SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextual learning di kelompok b tk melati desa kenconorejo kecamatan tulis kabupaten
Similar to SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextual learning di kelompok b tk melati desa kenconorejo kecamatan tulis kabupaten
Similar to SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextual learning di kelompok b tk melati desa kenconorejo kecamatan tulis kabupaten (20)
SKRIPSI Upaya meningkatkan kreativitas menggambar melalui pendekatan contextual learning di kelompok b tk melati desa kenconorejo kecamatan tulis kabupaten
1. UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MENGGAMBAR MELALUI
PENDEKATAN CONTEXTUAL LEARNING DI KELOMPOK B TK MELATI
DESA KENCONOREJO KECAMATAN TULIS KABUPATEN
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak usia dini anak sudah dikenalkan menggambar. Dalam pembelajaran di TK
kebanyakan guru kurang memperhatikan hasil belajar anak terhadap pembelajaran yang
satu ini. Guru sering menggunakan menggambar sebagai pembelajaran relaksasi pada
anak tanpa memperhatikan hasil karya anak sehingga didapati hasil karya anak dalam
pembelajaran menggambar terkesan tanpa arahan.
Pada prinsipnya kegiatan menggambar yang dilakukan oleh anak merupakan
kegiatan naluriah, seperti halnya kegiatan makan, minum, berbicara, dan bercerita kepada
orang lain. Kegiatan menggambar bersamaan dengan kegiatan orang lain seperti memilih
dan mengenakan pakaian yang dilakukan oleh anak. Rasa seni dimulai dengan bagaimana
anak bisa menata benda-benda disekitarnya. Jika hal tersebut tidak dilakukan oleh anak,
maka pendidik perlu segera mendidik dan membimbingnya.
Ditjen Dikdasmen, (2006), tentang standar kompetensi kelompok B, menyebutkan
bahwa anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan,
imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Kemudian
dalam hasil belajar anak, diharapkan agar dapat menggambar sederhana dengan berbagai
media seperti arang, kapur, crayon, pensil warna, pastel dan lain-lain. Untuk saat ini
tuntutan dari kurikulum tersebut belum bisa direalisasikan di TK Melati
Khusus dalam pembelajaran menggambar di TK Melati anak masih kurang kreatif dalam
menggambar. Hal ini terlihat dari hasil karya anak dalam menggambar. Coretan yang
dihasilkan anak masih berkesan umum dan menampilkan gambar yang sama setiap
pengerjaan tugas menggambar. Misal: anak hanya menggambar rumah saja, anak
menggambar gunung saja, atau anak menggambar pohon saja. Selain itu ketika anak
diberikan tugas untuk mengambar suasana kelas sering ramai, anak sering jalan-jalan
sendiri dan tidak serius dalam menggambar.
Melihat kondisi yang seperti ini penulis mencoba meningkatkan kreatifitas anak
dalam menggambar melalui pendekatan kontekstual learning. Kepada anak akan
diperlihatkan bentuk asli dalam pembelajaran menggambar. Pendekatan ini dirasa perlu
diterapkan untuk mengganti metode konvensional dalam pembelajaran menggambar di
TK Melati.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah penelitian: ”Apakah
pendekatan kontekstual learning dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas
menggambar di kelompok B TK Melati Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten
Batang?”.
C. Tujuan Perbaikan
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kreatifitas anak
dalam menggambar dapat ditingkatkan melalui pendekatan contexstual learning di anak
didik kelompok B TK Melati Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang.
D. Manfaat Perbaikan.
2. 1. Anak mampu meningkatkan kreatifitas menggambar yang muaranya
tertuju pada peningkatan fungsi otot-otot motorik halus anak.
2. Anak mampu menuangkan ide dan gagasan pada kertas gambar secara
baik.
3. Menumbuhkan jiwa seni pada diri anak sejak dini.
4. Guru dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam
memecahkan masalah menggambar.
5. Sekolah mempunyai cara baru dalam melaksanakan pembelajaran
menggambar bebas di TK.
BAB. II KAJIAN PUSTAKA
Untuk mewujudkan pembelajaran menggambar yang efektif, guru TK harus
memahami dengan baik arti menggambar dan penerapannya dalam contextual learning.
Selanjutnya, konsep menggambar dan contexstual learning dibahas seperti di bawah ini.
A. Pengertian Menggambar
Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau
konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.(Wikipedia
Indonesia, 2009). Kreativitas adalah proses timbulnya ide baru, sedangkan inovasi adalah
pengimplementasian ide itu sehingga dapat merubah dunia (Tanadi Santoso, 2009).
Dalam melakukan sesuatu seperti menggambar dibutuhkan kreativitas karena kreativitas
mampu membelah batasan dan asumsi dan membuat koneksi pada hal lama yang tidak
berhubungan menjadi sesuatu yang baru. Menggambar tidak hanya sekedar kegiatan
membuat sebuah gambar namun lebih dari itu yaitu sebuah kegiatan yang menyenangkan
bagi anak-anak. Kegiatan untuk menyalurkan ide dan gagasan kedalam kertas gambar.
Menggambar adalah membuat gambar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencoret,
menggores, menorehkan benda tajam ke benda lain dan memberi warna, sehingga
menimbulkan gambar (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi S, 2008).
Menggambar adalah kegiatan-kegiatan membentuk imajinasi, dengan menggunakan
banyak pilihan tehnik dan alat. Bisa pula menggambar berarti membuat tanda-tanda
tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar (Wikipedia
Indonesia, 2009).
Kegiatan menggambar dilakukan dengan kesadaran penuh berupa maksud dan
tujuan tertentu maupun sekedar membuat gambar tanpa arti. Kegiatan ini dimulai dari
menggerakkan tangan untuk mewujudkan sesuatu bentuk gambar secara tidak segaja,
sampai dengan menggambar untuk maksud tertentu. Anak-anak akan merasa senang
setelah menggambar karena hal itu menjadi suatu cara berkomunikasi kepada orang lain.
Apalagi, ketika gambar anak tersebut ditanggapi oleh orang tua dengan pertanyaan
tentang makna dan arti bentuk gambar yang dihasilkan.
B. Contextual Learning
Bagi anak normal ketika melihat suatu gambar maka terjadi proses berpikir,
dimana cita-cita dan angan-angannya akan tumbuh terus. Pada saat ini gambar berfungsi
sebagai stimulasi munculnya ide, pikiran maupun gagasan baru. Gagasan ini selanjutnya
mendorong anak untuk berbuat, mengikuti pola berpikir seperti gambar atau justru
3. muncul ide baru dan menggugah rasa. Proses ini kadangkala tidak disadari oleh orang
tua, sehingga kritikan atau evaluasi diberikan kepada anak seolah-olah diberikan kepada
orang dewasa.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi
pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan
pengetahuan awal anak. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang
memberdayakan anak didik. Salah satu pendekatan yang memberdayakan anak didik
adalah pendekatan kontektual learning.
Contektual learning dikembangkan oleh The Washington State Concortium for
Contextual Teaching And Learning yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan
lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu
kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam
propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui
Direktorat SLTP Depdiknas.
Pendekatan contextual learning merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya degan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US
Departement of Education) (dikutip Depdiknas, 2006).
Dalam konteks ini anak perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam
status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini anak akan menyadari bahwa
apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Sehingga akan membuat mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk
hidupnya nanti dan anak akan berusaha untuk menanggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran contextual adalah membantu anak dalam mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk
menemukan suatu yang baru bagi anak. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student
centered daripada teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh anak.
2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup anak melalui proses pengkajian
secara seksama.
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal anak yang selanjutnya memilih
dan mengiyakan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran
kontekstual.
4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki anak dan lingkungan hidup mereka.
5. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman anak, dimana hasilnya nanti dijadikan
bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Depdiknas, (2006), dalam pengajaran contextual memungkinkan terjadinya lima
bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing),
menerapkan (applying), kerjasama (coorperating) dan mentransfer (transfering).
1. Mengaitkan (relating) adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru
4. dengan sesuatu yang sudah dikenal anak. Jadi dengan demikian mengkaitkan apa
yang sudah diketahui anak dengan informasi baru.
2. Mengalami (experiencing) merupakan inti belajar contextual dimana mengaitkan
berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun mengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika anak dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-betuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan (applying), anak menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan
kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi anak dengan memberikan
latihan yang realistik dan relevan.
4. Kerjasama (coorperating), anak yang bekerja secara individu sering tidak
membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya anak yang bekerja secara kelompok
sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman
kerjasama tidak hanya membantu anak mempelajari bahan ajar tetapi konsisten
dengan dunia nyata.
5. Mentransfer (transfering), peran guru membuat bermacam-macam pengalaman
belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Blanchard (dikutip Depdiknas, 2006) ciri-ciri contextual adalah :
1. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
2. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks.
3. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar anak dapat belajar mandiri.
4. Mendorong anak untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau
secara mandiri
5. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan anak yang berbeda-beda
6. Menggunakan penilaian otentik.
Menurut Rachmadiarti (2002), suatu proses kegiatan belajar mengajar dapat
dikatakan berorientasi pada kontekstual learning apabila mempunyai tujuh pilar yaitu
:
1. Inkuiri (inquiry)
2. Bertanya (questioning)
3. Kontruktivisme (contruktivism)
4. Masyarakat belajar (learning community)
5. Penilaian autentik (autentic assesment)
6. Refleksi (reflection)
7. Permodelan (modelling)
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan contextual memiliki tujuh
komponen utama yaitu: konstruktivisme (contruktivism), menemukan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), permodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic
assesment). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut :
1. Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir contextual learning and
teaching (CTL), yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar
menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar
mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun
pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimiliki.
2. Menemukan (inquiry)
5. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
konstektual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh anak
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus
yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan
dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan
(conclusion).
3. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis contextual.
Kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, menggali pemahaman
anak, membangkitkan respon kepada anak, mengetahui sejauh mana
keingintahuan anak, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui anak,
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan
lebih banyak lagi pertanyaan dari anak untuk menyegarkan kembali
pengetahuan anak.
4. Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh
dari hasil kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ’sharing’
antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu.
Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok
atau lebih yag terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Permodelan (modelling)
Permodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan anak didiknya untuk belajar
dan melakukan apa yang guru inginkan agar anak didiknya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan melibatkan anak dan juga mendatangkan dari luar.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa
lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar
anak didik melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa
yang diperoleh hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya (autentic assesment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkembangan belajar anak. Dalam pembelajaran
berbasis kontekstual, gambaran perkembangan belajar anak didik perlu
diketahui guru agar bisa memastikan bahwa anak mengalami pembelajaran
yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan
kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
6. BAB. III
PELAKSAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelompok B TK Melati Desa
Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang tahun pelajaran
2009/2010. Anak didik kelompok B terdiri dari 14 anak yang terbagi
menjadi 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Sekolah terletak di
pinggir utara Kota Batang yang penduduknya bekerja sebagai buruh
tani. Kondisi ini menyebabkan perhatian orang tua terhadap
pendidikan anak-anaknya kurang dan motivasi belajar anak rendah.
Disamping itu fasilitas belajar di sekolah juga kurang memadai.
Peneliti adalah guru Kelompok B TK Melati Desa Kenconorejo
Kecamatan Tulis Kabupaten Batang dan pengamat adalah saudara Ifan
Prasetiyo rekan guru dan mahasiswa S1 PG PAUD.
B. Deskripsi Per Siklus
Penulis merencanakan kegiatan perbaikan dengan membuat jadwal
kegiatan perbaikan sebagai berikut :
Siklus I
1 SKH 1 dilaksanakan tanggal 27 Oktober 2009
2 SKH 2 dilaksanakan tanggal 28 Oktober 2009
3 SKH 3 dilaksanakan tanggal 29 Oktober 2009
4 SKH 4 dilaksanakan tanggal 30 Oktober 2009
5 SKH 5 dilaksanakan tanggal 31 Oktober 2009
Siklus II
1 SKH 1 dilaksanakan tanggal 03 Nopember 2009
2 SKH 2 dilaksanakan tanggal 04 Nopember 2009
3 SKH 3 dilaksanakan tanggal 05 Nopember 2009
4 SKH 4 dilaksanakan tanggal 06 Nopember 2009
5 SKH 5 dilaksanakan tanggal 07 Nopember 2009
Setelah rencana perbaikan pembelajaran siklus I disetujui oleh
supervisor, penulis meminta izin ke kepala sekolah untuk melakukan
perbaikan pembelajaran. Untuk mengumpulkan data, penulis meminta
bantuan rekan sejawat. Untuk menyamakan persepsi guru peneliti dan
pengamat, sebelum pelaksanaan perbaikan dimulai, guru peneliti, dan
pengamat membicarakan aspek-aspek perbaikan yang perlu
diperhatikan. Dalam pelaksanaannya rekan sejawat duduk di belakang
dan mengamati seluruh jalannya perbaikan pembelajaran. Untuk
mencatat informasi mengenai penampilan perbaikan pembelajaran ini,
7. pengamat mengisi lembar observasi dan lembar penilaian (terlampir).
Secara umum prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan
melalui tahap-tahap kegiatan awal (apersepsi), kegiatan inti, dan
kegiatan akhir. Secara khusus, kegiatan perbaikan pembelajaran
dilakukan melalui serentetan aktivitas yang tercantum dalam kegiatan
inti RPP I dan RPP II (terlampir). Dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus I, penulis melakukan aktivitas-aktivitas sebagai
berikut :
SKH 1
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman Taman Kanak-
Kanak.
3. Guru meminta anak-anak mengamati suasana pagi hari di sekitar
lingkungan TK.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di halaman TK
SKH 2
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar matahari.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman Taman Kanak-
Kanak.
3. Guru meminta anak-anak untuk melihat matahari sebentar.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di halaman TK
SKH 3
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke dekat pasar.
3. Guru meminta anak-anak mengamati suasana siang hari didekat
pasar .
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di dekat pasar.
SKH 4
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar di dekat sawah.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke sawah.
3. Guru meminta anak-anak mengamati suasana di sawah.
8. 4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di lingkungan dekat sawah.
SKH 5
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar buah apel.
2. Guru meletakkan buah apel merah dan hijau di meja agar dilihat
anak-anak.
3. Guru meminta anak-anak mengamati buah apel tersebut.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar buah apel.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di kelas.
Pada siklus II penulis menyusun aktivitas-aktivitas perbaikan
pembelajaran sebagai perbaikan atau peningkatan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus I. Aktivitas-aktivitas perbaikan
pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut :
SKH 1
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar bunga matahari.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman Rumah Pak Tarto.
3. Guru meminta anak-anak mengamati bunga matahari di halaman
rumah Pak Tarto.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar bunga matahari.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di halaman rumah Pak Tarto.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.
SKH 2
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar roti donat.
2. Guru memperlihatkan kepada anak-anak roti donat dan meminta
anak-anak untuk mencicipi sedikit.
3. Anak-anak mengamati roti donat yang telah di makan.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar roti donat.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di kelas.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.
SKH 3
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar pohon cemara.
2. Guru mengajak anak-anak ke kebun Pak Kardi.
3. Anak-anak mengamati pohon cemara di kebun.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar pohon cemara.
9. 5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di kebun.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.
SKH 4
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar televisi.
2. Guru mengajak anak-anak ke rumah Bu Wati.
3. Anak-anak mengamati televisi di rumah Bu Wati.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar televisi.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di ruang tengah rumah Bu
Wati.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.
SKH 5
Aktivitas-aktivitas perbaikan:
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan
menggambar suasana di sawah.
2. Guru mengajak anak-anak ke sawah di depan TK.
3. Anak-anak mengamati sawah yang saat ini kering.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar sawah.
5. Kegiatan menggambar di sekitar area pesawahan.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.
Setelah perbaikan pembelajaran pada masing-masing siklus selesai,
penulis dan pengamat melakukan dialog mengenai pelaksanaan
perbaikan. Hasil dialog ini menjadi bahan refleksi bagi penulis.
Penampilan aktivitas perbaikan yang telah baik dipertahankan dan
yang belum baik ditingkatkan pada siklus berikutnya.
Pada siklus I, penampilan aktivitas perbaikan yang telah baik meliputi:
1. Menggambar suasana pagi hari, nilai 4.
2. Menggambar matahari, nilai 4
3. Menggambar suasana siang hari, nilai 4.
4. Menggambar suasana di sawah, nilai 4.
5. Menggambar Apel, nilai 4.
Sedangkan aktivitas yang menjadi pusat perbaikan pada siklus II
adalah:
1. Menggambar bunga matahari, nilai 4.
2. Menggambar roti donat, nilai 4.
3. Menggambar pohon cemara, nilai 4.
4. Menggambar televisi, nilai 4.
5. Menggambar suasana di Sawah, nilai 5.
6. Pada akhir siklus II, ditemukan pelaksanaan aktivitas-aktivitas
telah berjalan dengan baik, dengan nilai rata-rata 4,2 (dalam
skala1-5). Oleh karena itu perbaikan pembelajaran dianggap
selesai.
10. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penulis telah melakukan perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus selanjutnya disampaikan
hasil perbaikan pada masing-masing siklus yang akan mencakup penilaian penampilan perbaikan
pembelajaran dan hasil belajar anak.
A. Deskripsi Per Siklus
1. Siklus I
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan baik,
dengan nilai rata-rata 4 (dalam skala 1-5) dan prestasi belajar siswa baik dengan nilai rata-rata 8
pada SKH1, nilai rata-rata 8,2 pada SKH 2, nilai rata-rata 8 pada SKH 3, nilai rata-rata 8,1 pada
SKH 4, dan nilai rata-rata 8,2 pada SKH 5.
a. Hasil Pengolahan Data
Pada SKH 1 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar. Anak-anak
diminta mengikuti guru ke halaman TK, kemudian anak-anak mengamati suasana pagi hari
disekitar lingkungan TK. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar suasana pagi hari. Kegiatan
menggambar dilaksanakan di halaman TK. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati
kegiatan anak.
Pada SKH 2 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar matahari.
Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman TK, kemudian anak-anak melihat ke langit dan
melihat matahari sebentar. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar matahari. Kegiatan
menggambar dilaksanakan di halaman TK. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati
kegiatan anak.
Pada SKH 3 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar. Anak-anak
diminta mengikuti guru ke pasar, kemudian anak-anak mengamati suasana siang hari disekitar
pasar. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar suasana siang hari. Kegiatan menggambar
dilaksanakan di dekat pasar. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 4 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar suasana di
sawah. Anak-anak diminta mengikuti guru ke sawah di depan TK, kemudian anak-anak
mengamati suasana di sawah. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar suasana di sawah.
Kegiatan menggambar dilaksanakan di dekat sawah. Selama kegiatan guru menunggui dan
mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 5 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar buah apel.
Guru memperlihatkan 2 buah apel, kemudian anak-anak mengamati 2 buah apel tersebut.
Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar buah apel. Kegiatan menggambar dilaksanakan di
kelas. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Di bawah ini kualitas pelaksanaaan aktivitas perbaikan pembelajaran menggambar dengan
pendekatan contextual learning pada siklus I di kelompok B TK Melati.
Tabel 1
Prestasi Belajar Anak Dalam Menggambar Dengan Pendekatan Contextual Learning
No. Variabel
( Aktivitas – aktivitas Perbaikan Pembelajaran ) Nilai
1 2 3 4 5
11. 1. Menggambar suasana pagi hari V
2. Menggambar matahari V
3. Menggambar suasana siang hari V
4. Menggambar suasana di sawah V
5. Mengambar buah apel V
Jumlah 5
Nilai rata - rata 4
Keterangan :
1 = kurang sekali
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = baik sekali
Hasil belajar anak dalam perbaikan pembelajaran menggambar di kelompok B TK Melati Desa
Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang siklus I dicantumkan di bawah ini. Hasil
belajar anak dalam Siklus I SKH 1 dicantumkan dalam Tabel 2.
Tabel 2
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 1
X f fX
9 2 19
8 10 80
7 2 14
6 0 0
8
Hasil belajar anak dalam Siklus I SKH 2 dicantumkan dalam Tabel 3.
Tabel 3
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 2
X f fX
9 3 27
8 10 80
7 1 7
6 0 0
8,1
Hasil belajar anak dalam Siklus I SKH 3 dicantumkan dalam Tabel 4.
Tabel 4
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 3
X f fX
9 2 18
8 10 80
7 2 14
12. 6 0 0
8
Hasil belajar anak dalam Siklus I SKH 4 dicantumkan dalam Tabel 5.
Tabel 5
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 4
X f fX
9 2 18
8 11 88
7 1 7
6 0 0
8,1
Hasil belajar anak dalam Siklus I SKH 5 dicantumkan dalam Tabel 6.
Tabel 6
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 5
X f fX
9 4 36
8 9 72
7 1 7
6 0 0
8,2
Dari hasil belajar anak dalam Tabel 2-6 diketahui rata-rata nilai anak (8+8,1+8+8,1+8,2):5 =
40.4:5=8,08. nilai ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran berhasil menghantarkan anak
pada prestasi baik.
b. Deskripsi Temuan
Pelaksanaan tiap-tiap aktivitas perbaikan pembelajaran yang menjadi pusat perhatian dalam
observasi dapat dideskripsikan sebagaimana di bawah ini :
1. Menggambar suasana pagi hari
Anak-anak dapat mengambarkan suasana pagi yang ada disekitar TK ke dalam kertas.
Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8, anak dapat menggambar sekaligus mewarnai
gambar sesuai dengan keinginan. Anak mampu menuangkan suasana pagi hari ke dalam kertas
gambar. Gambar anak-anak bagus, variatif, dan ekspresif.
2. Menggambar matahari
Dalam SKH 2 ini nilai rata-rata kelas 8,1 dalam menggambar matahari. Gambar matahari sangat
variatif ada yang memberi warna merah, kuning, dan putih. Ada yang besar dan kecil ada pula
13. yang menggambar 2 matahari.
3. Menggambar suasana siang hari
Anak-anak dapat mengambar suasana siang hari yang ada disekitar pasar ke dalam kertas.
Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8, anak dapat menggambar sekaligus mewarnai
gambar sesuai dengan keinginan anak. Anak mampu menuangkan suasana siang di pasar sesuai
dengan keinginan anak. Gambar anak-anak bagus, variatif, dan ekspresif.
4. Menggambar suasana di sawah
Anak-anak dapat mengambar suasana di sawah yang ada di depan TK ke dalam kertas.
Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8,1 dan anak dapat menggambar sekaligus mewarnai
gambar sesuai dengan keinginan anak. Gambar anak-anak bagus, variatif, dan ekspresif.
5. Menggambar buah apel
Dalam menggambar buah apel anak-anak lebih variatif. Kreatifitas anak-anak benar-benar
muncul, mereka menggambar bermacam-macam apel dari 2 buah apel yang dilihat oleh anak-
anak. Ada apel merah, apel hijau, dan penggabungan dari dua apel. Kemampuan menggambar
anak pada kegiatan ini baik nilai rata-rata anak 8,2.
2. Siklus II
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan baik,
dengan nilai rata-rata 4,2 (dalam skala 1-5) dan prestasi belajar siswa baik dengan nilai rata-rata
8,2 pada SKH 1, nilai rata-rata 8,2 pada SKH 2, nilai rata-rata 8,2 pada SKH 3, nilai rata-rata 8,3
pada SKH 4, dan nilai rata-rata 8,4 pada SKH 5.
a. Hasil Pengolahan Data
Pada SKH 1 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar bunga
matahari. Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman rumah Pak Tarto, kemudian anak-anak
mengamati bunga matahari di halaman rumah Pak Tarto. Dilanjutkan dengan kegiatan
menggambar bunga tersebut. Kegiatan menggambar dilaksanakan di halaman rumah. Selama
kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 2 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar donat. Guru
memperlihatkan donat dan anak-anak mengamati bentuk donat tersebut. Dilanjutkan dengan
kegiatan menggambar donat. Kegiatan menggambar dilaksanakan di kelas. Selama kegiatan guru
menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 3 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar pohon
cemara. Anak-anak diminta mengikuti guru ke kebun Pak Kardi, kemudian anak-anak
mengamati pohon cemara. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar pohon cemara. Kegiatan
menggambar dilaksanakan di kebun. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan
anak.
Pada SKH 4 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar televisi.
Anak-anak diminta mengikuti guru ke rumah Bu Wati, kemudian anak-anak mengamati televisi.
Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar televisi. Kegiatan menggambar dilaksanakan di ruang
tengah rumah Bu Wati. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 5 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar suasana di
sawah. Guru mengajak anak ke sawah. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar suasana di
sawah. Kegiatan menggambar dilaksanakan di dekat sawah. Selama kegiatan guru menunggui
dan mengamati kegiatan anak.
Di bawah ini kualitas pelaksanaaan aktivitas perbaikan pembelajaran menggambar dengan
pendekatan contexstual learning pada siklus II di kelompok B TK Melati.
14. Tabel 7
Prestasi Belajar Anak Dalam Menggambar Dengan Pendekatan Contextual Learning
No. Variabel
( Aktivitas – aktivitas Perbaikan Pembelajaran ) Nilai
1 2 3 4 5
1. Menggambar bunga matahari V
2. Menggambar roti donat V
3. Menggambar pohon cemara V
4. Menggambar televisi V
5. Mengambar suasana di sawah V
Jumlah 4 1
Nilai rata - rata 4,2
Keterangan :
1 = kurang sekali
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = baik sekali
Hasil belajar anak dalam perbaikan pembelajaran menggambar di kelompok B TK Melati Desa
Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang siklus 2 dicantumkan di bawah ini. Hasil
belajar anak dalam Siklus 2 SKH 1 dicantumkan dalam Tabel 8.
Tabel 8
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 1
X f fX
9 4 36
8 9 72
7 1 7
6 0 0
8,2
Hasil belajar anak dalam Siklus 2 SKH 2 dicantumkan dalam Tabel 9.
Tabel 9
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 2
X f fX
15. 9 4 36
8 9 72
7 1 7
6 0 0
8,2
Hasil belajar anak dalam Siklus 2 SKH 3 dicantumkan dalam Tabel 10.
Tabel 10
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 3
X f fX
9 4 36
8 9 72
7 1 7
6 0 0
8,2
Hasil belajar anak dalam Siklus 2 SKH 4 dicantumkan dalam Tabel 11.
Tabel 11
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 4
X f fX
9 4 36
8 10 80
7 0 0
6 0 0
8,3
Hasil belajar anak dalam Siklus 2 SKH 5 dicantumkan dalam Tabel 12.
Tabel 12
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 5
X f fX
9 5 45
8 9 72
7 0 0
6 0 0
8,4
16. Dari hasil belajar anak dalam Tabel 8-12 diketahui rata-rata nilai anak (8,2+8,2+8,2+8,3+8,2):5
= 41,3:5=8,26. nilai ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran berhasil menghantarkan
anak pada prestasi baik.
b. Deskripsi Temuan
Pelaksanaan tiap-tiap aktivitas perbaikan pembelajaran yang menjadi pusat perhatian dalam
observasi dapat dideskripsikan sebagaimana di bawah ini :
1. Menggambar bunga matahari
Anak-anak dapat mengambar bunga matahari ke dalam kertas. Kemampuan anak baik nilai rata-
rata 8,2 dan anak dapat menggambar sekaligus mewarnai gambar sesuai dengan keinginan anak.
Gambar anak-anak bagus, variatif, dan ekspresif.
2. Menggambar roti donat
Dalam SKH 2 ini rata-rata kelas 8,2 dalam menggambar donat. Gambar sangat variatif ada yang
memberi warna merah, kuning, dan putih. Ada yang besar dan kecil ada pula yang menggambar
2 buah donat.
3. Menggambar suasana pohon cemara
Anak-anak dapat mengambar pohon cemara. Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8,2 dan
anak dapat menggambar sekaligus mewarnai gambar sesuai dengan keinginan anak. Gambar
anak-anak bagus, variatif, dan ekspresif.
4. Menggambar televisi
Anak-anak dapat mengambar televisi. Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8,3 dan anak
dapat menggambar sekaligus mewarnai gambar sesuai dengan keinginan. Gambar anak-anak
bagus, variatif, dan ekspresif.
5. Menggambar suasana di sawah
Dalam menggambar buah apel anak-anak lebih variatif. Kreatifitas anak-anak benar-benar
muncul, mereka menggambar bermacam-macam kegiatan yang ada disawah. Kemampuan
menggambar anak pada kegiatan ini baik nilai rata-rata anak 8,4.
B. Pembahasan Dari Setiap Siklus
Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan hasil tugas anak yang ditemukan
dalam penelitian di kelompok B TK Melati Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten
Batang, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu
prestasi belajar anak juga meningkat. Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik, dengan
nilai 4 (skala 1-5) pada siklus I dan meningkat lebih baik lagi dengan nilai 4,2 (skala 1-5) pada
siklus II. Prestasi belajar anak meningkat dari kurang (nilai 5) sebelum perbaikan pembelajaran,
menjadi baik (nilai 8,08) pada perbaikan siklus I dan lebih baik lagi (nilai 8,26) pada siklus II.
Tiap siklus dalam pelaksanaan perbaikan selalu menunjukkan hasil yang baik, di bawah ini
grafik rata-rata nilai anak yang menunjukkan peningkatan kreatifitas anak dalam menggambar
melalui pendekatan contexstual learning.
Gambar 1. Grafik peningkatan kreativitas anak dalam menggambar
Dengan memberikan pengalaman secara langsung kepada anak dengan mengenalkan konteks asli
17. dari suatu benda, anak-anak membangun sendiri dunianya. Guru bukan merupakan sumber
utama pengetahuan namun sebagai fasilitator dalam proses belajar (Depdiknas, 2006).
BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian yang dibeberkan di muka, dapat disimpulkan bahwa perbaikan
pembelajaran menggambar dengan pendekatan contextual learning di kelompok B TK Melati
Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang berjalan dengan baik dan karenanya
kreativitas anak dalam menggambar meningkat. Secara rinci :
1. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan baik, dengan nilai 4 (dalam skala 1-5)
pada siklus I, meningkat menjadi lebih baik lagi dengan nilai 4,2 (dalam skala 1-5) pada siklus
II.
2. Prestasi belajar anak meningkat dari kurang (nilai 5) sebelum perbaikan pembelajaran,
menjadi baik (nilai 8,08) pada perbaikan siklus I dan lebih baik lagi (nilai 8,26) pada siklus II.
3. Prestasi belajar anak meningkat melalui aktivitas-aktivitas menggambar : 1) suasana pagi hari,
matahari, 2) suasana siang hari, 3) suasana sawah, 4) apel, 5) bunga matahari, 6) roti donat, 7)
pohon cemara, 8) televisi, dan 9) suasana di sawah.
B. Saran
Bertolak dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan saran kepada rekan-
rekan guru. Dalam pembelajaran menggambar supaya kreativitas anak baik, guru hendaknya :
1. Mengajak anak melihat bentuk asli dari benda yang akan digambar.
2. Mengajak anak untuk mengamati bentuk yang akan digambar dengan seksama dan teliti.
3. Berikan kebebasan kepada anak dalam menggambar dan memilih warna.
4. Bawa anak keluar dari kelas dan biarkan mereka menggambar di tempat terbuka.
5. Bebaskan anak memilih bentuk gambar walaupun guru telah menentukan tema gambar.
Disamping itu, karena terbukti penelitian tindakan kelas (PTK) dapat meningkatkan kreativitas
menggambar anak, penulis menyarankan rekan-rekan guru mempelajari dan menerapkan PTK di
kelasnya masing-masing. Pemahaman PTK ini dapat ditempuh melalui pertemuan KKG
(Kelompok Kerja Guru).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kooperativ learning dan contextual learning dalam
pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta : Pengarang.
Derektorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. 2006. Standar Kompetensi Taman Kanak-
Kanak Dan Raudlatul Athfal. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
18. Pamadi, Hajar dan Sukardi S, Evan. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta : UT Press.
Rachmadiarti. (2002). Pendekatan kontekstual dalam Pembelajaran Di Kelas. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Santoso, Tanadi. (2009). Seni Dan Kreativitas Manusia Tiada Batas : Jakarta : Duta press.