SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 58
1




                                    BAB I

                              PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

          Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu sistem yang saling

   berkaitan. Sistem tersebut terdiri dari komponen-komponen antara lain : guru,

   siswa dan fasilitas belajar. Tanpa adanya komponen-komponen tersebut,

   proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Guru sebagai tenaga

   pengajar, berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar mudah

   diterima oleh siswa. Untuk itu guru memerlukan media sebagai sarana untuk

   meningkatkan prestasi belajar siswa. Keberhasilan seorang guru dapat diukur

   melalui nilai prestasi siswa yang semakin meningkat setelah proses

   pembelajaran.

          Rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor.

   Salah satu faktor tersebut adalah cara mengajar guru dengan hanya

   menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang digunakan secara terus

   menerus tanpa menggunakan alat bantu mengajar seperti media pengajaran

   akan mengakibatkan siswa merasa bosan pada mata pelajaran yang

   bersangkutan. Hal itu dikarenakan kemampuan siswa dalam menerima materi

   pelajaran yang tidak sama dalam satu kelas. Informasi akan menarik jika guru

   menggunakan metode ceramah disertai dengan penggunaan media pengajaran.

          Berdasarkan informasi dari guru kelas IV SDN Langkap Kecamatan

   Besuki Kabupaten Situbondo, bahwa kemampuan siswa dalam topik bangun

   ruang pada Kompetensi Dasar 8.2 Menentukan Jaring-jaring balok dan kubus
2




  masih rendah sehingga terjadi kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal-

  soal. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab soal merupakan

  indikator kesulitan siswa, kemungkinan juga dari model atau metode

  pembelajaran yang digunakan guru kurang sesuai dengan tingkat berpikir

  siswa.

           Hasil observasi yang dilakukan pada guru kelas IV SDN Langkap,

  bahwa guru dalam menyajikan materi, guru masih menggunakan metode

  ceramah dan guru memegang kendali penuh, kurang adanya komunikasi

  antara guru dengan siswa sehingga siswa cenderung pasif. Untuk itu dalam

  penelitian ini digunakan media bongkar pasang kardus yang mana siswa dapat

  melihat obyek dari materi yang dipelajari sehingga tidak hanya sekedar

  membayangkan.

           Berdasarkan latar   belakang tersebut,   maka   peneliti   mencoba

  mengangkat penelitian yang difokuskan pada media pengajaran dengan

  bongkar pasang kardus pada mata pelajaran matematika kelas IV semester

  genap tahun pelajaran 2010-2011 dalam upaya meningkatkan konsep jaring-

  jaring balok dan kubus.

B. Rumusan Masalah

           Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dimuka, maka

  penelitian ini berusaha untuk memecahkan permasalahan berikut: Apakah

  dengan penggunaan media bongkar pasang kardus dapat meningkatkan

  prestasi belajar siswa materi jaring-jaring balok dan kubus pada mata

  pelajaran matematika kelas IV semester genap tahun pelajaran 2010-2011?.
3




C. Tujuan Penelitian

   1. Tujuan Umum

              Adapun yang menjadi tujuan penelitian umum dalam penelitian ini

       adalah:

          a. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

          b. Mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

          c. Mengembangkan pendidikan dan lain-lain.

   2. Tujuan Khusus

              Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

        untuk mengetahui ada tidaknya peningkatkan prestasi belajar siswa

        dengan penggunaan media pengajaran bongkar pasang kardus pada

        proses pembelajaran matematika kompetensi dasar menentukan jaring-

        jaring balok dan kubus pada kelas IV semester genap tahun pembelajaran

        2010-2011 di SDN Langkap Besuki.

D. Manfaat Penelitian

          Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini

   adalah :

      1. Bagi peneliti

          a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya masalah

              pendidikan.

          b. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama

              dibangku kuliah.
4




2. Bagi Guru

   a. Guru dapat memperbaiki cara mengajar dengan memanfaatkan

       media pengajaran sederhana berupa bongkar pasang kardus.

   b. Sarana belajar guru untuk memahami tindakan pembelajaran yang

       paling tepat untuk diterapkan dikelasnya.

   c. Merangsang motivasi guru untuk lebih menekankan keberhasilan

       proses pembelajaran dari pada hanya sekedar nilai akhir belajar

       siswa tanpa disertai pencapaian kompetensi dasar yang seharusnya

       dikuasai.

3. Bagi Siswa

   a. Siswa lebih tertarik pada materi pelajaran yang disampaikan guru.

   b. Langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dapat mendorong

       penguasaan kompetensi belajar siswa meningkat.

   c. Prosentase keberhasilan belajar siswa meningkat.

4. Bagi Institusi

   a. Program peningkatan kualitas kinerja guru.

   b. Program meningkatkan mutu pendidikan yang selaras dengan visi

       dan misi sekolah.

5. Bagi Pendidikan secara umum

   a. Hasil dari penelitian dapat dijadikan acuan dalam memecahkan

       problema pendidikan.
5




                                    BAB II

                            KAJIAN PUSTAKA

A. PRESTASI BELAJAR

  1. Pengertian Prestasi

            Muray dalam Beck (1990:290) mendefinisikan prestasi sebagai

     berikut:

     “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something

     difficult as well and as quickly as possible”

     “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan,

     berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.

            Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

     melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar

     dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi

     kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam

     Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi

     tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

            Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat

     dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut,

     prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam

     proses pembelajaran.

  2. Pengertian Belajar

            Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali

     dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa
6




pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold

Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :

a. Cronbach memberikan definisi:

   “Learning is shown by a change in behavior as a result of

   experience”.

   “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai

   hasil dari pengalaman”.

b. Harold Spears memberikan batasan:

   “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something

   themselves, to listen, to follow direction”.

   “Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu

   sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan”.

c. Geoch, mengatakan:

   “Learning is a change in performance as a result of practice”.

   “Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek”.

       Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu

senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian    kegiatan    misalnya     dengan    membaca,   mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih

baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak

bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya

merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh

lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan
7




oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan

lingkungan.

          Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2)

dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses

perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari

pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2)

yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai     hasil   pengalamannya    sendiri   dalam   interaksi   dengan

lingkungannya.

          Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim

(2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di

dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam

bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,

daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas

dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses

belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas

dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum

mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan

di dalam proses belajar.
8




          Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

   kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang

   ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu

   diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah

   kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan,

   keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi

   yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih,

   sarana dan prasaran belajar yang memadai.

3. Pengertian Prestasi Belajar

          Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

   siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya

   seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya

   untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar

   mengajar berlangsung.

          Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya

   aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan

   bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut

   ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah

   menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam

   tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada

   suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

          Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

   kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
9




prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian

prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian

belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang

berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari

pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan

pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”

           Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka

prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang

setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif

Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha

maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar.

           Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan

psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan

menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi

belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang

dinyatakan      dalam    bentuk   simbol,   huruf   maupun    kalimat   yang

menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode

tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta
10




didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah

mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan

instrumen tes yang relevan.

          Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal

dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005:8-9)

mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu

mengungkap       keberhasilan   sesorang dalam    belajar.   Testing pada

hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun

secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam

menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan

pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes

formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan

tinggi.

          Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa

prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam

proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami

proses belajar mengajar.
11




          Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.

   Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya

   prestasi belajar siswa.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

          Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang

   diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi

   prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor

   intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-

   faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor

   yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah,

   masyarakat dan sebagainya.

   a. Faktor Intern

              Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu

      itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern

      yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

      1) Kecerdasan/intelegensi

                  Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan

          untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

          Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya

          intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai

          dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan

          ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu

          anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia
12




   tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi

   dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas

   bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan

   dalam kegiatan belajar mengajar.

           Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah

   satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya

   studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat

   kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat

   mencapai prestasi yang tinggi.”

           Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi

   yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat

   intelegensi yang rendah.”

           Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi

   adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa

   maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,

   semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka

   semakin     kecil    peluangnya     untuk     meraih     sukses.”

   Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau

   kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi

   seorang anak dalam usaha belajar.

2) Bakat

           Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki

   seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai
13




   dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28)

   bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata

   actitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-

   kesanggupan tertentu.”

           Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi

   atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan

   melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut

   Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai

   kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak

   bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”

           Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian

   tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang

   dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi

   rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam

   proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang

   peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang

   baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk

   melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan

   merusak keinginan anak tersebut.

3) Minat

           Minat   adalah    kecenderungan     yang    tetap   untuk

   memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang

   dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan
14




rasa    sayang.   Menurut    Winkel    (1996:24)    minat   adalah

“kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik

pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam

bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa

minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”

        Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat

adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-

ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”

        Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar

pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang

menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena

minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang

siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan

dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat

belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang

dapat    mempengaruhi    hasil   belajarnya.   Apabila   seseorang

mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan

terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya

dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
15




4) Motivasi

              Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena

   hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa

   untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam

   belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat

   ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar

   seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk

   belajar.

              Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala

   daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”

   Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi

   adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin

   melakukan sesuatu.”

              Dalam   perkembangannya     motivasi   dapat   dibedakan

   menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi

   ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang

   bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran

   sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan

   motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya

   dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut

   melakukan kegiatan belajar.

              Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha

   dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian
16




      siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam

      diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia

      menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada

      mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan

      kehendak sendiri dan belajar secara aktif.

b. Faktor Ekstern

          Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

   prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa

   pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan

   sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif

   dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto

   (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah

   “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

   1) Keadaan Keluarga

              Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat

      tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang

      dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga

      pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya

      untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran

      besar    yaitu   pendidikan     bangsa,      negara   dan   dunia.”

      http://en.wordpress.com/tag/artikel/

              Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam

      keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat
17




   seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa

   aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang

   menambah motivasi untuk belajar.

          Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga

   merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam

   keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan

   bimbingan,   sedangkan   tugas     utama   dalam   keluarga   bagi

   pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan

   akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”

          Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa

   pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan

   pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-

   lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua

   dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar

   anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua

   harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di

   rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan

   motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak

   memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

2) Keadaan Sekolah

          Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama

   yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa,

   karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk
18




   belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara

   penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat

   pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang

   baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

          Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut

   untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan

   memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu,

   guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang

   disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

3) Keadaan Masyarakat

          Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah

   satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar

   siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan

   alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan

   pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih

   banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

          Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan

   masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama

   anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya

   merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan

   terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-

   anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang

   berkeliaran maka anakpun dapat terpengaruh pula.
19




                    Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk

            kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak

            akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan

            lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat

            tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka

            kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada

            dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.



B. MATEMATIKA

  1. Pengertian Matematika

            Sampai saai ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para

     matematikawan, apa yang disebut matematika itu. Sasaran penelaahan

     matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Dengan mengetahui sasaran

     penelaahan matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika yang

     sekaligus dapat kita ketahui juga cara berpikir matematika itu.

            Dengan      demikian    untuk    menjawab        pertanyaan   “Apakah

     matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab dengan satu atau dua

     kalimat begitu saja. Karena itu kita harus hati-hati.

            Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut,

     dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang

     berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol;

     matematika adalah bahasa neumerik; matematika adalah bahasa yang

     dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika
20




adalah metode berpikir logis; matematika adalah sarana berpikir;

matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya

ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah sains

mengenai kuantitas dan besaran; matematika adalah suatu sains yang

bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu; matematika adalah

sains formal yang murni; matematika adalah sains yang memanipulasi

simbol; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika

adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk, struktur,

matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah

aktivitas manusia.

         Jadi berdasarkan etimologi (Elea Tinggih, 1972:5). Perkataan

matematika berarti “Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”.

James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya

dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu

aljabar, analisis, dan geometri. Sebagai contoh, adanya pendapat yang

mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia

yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi

empat wawasan yang luas yaitu aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis

dengan     aritmetika   mencakup     teori   bilangan    dan    satistika.

(http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/pengertian-matematika.html)
21




       Kelompok matematikawan ini berpendapat bahwa matematika

adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri. Ilmu adalah

untuk ilmu, matematika itu adalah ilmu yang dikembangkan untuk

kepentingan sendiri. Ada atau tidak adanya kegunaan matematika,

bukanlah urusannya. Menurut pendapatnya, matematika itu adalah ilmu

tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak,

ketat, dan sebagainya.

       Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian

yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang

didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan

simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada

mengenai bunyi. (http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/pengertian-

matematika.html)

       Reys, dkk (1984) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika

itu adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir,

suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.            (http://magfirahathar.

blogspot.com/2009/11/pengertian-matematika.html)

       Kemudian Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula, bahwa

matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna

karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk

membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial,
22




   ekonomi     dan     alam.      (http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/

   pengertian-matematika.html)

          Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh

   karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Untuk

   dapat mengetahui apa matematika itu sebenarnya, seseorang harus

   mempelajari sendiri ilmu matematika itu, yaitu dengan mempelajari,

   mengkaji, dan mengerjakannya. Termasuk pengkajian sejauh timbulnya

   matematika dan perkembangannya.

2. Pembelajaran Matematika di Sekolah

          Menurut Erman Suherman (1993:134) matematika sekolah

   dimaksukan sebagai bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari

   siswa sekolah (formal), yaitu siswa SD, SLTP, SLTA. Pada matematika

   sekolah, siswa mempelajari matematika yang sifat materinya masih

   elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk prasyarat

   konsep yang lebih tinggi, banyak aplikasinya dalam kehidupan di

   masyarakat, dan pada umumnya dalam mempelajari konsep-konsep

   tersebut bisa dipahami melalui pendekatan induktif.

          Sesuai dengan tujuan pendidikan matematika di sekolah,

   matematika sekolah berperan:

   a. Untuk    mempersiapkan      anak   didik   agar    mampu   menghadapi

      perubahan-perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang

      senantiasa berubah, keadaan melalui latihan bertindak atas dasar
23




   pemikiran logis dan rasional, kritis dan cermat, obyektif, kreatif,

   efektif dan diperhitungkan secara analitissintetis.

b. Untuk mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika

   secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam

   menghadapi ilmu pengetahuan.

       Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan tercapai

dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA

mencakup    pemahaman      konsep,    penalaran    dan     komunikasi    serta

pemecahan masalah. Adapun kriteria dari ketiga aspek tersebut adalah:

a. Pemahaman Konsep

   1) Menyatakan ulang suatu konsep.

   2) Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.

   3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

   4) Menyajikan      konsep     dalam    berbagai       bentuk   representasi

       matematika.

   5) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

   6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi

       tertentu.

   7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

b. Penalaran dan Komunikasi

   1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar

       dan diagram.

   2) Mengajukan dugaan.
24




        3) Melakukan manipulasi matematika.

        4) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau

            bukti terhadap kebenaran solusi.

        5) Menarik kesimpulan dari pernyataan.

        6) Memeriksa kesahihan suatu argumen.

        7) Menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat

            generalisasi.

     c. Pemecahan Masalah

        1) Menunjukkan pemahaman masalah.

        2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam

            pemecahan masalah.

        3) Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.

        4) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.

        5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah.

        6) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.

        7) Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.



C. MEDIA PENDIDIKAN

  1. Pengertian Media Pendidikan

           Media dalam bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

     medium yang secara harafiyah berarti perantara atau pengantar (sadiman,

     dkk., 1996:6). Media adalah perantara /sarana /pengantar pesan/informasi.

     Menurut rohani (1997:3) media adalah segala sesuatu yang dapat diindra
25




yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi

dalam kegiatan belajara mengajar. Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Th 2003, Bab I, Pasal I).

       Dengan demikian media pendidikan dapat diartikan sebagai sarana

atau alat komunikasi antara guru dan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan atau latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rohani (1997:4) bahwa media pendidikan adalah sarana komunikasi

dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun

perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil intruksional secara

efektif dan efisien, serta instruksional tercapai dengan mudah.

       Menurut Hamalik (1994:12) media pendidikan adalah alat, metode

dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan

komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses kegiatan

belajar mengajar disekolah. Media pendidikan identik dengan alat bantu

belajar mengajar baik di dalam maupun diluar kelas tekanan utama terletak

pada benda atau hal-hal yang bias dilihat atau di dengar sebagai alat

komunikasi antara guru dengan siswa. Media pendidikan merupakan

seperangkat alat bantu pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik
26




     dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Dananm,

     1995 :7).

            Berdasarkan pendapat di atas cirri-ciri umum dari media

     pendidikan adalah sebagai berikut :

     a. Penekanan media pendidikan terletak pada benda atau hal-hal yang

        dapat dilihat, didengar atau diraba oleh panca indra.

     b. Media pendidikan merupakan suatu perantara (media) yang digunakan

        dalam rangka pendidikan.

     c. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada peroses belajar

        mengajar baik di dalam maupun diluar kelas.

     d. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan atau komunikasi

        dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

     e. Media pendidikan erat hubungannya dengan metode mengajar.

2.   Peranan Media Pendidikan

            Dalam suatu proses belajar mengajar, ada dua unsur yang amat

     penting yaitu metode menajar dan media pendidikan (Harjanto, 1996:

     237). Kedua aspek ini sangat berkaitan dengan. Pemilihan salah satu

     metode mengajar tertentu akan mempengaruhi media yang akan digunakan

     meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam

     memilih media pendidikan dalam proses belajar mengajar.

            Seorang guru dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar harus

     memiliki gagasan sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi

     dengan peserta didik (Rohani, 1997: 6). Hal ini dapat ditunjukkan melalui
27




media pendidikan. media pendidikan yang dimaksud dapat dikatakan

sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi,

lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Karena itu,

disamping gagasan guru, perlu diperhatikan unsur-unsur yang dapat

menunjang proses komunikasi guru dengan peserta didik dalam

menciptakan media pendidikan. Hal ini berarti bahwa agar proses

komunikasi dapat berjalan secara efektif dan efisien, perlu mengenal

tentang beberapa peranan dan fungsi dari media pendidikan.

       Beberapa peranan media pendidikan dalam proses belajar mengajar

adalah sebagai berikut :

a) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat variabelistis

b) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi

   dapat mengatasi sifat pasif peserta didik sehingga menimbulkan gairah

   belajar.

c) Apabila latar belakang lingkungan guru dengan siswa ataupun antar

   siswa berbeda maka media pendidikan dapat mempersamakan

   pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. (Sadiman,

   dkk.,1996: 16)

       Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat

disimpulkan bahwa peranan media pendidikan adalah sebagai berikut :

 a)    Mengatasi perbedaan pengalaman antara peserta didik dengan guru

       maupun sesama peserta didik. Misalnya peserta didik yang

       bertempat tinggal di daerah pegunungan yang belum pernah
28




          melihat lautan dapat digunakan media film, video kaset sehingga

          menimbulkan persepsi yang sama.

    b)    Mengatasi keterbatasan daya indra. Misalnya benda yang akan

          diajarkan terlalu besar dapat dilihat melalui film, strip, gambar,

          slide, dan sebagainya. Untuk mengatasi benda yang secara lansung

          tidak dapat diamati karena terlalu kecil misalnya sel, bakteri, atom

          dapat menggunakan mikroskop, proyektor, dan lain-lain.

    c)    Mengatasi keterbatasan waktu. Misalnya kejadian atau peristiwa

          yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi dengan rekaman

          video atau foto.

    d)    Keterbatasan ruang. Misalnya objek yang diajarkan terlalu

          komplek dapat disajikan dengan model gambar.

    e)    Mengatasi peristiwa alam. Misalnya terjadi letusan gunungberapi,

          pertumbuhan atau perkembang biakan hewan maupun tumbuhan

          dapat menggunakan media gambar, film dan sebagainya.

    f)    Membangkitkan minat belajar siswa yang baru dan meningkatkan

          motivasi kegiatan belajar peserta didik.

3. Fungsi Media Pendidikan

          Menurut Encyclopedia Of Educational Research (dalam hamalik,

   1994: 15) nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut :

    a)    Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir oleh karena itu

          mengurangi verbalisme.

    b)    Memperbesar perhatian siswa.
29




 c)    Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar

       oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

 d)    Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menimbulkan

       kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.

 e)    Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini

       terutama terdapat gambar hidup.

 f)    Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu

       perkembangan kemampuan berbahasa.

 g)    Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh

       dengan cara lain serta dapat membantu berkembangnya efisien

       yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam

       belajar.

       Mcknow (dalam Nurani, 1947: 8) menyatakan bahwa ada delapan

fungsi media pendidikan di dalam proses belajar mengajar, yaitu :

 a)    Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan

       yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan

       yang mementingkan kebutuhan kehidupan peserta didik

 b)    Membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik.

 c)    Media instruksional edukatif pada umumnya merupakan suatu

       yang baru bagi peserta didik, sehingga menarik perhatian peserta

       didik

 d)    Media instruksional edukatif memberikan kebebasan kepada

       peserta didik lebih besar dibandingkan dengan cara tradisional
30




    e)    Media instruksional edukatif lebih konkrit dan mudah dipahami

    f)    Media instruksional edukatif mendorong peserta didik untuk ingin

          tahu lebih banyak

    g)    Memberikan kejelasan (Clarification)

    h)    Memberikan rangsangan (Simulation)

          Berdasarkan pendapat di atas fungsi media pendidikan adalah

   dapat mempertinggi proses kegiatan belajar siswa dalam pengajaran yang

   pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

   Walaupun fungsi media pendidikan cukup penting sebagai alat dan sumber

   pengajaran, tapi media pendidikan tersebut tidak bisa menggantikan guru

   sepenuhnya, artinya media pendidikan tanpa guru suatu hal yang mustahil

   dapat meninkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap

   diperlukan sekalipun media pendidikan tersebut telah mewakili atau

   merangkum semua bahan pengajaran yang diperlukan siswa.

4. Klasifikasi Media Pendidikan

          Beberapa   ahli     mengklasifikasikan   media   pendidikan   yang

   dikaitkan dengan teknologi pendidikan, pengalaman peserta didik, maupun

   kecanggihan media pendidikan tersebut. Namun penggunaan media

   pendidikan yang lebih penting pada fungsi dan peranannya dalam

   membantu mempertinggi proses pengajaran. Dalam menggunakan media

   pendidikan sebagai alat komunikasi khususnya dalam hubungannya

   dengan masalah proses belajar mengajar harus dikaitkan dengan tujuan

   pengajaran yang akan dicapai.
31




         Menurut Harjanto (1996:237) ada beberapa jenis media pendidikan

  yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain :

    a.   Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagian atau diagram,

         poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis sering disebut

         dengan media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran

         panjang dan lebar.

    b.   Media tiga dimensi biasanya dalam bentuk model seperti model

         padat (solid model), model susun, model kerja, mock up, diorama,

         dan lain-lain.

    c.   Media proyeksi seperti slide, film, penggunaan OHP, dan lain-lain.

    d.   Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.

5. Peranan Barang Bekas, Bahan, dan Peralatan Sederhana sebagai

  Media Pendidikan

         Dalam proses pembelajaran, sering kali terjadi hambatan-

  hambatan, baik yang datang dari pihak guru maupun siswa. Hambatan-

  hambatan tersebut secara langsung mempengaruhi suasana pembelajaran,

  salah satu hambatan yang sering kali muncul adalah ketika guru harus

  memvisualkan suatu konsep atau ide. Dalam hal ini guru membutuhkan

  media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar karena pembahasan

  secara lisan tidak memuaskan siswa. Apabila sekolah tidak dapat

  menyediakan media tersebut, guru dapat berupaya membuatnya dari

  bahan-bahan sederhana.
32




       Guru selalu dituntut mengembangkan kreativitas agar materi bisa

diterima dengan baik oleh siswa. Kreativitas guru bisa terlihat ketika ia

mencoba memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang bisa dijadikan suatu

media didalam mata pelajarannya.

       Keterbatasan yang sifatnya individual ini pada dasarnya sangat

manusiawi. Namun demikian hal tersebut jangan diartikan bahwa ia boleh

mengurangi target sasaran pembelajaran. Dengan segala keterbatasan yang

ada merupakan tanggung jawab guru untuk tetap mengoptimalkan

pencapaian tujuan pembelajaran.

       Berikut ini adalah rambu-rambu atau pedoman yang harus

diperhatikan ketika kita ingin mengembangkan media dari bahan-bahan

sederhana :

a. Gunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh di sekitar

   lingkungan sekolah, tempat tinggal guru dan siswa, ataupun bahan-

   bahan yang bisa diperoleh di toko atau pasar terdekat. Jika harus

   membeli maka perhatikan harganya. Usahakan agar bahan yang

   digunakan terjangkau harganya oleh guru, sekolah maupun siswa.

b. Penggunaan media yang dibuat guru hendaknya bisa meningkatkan

   perhatian dan pemahaman siswa melalui mendengarnya.

c. Kembangkan bahan-bahan yang bisa membuat siswa berpikir kritis,

   mengundang siswa selalu ingin bertanya, ingin tahu, dan ingin mencari

   kebenaran.
33




  d. Gunakan bahan-bahan yang bisa merajuk kepada upaya mendorong

     kemampuan siswa untuk memahami dan mengingat secara tegas dan

     jelas materi pembelajaran yang disajikan.

  e. Buatlah media yang mampu memberikan kebersamaan bagi siswa

     dengan kondisi yang menyenangkan dalam mengikuti pelajaran.

  f. Tugaskan mereka mencatat atau menuliskan setiap hal yang ia dengar,

     amati selama guru memanfaatkan media sederhana ciptaannya.

6. Tujuan Pembuatan Media Sederhana

         Berdasarkan kesadaran tentang pentingnya media sederhana yang

  terbuat dari bahan bekas yang terdapat di sekitar lingkungan guru dan

  siswa, kita dapat mencatat tiga tujuan pembuatan media sederhana yang

  terkait satu dengan lainnya :

  a. Membangun komunitas berbasis pendidikan kreatif

  b. Membangun berbagai alternatif media sederhana yang kreatif dan

     berkesinambungan sedemikian rupa sehingga mampu membantu anak-

     anak didik tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang kritis,

     kreatif, mandiri (otonom) dan peduli terhadap orang lain dan

     lingkungannya.

  c. Mengembangkan jaringan kerja (network) para guru dan pendidik

     untuk menggalang kerja sama dalam upaya mengembangkan berbagai

     media alternative yang kreatif, sederhana dan murah sebagai gerakan

     guru mandiri yang peduli lingkungan sekitar sekolah dan masyarakat.
34




7. Media Kardus Sebagai Media Sederhana Dalam Penerapan Jaring-

   jaring Balok dan Kubus

          Jaring-jaring suatu bangun ruang merupakan bidang-bidang datar

   pembentuk bangun suatu bangun ruang. Pemilihan media kardus dalam

   penerapan konsep jarring-jaring balok tersebut mudah diperoleh. Kardus

   bisa kita dapatkan dari bekas kemasan barang, dari yang berukuran kecil

   sampai besar.

          Pemilihan kardus hendaknya memperhatikan bentuk bangun ruang

   yang akan dijelaskan, seperti kardus dengan bentuk bangun balok untuk

   menerapkan konsep jarring-jaring balok. Sebaliknya kardus dengan bentuk

   bangun kubus.

8. Materi Matematika Jaring-Jaring Balok dan Kubus

   a) Balok



                                     perhatikan bangun ruang balok di
         E   D
                                     samping!



    1) Bagian-bagian Balok

      (a) 6 bidang sisi, yaitu:

          (1) Sisi bawah ABCD

          (2) Sisi kanan BCGF

          (3) Sisi atas EFGH

          (4) Sisi depan ABFE
35




                 (5) Sisi kiri ADHE

                 (6) Sisi belakang DCGH

         (b) 8 titik sudut, yaitu:

                 Titik sudut A, B, C, D, E, F, G, dan H

         (c) 12 rusuk, yaitu:

                 Rusuk AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan HE

     2) Jaring-jaring Balok


             E                            F

             H                            G
                                                    Gambar disamping adalah

     H                                        G     salah satu model jaring-jaring
                 D                    C
                 A                    B
     E                                        F
                                                    balok.
             E                            F


             ABCD sebagai sisi alas balok

             HGFE sebagai sisi atas balok

             EFBA sebagai sisi depan balok

             DCGH sebagai sisi belakang balok

             BFGC sebagai sisi kanan balok

             EADH sebagai sisi kiri balok

    b. Kubus

         H                  G

E                     F               Perhatikan bangun ruang kubus disamping!

     D                      C


A                      B
36




1) Bagian-bagian Kubus

   Kubus terdiri dari:

 (b) 6 bidang sisi, yaitu:

     (1) Sisi bawah ABCD

     (2) Sisi kiri ADHE

     (3) Sisi kanan BCGF

     (4) Sisi depan ABFE

     (5) Sisi belakang DCGH

     (6) Sisi atas EFGH

 (c) 8 titik sudut, yaitu:

     Titik sudut A, B, C, D, E, F, G, dan H

 (d) 12 rusuk, yaitu:

     Rusuk AB, DC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH

2) Jaring-jaring Kubus




     Gambar diatas adalah salah satu model jaring-jaring kubus.

     1 sebagai sisi atas                2 sebagai sisi samping kiri

     3 sebagai aiai bawah               4 sebagai sisi depan

     5 sebagai sisi samping kanan       6 sebagai sisi belakang
37




9. Hipotesis Tindakan

         Berdasarkan tinjauan pustaka di atas hipotesis tindakan dari

   penelitian ini adalah sebagai berikut: diduga penerapan media bongkar

   pasang kardus pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar 8.2

   menentukan jarring-jaring balok    dan kubus    dapat   meningkatkan

   pemahaman konsep siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Langkap

   Besuki.

         Pemahaman siswa meningkat dikarenakan adanya minat belajar

   siswa dan kesukaan siswa terhadap pelajaran, partisipasi siswa dalam

   proses belajar mengajar, dan perhatian siswa selama proses belajar

   mengajar berlangsung.
38




                                   BAB III

                          METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

          Penelitian tidakan kelas (PTK) ini dilaksanakan berupa proses

   pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap yaitu : merencanakan, melakukan

   tindakan, mengamati dan merefleksi. Menurut tim pelatih peroyek PGSM

   (1999:7), keempat fase dalam satu siklus sebuah PTK digambarkan dengan

   sebuah spiral PTK, seperti ditunjukkan pada gambar berikut :




             Gambar spiral penelitian tindakan kelas model Hokins

                    (tim pelatihan proyek PGSM, 1997 ;7)
39




       Setiap tahap dari kegiatan yang dilakukan dalam PTK akan terus

berulang, sampai prestasi belajar siswa meningkat. Pada penelitian ini, peneliti

hanya membatasi pelaksanaan penelitian dengan dua siklus karena

keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti diantaranya: biaya, waktu dan

tenaga apabila sampai dua siklus hasil penelitian masih menunjukkan prestasi

belajar siswa rendah, maka penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh

peneliti sendiri apabila ada kesempatan atau dilanjutkan oleh peneliti lain.

       Sesuai dengan gambar spiral penelitian tindakan kelas model Hopkins,

penelitian ini terdiri dari 4 fase yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Namun demikian sebelum peneliti melakukan tindakan terlebih

dahulu melakukan observasi awal di sekolah. Observasi ini dilakukan dengan

maksud agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan dalam

penelitian. Hasil observasi awal akan kami laporkan pada bab IV .

       Adapun empat fase yang dilakukan dalam penelitian ini              adalah

sebagai berikut :

1. Perencanaan

           Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah

   sebagai berikut :

   a. Menetapkan dan memilih kompetensi dasar "menentukan jaring-jaring

       balok dan kubus" yang dijadikan bahan dalam pelaksanaan penelitian.
40




    b. Membuat skenario pembelajaran           yang terdiri dari program

       perencanaan pembelajaran kompetensi dasar "menentukan jaring-

       jaring balok dan kubus.

    c. Membuat alat bantu mengajar berupa media pengajaran yaitu kardus

       berbentuk balok dan kubus.

    d. Membuat lembar observasi yang digunakan peneliti untuk menilai

       sikap siswa pada saat peneliti mengaplikasikan metode mengajar

       dengan menggunakan alat bantu mengajar yang berupa media

       pengajaran bongkar pasang kardus.

           Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

    kompetensi dasar yang disesuaikan dengan kurikulum SD yang sedang

    berlaku. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP )

    digunakan pada tahap tindakan.

2. Tindakan

         Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan

    tindakan pengajaran berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat.

    Tindakan tersebut difokuskan pada materi yang disampaikan guru dengan

    menggunakan media kardus.

3. Observasi / pengamatan

           Observasi atau pengamatan dilakuan selama kegiatan belajar

    mengajar berlangsung yaitu dengan menilai prestasi belajar siswa. Adapun

    hal-hal yang di observasi adalah :

-   Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.
41




   -   Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya.

   -   Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.

   -   Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.

   -   Rasa senang dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

              Selain itu juga dilakukan observasi terhadap nilai tes atau tugas

       yang diberikan.

   4. Refleksi

              Tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji kembali hasil tindakan

       dan hasil observasi, yang kemudian dianalisis untuk menentukan tindakan

       perbaikan yang akan dilakukan kemudian. Dengan melakukan refleksi

       peneliti mengetahui kekurangan-kekurangan apa yang perlu diadakan

       tindakan perbaikan. Apabila hasil refleksi menunjukkan hasil yang sesuai

       dengan tujuan dari penelitian maka tindakan dihentikan. Dengan kata lain

       siklus tidak dilanjutkan. Kalau hasil refleksi tidak sesuai dengan tujuan

       dari penelitian maka penelitian ini akan dilanjutkan kesiklus selanjutnya.

B. Subyek dan Lokasi Penelitian

          Penentuan tempat penelitian ini menggunakan metode purposive yaitu

   daerah penelitian ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu antara

   lain: peneliti sudah tahu kondisi fisik tempat penelitian sehingga memudahkan

   peneliti dalam mencari data serta tempat penelitian mudah di jangkau oleh

   peneliti. Berdasrakan pertimbangan tersebut, maka yang menjadi tempat

   penelitian ini ditetapkan di SD negeri 1 Langkap Besuki yang beralamat di
42




  Jalan Gunung Kawi no.42. Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten

  Situbondo.

         Penentuan subjek penelitian menggunakan metode purposive sampling

  didasarkan atas kondisi objektif dimana sebagian besar prestasi belajar siswa

  rendah pada mata pelajaran matematika. Subjek penelitian adalah seluruh

  siswa kelas IV yang berjumlah 28 orang.

         Pada penelitian ini kami (peneliti) ingin memperbaiki dan berupaya

  untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi matematika

  khususnya pada kompetensi dasar "8.2 menentukan jaring-jaring balok dan

  kubus."

         Pada dasarnya murid-murid yang menjadi subyek penelitian ini ketika

  guru memberikan penjelasan mereka tertib mengikuti pelajaran dengan baik.

  Dalam latihan-latihan soal mereka tampak menguasai pelajaran yang

  diberikan guru dengan memberikan jawaban yang memuaskan, tapi anehnya

  ketika mereka diberikan evaluasi akhir pelajaran sedikit dari jumlah murid

  yang ada bisa memberikan jawaban yang memuaskan.

C. Teknik Pengumpulan Data

         Dalam suatu penelitian disamping menggunakan metode yang tepat

  juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan.

  Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan

  diperolehnya data yang obyektif. Adapun pengumpulan data yang digunakan

  dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
43




   1. Teknik Dokumentasi

               Teknik dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang

      berasal dari bukti tertulis yang ada pada tempat penelitian. Data-data

      tersebut berupa antara lain denah SDN 1 Langkap besuki, jumlah siswa

      kelas IV dan nilai rapor siswa serta hasil ulangan harian siswa mata

      pelajaran matematika serta data-data lain yang menunjang penelitian.

   2. Teknik Tes

               Tes merupakan suatu cara yang digunakan dalam rangka

      pengukuran penelitian, berbentuk pemberian tugas yang berupa pertanyaan

      yang dikerjakan oleh peserta didik sehingga dapat dihasilkan nilai yang

      melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta didik (Arifin, 1991:69)

               Data hasil belajar siswa yang telah tercapai dapat diketahui dengan

      menggunakan teknik tes. Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk

      mengukur kemampuan siswa setelah mempelajari materi yang diajarkan.

      Teknik tes yang digunakan adalah tertulis dalam bentuk pemberian tugas

      yang diberikan pada akhir pembelajaran. Isi soal sebelumnya telah disusun

      sesuai    dengan   materi   dan    indikator   yang   ingin   dicapai   serta

      dikonsultasikan dengan guru kelas IV.

D. Teknik Analis Data

          Analisis data adalah cara yang paling menentukan untuk menyusun

   dan mengolah data yang terkumpul sehingga menghasilkan suatu kesimpulan

   yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data yang akan di analisis

   dalam penelitian ini adalah:
44




1. Kegiatan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung yang

   semuanya diperoleh dari observasi.

2. Hasil Dokumentasi,

          Dokumentasi nilai rapor dan hasil ulangan harian siswa sebagai

   prestasi awal sebelum dilakukan tindakan.

3. Hasil tugas dan ulangan harian siswa.

          Untuk mengukur ketuntasan hasil belajar, dalam hal ini adalah

   aspek kognitif, afektif, dan psikomotor menggunakan standar ketuntasan

   yaitu ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat

   presentase ketuntasan minimal mencapai 65%, sedangkan untuk tingkat

   klasikal mencapai 85% (depdikbud : 1994)

          Adapun untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar menggunakan

   rumus presentase ketuntasan hasil belajar, yaitu:

   a) Ketuntasan secara individu

                                        jum lahskor
                                                  yangdiperoleh
      Rumus presentase ketuntasan :                             x100
                                          jum lahskor aksim al
                                                    m

   b) Ketuntasan secara klasikal

                                        jum lahskor
                                                  yangtuntas
      Rumus presentase ketuntasan :                         x100
                                         jum lahselu
                                                   ruhsiswa

          Untuk mengetahui efektivitas hasil belajar metematika maka

   digunakan rumus sebagai berikut :

                  Mx My
          ER :          x100
                    My

   Keterangan :
45




ER : tingkat keefektifan relative

Mx : nilai rata-rata kelas setelah dilakukan tindakan

My : nilai rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan.

       Hasil perhitungan tingkat keefektifan            relative (ER) dapat

disimpulkan apakah pembelajaran dengan media bongkar pasang kardus

lebih efektif atau tidak (dalam%) dibandingkan dengan pengajaran

sebelumnya dimana Mx adalah nilai rata-rata kelas setelah dilakukan

tindakan dan My adalah nilai sebelum dilakukan tindakan dan ER adalah

nilai efektifitasnya. Jika ER lebih besar dari 0% maka dapat dikatakan

bahwa pembelajaran di kelas dengan media bongkar pasang kardus lebih

efektif dibanding dengan pembelajaran sebelumnya (Masyhud, 2000:61).
46




                                   BAB IV


                           HASIL PENELITIAN


A. Penyajian Data

   1. Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Semester I yang Diambil dari Nilai

      Rapor dan Ulangan Harian Siswa.

             Hasil belajar siswa kelas IV pada semester I belum tuntas

      mengingat guru tidak menggunakan media konkret sebagai alat bantu

      dalam proses pembelajarannya. Adapun hasil belajar tersebut dapat dilihat

      pada tabel 1 di bawah ini.

      Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada semester I.

      PRA PERBAIKAN

                                                                 Ketuntasan
          Nilai       Jumlah Siswa       Persentase (%)
                                                               Belajar Klasikal

          < 65              17              60,71 %

        65 – 100            11              39,28 %                39,28 %

         Jumlah             28                 100



                 Dari tabel diatas dapat diketahui rata-rata hasil belajar siswa

      kelas IV pada pelajaran matematika di semester I, ketuntasan belajar siswa

      secara klasikal dikatakan tidak tuntas karena yang mendapat nilai < 65

      sebanyak 17 siswa dengan persentase 60,71% dan siswa yang mendapat
47




   nilai 65 – 100 hanya sebanyak 11 siswa dengan nilai persentase sebesar

   39,28%.

2. Hasil Belajar Siswa Kelas IV yang Dibimbing dengan Media Sederhana

   yaitu Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi

   Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus.

   a. Siklus I

      1) Perencanaan

                 Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1),

         Kompetensi Dasar “Menentukan jaring-jaring balok dan kubus”

         dan membuat alat bantu mengajar yang berupa media pengajaran

         yaitu kardus berbentuk balok dan kubus.

      2) Tindakan

                 Peneliti    melaksanakan      kegiatan     pembelajaran

         menggunakan media pengajaran kardus. Pelaksanaan pembelajaran

         menggunakan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan ini dilakukan

         selama 30 menit dan sisa waktu + 30 menit digunakan untuk

         mengerjakan soal. Pada siklus I ini murid-murid ditugaskan

         mencari sedikitnya dua bentuk jaring-jaring balok dan kubus

         dengan teknik memotong bagian-bagian bidang pembentuk kardus,

         dengan catatan tetap dalam satu rangkaian utuh (tidak terpisah-

         pisah). Peneliti melakukan observasi selama kegiatan belajar

         mengajar berlangsung.
48




3) Observasi

          Hasil penelitian tentang pembelajaran dengan media

   bongkar pasang kardus pada pelajaran matematika kompetensi

   dasar menentukan jaring-jaring balok dan kubus diperoleh hasil

   peningkatan ketuntasan belajar. Seperti terlihat pada tabel 2.

   Tabel 2: Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Media

                Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika

                Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok

                dan kubus.

                      Jumlah        Persentase     Ketuntasan Belajar
      Nilai
                      Siswa              (%)            Klasikal

      < 65              7                25 %

    65 – 100            21               75 %             75 %

     Jumlah             28               100



          Berdasarkan uji efektivitas pada aspek ketuntasan belajar

   klasikal diperoleh hasil sebagai berikut.

   Tabel 4. Efektivitas Hasil Belajar Siswa dengan media Bongkar

               Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi

               Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus

             Siklus                      Hasil Persentase (%)

    Siklus I                   14,43 %
49




4) Refleksi

          Pada siklus I dapat dikatakan siswa sudah mulai memahami

   atau menguasai pelajaran. Namun ketuntasan belajar ini tidak

   sepenuhnya untuk ketuntasan secara individual, karena masih

   terdapat 7 siswa dari 28 siswa atau 25% belum mencapai

   ketuntasan secara individual. Kelemahan pada siklus I ini

   dikarenakan keterbatasan jumlah kardus untuk dibongkar dalam

   mencari jaring-jaring bangun ruang. Hal ini tentu dapat dimaklumi,

   karena satu kardus yang dibongkar untuk satu jaring-jaring bangun

   ruang padahal anak diminta mencari sedikitnya dua bentuk untuk

   satu bangun.

          Diketahui nilai efektivitas relative pembelajaran melalui

   penggunaan media bongkar-pasang kardus pada siklus I yaitu

   sebesar 14,43%. Hal ini berarti pembelajaran melalui media

   bongkar-pasang kardus lebih efektif sebesar 14,43% dari model

   pembelajaran tanpa penggunaan media tersebut (pembelajaran

   sebelumnya).

5) Perbaikan

          Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perbaikan

   yang dilakukan adalah:

      a) Menambah jumlah kardus yang dibongkar.
50




          b) Siswa ditugaskan untuk mencari tiga macam bentuk jaring-

               jaring balok dan kubus dengan cara memotong setiap

               bagian sisi pembentuknya dengan terpisah-pisah.

          c) Siswa tidak hanya menggambar bentuk jaring-jaring balok

               dan kubus dibuku tugasnya, namun siswa juga harus

               menempelkan bentuk jaring-jaring hasil temuannya pada

               kertas manila yang telah disediakan.

b. Siklus II

   1) Perencanaan

               Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2),

      Kompetensi Dasar “Menentukan jaring-jaring balok dan kubus”

      dan membuat alat bantu mengajar yang berupa media pengajaran

      yaitu kardus berbentuk balok dan kubus.

   2) Tindakan

               Peneliti   tetap   melaksanakan    kegiatan   pembelajaran

      menggunakan media pengajaran kardus. Pada kegiatan siklus II ini

      anak-anak ditugaskan mencari tiga bentuk jaring-jaring pada

      masing-masing bangun balok dan kubus, namun pada siklus kedua

      ini anak-anak memotong tiap bagian sisi pembentuk balok dan

      kubus secara terpisah. Kemudian menggambar jaring-jaring hasil

      temuannya dibuku tugas dan ia harus menempelkan bentuk jaring-

      jaring tersebut pada lembar kertas untuk kemudian dipajangkan.
51




   Metode yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar adalah

   metode ceramah dengan menggunakan media pengajaran kardus.

3) Observasi

          Hasil penelitian tentang pembelajaran dengan media

   bongkar pasang kardus pada pelajaran matematika kompetensi

   dasar menentukan jaring-jaring balok dan kubus diperoleh hasil

   peningkatan ketuntasan belajar. Seperti terlihat pada tabel 5.

   Tabel 5: Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Media

               Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika

               Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok

               dan kubus.

                  Jumlah                         Ketuntasan Belajar
      Nilai                   Persentase (%)
                   Siswa                               Klasikal

      < 65           0              0%

    65 – 100        28             100 %                 100 %

     Jumlah         28              100



          Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa prosentase keberhasilan

   siswa meningkat 35,71% yaitu dari 39,28% ketuntasan belajar

   klasikal sebelum diadakan perbaikan menjadi 75% ketuntasan

   belajar klasikal pada siklus I, hal ini menunjukkan adanya

   peningkatan ketuntasan siswa secara klasikal yang cukup
52




   signifikan. Peningkatan ini lebih disempurnakan lagi dengan siklus

   II menjadi 100% ketuntasan belajar klasikal.

4) Refleksi

          Berdasarkan uji efektivitas pada aspek ketuntasan belajar

   klasikal diperoleh hasil sebagai berikut.

   Tabel 6. Efektivitas Hasil Belajar Siswa dengan media Bongkar

              Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi

              Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus

           Siklus                    Hasil Persentase (%)

    Siklus II              19,20 %



          Pada siklus II nilai efektifitasnya sebesar 19,20%. Nilai

   efektifitas hasil belajar matematika ini diperoleh dari rumus tingkat

   keefektifan relatif, yaitu: ER=Mx – My /My x 100 atau selisih

   antara mean atau rata-rata nilai sebelum tanpa menggunakan media

   bongkar-pasang kardus (pembelajaran sebelumnya).

          Hubungan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar

   klasikal antara sebelum dilaksanakan perbaikan, siklus I, dan siklus

   II dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini:
53




                100

                80
                                                                 Sebelum Perbaikan
                60
                                                                 Siklus I
                40
                                                                 Siklus II
                20

                  0
                         Ketuntasan Belajar Klasikal




B. Pembahasan

  1. Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika yang Dibimbing Tanpa

     Penggunaan Media di Semester I.

            Pengambilan data diawali dengan pengambilan nilai, diperoleh

     nilai rata-rata kelas IV pelajaran matematika sebesar 61,79 dan nilai

     ketuntasan hasil belajar sebesar 39,28%. Hal ini berarti rata-rata kelas IV

     tergolong rendah sehingga perlu diadakan tindakan untuk perbaikan proses

     belajar mengajar.

            Salah satu yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar adalah

     proses pembelajaran yang dilaksanakan guru tidak menggunakan media

     pembelajaran     sebagai   sarana     penghubung   antara     guru,     konsep

     pembelajaran dan siswa. Materi pelajaran lebih merupakan subyek dalam

     pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai obyek penerima materi.

     Dengan kondisi pembelajaran yang demikian penanaman konsep pelajaran
54




   yang diharapkan bersifat abstrak bagi anak didik. Disamping itu

   kurangnya minat untuk belajar.

2. Hasil Belajar Siswa Kelas IV dengan penggunaan Media Bongkar Pasang

   Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-

   jaring Balok dan kubus

          Penerapan konsep jaring-jaring balok dan kubus pada pelajaran

   matematika melalui media bongkar-pasang kardus diperoleh rata-rata hasil

   belajar yang meningkat antara siklus I, dan siklus II. Nilai hasil belajar

   yang diperoleh adalah hasil dari nilai ulangan harian dan nilai tugas.

          Bentuk soal yang diberikan pada ulangan harian adalah bentuk

   pemberian tugas (terlampir), bentuk dan isi soal sebelumnya telah disusun

   sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai

   serta dikonsultasikan dengan guru wali kelas IV. Adapun tugas yang

   diberikan dapat berupa masalah yang harus dipecahkan, pemberian tugas

   ini dilakukan agar siswa secara individu atau kelompok kecil dapat

   mengerjakan sesuatu untuk memecahkan masalah dengan cara dan daya

   imajinasinya sendiri.

          Melalui bongkar pasang kardus siswa dengan mudah dapat

   menemukan berbagai bentuk kombinasi jaring-jaring pembentuk bangun

   ruang kubus atau bangun ruang balok. Hal ini secara langsung pula anak

   dapat membuktikan bahwa kardus yang mereka bongkar adalah kesatuan

   dari jaring-jaring bangun ruang.
55




       Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan hasil

belajar yaitu 75% dan nilai rata-rata ulangan harian diperoleh 70,71. pada

siklus I dapat dikatakan siswa sudah mulai memahami atau menguasai

pelajaran. Namun ketuntasan belajar ini tidak sepenuhnya untuk

ketuntasan secara individual, karena masih terdapat 7 siswa dari 28 siswa

atau 25% belum mencapai ketuntasan secara individual.kelemahan pada

siklus I ini dikarenakan keterbatasan jumlah kardus untuk dibongkar

dalam mencari jaring-jaring bangun ruang. Hal ini tentu dapat dimaklumi,

karena satu kardus yang dibongkar untuk satu jaring-jaring bangun ruang

padahal anak diminta mencari sedikitnya dua bentuk untuk satu bangun.

       Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari

siklus I, hal ini tampak pada perolehan rata-rata hasil belajar siswa sebesar

70,71 dengan ketuntasan klasikal 100%. Kelemahan pada siklus I dapat

dijadikan pelajaran untuk melangkah dan menentukan kegiatan siklus II.
56




                                    BAB V

                        KESIMPULAN DAN SARAN



A. KESIMPULAN

            Hasil penelitian tentang pemanfaatan media bongkar-pasang kardus

  terhadap hasil belajar matematika kompetensi dasar menentukan jaring-jaring

  balok dan kubus di SD Negeri Langkap Tahun Pembelajaran 2010/2011 dapat

  disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar matematika siswa melalui

  penerapan media bongkar-pasang kardus materi jaring-jaring balok dan kubus

  di kelas IV SD Negeri Langkap Situbondo.

B. SARAN

            Berdasarkan kesimpulan tersebut, hal yang perlu dilakukan guru untuk

  meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran dan peningkatan kualitas

  proses pembelajaran khususnya meningkatkan keaktifan siswa diantaranya

  adalah:

  1. Penggunaan media belajar/alat peraga/model/gambar dan sebagainya

     untuk meningkatkan motivasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran.

  2. Mencari alternatif lain dalam menyelesaikan soal yang lebih mudah dan

     lebih cepat sehingga siswa tidak kesulitan dan mudah mengerjakan soal.

  3. Peningkatan berbagai jenis motivasi/pendekatan persuasive edukatif

     dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

            Disamping hal tersebut diatas, berdasarkan pengalaman guru dalam

  melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas melalui Penelitian Tindakan
57




Kelas kiranya perlu diadakan suatu kelompok kerja antara guru dan teman

sejawat untuk selalu bertukar pikiran dan pengalaman berkenaan dengan

masalah siswa dan tugas dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari.
58




                            DAFTAR PUSAKA



Coany R. Semiawan (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta:
         proyek PGSD Depdikbud.

Denim, S. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Denny Setiawan, dkk (2006). Computer dan Media Pembelajaran. Jakarta: PB.
          Universitas Terbuka Dinas Pendidikan Nasional.

Djamarah, S. B dan Aswin Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
          Rineka Cipta.

Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Haryanto. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

http://en.wordpress.com/tag/artikel/. Prestasi Belajar. Diakses pada tanggal 18
           Januari 2011.

http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/pengertian-matematika.html.
           Pengertian Matematika. Diakses pada tanggal 18 Januari 2011

Idarufaidah, 2010. Pengenalan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Tersedia
           pada http://blog.math.uny.ac.id/idarufaidah/. Diakses pada tanggal 18
           Januari 2011.

Muchtar A. Karim, Abdul Rahman As’ari, Gatot Muhsetyo, dan Akbar
        Sutawidjaja (1997). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Proyek PGSD
        Depdikbud.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Bentuk-Bentuk Pengajaran Individual
Bentuk-Bentuk Pengajaran IndividualBentuk-Bentuk Pengajaran Individual
Bentuk-Bentuk Pengajaran IndividualNastiti Rahajeng
 
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.Vhentha Agabag
 
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelasTugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelasRendy Pangestu
 
Kekurangan dan kelebihan menggunakan metode inkuiri
Kekurangan dan kelebihan menggunakan metode inkuiriKekurangan dan kelebihan menggunakan metode inkuiri
Kekurangan dan kelebihan menggunakan metode inkuiriAulia Musyarofah
 
Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuNastiti Rahajeng
 
Proposal ptk ipa risdawati 2014
Proposal ptk ipa risdawati 2014Proposal ptk ipa risdawati 2014
Proposal ptk ipa risdawati 2014Asep Cell
 
Tugas belajar dan pembelajaran
Tugas belajar dan pembelajaranTugas belajar dan pembelajaran
Tugas belajar dan pembelajaranNur Khairiah
 
Butet Kurikulum
Butet KurikulumButet Kurikulum
Butet Kurikulum45678912
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranHaristian Sahroni Putra
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)Nastiti Rahajeng
 
Bahasa Indonesia tentang metode pembelajaran
Bahasa Indonesia tentang metode pembelajaranBahasa Indonesia tentang metode pembelajaran
Bahasa Indonesia tentang metode pembelajaranodhias
 
Rangkuman metode pembelajaran
Rangkuman metode pembelajaranRangkuman metode pembelajaran
Rangkuman metode pembelajaranHayat Nurhayat
 
Belajar dan pembelajaran wawan
Belajar dan pembelajaran wawanBelajar dan pembelajaran wawan
Belajar dan pembelajaran wawanGunaOne Krui
 
Makalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaranMakalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaranPENJAGA HATI
 
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiriKelebihan dan kekurangan metode inkuiri
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiriAulia Musyarofah
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposalishakaxly
 
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatif
Strategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatifStrategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatif
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatifeli priyatna laidan
 

Mais procurados (20)

Bentuk-Bentuk Pengajaran Individual
Bentuk-Bentuk Pengajaran IndividualBentuk-Bentuk Pengajaran Individual
Bentuk-Bentuk Pengajaran Individual
 
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
 
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelasTugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
Tugas 5 proposal penelitian tindakan kelas
 
Kekurangan dan kelebihan menggunakan metode inkuiri
Kekurangan dan kelebihan menggunakan metode inkuiriKekurangan dan kelebihan menggunakan metode inkuiri
Kekurangan dan kelebihan menggunakan metode inkuiri
 
Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individu
 
Proposal ptk ipa risdawati 2014
Proposal ptk ipa risdawati 2014Proposal ptk ipa risdawati 2014
Proposal ptk ipa risdawati 2014
 
Tugas belajar dan pembelajaran
Tugas belajar dan pembelajaranTugas belajar dan pembelajaran
Tugas belajar dan pembelajaran
 
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJARHAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
 
Butet Kurikulum
Butet KurikulumButet Kurikulum
Butet Kurikulum
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Bahasa Indonesia tentang metode pembelajaran
Bahasa Indonesia tentang metode pembelajaranBahasa Indonesia tentang metode pembelajaran
Bahasa Indonesia tentang metode pembelajaran
 
Rangkuman metode pembelajaran
Rangkuman metode pembelajaranRangkuman metode pembelajaran
Rangkuman metode pembelajaran
 
Belajar dan pembelajaran wawan
Belajar dan pembelajaran wawanBelajar dan pembelajaran wawan
Belajar dan pembelajaran wawan
 
Makalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaranMakalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaran
 
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiriKelebihan dan kekurangan metode inkuiri
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatif
Strategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatifStrategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatif
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatif
 

Semelhante a Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

Semelhante a Skripsi pembelajaran Inquiry biologi (20)

Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaran
 
Makalah ainah
Makalah ainahMakalah ainah
Makalah ainah
 
Ptk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ipsPtk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ips
 
skripsi BaB I
skripsi BaB Iskripsi BaB I
skripsi BaB I
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Bab i ii ptk
Bab i ii ptkBab i ii ptk
Bab i ii ptk
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V
 
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedialProses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
 
Ptk ips
Ptk ipsPtk ips
Ptk ips
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
 
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusnoBab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
 
Isi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiahIsi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiah
 
Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan AjarPengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan Ajar
 
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahStrategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
 
Proposal PTK
Proposal PTKProposal PTK
Proposal PTK
 
Presentation BU AISYAH-1.pptx
Presentation BU AISYAH-1.pptxPresentation BU AISYAH-1.pptx
Presentation BU AISYAH-1.pptx
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
 

Skripsi pembelajaran Inquiry biologi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu sistem yang saling berkaitan. Sistem tersebut terdiri dari komponen-komponen antara lain : guru, siswa dan fasilitas belajar. Tanpa adanya komponen-komponen tersebut, proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Guru sebagai tenaga pengajar, berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar mudah diterima oleh siswa. Untuk itu guru memerlukan media sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Keberhasilan seorang guru dapat diukur melalui nilai prestasi siswa yang semakin meningkat setelah proses pembelajaran. Rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah cara mengajar guru dengan hanya menggunakan metode ceramah. Metode ceramah yang digunakan secara terus menerus tanpa menggunakan alat bantu mengajar seperti media pengajaran akan mengakibatkan siswa merasa bosan pada mata pelajaran yang bersangkutan. Hal itu dikarenakan kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran yang tidak sama dalam satu kelas. Informasi akan menarik jika guru menggunakan metode ceramah disertai dengan penggunaan media pengajaran. Berdasarkan informasi dari guru kelas IV SDN Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo, bahwa kemampuan siswa dalam topik bangun ruang pada Kompetensi Dasar 8.2 Menentukan Jaring-jaring balok dan kubus
  • 2. 2 masih rendah sehingga terjadi kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal- soal. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab soal merupakan indikator kesulitan siswa, kemungkinan juga dari model atau metode pembelajaran yang digunakan guru kurang sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Hasil observasi yang dilakukan pada guru kelas IV SDN Langkap, bahwa guru dalam menyajikan materi, guru masih menggunakan metode ceramah dan guru memegang kendali penuh, kurang adanya komunikasi antara guru dengan siswa sehingga siswa cenderung pasif. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan media bongkar pasang kardus yang mana siswa dapat melihat obyek dari materi yang dipelajari sehingga tidak hanya sekedar membayangkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mencoba mengangkat penelitian yang difokuskan pada media pengajaran dengan bongkar pasang kardus pada mata pelajaran matematika kelas IV semester genap tahun pelajaran 2010-2011 dalam upaya meningkatkan konsep jaring- jaring balok dan kubus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dimuka, maka penelitian ini berusaha untuk memecahkan permasalahan berikut: Apakah dengan penggunaan media bongkar pasang kardus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa materi jaring-jaring balok dan kubus pada mata pelajaran matematika kelas IV semester genap tahun pelajaran 2010-2011?.
  • 3. 3 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Adapun yang menjadi tujuan penelitian umum dalam penelitian ini adalah: a. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. b. Mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. c. Mengembangkan pendidikan dan lain-lain. 2. Tujuan Khusus Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatkan prestasi belajar siswa dengan penggunaan media pengajaran bongkar pasang kardus pada proses pembelajaran matematika kompetensi dasar menentukan jaring- jaring balok dan kubus pada kelas IV semester genap tahun pembelajaran 2010-2011 di SDN Langkap Besuki. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Bagi peneliti a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya masalah pendidikan. b. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama dibangku kuliah.
  • 4. 4 2. Bagi Guru a. Guru dapat memperbaiki cara mengajar dengan memanfaatkan media pengajaran sederhana berupa bongkar pasang kardus. b. Sarana belajar guru untuk memahami tindakan pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan dikelasnya. c. Merangsang motivasi guru untuk lebih menekankan keberhasilan proses pembelajaran dari pada hanya sekedar nilai akhir belajar siswa tanpa disertai pencapaian kompetensi dasar yang seharusnya dikuasai. 3. Bagi Siswa a. Siswa lebih tertarik pada materi pelajaran yang disampaikan guru. b. Langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan dapat mendorong penguasaan kompetensi belajar siswa meningkat. c. Prosentase keberhasilan belajar siswa meningkat. 4. Bagi Institusi a. Program peningkatan kualitas kinerja guru. b. Program meningkatkan mutu pendidikan yang selaras dengan visi dan misi sekolah. 5. Bagi Pendidikan secara umum a. Hasil dari penelitian dapat dijadikan acuan dalam memecahkan problema pendidikan.
  • 5. 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PRESTASI BELAJAR 1. Pengertian Prestasi Muray dalam Beck (1990:290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut: “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible” “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. 2. Pengertian Belajar Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa
  • 6. 6 pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut : a. Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. “Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. b. Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. “Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan”. c. Geoch, mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of practice”. “Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek”. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan
  • 7. 7 oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan. Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
  • 8. 8 Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai. 3. Pengertian Prestasi Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
  • 9. 9 prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta
  • 10. 10 didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005:8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
  • 11. 11 Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor- faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. 1) Kecerdasan/intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia
  • 12. 12 tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.” Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.” Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.” Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar. 2) Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai
  • 13. 13 dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata actitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan- kesanggupan tertentu.” Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.” Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut. 3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan
  • 14. 14 rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.” Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri- ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.” Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
  • 15. 15 4) Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.” Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian
  • 16. 16 siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.” 1) Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.” http://en.wordpress.com/tag/artikel/ Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat
  • 17. 17 seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.” Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga- lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. 2) Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk
  • 18. 18 belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. 3) Keadaan Masyarakat Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak- anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran maka anakpun dapat terpengaruh pula.
  • 19. 19 Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. B. MATEMATIKA 1. Pengertian Matematika Sampai saai ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para matematikawan, apa yang disebut matematika itu. Sasaran penelaahan matematika tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Dengan mengetahui sasaran penelaahan matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika yang sekaligus dapat kita ketahui juga cara berpikir matematika itu. Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan “Apakah matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab dengan satu atau dua kalimat begitu saja. Karena itu kita harus hati-hati. Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa simbol; matematika adalah bahasa neumerik; matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika
  • 20. 20 adalah metode berpikir logis; matematika adalah sarana berpikir; matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah sains mengenai kuantitas dan besaran; matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu; matematika adalah sains formal yang murni; matematika adalah sains yang memanipulasi simbol; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk, struktur, matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, matematika adalah aktivitas manusia. Jadi berdasarkan etimologi (Elea Tinggih, 1972:5). Perkataan matematika berarti “Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sebagai contoh, adanya pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi empat wawasan yang luas yaitu aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis dengan aritmetika mencakup teori bilangan dan satistika. (http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/pengertian-matematika.html)
  • 21. 21 Kelompok matematikawan ini berpendapat bahwa matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk matematika itu sendiri. Ilmu adalah untuk ilmu, matematika itu adalah ilmu yang dikembangkan untuk kepentingan sendiri. Ada atau tidak adanya kegunaan matematika, bukanlah urusannya. Menurut pendapatnya, matematika itu adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, ketat, dan sebagainya. Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. (http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/pengertian- matematika.html) Reys, dkk (1984) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika itu adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. (http://magfirahathar. blogspot.com/2009/11/pengertian-matematika.html) Kemudian Kline (1973) dalam bukunya mengatakan pula, bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahan sosial,
  • 22. 22 ekonomi dan alam. (http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/ pengertian-matematika.html) Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Untuk dapat mengetahui apa matematika itu sebenarnya, seseorang harus mempelajari sendiri ilmu matematika itu, yaitu dengan mempelajari, mengkaji, dan mengerjakannya. Termasuk pengkajian sejauh timbulnya matematika dan perkembangannya. 2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Menurut Erman Suherman (1993:134) matematika sekolah dimaksukan sebagai bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari siswa sekolah (formal), yaitu siswa SD, SLTP, SLTA. Pada matematika sekolah, siswa mempelajari matematika yang sifat materinya masih elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk prasyarat konsep yang lebih tinggi, banyak aplikasinya dalam kehidupan di masyarakat, dan pada umumnya dalam mempelajari konsep-konsep tersebut bisa dipahami melalui pendekatan induktif. Sesuai dengan tujuan pendidikan matematika di sekolah, matematika sekolah berperan: a. Untuk mempersiapkan anak didik agar mampu menghadapi perubahan-perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang senantiasa berubah, keadaan melalui latihan bertindak atas dasar
  • 23. 23 pemikiran logis dan rasional, kritis dan cermat, obyektif, kreatif, efektif dan diperhitungkan secara analitissintetis. b. Untuk mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan. Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA mencakup pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah. Adapun kriteria dari ketiga aspek tersebut adalah: a. Pemahaman Konsep 1) Menyatakan ulang suatu konsep. 2) Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. 3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep. 4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. 5) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. 6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. b. Penalaran dan Komunikasi 1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram. 2) Mengajukan dugaan.
  • 24. 24 3) Melakukan manipulasi matematika. 4) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. 5) Menarik kesimpulan dari pernyataan. 6) Memeriksa kesahihan suatu argumen. 7) Menentukan pola atau sifat dari gejala matematika untuk membuat generalisasi. c. Pemecahan Masalah 1) Menunjukkan pemahaman masalah. 2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah. 3) Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk. 4) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat. 5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah. 6) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah. 7) Menyelesaikan masalah yang tidak rutin. C. MEDIA PENDIDIKAN 1. Pengertian Media Pendidikan Media dalam bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiyah berarti perantara atau pengantar (sadiman, dkk., 1996:6). Media adalah perantara /sarana /pengantar pesan/informasi. Menurut rohani (1997:3) media adalah segala sesuatu yang dapat diindra
  • 25. 25 yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi dalam kegiatan belajara mengajar. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Th 2003, Bab I, Pasal I). Dengan demikian media pendidikan dapat diartikan sebagai sarana atau alat komunikasi antara guru dan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohani (1997:4) bahwa media pendidikan adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil intruksional secara efektif dan efisien, serta instruksional tercapai dengan mudah. Menurut Hamalik (1994:12) media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar disekolah. Media pendidikan identik dengan alat bantu belajar mengajar baik di dalam maupun diluar kelas tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bias dilihat atau di dengar sebagai alat komunikasi antara guru dengan siswa. Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik
  • 26. 26 dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Dananm, 1995 :7). Berdasarkan pendapat di atas cirri-ciri umum dari media pendidikan adalah sebagai berikut : a. Penekanan media pendidikan terletak pada benda atau hal-hal yang dapat dilihat, didengar atau diraba oleh panca indra. b. Media pendidikan merupakan suatu perantara (media) yang digunakan dalam rangka pendidikan. c. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada peroses belajar mengajar baik di dalam maupun diluar kelas. d. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan atau komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. e. Media pendidikan erat hubungannya dengan metode mengajar. 2. Peranan Media Pendidikan Dalam suatu proses belajar mengajar, ada dua unsur yang amat penting yaitu metode menajar dan media pendidikan (Harjanto, 1996: 237). Kedua aspek ini sangat berkaitan dengan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi media yang akan digunakan meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media pendidikan dalam proses belajar mengajar. Seorang guru dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar harus memiliki gagasan sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi dengan peserta didik (Rohani, 1997: 6). Hal ini dapat ditunjukkan melalui
  • 27. 27 media pendidikan. media pendidikan yang dimaksud dapat dikatakan sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Karena itu, disamping gagasan guru, perlu diperhatikan unsur-unsur yang dapat menunjang proses komunikasi guru dengan peserta didik dalam menciptakan media pendidikan. Hal ini berarti bahwa agar proses komunikasi dapat berjalan secara efektif dan efisien, perlu mengenal tentang beberapa peranan dan fungsi dari media pendidikan. Beberapa peranan media pendidikan dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut : a) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat variabelistis b) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif peserta didik sehingga menimbulkan gairah belajar. c) Apabila latar belakang lingkungan guru dengan siswa ataupun antar siswa berbeda maka media pendidikan dapat mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. (Sadiman, dkk.,1996: 16) Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa peranan media pendidikan adalah sebagai berikut : a) Mengatasi perbedaan pengalaman antara peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik. Misalnya peserta didik yang bertempat tinggal di daerah pegunungan yang belum pernah
  • 28. 28 melihat lautan dapat digunakan media film, video kaset sehingga menimbulkan persepsi yang sama. b) Mengatasi keterbatasan daya indra. Misalnya benda yang akan diajarkan terlalu besar dapat dilihat melalui film, strip, gambar, slide, dan sebagainya. Untuk mengatasi benda yang secara lansung tidak dapat diamati karena terlalu kecil misalnya sel, bakteri, atom dapat menggunakan mikroskop, proyektor, dan lain-lain. c) Mengatasi keterbatasan waktu. Misalnya kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi dengan rekaman video atau foto. d) Keterbatasan ruang. Misalnya objek yang diajarkan terlalu komplek dapat disajikan dengan model gambar. e) Mengatasi peristiwa alam. Misalnya terjadi letusan gunungberapi, pertumbuhan atau perkembang biakan hewan maupun tumbuhan dapat menggunakan media gambar, film dan sebagainya. f) Membangkitkan minat belajar siswa yang baru dan meningkatkan motivasi kegiatan belajar peserta didik. 3. Fungsi Media Pendidikan Menurut Encyclopedia Of Educational Research (dalam hamalik, 1994: 15) nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut : a) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir oleh karena itu mengurangi verbalisme. b) Memperbesar perhatian siswa.
  • 29. 29 c) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap. d) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini terutama terdapat gambar hidup. f) Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa. g) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta dapat membantu berkembangnya efisien yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Mcknow (dalam Nurani, 1947: 8) menyatakan bahwa ada delapan fungsi media pendidikan di dalam proses belajar mengajar, yaitu : a) Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan yang mementingkan kebutuhan kehidupan peserta didik b) Membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik. c) Media instruksional edukatif pada umumnya merupakan suatu yang baru bagi peserta didik, sehingga menarik perhatian peserta didik d) Media instruksional edukatif memberikan kebebasan kepada peserta didik lebih besar dibandingkan dengan cara tradisional
  • 30. 30 e) Media instruksional edukatif lebih konkrit dan mudah dipahami f) Media instruksional edukatif mendorong peserta didik untuk ingin tahu lebih banyak g) Memberikan kejelasan (Clarification) h) Memberikan rangsangan (Simulation) Berdasarkan pendapat di atas fungsi media pendidikan adalah dapat mempertinggi proses kegiatan belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Walaupun fungsi media pendidikan cukup penting sebagai alat dan sumber pengajaran, tapi media pendidikan tersebut tidak bisa menggantikan guru sepenuhnya, artinya media pendidikan tanpa guru suatu hal yang mustahil dapat meninkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap diperlukan sekalipun media pendidikan tersebut telah mewakili atau merangkum semua bahan pengajaran yang diperlukan siswa. 4. Klasifikasi Media Pendidikan Beberapa ahli mengklasifikasikan media pendidikan yang dikaitkan dengan teknologi pendidikan, pengalaman peserta didik, maupun kecanggihan media pendidikan tersebut. Namun penggunaan media pendidikan yang lebih penting pada fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. Dalam menggunakan media pendidikan sebagai alat komunikasi khususnya dalam hubungannya dengan masalah proses belajar mengajar harus dikaitkan dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai.
  • 31. 31 Menurut Harjanto (1996:237) ada beberapa jenis media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain : a. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagian atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis sering disebut dengan media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. b. Media tiga dimensi biasanya dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain. c. Media proyeksi seperti slide, film, penggunaan OHP, dan lain-lain. d. Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan. 5. Peranan Barang Bekas, Bahan, dan Peralatan Sederhana sebagai Media Pendidikan Dalam proses pembelajaran, sering kali terjadi hambatan- hambatan, baik yang datang dari pihak guru maupun siswa. Hambatan- hambatan tersebut secara langsung mempengaruhi suasana pembelajaran, salah satu hambatan yang sering kali muncul adalah ketika guru harus memvisualkan suatu konsep atau ide. Dalam hal ini guru membutuhkan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar karena pembahasan secara lisan tidak memuaskan siswa. Apabila sekolah tidak dapat menyediakan media tersebut, guru dapat berupaya membuatnya dari bahan-bahan sederhana.
  • 32. 32 Guru selalu dituntut mengembangkan kreativitas agar materi bisa diterima dengan baik oleh siswa. Kreativitas guru bisa terlihat ketika ia mencoba memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang bisa dijadikan suatu media didalam mata pelajarannya. Keterbatasan yang sifatnya individual ini pada dasarnya sangat manusiawi. Namun demikian hal tersebut jangan diartikan bahwa ia boleh mengurangi target sasaran pembelajaran. Dengan segala keterbatasan yang ada merupakan tanggung jawab guru untuk tetap mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Berikut ini adalah rambu-rambu atau pedoman yang harus diperhatikan ketika kita ingin mengembangkan media dari bahan-bahan sederhana : a. Gunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh di sekitar lingkungan sekolah, tempat tinggal guru dan siswa, ataupun bahan- bahan yang bisa diperoleh di toko atau pasar terdekat. Jika harus membeli maka perhatikan harganya. Usahakan agar bahan yang digunakan terjangkau harganya oleh guru, sekolah maupun siswa. b. Penggunaan media yang dibuat guru hendaknya bisa meningkatkan perhatian dan pemahaman siswa melalui mendengarnya. c. Kembangkan bahan-bahan yang bisa membuat siswa berpikir kritis, mengundang siswa selalu ingin bertanya, ingin tahu, dan ingin mencari kebenaran.
  • 33. 33 d. Gunakan bahan-bahan yang bisa merajuk kepada upaya mendorong kemampuan siswa untuk memahami dan mengingat secara tegas dan jelas materi pembelajaran yang disajikan. e. Buatlah media yang mampu memberikan kebersamaan bagi siswa dengan kondisi yang menyenangkan dalam mengikuti pelajaran. f. Tugaskan mereka mencatat atau menuliskan setiap hal yang ia dengar, amati selama guru memanfaatkan media sederhana ciptaannya. 6. Tujuan Pembuatan Media Sederhana Berdasarkan kesadaran tentang pentingnya media sederhana yang terbuat dari bahan bekas yang terdapat di sekitar lingkungan guru dan siswa, kita dapat mencatat tiga tujuan pembuatan media sederhana yang terkait satu dengan lainnya : a. Membangun komunitas berbasis pendidikan kreatif b. Membangun berbagai alternatif media sederhana yang kreatif dan berkesinambungan sedemikian rupa sehingga mampu membantu anak- anak didik tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang kritis, kreatif, mandiri (otonom) dan peduli terhadap orang lain dan lingkungannya. c. Mengembangkan jaringan kerja (network) para guru dan pendidik untuk menggalang kerja sama dalam upaya mengembangkan berbagai media alternative yang kreatif, sederhana dan murah sebagai gerakan guru mandiri yang peduli lingkungan sekitar sekolah dan masyarakat.
  • 34. 34 7. Media Kardus Sebagai Media Sederhana Dalam Penerapan Jaring- jaring Balok dan Kubus Jaring-jaring suatu bangun ruang merupakan bidang-bidang datar pembentuk bangun suatu bangun ruang. Pemilihan media kardus dalam penerapan konsep jarring-jaring balok tersebut mudah diperoleh. Kardus bisa kita dapatkan dari bekas kemasan barang, dari yang berukuran kecil sampai besar. Pemilihan kardus hendaknya memperhatikan bentuk bangun ruang yang akan dijelaskan, seperti kardus dengan bentuk bangun balok untuk menerapkan konsep jarring-jaring balok. Sebaliknya kardus dengan bentuk bangun kubus. 8. Materi Matematika Jaring-Jaring Balok dan Kubus a) Balok perhatikan bangun ruang balok di E D samping! 1) Bagian-bagian Balok (a) 6 bidang sisi, yaitu: (1) Sisi bawah ABCD (2) Sisi kanan BCGF (3) Sisi atas EFGH (4) Sisi depan ABFE
  • 35. 35 (5) Sisi kiri ADHE (6) Sisi belakang DCGH (b) 8 titik sudut, yaitu: Titik sudut A, B, C, D, E, F, G, dan H (c) 12 rusuk, yaitu: Rusuk AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, dan HE 2) Jaring-jaring Balok E F H G Gambar disamping adalah H G salah satu model jaring-jaring D C A B E F balok. E F ABCD sebagai sisi alas balok HGFE sebagai sisi atas balok EFBA sebagai sisi depan balok DCGH sebagai sisi belakang balok BFGC sebagai sisi kanan balok EADH sebagai sisi kiri balok b. Kubus H G E F Perhatikan bangun ruang kubus disamping! D C A B
  • 36. 36 1) Bagian-bagian Kubus Kubus terdiri dari: (b) 6 bidang sisi, yaitu: (1) Sisi bawah ABCD (2) Sisi kiri ADHE (3) Sisi kanan BCGF (4) Sisi depan ABFE (5) Sisi belakang DCGH (6) Sisi atas EFGH (c) 8 titik sudut, yaitu: Titik sudut A, B, C, D, E, F, G, dan H (d) 12 rusuk, yaitu: Rusuk AB, DC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH 2) Jaring-jaring Kubus Gambar diatas adalah salah satu model jaring-jaring kubus. 1 sebagai sisi atas 2 sebagai sisi samping kiri 3 sebagai aiai bawah 4 sebagai sisi depan 5 sebagai sisi samping kanan 6 sebagai sisi belakang
  • 37. 37 9. Hipotesis Tindakan Berdasarkan tinjauan pustaka di atas hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: diduga penerapan media bongkar pasang kardus pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar 8.2 menentukan jarring-jaring balok dan kubus dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV semester genap SD Negeri 1 Langkap Besuki. Pemahaman siswa meningkat dikarenakan adanya minat belajar siswa dan kesukaan siswa terhadap pelajaran, partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, dan perhatian siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
  • 38. 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian tidakan kelas (PTK) ini dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap yaitu : merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan merefleksi. Menurut tim pelatih peroyek PGSM (1999:7), keempat fase dalam satu siklus sebuah PTK digambarkan dengan sebuah spiral PTK, seperti ditunjukkan pada gambar berikut : Gambar spiral penelitian tindakan kelas model Hokins (tim pelatihan proyek PGSM, 1997 ;7)
  • 39. 39 Setiap tahap dari kegiatan yang dilakukan dalam PTK akan terus berulang, sampai prestasi belajar siswa meningkat. Pada penelitian ini, peneliti hanya membatasi pelaksanaan penelitian dengan dua siklus karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti diantaranya: biaya, waktu dan tenaga apabila sampai dua siklus hasil penelitian masih menunjukkan prestasi belajar siswa rendah, maka penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti sendiri apabila ada kesempatan atau dilanjutkan oleh peneliti lain. Sesuai dengan gambar spiral penelitian tindakan kelas model Hopkins, penelitian ini terdiri dari 4 fase yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Namun demikian sebelum peneliti melakukan tindakan terlebih dahulu melakukan observasi awal di sekolah. Observasi ini dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan dalam penelitian. Hasil observasi awal akan kami laporkan pada bab IV . Adapun empat fase yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut : a. Menetapkan dan memilih kompetensi dasar "menentukan jaring-jaring balok dan kubus" yang dijadikan bahan dalam pelaksanaan penelitian.
  • 40. 40 b. Membuat skenario pembelajaran yang terdiri dari program perencanaan pembelajaran kompetensi dasar "menentukan jaring- jaring balok dan kubus. c. Membuat alat bantu mengajar berupa media pengajaran yaitu kardus berbentuk balok dan kubus. d. Membuat lembar observasi yang digunakan peneliti untuk menilai sikap siswa pada saat peneliti mengaplikasikan metode mengajar dengan menggunakan alat bantu mengajar yang berupa media pengajaran bongkar pasang kardus. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi dasar yang disesuaikan dengan kurikulum SD yang sedang berlaku. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP ) digunakan pada tahap tindakan. 2. Tindakan Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan tindakan pengajaran berdasarkan pada perencanaan yang telah dibuat. Tindakan tersebut difokuskan pada materi yang disampaikan guru dengan menggunakan media kardus. 3. Observasi / pengamatan Observasi atau pengamatan dilakuan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu dengan menilai prestasi belajar siswa. Adapun hal-hal yang di observasi adalah : - Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.
  • 41. 41 - Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya. - Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya. - Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. - Rasa senang dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu juga dilakukan observasi terhadap nilai tes atau tugas yang diberikan. 4. Refleksi Tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji kembali hasil tindakan dan hasil observasi, yang kemudian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan yang akan dilakukan kemudian. Dengan melakukan refleksi peneliti mengetahui kekurangan-kekurangan apa yang perlu diadakan tindakan perbaikan. Apabila hasil refleksi menunjukkan hasil yang sesuai dengan tujuan dari penelitian maka tindakan dihentikan. Dengan kata lain siklus tidak dilanjutkan. Kalau hasil refleksi tidak sesuai dengan tujuan dari penelitian maka penelitian ini akan dilanjutkan kesiklus selanjutnya. B. Subyek dan Lokasi Penelitian Penentuan tempat penelitian ini menggunakan metode purposive yaitu daerah penelitian ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu antara lain: peneliti sudah tahu kondisi fisik tempat penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam mencari data serta tempat penelitian mudah di jangkau oleh peneliti. Berdasrakan pertimbangan tersebut, maka yang menjadi tempat penelitian ini ditetapkan di SD negeri 1 Langkap Besuki yang beralamat di
  • 42. 42 Jalan Gunung Kawi no.42. Desa Langkap Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo. Penentuan subjek penelitian menggunakan metode purposive sampling didasarkan atas kondisi objektif dimana sebagian besar prestasi belajar siswa rendah pada mata pelajaran matematika. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 28 orang. Pada penelitian ini kami (peneliti) ingin memperbaiki dan berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi matematika khususnya pada kompetensi dasar "8.2 menentukan jaring-jaring balok dan kubus." Pada dasarnya murid-murid yang menjadi subyek penelitian ini ketika guru memberikan penjelasan mereka tertib mengikuti pelajaran dengan baik. Dalam latihan-latihan soal mereka tampak menguasai pelajaran yang diberikan guru dengan memberikan jawaban yang memuaskan, tapi anehnya ketika mereka diberikan evaluasi akhir pelajaran sedikit dari jumlah murid yang ada bisa memberikan jawaban yang memuaskan. C. Teknik Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian disamping menggunakan metode yang tepat juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang obyektif. Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
  • 43. 43 1. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang berasal dari bukti tertulis yang ada pada tempat penelitian. Data-data tersebut berupa antara lain denah SDN 1 Langkap besuki, jumlah siswa kelas IV dan nilai rapor siswa serta hasil ulangan harian siswa mata pelajaran matematika serta data-data lain yang menunjang penelitian. 2. Teknik Tes Tes merupakan suatu cara yang digunakan dalam rangka pengukuran penelitian, berbentuk pemberian tugas yang berupa pertanyaan yang dikerjakan oleh peserta didik sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta didik (Arifin, 1991:69) Data hasil belajar siswa yang telah tercapai dapat diketahui dengan menggunakan teknik tes. Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mempelajari materi yang diajarkan. Teknik tes yang digunakan adalah tertulis dalam bentuk pemberian tugas yang diberikan pada akhir pembelajaran. Isi soal sebelumnya telah disusun sesuai dengan materi dan indikator yang ingin dicapai serta dikonsultasikan dengan guru kelas IV. D. Teknik Analis Data Analisis data adalah cara yang paling menentukan untuk menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah:
  • 44. 44 1. Kegiatan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung yang semuanya diperoleh dari observasi. 2. Hasil Dokumentasi, Dokumentasi nilai rapor dan hasil ulangan harian siswa sebagai prestasi awal sebelum dilakukan tindakan. 3. Hasil tugas dan ulangan harian siswa. Untuk mengukur ketuntasan hasil belajar, dalam hal ini adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotor menggunakan standar ketuntasan yaitu ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat presentase ketuntasan minimal mencapai 65%, sedangkan untuk tingkat klasikal mencapai 85% (depdikbud : 1994) Adapun untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar menggunakan rumus presentase ketuntasan hasil belajar, yaitu: a) Ketuntasan secara individu jum lahskor yangdiperoleh Rumus presentase ketuntasan : x100 jum lahskor aksim al m b) Ketuntasan secara klasikal jum lahskor yangtuntas Rumus presentase ketuntasan : x100 jum lahselu ruhsiswa Untuk mengetahui efektivitas hasil belajar metematika maka digunakan rumus sebagai berikut : Mx My ER : x100 My Keterangan :
  • 45. 45 ER : tingkat keefektifan relative Mx : nilai rata-rata kelas setelah dilakukan tindakan My : nilai rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan. Hasil perhitungan tingkat keefektifan relative (ER) dapat disimpulkan apakah pembelajaran dengan media bongkar pasang kardus lebih efektif atau tidak (dalam%) dibandingkan dengan pengajaran sebelumnya dimana Mx adalah nilai rata-rata kelas setelah dilakukan tindakan dan My adalah nilai sebelum dilakukan tindakan dan ER adalah nilai efektifitasnya. Jika ER lebih besar dari 0% maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran di kelas dengan media bongkar pasang kardus lebih efektif dibanding dengan pembelajaran sebelumnya (Masyhud, 2000:61).
  • 46. 46 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data 1. Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Semester I yang Diambil dari Nilai Rapor dan Ulangan Harian Siswa. Hasil belajar siswa kelas IV pada semester I belum tuntas mengingat guru tidak menggunakan media konkret sebagai alat bantu dalam proses pembelajarannya. Adapun hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada semester I. PRA PERBAIKAN Ketuntasan Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Belajar Klasikal < 65 17 60,71 % 65 – 100 11 39,28 % 39,28 % Jumlah 28 100 Dari tabel diatas dapat diketahui rata-rata hasil belajar siswa kelas IV pada pelajaran matematika di semester I, ketuntasan belajar siswa secara klasikal dikatakan tidak tuntas karena yang mendapat nilai < 65 sebanyak 17 siswa dengan persentase 60,71% dan siswa yang mendapat
  • 47. 47 nilai 65 – 100 hanya sebanyak 11 siswa dengan nilai persentase sebesar 39,28%. 2. Hasil Belajar Siswa Kelas IV yang Dibimbing dengan Media Sederhana yaitu Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus. a. Siklus I 1) Perencanaan Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 (RPP 1), Kompetensi Dasar “Menentukan jaring-jaring balok dan kubus” dan membuat alat bantu mengajar yang berupa media pengajaran yaitu kardus berbentuk balok dan kubus. 2) Tindakan Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan media pengajaran kardus. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan ini dilakukan selama 30 menit dan sisa waktu + 30 menit digunakan untuk mengerjakan soal. Pada siklus I ini murid-murid ditugaskan mencari sedikitnya dua bentuk jaring-jaring balok dan kubus dengan teknik memotong bagian-bagian bidang pembentuk kardus, dengan catatan tetap dalam satu rangkaian utuh (tidak terpisah- pisah). Peneliti melakukan observasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
  • 48. 48 3) Observasi Hasil penelitian tentang pembelajaran dengan media bongkar pasang kardus pada pelajaran matematika kompetensi dasar menentukan jaring-jaring balok dan kubus diperoleh hasil peningkatan ketuntasan belajar. Seperti terlihat pada tabel 2. Tabel 2: Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Media Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus. Jumlah Persentase Ketuntasan Belajar Nilai Siswa (%) Klasikal < 65 7 25 % 65 – 100 21 75 % 75 % Jumlah 28 100 Berdasarkan uji efektivitas pada aspek ketuntasan belajar klasikal diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4. Efektivitas Hasil Belajar Siswa dengan media Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus Siklus Hasil Persentase (%) Siklus I 14,43 %
  • 49. 49 4) Refleksi Pada siklus I dapat dikatakan siswa sudah mulai memahami atau menguasai pelajaran. Namun ketuntasan belajar ini tidak sepenuhnya untuk ketuntasan secara individual, karena masih terdapat 7 siswa dari 28 siswa atau 25% belum mencapai ketuntasan secara individual. Kelemahan pada siklus I ini dikarenakan keterbatasan jumlah kardus untuk dibongkar dalam mencari jaring-jaring bangun ruang. Hal ini tentu dapat dimaklumi, karena satu kardus yang dibongkar untuk satu jaring-jaring bangun ruang padahal anak diminta mencari sedikitnya dua bentuk untuk satu bangun. Diketahui nilai efektivitas relative pembelajaran melalui penggunaan media bongkar-pasang kardus pada siklus I yaitu sebesar 14,43%. Hal ini berarti pembelajaran melalui media bongkar-pasang kardus lebih efektif sebesar 14,43% dari model pembelajaran tanpa penggunaan media tersebut (pembelajaran sebelumnya). 5) Perbaikan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I maka perbaikan yang dilakukan adalah: a) Menambah jumlah kardus yang dibongkar.
  • 50. 50 b) Siswa ditugaskan untuk mencari tiga macam bentuk jaring- jaring balok dan kubus dengan cara memotong setiap bagian sisi pembentuknya dengan terpisah-pisah. c) Siswa tidak hanya menggambar bentuk jaring-jaring balok dan kubus dibuku tugasnya, namun siswa juga harus menempelkan bentuk jaring-jaring hasil temuannya pada kertas manila yang telah disediakan. b. Siklus II 1) Perencanaan Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 (RPP 2), Kompetensi Dasar “Menentukan jaring-jaring balok dan kubus” dan membuat alat bantu mengajar yang berupa media pengajaran yaitu kardus berbentuk balok dan kubus. 2) Tindakan Peneliti tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan media pengajaran kardus. Pada kegiatan siklus II ini anak-anak ditugaskan mencari tiga bentuk jaring-jaring pada masing-masing bangun balok dan kubus, namun pada siklus kedua ini anak-anak memotong tiap bagian sisi pembentuk balok dan kubus secara terpisah. Kemudian menggambar jaring-jaring hasil temuannya dibuku tugas dan ia harus menempelkan bentuk jaring- jaring tersebut pada lembar kertas untuk kemudian dipajangkan.
  • 51. 51 Metode yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar adalah metode ceramah dengan menggunakan media pengajaran kardus. 3) Observasi Hasil penelitian tentang pembelajaran dengan media bongkar pasang kardus pada pelajaran matematika kompetensi dasar menentukan jaring-jaring balok dan kubus diperoleh hasil peningkatan ketuntasan belajar. Seperti terlihat pada tabel 5. Tabel 5: Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Media Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus. Jumlah Ketuntasan Belajar Nilai Persentase (%) Siswa Klasikal < 65 0 0% 65 – 100 28 100 % 100 % Jumlah 28 100 Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa prosentase keberhasilan siswa meningkat 35,71% yaitu dari 39,28% ketuntasan belajar klasikal sebelum diadakan perbaikan menjadi 75% ketuntasan belajar klasikal pada siklus I, hal ini menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan siswa secara klasikal yang cukup
  • 52. 52 signifikan. Peningkatan ini lebih disempurnakan lagi dengan siklus II menjadi 100% ketuntasan belajar klasikal. 4) Refleksi Berdasarkan uji efektivitas pada aspek ketuntasan belajar klasikal diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 6. Efektivitas Hasil Belajar Siswa dengan media Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Menentukan Jaring-jaring Balok dan kubus Siklus Hasil Persentase (%) Siklus II 19,20 % Pada siklus II nilai efektifitasnya sebesar 19,20%. Nilai efektifitas hasil belajar matematika ini diperoleh dari rumus tingkat keefektifan relatif, yaitu: ER=Mx – My /My x 100 atau selisih antara mean atau rata-rata nilai sebelum tanpa menggunakan media bongkar-pasang kardus (pembelajaran sebelumnya). Hubungan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar klasikal antara sebelum dilaksanakan perbaikan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini:
  • 53. 53 100 80 Sebelum Perbaikan 60 Siklus I 40 Siklus II 20 0 Ketuntasan Belajar Klasikal B. Pembahasan 1. Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika yang Dibimbing Tanpa Penggunaan Media di Semester I. Pengambilan data diawali dengan pengambilan nilai, diperoleh nilai rata-rata kelas IV pelajaran matematika sebesar 61,79 dan nilai ketuntasan hasil belajar sebesar 39,28%. Hal ini berarti rata-rata kelas IV tergolong rendah sehingga perlu diadakan tindakan untuk perbaikan proses belajar mengajar. Salah satu yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru tidak menggunakan media pembelajaran sebagai sarana penghubung antara guru, konsep pembelajaran dan siswa. Materi pelajaran lebih merupakan subyek dalam pembelajaran sedangkan siswa hanya sebagai obyek penerima materi. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian penanaman konsep pelajaran
  • 54. 54 yang diharapkan bersifat abstrak bagi anak didik. Disamping itu kurangnya minat untuk belajar. 2. Hasil Belajar Siswa Kelas IV dengan penggunaan Media Bongkar Pasang Kardus pada Pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Menentukan Jaring- jaring Balok dan kubus Penerapan konsep jaring-jaring balok dan kubus pada pelajaran matematika melalui media bongkar-pasang kardus diperoleh rata-rata hasil belajar yang meningkat antara siklus I, dan siklus II. Nilai hasil belajar yang diperoleh adalah hasil dari nilai ulangan harian dan nilai tugas. Bentuk soal yang diberikan pada ulangan harian adalah bentuk pemberian tugas (terlampir), bentuk dan isi soal sebelumnya telah disusun sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai serta dikonsultasikan dengan guru wali kelas IV. Adapun tugas yang diberikan dapat berupa masalah yang harus dipecahkan, pemberian tugas ini dilakukan agar siswa secara individu atau kelompok kecil dapat mengerjakan sesuatu untuk memecahkan masalah dengan cara dan daya imajinasinya sendiri. Melalui bongkar pasang kardus siswa dengan mudah dapat menemukan berbagai bentuk kombinasi jaring-jaring pembentuk bangun ruang kubus atau bangun ruang balok. Hal ini secara langsung pula anak dapat membuktikan bahwa kardus yang mereka bongkar adalah kesatuan dari jaring-jaring bangun ruang.
  • 55. 55 Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan hasil belajar yaitu 75% dan nilai rata-rata ulangan harian diperoleh 70,71. pada siklus I dapat dikatakan siswa sudah mulai memahami atau menguasai pelajaran. Namun ketuntasan belajar ini tidak sepenuhnya untuk ketuntasan secara individual, karena masih terdapat 7 siswa dari 28 siswa atau 25% belum mencapai ketuntasan secara individual.kelemahan pada siklus I ini dikarenakan keterbatasan jumlah kardus untuk dibongkar dalam mencari jaring-jaring bangun ruang. Hal ini tentu dapat dimaklumi, karena satu kardus yang dibongkar untuk satu jaring-jaring bangun ruang padahal anak diminta mencari sedikitnya dua bentuk untuk satu bangun. Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I, hal ini tampak pada perolehan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 70,71 dengan ketuntasan klasikal 100%. Kelemahan pada siklus I dapat dijadikan pelajaran untuk melangkah dan menentukan kegiatan siklus II.
  • 56. 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Hasil penelitian tentang pemanfaatan media bongkar-pasang kardus terhadap hasil belajar matematika kompetensi dasar menentukan jaring-jaring balok dan kubus di SD Negeri Langkap Tahun Pembelajaran 2010/2011 dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar matematika siswa melalui penerapan media bongkar-pasang kardus materi jaring-jaring balok dan kubus di kelas IV SD Negeri Langkap Situbondo. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan tersebut, hal yang perlu dilakukan guru untuk meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran dan peningkatan kualitas proses pembelajaran khususnya meningkatkan keaktifan siswa diantaranya adalah: 1. Penggunaan media belajar/alat peraga/model/gambar dan sebagainya untuk meningkatkan motivasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran. 2. Mencari alternatif lain dalam menyelesaikan soal yang lebih mudah dan lebih cepat sehingga siswa tidak kesulitan dan mudah mengerjakan soal. 3. Peningkatan berbagai jenis motivasi/pendekatan persuasive edukatif dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Disamping hal tersebut diatas, berdasarkan pengalaman guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas melalui Penelitian Tindakan
  • 57. 57 Kelas kiranya perlu diadakan suatu kelompok kerja antara guru dan teman sejawat untuk selalu bertukar pikiran dan pengalaman berkenaan dengan masalah siswa dan tugas dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari.
  • 58. 58 DAFTAR PUSAKA Coany R. Semiawan (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: proyek PGSD Depdikbud. Denim, S. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Denny Setiawan, dkk (2006). Computer dan Media Pembelajaran. Jakarta: PB. Universitas Terbuka Dinas Pendidikan Nasional. Djamarah, S. B dan Aswin Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Haryanto. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. http://en.wordpress.com/tag/artikel/. Prestasi Belajar. Diakses pada tanggal 18 Januari 2011. http://magfirahathar.blogspot.com/2009/11/pengertian-matematika.html. Pengertian Matematika. Diakses pada tanggal 18 Januari 2011 Idarufaidah, 2010. Pengenalan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Tersedia pada http://blog.math.uny.ac.id/idarufaidah/. Diakses pada tanggal 18 Januari 2011. Muchtar A. Karim, Abdul Rahman As’ari, Gatot Muhsetyo, dan Akbar Sutawidjaja (1997). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Proyek PGSD Depdikbud.