SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 73
Kelompok C
D III Kesehatan Lingkungan
Semester 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sri Ayu W
ahyuni
(P07133112004)
Boby Jati Dewo
(P07133112006)
Citra Nuraida
(P07133112009)
Debora Sakti Aquila
(P07133112010)
Dewanto Suwardi
(P07133112011)
Faathiroh Mukholifah
(P07133112018)
Gilang Adhar Rosdianto
(P07133112021)
Heri Adianto
(P07133112022)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ika Nur Rizki
(P07133112024)
Malikhatul Khariroh
(P07133112031)
Novita Anggraini
(P07133112038)
Nurbaiti
(P07133112041)
Retno Arif Utami
(P07133112050)
Sri Handayani
(P07133112056)
W
inda Sari
(P07133112060)
Yanu Dyah Pratiwi
(P07133112062
A. PENGOLAHAN
SAMPAH ORGANIK
MENJADI KOMPOS
Menumpuknya
sampah
yang
hebat
akan
menimbulkan warga sekitar terancam wabah
penyakit. 
Berbagai
permasalahan
dalam
pengelolaan
sampah
tersebut
tentu
saja
memerlukan penanganan yang serius karena
pertumbuhan kota yang cepat secara langsung
berimplikasi  pada pembangunan infrastruktur dasar
dan pelayanan publik (Nurmadi, 1999 : 6-7)
“Sampah-sampah
yang
dihasilkan dirumah dapat
diolah menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi warga dan
membantu menyelamatkan
lingkungan”, ( Teti Suryati
2009 : 1 ).
Kompos adalah hasil penguraian parsial/
tidak
lengkap dari campuran dari bahan-bahan organik
yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan
yang hangat, lembab dan aerobik atau anaerobik (JH.
Crawford, 2003).
Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang
pertumbuhan
bakteri
(mikroorganisme)
untuk
menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang
dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa lain.
Proses yang terjadi : Dekomposisi - Transformasi
1. Mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah yang
bervariasi tergantung bahan asal.
2. Menyediakan unsur secara lambat (slow release) dan
dalam jumlah terbatas dan mempunyai fungsi utama
memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah.
Tujuan :
• Mahasiswa mampu mengolah sampah organik menjadi
komposter
Manfaat :
• Kompos yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk
alami.
• Dapat membunuh organisme pathogen penyebab
penyakit yang terdapat dalam sampah.
• Mengurangi pencemaran lingkungan
• Wujud nyata partisipasi masyarakat dalam menjaga
kesehatan lingkungan.
Hari / tanggal

: Selasa, 3 Desember 2013

Waktu

: 09.00 WIB

Lokasi : Auditorium Graha Bina Husada
Alat
1.Komposter
2.Pisau
3.Balok
kayu
alas
pemotong sampah
4.Plastik transparan
5.Pipa PVC
6.Tali rafia panjang
7.Cethok
8.Penggaris kayu

Bahan
1.Sampah
organik
dedaunan hijau dan
kering.
2.Kotoran sapi kering/
kompos
3.Kapur tohor
4.Air
5.Activator (EM4)
1. Menyiapkan alat dan bahan pembuatan kompos.
2. Melakukan pemotongan sampah organik dengan ukuran
antara 2,5 – 7,5 cm sebanyak 3000 gram. Pemotongan
sampah hijau dan kering dicampur.
3. Memasukkan penggaris kayu kedalam komposter.
Dipasang secara tegak untuk menentukkan ketebalan
perbandingan antara sampah, kotoran sapi kering dan
kapur tohor.
4. Memasukkan sampah yang sudah dipotong-potong
kedalam komposter setebal 30 cm. Menggunakan
perbandingan 10 : 1 : 0,3
5.
6.
7.
8.
9.

Menambahkan dengan merata di atas sampah kotoran
sapi kering setebal 3 cm.
Menaburkan secara merata kapur tohor secukupnya kirakira 0,9 cm atau 1 cm.
Membuat lapisan yang sama, sampai memenuhi
komposter.
Setelah selesai, memberi activator (EM4) yang sudah
dicampur air dengan cara dipercikkan secara merata.
Memasukkan pipa PVC dengan cara menancapkan ke
dalam sampah secara tegak lurus.
7. Menutup komposter dengan plastik transparan yang
diberi lubang ditengah-tengahnya dengan lurus sama
dengan luas alas pipa PVC.
8. Memberi label identitas pada komposter .
9. Melakukan pengadukan atau pembalikan 1 minggu sekali.
10. Memanen kompos yang sudah matang dengan kriteria :
a. Volume menjadi 1/ bagian.
3
b. W
arna seperti tanah.
c. Tidak berbau
d. Fisik hancur
14. Mengeringkan kompos dengan cara diangin-anginkan,
lalu kompos siap untuk digunakan.
W
arna kompos adalah cokelat menyerupai tanah,
berbeda dengan tekstur atau bentuk awal, volume
menyusut menjadi sepertiga volume awal, bau
menyerupai bau tanah atau tidak berbau sama
sekali.
Dalam pembuatan kompos hal yang harus diperhatikan
adalah :
1.Memotong bahan-bahan yang akan dijadikan kompos.
Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses
pengomposan.
2.Kelembaban, suhu dan oksigen.
Ketiga hal tersebut tidak boleh lepas dari proses
pengomposan karena jika kondisi didalam ruang kompos
kering makan mikroorganisme pengurai akan mati.
Apabila suhu terlalu panas maka akan mematikan
mikroorganisme hemofilik dan oksigen.
3. Penambahan kapur tohor.
Pada proses pengomposan kondisi kotoran
dalam komposter bersifat asam maka pemberian
kapur tohor dimaksudkan untuk menetralkan
suasana didalam komposter.
• Kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab,
dan aerobik atau anaerobik.
• Kompos berguna untuk kepentingan tanah-tanah
pertanian di Indonesia
• Kompos dapat dibuat dari bahan-bahan organik
• Kompos yang telah matang ditandai dengan:
1.Warna menjadi  coklat kehitaman menyerupai tanah
2.tidak berbau
3.teksturnya menyerupai tanah (remah)
4.suhu pupuk mendekati suhu kamar
pemotongan sampah
organik

pengukuran ketebalan
Pemberian Kapur Tohor

Memerciki campuran
activator (EM4) dengan
air

Menutup dengan
plastik transparan
Hasil Pembuatan
Kompos
jumlah penduduk meningkat
taraf  hidup meningkat

Kebutuhan energi ikut
meningkat

Pemenuhannya  Pemakaian bahan bakar fosil (minyak
dan batu bara) secara besar-besaran, padahal bahan bakar
fosil terbukti ikut menambah beratnya pencemaran
lingkungan .
Bahan bakar fosil termasuk SDA yang tidak dapat
diperbarui dan jumlahnya terbatas.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar minyak pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan
energi nasional untuk mengembangkan sumber
energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar
minyak.
Biogas merupakan gas campuran metana
(CH4), karbondioksida (CO2) dan gas
lainnya yang didapat dari hasil penguraian
bahan organik (seperti kotoran hewan,
kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh
bakteri metanogen. Untuk menghasilkan
biogas, bahan organik yang dibutuhkan,
ditampung dalam bio d ig e s te r.
Proses penguraian bahan organik terjadi
secara a na e ro b (tanpa oksigen). Biogas
terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah
bio d ig e s te r terisi penuh dan mencapai
puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang
dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70%
metana (CH4), 30-40% karbondioksida
(CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil
(Fitria, B., 2009).
Secara prinsip pembuatan gas bio sangat
sederhana, yaitu memasukkan substrat (kotoran
sapi) ke dalam unit pencerna (digester) yang
anaerob. Dalam waktu tertentu gas bio akan
terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor
gas.
R
amah Lingkungan
• karena biogas
merupakan salah satu
alternatif pengolahan
limbah, khususnya
limbah kotoran sapi,
kambing dan ayam.
Limbah kotoran hewan
yang tidak diolah
dapat menimbulkan
pencemaran bagi
lingkungan sekitarnya

Terbarukan
• karena biogas
merupakan sumber
energi yang berasal
dari kotoran hewan,
tidak seperti bahan
bakar minyak yang
berasal dari minyak
bumi yang tidak dapat
diperbaharui.
1. Mengetahui cara pembuatan biogas dari
kotoran hewan secara baik dan benar
2. Mengetahui cara pembuatan tabung digester
3. Dapat melakukan pengolahan kotoran hewan
menjadi biogas
1. Biogas dapat digunakan sebagai pengganti bahan
bakar
2. Mengurangi jumlah sampah organik (kotoran hewan)
yang biasanya tidak terpakai
3. Menjadikan kotoran hewan yang tidak terpakai supaya
bernilai ekonomis
Hari / tanggal: Selasa, 3 Desember 2013
Waktu

: 08.00 WIB

Lokasi : Auditorium Graha Bina Husada
1. Mengukur volume dirigen yang akan digunakan
untuk tangki digester.
2. Mencampurkan antara kotoran dan air sesuai
dengan ukuran volume yang digunakan.
3. Menggunakan perbandingan 1 : 1 antara kotaran
dan air dan hanya menggunakan 80 % dari
volume dirigen untuk perbandingan tersebut.
Karena yang 20 % akan digunakan sebagai
penampung gas di dalam dirigen.
4. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam
dirigen.
5. Menutup tabung digester (dirigen) menggunakan
penutup atau sandal karet yang dibentuk sesuai ukuran
tutup tabung, sebelum menutupnya kita memasang
manometer pada saluran outlet lalu tutup rapat.
Pemasangan manometer berfungsi untuk memantau
atau mengetahui terjadinya gas di dalam tabung.
6. Memasukkan air pada selang sampai batas.
7. Menyimpan tabung digester yang sudah berisi campuran
kotoran dan air selama 60 hari, pada hari ke-7 gas yang
terbentuk harus dibuang terlebih dahulu dikarenakan
pembentukan gas masih aerob.
8. Memberi label pada tangki digester.
Pada hari ke 8 setelah pembuatan biogas didapatkan
hasil bahwa air yang ada di dalam selang menjadi
naik, hal ini dikarenakan terjadi pembentukan gas
metan sehingga mendorong air yang ada di selang.
Biogas yang tadinya dalam bentuk cair berubah
menjadi lebih kental.
Pada awal mula kita harus mengukur volume dirgen
yang akan digunakan sebagai tangki digester.
Kemudian bagian yang digunakan untuk pembuatan
kompos yaitu 80 % dari volume tangki digester
dengan susunan 1 : 1 antara air dan kotoran sapi.
20 % dari volume tangki digester digunakan sebagai
tempat pembentukan gas.
Hasil yang di dapat yaitu dirigen bervolume 5 liter,
kemudian 2 liter kotoran dan 2 liter air, kemudian
air dan kotoran tersebut diaduk hingga rata
didalam ember. Campuran tersebut dimasukkan
ke dalam tangki digester dan ditutup rapat.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada hari
ke 8, didapatkan hasil air yang ada di dalam
selang menjadi naik, dan bentuk biogas menjadi
mengental. Tidak diketahui berapa cm kenaikan air
di dalam selang.
Pembuatan biogas yang dilakukan oleh kelompok
kami telah berhasil, akan tetapi ada kekukarang yaitu
timbulnya bekas gelembung air pada selang, hal ini
dapat dikarenakan penutupan tangki digester kurang
rapat, dan peletakkan tangki digester yang berisi
biogas kurang aman (diletakkan di luar ruangan
sehingga terkena panas dan hujan) sehingga hasil
yang diperoleh kurang maksimal.
C.
PEMBUATAN
BRIKET
ARANG
Semakin
meningkatnya
kebutuhan
bahan bakar untuk memasak, semakin
berkurangnya atau habis cadangan minyak
bumi di alam dan rusaknya hutan sebagai
penyedia kayu bakar. Sehingga perlu
mencari energi alternatif pengganti bahan
bakar minyak bumi dengan memanfaatkan
sampah biomasa yang masih melimpah.
Salah satu alternatif energi pengganti minyak
bumi serta penyediaan energi berwawasan
lingkungan adalah briket.
Briket merupakan suatu perubahan bentuk dari
bentuk curah menjadi bentuk padat oleh karena
adanya
proses
pemampatan
komponen
penyusunnya. Pembuatan briket relatif lebih bersih
karena tidak berasap dan beresidu. Selain itu, tidak
ada bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan
briket. Prinsip kerja briket adalah Pirolisis. Pirolisis
merupakan pembakaran dengan pembatasan
Oksigen agar karbon di dalamnya tidak rusak.
Kriteria briket yang baik :
1.Padat
2.Menyala lebih lama
3.Tidak timbul asap
4.Panas tinggi
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket
arang adalah :
1.Berat jenis bahan bakar atau berat jenis serbuk
arang.
2.Kehalusan serbuk.
3.Suhu karbonisasi.
4.Tekanan pengempaan.
5.Pencampuran formula dengan briket.
1. Terampil dan mampu dalam
mengolahan sampah biomassa
untuk pembuatan briket dengan baik
dan benar.
2. Menemukan energi yang ramah
lingkungan dengan biaya murah.
Manfaat pembuatan briket arang :
1.Sampah biomassa sebagai bahan
bakar alternatif pengganti minyak
bumi.
2.Membersihkan lingkungan dari
sampah biomassa.
Judul Praktik
Hari, tanggal
Waktu
Lokasi
Bina

: Pembuatan briket arang
: Kamis, 5 Desember 2013
: 14.40 WIB
: Auditorium Graha
Husada
Alat :
1. Kompor
2. Panci
3. Pengaduk lem
4. Ayakan
5. Alu+lumpang
6. Cetakkan
7. Ember
8. Gelas ukur
9. APD (Alat Pelindung Diri)
10. Tungku pirolisis

Bahan :
1. Arang
2. Pati kanji
3. Air
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Membakar kayu pada tungku pirolisis selama 1 jam
kemudian mendinginkan.
3. Menumbuk arang sampai berukuran kecil dan
homogen
4. Setelah arang halus, kemudian disaring dengan
seringan 0,1 atau 0,5 mm. Arang yang tidak lolos
saringan bisa ditumbuk lagi.
5. Pembuatan lem : mencampur pati kanji dengan air
mendidih diatas kompor, diaduk-aduk hingga menjadi
seperti lem.
6. Menunggu sampai hangat-hangat kuku. Setelah lem
dingin mencampurkan lem dengan arang yang sudah
halus dan merata.
6. Setelah adonan tercampur rata kemudian
adonan dicetak menggunakan cetakan.
7. Mengeringkan adonan sampai kering.
8. Setelah kering dapat digunakan sebagai
pengganti bahan bakar.
Briket arang yang dipadatkan
menggunakan cetakan yang
berasal dari bekas pipa,
didapatkan briket arang yang
padat dan kering yang siap
digunakan sebagai bahan bakar
Dari praktikum yang telah kami
lakukan didapatkan briket arang yang
sudah siap digunakan sebagai
pengganti bahan bakar.
Kepadatan lalat merupakan parameter keberhasilan
dalam pengelolaan sampah. Kepadatan lalat yang tinggi
pada TPS/TPAmenandakan bahwa pengelolaan sampah
tidak berhasil. Lalat bersarang dan berkembang biak
ditempat-tempat dimana terdapat bahan organik yang
melimpah,termasuk dalam sampah.
Hubungannya dengan kesehatan, lalat merupakan
vektor penyakit secara mekanik berbagai macam penyakit
saluran pencernaan.
Pemantauan kepadatan lalat dilakukan dalam
perencanaan pengendalian dan pengelolaan sampah.
Pemantauan kepadatan lalat diperlukan untuk melindungi
masyarakat dari gangguan yang ditimbulkan oleh
lalat,maka sasaran lokasi yang diukur adalah yang
berhubungan dengan keberadaan manusia.
Sasaran lokasi yang diukur antara lain:
a.Pemukiman penduduk
b.Tempat- tempat umum ( pasar, terminal, rumah makan).
c.Tempat penyimpanan sampah ementara.(TPS}
d.Tempat pembuangan akhir sampah (TPA)
Interpretesi hasil pengukuran kepadatan lalat tiap lokasi
atau blokgrill adalah:
a.0 – 2
: Rendah atau tidak menjadi masalah dan
tidak perlu dilakukan kegiatan sanitasi
b.3 – 6
: Sedang dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap
tempat-tempat
berkembangbiakan
lalat
(tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain)
c.7 – 20
: Tinggi atau padat dan perlu pengamanan
terhadap tempat- tempat berkembangbiakan lalat dan bila
mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.
d.> 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan
pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan
lalat dan upaya pengendalian lalat.
Judul Praktik
: Pengukuran
Kepadatan Lalat
Hari, tanggal
: Kamis, 5 Desember 2013
Waktu
: 13.00 WIB
Lokasi
: Auditorium Graha
Bina
Husada
1. Agar mahasiswa terampil dalam melaksanakan
pemantauan kepadatan lalat.
2. Agar mahasiswa mampu melakukan analisis dari
pemantauan kepadatan lalat.
3. Agar mahasiswa mampu menyusun alternatif
pemecahan masalah pengelolaan untuk memperkecil
tingkat kepadatan lalat.
1 . Blo c k G rill
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Counter
5. Alat Tulis
6. Stopwatch
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. Menetukan titik tengah pengukuran kepadatan
lalat dengan memberi tanda T-0.
3. Mengukur jarak dari titik tengah sepanjang 10
meter (T-2), 20 meter (T-2) ke arah pemukiman
terdekat.
4. Meletakkan block grill pada titik sampling T-0.
5. Menghitung lalat yang hinggap ke block grill
dengan counter dalam waktu 30 detik
menggunakan stopwatch.
6. Mencatat jumlah lalat yang hinggap dalam tabel.
7. Mengulangi pengukuran lalat sebanyak 10 kali.
Kemudian mencatat jumlah lalat yang hinggap dalam
tabel.
8. Melakukan pengukuran yang sama seperti di atas pada
titik sampling T-1 dan T-2.
9. Melakukan perhitungan kepadatan lalat dengan cara
mengambil jumlah lalat terbesar pada 5 kali
pengukuran, kemudian menjumlahkannya dan meratarata untuk masing-masing titik sampling.
10. Rata-rata yang ada merupakan tingkat kepadatan lalat
pada masing-masing titik.
11. Kemudian membuat grafik tingkat kepadatan lalat.
12. Mencocokkan tingkat kepadatan lalat dengan standar.
13. Membuat rekomendasi interpretasi dari kepadatan lalat
yang ada berdasar standar.
No.

Titik
Samplin
g

Jumlah Lalat yang Hinggap di Block grill pada 30 detik
ke
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Rata-Rata
Pengukura
n 5 kali
Terbesar *

1.

T-1
(0 m)

10

15

6

9

7

9

5

12

13

8

59/ = 11,8
5
=12

2.

T-2
(10 m)

2

1

2

3

2

1

2

2

0

0

11/ = 2,2
5
=2

0
2
0
0
T-3
Tingkat Kepadatan Lalat
(20 m)

2

0

0

0

0

1

5/5 = 1

3.

*)
•
•
•
•
•

Rata-rata 5 kali pengukuran terbesar di setiap titik :
Titik Tengah (T-0) = 12
Titik Satu (T-1) = 2
Titik Dua (T-2)
=1
Sehinggga didapat
Rata-rata Total = 15/3 = 5 ekor/ m 2
1. Titik sampling ke-1 (T-0)
tingkat kepadatan lalat tinggi yaitu 12 (tinggi7-20)

interpretasi : perlu dilakukan sanitasi tempat dan bila
memungkinan boleh dilakukan
pengendalian.
2. Titik sampling ke-2 (T-1)
tingkat kepedatan lalat rendah yaitu 2 (rendah0-2)

interpretasi : tidak perlu dilakukan kegiatan sanitasi
3. Titik sampling ke-3 (T-2)
tingkat kepedatan lalat sangat rendah yaitu 1 (sangat
rendah0-2)
 interpretasi : tidak perlu dilakukan kegiatan sanitasi
Dari hasil pengukuran rata-rata tingkat kepadatan
lalat di TPS Asrama 1 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
menunjukkan 5 ekor/m2.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada setiap 1 meter
persegi terdapat 5 ekor lalat, yang berarti termasuk
dalam kriteria 3-6 atau kepadatan sedang. Pada kriteria
ini populasi lalat sedang dan perlu dilakukan sanitasi
pada tempat pertumbuhan vektor serta perlu dilakukan
pengamanan
terhadap
tempat-tempat
berkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran
hewan, dan lain-lain)
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan tingkat
kepadatan lalat pada T-0 adalah 12 ekor lalat, pada T-1
sebesar 2 ekor lalat , dan pada T-2 sebesar 1 ekor lalat.
Rata-rata Total = 15/3 = 5 ekor/ m2
jadi, Semakin jauh jarak dari TPS, maka semakin
sedikit tingkat kepadatan lalat.
Block Grill

Penghitungan kepadatan lalat di
tempat pembuangan sampah asrama
Counter

Pengukuran jarak pemukiman
terdekat dengan TPS
Terima Kasih


Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

4. sop pemupukan
4. sop pemupukan4. sop pemupukan
4. sop pemupukanNiko Utomo
 
BUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxBUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxWartonoTono5
 
Parameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanahParameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanahHotnida D'kanda
 
Dasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan TernakDasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan TernaklombkTBK
 
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter KecilMateri Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter KecilAnik Purwa
 
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Nurul Afdal Haris
 
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...Tata Naipospos
 
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptxIMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptxJeonJungkook434518
 
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...Muhamad Imam Khairy
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
 
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)pjj_kemenkes
 
KESEHATAN LINGKUNGAN BENCANA DAN TANGGAP DARURAT
KESEHATAN LINGKUNGAN BENCANA DAN TANGGAP DARURATKESEHATAN LINGKUNGAN BENCANA DAN TANGGAP DARURAT
KESEHATAN LINGKUNGAN BENCANA DAN TANGGAP DARURATAsramid Yasin
 
Persentasi padi-1(Tanaman Pangan)
Persentasi  padi-1(Tanaman Pangan)Persentasi  padi-1(Tanaman Pangan)
Persentasi padi-1(Tanaman Pangan)nuelsitohang
 
Baku Mutu Air Limbah
Baku Mutu Air LimbahBaku Mutu Air Limbah
Baku Mutu Air LimbahJoy Irman
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
 
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
 
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan MartapuraSurveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan MartapuraHelda Zakiya Fitri
 

Mais procurados (20)

4. sop pemupukan
4. sop pemupukan4. sop pemupukan
4. sop pemupukan
 
BUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxBUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptx
 
Parameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanahParameter kualitas dan analisis tanah
Parameter kualitas dan analisis tanah
 
Pembuatan silase
Pembuatan silasePembuatan silase
Pembuatan silase
 
Dasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan TernakDasar Dasar Kesehatan Ternak
Dasar Dasar Kesehatan Ternak
 
Ppt kesehatan
Ppt kesehatanPpt kesehatan
Ppt kesehatan
 
ppt tim 3 magot revisi 1..pptx
ppt tim 3 magot revisi 1..pptxppt tim 3 magot revisi 1..pptx
ppt tim 3 magot revisi 1..pptx
 
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter KecilMateri Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
Materi Kesehatan Lingkungan untuk Dokter Kecil
 
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
 
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
Workshop Penguatan Hukum Kesejahteraan Hewan - CIVAS-BAWA-JAN, Jakarta, 18 Ma...
 
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptxIMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
IMPLEMENTASI PHT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays_1.pptx
 
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
SNI 16-7061-2004 tentang Pengukuran Iklim Kerja (Panas) dengan Parameter Inde...
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
 
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
 
KESEHATAN LINGKUNGAN BENCANA DAN TANGGAP DARURAT
KESEHATAN LINGKUNGAN BENCANA DAN TANGGAP DARURATKESEHATAN LINGKUNGAN BENCANA DAN TANGGAP DARURAT
KESEHATAN LINGKUNGAN BENCANA DAN TANGGAP DARURAT
 
Persentasi padi-1(Tanaman Pangan)
Persentasi  padi-1(Tanaman Pangan)Persentasi  padi-1(Tanaman Pangan)
Persentasi padi-1(Tanaman Pangan)
 
Baku Mutu Air Limbah
Baku Mutu Air LimbahBaku Mutu Air Limbah
Baku Mutu Air Limbah
 
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanDasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
 
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Kajian singkat Lumpy Skin Disease -  Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019
 
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan MartapuraSurveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
 

Semelhante a Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Analisis kinerja digester biogas sampah organik
Analisis kinerja digester biogas sampah organikAnalisis kinerja digester biogas sampah organik
Analisis kinerja digester biogas sampah organikFatimah Azzahra
 
Ptpsp kelompok 1
Ptpsp kelompok 1Ptpsp kelompok 1
Ptpsp kelompok 1arimchas
 
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsionalpengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsionalZuhriah As'ad
 
Teknologi kompos untuk mengurangi sampah
Teknologi kompos untuk mengurangi sampahTeknologi kompos untuk mengurangi sampah
Teknologi kompos untuk mengurangi sampahhelmirizkullah
 
Pengelolaan Sampah Organik di Pemukiman
Pengelolaan Sampah Organik di PemukimanPengelolaan Sampah Organik di Pemukiman
Pengelolaan Sampah Organik di PemukimanNahdya Maulina
 
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarFirlita Nurul Kharisma
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2nurasiyahnabil
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2nurasiyahnabil
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2nurasiyahnabil
 
Energi Biogas Kelompok 10
Energi Biogas Kelompok 10Energi Biogas Kelompok 10
Energi Biogas Kelompok 10MuhyiddinSyarif
 
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Mahros Darsin
 
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKANLAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKANHasanuddin University
 
Proses sampah organik menjadi kompos
Proses sampah organik menjadi komposProses sampah organik menjadi kompos
Proses sampah organik menjadi komposJuleha Usmad
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2nurasiyahnabil
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2nurasiyahnabil
 

Semelhante a Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat) (20)

Analisis kinerja digester biogas sampah organik
Analisis kinerja digester biogas sampah organikAnalisis kinerja digester biogas sampah organik
Analisis kinerja digester biogas sampah organik
 
Ptpsp kelompok 1
Ptpsp kelompok 1Ptpsp kelompok 1
Ptpsp kelompok 1
 
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsionalpengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
 
Teknologi kompos untuk mengurangi sampah
Teknologi kompos untuk mengurangi sampahTeknologi kompos untuk mengurangi sampah
Teknologi kompos untuk mengurangi sampah
 
Pengelolaan Sampah Organik di Pemukiman
Pengelolaan Sampah Organik di PemukimanPengelolaan Sampah Organik di Pemukiman
Pengelolaan Sampah Organik di Pemukiman
 
Komposting
KompostingKomposting
Komposting
 
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
 
Komposter.ppt
Komposter.pptKomposter.ppt
Komposter.ppt
 
13. lap kompos
13. lap kompos13. lap kompos
13. lap kompos
 
Energi Biogas Kelompok 10
Energi Biogas Kelompok 10Energi Biogas Kelompok 10
Energi Biogas Kelompok 10
 
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
 
Biogas
BiogasBiogas
Biogas
 
Biogas
BiogasBiogas
Biogas
 
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKANLAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
LAPORAN KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
 
Proses sampah organik menjadi kompos
Proses sampah organik menjadi komposProses sampah organik menjadi kompos
Proses sampah organik menjadi kompos
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
 

Último

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 

Último (20)

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 

Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

  • 1. Kelompok C D III Kesehatan Lingkungan Semester 3
  • 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sri Ayu W ahyuni (P07133112004) Boby Jati Dewo (P07133112006) Citra Nuraida (P07133112009) Debora Sakti Aquila (P07133112010) Dewanto Suwardi (P07133112011) Faathiroh Mukholifah (P07133112018) Gilang Adhar Rosdianto (P07133112021) Heri Adianto (P07133112022) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ika Nur Rizki (P07133112024) Malikhatul Khariroh (P07133112031) Novita Anggraini (P07133112038) Nurbaiti (P07133112041) Retno Arif Utami (P07133112050) Sri Handayani (P07133112056) W inda Sari (P07133112060) Yanu Dyah Pratiwi (P07133112062
  • 4. Menumpuknya sampah yang hebat akan menimbulkan warga sekitar terancam wabah penyakit.  Berbagai permasalahan dalam pengelolaan sampah tersebut tentu saja memerlukan penanganan yang serius karena pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi  pada pembangunan infrastruktur dasar dan pelayanan publik (Nurmadi, 1999 : 6-7)
  • 5. “Sampah-sampah yang dihasilkan dirumah dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi warga dan membantu menyelamatkan lingkungan”, ( Teti Suryati 2009 : 1 ).
  • 6. Kompos adalah hasil penguraian parsial/ tidak lengkap dari campuran dari bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerobik atau anaerobik (JH. Crawford, 2003).
  • 7. Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang pertumbuhan bakteri (mikroorganisme) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa lain. Proses yang terjadi : Dekomposisi - Transformasi
  • 8. 1. Mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah yang bervariasi tergantung bahan asal. 2. Menyediakan unsur secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah.
  • 9. Tujuan : • Mahasiswa mampu mengolah sampah organik menjadi komposter Manfaat : • Kompos yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk alami. • Dapat membunuh organisme pathogen penyebab penyakit yang terdapat dalam sampah. • Mengurangi pencemaran lingkungan • Wujud nyata partisipasi masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan.
  • 10. Hari / tanggal : Selasa, 3 Desember 2013 Waktu : 09.00 WIB Lokasi : Auditorium Graha Bina Husada
  • 11. Alat 1.Komposter 2.Pisau 3.Balok kayu alas pemotong sampah 4.Plastik transparan 5.Pipa PVC 6.Tali rafia panjang 7.Cethok 8.Penggaris kayu Bahan 1.Sampah organik dedaunan hijau dan kering. 2.Kotoran sapi kering/ kompos 3.Kapur tohor 4.Air 5.Activator (EM4)
  • 12. 1. Menyiapkan alat dan bahan pembuatan kompos. 2. Melakukan pemotongan sampah organik dengan ukuran antara 2,5 – 7,5 cm sebanyak 3000 gram. Pemotongan sampah hijau dan kering dicampur. 3. Memasukkan penggaris kayu kedalam komposter. Dipasang secara tegak untuk menentukkan ketebalan perbandingan antara sampah, kotoran sapi kering dan kapur tohor. 4. Memasukkan sampah yang sudah dipotong-potong kedalam komposter setebal 30 cm. Menggunakan perbandingan 10 : 1 : 0,3
  • 13. 5. 6. 7. 8. 9. Menambahkan dengan merata di atas sampah kotoran sapi kering setebal 3 cm. Menaburkan secara merata kapur tohor secukupnya kirakira 0,9 cm atau 1 cm. Membuat lapisan yang sama, sampai memenuhi komposter. Setelah selesai, memberi activator (EM4) yang sudah dicampur air dengan cara dipercikkan secara merata. Memasukkan pipa PVC dengan cara menancapkan ke dalam sampah secara tegak lurus.
  • 14. 7. Menutup komposter dengan plastik transparan yang diberi lubang ditengah-tengahnya dengan lurus sama dengan luas alas pipa PVC. 8. Memberi label identitas pada komposter . 9. Melakukan pengadukan atau pembalikan 1 minggu sekali. 10. Memanen kompos yang sudah matang dengan kriteria : a. Volume menjadi 1/ bagian. 3 b. W arna seperti tanah. c. Tidak berbau d. Fisik hancur 14. Mengeringkan kompos dengan cara diangin-anginkan, lalu kompos siap untuk digunakan.
  • 15. W arna kompos adalah cokelat menyerupai tanah, berbeda dengan tekstur atau bentuk awal, volume menyusut menjadi sepertiga volume awal, bau menyerupai bau tanah atau tidak berbau sama sekali.
  • 16. Dalam pembuatan kompos hal yang harus diperhatikan adalah : 1.Memotong bahan-bahan yang akan dijadikan kompos. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses pengomposan. 2.Kelembaban, suhu dan oksigen. Ketiga hal tersebut tidak boleh lepas dari proses pengomposan karena jika kondisi didalam ruang kompos kering makan mikroorganisme pengurai akan mati. Apabila suhu terlalu panas maka akan mematikan mikroorganisme hemofilik dan oksigen.
  • 17. 3. Penambahan kapur tohor. Pada proses pengomposan kondisi kotoran dalam komposter bersifat asam maka pemberian kapur tohor dimaksudkan untuk menetralkan suasana didalam komposter.
  • 18. • Kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. • Kompos berguna untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia • Kompos dapat dibuat dari bahan-bahan organik • Kompos yang telah matang ditandai dengan: 1.Warna menjadi  coklat kehitaman menyerupai tanah 2.tidak berbau 3.teksturnya menyerupai tanah (remah) 4.suhu pupuk mendekati suhu kamar
  • 20. Pemberian Kapur Tohor Memerciki campuran activator (EM4) dengan air Menutup dengan plastik transparan
  • 22.
  • 23. jumlah penduduk meningkat taraf  hidup meningkat Kebutuhan energi ikut meningkat Pemenuhannya  Pemakaian bahan bakar fosil (minyak dan batu bara) secara besar-besaran, padahal bahan bakar fosil terbukti ikut menambah beratnya pencemaran lingkungan . Bahan bakar fosil termasuk SDA yang tidak dapat diperbarui dan jumlahnya terbatas.
  • 24. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak.
  • 25. Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri metanogen. Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang dibutuhkan, ditampung dalam bio d ig e s te r.
  • 26. Proses penguraian bahan organik terjadi secara a na e ro b (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah bio d ig e s te r terisi penuh dan mencapai puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Fitria, B., 2009).
  • 27. Secara prinsip pembuatan gas bio sangat sederhana, yaitu memasukkan substrat (kotoran sapi) ke dalam unit pencerna (digester) yang anaerob. Dalam waktu tertentu gas bio akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas.
  • 28. R amah Lingkungan • karena biogas merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah, khususnya limbah kotoran sapi, kambing dan ayam. Limbah kotoran hewan yang tidak diolah dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sekitarnya Terbarukan • karena biogas merupakan sumber energi yang berasal dari kotoran hewan, tidak seperti bahan bakar minyak yang berasal dari minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui.
  • 29. 1. Mengetahui cara pembuatan biogas dari kotoran hewan secara baik dan benar 2. Mengetahui cara pembuatan tabung digester 3. Dapat melakukan pengolahan kotoran hewan menjadi biogas
  • 30. 1. Biogas dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar 2. Mengurangi jumlah sampah organik (kotoran hewan) yang biasanya tidak terpakai 3. Menjadikan kotoran hewan yang tidak terpakai supaya bernilai ekonomis
  • 31. Hari / tanggal: Selasa, 3 Desember 2013 Waktu : 08.00 WIB Lokasi : Auditorium Graha Bina Husada
  • 32.
  • 33. 1. Mengukur volume dirigen yang akan digunakan untuk tangki digester. 2. Mencampurkan antara kotoran dan air sesuai dengan ukuran volume yang digunakan. 3. Menggunakan perbandingan 1 : 1 antara kotaran dan air dan hanya menggunakan 80 % dari volume dirigen untuk perbandingan tersebut. Karena yang 20 % akan digunakan sebagai penampung gas di dalam dirigen.
  • 34. 4. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam dirigen. 5. Menutup tabung digester (dirigen) menggunakan penutup atau sandal karet yang dibentuk sesuai ukuran tutup tabung, sebelum menutupnya kita memasang manometer pada saluran outlet lalu tutup rapat. Pemasangan manometer berfungsi untuk memantau atau mengetahui terjadinya gas di dalam tabung. 6. Memasukkan air pada selang sampai batas. 7. Menyimpan tabung digester yang sudah berisi campuran kotoran dan air selama 60 hari, pada hari ke-7 gas yang terbentuk harus dibuang terlebih dahulu dikarenakan pembentukan gas masih aerob. 8. Memberi label pada tangki digester.
  • 35. Pada hari ke 8 setelah pembuatan biogas didapatkan hasil bahwa air yang ada di dalam selang menjadi naik, hal ini dikarenakan terjadi pembentukan gas metan sehingga mendorong air yang ada di selang. Biogas yang tadinya dalam bentuk cair berubah menjadi lebih kental.
  • 36. Pada awal mula kita harus mengukur volume dirgen yang akan digunakan sebagai tangki digester. Kemudian bagian yang digunakan untuk pembuatan kompos yaitu 80 % dari volume tangki digester dengan susunan 1 : 1 antara air dan kotoran sapi. 20 % dari volume tangki digester digunakan sebagai tempat pembentukan gas.
  • 37. Hasil yang di dapat yaitu dirigen bervolume 5 liter, kemudian 2 liter kotoran dan 2 liter air, kemudian air dan kotoran tersebut diaduk hingga rata didalam ember. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam tangki digester dan ditutup rapat. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada hari ke 8, didapatkan hasil air yang ada di dalam selang menjadi naik, dan bentuk biogas menjadi mengental. Tidak diketahui berapa cm kenaikan air di dalam selang.
  • 38. Pembuatan biogas yang dilakukan oleh kelompok kami telah berhasil, akan tetapi ada kekukarang yaitu timbulnya bekas gelembung air pada selang, hal ini dapat dikarenakan penutupan tangki digester kurang rapat, dan peletakkan tangki digester yang berisi biogas kurang aman (diletakkan di luar ruangan sehingga terkena panas dan hujan) sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal.
  • 39.
  • 40.
  • 42. Semakin meningkatnya kebutuhan bahan bakar untuk memasak, semakin berkurangnya atau habis cadangan minyak bumi di alam dan rusaknya hutan sebagai penyedia kayu bakar. Sehingga perlu mencari energi alternatif pengganti bahan bakar minyak bumi dengan memanfaatkan sampah biomasa yang masih melimpah. Salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi serta penyediaan energi berwawasan lingkungan adalah briket.
  • 43. Briket merupakan suatu perubahan bentuk dari bentuk curah menjadi bentuk padat oleh karena adanya proses pemampatan komponen penyusunnya. Pembuatan briket relatif lebih bersih karena tidak berasap dan beresidu. Selain itu, tidak ada bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan briket. Prinsip kerja briket adalah Pirolisis. Pirolisis merupakan pembakaran dengan pembatasan Oksigen agar karbon di dalamnya tidak rusak. Kriteria briket yang baik : 1.Padat 2.Menyala lebih lama 3.Tidak timbul asap 4.Panas tinggi
  • 44. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah : 1.Berat jenis bahan bakar atau berat jenis serbuk arang. 2.Kehalusan serbuk. 3.Suhu karbonisasi. 4.Tekanan pengempaan. 5.Pencampuran formula dengan briket.
  • 45. 1. Terampil dan mampu dalam mengolahan sampah biomassa untuk pembuatan briket dengan baik dan benar. 2. Menemukan energi yang ramah lingkungan dengan biaya murah.
  • 46. Manfaat pembuatan briket arang : 1.Sampah biomassa sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi. 2.Membersihkan lingkungan dari sampah biomassa.
  • 47. Judul Praktik Hari, tanggal Waktu Lokasi Bina : Pembuatan briket arang : Kamis, 5 Desember 2013 : 14.40 WIB : Auditorium Graha Husada
  • 48. Alat : 1. Kompor 2. Panci 3. Pengaduk lem 4. Ayakan 5. Alu+lumpang 6. Cetakkan 7. Ember 8. Gelas ukur 9. APD (Alat Pelindung Diri) 10. Tungku pirolisis Bahan : 1. Arang 2. Pati kanji 3. Air
  • 49.
  • 50. 1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Membakar kayu pada tungku pirolisis selama 1 jam kemudian mendinginkan. 3. Menumbuk arang sampai berukuran kecil dan homogen 4. Setelah arang halus, kemudian disaring dengan seringan 0,1 atau 0,5 mm. Arang yang tidak lolos saringan bisa ditumbuk lagi. 5. Pembuatan lem : mencampur pati kanji dengan air mendidih diatas kompor, diaduk-aduk hingga menjadi seperti lem. 6. Menunggu sampai hangat-hangat kuku. Setelah lem dingin mencampurkan lem dengan arang yang sudah halus dan merata.
  • 51. 6. Setelah adonan tercampur rata kemudian adonan dicetak menggunakan cetakan. 7. Mengeringkan adonan sampai kering. 8. Setelah kering dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar.
  • 52. Briket arang yang dipadatkan menggunakan cetakan yang berasal dari bekas pipa, didapatkan briket arang yang padat dan kering yang siap digunakan sebagai bahan bakar
  • 53.
  • 54.
  • 55. Dari praktikum yang telah kami lakukan didapatkan briket arang yang sudah siap digunakan sebagai pengganti bahan bakar.
  • 56.
  • 57. Kepadatan lalat merupakan parameter keberhasilan dalam pengelolaan sampah. Kepadatan lalat yang tinggi pada TPS/TPAmenandakan bahwa pengelolaan sampah tidak berhasil. Lalat bersarang dan berkembang biak ditempat-tempat dimana terdapat bahan organik yang melimpah,termasuk dalam sampah. Hubungannya dengan kesehatan, lalat merupakan vektor penyakit secara mekanik berbagai macam penyakit saluran pencernaan. Pemantauan kepadatan lalat dilakukan dalam perencanaan pengendalian dan pengelolaan sampah. Pemantauan kepadatan lalat diperlukan untuk melindungi masyarakat dari gangguan yang ditimbulkan oleh lalat,maka sasaran lokasi yang diukur adalah yang berhubungan dengan keberadaan manusia.
  • 58. Sasaran lokasi yang diukur antara lain: a.Pemukiman penduduk b.Tempat- tempat umum ( pasar, terminal, rumah makan). c.Tempat penyimpanan sampah ementara.(TPS} d.Tempat pembuangan akhir sampah (TPA)
  • 59. Interpretesi hasil pengukuran kepadatan lalat tiap lokasi atau blokgrill adalah: a.0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah dan tidak perlu dilakukan kegiatan sanitasi b.3 – 6 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain) c.7 – 20 : Tinggi atau padat dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat berkembangbiakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendaliannya. d.> 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan lalat dan upaya pengendalian lalat.
  • 60. Judul Praktik : Pengukuran Kepadatan Lalat Hari, tanggal : Kamis, 5 Desember 2013 Waktu : 13.00 WIB Lokasi : Auditorium Graha Bina Husada
  • 61. 1. Agar mahasiswa terampil dalam melaksanakan pemantauan kepadatan lalat. 2. Agar mahasiswa mampu melakukan analisis dari pemantauan kepadatan lalat. 3. Agar mahasiswa mampu menyusun alternatif pemecahan masalah pengelolaan untuk memperkecil tingkat kepadatan lalat.
  • 62. 1 . Blo c k G rill 2. Sarung tangan 3. Masker 4. Counter 5. Alat Tulis 6. Stopwatch
  • 63. 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Menetukan titik tengah pengukuran kepadatan lalat dengan memberi tanda T-0. 3. Mengukur jarak dari titik tengah sepanjang 10 meter (T-2), 20 meter (T-2) ke arah pemukiman terdekat. 4. Meletakkan block grill pada titik sampling T-0. 5. Menghitung lalat yang hinggap ke block grill dengan counter dalam waktu 30 detik menggunakan stopwatch. 6. Mencatat jumlah lalat yang hinggap dalam tabel.
  • 64. 7. Mengulangi pengukuran lalat sebanyak 10 kali. Kemudian mencatat jumlah lalat yang hinggap dalam tabel. 8. Melakukan pengukuran yang sama seperti di atas pada titik sampling T-1 dan T-2. 9. Melakukan perhitungan kepadatan lalat dengan cara mengambil jumlah lalat terbesar pada 5 kali pengukuran, kemudian menjumlahkannya dan meratarata untuk masing-masing titik sampling. 10. Rata-rata yang ada merupakan tingkat kepadatan lalat pada masing-masing titik. 11. Kemudian membuat grafik tingkat kepadatan lalat. 12. Mencocokkan tingkat kepadatan lalat dengan standar. 13. Membuat rekomendasi interpretasi dari kepadatan lalat yang ada berdasar standar.
  • 65. No. Titik Samplin g Jumlah Lalat yang Hinggap di Block grill pada 30 detik ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-Rata Pengukura n 5 kali Terbesar * 1. T-1 (0 m) 10 15 6 9 7 9 5 12 13 8 59/ = 11,8 5 =12 2. T-2 (10 m) 2 1 2 3 2 1 2 2 0 0 11/ = 2,2 5 =2 0 2 0 0 T-3 Tingkat Kepadatan Lalat (20 m) 2 0 0 0 0 1 5/5 = 1 3. *)
  • 66. • • • • • Rata-rata 5 kali pengukuran terbesar di setiap titik : Titik Tengah (T-0) = 12 Titik Satu (T-1) = 2 Titik Dua (T-2) =1 Sehinggga didapat Rata-rata Total = 15/3 = 5 ekor/ m 2
  • 67.
  • 68. 1. Titik sampling ke-1 (T-0) tingkat kepadatan lalat tinggi yaitu 12 (tinggi7-20)  interpretasi : perlu dilakukan sanitasi tempat dan bila memungkinan boleh dilakukan pengendalian. 2. Titik sampling ke-2 (T-1) tingkat kepedatan lalat rendah yaitu 2 (rendah0-2)  interpretasi : tidak perlu dilakukan kegiatan sanitasi 3. Titik sampling ke-3 (T-2) tingkat kepedatan lalat sangat rendah yaitu 1 (sangat rendah0-2)  interpretasi : tidak perlu dilakukan kegiatan sanitasi
  • 69. Dari hasil pengukuran rata-rata tingkat kepadatan lalat di TPS Asrama 1 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta menunjukkan 5 ekor/m2. Hasil ini menunjukkan bahwa pada setiap 1 meter persegi terdapat 5 ekor lalat, yang berarti termasuk dalam kriteria 3-6 atau kepadatan sedang. Pada kriteria ini populasi lalat sedang dan perlu dilakukan sanitasi pada tempat pertumbuhan vektor serta perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain)
  • 70. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan tingkat kepadatan lalat pada T-0 adalah 12 ekor lalat, pada T-1 sebesar 2 ekor lalat , dan pada T-2 sebesar 1 ekor lalat. Rata-rata Total = 15/3 = 5 ekor/ m2 jadi, Semakin jauh jarak dari TPS, maka semakin sedikit tingkat kepadatan lalat.
  • 71. Block Grill Penghitungan kepadatan lalat di tempat pembuangan sampah asrama