Puisi "Surat dari Ibu" karya Asrul Sani dan puisi-puisi lainnya yang dibahas menggambarkan tema-tema sosial, agama, dan kemanusiaan. Puisi "Surat dari Ibu" mengisahkan seorang ibu yang menasihati anaknya untuk mengejar mimpi dan ambisi di luar namun tetap kembali pulang, sementara puisi "Yang Kami Minta Hanyalah" oleh Taufik Ismail mengkritik tanggapan pemerintah terhad
1. Apresiasi Puisi karya:
1. Taufik Ismail ( Yang Kami
Minta Hanyalah )
2. Amir Hamzah ( Doa )
3. Asrul Sani ( Surat Dari
Ibu )
Tema: kritik sosial,
ketuhanan, dan kemanusiaan.
Kelompok 10
1.Enif Nurul K.
(110211413115)
2. Faiz Akmalia
(110211413126)
3. Siti Rohmatus S.
(110211413108)
2. YANG KAMI MINTA HANYALAH
Yang kami minta hanyalah bendungan saja
Penawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir
Tentu Bapa sudah melihat gambarannya di koran kota
Tatkala semua orang bersedih sekadarnya.
Dari kaki langit ke kaki langit air membusa
Dari tahun ke tahun ia datang melanda
Sejak dari lutut, ke paha lalu lewat kepala
Menyeret semua.
Bila air surut tingallah angin menudungi kami
Di atas langit dan di bawah lumpur kaki
Kelepak pohon di pohon randu.
3. Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi
Sawah retak-retak berebahan tangkai padi
Nyanyi katak bertalu-talu.
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Tidak tugu atau tempat main bola
Yang mancur warna-warni.
Kirimkan kapur dan semen. Insinyur ahli
Lupakan tersianya sedekah berjuta-juta
Yang tak sampai kepada kami.
Bertahun-tahun kita merdeka, Bapa
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Kabulkanlah kiranya.
Taufiq Ismail, 1966
4. Bait ke-2
Dari kaki langit ke kaki langit air membusa
Dari tahun ke tahun ia datang melanda
Sejak dari lutut, ke paha lalu lewat kepala
Menyeret semua.
Pada bait ke-2 menerangkan bagaimana dampak yang harus mereka rasakan setiap
tahunnya akibat peristiwa yang sama, yaitu banjir. Banjir yang terjdi mulai dari banjir kecil yang
kedudukan air itu hanya sebatas lutut, kemudiaan menyebar lebih tinggi menuju ke paha,
hingga bencana besar, berupa banjir besar (banjir bandang) terjadi dan mampu menghilangkan
ribuan nyawa, menengelamkan rumah, dan memporak-porandakan semuanya yang dilalui oleh
air hingga tak bersisa. Padahal jika pemerintah tanggap dan mau memikirkan jalan keluar untuk
mangatasi permasalahan akan peristiwa yang terjadi, banjir tidak akan datang setiap tahunya.
Bahkan jika solusi itu direncanakan secara baik penderitaan akibat bencana banjir tidak akan
lagi mereka rasakan.
Bait ke-3
Bila air surut tingallah angin menudungi kami
Di atas langit dan di bawah lumpur kaki
Kelepak podang di pohon randu.
Mengambarkan keadaan ketika air akibat banjir telah surut, tinggallah hanya
angin yang melindungi kami (rakyat yang tengah sedih tertimpa musibah). Masih jelas
terlihat sisa-sisa lumpur yang terseret air akibat bencana banjir masih terasa
menempel di kaki. Tetap saja melihat keadaan itu, pemerintah menampilkan sikap
acuh dan tetap tidak memperdulikan nasib warganya yang sedang mengalami
kesusahan. Pemerintah hingga detik ini masih menabur-naburkan janji tanpa diketahui
pasti kapankah janji itu akan nyata direalisasikan.
5. Hasil Analisis:
Puisi “Yang Kami Minta Hanyalah” karya Taufik Ismail yang dibuat pada tahun
1966, mengambarkan betapa buruknya sikap pemimpin negara kita dalam menyikapi keluh kesah rakyatnya
akibat permasalahan yang berkaitan dengan masalah air, banjir, dan kekeringan. Padahal telah jelas
diberitakan lewat koran-koran kota yang beredar, yang memberikan informasi betapa rakyat sengsara oleh
beberapa peristiwa yang terjadi akibat bencana yang mereka alami. Namun, pemerintah terkesan acuh
terhadap segala hal dan perestiwa yang melanda rakyat kecil. Para pemimpin terkesan tidak memperdulikan
penderitaan yang mereka alami. Penyair yang mengibaratkan dirinya sebagai rakyat kecil dengan masalah-
masalah sosial yang menerpa hidupnya, turut serta mempertanyakan bagaiman bentuk tangungjawab
seorang pemimpin negara untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial rakyatnya. Penyair
berusaha agar pemimpin saat itu mau memperhatikan dan perduli akan kesedihan yang dirasakan oleh
rakyat dengan cara memenuhi segala yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Pada bait pertama penyair mencoba
menjelaskan pentingnya kebutuhan akan sebuah bendungan. Meskipun hanya sebuah bendungan, ternyata
bangunan itu memiliki peran yang berarti bagi masyarakat yang sering mengalami banjir dan kekeringan.
Misalnya saja saat musim kemarau, bendungan digunakan sebagai penampung air agar mereka tidak
kekeringan dan mencegah terjadinya banjir pada musim penghujan. Bendungan itu tidak digunakan untuk
kepentingan sebagian orang saja tetepi juga mencangkup kepentingan banyak orang. Kejadian ini
ditunjukkan penyair pada bait pertama yang berbunyi:
Yang kami minta hanyalah bendungan saja
Penawar musim kemarau dan tangkal bahaya banjir
Tentu Bapa sudah melihat gambarannya di koran kota
Tatkala semua orang bersedih sekadarnya.
6. Bait ke-4
Bila tanggul pecah tinggallah runtuhan lagi
Sawah retak-retak berebahan tangkai padi
Nyanyi katak bertalu-talu.
Bila tanggul yang mereka buat sendiri sudah tidak mampu manahan derasnya air yang
mengalir, tanggul akan pecah dan menyisahkan bekas-bekas runtuhan bangunan. Petani gagal
panen karena sawah-sawah mereka rusak dan hasil padi gagal dipanen untuk dijual dan
menghasilkan uang. Sedang pemerintah tetap asik dengan urusannya masing-masing tanpa
sedikitpun turut serta membantu meringankan beban rakyat yang semakin menderita akibat
ketidak pedulian pemerintah.
Bait ke-5
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Tidak tugu atau tempat main bola
Yang mancur warna-warni.
Bait ke-6
Kirimkan kapur dan semen. Insinyur ahli
Lupakan tersianya sedekah berjuta-juta
Yang tak sampai kepada kami.
7. Pada baik ke-5 dan ke-6 disebutkan kembali permintaan yang diinginkan oleh
rakyat agar pemerintah segera merealisasikan apa yang mereka butuhkan. Sangatlah
mudah bagi pemerintah untuk mengabulkan permintaan mereka yang sangat sederhana
untuk dibangunkan sebuah bendungan. Mereka tidak meminta tugu, tempat main bola,
dan air mancur yang serba bagus, indah bentuknya warna-warni tampilan gedungnya .
Mereka hanya meminta dibangunkan sebuah bendungan, kemudian dengan segera
menyelesaikan membangun bendungan dengan jalan mengirimkan bahan-bahan untuk
membangun bendungan berupa kapur dan semen serta tenaga ahli berupa insinyur.
Bahkan rakyat tak akan marah dan menuntut hak yang seharunya mereka terima ternyata
tidak sampai ke tangan mereka dan dirampas oleh pemimpin negara. Cukup dengan
dipenuhi apa yang saat itu mereka inginkan, mereka akan diam. Sebelum mengakhiri
puisinya, penyair mempertanyakan akan kemerdekan yang seharunya mereka dapatkan
pada negara yang telah merdeka selama bertahun-tahun. Akan kesejahteraan yang tetap
tidak mereka peroleh meskipun negara yang mereka tempati telah merdeka. Mereka
mengharapkan akan adanya bukti nyata perubahan kehidupan setelah merdeka. Hal ini
ditunjukan pada bait ke-7 yaitu:
Bertahun-tahun kita merdeka, Bapa
Yang kami minta hanyalah sebuah bendungan saja
Kabulkanlah kiranya.
8. DOA
Karya Amir Hamzah
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,
kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama
meningkat naik, setelah menghalaukan panas
payah terik.
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan,
melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke
bawah kursimu.
9. Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang
memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-
malam
menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,
penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar
mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!
10. Analisis Puisi
Pada bait pertama,
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita,
kekasihku?
Pada bait pertama menggambarkan bahwa penyair mempertanyakan waktu yang paling sesuai bertemu
dengan “kekasihnya” bisa dibandingkan dengan apa. “Kekasih” yang dimaksud penyair dalam hal ini adalah
Tuhan (Allah). Penyair membandingkan waktu yang paling berharga dari semua waktu yang dimiliki oleh
sang penyair untuk Allah SWT.
Pada bait kedua
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama
meningkat naik, setelah menghalaukan panas
payah terik.
Bait kedua merupakan jawaban dari puisi sebelumnya, yaitu waktu yang sesuai
bertemu dengan Allah menurut sang penyair adalah ketika hari mulai senja dan bulan sedikit
demi sedikit muncul sedangkan matahari sedikit demi sedikit tenggelam dan panas dari terik
matahari mulai menghilang. Hal ini menandakan bahwa hari akan menjadi malam. Waktu
senja dalam bait kedua ini adalah waktu ketika maghrib tiba sampai menjelang isya’.
11. Pada bait ketiga
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan,
melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke
bawah kursimu.
Puisi bait kedua diperjelas dengan puisi pada bait ketiga ini. Angin malam yang
berhembus lemah (sepoi-sepoi) menyejukkan badan dan membawa pikiran sang penyair
kepada Tuhan. Penyair juga menyebutkan kata “kursimu”, yang berarti kekuasaan Tuhan.
Penyair membawa angan-angan atau doa-doanya penyair dipanjatkan kepada Allah. Waktu ini
adalah waktu yang mustajab untuk berdzikir dan memanjatkan doa kepada Allah SWT.
Pada bait keempat
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang
memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-malam
menyirak kelopak.
Pada bait ini menggambarkan bahwa penyair merasa bahwa hatinya terang setelah
menerima “katamu”, yang dimaksud dalam hal ini adalah ayat suci Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-
Qur’an menurut penyair merupakan penerang hidup dari gelapnya dunia. Sedangkan pada
baris selanjutnya menggambarkan bahwa penyair membuka hatinya yang senantiasa
mengharapkan belas kasih Tuhannya.
12. Pada bait kelima
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,
penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinar
mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!
Pada bait kelima ini, penyair berharap agar Tuhan memenuhi seluruh isi hati dan kalbunya
dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an serta cahaya Ilahi sehingga penyair merasa bahagia dan senang,
karena setiap orang yang di dalam hatinya selalu memiliki kerinduan, cinta kepada Tuhannya,
orang itu akan selalu merasakan kebahagiaan.
Kesimpulan
Puisi Doa karya Amir Hamzah merupakan puisi yang bertemakan tentang
ketuhanan (religius). Puisi ini menceritakan tentang do’a sang penyair kepada
Tuhannya. Do’a yang selalu dipanjatkan kepada Tuhan dilakukan setelah sholat
maghrib dan dilanjutkan dengan membaca ayat suci Al-Qur’an supaya do’a-
do’anya dikabulkan oleh Allah. Sang penyair merasa hatinya diliputi rasa
kedamaian setelah membaca ayat suci Al-Qur’an. Penyair juga berharap Tuhan
selalu menjaga, menyayangi, dan selalu berada di dalam hatinya serta selalu
menerangi dengan cahayaNya dalam hidupnya.
13. Surat dari Ibu
Karya: Asrul Sani
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas!
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
14. Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku!
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
(1948)
15. Hasil Analisis:
Puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani merupakan puisi yang bertemakan kemanusiaan. Puisi ini
menceritakan tentang nasehat ibu kepada anaknya yang tersayang. Ibu memberi nasehat pada anaknya
agar anaknya pergi mencari pengalaman, menambah wawasan dan pengetahuan sampai akhirnya
mendapat pekerjaan atau sampai anaknya meraih kesuksesan. Setelah berhasil mencapai impiannya, maka
anaknya harus kembali pulang. Anaknya akan disambut oleh ibunya dan dia menceritakan kepada ibunya
tentang pengalaman hidup, cintanya dan sampai dia meraih kesuksesan. Analisis selengkapnya dijelaskan
sebagai berikut.
Bait ke-1
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas!
Ibu yang sangat menyayangi anaknya dan menasehati anaknya untuk pergi mencari pengalaman
dan menambah wawasan. Pergi ke hidup bebas bisa diartikan bahwa anaknya disuruh untuk pergi
kemanapun sesuai kehendak anaknya tersebut. Tujuannya agar anaknya mempunyai teman yang banyak
dan mendapatkan pengetahuan yang luas sampai anaknya bisa mencapai kesuksesan.
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
Angin buritan adalah gerakan udara yang bertiup dari belakang atau sejalan dengan
arah perahu. Jika dihubungkan dengan kehidupan nelayan, maka selama angin masih
membantu nelayan berlayar karena anginnya sejalan dengan arah perahu. Selama anaknya juga
masih muda dan masih memiliki semangat untuk berjuang meraih kesuksesan, karena ketika
masih muda tentunnya pikiran anak tersebut juga masih belum terbebani oleh banyak hal. Anak
tersebut juga harus fokus terhadap apa yang dicita-citakan dan tidak boleh tergoyah oleh
apapun, bisa diartikan lagi bahwa anak tersebut juga harus teguh pada pendiriannya.
16. Bait ke-2
Pergi ke laut lepas, anakku sayang!
Pergi ke hidup bebas
Bait tersebut sebenarnya sama dengan bait yang pertama. Hanya saja bait pertama
menyebutkan dunia luas sedangkan bait ini menyebutkan laut lepas. Jika kita hubungkan dengan
perjalanan yang jauh, maka kata tersebut memang benar. Seseorang yang akan pergi dengan jarak
yang sangat jauh tentunya dia akan melewati daratan dan lautan yang sangat luas. Jadi, Ibu yang
sangat menyayangi anaknya itu menasehati anaknya agar anaknya pergi kemanapun, bahkan dengan
jarak yang jauh pun tak apa-apa asal anaknya merantau untuk mencari kesuksesan. Pergi ke hidup
bebas sama dengan bait sebelumnya yaitu anaknya disuruh untuk pergi kemanapun sesuai kehendak
anaknya tersebut. Tujuannya agar anaknya bisa berteman dengan banyak orang dan akan
mendapatkan pengetahuan yang luas sampai anaknya bisa mencapai kesuksesan. Jadi, anaknya akan
mendapatkan ilmu dan pekerjaan.
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau
Selama hari belum petang bisa diartikan selama waktu masih belum terlambat, karena
anaknya saat ini masih muda dan jika nanti sudah tidak muda lagi atau semakin tua, maka akan sulit
pergi kesana kemari mencari ilmu dan pekerjaan. Dan warna senja belum kemerah-merahan bisa
diartikan bahwa anaknya disuruh pergi merantau selama pikirannya masih belum mempunyai beban
yang banyak. Tentunya seseorang yang masih muda masih sedikit permasalahan dalam hidupnya.
Berbeda dengan orang yang tua, kebanyakan permasalahan dalam hidupnya lebih banyak. Menutup
pintu waktu lampau bisa diartikan bahwa waktu yang lalu tidak akan bisa terulang kembali, karena
mustahil kita bisa kembali ke masa lalu. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu saat
ini. Kita harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
17. Bait ke-3
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Apabila cita-cita atau impian anak tersebut telah berhasil didapat dan pengalaman-
pengalaman serta pengetahuan yang didapat sudah banyak, maka anak tersebut harus kembali
pulang ke rumah. Masih berhubungan juga dengan bait berikutnya yaitu dan elang laut pulang ke
sarang. Dapat diartikan bahwa elang di sini adalah anaknya dan pulang ke sarang berarti pulang ke
rumah. Pada bait berikutnya yaitu angin bertiup ke benua. Angin yang bertiup ke benua sama halnya
dengan angin yang menuju ke darat. Jika kita menghubungkan dengan kehidupan nelayan, maka
pada saat itu nelayan kembali pulang ke darat. Jadi, bait-bait tersebut menjelaskan bahwa anaknya
harus pulang ke rumah setelah menadapatkan apa yang diinginkan selama pergi atau merantau.
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nahkoda sudah tahu pedoman
Bait tersebut menjelaskan bahwa pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh
anaknya selama ini sudah banyak. Tentunya anaknya itu juga sudah tahu tujuan dalam hidupnya
dan tahu untuk bisa mengarahkan perjalanan hidupnya ke arah yang lebih baik.
Boleh engkau datang padaku!
Setelah semua yang dilakukannya selama dia merantau terasa sudah cukup,
ibunya menginginkan anaknya kembali pulang. Ibunya berharap kepada anaknya agar
anaknya mau bertemu dan menceritakan apa saja yang dialami oleh anaknya tersebut.
18. Bait ke-4
Kembali pulang anakkku sayang
Kembali ke balik malam!
Ibunya ingin anaknya yang tersayang kembali pulang ke rumah. Dijelaskan
lagi pada bait berikutnya yaitu Kembali ke balik malam. Ibunya ingin mereka bisa
berkumpul bersama dan beristirahat di rumah. Malam di sini menggambarkan
keadaan bahwa semua orang pada saat malam hari seharusnya tidak berada di
luar, dan sudah saatnya untuk beristirahat bersama semua anggota keluarganya.
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”
Apabila perjalanan anaknya untuk mencari pengalaman dan pengetahuan
sudah terasa cukup atau cita-cita anaknya sudah tercapai, maka anaknya kembali ke
rumah. Anaknya juga menceritakan pengalamannya selama pergi merantau. Anaknya
menceritakan tentang cintanya dan hidupnya kepada ibunya setelah mereka
beristirahat. Jadi, anaknya bercerita tentang cinta dan semua pengalaman hidupnya
esok hari (pagi hari) setelah mereka beristirahat (pada malam hari).