SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
Download to read offline
PENYEBAB BURUH TAK SEJAHTERA
Harga Kebutuhan Primer Tak Terkendali
Banyak pihak menyatakan rendahnya tingkat kesejahteraan para buruh di Indonesia bukan
semata-mata dipicu oleh upah yang minimum. Tapi, justru diakibatkan oleh gejolak harga-harga
yang cenderung tak terkendali.
Mengapa harga-harga kebutuhan dasar masyarakat terutama kaum buruh menjadi tak terkendali?
Penyebabnya karena penyediaan barang-barang kebutuhan pokok itu diserahkan ke mekanisme
pasar. Pemerintah yang sudah tergiur menjadi negara liberal lebih percaya, mekanisme pasar
mampu menyejahterakan rakyat banyak.
Tapi, pada kenyataannya, nyaris tiap tahun kaum buruh bergejolak menuntut kenaikan upah.
Padahal, diyakini, berapapun kenaikan upah itu dituruti, mereka tetap saja tak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. “Dulu, di era Orde Baru, dengan gaji kecil masih
bisa menabung, sekarang, dengan gaji besar pun tak tersisa sedikit pun buat menabung,” kata
sosiolog Musni Umar dari Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hiayatullah.
“UMP naik berapapun tak akan mampu menolong pekerja, karena harga sembako terus
membumbung ak terkendali,” kata Musni. Menurut dia, sangat disesalkan ketika pemerintah
hanya karena ingin bermanis-manis di hadapan negara-negara barat, lalu menyerahkan seluruh
kebutuhan atau hajat hidup orang banyak ke mekanisme pasar.
Yag terjadi adalah, nyaris sepanjang waktu harga tak terkendali, di antaranya karena
dikondisikan stok barang tak pernah mencukupi permintaan. Alhasil, ditempuhkan kebijakan
darurat yang bernama impor. Pemerintah, kata Musni, lengah karena tak mempersiapkan
mobilisasi produksi kebutuhan bahan pokok agar tak tergantung pada mekanisme impor.
“Kini saatnya, pemerintah tak perlu malu untuk kembali menjadi pengendali barang-barang
kebutuhan pokok dan barang-barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak,” kata Musni
lagi. Yang mendesak untuk dikendalikan pemerintah saat ini adalah sembilan bahan pokok
(sembako).
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
115/mpp/kep/2/1998 tertanggal 27 Februari 1998, yang dimaksud dengan sembako adalah beras
dan sagu, jagung, sayuran dan buah-buahan, daging (sapi dan ayam), susu, gula pasir, garam
beryodium, minyak goreng dan margarine, serta minyak tanah atau gas elpiji. Menurut Musni,
kebutuhan lain yang juga mengangkut hajat hidup orang banyak, terutama kaum bawah lainnya
adalah air bersih, listrik, juga sarana transportasi.
Musni menyontohkan, di Malaysia, dengan uang 3 Ringgit Malaysia (RM) atau setara dengan Rp
10 ribu, sudah bisa makan kenyang di kantin. Sedangkan di Jakarta, sekali makan siang di kaki
lima sekalipun tak cukup hanya Rp 10 ribu.
“Berapa kali harga gula dan beras naik, juga susu dan minyak goreng, apalagi kedelai yang
mayoritas impor,” kata Musni yang juga direktur eksekutif Institute for Social Empowerment
and Democracy (Insed). Padahal, di Singapura, pemerintahnya tak malu tetap mengendalikan
harga sembako. Itu sebabnya, di sana harga-harga tergolong murah dilihat dari pendapatan per
kapitanya. Dia menyontohkan, uang sen dolar Singapura masih ada harganya. Sebaliknya, uang
pecah Rp 500 apalagi Rp 100 nyaris tak ada harga, tak cukup untuk dibelanjakan barang.
Hal senada juga dilontarkan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan
Wanandi. Menurut dia, tuntutan buruh untuk kenaikan upah yang tinggi itu akan sia sia saja.
Sebab, kenaikan upah buruh tak akan pernah mampu mengejar gejolak harga barang dan
kebutuhan masyarakat.
"Kenaikan upah tidak berarti karena harga barang juga terus meningkat. Setiap kenaikan upah
selalu diiringi kenaikan harga. Dalam hal ini, pemerintah telah gagal dalam menjaga harga," kata
Sofjan yang dihubungi secara terpisah. Karenanya, kata Sofjan, setiap unjuk rasa para buruh tak
tepat jika ditujukan ke pengusaha atau perusahaan, tapi harusnya ke pemerintah. (saksono)

More Related Content

More from musniumar

Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan SosialRevolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosialmusniumar
 
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...musniumar
 
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakartamusniumar
 
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki JakartaMusni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki Jakartamusniumar
 
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...musniumar
 
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan PancasilaMembangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasilamusniumar
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kitamusniumar
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kitamusniumar
 
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan BangsaMusni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsamusniumar
 
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan PersatuanMusni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuanmusniumar
 
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit IndonesiaMusnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesiamusniumar
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"musniumar
 
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI JakartaMusni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakartamusniumar
 
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakartamusniumar
 
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014musniumar
 
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam PraktikMusni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktikmusniumar
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"musniumar
 
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara MencegahnyaMusni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnyamusniumar
 
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani musniumar
 
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat MadaniMusni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madanimusniumar
 

More from musniumar (20)

Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan SosialRevolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
 
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
 
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
 
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki JakartaMusni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
 
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
 
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan PancasilaMembangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
 
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan BangsaMusni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
 
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan PersatuanMusni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
 
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit IndonesiaMusnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
 
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI JakartaMusni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
 
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
 
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
 
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam PraktikMusni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktik
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
 
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara MencegahnyaMusni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
 
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
 
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat MadaniMusni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
 

Penyebab buruh tak sejahtera

  • 1. PENYEBAB BURUH TAK SEJAHTERA Harga Kebutuhan Primer Tak Terkendali Banyak pihak menyatakan rendahnya tingkat kesejahteraan para buruh di Indonesia bukan semata-mata dipicu oleh upah yang minimum. Tapi, justru diakibatkan oleh gejolak harga-harga yang cenderung tak terkendali. Mengapa harga-harga kebutuhan dasar masyarakat terutama kaum buruh menjadi tak terkendali? Penyebabnya karena penyediaan barang-barang kebutuhan pokok itu diserahkan ke mekanisme pasar. Pemerintah yang sudah tergiur menjadi negara liberal lebih percaya, mekanisme pasar mampu menyejahterakan rakyat banyak. Tapi, pada kenyataannya, nyaris tiap tahun kaum buruh bergejolak menuntut kenaikan upah. Padahal, diyakini, berapapun kenaikan upah itu dituruti, mereka tetap saja tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. “Dulu, di era Orde Baru, dengan gaji kecil masih bisa menabung, sekarang, dengan gaji besar pun tak tersisa sedikit pun buat menabung,” kata sosiolog Musni Umar dari Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hiayatullah. “UMP naik berapapun tak akan mampu menolong pekerja, karena harga sembako terus membumbung ak terkendali,” kata Musni. Menurut dia, sangat disesalkan ketika pemerintah hanya karena ingin bermanis-manis di hadapan negara-negara barat, lalu menyerahkan seluruh kebutuhan atau hajat hidup orang banyak ke mekanisme pasar. Yag terjadi adalah, nyaris sepanjang waktu harga tak terkendali, di antaranya karena dikondisikan stok barang tak pernah mencukupi permintaan. Alhasil, ditempuhkan kebijakan darurat yang bernama impor. Pemerintah, kata Musni, lengah karena tak mempersiapkan mobilisasi produksi kebutuhan bahan pokok agar tak tergantung pada mekanisme impor. “Kini saatnya, pemerintah tak perlu malu untuk kembali menjadi pengendali barang-barang kebutuhan pokok dan barang-barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak,” kata Musni lagi. Yang mendesak untuk dikendalikan pemerintah saat ini adalah sembilan bahan pokok (sembako). Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 115/mpp/kep/2/1998 tertanggal 27 Februari 1998, yang dimaksud dengan sembako adalah beras dan sagu, jagung, sayuran dan buah-buahan, daging (sapi dan ayam), susu, gula pasir, garam beryodium, minyak goreng dan margarine, serta minyak tanah atau gas elpiji. Menurut Musni, kebutuhan lain yang juga mengangkut hajat hidup orang banyak, terutama kaum bawah lainnya adalah air bersih, listrik, juga sarana transportasi. Musni menyontohkan, di Malaysia, dengan uang 3 Ringgit Malaysia (RM) atau setara dengan Rp 10 ribu, sudah bisa makan kenyang di kantin. Sedangkan di Jakarta, sekali makan siang di kaki lima sekalipun tak cukup hanya Rp 10 ribu. “Berapa kali harga gula dan beras naik, juga susu dan minyak goreng, apalagi kedelai yang mayoritas impor,” kata Musni yang juga direktur eksekutif Institute for Social Empowerment
  • 2. and Democracy (Insed). Padahal, di Singapura, pemerintahnya tak malu tetap mengendalikan harga sembako. Itu sebabnya, di sana harga-harga tergolong murah dilihat dari pendapatan per kapitanya. Dia menyontohkan, uang sen dolar Singapura masih ada harganya. Sebaliknya, uang pecah Rp 500 apalagi Rp 100 nyaris tak ada harga, tak cukup untuk dibelanjakan barang. Hal senada juga dilontarkan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi. Menurut dia, tuntutan buruh untuk kenaikan upah yang tinggi itu akan sia sia saja. Sebab, kenaikan upah buruh tak akan pernah mampu mengejar gejolak harga barang dan kebutuhan masyarakat. "Kenaikan upah tidak berarti karena harga barang juga terus meningkat. Setiap kenaikan upah selalu diiringi kenaikan harga. Dalam hal ini, pemerintah telah gagal dalam menjaga harga," kata Sofjan yang dihubungi secara terpisah. Karenanya, kata Sofjan, setiap unjuk rasa para buruh tak tepat jika ditujukan ke pengusaha atau perusahaan, tapi harusnya ke pemerintah. (saksono)