Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan model sistem penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Tujuannya adalah menghasilkan model penilaian yang sesuai dengan pencapaian kompetensi bahasa Indonesia. Model ini diharapkan dapat membantu guru melaksanakan penilaian yang lebih baik sejalan dengan perubahan kurikulum. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan riset untuk menghasilkan
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
Lely%20Halimah%20(FIP)%20Hiber
1. 1
PENGEMBANGAN MODEL SISTEM PENILAIAN BERBASIS KELAS DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SEKOLAH DASAR
Lely Halimah, dkk
ABSTRAK
Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah agar guru-guru memiliki kompetensi
profesional dalam melaksanakan penilaian. Mengingat penilaian merupakan salah satu komponen
penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Adapun target langsung yang ingin dicapai adalah
menghasilkan model sistem penilaian berbasis kelas yang berorientasi pada pencapaian standard
kompetensi berbahasa Indonesia. Model sistem penilaian berbasis kelas yang akan dihasilkan ini sangat
bermanfaat bagi para guru sekolah dasar, mengingat perubahan kurikulum akan lebih bermakna bila
diikuti dengan perubahan praktik-praktik pembelajaran di kelas yang dengan sendirinya akan
mengubah praktik-praktik penilaian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan
pengembangan (Research and Development). Kegiatan penelitian secara operasional dilakukan
dalam jangka waktu dua tahun. Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap pertama, adalah
studi pendahuluan dan pengembangan model. Pada tahap studi pendahuluan, dilakukan studi
lapangan dan studi literatur yang bertujuan untuk menentukan need assessment dalam kaitannya
dengan pelaksanaan penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hasil studi
pendahuluan dijadikan dasar bagi perumusan dan pengembangan model, yang kemudian dilakukan
uji kelayakan model.
Hasil yang diperoleh pada tahap pertama ini adalah (1) profil lapangan yang
menggambarkan bahwa pada umumnya guru masih belum memahami dengan baik tentang sistem
penilaian berbasis kelas. (2) Kerangka awal model sistem penilaian berbasis kelas yang bersifat
komunikatif, yang meliputi tiga tahap, yaitu (a) tahap perencanaan merupakan langkah persiapan
yang harus dilakukan oleh guru yang akan melakukan penilaian, (b) tahap pengumpulan data yang
meliputi kegiatan pengumpulan informasi yang diperlukan, dan kegiatan analisis dan pencatatan
informasi yang diperoleh, dan (c) tahap penilaian meliputi kegiatan pembuatan pertimbangan dan
pengambilan keputusan, yang ditindaklanjuti dengan kegiatan pelaporan terhadap pihak-pihak
terkait. (3) Kerangka awal pedoman pengembangan model sistem penilaian berbasis kelas yang
dirancang agar dapat memberikan arahan-arahan yang bersifat praktis dalam pengembangan model
sistem penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Secara garis besar, pedoman
ini meliputi empat bagian, yaitu bagian pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
dan sasaran. Bagian dua berisi konsep dasar sistem penilaian berbasis kelas, yang meliputi
pengertian, manfaat, prinsip, dan rambu-rambu. Bagian tiga, berisi teknik penilaian yang meliputi
penentuan standar, indikator, teknik penilaian, dan cara penilaian. Bagian keempat, membahas
tentang pelaporan hasil penilaian meliputi pengertian, bentuk pelaporan, dan teknik pelaporan.
Saran yang dikemukakan adalah bahwa hasil penelitian ini perlu dilakukan uji coba lebih luas untuk
menguji keterandalannya.
Kata Kunci : Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Indinesia
A. Pendahuluan
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 57 menyatakan
bahwa (1) evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, (2) evaluasi
2. dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal
untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Sementara dalam pasal 58 ayat (1) menyatakan
bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Isi undang-undang tersebut, pada dasarnya mengisyaratkan bahwa fungsi penilaian di dalam
pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan penilaian itu sendiri. Sebagaimana dilihat dari hakikat
penilaian adalah suatu upaya untuk mengetahui ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan. Suatu proses
pembelajaran yang dilaksanakan dalam suatu satuan pendidikan tidak akan dapat diketahui hasilnya
apabila guru tidak mampu melakukan pengukuran hasil belajarnya. Dengan dilakukannya pengukuran
hasil belajar, guru akan mengetahui keberhasilan belajar peserta didiknya dan menjadi umpan balik
bagi guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hakikat
penilaian tersebut tersirat bahwa tujuan penilaian ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam pencapaian
tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas
pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-pengalaman belajar,
kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian, dapat
dikatakan betapa penting peranan dan fungsi penilaian itu dalam proses belajar-mengajar.
Dalam arti luas, penilaian atau evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai
dengan pengertian tersebut, maka setiap kegiatan penilaian merupakan suatu proses yang sengaja
direncanakan untuk memperoleh informasi atau data dan berdasarkan data tersebut kemudian dicoba
membuat suatu keputusan. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, evaluasi adalah suatu
proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik.
Secara rinci, fungsi penilaian dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi,
yaitu (a) untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik setelah
mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil penilaian ini
selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik (fungsi formati), dan untuk
menentukan kenaikan kelas atau untuk menentukan lulus-tidaknya seorang peserta didik dari suatu
lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif); (b) untuk mengetahui tingkat keberhasilan program
pembelajaran. pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan
satu sama lain. komponen-komponen yang dimaksud antara lain ialah tujuan, materi atau bahan
pembelajaran, metode dan kegiatan belajar-mengajar, alat dan sumber belajar, dan prosedur serta alat
penilaian; (c) untuk keperluan bimbingan dan konseling, terutama untuk mengetahui hal-hal apa
seorang peserta didik atau sekelompok peserta didik memerlukan pelayanan remedial, sebagai dasar
dalam menangani kasus-kasus tertentu di antara peserta didik; dan sebagai acuan dalam melayani
kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam rangka bimbingan karir; (d) untuk keperluan pengembangan
dan perbaikan kurikulum sekolah. Hal ini berkaitan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan
kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik dan menilai program
pembelajaran, yang berarti pula menilai ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam
kurikulum.
Terkait dengan penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia, mengapa menjadi sangat penting
dilakukan oleh guru. Salah satu alasannya adalah karena pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar
bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa sesuai dengan fungsi bahasa
sebagai wahana berpikir dan wahana berkomunikasi untuk mengembangkan potensi intelektual,
emosional, dan sosial. Bahasa sangat fungsional dalam kehidupan manusia, karena selain merupakan
alat komunikasi yang paling efektif, berpikir pun menggunakan bahasa. Begitu pentingnya kemampuan
berbahasa, sehingga masalah kemampuan berbahasa khususnya kemampuan baca-tulis atau literasi
(melek huruf) menurut Azies dan Alwasilah (1997: 12) dan Akhadiah (1992: 18) di seluruh dunia
3. masalah literasi atau melek huruf ini merupakan persoalan manusiawi sepenting dan semendasar
persoalan pangan dan papan. Untuk itu, maka menurut Gani (1995: 1) proses pendidikan bahasa sejak
di sekolah dasar harus mampu mewujudkan lulusan yang melek huruf dalam arti yang lebih luas yaitu
melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya juga mengarah pada melek kebudayaan.
Sementara menurut Longstreet, dkk (1993: 298) “… the mastery of language skills is a prerequisite to
over-all academic success at every stage of development from childhood to adult years.” Begitu
pentingnya keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia, maka untuk melihat keberhasilan
pembelajaran bahasa Indonesia, memerlukan sistem penilaian yang tepat, akurat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah bagaimana model sistem penilaian berbasis kelas yang relevan dengan tuntutan pelaksanaan
kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar? Untuk memecahkan masalah tersebut,
maka pada tahun pertama yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kondisi lapangan dalam mengembangkan sistem penilaian berbasis kelas dalam
pembelajaran bahasa Indonesia?
2. Model sistem penilaian berbasis kelas yang bagaimana yang sesuai dengan tuntutan
pelaksanaan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia untuk sekolah dasar?
3. Pedoman yang bagaimana yang dapat menjadi petunjuk praktis bagi guru dalam implementasi
model sistem penilaian berbasis kelas dalam pelaksanaan kurikulum mata pelajaran bahasa
Indonesia di sekolah dasar?
C. Studi Pustaka
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Standar kompetensi yang harus dicapai melalui pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomununikasi dalam Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun
tulisan serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Standar kompetensi
tersebut dimaksudkan agar peserta didik siap mengakses situasi multiglobal lokal yang berorientasi
pada keterbukaan dan kemasadepanan. Untuk itu, maka guru harus dapat membantu mereka
membangun berbagai strategi komunikasi yang membuat mereka dapat menghadapi situasi kritis yang
akan mereka hadapi.
Terkait dengan kompetensi yang harus dicapai melalui pembelajaran bahasa Indonesia, secara
khusus pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan mengembangkan kemampuan
berbahasa Indonesia siswa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai wahana berpikir dan wahana
berkomunikasi untuk mengembangkan potensi intelektual, emosional, dan sosial. Bahasa sangat
fungsional dalam kehidupan manusia, karena selain merupakan alat komunikasi yang paling efektif,
berpikir pun menggunakan bahasa. Begitu pentingnya kemampuan berbahasa, sehingga masalah
kemampuan berbahasa khususnya kemampuan baca-tulis atau literasi (melek huruf) menurut Azies
dan Alwasilah (1997: 12) dan Akhadiah (1992: 18) di seluruh dunia masalah literasi atau melek huruf
ini merupakan persoalan manusiawi sepenting dan semendasar persoalan pangan dan papan. Untuk itu,
maka menurut Gani (1995: 1) proses pendidikan bahasa sejak di sekolah dasar harus mampu
mewujudkan lulusan yang melek huruf dalam arti yang lebih luas yaitu melek teknologi dan melek
pikir yang keseluruhannya juga mengarah pada melek kebudayaan.
2. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
4. Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran ini, terdapat model-model penilaian pembelajaran
keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulis. Menurut Sugito (Santosa, 2003) penilaian
pembelajaran keterampilan berbahasa lisan, meliputi penilaian menyimak dan berbicara, sementara
penilaian keterampilan berbahasa tulis meliputi penilaian keterampilan membaca dan menulis.
Sementara menurut Soegito (Santosa, 2003) dan menurut Oller ( Rofi’uddin, 1999) jenis-jenis tes yang
dapat digunakan untuk menilai kemamampuan berbahasa banyak ragamnya, seperti jenis tes untuk
penilaian pembelajaran menyimak, di antaranya tes respons terbatas, tes respons pilihan ganda, tes
komunikasi luas, dan dikte. Sementara dalam penilaian kemampuan berbicara terdapat jenis tes, yaitu
tes respon terbatas, tes terpadu, dan tes wawancara, tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar,
bercerita, diskusi, dan tes ujaran terstruktur, seperti mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah
kalimat, dan membuat kalimat.
Adapun model penilaian dalam pembelajaran keterampilan berbahasa tulis mencakup
penilaian membaca dan menulis. Aspek penting dalam penilaian membaca adalah pemahaman. Jenis-
jenis tes yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan membaca peserta didik SD, di antaranya
adalah tes pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana, tes cloze, menceritakan kembali, tes
meringkas, tes subjektif, dan tes objektif. Sementara penilaian menulis, di antaranya meliputi tes
pratulis, tes menulis terpadu, dan tes menulis bebas, tes menulis berdasarkan rangsangan gambar, tes
menulis berdasarkan rangsangan suara, tes menulis dengan rangsangan buku, tes menulis laporan.
Dengan demikian, maka penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan
pengamatan (nontes) dan pengukuran (tes). Kedua macam penilaian ini, dapat digunakan untuk saling
melengkapi sehingga dapat memberikan gambaran hasil belajar peserta didik secara lengkap dan
holistik.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen kurikulum yang memuat prinsip,
sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas
publik melalui identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan. PBK dilakukan
untuk memberikan keseimbangan pada ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dengan
menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi dengan
berkesinambungan.
PBK merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK mengidentifikasi
pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporan.
PBK menggunakan arti penilaian sebagai “assessment” yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar peserta didik pada tingkat kelas selama
dan setelah kegiatan belajar mengajar. Data atau informasi dari penilaian ini merupakan salah satu
bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. Dengan
demikian, maka PBK merupakan penilaian yang dilaksanakan terpadu dengan kegiatan belajar
mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja peserta didik (portfolio), hasil karya
(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tertulis (paper and pen).
PBK yang dilakukan guru secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran berguna untuk (a)
umpan balik bagi peserta didik dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga
menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya; (b) memantau kemajuan dan mendiagnosis
kemampuan belajar peserta didik sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya; (c)
memberikan masukan bagi guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas; (d)
memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan
belajar yang berbeda-beda; (e) memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat
5. tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang
pendidikan.
Dilihat dari keterkaitan antara penilaian berbasis kelas dengan proses belajar mengajar bahasa
Indonesia, bahwa penilaian mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas proses
pembelajaran. Demikian pula, proses belajar mengajar akan berjalan efektif apabila didukung oleh
penilaian berbasis kelas yang efektif oleh guru. Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar. Kegiatan penilaian harus dipahami sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar
mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Stigging
(Furqon, 2001) bahwa “Assessment as instruction”, maksudnya bahwa “Assessment and teaching can
be one and the same”. Dengan demikian penilaian pembelajaran bahasa Indonesia harus dilakukan guru
secara terencana, sistematik, dan berkesinambungan sebagai strategi dalam quality assurance.
Keterkaitan dan keterpaduan antara penilaian dan proses belajar mengajar dapat digambarkan
pada siklus di bawah ini.
Rencana Mengajar
Analisis & Proyek
Umpan Balik Belajar Mengajar
Penilaian
Berbasis Kelas
Siklus Proses Belajar Mengajar dan Penilaian
Gambar di atas menunjukkan bahwa langkah yang guru lakukan dalam rangkaian aktivitas
pengajaran meliputi rencana mengajar, proses belajar mengajar, penilaian, analisis dan umpan balik.
Dalam siklus pembelajaran, hal pertama yang harus dilakukan oleh guru adalah menyusun rencana
mengajar. Dalam menyusun rencana mengajar ini hal-hal yang harus dipertimbangkan meliputi rincian
komponen yang harus dicapai peserta didik, cakupan dan kedalaman materi, indikator pencapaian
kompetensi, pengalaman belajar yang harus dialami peserta didik, persyaratan sarana belajar yang
diperlukan, dan metode serta prosedur untuk menilaian ketercapaian kompetensi.
Setelah rencana pengajaran tersusun dengan baik, guru melakukan kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan rencana tersebut. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses belajar
mengajar ini adalah adanya interaksi yang efektif antara guru, peserta didik dan sumber belajar lainnya
sehingga menjamin terjadinya pengalaman belajar yang mengarah ke pencapaian kompetensi oleh
peserta didik. Untuk mengetahui dengan pasti ketercapaian kompetensi dimaksud, guru melakukan
penilaian secara terarah dan terprogram. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan
menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses belajar
mengajar. Untuk itu, penilaian yang efektif harus diikuti oleh kegiatan analisis terhadap hasil penilaian
dan merumuskan umpan balik yang perlu dilakukan dalam perencanaan proses belajar mengajar
berikutnya. Dengan demikian, rencana mengajar yang disiapkan guru untuk siklus proses belajar
mengajar berikutnya harus didasarkan pada hasil dan umpan balik penilaian sebelumnya. Jika
dilakukan, maka kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sepanjang semester dan tahun pelajaran
merupakan rangkaian dari siklus proses belajar mengajar yang saling berkesinambungan.
Dilihat dari kesejarahannya, penilaian dalam pembelajaran bahasa dapat dipilah menjadi tiga
kategori, yangni penilaian yang menggunakan pendekatan diskrit, integratif, dan
pragmatik/komunikatif. Penilaian pembelajaran bahasa dengan pendekatan diskrit, menurut Oller
(Rofi’uddin, 1994) merupakan penilaian yang hanya menekankan atau menyangkut satu aspek
kebahasaan. Jika dalam kebahasaan dikenal adanya aspek fonologi, morfologi, sintaksis, maka akan
dijumpai adanya penilaian tentang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Selain itu, dalam keterampilan
berbahasa dikenal adanya keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan keterampilan menulis.
6. Oleh karena itu, juga dapat dijumpai adanya penilaian menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Penilaian pembelajaran bahasa dengan pendekatan integratif, kemunculannya sebagai reaksi terhadap
penilaian diskrit yang dianggap memiliki banyak kelemahan. Tes integratif merupakan penilaian
kebahasaan yang digunakan untuk mengukur beberapa aspek kemampuan atau keterampilan berbahasa.
Dalam tes integratif, aspek-aspek kebahasaan tidak dipisah-pisahkan, melainkan merupakan satu
kesatuan yang padu. Penilaian pembelajaran bahasa dengan pendekatan pragmatik, yaitu sebagai tes
bahasa yang difungsikan untuk mengukur kemampuan berbahasa sesuai dengan situasi dan konteks
pemakaiannya. Oller (Rofi’uddin, 1994) mengemukakan beberapa tes yang dapat dikategorikan sebagai
tes pragmatik, yakni, cloze test, dikte, tanya jawab, wawancara, bercerita, mengarang, dan terjemahan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian dan pengembangan ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan suatu model
sistem penilaian berbasis kelas yang berorientasi pada ketercapaian standard kompetensi berbahasa
Indonesia di sekolah dasar. Hasil dari pengembangan ini, pada akhirnya diharapkan dapat memfailitasi
guru-guru sekolah dasar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini
dirancang ke dalam dua periode.
2. Tujuan Khusus
Tujuan kegiatan penelitian pada periode pertama (tahun ke-1) adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi kondisi lapangan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran bahasa
Indonesia.
2. Mengembangkan kerangka awal desain model sistem penilaian berbasis kelas yang relevan
dengan tuntutan KTSP berbasis kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.
3. Mengembangkan kerangka awal pedoman yang dapat menjelaskan prosedur pengembangan
model sistem penilaian berbasis kelas yang sesuai dengan model sistem penilaian berbasis kelas
hasil pengembangan.
3. Hasil yang Diharapkan
Penelitian dan pengembangan pada tahun ke 1 ini diharapkan dapat menghasilkan:
1. Dokumen hasil identifikasi dan pemetaan kompetensi dasar dan indikator serta kisi-kisi
penilaian dalam pelaksanaan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.
2. Kerangka awal desain model sistem penilaian berbasis kelas yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Kerangka awal pedoman pengembangan sistem penilaian berbasis kelas yang dapat digunakan
sebagai acuan dan contoh konkrit bagi guru dalam melaksanakan model sistem penilaian berbasis
kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
4. Manfaat Penelitian
Penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan
hasil belajar peserta didik yang ditakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut
akan "mengukur apa yang hendak diukur" dari peserta didik. Salah satu prinsip penilaian berbasis kelas
yaitu, penilaian dilakukan oleh guru dan peserta didik. Hal ini perlu dilakukan bersama karena hanya
guru yang bersangkutan yang paling tahu tingkat pencapaian belajar peserta didik yang diajarnya.
Selain itu peserta didik yang telah diberitahu oleh guru tersebut bentuk/cara penilaiannya akan
berusaha meningkatkan prestasinya sesuai dengan kemampuannya.
Prinsip penilaian berbasis kelas lainnya yaitu: tidak terpisahkan dari KBM, menggunakan
acuan patokan, menggunakan berbagai cara penilaian (tes dan non tes), mencerminkan kompetensi
peserta didik secara komprehensif, berorientasi pada kompetensi, valid, adil, terbuka,
berkesinambungan, bermakna, dan mendidik.
7. Diterapkannya standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan pada dasarnya membawa implikasi pada orientasi dan strategi penilaian di kelas oleh guru.
Dengan demikian, penilaian kelas harus bersifat otentik, yakni penilaian yang menggunakan berbagai
metode dan teknik yang sesuai dengan tujuan dan proses serta pengalaman belajar peserta didik.
Penilaian kelas harus menjadi bagian integral dari keseluruhan proses belajar mengajar. Oleh karena
itu, agar tujuan dan fungsi penilaian lebih berdaya guna bagi perbaikan belajar peserta didik, maka
berbagai metode dan teknik harus digunakan guru dalam melakukan penilaian kelas.
Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran, maka penilaian harus dirancang dan
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang melandasi pembelajaran, sebagaimana tertuang dalam
kurikulum. Dalam kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia ditegaskan bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia dilaksanakan dengan pendekatan komunikatif. Dengan demikian, maka penilaiannya juga
harus dilaksanakan dengan menganut prinsip-prinsip yang berlaku dalam pendekatan komunikatif.
Agar tujuan penilaian tercapai, guru harus menggunakan berbagai metoda dan teknik
penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang
dilaluinya. Oleh sebab itu, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan kemahiran tentang berbagai
metoda dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan melaksanakan dengan tepat metoda dan
teknik yang dianggap paling sesuai dengan tujuan dan proses pembelajaran, serta pengalaman belajar
yang telah ditetapkan.
Untuk itu, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoretis maupun secara praktis yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan
kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu perangkat acuan yang dibutuhkan guru tersebut
adalah pedoman sistem penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pedoman inilah
yang ingin dihasilkan melalui penelitian ini, yang kemudian dinamakan model sistem penilaian
berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
E. Prosedur Penelitian
1. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini mengacu kepada pendekatan penelitian dan pengembangan sebagaimana
dikemukakan Borg & Gall, (1979). Adapun langkah-langkah dan prosedur dalam penelitian dan
pengembangan ini meliputi berikut ini.
a. Melakukan studi pendahuluan, yaitu kegiatan pengumpulan informasi yang meliputi
penelaahan literatur berkenaan dengan upaya memahami sistem penilaian berbasis kelas, dan
observasi lapangan untuk mengumpulkan informasi sekaitan dengan kebutuhan yang ada di
lapangan;
b. Menyusun draf rancangan awal model pengembangan sistem penilaian berbasis kelas
dengan mempertimbangkan temuan-temuan hasil studi pendahuluan. Draf rancangan awal model
ini dibahas bersama para praktisi dan para ahli yang relevan, untuk menghasilkan produk awal
model dan pedoman pengembangannya, yang kemudian dilakukan uji kelayakan dilihat dari
keterbacaannya.
c. Mengadakan uji coba, meliputi uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Uji coba terbatas
difokuskan kepada evaluasi proses untuk memperoleh informasi terkait dengan keterbacaan
model. Sedangkan uji coba lebih luas, selain difokuskan kepada evaluasi proses juga difokuskan
pada evaluasi hasil, yakni evaluasi yang diarahkan untuk menilai efektivitas model. Dari hasil uji
coba ini diharapkan diperoleh informasi yang bermanfaat bagi penyempurnaan model dan
pedoman pengembangannya.
d. Melakukan uji validasi model dan diseminasi. Uji validasi dilakukan untuk memperoleh data
empirik tentang keterandalan model melalui eksperimen dengan membandingkan dua kelompok
8. subyek, yakni antara kelompok yang mendapat perlakukan dengan menggunakan model hasil
pengembangan dengan kelompok yang tidak mendapat perlakuan atau kelompok yang
menggunakan model konvensional. Diseminasi yaitu langkah melaporkan produk pada pertemuan
ilmiah serta dipublikasikan melalui jurnal, juga menyebarluaskan produk melalui seminar dan
pelatihan-pelatihan kepada guru-guru sekolah dasar.
Keseluruhan langkah-langkah dan prosedur penelitian dan pengembangan ini dapat dilihat
pada bagan berikut ini.
Studi Lapangan Perencanaan Pengembangan Validasi
Pelaporan
STUDI LITERATUR
- Teori UJI COBA TERBATAS
- Hasil penelitian - Desain kasar
terdahulu - Implementasi
- Tujuan - Evaluasi
- Kemampuan - Penyempurnaan
STUDI LAPANGAN peneliti UJI MODEL
- Implementasi - Partisipan
model yang akan - Prosedur - Tes awal
dikembangkan - Uji kelayakan L
- Kondisi & kinerja terbatas - Imple- A
peserta didik alternatif UJI COBA LEBIH
men P
- Kondisi & kinerja model LUAS O
guru - Desain halus R
- Sarana, alat, media - Implementasi - Tes khir A
dan sumber - Evaluasi N
- Lingkungan - Penyempurnaan
sekolah KONKLUSI
DESAIN FINAL
Tahun Pertama Ta Tahun Kedua
Bagan : Prosedur Penelitian dan Pengembangan
9. 2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh sekolah dasar yang ada di Kota Bandung. Untuk
menentukan sekolah mana yang akan menjadi sampel penelitian ini, maka digunakan teknik sampling,
yakni teknik random sampling dan purposive sampling. Penentuan random sampling dilakukan untuk
kepentingan studi lapangan pada tahap studi pendahuluan dan tahap diseminasi. Adapun langkah-
langkah yang ditempuh adalah (1) membagi kota dan kabupaten bandung menjadi wilayah-wilayah
kecamatan, (2) menentukan wilayah kecamatan sebagai sampel dengan menggunakan random
sampling, (3) menentukan sekolah yang akan mewakili setiap kecamatan. Berdasarkan prosedur di atas,
maka dari sekolah-sekolah yang tersebar di 26 kecamatan yang ada di kota Bandung telah ditetapkan
jumlah dan jenis sekolah yang terdiri dari 7 kecamatan.
3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, wawancara,
analisis dokumen, observasi, tes dan nontes. Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, dapat
diperoleh data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis deskripsi yang dilakukan secara berkelanjutan sesuai data yang diperoleh. Adapun data
kuantitatif dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik, tepatnya menggunakan teknik
analisis uji t dan anova yang dalam proses pengolahannya menggunakan bantuan komputer dengan
program SPSS.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengembangan pada tahun pertama, sesuai dengan
masalah penelitian, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Profil Lapangan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, dapat diidentifikasi profil lapangan
berkenaan dengan pemahaman dan pelaksanaan sistem penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Dilihat dari pemahaman guru-guru tentang penilaian berbasis kelas seiring
dengan kebijakan KBK, tampaknya pemahaman tentang penilaian berbasis kelas yang dimiliki
oleh guru-guru tersebut masih dangkal. Artinya baru sampai memahami secara garis besar, belum
memahasi secara mendalam bahwa penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan
pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru yang
bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan mengukur apa yang hendak diukur.
b. Kerangka Awal Model Sistem Penilaian Berbasis Kelas Hasil Pengembangan
Kerangka awal model sistem penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa
Indonesia hasil pengembangan, merupakan gambaran sistematis langkah-langkah yang harus
ditempuh guru dalam proses penilaian. Dalam hal ini dikembangkan prosedur yang meliputi
langkah-langkah sebagai berikut.
Langkah pertama merupakan langkah persiapan yang harus dilakukan oleh guru yang akan
melakukan penilaian. Langkah kedua merupakan langkah pengumpulan data yang meliputi
kegiatan pengumpulan informasi yang diperlukan, dan kegiatan analisis dan pencatatan informasi
yang diperoleh. Langkah ketiga merupakan kegiatan penilaian terhadap informasi yang diperoleh
dan yang telah diolah pada tahap kedua. Kegiatan pada langkah ketiga ini meliputi kegiatan
pembuatan pertimbangan dan pengambilan keputusan, yang ditindaklanjuti dengan kegiatan
pelaporan terhadap pihak-pihak terkait.
c. Kerangka Awal Pedoman Pengembangan Penilaian Berbasis Kelas
10. Pedoman pengembangan model sistem penilaian berbasis kelas dalam
pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu kebutuhan bagi para guru. Mengingat selama ini,
guru tampak kurang mempunyai pijakan yang jelas bagi kepentingan praktis yang secara khusus
sesuai dengan kebutuhan penilaian mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu, kerangka
awal pedoman pengembangan model sistem penilaian berbasis kelas dirancang sedemikian rupa,
agar dapat memberikan arahan-arahan yang bersifat praktis dalam pengembangan model sistem
penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Secara garis besar, pedoman ini
meliputi empat bagian, yaitu bagian pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
dan sasaran. Bagian dua berisi konsep dasar sistem penilaian berbasis kelas, yang meliputi
pengertian, manfaat, prinsip, dan rambu-rambu. Bagian tiga, berisi teknik penilaian yang meliputi
penentuan standar, indikator, teknik penilaian, dan cara penilaian. Bagian keempat, membahas
tentang pelaporan hasil penilaian meliputi pengertian, bentuk pelaporan, dan teknik pelaporan.
2. Saran
Sebagaimana hasil penelitian, bahwa model sistem penilaian dan pedomannya baru merupakan
kerangka awal yang baru diujicoba kelayakannya dalam lingkup yang sangat terbatas. Untuk melihat
apakah kerangka awal model ini dilihat dari keterbacaan dan keunggulan model dapat memberikan
kemudahan dan petunjuk praktis bagi para praktisi di lapangan, diperlukan uji coba lebih luas. Hasil uji
coba lebih luas mungkin diperlukan adanya revisi dalam beberapa aspek sebelum diadakan uji validasi
model. Dengan demikian, maka disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Azies, Furqonul & Alwasilah, A. Chaedar. (1996). Pengajaran Bahasa Komunikatif:
Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Brown, Sam ED dan Everett, Rebecca Samalone. (1990). Activities for Teaching
Using the Whole Language Approach. U.S.A.: Charles C Thomas Publisher.
De Carlo, Julia E. (1995). Perspective in Whole Language. Boston: Allyn and Bacon.
De Fine, Allan A. (1992). Portfolio Assessment: Getting Started. New York:
Scholastic Professional Books.
Depdikbud. (1990). Mengajar Bahasa Indonesia: Untuk Guru Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdikbud.
Fillmore, Lily Wong dan Meyer, Lois M. (1992). “The Curriculum and Linguistic
Minorities”, dalam Handbook of Research on Curriculum. America:
American Eucational research Association.
Fisher, Carol J. & Terry, C. Ann. (1982). Children’s Language and the Language
Arts. New York: McGraw-Hill Book Company.
Furqon. (2001). Evaluasi Belajar di Sekolah. Mimbar Pendidikan No. 3 Tahun XX,
Bandung: UPI.
Goodman, Kenneth S. (1995). “Whole-Language Research: Foundations and
Development” Dalam Perspectives in Whole Language. Bostom: Allyn and
Bacon.
Hasan, S. Hamid. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud, Dikti, Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan.
Hasan, S. Hamid & Zainul, Asmawi (1993). Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta:
Depdikbud.
Hidayat S., Kosadi. (2002).Pembelajaran Bahasa komunitas Melalui Pembelajaran.
Elekronika. Bandung: Mimbar Pendidikan No. 1 tahun XXI.
Pusat Kurikulum (2007). Model Penilaian Kelas Kuriikulum Berbasis Kompetensi.
http://www.Puskur. Net.
11. Staley, Amy. (1991). Reading Aloud: Bringing Whole Language into the ESL
WritingClassroom.(Online): http://langue.hyper.chubu.ac.jp/jalt/pub/tlt/97/mar
Sumardi .(2002). Peningkatan Mutu Pendidikan Lewat Bahasa Indonesia. (Online).
Tersedia: http://@www.goodle/search. (28 Maret 2002).
ARTIKEL PENELITIAN
PENGEMBANGAN MODEL
SISTEM PENILAIAN BERBASIS KELAS
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SEKOLAH DASAR
Oleh:
Dr. Lely Halimah, M.Pd.
Dra. Realin Setiamiharja, M.Pd.
Dra. Ernalis, M.Pd.
Dibiayai oleh :
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional,
proyek Nomor 032/SP2H/PP/DP2M/III/2007
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA