BAB 1
Sanggul Ukel Tekuk adalah sanggul tradisional yang digunakan oleh keluarga keraton di Yogyakarta. Sanggul ini memiliki berbagai ragam aksesoris dan penggunaannya bergantung pada status sosial. Sanggul ini kini juga dipakai masyarakat umum sebagai tanda memasuki masa dewasa.
1. BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Sanggul Ukel Tekuk dalah sanggul yang digunakan oleh masyarakat dalam
lingkungan keraton Ngayogyadiningrat, dimulai dari permaisuri, selir, putri-putri raja dan
para inang pengasuh (emban). Pembeda dalam penggunaan sanggul ini adalah ragam
aksesoris serta pakaian yang dikenakan. Namun, sekarang penggunaan sanggul ukel tekuk
sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman dalam artian tidak hanya di pakai oleh
keluarga keraton saja, namun sudah dipakai masyarakat luar keraton. Kaum wanita yang
menggunakan sanggul ini dihiasi dengan bunga jebehan dan tusuk gunungan yang
menandakan bahwa ia telah lepas dari dunia anak-anak dan mulai menginjak masa dewasa.
Hal ini juga berlambang bahwa gadis itu bagaikan bunga yang sedang mekar dan harum
semerbak. Seorang gadis dewasa harus sanggup memikul tugas dan tanggung jawabnya dan
dianggap telah layak menjadi seorang ibu rumah tangga.
1.2 RUMUSAN MASALAH
i. Bagaimana sejarah sanggul ukel tekuk?
ii. Bagaimana cara membuat sanggul ukel tekuk?
iii. Apa saja asesoris yang digunakan dalam sanggul ukel tekuk dan juga maknanya?
iv. Peralatan apa saja yang digunakan untuk membuat sanggul ukel tekuk?
v. Busana apa yang dikenakan ketika memakai sanggul ukel tekuk?
1.3 TUJUAN
i. Mengetahui sejarah sanggul ukel tekuk
ii. Mengetahui cara membuat sanggul ukel tekuk
iii. Mengetahui asesoris yang digunakan dalam sanggul ukel tekuk dan juga maknanya
iv. Mengetahui peralatan apa saja yang digunakan untuk membuat sanggul ukel tekuk
v. Mengetahui busana apa yang dikenakan ketika memakai sanggul ukel tekuk
2. BAB 2
ISI
2
2.1. Sejarah sanggul ukel tekuk
Ukel tekuk pada zaman dahulu hanya dipakai sebagai sanggul oleh keluarga kerajaan,
misalnya putri remaja, putri dewasa yang sudah menikah, para selir, termasuk para inang
pengasuh. Cara penggunaannya disesuaikan dengan usia dan keperluan. Perbedaan ini
terlihat dari kelengkapan perhiasan dan pakaian yang dikenakan.
Cara penggunaannya disesuaikan dengan usia dan keperluan. Perbedaan ini terlihat
dari kelengkapan perhiasan dan pakaian yang dikenakan, antara lain sebagai berikut:
a) Putri remaja
Putri yang berusia 11-15 tahun (sesudah haid) akan menggunakan:
Memakai ukel tekuk dengan hiasan peniti ceplok ditengah dan peniti renteng di kanan dan kiri
sanggul.
b) Putri dewasa
Memakai ukel tekuk dengan hiasan sebagaimana pada putrid remaja.
Memakai kain dengan semekan.
Memakai kebaya pendek tanpa bef.
Memakainya sebagai pakaian sehari-hari dalam keraton.
Memakai kain seredan. Putri yang sudah menikah.
Memakai ukel tekuk dengan hiasan pethat emas dan bunga ceplok jebehan.
Memakai kain batik wiron.
Memakai kebaya beludru/sutra panjang dengan pelisir pita emas
c) Inang pengasuh
Memakai ukel tekuk tanpa hiasan.
Memakai kain batik tanpa wiron dan memakai semekan.
Tidak memakai baju.
Memakai sampir barong dan wedung atau paturon barong.
3. 3
2.2. Cara membuat sanggul ukel tekuk
a) Menyiapkan area kerja yang terdiri dari alat, ornamen, kosmetik dan lenan
b) Menyisir rambut dari kekusutan dengan menggunakan sisir penghalus.
Membuat sunggar dilakukan dengan membagi rambut menjadi 2 bagian yaitu bagian depan
yang diambil dari rambut belakang telinga bagian kiri ke telinga kanan, sisa rambut bagian
belakang kemudian diikat di tengah belakang.
c) Mengambil rambut untuk dibuat lungsen, dari bagian depan ubun-ubun kurang lebih 2
jari. Kemudian lungsen tersebut disanggul kecil.
d) Memasang sumpelan di antara belahan rambut depan dengan rambut belakang, di
kecangkan dengan menggunakan jepit hitam kecil.
Rambut bagian depan debalik kearah belakang dibentuk sunggar, dirapikan dengan bantuan
jepit bebek dan di kuatkan dengan jepit hitam kecil serta hair spray
e) Memasang cemara dibawah rambut dan diikat lagi, apabila rambut agak panjang kurang
lebih 1 jengkal. Maksudnya pangkal cemara dapat ditutup oleh rambut. Apabila rambut
pendek, cemara dapat dipasang diatas rambut, sehingga akan lebih rapi.
f) Menyisir rambut dan cemara sampai rapi kemudian ditekuk ke kiri dan belok ke atas
sampai pada ikatan rambut terus diberi tusuk konde supaya tidak lepas.
g) Sisa rambut/cemara yang jatuh di bagian kanan disisir hingga rapi, kemudian ditekuk ke
atas, berhenti di bagian tengah-tengah atas kemudian dibalik arah ke dalam, di tekuk dan
dirapikan
h) Sisa rambut/cemara yang tinggal sedikit diputar ke kiri dimasukkan melingkar sampai
habis. Rapikan sanggul dengan menggunakan hair net.
i) Sanggul dirapikan dengan hair net dan di kuatkan dengan menggunakan jepit hitam kecil,
hair nal.
j) Lungsen di lepas dan diikatkan pada sanggul, kebawah dan masuk ditengah-tengah
sanggul, dilanjutkan ke arah kiri melingkar sampai habis. Sebagai penguat dipasang harnet
4. pada bagian kanan dan kiri sanggul. Bentuk sanggul bagian bawah tidak boleh dijepit, harus
dilepas.
k) Memasang ornamen jebehan pada bagian kanan dan kiri sanggul. Bunga yang besar di
letakkan pada bagian atas dan mengecil ke bawah. Letaknya agak masuk (ngintip-ngintip).
l) Memasang ornamen ceplok pada bagian tengah sanggul Ukel Tekuk.
m) Memasang ornamen sisir gunungan di pasang di tengah-tengah sanggul bagian atas
diantara kepala dan sanggul. Sisir menghadap ke belakang.
4
Cara membentuk sunggaran
a) Rambut pada kedua sisi (diatas telinga) disisir kearah atas dan tengah. Setelah rapi rambut
diikat menjadi satu dibagian tengah belakang kepala.
b) Setelah rambut diikat, sedikit dilonggarkan pada kedua sisi untuk mendapatkan bentuk
sunggar yang dimaksud. Bantuan ibu jari dan keempat jari yang lain menjepit rambut pada
rambut dikedua sisi dilakukan, dengan menarik keluar sedikit, tanpa dipaksakan.
Gambar. 7.65. Langkah Membuat Sangg ul
Sumber : Santoso, Tien (1999 )
Gambar. 7.64. Sanggul Tampak Depan
Sumber : Santoso, Tien (1999)
5. 2.3. Aksesoris yang digunakan dalam sanggul ukel tekuk dan juga maknanya
Bentuk aksesoris untuk putri remaja adalah:
1.Mengenakan Peniti Ceplok di tengah sanggul, serta peniti pada bagian sisi kiri dan kanan
5
rambut.
2. Mengenakan kain garis miring dengan model tanpa baju
3. Sanggul ini dikenakan di hari ulang tahun raja (wiosan)
Bentuk aksesoris untuk putri dewasa (gadis) adalah :
1.Mengenakan Peniti Ceplok di tengah sanggul, serta peniti renteng pada bagian sisi kiri dan
kanan rambut.
2.Menggenakan kain dengan semekan, mengenakan kebay tanpa bef.
3. Dipakai sehari-hari.
Bentuk aksesoris untuk putri dewasa yang telah menikah adalah :
1.Ukel tekuk dengan hiasan pethat emas dan bunga ceplok jebehan
2.Mengenakan kain batik wiron seredan, memakai kebaya beludru atau sutra panjang dengan
pelisir pita emas dan memakai penitisusun emas
3. Sanggul ini dikenakan pada saat mengiringi raja ketika menghadiri resepsi diluar keraton.
Untuk inang pengasuh adalah :
1. Memakai ukel tanpa hiasan.
2. Memakai kain batik tanpa wiron dan memakai semekan, tidak mengenakan baju, mengenakan
sampir barong dan wedung.
Aksesoris yang lebih umum digunakan adalah menggunakan Ceplok Jebehan yang
terdiri dari:
1. Ceplok, digunakan pada tengah sanggul bagian atas
2. Dua tangkai Bunga Jebehan yang menjuntai kebawah, dipasang pada bagian kiri dan kanan
sanggul.
3. Pethat bentuk Gunung, dipasangkan pada bagian atas sanggul (diantara sanggul dang
sunggaran)
4. Makna sanggul
Dalam uraian terdahulu telah dijelaskan penggunaan sanggul menurut umur dan
keperluan. Kaum wanita yang memakai sanggul sekarang menandakan bahwa ia telah lepas
dari dunia remaja dan mulai menginjak masa kedewasaannya. Hal ini juga merupakan
perlambang bahwa gadis itu bagaikan bunga yang sedang mekar dan harum semerbak.
6. Seorang gadis dewasa harus sanggup memikul tugas dan tanggung jawabnya yang berarti ia
sudah layak menjadi ibu rumah tangga.
2.4. Peralatan yang digunakan untuk membuat sanggul ukel tekuk
a) Sisir (sisir yang salah satu ujungnya melengkung untuk keperluan membuat sunggar).
b) Minyak rambut.
c) Cemara 100-125 cm.
d) Jepitan dan harnal
e) Hairnet yang terbuat dari bahan nilon.
f) Karet pengikat rambut.
2.5. Busana yang dikenakan ketika memakai sanggul ukel tekuk
6
Perlengkapannya :
- Kebaya kartini dan kebaya kethubaru.
- Kain batik latar putih motif parang atau lainnya
- Selop terbuka bagi kebaya kethubaru dan selop tertutup bagi kebaya kartini.
- Selendang untuk diserasikan dengan kebaya kethubaru dilengkapi bros dan kalung
Cara Pemakainnya :
- Kain diwiru 1,5 jari diawali dengan lipatan pertama serednya tampak
dari depan , terus lipatan berikutnya, 7, 9, 11 lipatan. Kain yang sudah diwiru
dililitkan dari kiri ke kanan. Apabila menggunakan kain motif parang, arah parang dari kiri
ke bawah ke kana atas. Pemakaian kain ada dua cara yakni pertama, kain bagian dalam
dibentuk segitiga baru dililitkan seterusnya hingga rapi, enak untuk jalan dan menutup mata
kaki. Kedua, kain bagian dalam kedua ujungnya dililitkan badan dan diikat baru lilitan-lilitan
berikutnya hingga rapi kemudian diikat dengan tali. Pada kenyataannya cara kedua
tidak menguntungkan, karena jika dipakai untuk berjalan kain bagian dalam menyingkap
ke atas lalu tampak betis kakai dari depan.
7. - Setelah itu memakai setagen dan streples. Saat ini sudah ada streples dengan lilitan-lilitan
tali yang dapat dikencangkan maupun dikendorkan sesuai kebutuhan badan pemakai.
- Mengenakan kamisol sebagai penutup streples, jika kebaya terbuat dari broklat atau
7
kebaya yang dikenakan kebaya kethubaru.
- Untuk asesoris yang dikenakan pada wanita cara Surakarta dan Yogyakarta berbeda.
Selain itu asesoris yang dikenakan wanita menikah dengan wanita gadis dibedakan seperti
yang diberlakukan di dalam keraton. Busana keraton sering menjadi acuan bagi masyarakat
Yogyakarta, misalnya busana perkawinan, dhomas, busana untuk lomba ngadi salira, dan
busana adat lainnya.
- Kebaya kartini yang diplisir dengan pita emas (biasa disebut kebaya plisir) ini untuk
wanita remaja/gadis, sedang untuk wanita menikah busana sama tetapi berbeda hiasan
sanggulnya.
8. BAB 3
PENUTUP
8
3.1. SIMPULAN
Sanggul Ukel Tekuk adalah sanggul yang digunakan oleh masyarakat dalam
lingkungan keraton Ngayogyadiningrat, dimulai dari permaisuri, selir, putri-putri raja dan
para inang pengasuh (emban). Pembeda dalam penggunaan sanggul ini adalah ragam
aksesoris serta pakaian yang dikenakan. Namun, sekarang penggunaan sanggul ukel tekuk
sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman dalam artian tidak hanya di pakai oleh
keluarga keraton saja, namun sudah dipakai masyarakat luar keraton. Kaum wanita yang
menggunakan sanggul ini dihiasi dengan bunga jebehan dan tusuk gunungan yang
menandakan bahwa ia telah lepas dari dunia anak-anak dan mulai menginjak masa dewasa.
Hal ini juga berlambang bahwa gadis itu bagaikan bunga yang sedang mekar dan harum
semerbak. Seorang gadis dewasa harus sanggup memikul tugas dan tanggung jawabnya dan
dianggap telah layak menjadi seorang ibu rumah tangga.
3.2. SARAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberanekaragaman budaya, salah
satunya sanggul tradisional beserta pakaian adat yang melengkapai keindahan sanggul
tradisional tersebut. Pengetahuan tentang sanggul daerah perlu diajarkan kepada seluruh
masyarakat Indonesia dan dikenalkan kepada dunia serta di paten kan kepemilikannya, agar
budaya peninggalan nenek moyang kita terjaga dan tidak diakui oleh negara lain. Salah
satunya yakni sanggul ukel tekuk, yang berasal dari Daerah Istimewa Yogjakarta. Sanggul ini
perlu dilestarikan keasliannya, mengingat zaman modern seperti sekarang sudah jarang
masyarakat yang mengenakan sanggul daerah asli. Hal ini bertujuan agar budaya peninggalan
nenek moyang tidak terkikis oleh zaman yang semakin modern.
9. DAFTAR PUSTAKA
Bawoek Soemiyati. Berkerudung Tanpa Paes, Tata Rias Pengantin Yogyakarta.
9
Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Condronegoro, Mari S.. Busana Adat Kraton Yogyakarta, Makna dan Fungsi Dalam
Berbagai Upacara.Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara, 1995. Pujaningrat.” Busana Adat
Karaton Yogyakarta”.
Tienuk, Riefky.Kasatrian Ageng Selikuran & Kasatrian Ageng.Yogyakarta: Kanisius,
2008.
Yosodipuro, Marmien Sardjono. Rias Pengantin Gaya Yogyakarta Dengan Segala
Upacaranya.Yogyakarta: Kanisius, 2008.
http://citra-keraton.blogspot.com/2011/09/perbedaan-tata-rias-busana-pengantin.html
http://www.wikipedia.org/pengertian-sanggul-ukel.html
Tiara Kusuma. 33 sanggul Daerah Tradisional. Jakarta ; Meutia Cipta Sarana dan Persatuan
Ahli Kecantikan &Pengusaha Salon Indonesia Tiara Kusuma, 2011.
10. LAMPIRAN
Gb.1 bunga peniti ceplok Gb.2 Bunga jebehan
Gb.3. Busana serta sanggul Gb.3 Busana serta sanggul
Ukel tekuk pada putri remaja Ukel tekuk pada putri dewasa
Gb 5 dan 6. Kebaya Kartini : yaitu kebaya yang bagian depannya tidak mempunyai beef / kutu baru /
kain tambahan yang menjadi penghubung antara bagian kiri dan kanannya. Bagian kiri dan kanan
terhubung langsung dan mempunyai krah berdiri yang menerus sampai ke bawah.
10