PT Nestlé Indonesia menerapkan berbagai pendekatan manajemen klasik dan kontemporer untuk mengelola rantai pasokan dan memastikan kualitas produk. Perusahaan ini menggunakan manajemen ilmiah, teori administrasi umum, dan pendekatan kuantitatif dan perilaku untuk meningkatkan kinerja karyawan. PT Nestlé Indonesia juga berkontribusi pada pembangunan pedesaan dengan memberikan pinjaman dan pelatihan untuk petani susu.
1. Konsep Pendekatan
PT Nestlé Indonesia
1. Pendekatan Klasik
a. Manajemen Ilmiah
Untuk menjaga kualitas yang telah tercipta agar dapat dinikmati oleh
pelanggan, PT Nestlé Indonesia menggunakan manajemen ilmiah yang disebut
Sistem Manjemen Kualitas. Sistem Manajemen Kualitas ini merupakan pondasi
yang memelihara dan membangun kepercayaan pelanggan secara terus
menerus. Dapat terlihat dalam mata rantai pasokan (dari sapi hingga ke pabrik
susu).
Metode Ilmiah Keterangan
Masalah PT Nestlé Indonesia harus mengimpor susu padat karena
pasokan susu segar dari wilayah koperasi Pujon tidak
memadai.
Percobaan PT Nestlé Indonesia mendatangkan tim ahli agronomi untuk
menganalisa situasi di lapangan.
Hipotesis Bahwa susu segar dapat diproduksi di Jawa Timur, baik
dalam konteks kuantitas dan kualitas, dengan syarat mata
rantai pasokan (dari sapi hingga ke pabrik susu) dapat
ditingkatkan kualitasnya.
Test (Uji Hipotesis) PT Nestlé Indonesia mulai menyediakan pinjaman berbunga
rendah kepada beberapa koperasi agar mereka dapat
membeli peralatan pendingin, sebuah langkah penting untuk
memastikan kualitas susu segar.
Kesimpulan Pada tanggal 22 Mei 1975 merupakan saat bersejarah bagi
PT Nestlé Indonesia dan para peternak sapi anggota
Koperasi Pujon, karena saat itulah pertama kalinya mereka
dapat menghasilkan dan mengirimkan susu segar yang
konsisten ke pabrik di Waru dan kemudian Pabrik Kejayan.
*Kegiatan PT Nestle Indonesia dalam Pembangunan Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat.
Menurut F.W Taylor dalam 4 prinsip manajemen ilmiahnya, salah satunya yaitu:
Adanya Peraturan Kerja
Di dalam peraturan kerja PT Nestlé Indonesia penggunaan tenaga kerja
dalam segala bentuk perbudakan adalah dilarang, seperti penggunaan hukuman
fisik, kurungan, ancaman kekerasan atau bentuk lain pelecehan atau
penyalahgunaan sebagai metode disiplin atau kontrol.
Penggunaan pekerja anak oleh Pemasok secara ketat dilarang. Pekerja
anak mengacu pada bekerja yang mental, fisik, sosial, moral berbahaya atau
2. berbahaya bagi anak-anak, atau tidak benar mengganggu dengan kebutuhan
sekolah mereka.
Begitu pula dengan jam kerja. Pemasok harus memastikan bahwa
karyawan bekerja sesuai dengan semua hukum dan wajib standar industri yang
berkaitan dengan jumlah jam dan hari bekerja.
b. Teori Administrasi Umum
Menurut Hendry Fayol dalam pendekatan klasik teori administrasi umum
menggunakan prinsip remunerasi (pemberian tunjangan).
Dengan dasar ini pula PT Nestlé Indonesia memberi tunjangan atau
kompensasi kepada karyawannya. Karyawan akan diberi upah dan
kesejahteraan yang sesuai dengan yang berlaku hukum dan kesepakatan
bersama yang mengikat, termasuk yang berkaitan dengan lembur bekerja dan
lainnya premi membayar pengaturan.
Berbeda dengan Hendry Fayol, Max weber menggunakan konsep
birokrasi salah satu konsepnya adalah adanya pembagian kerja. PT Nestlé
Indonesia membaginya ke dalam beberapa departemen, yaitu:
a. Purchasing Department
Departemen ini berfungsi mengkoordinasikan proses serta aktivitas yang
berkaitan dengan pencarian bahan (materials sourcing) yakni seleksi penyalur
dan mengkomunikasikan kualitas kemasan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan kepada penyalur yang bersangkutan, menerima komentar atau
perbaikan proposal, serta memastikan semua spesifikasi yang diberikan telah
diterima.
b. Manufacturing - Packaging Services
Departemen ini berperan dalam mengembangkan produk baru dan
menyesuaikan formula yang telah tercipta dalam skala industri. Dalam
pengembangan produk baru, departemen ini harus mengutamakan kualitas dan
keamanan pangan dengan menggunakan bahan mentah, kemasan serta proses
yang tepat. Departemen ini juga bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan
formulasi, standar, spesifikasi dan kondisi perakitan untuk semua produk yang
diproduksi.
c. Quality Assurance Department
Departemen ini bertanggung jawab dalam pembuatan system Supplier
Quality Assurance; mengkoordinasi penilaian penyalur (supplier assessment)
serta secara resmi memberi penyetujuan terhadap penyalur kemasan (supplier
approval). Hal ini dilaksanakan agar dapat memastikan bahwa kemasan yang
digunakan dalam produksi serta ketika produk dilepas ke pasaran memenuhi
3. standar kualitas, dengan cara bertanggung jawab dalam praktek
pengimplementasian dari sistem kualitas yang relevan.
d. Regulatory AffairsDepartment
Departemen ini memiliki peran dalam mengikuti perkembangan dari
peraturan dan bertanggung jawab dalam memastikan bahwa produk yang
diproduksi dan dijual memenuhi peraturan yang berlaku di tempat produk
tersebut dipasarkan. Unit ini berperan aktif dalam memantau perkembangan
peraturan yang berlaku dengan menyediakan masukan yang dibutuhkan
mengenai peraturan apa saja yang dibutuhkan ketika kemasan baru akan
digunakan.
2. Pendekatan Kuantitatif
Nestle menerapkan strategi manajemen kontrol sistem yang terdesentralisasi,
dengan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan di masing-masing unit bisnis
sehingga keputusan-keputusan yang diambil sesuai dengan kondisi di masing-masing
negara. Perusahaan induk Nestle melakukan intervensi dengan mengubah tim
manajemen, mengubah strategi bisnis, memasukkan (infused) teknologi baru, atau
menjual/menutup unit-unit yang tidak efisien atau yang tidak terkait langsung dengan
kompetensi inti unit bisnis terkait. Untuk dapat melakukan persaingan di pasar dunia
sebuah perusahaan multinasional seperti Nestleharus melakukan analisa produk nya
sendiri dengan melakukan penelitian dan survey dengan akurat,analisa-analisa tersebut
meliputi SWOT (strength, weaknes, opportunities, threats).
3. Pendekatan Perilaku
Untuk meningkatkan semangat kerja dan menciptakan tindakan yang positif agar
menjadi lingkungan kerja yang sehat, PT Nestlé Indonesia mengadakan seminar
tentang “Love our Body by Proper Exercise” dan pelatihan training NQ untuk semua
karyawannya.
4. Pendekatan Kontemporer
Melalui Sistem
Di dalam sistem terdapat input, output dan feedback yaitu dari
perusahaan membutuhkan karyawan untuk terus menghasilkan produk dan
banyak orang yang membutuhkan pekerjaan. Oleh karena itu PT Nestlé
Indonesia membuka kesempatan kerja dengan mendirikan pabrik baru di
Karawang, Jawa Barat pada tanggal 11 September 2011. Dengan cara seperti
ini, sistem (input, output dan feedback) dapat terlaksana dan berjalan dengan
baik.
Sumber: www.nestle.co.id