1. 何枚の姉妹 By: Natsuki Seika Category: story Keywords: story; comedy; vgi; Created: CREATEDATE
yyyy-MM-dd HH:mm:ss
MERGEFORMAT 2009-07-11 19:45:00 Prologue Kota M, pada suatu hari minggu di liburan musim panas. Musim panas, dalam bahasa Inggris disebut Summer, mirip dengan Shimmer. Begitu pula hari minggu yang dalam bahasa Inggris disebut Sunday, alias hari matahari. Saat keduanya digabung, menyiratkan panas yang teramat sangat. Memang, menjelang jam 2 siang, terik matahari bukannya berkurang. Sebaliknya, udara yang bersih dan cerah membuat warna-warna di muka bumi ini tampak berpijar warna putih menyilaukan. Warna putih itu terutama berupa kaus polos yang dikenakan rombongan orang yang tengah mengantri panjang ke sebuah toko yang baru dibuka. Di tengah gerombolan manusia itu, tepat di tengah-tengah, dan tekankan lagi, di tengah-tengah oven biologis yang mengalami pemanasan lebih dari yang bisa dilakukan gas rumah kaca maupun pemanasan global, sepasang gadis remaja terjebak. Salah seorang dari mereka, yang berambut warna keunguan, berteriak kesal. Mengingatkan lagi pada pembaca, mereka sekarang tengah berada di tengah. Kenapa hal ini penting? Karena setelah selama ini, sudah terlalu sayang rasanya untuk mundur, seakan harus mengakui keyakinan hidup yang telah dia pegang teguh selama tiga jam terakhir ini hanyalah kebohongan belaka. “Dan semua karena bakso goreng belaka.” Adik kembarnya yang berkacamata mengomentari sinis. “Apa salahnya!?” Si kakak protes keras meski sudah bermandi keringat. “Nagi...” “Lho, Nagi, Hazuki, kalian lagi di sini?” Keduanya menoleh pada orang yang menyapa mereka. Ada sepasang wanita berseragam kerja. Seorang yang berwajah manis dan diperkuat oleh rambut hitam berkilaunya yang dimodel side tail adalah Merrymore, kakak mereka. Lalu di sebelahnya, gadis berkacamata yang nampak agak kelelahan adalah teman kerjanya Moka. Merrymore membawa kantung kertas dengan logo toko LD yang ada di persimpangan jalan tempat ujung kepala antrian ini berada. Dari sudut mulutnya, tampak tusuk gigi yang membuat Nagi meledak seperti ketel Henry Ford, kalau saja adiknya tidak mengunci tangannya di belakang dan menekan keras leher Nagi. “Antri dari jam berapa, kak?” tanya Hazuki, meski dia akhirnya menyesali pertanyaannya segera setelah mengucapkan. Beberapa menit yang lalu... “Aa! Merimo!” panggil pemilik toko saat melihat Merrymore lewat. Itu adalah panggilan sayang orang-orang di kota untuk si nona penyiar ramalan cuaca ini. “Produk baru nih, mau coba?” bapak yang bertubuh bulat lucu itu tersenyum lebar. Begitu lebar seakan wastafel bisa masuk. Bukan hanya sekotak, dia memberi Merry dan kawannya empat kotak tanpa perduli pada antrian di depannya, dan istri yang marah di belakangnya. “Itu toh suara bentakan yang barusan.” Hazuki tetap tenang meski kakaknya meronta di bawah. “Ah, Nagi, saya ikut kak Merry ya. Kamu kan dewa, jadi coba usahakan sendiri. Daah.” Dengan itu, Hazuki keluar dari antrian. “Pengkhianat! Memangnya ada sosok yang lebih indah daripada anak muda yang berjuang sekuat tenaga untuk mencicipi sebola bakso di hari penjualan perdana!?” “Sosok anak muda cantik yang menampilkan wajah penuh bahagia waktu duduk di sofa empuk dalam ruangan ber-AC sambil melihat antrian panjang di luar.” Hazuki menengok ke salah satu kaca kedai yang ada di jalan itu. Di dalam, ada rekan-rekan kerja Merry yang juga sedang beristirahat hari ini. End line