2. DOSEN PEMBIMBING
HENIK ISTIKOMAH S.Si.T.,. M Keb
Nama Kelompok:
1.
2.
3.
Tri Wahyuni
Unika Praba Niscahyani
Wahyu Krisnawati
Non reguler B/semester III
3. 1. Definisi
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti
“di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra
terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia
merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
• Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara
1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang
uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.
Sumber
http://nazriorikrifai.blogspot.com/2009/08/hipospadia_13.html
5. 2. KLASIFIKASI
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/
meatus yaitu sebagai berikut:
1. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis,
kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan.
2. Tipe penil/ Tipe Middle
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum.
Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara
bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka
sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada
dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.
Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang
disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan
umumnya testis tidak turun.
7. 3. ETIOLOGI
Penyebab pasti hipospadia tidak diketahui secara pasti.
Beberapa etiologi dari hipospadia telah dikemukakan, termasuk
faktor genetik, endokrin, dan faktor lingkungan. Sekitar 28%
penderita ditemukan adanya hubungan familial.
Beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling
berpengaruh antara lain :
1.Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone
androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Jika
testis gagal memproduksi sejumlah testosteron . Atau biasa
juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam
tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu
efek yang semestinya.
8. *
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini
biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis
androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak
terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab
adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi
Hipospadia sering disertai kelainan penyerta yang biasanya
terjadi bersamaan pada penderita hipospadia.
9. 4. Tanda dan Gejala
a. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang
dangkal di
bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus.
b. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di
bagian punggung penis.
c. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus
dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari
jaringan sekitar.
d. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
e. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
f. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari
glans penis.
g. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi
bengkok.
h. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung
skrotum).
i. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
http://gabrielaadvitri.blogspot.com/2013/04/hipospadia.html
10. 5. Diagnosis
Diagnosis
hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi.
Kadang-kadang hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan
ultrasound prenatal. Jika tidak teridentifikasi sebelum kelahiran,
maka biasanya dapat teridentifikasi pada pemeriksaan setelah
bayi lahir.
Pada orang dewasa yang menderita hipospadia dapat
mengeluhkan kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine.
Chordee dapat menyebabkan batang penis melengkung ke ventral
yang dapat mengganggu hubungan seksual. Hipospadia tipe
perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi
dalam posisi duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan
infertilitas.
11. Lanjut...
Beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu
urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks
internal terbentuk secara normal. Excretory urography dilakukan untuk
mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan
ureter
Diagnosis bias juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika
hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan
pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya.Bayi
yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis
dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan. Jika tidak diobati,
mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak
dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam
melakukan hubungan seksual.
Sumber
http://sumber-ilmu-bengkulu.blogspot.com/2013/08/asuhan-kebidananpada-neonatus-bayi-dan.html
12. 6. Komplikasi
Pseudohermatroditisme
(keadaan yang ditandai
dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin
tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu
)
Psikis ( malu ) karena perubahan posisi BAK.
Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak
segera dioperasi saat dewasa.
Sumber
http://kumpulan0askep.wordpress.com/2011/
06/02/askep-hipospadia/
13. 7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan
prosedur pembedahan pada hipospadia adalah:
• Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee
• Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis
(uretroplasti)
• Untuk mengembalikan aspek normal dari genetalia eksterna (kosmetik)
Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malforasinya. Pada
hipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa
recurvactum, bentuk seperti ini dapat direkontruksi dengan flap lokal.
Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu
enam bulan sampai usia prasekolah. Anak yang menderita hipospadia
hendaknya jangan dulu di khitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi
rekontruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup
lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu dapa penderita hipospadia.
14. Tahapan operasi rekontruksi antara lain:
1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Langkah
selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis
untuk menutup sulcus uretra.
2. (Uretroplasty) tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa
naficularis pada gland penis. Uretroplasty yaitu membuat fossa naficularis baru
pada gland penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah
terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah
penanganan pasca bedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat
digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde
untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentknya. Urin untuk sementara
dikeluarkan melalui sonde yang dimasukan pada vesica urinaria (kandung
kemih) melalui lubang lain yang dibuat oleh dokter bedah sekitar daerah di
bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.
Sumber : http://hipospadia-dan-epispadia.blogspot.com/2013/01/hipospadia-danepispadia.html
17. Pertanyaan
Kelompok 4 (nindi)
Kenapa bisa sintesis androgen menjadi gagal?
Jawaban : Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada
gen yang mengode sintesis androgen tersebu sehingan
ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
2. Kelompok 7 (putri pungkas)
Kenapa Operasi rekontruksi harus dilakukan saat usia 6
bulan – pra sekolah ?
Jawaban :
Hali
ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak
diharapkan belum sadar bahwa ia begitu’’special’’ dan
berbeda dengan teman-temannya yang lain dimana
anak yang lain biasanya miksi atu buang air seni dengan
berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan
jongkok agar urin tidak mbleber kemna-mana.
1.