2. Anggota Kelompok
Herdiningrum Kurnia Rizqi (08)
Lidya Khanza Desita (10)
Rossa Hening W. (20)
Salsabila Wijdan Mafaza (21)
Zaneta Attalia Nugraha (29)
3. MENU
Megalithikum Artefak
Sosial
Ciri ciri
Budaya
Latar
IPTEK
Belakang
Kepercayaan Penyebaran
4. Apa itu zaman Megalithikum?
Kata Megalithikum berasal dari
Megalitik yang berasal dari kata mega
yang berarti besar, dan lithos yang
berarti batu.
Zaman Megalitikum biasa disebut
dengan zaman batu besar, karena
pada zaman ini manusia sudah dapat
membuat dan meningkatkan
kebudayaan yang terbuat dari batu-
5. Ciri-ciri
- Manusia sudah dapat menghasilkan
kebudayaan yang terbuat dari batu-
batu besar
- Manusia sudah mengenal
kepercayaan utamanya yaitu
animisme
6. Latar belakang munculnya
kebudayaan megalitikum
Pemahaman tentang kehidupan
sesudah mati dan pemujaan roh
Anggapan benda-benda atau
peralatan diyakini sebagai bekal
seseorang setelah mati, sehingga
dikubur bersama jenazah dalam kubur
batu
Upacara kematian yang kompleks dan
hubungan antara manusia di dunia
dengan leluhur yang sudah mati
7. Kepercayaan yang dianut pada
zaman Megalithikum
Dinamisme
Kepercayaan kepada kekuatan gaib
yang terdapat pada benda-benda
tertentu, misalnya pada pohon, batu
besar, gunung, gua, azimat dan
benda-benda lain yang dianggap
keramat.
9. Animisme
Kepercayaan kepada roh nenek
moyang atau leluhur. Mereka
percaya, manusia setelah meninggal
rohnya tetap ada dan tinggal ditempat-
tempat tertentu dan harus diberi
sesajen pada waktu-waktu tertentu.
11. Artefak peninggalan zaman
megalithikum
1.Menhir
Menhir adalah bangunan
yang berupa tugu batu
yang didirikan untuk
upacara menghormati
roh nenek moyang.
Lokasi tempat
ditemukannya menhir di
Indonesia adalah
Pasemah (Sumatera
Selatan), Sulawesi
Tengah dan Kalimantan.
12. Fungsi Menhir adalah sebagai berikut
:
Sarana pemujaan terhadap arwah nenek
moyang
Tempat memperingati seseorang (kepala
suku) yang telah meninggal
Tempat menampung kedatangan roh
13. 2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah
bangunan dari batu yang bertingkat-
tingkat dan fungsinya sebagai
tempat pemujaan terhadap roh
nenek moyang yang telah
meninggal.
Lokasi tempat penemuannya adalah
Lebak Sibedug/Banten Selatan dan
Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur
15. 3.Dolmen
Dolmen merupakan
meja dari batu yang
berfungsi sebagai
tempat meletakkan
saji-sajian untuk
pemujaan.
Lokasi penemuan
dolmen antara lain
Cupari Kuningan /
Jawa
Barat, Bondowoso /
Jawa
Timur, Merawan, Jemb
17. 4.Sarkofagus
Sarkofagus adalah
keranda batu atau peti
mayat yang terbuat dari
batu. Bentuknya
menyerupai lesung dari
batu utuh yang diberi
tutup. Daerah tempat
ditemukannya sarkofagus
adalah Bali.
19. 5.Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang
terbuat dari batu-batu besar. Kubur
batu dibuat dari lempengan/papan
batu yang disusun persegi empat
berbentuk peti mayat yang dilengkapi
dengan alas dan bidang atasnya juga
berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah
Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa
Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan
Cepu (Jawa Timur).
21. 6.Arca batu
Arca / patung-patung dari batu yang
berbentuk binatang atau manusia. Bentuk
binatang yang digambarkan adalah
gajah, kerbau, harimau dan moyet.
Sedangkan bentuk arca manusia yang
ditemukan bersifat dinamis.
Maksudnya, wujudnya manusia dengan
penampilan yang dinamis seperti arca batu
gajah. Fungsi untuk Penghormatan terhadap
tokoh yang disukai.
Daerah-daerah sebagai tempat penemuan
arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Arca batu juga di temukan
di Sumatra Selatan dan di teliti oleh Von
Heine Geldern.
23. 7.Waruga
Waruga adalah peti
jenazah kecil yg
berbentuk kubus dan
ditutup dengan batu
lain yg berbentuk atap
rumah dan merupakan
peninggalan budaya
minahasa. Banyak
ditemukan di
Minahasa.
24. Fungsi utama waruga adalah sebagai
kuburan. Di samping tulang belulang
atau mayat, alat-alat perang seperti
wengkow (tombak), kelung (parang dan
perisai) disimpan juga di dalam waruga.
Yang menempati waruga biasanya
adalah tokoh, panglima perang atau para
dotu-dotu, pemimpin (yang merintis
pemukiman baru). Jadi mereka yang
dituakan atau dihormati sebagai tokoh di
negeri tersebut. Jadi tidak semua orang
bisa dikuburkan di dalam waruga.
Menurut sejarah Minahasa, diperkirakan
bahwa waruga-waruga ini telah ada
sejak abad ke 4 sampai abad ke 6.
26. Sosial Budaya
Kebudayaan megalithikum adalah
kebudayaan yang menghasilkan
bangunan-bangunan dari batu besar
yang muncul sejak zaman Neolithikum.
Kehidupan dalam masyarakat masa
perundagian memperlihatkan rasa
solidaritas yang kuat.
Peranan solidaritas ini tertanam dalam
hati setiap orang sebagai warisan yang
telah berlaku sejak nenek moyang.
27. Adat kebiasaan dan kepercayaan
merupakan pengikat yang kuat dalam
mewujudkan sifat itu.
Akibatnya, kebebasan individu agak
terbatas karena adanya aturan-atauran
yang apabila dilanggar akan
membahayakan masyarakat.
Pada masa ini sudah ada kepemimpinan
dan pemujaan kepada sesuatu yang suci
diluar diri manusia yang tidak mungkin
disaingi serta berada diluar batas
kemampuan manusia.
28. Budaya megalitikum di
Indonesia
Pasemah merupakan wilayah dari
Propinsi Sumatera Selatan. Tinggalan
megalitik Pasemah muncul dalam bentuk
yang begitu unik, patung-patung dipahat
dengan begitu dinamis dan monumental,
yang mencirikan kebebasan sang
seniman dalam memahat.
Nias. Etnik Nias masih menerapkan
beberapa elemen megalitik dalam
kehidupannya. Contohnya Rangkaian
kegiatan mendirikan batu besar (dolmen)
untuk memperingati kematian seorang
penting di Nias.
29. Sumba. Etnik Sumba di Nusa
Tenggara Timur juga masih kental
menerapkan beberapa elemen
megalitik dalam kegiatan sehari-hari.
Kubur batu masih ditemukan di
sejumlah perkampungan. Meja batu
juga dipakai sebagai tempat
pertemuan adat.
30. IPTEK
Pada bidang teknologi, di samping
berusaha menciptakan perkakas untuk
keperluan sehari-hari, kemudian
mengalami kemajuan dengan mulai
diciptakannya benda-benda yangbernilai
estitika dan ekonomis.
Pada teknologi pembuatan gerabah
misalnya, ternyata di samping membuat
untuk keperluan sehari-hari, mulai
dilakukan juga pembuatan gerabah yang
bernilai seni dan ekonomis.
31. Keragaman bentuk dan motif hias
gerabah Indonesia ini kemudian
memunculkan beberapa kompleks
pembuatan gerabah yang sangat
menonjol, antara lain kompleks
gerabah Buni, (Bekasi), komplek
gerabah Gilimanuk (Bali), dan
kompleks gerabah Kalumpang
(Sulawesi Selatan).
32. Penyebaran Kebudayaan
Megalithikum di Indonesia
Menurut Von Heine
Geldern, kebudayaan Megalithikum
menyebar ke Indonesia melalui 2
gelombang yaitu :
◦ Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada
zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa
oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi
(Proto Melayu). Contoh bangunan
Megalithikum adalah menhir, punden
berundak-undak, Arca-arca.
Ciri-ciri :
Peninggalannya bersifat monumental
(bersifat menimbulkan kesan Peringatan
33. ◦ Megalith Muda menyebar keIndonesia
pada zaman perunggu(1000-100 SM)
dibawa oleh pendukung Kebudayaan
Dongson(Deutro Melayu). Contoh
bangunan megalithnya adalah peti kubur
batu, dolmen, waruga, Sarkofagus dan
arca-arca dinamis.
36. Ritual memanggil roh : menurut kebudayaan
Nias. Mereka menggunakan sebuah tarian
yang bernama Mandau Lumelume untuk
memanggil roh.
Famadaya Hasijimate (Siulu)
Adalah sebuah upacara pemakaman bagi
keturunan raja di Nias Selatan. Di dalam
upacara ini, tarian Maluaya ditarikan dibawah
pimpinan desa Shaman, peti mati diukir dari
batang kayu pohon dan ukiran kepalanya
dihiasi dengan sebuah batang kayu untuk
memperlihatkan dasarnya setelah itu jenazah
tersebut dikuburkan.
37. Waruga berfungsi untuk mengubur
beberapa individu atau sebagai
kuburan keluarga