Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2. Peneliti berniat menggunakan model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model Talking Stick dan model kon
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak
perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha
pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin
mengalami kemajuan. Tujuan pendidikan adalah upaya membangun manusia
agar dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan dan mandiri sebagai
seorang manusia seutuhnya. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang fleksibel, serta akomodatif terhadap
tantangan zaman. Manusia yang diharapkan dari hasil pendidikan yakni, mereka
yang dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya tidak saja mampu
menghadapi masalah yang dialaminya, akan tetapi secara proaktif dapat
mengendalikan diri dan lingkungannya untuk mencapai tujuan hidupnya secara
mandiri dan bertanggung jawab.
Berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak terlepas dari matematika
sebagai salah satu ilmu yang memegang peranan penting terutama dalam era
teknologi yang serba canggih sekarang ini. Dalam perkembangannya, matematika
erat kaitannya dengan pendidikan terutama dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Ruseffendi (1991: 465) mengemukakan,
“Matematika penting sebagai pembentuk sikap, oleh karena itu salah satu tugas
guru adalah mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik”. Mengingat
pentingnya matematika dalam IPTEK dan kehidupan sehari-hari pada umumnya,
1
2. 2
maka ilmu ini
perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat
terutama siswa.Tapi kenyataan ditemukan dilapangan bahwa hasil belajar
pelajaran matematika disekolah sangat rendah.hal ini disebabkan oleh banyak
faktor.
Faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa, antaralain
bersumber dari dalam diri siswa (faktor interen) maupun yang bersumber dari luar
siswa. Faktor yang bersumber dari dalam diri siswa diantaranya yaitu banyak
yang merasa takut (fobhia matematika), tidak terbiasa mengemukakan pendapat,
kurangnya kemampuan menganalisis maksud soal, serta kurangnya minat siswa
terhadap materi yang diajarkan. Kenyataan ini terungkap melalui wawancara
langsung
yang dilakukan oleh penulis terhadap salah seorang guru pengajar
matematika di SMA Negeri 2 Kota Gorontalo. Dari keterangan yang diperoleh,
bahwa hasil belajar pada matematika masih rendah, khususnya pada materi
Dimensi Tiga. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep –
konsep yang diberikan.
Selain faktor interen seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat pula
faktor dari luar diri siswa
yang merupakan pengendali utama dalam proses
pembelajaran diantaranya adalah guru yang kurang kreatif dan inovatif dalam
menggunakan model pembelajaran. Biasanya guru mengajar matematika dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional berupa metode pembelajaran
ceramah yang disertai dengan pemberian tugas. Salah satu alternatif pembelajaran
matematika yang inovatif tersebut adalah dengan menggunakan model
pembelajaran Talking Stick (Tongkat Berbicara).
3. 3
Model pembelajarn Talking Stick (Tongkat Berbicara) adalah model
pembelajaran yang dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara
(berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian. Model pembelajaran ini
dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib
menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan
SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan
suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ” Pengaruh Penggunaan model pembelajaran Talking
Stick dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa (Studi
Eksperimen pada Siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Gorontalo)”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang terungkap
dalam pembelajaran ini sebagai berikut.
1. Siswa kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan guru terutama pada mata
pelajaran matematika.
2. Proses pembelajaran yang telah berlangsung di sekolah belum mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Guru kurang kreatif dan inovatif dalam memilih model pembelajaran.
4. 4
1.3
Batasan Masalah
Dalam pembelajaran dikelas model yang digunakan adalah model
pembelajaran talking stick pada kelas eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Selain itu pula, materi dalam penelitian ini
hanya dibatasi pada kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang dan jarak
antara dua titik, jarak dari titik ke garis dan dari titik ke bidang dalam ruang
dimensi tiga.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkapkan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian in adalah ”Apakah hasil belajar siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran talking stick lebih tinggi
daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional ?”.
1.5
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Talking Stick dan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional.
1.6
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
5. 5
1. Bagi guru, sebagai bahan konstribusi untuk meningkatkan pembelajaran
matematika sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun
guru dapat diatasi dengan baik
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajarnya.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam rangka perbaikan pembelajaran.
4. Bagi penulis, sebagai wahana memperoleh pengalaman dan latihan serta
menambah wawasan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika di
sekolah
6. 6
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Teori
2.1.1 Model Pembelajaran Talking Stick
Talking Stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif.
menurut Kauchack dan Eggen dalam Azizah (1998), pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara
kolaboratif dalam mencapai tujuan. Kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah
mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik
betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru
hanya bertindak sebagai fasilitator.
Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran
dengan bantuan tongkat, siswa yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib
menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya,
selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok
mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Adapun kelebihan model
pembelajaran Talking Stick adalah menguji kesiapan siswa, melatih membaca dan
memahami dengan cepat, agar lebih giat dalam belajar. Sedangkan kekurangannya
model pembelajaran talking stick adalah membuat siswa senam jantung.
Suprijono (2010: 109) menyatakan bahwa model pembelajaran talking
stick adalah model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berani
mengungkapkan pendapat. Model pembelajaran Talking Stick ( Tongkat
7. 7
Berbicara) adalah model pembelajaran yang dipakai sebagai tanda seseorang
mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran. Model ini
dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib
menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Menurut Suherman (2006: 84) sintaks model pembelajaran talking stick
adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan tongkat.
2. Guru menyajikan materi pokok.
3. Siswa menbaca materi lengkap pada wacana.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa
yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru.
5. Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi
dan seterusnya.
6. Guru membimbing siswa.
7.
Guru dan siswa menarik kesimpulan
8. Guru melakukan refleksi proses pembelajaran, dan
9. Siswa diberikan evaluasi.
Berdasarkan pembahasan diatas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran talking stick adalah model pembelajaran yang bisa
mendorong siswa untuk mandiri, mendorong siswa untuk mengungkapkan
pendapat dan dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab.
8. 8
2.1.2 Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2009: 200) memberi pengertian tentang hasil
belajar yaitu, mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut
kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol. Uraian di
atas menunjukkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai perolehan siswa
setelah menjalani kegiatan belajar, namun dapat juga diartikan sebagai prestasi
yang dihadapi, dilaksanakan maupun dikerjakan, yang ditandai dengan skala nilai.
Sudjana (2005: 22) mendefenisikan bahwa “ Hasil belajar adalah
kemampuan-kamampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami
pengalaman belajar “. Selanjutnya Uno (2004: 265) mengemukakan bahwa hasil
belajar sebagai perubahan kapabilitas ( kemampuan tertentu ) sebagai akibat dari
belajar. Jadi, hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
setelah ia melakukan proses belajar.
Menurut Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan
menurut Howard Kingsley (Sudjana, 2005: 22) membagi tiga macam hasil belajar,
yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap
dan cita-cita. Masing-masing hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum.
Benyamin Bloom ( dalam Uno, 2008: 35-36) menyatakan bahwa hasil
belajar yang dicapai oleh siswa dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kawasan,
9. 9
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Menurut pendapat ini aspek kognitif
berkaitan dengan perilaku berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ada
enam tingkatan aspek kognitif yang bergerak dari yang sederhana sampai yang
kompleks: (1) pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat materi
pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya; (2) pemahaman (comprehension,,
understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan, atau meringkas; (3) penerapan
(application), yaitu kemampuan menafsirkan atau menggunakan materi pelajaran
yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau konkret; (4) analisis (analysis),
yaitu kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponenkomponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti; (5) sintesis
(synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu
keseluruhan; (6) evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan menggunakan
pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria
tertentu.
Aspek afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan
menyesuaian perasaan sosial. Aspek ini mempunyai lima tingkatan dari yang
sederhana ke yang kompleks : (1) penerimaan (receiving), merupakan kepekaan
menerima rangsangan (stimulus) baik berupa situasi maupun gejala; (2)
penanggapan (responding), berkaitan dengan reaksi yang diberikan seseorang
terhadap stimulus yang datang; (3) penilaian (valuing), berkaitan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang datang; (4) organisasi
(organization), yaitu penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda
berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang lebih tinggi; (5) karakteristik nilai
10. 10
(characterization by a value complex), merupakan keterpaduan semua system
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.
Aspek psikomotor berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual
dan motorik. Aspek ini meliputi: (1) persepsi (perception), berkaitan dengan
penggunaan indra dalam melakukan kegiatan; (2) kesiapan melakukan pekerjaan
(set), berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan baik secara mental,
fisik, maupun emosional; (3) mekanisme (mechanism), berkaitan dengan
penampilan respons yang sudah dipelajari; (4) respon terbimbing (guided
respons), yaitu mengikuti atau mengulangi perbuatan yang diperintahkan oleh
orang lain; (5) kemahiran (complex overt respons), berkaitan dengan gerakan
motorik yang terampil; (6) adaptasi (adaptation), berkaitan dengan keterampilan
yang sudah berkembang di dalam diri individu sehingga yang bersangkutan
mampu memodifikasi pola gerakannya; (7) keaslian (origination), merupakan
kemampuan menciptakan pola gerakan baru sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Berdasarkan definisi-difinisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan dalam diri seseorang
setelah ia melakukan proses belajar.
2.1.3 Model Pembelajaran konvensional
Menurut Djamarah (2002) model pembelajaran konvensional adalah
model pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena
sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara
guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam
11. 11
pembelajaran sejarah modl pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah
yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Selanjutnya menurut Roestiyah N.K. (2001: 136) cara mengajar yang
paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara
mengajar dengan ceramah. Sejak dulu guru dalam usaha menularkan
pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Pembelajaran
konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para
guru. Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan
tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan
kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan
pengajaran berpusat pada guru
Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang hanya
berpusat kepada guru, dan siswa hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh
guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang,
sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna
karena lebih banyak hapalan.
2.1.4 Tinjauan Materi Dimensi Tiga
1.
Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang
a. Kedudukan Titik terhadap Garis
Sebuah titik dikatakan terletak pada sebuah garis jika titik itu dapat
dilalui garis, dan sebuah titik terletak diluar garis jika titik itu tidak dapat
dilalui garis (Wirodikromo, 2007 : 271). Perhatikan gambar.
12. 12
M
N
l
Titik M terletak pada garis l karena garis l melalui titik M. Titik N
terletak diluar garis l karena garis l tidak melalui titik N.
b. Kedudukan Titik terhadap Bidang
Sebuah titik dikatakan terletak pada sebuah bidang jika titik itu
dapat dilalui bidang dan sebuah titik dikatakan terletak diluar bidang jika
titik itu tidak dapat dilalui bidang (Wirodikromo, 2007 : 271) Perhatikan
gambar berikut.
F
G
I
D
C
H
E
A
B
Titik A, B, C, D, dan H terletak pada bidang ABCD. Titik E, F, G, dan I
terletak di luar bidang ABCD.
c. Kedudukan Garis terhadap Garis
-
Dua garis dikatakan berpotongan jika dua garis itu mempunyai satu
titik persekutuan. Titik persekutuan itu disebut titik potong. Pada
13. 13
gambar di bawah ini garis g dan h berpotongan di titik A
(Abdurrahman, 2007 : 153).
A
-
Dua garis dikatakan sejajar jika dua garis itu sebidang dan tidak
mempunyai tiik persekutuan. Pada gambar dibawah ini, garis g dan
garis h sejajar (Abdurrahman, 2007 : 153).
-
Dua buah garis dikatakan bersilangan jika dua garis itu tidak sebidang
atau melalui kedua garis itu tidak dapat dibuat sebuah bidang datar
(Abdurrahman, 2007 : 153). Seperti terlihat pada gambar.
14. 14
d. Kedudukan Garis terhadap Bidang
-
Sebuah garis dikatakan terletak pada bidang jika setiap titik pada garis
terletak juga pada bidang (Abdurrahman, 2007 : 154).
-
Sebuah garis dikatakan memotong (menembus) bidang jika garis dan
bidang mempunyai satu titik persekutuan dan titik itu disebut titik
potong atau titik tembus (Abdurrahman, 2007 : 154).
-
Sebuah garis dikatakan sejajar bidang jika garis dan bidang tidak
mempunyai titik persekutuan (Abdurrahman, 2007 : 154).
15. 15
e. Kedudukan Bidang terhadap Bidang
-
Dua buah bidang dikatakan sejajar jika kedua bidang itu tidak
mempunyai satu pun titik persekutuan (Wirodikromo, 2007 : 279).
B
A
w
v
-
Dua buah bidang dikatakan berpotongan jika kedua bidang itu tepat
memiliki sebuah garis persekutuan (Wirodikromo, 2007 : 279).
2. Jarak dalam Ruang
a. Jarak antara Dua Buah Titik
Jarak antar dua titik ditentukan oleh panjang ruas garis yang
menghubungkan
kedua
Perhatikan gambar berikut.
titik
tersebut
(Abdurrahman,
2007:163).
16. 16
B
A
AB = jarak titik A ke titik B
b. Jarak antara Titik dengan Garis
Jarak titik P ke garis g adalah panjang garis tegak lurus titik P ke
garis g atau panjang garis lurus dari titik P ke titik proyeksinya pada garis
g (Abdurrahman, 2007 : 163). Pada gambar dibawah, jarak titik P
ke garis g panjang garis PP’.
P
g
P’
Cara mencari jarak titik ke garis , kita gunakan rumus trigonometri pada
segitiga yang dibentuk oleh titik yang diproyeksikan dan dua titik lain
pada garis.
c. Jarak antara Titik dengan Bidang
Jarak antara titik P ke bidang v adalah panjang garis tegak lurus
dari titik P ke bidang v (Abdurrahman, 2007 : 163). Perhatikan gambar
dibawah ini.
17. 17
p
g
l
v
P’
h
l
Titik P terletak diluar bidang v. Dari titik P ditarik garis l tegak lurus
terhadap bidang v dan memotong bidang v di titik P’. Titik P’ merupakan
proyeksi titik P pada bidang v. Panjang ruas garis PP’ adalah jarak titik P
pada bidang v.
2.1.5 Implementasi Pembelajaran Dimensi Tiga Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Talking Stick.
Adapun implementasi pembelajaran dimensi tiga dengan menggunakan
model pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut :
a.
Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah:
1. Merumuskan tujuan instruksional
2. Membuat slide (powerpoint) untuk materi dimensi tiga.
3. Menyiapkan tongkat berukuran kecil.
4. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
18. 18
b.
Kegiatan Tatap Muka
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Kegiatan Awal:
Pendahuluan
- Menyampaikan standar kopetensi, kopetensi - Menyimak penjelasan guru
dasar, dan indikator pembelajaran.
Apersepsi
- Mengingatkan kembali tentang macammacam bangun ruang dan unsur-unsurnya. - Menyimak dan
Kemudian mengingatkan kembali tentang
menjawab pertanyaan guru
teorema phytagoras yang nantinya akan
tentang materi bangun ruang
digunakan dalam mencari jarak pada
dan phytagoras yang telah di
dimensi tiga.
peroleh sebelumnya
Kegiatan Inti :
- Guru menyajikan materi pokok yang akan - Siswa mendengar dan
dipelajari.
menyimak penjelasan guru.
- Guru memberikan kesempatan siswa untuk - Siswa membaca kembali
menanyakan apa yang belum dipahami.
materi yang sudah diajarkan
- Guru memberikan intruksi kepada siswa
tadi.
untuk menyimpan buku yang berhubungan - Siswa menutup buku yang
dengan materi yang sudah dipelajari tadi.
berhubungan dengan materi
- Guru memulai proses talking stick.
yang diajarkan tadi.
- siswa yang terakhir memegang
tongkat dia menjawab
pertanyaan dari guru.
- Kemudian dilanjutkan dengan
siswa yang lainnya.
Kegiatan Penutup:
- Guru memberikan kesimpulan
- Siswa menyimak kesimpulan
- Guru memberikan pekerjaan rumah
yang diberikan.
kepada siswa
- Siswa menulis pekerjaan
rumah yang diberikan guru.
2.2
Kerangka Berpikir
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami
interaksi proses pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika khususnya pada
materi dimensi tiga hasil belajar siswa masih rendah. Salah satu faktor penyebab
rendahnya hasil belajar ini adalah kurangnya kemampuan guru dalam berkreasi
19. 19
dan berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran. Sehingga diperlukan
kreatifitas dari guru tersebut dalam mengelola pembelajaran. Tapi anehnya guru
tersebut kurang memanfaatkan model pembelajaran yang ada sekarang, mereka
hanya mengandalkan pembelajaran yang berbau konvensioal. Padahal banyak
sekali cara untuk menaikan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan
menggunakan model pembelajaran talking stick.
Dengan
memperhatikan
keunggulan
yang
terdapat
dalam
model
pembelajaran talking stick, maka dapat diasumsikan bahwa hasil belajar siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran talking stick lebih tinggi
dari hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
2.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran talking stick lebih tinggi daripada
hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional ”.
20. 20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo pada semester
genap tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini berlangsung selama
4 bulan
(April, Mei, Juni, Juli) mulai dari persiapan hingga pelaksanaan penelitian dan
penyusunan laporan.
3.2 Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan menggunakan Posttest-Only Control Group Design (Sugiono,
2009 : 112).
Posttest-Only Control Group Design dapat di gambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Posttest-Only Control Group Design
Kelas
Perlakuan
Post Test
Kelas Eksperimen
X1
O
Kelas Kontrol
X2
O
Keterangan :
X1 : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking stick.
X2 : adalah pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran talking stick.
O : adalah tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
21. 21
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sugiono (2007 : 3) adalah suatu atribut, sifat,
atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah :
3.3.1 Variabel Bebas
Menurut Sugiono (2007 : 4) variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel
dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah perlakuan.
Untuk kelas eksperimen pembelajarannya diberikan perlakuan penerapan model
pembelajaran talking stick dalam pembelajaran dan kelas kontrol diberikan
perlakuan berupa model pembelajaran konvensional.
3.3.2 Variabel Terikat
Menurut Sugiono (2007 : 4) variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi Dimensi Tiga
untuk siswa kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo.
3.4 Populasi Dan Sampel
3.4.1 Populasi
Menurut Sugiono (2010: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
22. 22
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2
Gorontalo, yang tersebar di sepuluh kelas dengan kemampuan yang homogen
dengan jumlah rata – rata setiap kelas terdiri atas 30 – 32 orang. Total populasi
berjumlah 315 orang.
Tabel 3.2 Sebaran Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo
Kelas
Jumlah Siswa
X.1
32
X.2
32
X.3
30
X.4
31
X.5
32
X.6
32
X.7
31
X.8
31
X.9
32
X.10
32
Total
315
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang
sama dari obyek yang merupakan sumber data. Sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini terdiri dari dua kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan secara Simple Random Sampling. Simple Random Sampling adalah
tehnik pengambilan sampel sederhana dari anggota populasi dengan cara acak.
23. 23
Sesuai dengan teknik sampel ini, maka peneliti melakukan pengambilan
sampel dengan cara mengundi dua dari sepuluh kelas yang akan dijadikan sebagai
sampel. Dari hasil undian diperoleh kelas X.1 dan X.10 sebagai sampel dari
penelitian ini. Dari dua kelas ini dipilih lagi secara random kelas yang akan diajar
dengan menggunakan model pembelajaran talking stick dan kelas yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil random, kelas X.10 terpilih sebagai kelas eksperimen yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran talking stick sedangkan kelas X.1
sebagai kelas kontrol yang tidak diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.5.1
Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi Dimensi Tiga. Sumber
data tersebut adalah seluruh siswa yang menjadi sampel. Data hasil belajar
diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar sesudah
pembelajaran (post test).
Sebelum instrument ini digunakan maka diteliti dulu kualitasnya
melalui uji coba. Kualitas instrumen ditunjukan oleh kesahihan (validitas) dan
keterandalannya (reliabilitas) dalam mengungkapkan apa yang di ukur. Untuk
mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan maka perlu dilakukan uji
kelayakan instrumen tes sebagai berikut :
24. 24
1)
Validitas Butir Instrumen
Validitas butir dihitung dengan cara mengkorelasikan skor butir dengan
skor total (item-total correlation). Untuk melihat validitas butir tes hasil belajar
matematika menggunakan rumus korelasi Product moment. Untuk validitas
menggunakan rumus seperti di bawah ini.
(Arikunto,2006 :170)
Dimana:
= koefisien korelasi product moment
= Jumlah skor untuk setiap item
= Jumlah skor total untu keseluruhan item
= Jumlah responden
2) Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu instrumen
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Adapun rumus
yang digunakan adalah rumus Alpha yaitu :
(Arikunto, 2006 : 196)
25. 25
Dimana :
r11
: reliabilitas tes
k
: banyaknya soal
: jumlah varians skor tiap-tiap item
: varians total
3.5.2
Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yakni instrumen untuk
mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, khususnya pada
materi Dimensi Tiga. Instrumen yang dimaksud adalah tes hasil belajar dalam
bentuk essay. Instrumen pengukuran hasil belajar disusun berdasarkan kompetensi
dasar yang diukur dan dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi soal yang memuat
indikator, yang meliputi kemampuan menentukan kedudukan titik, garis dan
bidang dalam ruang dimensi tiga, dan kemampuan menghitung jarak antara dua
buah titik, jarak antara titik dengan garis dan jarak antara titik dengan bidang.
Selengkapnya penyusunan instrumen setiap variabel dapat dijelaskan
dibawah ini.
a. Definisi Konseptual
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami
interaksi proses pembelajaran. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses
interaksi pembelajaran mata pelajaran matematika yang dijaring dengan tes hasil
belajar.
26. 26
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan yang mengakibatkan
perubahan tingkah laku pada diri inidividu. Perubahan tingkah laku dapat
diperhatikan dalam bentuk tampilan reaksi, sikap, perbuatan, keterampilan dan
pengetahuan. Hasil belajar matematika merupakan suatu kemampuan atau
perubahan tingkah laku individu sebagai akibat dari pengalaman belajarnya
berinteraksi dengan lingkungannya. Secara konseptual bahwa yang dimaksud
dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah perolehan hasil
kegiatan belajar matematika yang mengakibatkan perubahan kognitif dalam diri
individu dengan indikator pengetahuan , pemahaman, dan aplikasi atau aspek
kognitif C1 sampai C3 dalam taksonomi Bloom. Indikator hasil belajar dalam
penelitian ini adalah menentukan kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang
dimensi tiga, dan kemampuan menghitung jarak antara dua buah titik, jarak antara
titik dengan garis dan jarak antara titik dengan bidang.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar matematika adalah skor kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah mengalami proses interaksi pembelajaran matematika yang dapat diukur
menggunakan tes hasil belajar pada materi Dimensi Tiga dengan indikator
kemampuan menentukan kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang dimensi
tiga, dan kemampuan menghitung jarak antara dua buah titik, jarak antara titik
dengan garis dan jarak antara titik dengan bidang.
c. Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika
Soal diambil dari materi Dimensi Tiga
27. 27
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi dasar
: 6.1 Menentukan kedudukan titik, garis dan bidang
dalam ruang dimensi tiga.
6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik
ke bidang dalam ruang dimensi tiga
No.
Indikator
Aspek
No
Soal
C1
1.
Menentukan kedudukan antara titik dengan garis.
1
Menentukan kedudukan antara dua garis.
2
√
3
C3
√
2.
C2
√
3.
4.
Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam
ruang.
Menghitung jarak antara dua buah titik dalam
ruang.
4
√
√
5.
Menghitung jarak antara titik dengan garis.
5
6.
Melukis proyeksi titik ke bidang
6a
7.
Menghitung jarak antara titik dengan bidang.
6b
√
d. Kalibrasi Instrumen Hasil Belajar Matematika
Tes hasil belajar matematika dalam proses pengembangannya diawali
dengan menyusun kisi-kisi dilanjutkan dengan penyusunan butir soal yang
berjumlah 6 butir soal. Tes hasil belajar matematika berisi materi kelas X tentang
menentukan kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang dimensi tiga, dan
√
28. 28
kemampuan menghitung jarak antara dua buah titik, jarak antara titik dengan garis
dan jarak antara titik dengan bidang. Sebelum instrumen ini digunakan, peneliti
mengkonsultasikan tes yang telah dibuat kepada tiga orang yang dianggap
kompeten
untuk
mendapatkan
penilaian
yang
profesional
(professional
judgement). Penilaian professional tersebut diberikan oleh Bapak Drs. Madjid,
M.Pd, Bapak Musrin Ibrahim, S.Pd, M.Pd dan Ibu Dra. Kartin Usman, M.Pd.
Dengan langkah ini diharapkan validitas isi (content validity) tes menjadi baik.
Langkah berikutnya, melaksanakan uji coba tes. Pelaksanaan uji coba
dilakukan kepada 30 orang siswa kelas X.6 yang tidak menjadi kelas perlakuan.
Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas butir (item validity).
1. Validitas Butir Instrumen
Validitas butir dihitung dengan cara mengkorelasikan skor butir dengan
skor total (item-total correlation). Untuk melihat validitas butir tes hasil belajar
matematika menggunakan rumus korelasi Product moment. Untuk validitas
menggunakan rumus seperti di bawah ini.
(Arikunto,2006 :170)
Dimana:
= koefisien korelasi product moment
= Jumlah skor untuk setiap item
29. 29
= Jumlah skor total untu keseluruhan item
= Jumlah responden
Dengan taraf nyata
dan n = 30 serta dengan kriteria interval
kepercayaan 95% maka harga
. Dengan
membandingkan harga rtabel dengan harga rhitung dari setiap item soal, diperoleh
bahwa rtabel< rhitung sehingga layak digunakan untuk instrumen penelitian pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Koefisien validasi tersebut disajikan pada
tabel 3.3 dan hasil perhitungan disajikan pada lampiran 11 .
Tabel 3.3 Koefisien Validasi dan Status Validasi
Koefisien Validasi
No.
Status
rhitung
rtabel
1
0,5368
0,361
Valid
2
0,4152
0,361
Valid
3
0,7365
0,361
Valid
4
0,7086
0,361
Valid
5
0,8567
0,361
Valid
6
0,8855
0,361
Valid
2. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan suatu instrumen
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Adapun rumus
yang digunakan adalah rumus Alpha yaitu :
30. 30
(Arikunto, 2006 : 196)
Dimana :
r11
: reliabilitas tes
k
: banyaknya soal
: jumlah varians skor tiap-tiap item
: varians total
Sedangkan untuk mencari varians total dan varians butir menggunakan
rumus varians sebagai berikut. (Arikunto, 2002 : 160)
X
(
2
X)
2
Y
n
2
b
σt
n
(
2
Y)
2
n
2
n
Keterangan :
X : Butir Soal
Y : Total Butir Soal
Reliabilitas instrumen dinyatakan dengan koefisien
dengan rentang
nilai sebagai berikut:
Tabel 3.4 Klasifikasi Derajat Reliabilitas
Nilai
0 < r < 0,20
Interpretasi
derajat r sangat rendah
0,21 < r < 0,40
derajat r rendah
0,41 < r < 0,60
derajat r sedang
0,61 < r < 0,80
derajat r tinggi
0,81 < r < 1,00
derajat r sangat tinggi (sempurna)
31. 31
Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 12) diperoleh reliabilitas tes
sebesar 0,79 dengan derajat reliabilitas tinggi. Berikut adalah rekapitulasi
pengujian reliabilitas tes hasil nbelajar :
Tabel 3.5 Rekapitulasi Pengujian Reliabilitas Tes Hasil Belajar
∑X2
σb 2 =
X1
1008
896,533
3,7155
X2
908
874,8
1,1066
X3
1668
1584,133
2,7955
X4
6508
6394,8
3,7733
X5
9457
9328,033
4,2989
X6
16697
16473,633
7,4455
∑σb2
23,1353
68,4266
σt 2 =
0,79
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
bagian, yaitu analisis data deskriptif dan analisis data inferensial. Menurut
Sugiyono
(2009:
207),
tujuan
dari
statistik
deskriptif
adalah
untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
32. 32
adanya, tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Sedangkan
analisis data inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Menurut
Sugiyono (2009: 209), statistic inferensial adalah teknik statistic yang digunakan
untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi,
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Syarat uji t adalah
kedua kelompok harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai varians yang homogen. Oleh sebab itu sebelum melakukan uji t perlu
analisis normalitas dan homoginitas sebagai berikut:
3.6.1 Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
peneliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang
digunakan adalah uji lilefors (Sudjana, 2002: 466) dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Pengamatan X1,X2,…..¸Xn dijadikan bilangan baku Z1 ,Z2, ….,Zn dengan
Xi
menggunakan rumus Z 1
X
s
Dimana :
X = rata-rata sampel yang diperoleh dengan rumus
X
Xi
n
S = standar deviasi yang diperoleh dengan rumus
S
2
(X i
n
X)
1
2
33. 33
2. Untuk bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F Z i
P Z
Zi
3. Menghitung profosi Z 1 , Z 2 ,......., Z n yang lebih kecil atau sama dengan Z i
Jika proporsi ini dinyatakan oleh S( Z i ), maka
S (Z i )
Banyaknya
Z 1 , Z 2 ,..., Z n yang
Zi
n
4. Mengitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5. Mengambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.
3.6.2 Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians bertujuan untuk menguji kesamaan ratarata dari beberapa varians. Karena dalam penelitian ini hanya menggunakan dua
kelas maka rumus yang digunakan adalah uji kesamaan dua varians. Langkahlangkah pengujian kesamaan dua varians (Sudjana, 2002: 249) adalah sebagai
berikut :
Akan diuji mengenai uji dua pihak untuk pasangan hipotesis nol Ho dan
tandingannya H1:
2
Ho
:
1
H1
:
=
1
2
2
2
2
2
Jika sampel dari populasi kesatu berukuran n1 dengan varians s12
dan sampel dari populasi kedua berukuran n2 dengan varians s 22 maka untuk
menguji hipotesis di atas digunakan statistik.
34. 34
2
F =
s1
2
s2
Kriteria
F1
n1 1
F
F1
2
pengujian
n1 1 . n 2 1
adalah
. Untuk taraf nyata
daftar distribusi F dengan peluang
terima
hipotesis
, dimana F
m ,n
Ho
jika
didapat dari
, dk pembilang = n dan dk penyebut = n.
Dalam hal lainnya Ho ditolak.
Statistik lain yang digunakan untuk menguji hipotesis Ho di muka juga
adalah:
F =
Varians terbesar
Varians terkecil
Tolak Ho jika F
F(
)( V1 .V 2 )
F(
)( V1 .V 2 )
dan terima Ho jika F
didapat daftar distribusi F dengan peluang
F(
)( V1 .V 2 )
. Dengan
, sedangkan derajat
kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut.
3.6.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji kesamaan
dua rata-rata. Pengujian dimaksudkan untuk melihat apakah sampel kelas
eksperimen dan kelas kontrol memperlihatkan hasil yang berbeda. Statistik
hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:
H0:
Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran talking stick sama dengan hasil belajar siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
35. 35
H1:
Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran talking stick lebih tinggi dibanding dengan hasil
belajar
siswa
yang
diajar
dengan
menggunakan
model
pembelajaran konvensional.
Jika kedua kelompok yang diperbandingkan pada hipotesis diatas telah
diuji dan hasilnya kedua kelompok tersebut berdistribusi normal dan mempunyai
varians yang homogen, maka langkah selanjutnya yakni melakukan uji t dengan
menggunakan rumus :
t
x1
S1
2
n1
x2
S2
(Sudjana, 2002: 239)
2
n2
Keterangan :
t
= Nilai hitung untuk uji t
x1
= Nilai rata-rata kelas ekperimen
x2
= Nilai rata-rata kelas kontrol
n1
= Jumlah anggota sampel kelas eksperimen
n2
= Jumlah anggota sampel kelas kontrol
S1
S2
Langkah
2
= Standar deviasi kelas eksperimen
2
= Standar deviasi kelas kontrol
selanjutnya
adalah
menentukan
daerah
penolakan
penerimaan hipotesis dengan kriteria pengujian : Terima H0 jika : t
dengan dk = (n1 + n2 - 2), pada taraf signifikasi
mempunyai harga lain.
tabel
>t
dan
hitung
= 0,05, dan tolak H0 jika t
36. 36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Data Penelitian
Data hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di jaring melalui
tes bentuk essei yang tersebar kedalam 6 butir soal. Secara teoritik skor minimum
yang dicapai adalah 0 dan skor maksimum adalah 100. Berdasarkan rentang skor
dari 0 sampai dengan 100. Data hasil belajar tersebut kemudian dideskripsikan
dalam bentuk rata-rata atau Mean (M), Median (Me), Modus (Mo), Standar
Deviasi (St Dev), distribusi frekuensi. Data hasil penelitian ini disajikan dalam
dua kelompok, yaitu:
a. Data
hasil
belajar
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran
dengan
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran talking stick.
b. Data
hasil
belajar
siswa
yang
mengikuti
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Secara umum, deskripsi data hasil belajar matematika siswa kedua
kelompok dapat disajikan pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data/
Sumber
Kelas
Eskperimen
Kelas
Kontrol
n
Skor
Min
Skor
Max
Mean
Modus
(Mo)
Median
(Me)
St. Dev.
(S)
Varians
(S2)
27
55
90
70,61
70,1
63
7,49
56,10
27
45
86
65,89
62,5
58,06
9,59
91,95
37. 37
4.1.2 Hasil Uji Persyaratan Analisis
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab III, bahwa analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji t satu pihak. Sebagai persyaratan
dari penggunaan analisis ini, adalah pengujian normalitas dan pengujian
homogenitas data. Lebih jelasnya pengujian-pengujian tersebut dapat diuraikan di
bawah ini.
1.
Uji Normalitas Data
Dalam penelitian ini pengujian normalitas data menggunakan uji Liliefors
pada taraf nyata
. Hipotesis statistik yang diuji dinyatakn sebagai
berikut.
H0 : Populasi berdistribusi normal
H1 : Populasi tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika
pada taraf nyata
. Pengujian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
a. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Berdasarkan data hasil post-test kelas eksperimen (lampiran 13) dan hasil
perhitungan (lampiran 14) diperoleh nilai
pada penelitian ini dipilih
.
. Dalam menentukan
, sehingga untuk
maka nilai
tersebut didapat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan metode interpolasi polinom. Karena nilai
, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal, yang berarti persyaratan normalitas untuk kelas eksperimen dipenuhi
dalam penelitian ini.
38. 38
b. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan data hasil post-test kelas kontrol (lampiran 13) dan hasil
perhitungan (lampiran 14) diperoleh nilai
maka nilai
.
. Untuk
dan
tersebut didapat dari hasil perhitungan
dengan menggunakan metode interpolasi polinom. Karena nilai
, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
2.
Uji Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji F (uji varians
terbesar dibagi dengan varian terkecil). Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : varians data berasal dari populasi yang homogen
H1 : varians data berasal dari populasi yang tidak homogen
Kriteria pengujian adalah terima
dengan
jika
dan tolak
jika
didapat dari distribusi F dengan peluang
sedangkan derajat kebebasan masing-masing V1 dan V2.
Dari hasil post test kedua sampel (lampiran 13) dapat dilakukan pengujian
homogenitas. Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 15) diperoleh nilai varians
terbesar
dan varians terkecil
dengan demikian nilai
sedangkan nilai
pada taraf nyata
. Karena nilai
; maka H0 diterima artinya kedua varians homogen dan dapat dilakukan uji t.
39. 39
4.1.4 Pengujian Hipotesis
Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk
pengujian hipotesis digunakan statistik parametrik. Pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t. Adapun
hipotesis statistic dalam penelitian ini sebagai berikut :
H0 :
1
2
Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran talking stick sama dengan hasil belajar siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
H1:
1
2
Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran talking stick lebih tinggi dari hasil belajar siswa
yang
diajar
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan hasil perhitungan uji t (lampiran 17 ) diperoleh thitung = 2,04
dan nilai ttabel = 1,67 pada taraf kepercayaan 0,05 dengan dk = 52. Hal ini
menunjukkan bahwa
ini berarti H0 ditolak
sehingga sesuai dengan uji statistik dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran talking stick lebih tinggi
dari hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar kurva penerimaan dan penolakan
H0 Berikut ini.
40. 40
Daerah
Penolakan H0
Daerah
Penerimaan H0
1,674
2,0374
Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Ho
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran talking stick
dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Secara umum penggunaan model pembelajaran talking stick
terhadap hasil belajar matematika lebih tinggi dari penggunaan model
pembelajaran konvensional. Hipotesis ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran talking stick dapat menciptakan ketertarikan siswa, menarik
perhatian, membuat siswa lebih senang dan puas belajar matematika. Dalam
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking stick siswa tidak
merasa tegang dalam belajar, sehingga susasana dikelas menyenangkan. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
talking stick lebih menyenangkan daripada model pembelajaran konvensional
yang cenderung menjerat siswa dengan aturan-aturan yang kaku dalam proses
pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi tegang, siswa berkurang semangat
belajar sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Model pembelajaran
41. 41
konvensional lebih berorientasi pada penyelesaian materi sesuai dengan batas
waktu yang telah ditetapkan dalam kurikulum ataupun dalam program yang telah
dirancang sebelumnya. Model pembelajaran konvensional cenderung menyajikan
konsep secara abstrak sehingga sulit dipahami siswa.
Berdasarkan hasil analisis data, telah terbukti bahwa terdapat pengaruh
yang positif terhadap penggunaan model pembelajaran talking stick terhadap hasil
belajar siswa pada materi dimensi tiga. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung =
2,04 yang lebih besar dari ttabel = 1,67. Selanjutnya terbukti bahwa hasil belajar
siswa dengan menggunakan metode talking stick memiliki skor rata-rata 70,61
lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran
konvensional dengan skor rata-rata 65,89. Jadi secara umum dapat disimpulkan
hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran talking stick
lebih tinggi dibanding dengan hasil belajar siswa yang diajar pembelajaran secara
konvensional.
42. 42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran talking stick
belajar
siswa
yang
diajar
dengan
lebih tinggi dibanding hasil
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diajukan saran sebagai
berikut :
1. Para guru matematika disarankan untuk melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran talking stick sebagai
alternatif dalam pembelajaran matematika. Hasil penelitian telah
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode talking
stick dapat mempengaruhi hasil belajar matematika serta memberikan
motivasi bagi siswa untuk belajar.
2. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru memilih metode, model,
pendekatan serta media yang tepat dan sesuai yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa sehingga siswa tidak jenuh dalam mengikuti proses
pembelajaran.
43. 43
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Suriati.2010. Pengaruh Model Cooperative Learning dan Minat Belajar
Terhadap Kemampuan Peserta Didik Dalam Pemecahan Masalah
Matematika.Tesis
Abdurrahman, Maman. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Bandung : Armico
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
(Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bhari dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Furchan, Arif. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Hiola, Zohra.2009.Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar Peserta
Didik Tentang Pencemaran Lingkungan.Tesis
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2156062-pengertian-metodetalkingstick/#ixzz1T6iezMhf.12 juli 2012.
N.K. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Oemar, Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Guru: Membantu Mengembangkan
Potensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung
44. 44
Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
C.V Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Bandung.
Suherman, Eman. 2006. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Sulistiawati, 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Ditinjau Dari
Keterampilan Berpikir Kritis. Tesis . UNG. Pasca Sarjana.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.Pustaka
Belajar.
Uno, Hamzah. 2004. Model Pembelajaran. Gorontalo : Nurul Jannah
Uno, Hamzah. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Wirodikromo, Sartono. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga
45. 45
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen Pertemuan 1
Sekolah
: SMA Negeri 2 Gorontalo
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X / Genap
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi Dasar
: 6.1 Menentukan kedudukan titik, garis dan bidang
dalam ruang dimensi tiga
Indikator
: 1.
Menentukan kedudukan titik terhadap garis
dalam ruang.
2.
Menentukan kedudukan titik terhadap bidang
dalam ruang.
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit (1 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan kedudukan titik terhadap garis dalam ruang.
2. Siswa dapat menentukan kedudukan titik terhadap bidang dalam ruang.
B. Materi Ajar
Kedudukan titik terhadap garis dan bidang dalam ruang.
C. Metode Pembelajaran
Talking Stick dan tanya jawab.
46. 46
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
1. Pengecekan kehadiran
2. Apersepsi
: Peserta didik diingatkan kembali tentang macam-macam
bangun ruang dan unsur-unsurnya.
3. Motivasi
: Peserta didik mendengarkan motivasi dari guru tentang
pentingnya mempelajari materi dimensi tiga yang dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari.
4. Guru menyampaikan apa saja tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Kegiatan Inti
1. Guru menyiapkan Tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari yaitu tentang
kedudukan titik terhadap garis dan kedudukan titik terhadap bidang,
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
kemudian membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS.
4. Peserta didik mengerjakan LKS. Setelah selesai mengerjakan LKS dan
mempelajarinya, siswa menutup seluruh buku yang berhubungan dengan
materi.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
6. Guru memberikan kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajari.
47. 47
Kegiatan Penutup
1. Peserta didik membuat rangkuman tentang materi yang sudah dipelajari.
2. Peserta didik diberikan tugas tentang materi yang sudah dipelajari.
3. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku Referensi karangan Sukino, 2007. Matematika untuk kelas X
semester 2, Jakarta : Erlangga.
Modul belajar.
F. Penilaian
1. Penilaian tes
Tes tertulis berbentuk essay
Pedoman Penskoran
-
Skor Maksimum = 100
-
Skor Minimum =
Teknik
0
: Tugas individu, tugas kelompok dan ulangan
harian
Bentuk Instrumen
:
Contoh instrument
:
uraian singkat
1. Pada gambar dibawah menunjukkan kubus ABCD. EFGH. Isilah
titik-titik dibawah ini dengan kata “terletak pada”, atau “diluar”
sehingga menjadi benar.
48. 48
H
G
…………….. garis HB
c. Titik J
O
…………….. garis AB
b. Titik O
F
J
a. Titik A
…………….. garis GC
d. Titik L
E
…………….. garis EF
C
A
B
Gorontalo, April 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
……………………
Mario A Rondonuwu
NIP.
NIM. 411 408 056
49. 49
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen Pertemuan 2
Sekolah
: SMA Negeri 2 Gorontalo
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X / Genap
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi Dasar
: 6.1 Menentukan kedudukan titik, garis dan bidang
dalam ruang dimensi tiga
Indikator
: 1. Menentukan kedudukan antara dua garis dalam
ruang.
2.
Menentukan kedudukan garis dan bidang dalam
ruang.
3.
Menentukan kedudukan antara dua bidang
dalam ruang
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit (1 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan kedudukan antara dua garis dalam ruang.
2. Siswa dapat menentukan kedudukan garis dan bidang dalam ruang.
3. Siswa dapat menentukan kedudukan antara dua bidang dalam ruang
B. Materi Ajar
Kedudukan garis dan bidang dalam ruang.
50. 50
C. Metode Pembelajaran
Talking Stick dan tanya jawab.
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
1. Pengecekan kehadiran dan PR
2. Apersepsi
: Peserta didik diingatkan kembali tentang kedudukan titik
terhadap garis dan kedudukan titik terhadap bidang.
3. Motivasi
: Peserta didik mendengarkan motivasi dari guru tentang
pentingnya mempelajari materi dimensi tiga yang dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari.
4. Guru menyampaikan apa saja tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Kegiatan Inti
1. Guru menyiapkan Tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari yaitu tentang
kedudukan antara dua garis, antar garis dan bidang, dan antara dua bidang
dalam ruang.
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5
orang. kemudian membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS.
4. Peserta didik mengerjakan LKS. Setelah selesai mengerjakan LKS dan
mempelajarinya, siswa menutup seluruh buku yang berhubungan dengan
materi.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
51. 51
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6. Guru memberikan kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajari.
Kegiatan Penutup
1. Peserta didik membuat rangkuman tentang materi yang sudah dipelajari.
2. Peserta didik diberikan tugas tentang materi yang sudah dipelajari.
3. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.
G. Alat dan Sumber Belajar
Buku Referensi karangan Sukino, 2007. Matematika untuk kelas X
semester 2, Jakarta : Erlangga.
Modul belajar.
H. Penilaian
1. Penilaian tes
Tes tertulis berbentuk essay
Pedoman Penskoran
-
Skor Maksimum = 100
-
Skor Minimum =
Teknik
0
: Tugas individu, tugas kelompok dan ulangan
harian
Bentuk Instrumen
:
Contoh instrument
:
uraian singkat
52. 52
1. Pada gambar di bawah ini menunjukkan kubus ABCD.EFGH. isilah titiktitik di bawah ini dengan kata “ sejajar”, “memotong”, atau “menyilang”
sehingga menjadi benar.
H
E
G
F
D
Garis AB
Garis DC
Garis ED
Garis AG
………………
………………
………………
………………
Garis EF
Garis DH
Garis BC
Garis EC
D
C
A
a.
b.
c.
d.
B
Gorontalo, April 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
……………………
Mario A. Rondonuwu
NIP.
NIM. 411 408 056
53. 53
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen Pertemuan 3
Sekolah
: SMA Negeri 2 Gorontalo
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X / Genap
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi Dasar
: 6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari
titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga
Indikator
: 1.
2.
Alokasi Waktu
Menentukan definisi jarak
Menentukan jarak dua titik dalam ruang
: 2 x 45 menit (1 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
3. Siswa dapat menentukan definisi jarak.
4. Siswa dapat menentukan jarak antara dua buah titik dalam ruang.
B. Materi Ajar
Jarak antara dua buah titik
C. Metode Pembelajaran
Talking Stick dan tanya jawab.
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
1. Pengecekan kehadiran dan PR
54. 54
2. Apersepsi
: Peserta didik diingatkan kembali tentang kedudukan antara dua
garis, antara garis dan bidang, dan antara dua bidang dalam
ruang.
3. Motivasi
: Peserta didik mendengarkan motivasi dari guru tentang
pentingnya mempelajari materi dimensi tiga yang dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari.
4. Guru menyampaikan apa saja tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Kegiatan Inti
1. Guru menyiapkan Tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari yaitu tentang
definisi jarak dan jarak antara dua buah titik.
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5
orang. kemudian membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS.
4. Peserta didik mengerjakan LKS. Setelah selesai mengerjakan LKS dan
mempelajarinya, siswa menutup seluruh buku yang berhubungan dengan
materi.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6. Guru memberikan kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajari.
Kegiatan Penutup
1. Peserta didik membuat rangkuman tentang materi yang sudah dipelajari.
55. 55
2. Peserta didik diberikan tugas tentang materi yang sudah dipelajari.
3. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.
I. Alat dan Sumber Belajar
Buku Referensi karangan Sukino, 2007. Matematika untuk kelas X
semester 2, Jakarta : Erlangga.
Modul belajar.
J. Penilaian
1. Penilaian tes
Tes tertulis berbentuk essay
Pedoman Penskoran
-
Skor Maksimum = 100
-
Skor Minimum =
Teknik
0
: Tugas individu, tugas kelompok dan ulangan
harian
Bentuk Instrumen
:
Contoh instrument
:
1.
uraian singkat
Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 60 cm dan titik O
merupakan setengah dari diagonal EG. Hitunglah jarak titik A ke titik O!
Gorontalo, April 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
……………………
Mario A. Rondonuwu
NIP.
NIM. 411 408 056
56. 56
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Eksperimen Pertemuan 4
Sekolah
: SMA Negeri 2 Gorontalo
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X / Genap
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi Dasar
: 6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari
titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga
Indikator
: 1.
Menentukan jarak antara titik dan garis dalam
ruang
2.
Alokasi Waktu
Menentukan jarak titik dan bidang dalam ruang
: 2 x 45 menit (1 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan jarak antara titik dan garis dalam ruang.
2. Siswa dapat menentukan jarak antara titik dan bidang dalam ruang.
B. Materi Ajar
Jarak titik dengan garis dan jarak titik dengan bidang dalam ruang.
C. Metode Pembelajaran
Talking Stick dan tanya jawab.
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
57. 57
1.Pengecekan kehadiran dan PR
2.Apersepsi
: Peserta didik diingatkan kembali tentang definisi jarak dan
jarak antara dua buah titik.
3.Motivasi
: Peserta didik mendengarkan motivasi dari guru tentang
pentingnya mempelajari materi dimensi tiga yang dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari.
4.Guru menyampaikan apa saja tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Kegiatan Inti
1. Guru menyiapkan Tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari yaitu tentang
menentukan jarak antara titik dengan garis dan menentukan jarak antara
titik dengan bidang dalam ruang.
3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5
orang. Kemudian membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS.
4. Peserta didik mengerjakan LKS. Setelah selesai mengerjakan LKS dan
mempelajarinya, siswa menutup seluruh buku yang berhubungan dengan
materi.
5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6. Guru memberikan kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajari.
Kegiatan Penutup
1. Peserta didik membuat rangkuman tentang materi yang sudah dipelajari.
2. Peserta didik diberikan tugas tentang materi yang sudah dipelajari.
3. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.
58. 58
K. Alat dan Sumber Belajar
Buku Referensi karangan Sukino, 2007. Matematika untuk kelas X
semester 2, Jakarta : Erlangga.
Modul belajar.
L. Penilaian
1. Penilaian tes
Tes tertulis berbentuk essay
Pedoman Penskoran
-
Skor Maksimum = 100
-
Skor Minimum =
Teknik
0
: Tugas individu, tugas kelompok dan ulangan
harian
Bentuk Instrumen
: uraian singkat
Contoh instrument
:
1. Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Lukiskan dan hitunglah
jarak G ke garis BD!
2.
Kubus ABCD.EFGH mempunyai rusuk 10 cm. hitunglah jarak titik D
terhadap bidang ACH!
Gorontalo, April 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
……………………
Mario A. Rondonuwu
NIP.
NIM. 411 408 056
59. 59
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol Pertemuan 1
Sekolah
: SMA Negeri 2 Gorontalo
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X / Genap
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi Dasar
: 6.1 Menentukan kedudukan titik, garis dan bidang
dalam ruang dimensi tiga
Indikator
: 1.
Menentukan kedudukan titik terhadap garis
dalam ruang.
2.
Menentukan kedudukan titik terhadap bidang
dalam ruang.
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit (1 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan kedudukan titik terhadap garis dalam ruang.
2. Siswa dapat menentukan kedudukan titik terhadap bidang dalam ruang.
B. Materi Ajar
Kedudukan titik terhadap garis dan bidang dalam ruang.
C. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
60. 60
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
1. Pengecekan kehadiran dan PR
2. Apersepsi
: Peserta didik diingatkan kembali tentang macam-macam
bangun ruang dan unsur-unsurnya.
3. Motivasi : Peserta didik mendengarkan motivasi dari guru tentang
pentingnya mempelajari materi dimensi tiga yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari.
4. Guru menyampaikan apa saja tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa.
Kegiatan Inti
1. Peserta didik memperhatikan penjelaskan guru tentang kedudukan titik
terhadap garis dan kedudukan titik terhadap bidang
2. Peserta didik memperhatikan ilustrasi guru di papan tulis tentang
kedudukan titik terhadap garis dan kedudukan titik terhadap bidang dalam
ruang.
3. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya tentang halhal yang belum dipahami.
4. Guru dan peserta didik membahas contoh soal bersama-sama.
5. Guru membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS.
6. Peserta didik mengerjakan LKS.
7. Peserta didik dan guru bersama-sama menyimpulkan jawaban dari hasil
LKS.
61. 61
Kegiatan Penutup
1. Peserta didik diberikan tugas tentang materi yang sudah dipelajari.
2. Peserta didik diminta untuk membaca buku tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya.
3. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku Referensi karangan Sukino, 2007. Matematika untuk kelas X
semester 2, Jakarta : Erlangga.
Modul belajar.
Gorontalo, April 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
……………………
Mario A. Rondonuwu
NIP.
NIM. 411 408 056
62. 62
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol Pertemuan 2
Sekolah
: SMA Negeri 2 Gorontalo
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X / Genap
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi Dasar
: 6.1 Menentukan kedudukan titik, garis dan bidang
dalam ruang dimensi tiga
Indikator
: 1. Menentukan kedudukan antara dua garis dalam
ruang.
2.
Menentukan kedudukan garis dan bidang dalam
ruang.
3.
Menentukan kedudukan antara dua bidang
dalam ruang
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit (1 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan kedudukan antara dua garis dalam ruang.
2. Siswa dapat menentukan kedudukan garis dan bidang dalam ruang.
3. Siswa dapat menentukan kedudukan antara dua bidang dalam ruang.
B. Materi Ajar
Kedudukan garis dan bidang dalam ruang.
63. 63
C. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab, pemberian tugas.
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
1. Pengecekan kehadiran dan PR
2. Apersepsi
: Peserta didik diingatkan kembali tentang kedudukan titik
terhadap garis dan kedudukan titik terhadap bidang
3. Motivasi : Peserta didik mendengar motivasi dari guru tentang
pentingnya mempelajari materi dimensi tiga yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari.
4. Guru menyampaikan apa saja tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa.
Kegiatan Inti
1. Siswa memperhatikan penjelaskan guru tentang kedudukan antara dua
buah garis, kedudukan garis dengan bidang dan kedudukan dua buah
bidang
2. Siswa memperhatikan ilustrasi guru di papan tulis tentang kedudukan
antara dua buah garis, kedudukan garis dengan bidang dan kedudukan
dua buah bidang.
3. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya tentang halhal yang belum dipahami.
4. Guru dan peserta didik membahas contoh soal bersama-sama.
5. Guru membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS.
64. 64
6. Peserta didik mengerjakan LKS.
7. Peserta didik dan guru bersama-sama menyimpulkan jawaban dari hasil
LKS.
Kegiatan Penutup
1. Peserta didik diberikan tugas tentang materi yang sudah dipelajari.
2. Peserta didik diminta untuk membaca buku tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya.
3. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku Referensi karangan Sukino, 2007. Matematika untuk kelas X
semester 2, Jakarta : Erlangga.
LKS
Gorontalo, April 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
……………………
Mario A. Rondonuwu
NIP.
NIM. 411 408 056
65. 65
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol Pertemuan 3
Sekolah
: SMA Negeri 2 Gorontalo
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X / Genap
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi Dasar
: 6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari
titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga
Indikator
: 1.
2.
Alokasi Waktu
Menentukan definisi jarak
Menentukan jarak dua titik dalam ruang
: 2 x 45 menit (1 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan definisi jarak.
2. Siswa dapat menentukan jarak antara dua buah titik dalam ruang.
B. Materi Ajar
Jarak antara dua buah titik
C. Metode Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab, pemberian tugas.
66. 66
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
1. Pengecekan kehadiran dan PR
2. Apersepsi
: Peserta didik diingatkan kembali tentang kedudukan antara
dua buah garis, kedudukan garis dengan bidang dan kedudukan dua buah
bidang .
3. Motivasi
: Peserta didik mendengarkan motivasi dari guru tentang
pentingnya mempelajari materi dimensi tiga yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari.
4. Guru menyampaikan apa saja tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa.
Kegiatan Inti
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang definisi jarak dan jarak
antara dua buah titik dalam ruang dimensi tiga.
2. Siswa memperhatikan ilustrasi guru di papan tulis tentang jarak antara
dua titik dalam ruang.
3. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya tentang halhal yang belum dipahami.
4. Guru dan peserta didik membahas contoh soal bersama-sama.
5. Guru membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS.
6. Peserta didik mengerjakan LKS.
7. Peserta didik dan guru bersama-sama menyimpulkan jawaban dari hasil
LKS.
67. 67
Kegiatan Penutup
1. Peserta didik diberikan tugas tentang materi yang sudah dipelajari.
2. Peserta didik diminta untuk membaca buku tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya.
3. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku Referensi karangan Sukino, 2007. Matematika untuk kelas X
semester 2, Jakarta : Erlangga.
LKS
Gorontalo, April 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
……………………
Mario A. Rondonuwu
NIP.
NIM. 411 408 056
68. 68
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol Pertemuan 4
Sekolah
: SMA Negeri 2 Gorontalo
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: X / Genap
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi Dasar
: 6.2 Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari
titik ke bidang dalam ruang dimensi tiga
Indikator
: 1. Menentukan jarak titik dan garis dalam ruang.
2. Menentukan jarak titik dan bidang dalam ruang.
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit (1 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan jarak titik dan garis dalam ruang.
2. Siswa dapat menentukan jarak titik dan bidang dalam ruang
.
B. Materi Ajar
Jarak titik dengan garis dan jarak titik dengan bidang dalam ruang.
C. Metode Pembelajaran
Ceramah, pemberian tugas, tanya jawab
69. 69
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
1.
2.
Pengecekan kehadiran dan PR
Apersepsi
: Peserta didik diingatkan kembali tentang definisi jarak dan
jarak antara dua buah titik dalam ruang dimensi tiga.
3.
Motivasi
: Peserta didik mendengarkan motivasi dari guru tentang
pentingnya mempelajari materi dimensi tiga yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari.
4.
Guru menyampaikan apa saja tujuan pembelajaran yang harus dicapai
siswa.
Kegiatan Inti
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang menentukan jarak titik
dengan garis dan menentukan jarak titik dengan bidang dalam ruang.
2. Siswa memperhatikan ilustrasi guru di papan tulis tentang jarak antara
titik dengan garis dan jarak antara titik dengan bidang dalam ruang.
3. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya tentang halhal yang belum dipahami.
4. Guru dan peserta didik membahas contoh soal bersama-sama.
5. Guru membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS.
6. Peserta didik mengerjakan LKS.
7. Peserta didik dan guru bersama-sama menyimpulkan jawaban dari hasil
LKS.
70. 70
Kegiatan Penutup
1. Peserta didik diberikan tugas tentang materi yang sudah dipelajari.
2. Peserta didik diminta untuk membaca buku tentang materi yang akan
dipelajari selanjutnya.
3. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku Referensi karangan Sukino, 2007. Matematika untuk kelas X
semester 2, Jakarta : Erlangga.
LKS
Gorontalo, April 2012
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
……………………
Mario A. Rondonuwu
NIP.
NIM. 411 408 056
71. 71
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa ( LKS )
Kelompok
Materi
: Kedudukan antara Titik dengan garis dan Kedudukan
antara Titik dengan bidang.
Tujuan
: 1. Siswa dapat menentukan kedudukan antara titik
dengan garis
2. Siswa dapat menentukan kedudukan antara titik
dengan bidang
1. Pada gambar dibawah menunjukkan kubus ABCD. EFGH. Isilah titik-titik
dibawah ini dengan kata “terletak pada”, atau “diluar” sehingga menjadi
benar.
H
G
E
O
J
C
…………
garis AB
…………
garis HB
g. Titik J
F
D
A
e. Titik A
f. Titik O
L
…………
garis GC
h. Titik L
…………
garis EF
B
2. Pada gambar dibawah ini menunjukkan balok ABCD.EFGH. isilah titiktitik dibawah ini dengan kata “terletak pada”, atau “diluar” sehingga
menjadi benar.
72. 72
H
G
a. Titik F
b. Titik C
F
C
D
O
D
A
. …………. bidang ABCD
…………… bidang BCEH
c. Titik O
E
…………… bidang BDFH
d. Titik G
.………….. bidang ADEH
B
3. Pada gambar dibawah ini menunjukkan balok Prisma ABCDE. FGHIJ.
isilah titik-titik dibawah ini dengan kata “terletak pada”, atau “diluar”
sehingga menjadi benar.
J
E
A
B
D
C
…………
garis DI
…………
garis GC
…………
m. Titik G
H
garis ED
l. Titik C
G
…………
k. Titik J
I
i. Titik A
j. Titik D
F
…………
EDGF
n. Titik I
…………
Bidang BCGH
Bidang ABCDE
73. 73
Lembar Kerja Siswa ( LKS )
Kelompok
Materi
: Kedudukan antara Dua Buah Garis, Kedudukan
antara Garis dengan bidang, dan Kedudukan antara
Dua Buah Bidang
Tujuan
: 1. Siswa dapat menentukan kedudukan antara dua
garis dalam ruang.
2. Siswa dapat menentukan kedudukan garis dan
bidang dalam ruang.
3. Siswa dapat menentukan kedudukan antara dua
bidang dalam ruang
1. Pada gambar di bawah ini menunjukkan kubus ABCD.EFGH. isilah titiktitik di bawah ini dengan kata “ sejajar”, “memotong”, atau “menyilang”
sehingga menjadi benar.
Garis EF
………………
Garis DH
………………
Garis BC
h. Garis AG
………………
Garis EC
F
D
A
………………
g. Garis ED
E
G
e. Garis AB
f. Garis DC
H
C
B
74. 74
2. Perhatikan gambar Balok ABCD.EFGH
berikut. Lukiskan hubungan
antara garis dan bidang setiap pernyataan di bawah ini dan namai
hubungannya.
H
G
E
F
a. Garis HD dan bidang BCGF
b. Garis EG dan bidang ABCD
D
c. Garis FG dan bidang BGF
D
C
d. Garis HB dan bidang CDEF
A
B
3. Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini.
H
G
E
Tentukan kedudukan kedua bidang di bawah ini.
a. Bidang ABFE dan bidang DCGH
F
b. Bidang ABCD dan bidang ADHE
D
C
A
c. Bidang BEF dan bidang CHG
B
d. Bidang ADHE dan bidang DCH
75. 75
Lembar Kerja Siswa (LKS )
Kelompok
Materi
: Menentukan jarak antara dua buah titik.
Tujuan
: 1. Siswa dapat menentukan definisi jarak.
2. Siswa dapat menentukan jarak antara dua buah titik
dalam ruang.
Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 60 cm dan titik O
merupakan setengah dari diagonal EG. Hitunglah jarak titik A ke
titik O!
Langkah –langkah penyelesaian :
Gambar
H
G
O
E
F
60 cm
D
A
60 cm
C
B
76. 76
Jarak titik A ke titik O
EG = diagonal bidang atas
Tinjau
, siku-siku di H, gunakan theorem Phytagoras untuk
menemukan panjang EG.
cm
Tinjau
, siku-siku di E, gunakan theorem Phytagoras untuk
menemukan panjang
cm
Jadi, jarak titik A ke titik O adalah ..... cm
77. 77
Lembar Kerja Siswa ( LKS )
Kelompok
Materi
: Menentukan Jarak titik dengan garis dan jarak titik
dengan bidang dalam ruang.
Tujuan
: 1. Siswa dapat menentukan jarak antara titik dengan
garis dalam ruang.
2. Siswa dapat menentukan jarak antara titik dengan
bidang dalam ruang.
1. Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Lukiskan
dan hitunglah jarak G ke garis BD!
Langkah –langkah penyelesaian :
a. Gambar
78. 78
-
Perhatikan kubus ABCD.EFGH
-
Tuliskan ukuran rusuknya, yaitu 6 cm
-
Buatlah garis yang menghubungkan titik-titik B dan D (diagonal BD
pada alas kubus)
-
Buatlah proyeksi orthogonal titik G ke garis BD. Beri nama titik G’.
-
Proyeksi titik G pada garis DB adalah titik G’ sehingga jarak titik G ke
garis DB adalah panjang garis GG’.
-
Buatlah garis diagonal BG pada bidang BCGF dan garis diagonal GD
pada bidang DCGH sehingga terbentuk
-
Perhatikan bahwa
DBG.
DBG adalah segitiga sama sisi.
b. Jarak titik G ke garis BD
BD = diagonal bidang alas =…..
Tinjau
, garis tinggi dari segitiga tersebut adalah garis
GG’.sehingga garis GG’ tepat membagi 2 garis DB sama panjang.
DG’ = G’B =
=….
siku-siku di B, gunakan theorem Phytagoras untuk
menemukan panjang GG’
2
Jadi, jarak titik G ke garis BD adalah …….. cm
2. Kubus ABCD.EFGH mempunyai rusuk 10 cm.
hitunglah jarak titik D terhadap bidang ACH!
cm
79. 79
langkah –langkah penyelesaian :
-
Gambarlah kubus ABCD.EFGH
-
Tuliskan ukuran rusuknya, yaitu 10 cm
-
Buatlah garis yang menghubungkan titik-titik A, C, dan H sehingga
membentuk bidang ACH.
-
Buatlah garis berat segitiga ACH dari titik H (garis HH’)
-
Buatlah proyeksi orthogonal titik D ke bidang ACH.
D’
10 cm
H’
10 cm
10 cm
Jarak titik D ke bidang ACH.
Proyeksi titik D pada bidang ACH terletak pada garis berat HH’,
AC = BD (diagonal bidang) =…..
Tinjau
, siku-siku di D, gunakan theorem Phytagoras untuk
menemukan panjang garis HH’
80. 80
cm
Tinjau
, dengan perbandingan Trigonometri
H
Tinjau
dengan perbandingan trigonometri
D’
Jadi, titik D ke bidang ACH adalah ….. cm
D
H'
81. 81
Lampiran 4
Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika
Soal diambil dari materi Dimensi Tiga
Standar Kompetensi
: 6.
Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut
yang melibatkan titik, garis dan bidang dalam
ruang dimensi tiga
Kompetensi dasar
: 6.1 Menentukan kedudukan titik, garis dan bidang
dalam ruang dimensi tiga.
6.2
Menentukan jarak dari titik ke garis dan dari titik
ke bidang dalam ruang dimensi tiga.
No.
Indikator
Aspek
No.
Soal
C1
1.
Menentukan kedudukan antara titik dengan garis.
1
Menentukan kedudukan antara dua garis.
2
√
3
C3
√
2.
C2
√
3.
Menentukan kedudukan antara dua bidang dalam
ruang.
4.
Menghitung jarak antara dua buah titik dalam ruang.
4
√
5.
Menghitung jarak antara titik dengan garis.
5
√
6.
Melukis proyeksi titik ke bidang
6a
7.
Menghitung jarak antara titik dengan bidang.
6b
√
√
82. 82
Lampiran 5
NAMA :
KELAS :
Selesaikanlah soal-soal berikut!
Dahulukanlah soal yang menurut Anda paling mudah.
1. Gambar dibawah menunjukkan kubus ABCD. EFGH.
H
G
E
F
O
(Skor : 8)
D
C
A
B
Isilah titik-titik dibawah ini dengan kata “terletak pada”, atau “diluar”
sehingga menjadi benar.
Titik O ……………..
garis HB
Titik H ……………..
garis GC
Titik F . ……………
bidang ABCD
Titik O ……………..
bidang BDFH
2. Gambar dibawah menunjukkan kubus ABCD. EFGH.
H
G
E
F
O
D
(Skor : 6 )
C
A
B
83. 83
Isilah titik-titik di bawah ini dengan kata “ sejajar”, “memotong”, atau
“menyilang” sehingga menjadi benar
Garis AB
………………
Garis EF
Garis DC
………………
Garis DH
Garis EH
………………
Garis AB
3. Gambar dibawah menunjukkan kubus ABCD. EFGH.
H
G
E
F
(Skor : 10)
O
D
C
A
B
a. Tentukan kedudukan antara garis dan bidang setiap pernyataan di
bawah ini
Garis HD dan bidang BCGF
Garis EC dan bidang BDHF
b. Tentukan kedudukan kedua bidang di bawah ini.
Bidang ABFE dan bidang DCGH
Bidang ABCD dan bidang ADHE
84. 84
Bidang BEF dan bidang CHG
4. Diketahui sebuah balok ABCD . EFGH memiliki panjang rusuk AB = 20
cm, BC = 30 cm, dan AE = 40 cm. Hitunglah jarak titik A ke titik G!
(Skor: 21)
5. Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. hitunglah jarak G ke
garis BD!
(Skor : 25)
6. Diberikan kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm.
a. Lukislah proyeksi titik F ke bidang BEG
(Skor : 30)
b. Hitunglah jarak titik F ke bidang BEG.
SELAMAT BEKERJA
85. 85
Lampiran 6
Marking Scheme Tes Hasil Belajar
No
Langkah –langkah penyelesaian
soal
1. Dik : kubus ABCD.EFGH
H
Skor
Skor
total
8
G
E
F
O
D
C
A
B
C
Dit : kedudukan titik terhadap garis dan kedudukan titik
terhadap bidang A
B
Penyelesaian :
Kedudukan titik terhadap garis dan kedudukan titik terhadap
bidang.
Titik O terletak pada garis HB
Titik H di luar garis GC
Titik F di luar bidang ABCD
Titik O terletak pada bidang BDFH
2.
2
2
2
2
Dik : kubus ABCD.EFGH
6
H
G
E
F
O
D
A
C
B
C
Dit : kedudukan garis terhadap garis
C
Penyelesaian :
A
B
kedudukan garis terhadap garis
Garis AB sejajar Garis EF
Garis DC memotong Garis DH
Garis EH menyilang Garis AB
2
2
2
86. 86
3.
Dik : kubus ABCD.EFGH
10
H
G
E
F
O
D
A
C
B
C
Dit : a. kedudukan garis terhadap bidang
b. kedudukan bidang terhadap bidang B
A
Penyelesaian :
a. kedudukan garis terhadap bidang
Garis HD dan bidang BCGF (sejajar)
Garis EC dan bidang BDHF (menembus)
4.
2
2
b. kedudukan bidang terhadap bidang
Bidang ABFE dan bidang DCGH (sejajar)
Bidang ABCD dan bidang ADHE (tegak lurus)
Bidang BEF dan bidang CHG (sejajar)
Dik : Diketahui sebuah balok ABCD.EFGH .
2
2
2
panjang rusuk AB = 20 cm, BC = 30 cm, dan AE = 40 cm.
2
21
Dit : jarak titik A ke titik G.
Penyelesaian:
H
G
5
E
F
40 cm
D
A
C
30 cm
20 cm
B
87. 87
Jarak titik A ke G
AC = diagonal bidang
Tinjau
, siku-siku di B, gunakan theorem Phytagoras
untuk menemukan panjang AC.
6
Tinjau
, siku-siku di C, gunakan theorem Phytagoras
untuk menemukan panjang AG
7
Jadi, jarak titik A ke titik G adalah
5.
1
25
Dik : kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm.
2
Dit : Jarak titik G ke garis BD?
Penyelesaian :
H
G
E
F
D
5
C
A
G’
A
B
BD adalah diagonal bidang ABCD.
C
6
C
cm
A
AC = BD =
cm
AG’ = ½ AC = ½
cm =
cm.
Perhatikan
. Siku-siku di C
B
4
=
3 cm.
Jadi jarak titik G ke garis BD adalah 3
cm.
7
1
88. 88
6.
Dik : sebuah kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 8 cm.
Dit : a. gambar proyeksi titik F ke bidang BEG.
b. jarak titik F ke bidang BEG
Penyelesaian :
a. Gambar proyeksi titik F ke bidang BEG
H
30
2
G
B’
E
F
12
F’
D
C
A
B
b. Jarak itik F ke bidang BEG
C
Proyeksi titik F pada bidang BEG terletak pada garis BB’.
C
FH = EG (diagonal bidang)
A
B
4
cm
FB’ = ½ FH = ½
Perhatikan
.
cm =
cm.
1
4
cm
Perhatikan
berdasarkan rumus luas diperoleh :
1
1
1
3
Jadi jarak titik F ke bidang BEG adalah
TOTAL
1
100
89. 89
Lampiran 7
Validasi Instrumen Tes Hasil Belajar
Petunjuk
1. Berdasarkan pendapat Bapak / Ibu, berilah tanda “√” jika pertanyaan
dalam butir soal sesuai dengan kriteria dan tanda “x” jika pertanyaan
dalam butir soal tidak sesuai dengan kriteria telaah.
2. Jika ada yang perlu dikomentari maka tuliskan pada lembar komentar /
saran yang tersedia.
No
Nomor Soal
Kriteria Telaah
1
MATERI
1.
Soal sesuai dengan indikator yang akan dicapai.
2.
Batasan jawaban atau ruang lingkup yang hendak
diukur.
3.
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan
pengukuran.
KONSTRUKSI
4.
Rumusan
butir
soal
menggunakan
tanda
Tanya/tanda perintah yang menuntut jawaban
uraian.
5.
Rumusan butir soal yang tidak menimbulkan
penafsiran ganda.
BAHASA
6
Rumusan butir soal menggunakan bahasa yang
sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami.
7.
Rumusan butir soal menggunakan kata-kata atau
kalimat yang tidak menimbulkan penafsiran ganda
atau salah pengertian.
8.
Rumusan butir soal menggunakan bahasa yang
baik dan benar.
2
3
4
5
6a 6b
Ket.
91. 91
Lampiran 8
LEMBAR VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN
1.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran
: Matematika
Topik
: Dimensi Tiga
Kelas /Semester
: X/Genap
Model Pembelajaran
: Talking Stick
Kurikulum Acuan
: KTSP
Penulis
: Mario A. Rondonuwu
Nama Validator
: …………………………….
Pekerjaan
: …………………………….
A. Petunjuk
Berilah tanda cek list (√ ) pada kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat bapak/ibu!
Keterangan skala penilaian :
1 : berarti “tidak baik”
2 : berarti “kurang baik”
3 : berarti “cukup baik”
4 : berarti “baik”
5 : berarti “sangat baik”
B. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek
SKALA PENILAIAN
No
I
ASPEK YANG DINILAI
FORMAT
1. Kejelasan pembagian materi
2. Sistem penomoran jelas
3. Pengaturan ruang/tata letak
4. Jenis dan ukuran huruf sesuai.
1
2
3
4
5
92. 92
II
ISI
1. Menuliskan kompetensi dasar
2. Menuliskan indikator
3. Menuliskan tujuan pembelajaran
4. Ketepatan antara indikator dengan KD
5. Ketepatan antara indikator dengan tujuan
pembelajaran
6. Kebenaran isi/materi
7. Dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis
8. Kesesuaian dengan standar kompetensi KTSP
9. Pemilihan startegi, pendekatan, metode, dan sarana
pembelajaran dilakukan dengan tepat, sehingga
memungkinkan siswa aktif belajar.
10. Kegiatan guru dan kegiatan siswa dirumuskan
secara jelas dan operasional, sehingga mudah
dilaksanakan dalam proses pembelajaran di Kelas
11. Kesesuaian dengan pembelajaran berorientasi
model kooperatif
12. Kesesuaian dengan urutan materi
13. Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan
14. Kelayakan sebagai perangkat pembelajaran.
III
BAHASA
1. Kebenaran tata bahasa
2. Kesederhaan struktur kalimat
3. Kejelasan penunjukan dan arahan
4. Sifat
94. 94
Lampiran 9
LEMBAR VALIDASI LKS
Mata Pelajaran
: Matematika
Topik
: Dimensi Tiga
Kelas/Semester
: X/ Genap
Model Pembelajaran
: Talking Stick
Kurikulum Acuan
: KTSP
Penulis
: Mario A. Rondonuwu
Nama Validator
: ………………………………..
Pekerjaan
: ………………………………..
A. Petunjuk
Berilah tanda cek list (√ ) dalam kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat bapak/ibu!
Keterangan skala penilaian :
1 : berarti “tidak baik”
2 : berarti “kurang baik”
3 : berarti “cukup baik”
4 : berarti “baik”
5 : berarti “sangat baik”
B. Penilaian ditinjau dari beberapa aspek
No
ASPEK YANG DINILAI
I
FORMAT
1. Kejelasan pembagian materi
2. Memiliki daya tarik
3. Sistem penomoran jelas
4. Pengaturan ruang/tata letak
5. Jenis dan ukuran huruf sesuai
6. Kesesuaian ukuran fisik LKS dengan siswa
SKALA PENILAIAN
1
2
3
4
5
99. 99
Lampiran 11
VALIDITAS TES HASIL BELAJAR
A. Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar
1. Validitas Konstruksi
Daftar Penilaian validitas konstruksi test sebagai berikut:
No
Nama Validator
Keterangan
Dosen Jurusan
1.
Drs. Madjid, M.Pd
Pendidikan Matematika
Dosen Jurusan
2.
Dra. Kartin Usman, M.Pd
Pendidikan Matematika
3.
Musrin Ibrahim S.Pd , M.Pd
Guru Mata Pelajaran
Komentar dan Saran dari Validator:
-
Soal No. 2 dan 3 harus disertai dengan gambar.
-
Jangan mengaitkan soal berikutnya dengan soal sebelumnya
-
Instrument sudah baik tapi perlu diperbaiki lagi gambar-gambar yang
pada soal dan marking scheme.
2. Validitas Isi
Untuk menguji validitas butir test digunakan rumus korelasi product
moment dengan penyelesaian sebagai berikut :
100. 100
Untuk n = 30
Untuk soal nomor 1.
Untuk soal nomor 2.
Untuk soal nomor 3.
103. 103
Lampiran 12
UJI RELIABILITAS TES
Reliabilitas merupakan ketepatan suatu test apabila dilakukan kepada
subjek yang sama.
Pengujian reliabilitas tes menggunakan rumus alpha sebagai berikut
1. Menentukan varians setiap item soal
Untuk
Untuk
107. 107
Lampiran 13
DATA HASIL POST TEST
1. DATA HASIL POST TEST KELAS EKSPERIMEN
NO
NAMA-NAMA SISWA
KELAS
EKSPERIMEN
X1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
X12
Deni S. Indradi
Moh. Rifaldi Djalil
Moh. Kevin Lasena
Noval Alimullah
Nujul Walangadi
Orlando F. Panainba
Radius Husain
Rahmat Rivaldi Ali
Rian Dwi Putra S.
Supriyanto U. Abdullah
Taib Poha
Wahyudin Djafar
Cintia Mohamad
Dian Rovianita Wawo
Fandaria Hasan
Fitriyanti Laiya
Gita Elvionita Lapu
Gledys S. Abdullah
Indriyanti Ali
Liyanovitasari A. Amali
Mirawati Dengo
Novriandy Hairun
Sri Novita Mohamad
Sri Nurain Potale
Sri Lian S. Dama
Faisal Radjak
Harua Laiya
72
59
65
64
63
68
64
74
67
67
66
85
73
73
90
72
73
72
69
78
82
70
72
74
75
61
55
5184
3481
4225
4096
3969
4624
4096
5476
4489
4489
4356
7225
5329
5329
8100
5184
5329
5184
4761
6084
6724
4900
5184
5476
5625
3721
3025
JUMLAH
1903
135665
108. 108
2. DATA HASIL POST TEST KELAS KONTROL
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
NAMA-NAMA
SISWA
KELAS KONTROL
X2
X22
Abdul Rahmat Mano
Adrianto Djafar
Arfandi Nawai
Asna P. sasi
Efendi Ismail
Ismunandar Abdullah
Moh. Arif K. Rahiman
Rahman Yusuf
Roy Pati Sangadji
Supriyanto Ong
Moh. Abdullah Moha
Yogi Ahmad
Ayu Anisa Hinta
Candra Dewi Umonti
Desy Fani Tuna
Fatmawaty Hakim
Isra Riskya Anwar
Karmila Abbas
Kartika Ibrahim
Nia Lavenia Mbuinga
Ningsi Rais
Nurindah Hasaniah
Sri Novianty Kasim
Yuliani Husain
Tirta Purwanto
Verawati Manan
Yolanda
75
61
64
73
59
57
66
57
65
48
45
53
78
80
68
60
76
64
65
57
70
66
86
73
72
73
61
5625
3721
4096
5329
3481
3249
4356
3249
4225
2304
2025
2809
6084
6400
4624
3600
5776
4096
4225
3249
4900
4356
7396
5329
5184
5329
3721
JUMLAH
1772
118738
109. 109
Lampiran 14
UJI NORMALITAS
Tabel Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen
NO
NAMA
Xi
Zi
F(Zi)
S(Zi)
|F(Zi)-S(Zi)|
1
Harua Laiya
55
-2.0124
0.0222
0.0370
0.0148
2
Moh. Rifaldi Djalil
Faisal Radjak
Nujul Walangadi
Radius Husain
Noval Alimullah
Moh. Kevin Lasena
Taib Poha
Rian Dwi Putra S.
Supriyanto U. Abdullah
Orlando F. Panainba
Indriyanti Ali
Novriandy Hairun
Deni S. Indradi
Fitriyanti Laiya
Gledys S. Abdullah
Sri Novita Mohamad
Gita Elvionita Lapu
Cintia Mohamad
Dian Rovianita Wawo
Rahmat Rivaldi Ali
Sri Nurain Potale
Sri Lian S. Dama
Liyanovitasari A. Amali
Mirawati Dengo
Wahyudin Djafar
Fandaria Hasan
59
61
63
64
64
65
66
67
67
68
69
70
72
72
72
72
73
73
73
74
74
75
78
82
85
90
-1.4924
-1.2324
-0.9725
-0.8425
-0.8425
-0.7125
-0.5825
-0.4525
-0.4525
-0.3225
-0.1926
-0.0625
0.1974
0.1974
0.1974
0.1974
0.3274
0.3274
0.3274
0.4574
0.4574
0.5873
0.9773
1.4973
1.8872
2.5372
0.0681
0.1093
0.1660
0.2005
0.2005
0.2389
0.2810
0.3264
0.3264
0.3745
0.4247
0.4761
0.5753
0.5753
0.5753
0.5753
0.6255
0.6255
0.6255
0.6736
0.6736
0.7190
0.8340
0.9319
0.9699
0.9943
0.0741
0.1111
0.1481
0.1852
0.2222
0.2592
0.2963
0.3333
0.3704
0.4074
0.4444
0.4815
0.5185
0.5556
0.5926
0.6296
0.6667
0.7037
0.7407
0.7778
0.8148
0.8518
0.8889
0.9259
0.9629
1.0000
0.006
JUMLAH
= 1903
Rata-rata
= 70.481481
L hitung
= 0.1412
Standar Deviasi
= 7.6930057
L tabel
= 0,1682
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
0.0018
0.0179
0.0153
0.0217
0.0203
0.0153
0.0069
0.044
0.0329
0.0197
0.0054
0.0568
0.0197
0.0173
0.0543
0.0412
0.0782
0.1152
0.1042
0.1412
0.1328
0.0549
0.006
0.007
0.0057
110. 110
Tabel Uji Normalitas Data Kelas Kontrol
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
NAMA
Xi
Zi
F(Zi)
S(Zi)
|F(Zi)S(Zi)|
Moh. Abdullah Moha
45
-2.1285
0,0170
0.0370
0.0200
Supriyanto Ong
Yogi Ahmad
Rahman Yusuf
Nia Lavenia Mbuinga
Ismunandar Abdullah
Efendi Ismail
Fatmawaty Hakim
Yolanda
Adrianto Djafar
Karmila Abbas
Arfandi Nawai
Roy Pati Sangadji
Kartika Ibrahim
Moh. Arif K. Rahiman
Nurindah Hasaniah
Desi Fani Tuna
Ningsi Rais
Tirta Purwanto
Yuliani Husain
Asna P. sasi
Verawati Manan
Abdul Rahmat Mano
Isra Riskya Anwar
Ayu Anisa Hinta
Candra Dewi Umonti
Sri Novianty Kasim
48
53
57
57
57
59
60
61
61
64
64
65
65
66
66
68
70
72
73
73
73
75
76
78
80
86
-1.8189
-1.3031
-0.8904
-0.8904
-0.8904
-0.6840
-0.5808
-0.4777
-0.4777
-0.1681
-0.1681
-0.0649
-0.0649
0.0382
0.0382
0.2446
0.4509
0.6573
0.76046
0.76046
0.76046
0.9668
1.0699
1.2763
1.4827
2.1018
0.0352
0,0968
0,1867
0,1867
0,1867
0,2483
0,2810
0,3192
0,3192
0,4364
0,4364
0,4761
0,4761
0,5120
0,5120
0,5948
0,6736
0,7422
0,7764
0,7764
0,7764
0,8315
0,8554
0,8980
0,9306
0,9821
0.0741
0.1111
0.1481
0.1852
0.2222
0.2592
0.2963
0.3333
0.3704
0.4074
0.4444
0.4815
0.5185
0.5556
0.5926
0.6296
0.6667
0.7037
0.7407
0.7778
0.8148
0.8518
0.8889
0.9259
0.9629
1.0000
0.0741
0.0143
0.0386
0.0015
0.0355
0.0109
0.0153
0.0141
0.0512
0.029
0.008
0.0054
0.0424
0.0436
0.0806
0.0348
0.0069
0.0385
0.0357
0.0014
0.0384
0.0203
0.0335
0.0279
0.0323
0.0179
JUMLAH
= 1772
Rata-rata
= 65.62963
L hitung
= 0.0806
Standar Deviasi
= 9.6919798
L tabel
= 0.1682
111. 111
tersebut menggunakan tabel Uji Liliefors .
Untuk Kelas eksperimen
1. Untuk
(0,05; 27)
didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan
metode interpolasi polinom yakni:
Untuk kelas kontrol
2. Untuk
(0,05; 27)
didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan
metode interpolasi polinom yakni:
112. 112
Kesimpulan:
1. Untuk kelas eksperimen,
.
2. Untuk kelas kontrol,
Karena data dari kedua kelas menunjukkan bahwa L
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
.
hitung
<L
tabel
, maka
113. 113
Lampiran 15
UJI HOMOGENITAS VARIANS
Pengujian homogenitas dalam penelitian ini di lakukan melalui Uji
Kesamaan Dua Varians (Uji F), dengan langkah-langkah penyelesaian sebagai
berikut.
1. Hipotesis yang di uji
H0 :
H1 :
2. Kriteria pengujian
Terima H0 jika
dengan
dan tolak H0 jika
didapat dari daftar distribusi F dengan peluang
sedangkan derajat kebebasan masing V1 dan V2.
3. Rumus Uji Statistik yang di gunakan
atau
4. Perhitungan
a. Menentukan Nilai Varians
Varians kelas yang diajar dengan menggunakan metode talking stick :
114. 114
Varians kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional
b. Menentukan F hitung
5. Menetapkan daerah kritis, melalui tabel F
6. Kesimpulan
Karena
yaitu 1,5872 < 1,95 pada α = 0,05 maka H0
diterima, artinya kedua varians homogen.