifat daya hantarnya akan berubah sesua dengan jenis zat yang dilarutkan. Contoh, jika dalam air ditambahkan garam dapur, maka larutan ini akan dapat menghantarkan listrik dengan baik. Tetapi jika dalam air ditambahkan gula pasir, maka daya hantar listriknya tidak berbeda dengan air murni(Ratna. 2008).
  • 8. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Percobaan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 25 November 2013 di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya. 3.2 ALAT DAN BAHAN Alat : - Termometer - Buret 50 ml - Erlenmeyer 250 ml - Gelas Kimia 250 ml - Pengaduk Gelas - Tabung Reaksi - Pipet Volume Bahan : - Asam Oksalat - Asam Borat - Asam Benzoat - NaOH 0,1 N - Indikator PP - Es batu ( garam )
  • 9. 3.3 PROSEDUR PERCOBAAN dimasukan kedalam gelas beker ditambahkan diaduk sampai larut didinginkan dalam dipipet setiap penurunan 5o C diencerkandengan dititrasi dengan Sampel (Asam oksalat, Asam benzoat ) Asam borat) 10 ml Aquadest Tabung berisi es batu 0,5 ml larutan sampel NaOH 0,1 N 5 mL Aquadest
  • 10. C OH O C O O Na BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA HASIL PENGAMATAN No Sampel T⁰C T awal V NaOH T₁ T₂ T₃ V₁ V₂ V₃ 1 Asam oksalat 30 25 20 15 2,9 3,8 3,3 2 Asam benzoat 30 25 20 15 0,7 0,5 0,2 3 Asam borat 30 25 20 15 1,8 1,5 2,0 4.2 REAKSIDAN PERHITUNGAN Reaksi 1. Asam Oksalat + NaOH C2H2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O 2. Asam Benzoat + NaOH + NaOH +H2O 3. Asam Borat + NaOH H3PO3 + 3NaOH Na3PO3 + 3H2O
  • 11. Perhitungan 1. Asam Oksalat - Kelarutan Sn = . N NaOH Sn1 = Sn2 = Sn3 = - Kalor Pembentukan ( ΔH) ΔH = 2,303 x R x log ΔH1= 2,303 x 8,315 x log ΔH1 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log ΔH1 = 2,303 x 8,315 x = 19,149 x 88506 x (-1,21) = - 2.050.709,68 J/mol = - 2.050,70968 KJ/mol ΔH = 2,303 x R x log ΔH2 = 2,303 x 8,315 x log ΔH2 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log ΔH2 = 2,303 x 8,315 x = 19,149 x 85556 x (-1,08)
  • 12. = - 1.769.376,79 J/mol = - 1.769.37679 KJ/mol ΔH3 = 2,303 x R x log ΔH3= 2,303 x 8,315 x log ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log ΔH3 = 2,303 x 8,315 x = 19,149 x 82656 x (-1,15) = - 1.820.196,70 J/mol = - 1.820.19670 KJ/mol No S T (ºK) X = Y = X. Y X2 1. 0,05 298 0,00335 2,8 0,0938 1,122 x 10-5 2. 0,076 293 0,00341 2,5 0,0852 1,162 x 10-5 3 0,066 288 0,00347 2,7 0,0936 1,204 x 10-5 Ʃ 0,2 879 0,01023 8 0,2726 1,046 x Slope (A) = = – – = – = = 3517,97 Intersept (B) = = – –
  • 13. = = -9,3302 Y = AX + B Y1 = AX1 + B 2,8 = 3517,97 X1 + (-9,3302) Y2 = AX2 + B 2,5 = 3517,97 X2 + (-9,3302) Y3 = AX3 + B 2,7 = 3517,97 X3 + (-9,3302) 2.35 2.4 2.45 2.5 2.55 2.6 2.65 2.7 2.75 2.8 2.85 0.00335 0.00341 0.00347 y=|lnS| X = 1/T Asam Oksalat
  • 14. 2. Asam Benzoat - Kelarutan Sn = . N NaOH Sn1 = Sn2 = Sn3 = - Kalor Pembentukan ( ΔH) ΔH = 2,303 x R x log ΔH1= 2,303 x 8,315 x log ΔH1 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log ΔH1 = 2,303 x 8,315 x = 19,149 x 88506 x (-1,84) = - 3.118.434,56 J/mol = - 3.118,43456 KJ/mol ΔH2 = 2,303 x R x log ΔH2 = 2,303 x 8,315 x log ΔH2 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log ΔH2 = 2,303 x 8,315 x = 19,149 x 85556 x (-1,99) = - 3.260.240,57 J/mol = - 3.260,24057 KJ/mol
  • 15. ΔH3 = 2,303 x R x log ΔH3 = 2,303 x 8,315 x log ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log ΔH3 = 2,303 x 8,315 x = 19,149 x 82656 x (-4,01) = - 6.346.946,77 J/mol = - 6.346,94677KJ/mol No S T (ºK) X = Y = | X. Y X2 1. 0,014 298 0,00335 4,2 0,0140 1,122 x 10-5 2. 0,01 293 0,00341 4,6 0,0156 1,162 x 10-5 3 0,004 288 0,00347 5,5 0,0190 1,204 x 10-5 Ʃ 0,028 879 0,01023 14,3 0,0486 3,488 x Slope (A) = = – – = – = – = 48.000 = 48 x Intersept (B) = = ( 3,488 x x (14,3) – (0,0486) (0,01023) = – –
  • 16. = = - 94,828 Y = AX + B Y1 = AX1 + B 4,2 = 48.000 X1 + (-94,828) Y2 = AX2 + B 4,6 =48.000 X2 + (-94,828) Y3 = AX3 + B 5,5 = 48.000 X3 + (-94,828) 3. Asam Borat - Kelarutan 0 1 2 3 4 5 6 0.00335 0.00341 0.00347 y=|lnS| x = 1/T Asam Benzoat
  • 17. Sn = . N NaOH Sn1 = Sn2 = Sn3 = - Kalor Pembentukan ( ΔH) ΔH = 2,303 x R x log ΔH1= 2,303 x 8,315 x log ΔH1 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log ΔH1 = 2,303 x 8,315 x = 19,149 x 88506 x (-1,42) = - 2.406.617,97 J/mol = - 2.406,61797 KJ/mol ΔH3 = 2,303 x R x log ΔH3= 2,303 x 8,315 x log ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log ΔH3 = 2,303 x 8,315 x = 19,149 x 85556 x (-1,50) = - 2.457.467,76 J/mol = - 2.457.46776 KJ/mol ΔH3 = 2,303 x R x log ΔH3 = 2,303 x 8,315 x log
  • 18. ΔH3 = 2,303 x 8,315 J/Kmol.K x log ΔH3 = 2,303 x 8,315 x = 19,149 x 82656 x (-1,38) = - 2.184.236,04 J/mol = - 2.184.23604KJ/mol No S T (ºK) X = Y = X. Y X2 1. 0,036 298 0,00335 3,3 0,0110 1,122 x 10-5 2. 0,03 293 0,00341 3,5 0,0119 1,162 x 10-5 3 0,04 288 0,00347 3,2 0,0111 1,204 x 10-5 Ʃ 0,106 879 0,01023 10 0,034 3,488 X Slope (A) = = – – = – = – = - 0,3 x = - 30.000 Intersep (B) = = – – = – = = - 34,845
  • 19. Y = AX + B Y1 = AX1 + B 3,3 = - 30.000 X1 + 34,845 Y2 = AX2 + B 3,5 = - 30.000 X2 + 34,845 Y3 = AX3 + B 3,2 = - 30.000 X1 + 34,845 4.3 PEMBAHASAN Pengaruh suhu terhadap kelarutan dibahas pada percobaan kali ini, selain mempelajari mengenai pengaruh suhu terhadap kelarutan, praktikum kali ini juga membahas mengenai menghitung kalor pelarutan.Dalam praktikum ini kelarutan 3.05 3.1 3.15 3.2 3.25 3.3 3.35 3.4 3.45 3.5 3.55 0.00335 0.00341 0.00347 y=|lnS| x = 1/T Asam Borat
  • 20. didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut didalam suatu pelarut tertentu.Kelarutan dikatakan sebagai fungsi suhu karena suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan. Jika suhu suatu campuran dinaikkan, maka kelarutannya akan semakin besar dan juga sebaliknya, jika suhunya diturunkan maka kelarutannya akan semakin mengecil. Pada percobaan ini digunakan metode titrasi, dimana titrasi didefinisikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu zat yang belum diketahui dengan mereaksikannya dengan zat lain yang telah diketahui dengan pasti konsentrasinya. Pada titrasi terdapat titran yang berupa larutan yang ada pada buret, merupakan larutan standar, bisa primer maupun sekunder. Kemudian ada titrat, suatu larutan yang akan dicari konsentrasinya. Pada percobaan ini dilakukan titrasi pada tiga buah sampel, diantaranya asam oksalat, asam benzoat, dan asam borat dengan menggunakan larutan standar natrium hidroksida.Dilakukan tiga kali titrasi untuk penurunan suhu sebesar 50 C. Didapat hasil bahwa pada sampel asam oksalat semakin rendah suhunya maka semakin sedikit volume titran atau larutan standar natrium hidroksida yang digunakan.Sedangkan untuk asam benzoat jumlah natrium hidroksida yang digunakan tidak stabil dengan nilai penurunan suhunya.Berbeda lagi dengan asam borat, dimana semakin rendah suhunya maka semakin banyak volume natrium hidroksida yang digunakan.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sifat kepolaran suatu zat dapat mempengaruhi jumlah volume titran yang digunakan. Dalam percobaan ini digunakan indikator phenolptalien (PP), indikator dapat diartikan sebagai suatu senyawa organik asam atau basa lemah yang mempunyai warna ion dan molekul yang berbeda. Trayek pH pada indikator ini 8,3 sampai 10,0 Pemberian indikator ini bertujuan agar kita dapat melihat kapan titik ekuivalen dan titik akhir terjadi. Dari percobaan ini juga diketahui dua jenis reaksi, reaksi eksoterm dan endoterm.Reaksi eksoterm dapat didefinisikan sebagai reaksi pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan, dimana didapat kalor penyerapan (∆H) negatif.Sedangkan
  • 21. reaksi endoterm berupa reaksi penyerapan kalor dari sistem ke lingkungan, dengan kalor penyerapan (∆H) positif, sehingga terasa dingin disekitar tabung reaksi. Selain suhu, masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan, diantaranya luas permukaan, tekanan, pengadukan, ion-ion sejenis, ion-ion asing, prinsip like dissolve like, dan konsentrasi pelarut ataupun pelarutnya. Pada faktor kelarutan yang berupa luas permukaan, dinyatakan semakin luas permukaan suatu zat terlarut maka akan semkin besar kesempatan zat tersebut bertumbukan dengan zat terlarutnya, sehingga kelarutan semakin besar. Ion sejenis dapat menghambat kelarutan karena dapat mengganggu kesetimbangan.Prinsip like dissolve like merpakan suatu pelarut polar melarutkan senyawa polar, begitu juga sebaliknya. BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN
  • 22. 1. Semakin tinggi suhu, semakin cepat proses kelarutan. 2. Sifat kepolaran dari senyawa mempengaruhi jumlah volume titran yang digunakan. 3. Faktor kelarutan berupa suhu, tekanan, luas penampang zat terlarut, pengadukan, ion sejenis, ion asing, prinsip like dissolve like, dan konsentrasi zat terlarut. 4. Kebanyakan reaksi yang terjadi dalam percobaan ini merupakan reaksi endoterm. 5. Penurunan suhu mempengaruhi jumlah volume titran yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA
  • 23. Hendriana , Ari. 2005. Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu. (ebook). (http://books.google.co.id).Diakses tanggal 22 November 2013.Pukul 20:00 WIB. Ratna. 2008. Faktor-faktor Kelarutan (Online). (http://www.chem-is-try.org). Diakses pada tanggal 22 November 2013.Pukul 20:10 WIB. Winarto, Dwi. 2010. Kelarutan (Online). (http://www.ilmukimia.org). Diakses pada tanggal 22 November 2013. Pukul 20:00 WIB.