SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 11
Baixar para ler offline
PIDATO DI PARLEMEN
TANGGAL 3 APRIL 1950
TENTANG PEMBENTUKAN
NEGARA KESATUAN.
M. Natsir
Saudara Ketua,
Dalam menentukan sikap fraksi saja terhadap mosi ini, fraksi
adalah terlepas dari soal „apakah kami dapat menerima oper semua
keterangan2 jang tertjantum dalam mosi ini atau tidak !". Djuga
mendjauhkan diri dari pada pembitjaraan soal unitarisme dan fe-
deralisme dalam hubungan mosi ini, sebab pusat persoalannja tidak
ada hubungannja dengan hal2 itu, akan tetapi djauh dilapangan lain.
Pembitjara2 jang mendahului saja, sudah dengan pandjang lebar
mengemukakan hal2 ini.
Orang jang setudju dengan mosi ini tidak usah berarti, bahwa
orang itu unitaris ; orang federalispun mungkin djuga dapat menje-
tudjuinja. Sebab soal ini sebagaimana saja katakan, bukan soal teori
struktur negara unitarisme atau federalisme, akan tetapi soal
menjele-saikan hasil dari perdjuangan kita masa jang lampau jang
tetap masih mendjadi duri didalam daging. Tiap2 orang jang
meneliti djalan per-sengketaan Indonesia - Belanda, tentu akan
mengetahui bagaimana riwajat timbulnja N.S.T. dan bagaimana
funksinja N.S.T. itu. Walaupun bagaimana djuga ditimbang,
ditindjau dan dikupas, tetapi rakjat dalam perdjuangannja melihat
struktur itu sebagai bekas alat lawan untuk meruntuhkan
perdjuangan Republik Indonesia. Maka inilah jang menimbulkan
reaksi dari pihak rakjat, bukan soal teori unitarisme atau
federalisme. t
Kedjadian2 jang bergolak di N.S.T. sekarang bukan satu hal jang
kunstmatig atau di-bikin2 akan tetapi adalah satu akibat jang tidak
dapat dielakkan dan jang harus kita selesaikan sekarang, karena belum
kita selesaikan dengan K.M.B. sebagai hasil perundingan dengan
Belanda dahulu.
Orang bisa berkata, bahwa semua mosi atau resolusi dari rakjat
dan demonstrasi2 jang telah berlaku di N.S.T. itu menurut juridische
vormnja belum dapat dianggap sebagai suatu manifestasi dari
kehendak rakjat. Tapi tjoba, apakah akibatnja djikalau mosi ini ditolak
lantaran dianggap prestisenja belum tjukup ? Ia akan berarti pantjingan
bagi rakjat untuk menghebat dalam demonstrasi !
Saja teringat kepada pidato Presiden pada pembukaan sidang Par-
lemen ini. Beliau berkata, bahwa dalam satu tahun ini kita tetap kons-
titusionil. Kita akan menuruti apa jang disebut dalam Konstitusi dan
tidak akan menjimpang dari Konstitusi. Akan tetapi kita dapat menjim-
pang dari padanja, djikalau keadaan memaksa. Hal ini diperhatikan
oleh rakjat dan diartikannja bahwa djika keadaan biasa, tidak
memaksa, tidak memberikan djalan baginja untuk mentjapai tjita2nja,
maka ditjiptakannja keadaan jang memaksa dengan segala akibatnja
jang dipikul oleh rakjat itu sendiri.
Barangkali didalam menindjau mosi ini, Pemerintah merasa cha-
watir, kalau2 mosi ini akan mengakibatkan suatu bentrokan. Akan
tetapi menolak dan mematikan mosi ini berarti memperhebat apa
jang telah terdjadi. Oleh karena itu letakkanlah titik berat dari mosi
ini pada apa jang disebut dalam keputusan, jaitu supaja Pemerintah
R.I.S. menempuh djalan biasa dengan kebidjaksanaannja untuk
menjelesaikan soal ini. Djikalau Pemerintah menganggap bahwa djika
pekerdjaan itu dengan sekali gus dan serentak didjalankan, akan
8
menimbulkan ber-matjam2 kekatjauan, maka bagi Pemerintah tjukup
terbuka djalan mengadakan undang2 darurat untuk mengadakan
masa peralihan, sehingga R.I.S. dapat bertindak tidak membiarkan
rakjat di N.S.T. bergolak, dan diberikan kepada mereka kesempatan
untuk menjelesaikan soalnja sendiri. Maka dalam fasal2 jang ada
dalam undang2 darurat itu terbuka djalan bagi Pemerintah untuk
mendjalankan kebidjaksanaan dengan se-baik2-nja.
Saudara Ketua, idjinkanlah saja sekarang berbitjara terlepas atau
tidak terlepas dari pada soal unitarisme atau federalisme, akan tetapi
dalam hubungan jang lebih besar mengenai mosi ini. Sebagai hendak
mengemukakan sedikit pemandangan mengenai dasar dari pada kedja-
dian2 jang kita hadapi sekarang, dari mulai kedaulatan diserahkan ke-
pada kita, baik kiranja kalau kita terlebih dahulu melihat posisinja mosi
ini didalam hubungan jang lebih beiar.
Tatkala Konstitusi Sementara ditanda-tangani dan diratif isir,
umum-nja orang, baik Pemerintah ataupun Parlemen menganggap
bahwa Konstitusi itu dan struktur-tata-negara dengan segala sipat2 jang
baik dan tjatjat2 jang ada dalamnja, dapat dipakai sebagai dasar
pemerintahan sementara sampai Konstituante jang akan datang.
Akan tetapi rupanja djalan sedjarah menghendaki lain. Segera se-sudah
penjerahan kedaulatan, didaerah timbul pergolakan. Apa jang terpendam
dan tertekan selama beberapa tahun jl. dalam hati rakjat, sekarang meluap
dan meletus dengan berupa demonstrasi dan resolusi untuk merombak
segala apa jang dirasakan oleh rakjat sebagai restan2 dari struktur kolonial
didaerahnja, terutama di-daerah2 Republik dipu-lau Djawa, Sumatera dan
Madura. Ini semua tidak mengherankan, akan tetapi adalah memang
pembawaan riwajat perdjuangan dan inhaerent dengan tjara penjelesaian
persengketaan Indonesia - Belanda jang diachiri dengan K.M.B.
Soal2 jang harus dihadapi oleh Negara kita jang muda ini sekali gus
ber-timbun2 dihadapan kita. Soal kesedjahteraan dan kemakmuran
rakjat, jang sudah begitu lama menderita, soal demokratisering peme-
rintahan, soal pembangunan ekonomi, soal keamanan, ketentaraan dan
1001 matjam soal lain2 lagi, semuanja sama urgent, dan harus dipe-
tjahkan dengan segera. Kita bisa menjusun prioritetnja menurut pen-
dapat kita masing2, akan tetapi jang sudah terang ialah, pemetjahan soal
jang satu bersangkut-paut dengan jang lain, tidak dapat di-pisah2.
Usaha kemakmuran rakjat, pendjaminan keamanan, tidak dapat
berdjalan selama belum ada ketentuan politik dalam negeri. Politieke rust
ini tidak dapat ditjiptakan selama masih ada „duri2-dalam-daging" jang
dirasakan oleh rakjat, jang walaupun kedaulatan sudah ditangan kita, tapi
kita masih berhadapan dengan struktur2 kolonial serta alat2 politik
pengepungan jang ditjiptakan oleh Van Mook di-daerah2.
Dalam menghadapi pergolakan untuk melenjapkan duri2 dalam
daging itu orang terbentur kepada Konstitusi Sementara, lebih lekas dari
jang disangka tadinja.
Pikiran terumbang-ambing antara :
a. kehendak akan tetap bersikap „konstitusionil".
b. desakan untuk keluar Konstitusi dari lubang2 jang ada
dalam Konstitusi itu sendiri.
Inisiatif terlepas dari tangan Pemerintah. Tak ada konsepsi untuk
menghadapi soal ini dalam djangka jang tertentu. Sembojan jang ada
hanjalah : „Terserah kepada kemauan rakjat".
Rakjat bergolak di-mana2. Hasilnja hudjan resolusi dan mosi.
Parlemen menerima dan tinggal mengoperkan semuanja itu kepada
Pemerintah dengan tambahan argumentasi juridis dll., dan kalau perlu
dengan citaten dan encyclopaedie.
Dengan begitu Pemerintah lambat laun terdesak kepada posisi jang
defensif. Lalu Pemerintah terpaksa menjesuaikan diri setapak demi setapak
dengan undang2 darurat sebagai legalisasi.
Dan setiap kali ada „persesuaian dalam hal ini", saudara Ketua,
Parlemen dan Pemerintah merasa „berbahagia" lantaran ada persesuai-an
itu.
Dalam pada itu pintu kebahagiaan bagi rakjat belum kundjung
kelihatan. Djalan pikiran tetap kabur dan samar. Dikaburkan oleh
begripsverwarring, berkatjaunja beberapa pengertian, seperti ber-katjaunja
pengertian unitarisme dan federalisme dalam masjarakat,
jang bukan lantaran federalisme atau unitarisme itu sendiri, sebagai bentuk
struktur negara akan tetapi lantaran kabur dan bertjampur-aduknja
pengertian2 itu dengan sentimen anargonisme, sebagai warisan dari
persengketaan Indonesia - Belanda.
Kekatjauan pikiran melumpuhkan djalannja usaha pembangunan
kemakmuran rakjat. Dengan begini kita tidak terlepas dari satu vicieuse
cirkel jang tidak tentu dimana udjungnja.
Saja bertanja bagaimanakah mengertikan, „terserah kepada kehen-
dak rakjat itu" ? Apakah itu berarti menjerahkan kepada rakjat untuk
mengadu tenaga mereka didaerah, untuk memperdjuangkan kehendak
mereka ditempat masing2 dengan segala akibat2-nja dan ekses2-
nja ? Habis itu lantas kita mengkonstatir dan melegalisir hasil
dari pergolakan itu ?
Sekali lagi saja bertanja sampai berapa langkahkah kesediaan
hanjut seperti ini ? Apakah sampai kita terbentur kepada satu batu
karang nanti ?
Tidak, saudara Ketua ! Bukan begitu semestinja ! Tapi sikap
matjam sekarang, saja kuatir Pemerintah lambat laun akan hanjut
kepada d j urusan itu.
Pemerintah jang timbul dari rakjat dan untuk rakjat dan jang ter-
diri dari pemimpin perdjuangan kemerdekaan sendiri, tentu tahu
benar2 dan sudah dapat merasakan, apa jang hidup dalam keinginan
rakjat itu.
Berdasar kepada pengetahuannja, Pemerintah sewadjarnjalah me-
melopori dan menjusun langkah2-nja dengan program jang tertentu dan
teratur dalam djangka jang agak pandjang, dimana sesuatu soal ketata-
negaraan dapat ditindjau dan dipetjahkan dalam hubungannja dengan jang
lain2. Inlah saudara Ketua, menurut pendapat saja, arti men-dasarkan
politik kepada kehendak rakjat.
Hanja dengan mengambil inisiatif kembali, jang telah dilepaskan
oleh Pemerintah selama ini, dapat diharapkan bahwa Pemerintah
terlepas dari posisi defensifnja seperti sekarang. Dengan begitulah
mungkin timbul satu iklim pikiran jang lebih segar, jang akan dapat
melahirkan elan nasional jang baharu, bebas dari bekas persengketaan2
jang lama, elan dan gembira membanting tenaga jang diperlukan dan
selekas mungkin dapat disalurkan untuk pembangunan Negara kita ini.
Semuanja itu diliputi oleh suasana nasional dengan arti jang tinggi serta
terlepas dari soal atau paham unitarisme, federalisme dan
propinsialisme.
Berhubung dengan ini, saja ingin memadjukan satu mosi kepada
Pemerintah jang bunjinja demikian:
Dewan Perwakilan Rakjat Sementara R.I.S. dalam rapatnja tang-gal 3
April 1950 menimbang sangat perlunja penjelesaian jang integral dan
programatis terhadap akibat2 perkembangan politik jang sangat tjepat
djalannja pada waktu jang achir2 ini.
Memperhatikan : Suara2 rakjat dari berbagai daerah, dan mosi2 Dewan
Perwakilan Rakjat sebagai saluran dari suara2 rakjat itu, untuk melebur
daerah2 buatan Belanda dan menggabungkannja keda-lam Republik
Indonesia.
Kompak untuk menampung segala akibat2 jang
tumbuh karenanja, dan persiapan2 untuk itu harus diatur begitu
rupa, dan mendjadi program politik dari Pemerintah jang bersangkutan
dan dari Pemerintah R.I.S.
Politik pengleburan dan penggabungan itu membawa pengaruh besar
tentang djalannja politik umum didalam negeri dari pemerintahan
diseluruh Indonesia.
Memutuskan :
Mengandjurkan kepada Pemerintah supaja mengambil inisiatif untuk
mentjari penjelesaian atau se-kurang2-nja menjusun suatu konsepsi
penjelesaian bagi soal2 jang hangat jang tumbuh sebagai akibat per-
kembangan politik diwaktu jang achir2 ini dengan tjara integral dan
program jang tertentu.
M. Natsir — Soebadio Sastrasatomo — Hamid Algadri
— Ir. Sakirman — K. Werdojo — Mr. A. M. Tam-
bunan — Ngadiman Hardjosubroto — B. Sahetapy
Engel — Dr. Tjokronegoro — Moch. Tduchid — Amelz
— H. Siradjuddin Abbas.
3 April. 1950
10
-

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a Pidato perdana mentri m natsir di parlemen tanggal 3 april 1950

Semelhante a Pidato perdana mentri m natsir di parlemen tanggal 3 april 1950 (20)

TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUMTEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
 
55724153 materi-pkn-kelas-x-semester-2
55724153 materi-pkn-kelas-x-semester-255724153 materi-pkn-kelas-x-semester-2
55724153 materi-pkn-kelas-x-semester-2
 
Makalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusiiMakalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusii
 
Makalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusiiMakalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusii
 
Penjelasan UUD 1945
Penjelasan UUD 1945 Penjelasan UUD 1945
Penjelasan UUD 1945
 
Hukum Konstitusi
Hukum KonstitusiHukum Konstitusi
Hukum Konstitusi
 
Gagasan Amandemen UUD 1945
Gagasan Amandemen UUD 1945Gagasan Amandemen UUD 1945
Gagasan Amandemen UUD 1945
 
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraUUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Bab iv konstitusi
Bab iv konstitusiBab iv konstitusi
Bab iv konstitusi
 
Negara dan konstitusi done
Negara dan konstitusi doneNegara dan konstitusi done
Negara dan konstitusi done
 
Hubungan warga negara(mustina)
Hubungan warga negara(mustina)Hubungan warga negara(mustina)
Hubungan warga negara(mustina)
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Makalah lembaga negara pasca amandemen uud 1945
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Makalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negaraMakalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negara
 
PPKn 8 Disiplin itu indah
PPKn 8 Disiplin itu indahPPKn 8 Disiplin itu indah
PPKn 8 Disiplin itu indah
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan i (6)
 
Rule of Law
Rule of LawRule of Law
Rule of Law
 

Mais de mr_haryono

Musuh dan kawan syetan
Musuh dan kawan syetanMusuh dan kawan syetan
Musuh dan kawan syetanmr_haryono
 
Kelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitanKelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitanmr_haryono
 
Gangguan iblis di saat sakaratul maut
Gangguan iblis di saat sakaratul mautGangguan iblis di saat sakaratul maut
Gangguan iblis di saat sakaratul mautmr_haryono
 
Dialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah sDialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah smr_haryono
 
Cara iblis menyesatkan manusia amat canggih
Cara iblis menyesatkan manusia amat canggihCara iblis menyesatkan manusia amat canggih
Cara iblis menyesatkan manusia amat canggihmr_haryono
 
Amal2 disyaritkan
Amal2 disyaritkanAmal2 disyaritkan
Amal2 disyaritkanmr_haryono
 
12 tempat yg disukai syetan
12 tempat yg disukai syetan12 tempat yg disukai syetan
12 tempat yg disukai syetanmr_haryono
 
7 tipudaya syaitanatasummat_islam
7 tipudaya syaitanatasummat_islam7 tipudaya syaitanatasummat_islam
7 tipudaya syaitanatasummat_islammr_haryono
 
Risalah tentangsihirdanperdukunan
Risalah tentangsihirdanperdukunanRisalah tentangsihirdanperdukunan
Risalah tentangsihirdanperdukunanmr_haryono
 

Mais de mr_haryono (20)

French 24
French 24French 24
French 24
 
French 22
French 22French 22
French 22
 
French 13
French 13French 13
French 13
 
French 12
French 12French 12
French 12
 
Musuh dan kawan syetan
Musuh dan kawan syetanMusuh dan kawan syetan
Musuh dan kawan syetan
 
Kelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitanKelompok iblis dan syaitan
Kelompok iblis dan syaitan
 
Gangguan iblis di saat sakaratul maut
Gangguan iblis di saat sakaratul mautGangguan iblis di saat sakaratul maut
Gangguan iblis di saat sakaratul maut
 
Dialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah sDialog iblis dan rasulullah s
Dialog iblis dan rasulullah s
 
Cara iblis menyesatkan manusia amat canggih
Cara iblis menyesatkan manusia amat canggihCara iblis menyesatkan manusia amat canggih
Cara iblis menyesatkan manusia amat canggih
 
Amal2 disyaritkan
Amal2 disyaritkanAmal2 disyaritkan
Amal2 disyaritkan
 
12 tempat yg disukai syetan
12 tempat yg disukai syetan12 tempat yg disukai syetan
12 tempat yg disukai syetan
 
7 tipudaya syaitanatasummat_islam
7 tipudaya syaitanatasummat_islam7 tipudaya syaitanatasummat_islam
7 tipudaya syaitanatasummat_islam
 
Chinese 026
Chinese 026Chinese 026
Chinese 026
 
Chinese 027
Chinese 027Chinese 027
Chinese 027
 
Chinese 029
Chinese 029Chinese 029
Chinese 029
 
Chinese 028
Chinese 028Chinese 028
Chinese 028
 
Chinese 030
Chinese 030Chinese 030
Chinese 030
 
Chinese 031
Chinese 031Chinese 031
Chinese 031
 
Chinese 033
Chinese 033Chinese 033
Chinese 033
 
Risalah tentangsihirdanperdukunan
Risalah tentangsihirdanperdukunanRisalah tentangsihirdanperdukunan
Risalah tentangsihirdanperdukunan
 

Último

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 

Último (20)

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 

Pidato perdana mentri m natsir di parlemen tanggal 3 april 1950

  • 1. PIDATO DI PARLEMEN TANGGAL 3 APRIL 1950 TENTANG PEMBENTUKAN NEGARA KESATUAN. M. Natsir Saudara Ketua, Dalam menentukan sikap fraksi saja terhadap mosi ini, fraksi adalah terlepas dari soal „apakah kami dapat menerima oper semua keterangan2 jang tertjantum dalam mosi ini atau tidak !". Djuga mendjauhkan diri dari pada pembitjaraan soal unitarisme dan fe- deralisme dalam hubungan mosi ini, sebab pusat persoalannja tidak ada hubungannja dengan hal2 itu, akan tetapi djauh dilapangan lain. Pembitjara2 jang mendahului saja, sudah dengan pandjang lebar mengemukakan hal2 ini. Orang jang setudju dengan mosi ini tidak usah berarti, bahwa orang itu unitaris ; orang federalispun mungkin djuga dapat menje-
  • 2. tudjuinja. Sebab soal ini sebagaimana saja katakan, bukan soal teori struktur negara unitarisme atau federalisme, akan tetapi soal menjele-saikan hasil dari perdjuangan kita masa jang lampau jang tetap masih mendjadi duri didalam daging. Tiap2 orang jang meneliti djalan per-sengketaan Indonesia - Belanda, tentu akan mengetahui bagaimana riwajat timbulnja N.S.T. dan bagaimana funksinja N.S.T. itu. Walaupun bagaimana djuga ditimbang, ditindjau dan dikupas, tetapi rakjat dalam perdjuangannja melihat struktur itu sebagai bekas alat lawan untuk meruntuhkan perdjuangan Republik Indonesia. Maka inilah jang menimbulkan reaksi dari pihak rakjat, bukan soal teori unitarisme atau federalisme. t Kedjadian2 jang bergolak di N.S.T. sekarang bukan satu hal jang kunstmatig atau di-bikin2 akan tetapi adalah satu akibat jang tidak dapat dielakkan dan jang harus kita selesaikan sekarang, karena belum kita selesaikan dengan K.M.B. sebagai hasil perundingan dengan Belanda dahulu. Orang bisa berkata, bahwa semua mosi atau resolusi dari rakjat dan demonstrasi2 jang telah berlaku di N.S.T. itu menurut juridische vormnja belum dapat dianggap sebagai suatu manifestasi dari kehendak rakjat. Tapi tjoba, apakah akibatnja djikalau mosi ini ditolak lantaran dianggap prestisenja belum tjukup ? Ia akan berarti pantjingan bagi rakjat untuk menghebat dalam demonstrasi ! Saja teringat kepada pidato Presiden pada pembukaan sidang Par- lemen ini. Beliau berkata, bahwa dalam satu tahun ini kita tetap kons- titusionil. Kita akan menuruti apa jang disebut dalam Konstitusi dan tidak akan menjimpang dari Konstitusi. Akan tetapi kita dapat menjim- pang dari padanja, djikalau keadaan memaksa. Hal ini diperhatikan oleh rakjat dan diartikannja bahwa djika keadaan biasa, tidak memaksa, tidak memberikan djalan baginja untuk mentjapai tjita2nja, maka ditjiptakannja keadaan jang memaksa dengan segala akibatnja jang dipikul oleh rakjat itu sendiri. Barangkali didalam menindjau mosi ini, Pemerintah merasa cha- watir, kalau2 mosi ini akan mengakibatkan suatu bentrokan. Akan tetapi menolak dan mematikan mosi ini berarti memperhebat apa jang telah terdjadi. Oleh karena itu letakkanlah titik berat dari mosi ini pada apa jang disebut dalam keputusan, jaitu supaja Pemerintah R.I.S. menempuh djalan biasa dengan kebidjaksanaannja untuk menjelesaikan soal ini. Djikalau Pemerintah menganggap bahwa djika pekerdjaan itu dengan sekali gus dan serentak didjalankan, akan
  • 3. 8 menimbulkan ber-matjam2 kekatjauan, maka bagi Pemerintah tjukup terbuka djalan mengadakan undang2 darurat untuk mengadakan masa peralihan, sehingga R.I.S. dapat bertindak tidak membiarkan rakjat di N.S.T. bergolak, dan diberikan kepada mereka kesempatan untuk menjelesaikan soalnja sendiri. Maka dalam fasal2 jang ada dalam undang2 darurat itu terbuka djalan bagi Pemerintah untuk mendjalankan kebidjaksanaan dengan se-baik2-nja. Saudara Ketua, idjinkanlah saja sekarang berbitjara terlepas atau tidak terlepas dari pada soal unitarisme atau federalisme, akan tetapi dalam hubungan jang lebih besar mengenai mosi ini. Sebagai hendak mengemukakan sedikit pemandangan mengenai dasar dari pada kedja- dian2 jang kita hadapi sekarang, dari mulai kedaulatan diserahkan ke- pada kita, baik kiranja kalau kita terlebih dahulu melihat posisinja mosi ini didalam hubungan jang lebih beiar. Tatkala Konstitusi Sementara ditanda-tangani dan diratif isir, umum-nja orang, baik Pemerintah ataupun Parlemen menganggap bahwa Konstitusi itu dan struktur-tata-negara dengan segala sipat2 jang baik dan tjatjat2 jang ada dalamnja, dapat dipakai sebagai dasar pemerintahan sementara sampai Konstituante jang akan datang. Akan tetapi rupanja djalan sedjarah menghendaki lain. Segera se-sudah penjerahan kedaulatan, didaerah timbul pergolakan. Apa jang terpendam dan tertekan selama beberapa tahun jl. dalam hati rakjat, sekarang meluap dan meletus dengan berupa demonstrasi dan resolusi untuk merombak segala apa jang dirasakan oleh rakjat sebagai restan2 dari struktur kolonial didaerahnja, terutama di-daerah2 Republik dipu-lau Djawa, Sumatera dan Madura. Ini semua tidak mengherankan, akan tetapi adalah memang pembawaan riwajat perdjuangan dan inhaerent dengan tjara penjelesaian persengketaan Indonesia - Belanda jang diachiri dengan K.M.B. Soal2 jang harus dihadapi oleh Negara kita jang muda ini sekali gus ber-timbun2 dihadapan kita. Soal kesedjahteraan dan kemakmuran rakjat, jang sudah begitu lama menderita, soal demokratisering peme- rintahan, soal pembangunan ekonomi, soal keamanan, ketentaraan dan 1001 matjam soal lain2 lagi, semuanja sama urgent, dan harus dipe- tjahkan dengan segera. Kita bisa menjusun prioritetnja menurut pen- dapat kita masing2, akan tetapi jang sudah terang ialah, pemetjahan soal jang satu bersangkut-paut dengan jang lain, tidak dapat di-pisah2. Usaha kemakmuran rakjat, pendjaminan keamanan, tidak dapat berdjalan selama belum ada ketentuan politik dalam negeri. Politieke rust ini tidak dapat ditjiptakan selama masih ada „duri2-dalam-daging" jang dirasakan oleh rakjat, jang walaupun kedaulatan sudah ditangan kita, tapi
  • 4. kita masih berhadapan dengan struktur2 kolonial serta alat2 politik pengepungan jang ditjiptakan oleh Van Mook di-daerah2. Dalam menghadapi pergolakan untuk melenjapkan duri2 dalam daging itu orang terbentur kepada Konstitusi Sementara, lebih lekas dari jang disangka tadinja. Pikiran terumbang-ambing antara : a. kehendak akan tetap bersikap „konstitusionil". b. desakan untuk keluar Konstitusi dari lubang2 jang ada dalam Konstitusi itu sendiri. Inisiatif terlepas dari tangan Pemerintah. Tak ada konsepsi untuk menghadapi soal ini dalam djangka jang tertentu. Sembojan jang ada hanjalah : „Terserah kepada kemauan rakjat". Rakjat bergolak di-mana2. Hasilnja hudjan resolusi dan mosi. Parlemen menerima dan tinggal mengoperkan semuanja itu kepada Pemerintah dengan tambahan argumentasi juridis dll., dan kalau perlu dengan citaten dan encyclopaedie. Dengan begitu Pemerintah lambat laun terdesak kepada posisi jang defensif. Lalu Pemerintah terpaksa menjesuaikan diri setapak demi setapak dengan undang2 darurat sebagai legalisasi. Dan setiap kali ada „persesuaian dalam hal ini", saudara Ketua, Parlemen dan Pemerintah merasa „berbahagia" lantaran ada persesuai-an itu. Dalam pada itu pintu kebahagiaan bagi rakjat belum kundjung kelihatan. Djalan pikiran tetap kabur dan samar. Dikaburkan oleh begripsverwarring, berkatjaunja beberapa pengertian, seperti ber-katjaunja pengertian unitarisme dan federalisme dalam masjarakat, jang bukan lantaran federalisme atau unitarisme itu sendiri, sebagai bentuk struktur negara akan tetapi lantaran kabur dan bertjampur-aduknja pengertian2 itu dengan sentimen anargonisme, sebagai warisan dari persengketaan Indonesia - Belanda. Kekatjauan pikiran melumpuhkan djalannja usaha pembangunan kemakmuran rakjat. Dengan begini kita tidak terlepas dari satu vicieuse cirkel jang tidak tentu dimana udjungnja. Saja bertanja bagaimanakah mengertikan, „terserah kepada kehen- dak rakjat itu" ? Apakah itu berarti menjerahkan kepada rakjat untuk mengadu tenaga mereka didaerah, untuk memperdjuangkan kehendak mereka ditempat masing2 dengan segala akibat2-nja dan ekses2- nja ? Habis itu lantas kita mengkonstatir dan melegalisir hasil
  • 5. dari pergolakan itu ? Sekali lagi saja bertanja sampai berapa langkahkah kesediaan hanjut seperti ini ? Apakah sampai kita terbentur kepada satu batu karang nanti ? Tidak, saudara Ketua ! Bukan begitu semestinja ! Tapi sikap matjam sekarang, saja kuatir Pemerintah lambat laun akan hanjut kepada d j urusan itu. Pemerintah jang timbul dari rakjat dan untuk rakjat dan jang ter- diri dari pemimpin perdjuangan kemerdekaan sendiri, tentu tahu benar2 dan sudah dapat merasakan, apa jang hidup dalam keinginan rakjat itu. Berdasar kepada pengetahuannja, Pemerintah sewadjarnjalah me- melopori dan menjusun langkah2-nja dengan program jang tertentu dan teratur dalam djangka jang agak pandjang, dimana sesuatu soal ketata- negaraan dapat ditindjau dan dipetjahkan dalam hubungannja dengan jang lain2. Inlah saudara Ketua, menurut pendapat saja, arti men-dasarkan politik kepada kehendak rakjat. Hanja dengan mengambil inisiatif kembali, jang telah dilepaskan oleh Pemerintah selama ini, dapat diharapkan bahwa Pemerintah terlepas dari posisi defensifnja seperti sekarang. Dengan begitulah mungkin timbul satu iklim pikiran jang lebih segar, jang akan dapat melahirkan elan nasional jang baharu, bebas dari bekas persengketaan2 jang lama, elan dan gembira membanting tenaga jang diperlukan dan selekas mungkin dapat disalurkan untuk pembangunan Negara kita ini. Semuanja itu diliputi oleh suasana nasional dengan arti jang tinggi serta terlepas dari soal atau paham unitarisme, federalisme dan propinsialisme. Berhubung dengan ini, saja ingin memadjukan satu mosi kepada Pemerintah jang bunjinja demikian: Dewan Perwakilan Rakjat Sementara R.I.S. dalam rapatnja tang-gal 3 April 1950 menimbang sangat perlunja penjelesaian jang integral dan programatis terhadap akibat2 perkembangan politik jang sangat tjepat djalannja pada waktu jang achir2 ini. Memperhatikan : Suara2 rakjat dari berbagai daerah, dan mosi2 Dewan Perwakilan Rakjat sebagai saluran dari suara2 rakjat itu, untuk melebur daerah2 buatan Belanda dan menggabungkannja keda-lam Republik Indonesia. Kompak untuk menampung segala akibat2 jang tumbuh karenanja, dan persiapan2 untuk itu harus diatur begitu
  • 6. rupa, dan mendjadi program politik dari Pemerintah jang bersangkutan dan dari Pemerintah R.I.S. Politik pengleburan dan penggabungan itu membawa pengaruh besar tentang djalannja politik umum didalam negeri dari pemerintahan diseluruh Indonesia. Memutuskan : Mengandjurkan kepada Pemerintah supaja mengambil inisiatif untuk mentjari penjelesaian atau se-kurang2-nja menjusun suatu konsepsi penjelesaian bagi soal2 jang hangat jang tumbuh sebagai akibat per- kembangan politik diwaktu jang achir2 ini dengan tjara integral dan program jang tertentu. M. Natsir — Soebadio Sastrasatomo — Hamid Algadri — Ir. Sakirman — K. Werdojo — Mr. A. M. Tam- bunan — Ngadiman Hardjosubroto — B. Sahetapy Engel — Dr. Tjokronegoro — Moch. Tduchid — Amelz — H. Siradjuddin Abbas. 3 April. 1950
  • 7.
  • 8.
  • 9.
  • 10.
  • 11. 10 -