SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 65
Baixar para ler offline
REPUBLIK INDONESIA
g

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
SEKRETARIAT JENDERAL
PUSAT KAJIAN STRATEGIS (PUSTRA)
Jalan Pattimura Nomor 20 - Kebayoran Baru - Jakarta 12110 - Telepon (021) 72788007 Facsimile (021) 72797320

KAJIAN PENYELENGGARAAN
INFRASTRUKTUR BIDANG PU
DALAM RANGKA MENINGKATKAN
KUALITAS LINGKUNGAN

LAPORAN RINGKAS
KATA PENGANTAR

LAPORAN RINGKAS ini disusun sebagai bagian dari seluruh rangkaian output pekerjaan yang
menjadi kewajiban Konsultan kepada Pemberi Tugas dalam pekerjaan ” KAJIAN
PENYELENGGARAAN INFARSTRUKTUR BIDANG PU DALAM RANGKA MENINGKATKAN
KUALITAS LINGKUNGAN” pada Kementerian Pekerjaan Umum.
Laporan Ringkas ini pada dasarnya merupakan intisari dari hasil pekerjaan di atas, yang
secara ringkas memuat hal-hal pokok berikut:

Latar belakang studi dan pengembangan metodologi studi

Tinjauan Regulasi dan Literatur Terkait

Identifikasi Dampak Pembangunan Infrastruktur

Hasil Analisis

Kerangka Strategi Pembangunan Infrastruktur PU dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Lingkungan

Rekomendasi
Akhirnya kami (PT. Marga Graha Penta) mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak, khususnya Pusat Kajian Strategis, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pekerjaan Umum,
yang telah memberikan kepercayaan kepada Konsultan untuk melaksanakan pekerjaan ini.
Kami berharap hasil laporan ini dapat menjadi bahan masukan bagi penyusunan kebijakan
dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum di masa-masa mendatang.

Jakarta, November 2010

Team Leader

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

BAB I
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.

i
ii
iii

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
MAKSUD DAN TUJUAN STUDI
LOKASI KEGIATAN
PENGEMBANGAN METODOLOGI STUDI

BAB II

TINJAUAN REGULASI DAN LITERATUR TERKAIT

2.1.
2.2.
2.3.
2.4.

KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PEKERJAAN UMUM
PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN
2.5. MASALAH PERKOTAAN DAN LINGKUNGAN

BAB III

III-1
III-17

IV-1
IV-4
IV-9

KERANGKA STRATEGI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU DALAM
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN

5.1.1. Penataan Ruang yang Lebih Berkualitas
5.1.2. Penguatan Kapasitas Instansi di Daerah
5.1.3. Penguatan Kerjasama Antar Sektor yang Terkait
5.1.4. Penguatan Kapasitas Pendanaan

BAB VI

II-4
II-5

HASIL ANALISIS

4.1. ANALISIS PERMASALAHAN
4.2. ANALISIS SWOT
4.3. ANALISIS BALANCED SCORECARD

BAB V

II-1
II-2
II-2

IDENTIFIKASI DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

3.1. DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
3.2. UPAYA PENGURANGAN DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB IV

I-1
I-2
I-2
I-2

V-1
V-2
V-4
V-5

REKOMENDASI

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.8.
Tabel 6.1.
Tabel 6.2.
Tabel 6.3.
Tabel 6.4.

Pembangunan Infrastruktur di Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat
Pembangunan Infrastruktur di Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara
Pembangunan Infrastruktur di Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah
Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur
Pembangunan Infrastruktur di Kota Jakarta
Tinjauan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang PU di Daerah
Menurut Lokasi, Fungsi, Dimensi, Waktu dan Kewenangan
Analisis SWOT Pembangunan Jalan dan Jembatan, termasuk Jalan Tol
Analisis SWOT Normalisasi Sungai, termasuk Sudetan dan Pembuatan
Kanal Banjir
Analisis SWOT Pembangunan Waduk/Bendungan
Analisis SWOT Reklamasi Pantai, untuk Perikanan maupun Penyediaan
Lahan
Analisis SWOT Pengelolaan Limbah dan Sampah
Analisis SWOT Alih Fungsi Lahan untuk Pembangunan Infrastruktur,
Permukiman, Perkantoran dan Tempat Usaha
Aspek Penting dalam Evaluasi Pencapaian Visi dan Sasaran Pembangunan
Bidang PU berdasar Empat Perspektif Utama
Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Sumber Daya
Air
Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Bina Marga
Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Cipta Karya
Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Penataan
Ruang

III-2
III-6
III-8
III-11
III-13
IV-3
IV-5
IV-5
IV-6
IV-6
IV-7
IV-8
IV-10
VI-2
VI-6
VI-10
VI-13

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar 1.2. Diagram Fishbone Identifikasi Awal Penyebab Kerusakan Lingkungan
Hidup
Gambar 1.3. Kerangka Pikir
Gambar 2.1. Hubungan Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup dan
Penataan Ruang
Gambar 2.2. Peran Infrastruktur PU dalam Pembangunan
Gambar 2.3. Siklus SIDLaKOM dalam Konsep pro GreenI
Gambar 2.4. Hubungan antara Siklus SIDLaKOM dengan Dokumen Lingkungan
Gambar 3.1. Hubungan antara Lingkungan, Infrastruktur, Ekonomi dan Sistem Sosial
Gambar 5.1. Konsep Penataan Ruang Berwawasan Lingkungan
Gambar 5.2. Konsep Strategi Penguatan Kapasitas Daerah dalam Hal Pengawasan
Pembangunan Infrastruktur bidang PU yang Berwawasan Lingkungan
Gambar 5.3. Konsep Kerjasama Antar Stakeholders dalam Pembangunan
Infrastruktur bidang PU yang Berwawasan Lingkungan
Gambar 5.4. Alur Sharing Pendanaan untuk Pembangunan Infrastruktur PU yang
Berwawasan Lingkungan

I-3
I-4
I-5
II-1
II-3
II-4
II-5
III-1
V-1
V-3
V-4
V-5

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan adalah usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan atau perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju
modernitas dalam rangka pembangunan bangsa (nation building) (SP Siagian, 1973). Dalam
setiap aktivitas pembangunan akan selalu ada trade-off. Di satu sisi pembangunan
mewujudkan pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain pembangunan bisa menurunkan
kualitas lingkungan. Hal ini menjadi catatan permasalahan pembangunan dalam RPJMN
2004 – 2009. Kerusakan lingkungan yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
pencemaran air dan tanah, bertambahnya konsentrasi gas rumah kaca (gas karbon dioksida,
gas metan, dll), perubahan fungsi lahan, pengalihan DAS, dan sebagainya. Kerusakan
tersebut tidak selalu menimbulkan dampak yang segera, namun akumulasinya bisa
menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, seperti terjadinya bencana alam dan
perubahan iklim (climate change). Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka kualitas
lingkungan yang ada akan mengalami degradasi dan berdampak buruk bagi generasi
selanjutnya.
Pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dijalankan di Indonesia mengacu pada konsep
pembangunan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kurang
memperhatikan aspek lingkungan. Padahal pembangunan ekonomi sangat tergantung pada
keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sebagai contoh dampak bencana
banjir menyebabkan terhentinya aktivitas perekonomian yang menyebabkan kerugian
ekonomi yang besar. Pertimbangan faktor lingkungan telah diatur sejak lama seperti dalam
pasal 33 ayat 3 UUD 1945 , dan UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, serta juga ditindaklanjuti dalam RPJMN II (2010-2014). Dalam RPJP 20052024 disebutkan bahwa salah satu misi pembangunan adalah mewujudkan Indonesia yang
asri dan lestari, dan pembangunan infrastruktur akan mengarah pada konsep peningkatan
pelayanan bagi peningkatan kualitas lingkungan di masa depan.
Infrastruktur Pekerjaan Umum (Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya) mempunyai
peran strategis dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, memberi kontribusi dalam
pertumbuhan ekonomi, serta bagi peningkatan kualitas lingkungan hidup. Infrastruktur
seperti prasarana air bersih, sanitasi dan drainase akan meningkatkan kualitas lingkungan
masyarakat. Demikian juga penyediaan permukiman yang layak huni serta prasarana
pengendalian banjir dan prasarana jalan yang terpelihara baik akan meningkatkan kualitas
lingkungan. Selain itu dalam proses pembangunan infrastruktur hendaknya memperhatikan
atau tidak rusaknya lingkungan; misalnya pembangunan jalan yang mengubah fungsi lahan
tanam/resapan air menjadi beton dan pembangunan waduk/bendungan yang mengubah
alur sungai alami, tipe TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang open dumping dan
dapat mencemari air tanah dan lingkungan sekitar. Hal ini mesti diupayakan penanganan
dampaknya. Sementara itu, terkait dengan fenomena perubahan iklim, infrastruktur juga
berperan dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan iklim (climate change) terhadap lingkungan seperti banjir, kekeringan, longsor,
dan lain-lain.

Bab I | 1
Penyelenggaraan infrastruktur Pekerjaan Umum berwawasan lingkungan telah tertuang
dalam sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang,
Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang No. 38/2004
tentang Jalan maupun Undang-Undang No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Bahkan
didalam Undang-Undang Perumahan Permukiman yang dikeluarkan pada tahun 1992, telah
diamanatkan pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup terkait dengan pembangunan
dan penataan Perumahan Permukiman (Undang-Undang no. 4 Tahun 1992). Namun dalam
pelaksanaannya, amanat tentang pengelolaan lingkungan maupun pengawasan lingkungan
belum sepenuhnya diterapkan.
Dari regulasi-regulasi tersebut, penyelenggaraan infrastruktur Pekerjaan Umum diharapkan
harus lebih mempertimbangkan faktor lingkungan sehingga akan tetap menjaga kualitas
lingkungan selain juga mengurangi dampak buruk yang terjadi, terutama terhadap
pembangunan infrastruktur PU dalam skala menengah dan besar. Hal ini karena didalam
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur skala menengah dan besar, singgungan
terhadap faktor lingkungan sangat rentan terjadi, sehingga diperlukan suatu dokumen
pengelolaan lingkungan agar dapat menekan seminimal mungkin dampak besar dan negatif
yang timbul karena pembangunan infrastruktur. Didasari oleh latar belakang itu, maka
diperlukan suatu kajian tentang upaya-upaya yang didukung dengan kebijakan yang mampu
menyelaraskan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dengan kebijakan lingkungan
serta dapat dilaksanakan oleh seluruh komponen pembangunan infrastruktur Pekerjaan
Umum.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN STUDI
Maksud dari kegiatan ini adalah meningkatkan kontribusi pembangunan infrastruktur
Pekerjaan Umum bagi peningkatan kualitas lingkungan yang merupakan salah 1 (satu) dari 3
(tiga) strategic goal pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum (meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan
kualitas lingkungan). Tujuan kegiatan ini adalah melakukan kajian kebijakan
penyelenggaraan infrastruktur Pekerjaan Umum dalam rangka peningkatan kualitas
lingkungan.

1.3. LOKASI KEGIATAN
Lokasi pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1) Jakarta; 2) Surabaya; 3) Bandung; 4) Medan, dan
5) Semarang. Pemilihan kota-kota lokasi kegiatan tersebut adalah berdasarkan beberapa
pertimbangan: 1) kriteria kota; 2) tingginya aktivitas pembangunan, dan 3) tingkat kerusakan
lingkungan.

1.4. PENGEMBANGAN METODOLOGI STUDI
Pentahapan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pekerjaan studi ini pada dasarnya
merupakan penjabaran operasional dari ruang lingkup kegiatan yang disusun secara
kronologis, mulai dari tahap awal atau persiapan hingga tahap akhir. Pentahapan kegiatan
dalam studi meliputi tahap: tahap persiapan, tahap input, tahap proses dan tahap output,
yang secara diagramatis digambarkan dalam Gambar 1.1.

Bab I | 2
Tahap
Persiapan

Penetapan tujuan dan maksud kegiatan studi

Identifikasi kebijakan/regulasi PU
yang terkait dg peningkatan
kualitas lingkungan

Studi Pustaka

Tahap Input

Identifikasi dan perumusan masalah yang dihadapi dalam
pembangunan bidang PU berbasis lingkungan

Survey data (instansional)

FGD dg stakeholders di daerah

Analisis penyelenggaraan infrastruktur bidang PU yang
telah dilaksanakan

Tahap Proses

Formulasi kebijakan dan strategi pembangunan
infrastruktur bidang PU berbasis wawasan lingkungan

Diskusi dg stakeholder pusat di lingkungan PU

Tahap Output

Finalisasi akhir

Gambar 1.1

Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Batasan wilayah yang diamati dalam studi ini adalah lingkungan perkotaan. Hal ini didasari
dengan adanya fakta yang selama ini berkembang, yaitu bahwa perubahan terhadap kondisi
lingkungan lebih banyak terjadi di kawasan-kawasan perkotaan akibat perkembangan
pembangunan infastruktur sebagai dampak dari adanya peningkatan kebutuhan masyarakat
atau penduduk akan ketersediaan infrastruktur (bidang PU). Terjadinya
perubahan/degradasi lingkungan lebih disebabkan oleh belum adanya penanganan (proses
monitoring, evaluasi dan pengendalian) terhadap dampak pasca pembangunan fisik
infrastruktur di kawasan-kawasan perkotaan.
Secara rinci identifikasi masalah awal yang digunakan, terkait dengan pembangunan
infrastruktur bidang Pekerjaan Umum yang diperkirakan dapat menyebabkan kerusakan
pada lingkungan hidup, tersaji dalam diagram fishbone (tulang ikan) dibawah ini (lihat
Gambar 1.2).

Bab I | 3

F
E
E
D
B
A
C
K
Proses
Penyelenggaraan

Sumber Daya Manusia

Perencanaan infrastruktur
yg tidak memperhatikan
prinsip-prinsip pelestarian
fungsi lingkungan

Pandangan / kepentingan
yang berbeda dalam
pembangunan
infrastruktur

Pemahaman yg terbatas
ttg konsep
pembangunan
berwawasan lingkungan

Law enforcement terhadap
pelanggaran lingkungan
selama pelaksanaan
pembangunan

Pengawasan yang lemah
terhadap pengoperasian
hasil-hasil pembangunan
infrastruktur

Degradasi /
kerusakan
Lingkungan
Hidup
Kebijakan pembangunan infrastruktur
yang tidak berpihak pada lingkungan
Kebijakan pembangunan
infrastruktur yang tidak
berpegang pada konsep
pembangunan berkelanjutan

Kebijakan / Regulasi

Gambar 1.2

Metode pelaksanaan
yang cenderung
mengeksplorasi
lingkungan

Pelaksanaan
pembangunan
infrastruktur yg tidak
memperhatikan kearifan
lokal

Pilihan teknologi infrastruktur yang
kurang ramah thdp lingkungan

Metode dan Teknologi

Diagram Fishbone (tulang ikan) Identifikasi Awal Penyebab Kerusakan Lingkungan Hidup

Bab I | 4
Kerangka pikir studi yang telah dikembangkan sebagai dasar atau landasan dalam analisis
atau kajian dapat dicermati dalam gambar berikut.

Gambar 1.3. Kerangka Pikir

Konsep pendekatan yang digunakan dalam studi ini, adalah:
1. pendekatan pembangunan perkotaan yang berwawasan lingkungan;
2. pendekatan pembangunan infrastruktur bidang PU berbasis kinerja;
3. pendekatan pembangunan infrastruktur bidang PU yang menyeluruh dan terintegrasi
Tahapan pelaksanaan studi ini diawali dengna kegiatan kajian literatur (desk study),
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data melalui survey dan wawancara
(FGD) dengan stakeholders terkait di lokasi studi, serta kegiatan analisis dan formulasi
rekomendasi strategi kebijakan.

Bab II | 1
BAB II
TINJAUAN REGULASI DAN LITERATUR TERKAIT
2.1. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Konsep Pembangunan Berkelanjutan muncul pada Konferensi PBB tentang Lingkungan
Hidup Manusia (UN Conference on the Human Environment) pada tahun 1972 yang dikenal
pula dengan nama The Stockholm Conference. Dan konsep ini selanjutnya didukung oleh
Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (UN Conference on
Environment and Development) di Rio de Janeiro pada tahun 1992 yang menyatukan para
kepala negara dan pejabat pemerintah dari seluruh dunia bersama dengan utusan badanbadan PBB, Organisasi Internasional dan utusan lainnya dari berbagai organisasi non
pemerintah. Konferensi yang dihadiri oleh 179 negara tersebut secara jelas menyatakan
bahwa pembangunan nasional suatu negara tidak lagi bisa memisahkan antara pengelolaan
lingkungan dengan pembangunan sosial ekonomi sebagai bidang-bidang yang terpisah.
Pada tahun 1997 juga, Indonesia telah menyusun Agenda 21 – Indonesia yang merupakan
strategi nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan. Tujuan dari Agenda 21- Indonesia
adalah dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan, maka integrasi pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan merupakan syarat
yang harus dianut oleh semua sektor pembangunan terkait.

Gambar 2.1. Hubungan Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang

Kementerian PU selaku stakeholder menyadari bahwa pengembangan strategi dan program
tidak bisa dilakukan berdasarkan skenario business as usual yang kerap menemui kesulitan
dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan
secara simultan. Namun sebaliknya, Kementerian PU berkomitmen untuk menerapkan
program-program pembangunan untuk menghindari terjadinya bencana yang terkait dengan
perubahan iklim melalui program mitigasi dan adaptasi untuk masa depan Indonesia yang
lebih sejahtera, aman, nyaman dan berkelanjutan.

Bab II | 2
2.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Filosofi dasar dari UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup diatas adalah :
4. Tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah mencapai pembangunan
berkelanjutan;
5. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjamin harmoni antara manusia
dengan lingkungan hidup, termasuk mahluk hidup didalamnya.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sesuai dengan nomenklatur undangundang tersebut adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakkan hukum.
Perangkat pengelolaan lingkungan hidup, seperti yang termaktub dalam Undang-undang no.
32 Tahun 2009 antara lain: (a) Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); (b) Tata Ruang; (c)
Baku Mutu Lingkungan; (d) Kriteria baku kerusakan Lingkungan Hidup; (e) Dokumen AMDAL,
UKL-UPL dan izin lingkungan; (f) Perizinan dan Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup; (g)
Peraturan Perundang-undangan berbasis Lingkungan Hidup; (h) Anggaran Berbasis
Lingkungan Hidup serta Analisis Resiko Lingkungan Hidup; (i) Audit Lingkungan Hidup dan
Instrumen lain sesuai dg kebutuhan dan/atau perkembangan Ilmu Pengetahuan; dan (j)
Surat pernyataan kesanggupan PPLH (ps. 35 UU no 32 Tahun 2009)

2.3. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PEKERJAAN UMUM
Rumusan pembangunan ekonomi di Indonesia, secara prinsip memuat 3 (tiga) jalur strategi,
yakni: peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas (pro growth) dengan cara
mengutamakan ekspor dan investasi; peningkatan penciptaan lapangan kerja (pro job)
dengan menggerakkan sektor riil dan pengentasan kemiskinan (pro poor) melalui revitalisasi
sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi perdesaan.
Aksesibilitas Penumpang/Barang
PENINGKATAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI

Ketahanan Pangan
Investasi dan Eksport
Penanggulangan kemiskinan dan Peningkatan
kesempatan kerja

PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT

Kesenjangan wilayah, Dukungan terhadap kws
perbatasan, terpencil dan terisolir
Pembangunan berbasis Pemberdayaan
Masyarakat

Pro Poor
Pro Growth
Pro Job
Pro Green

KEMAKMURAN
DAN
KESEJAHTERAAN

Green Construction
PENINGKATAN
KUALITAS
LINGKUNGAN

Pembangunan berbasis Penataan Ruang
Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Gambar 2.2. Peran Infrastruktur PU dalam Pembangunan

Bab II | 3
Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 – 2014, arah
kebijakan umum pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum adalah:
1. Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan
pembangunan berkelanjutan di kawasan strategis, tertinggal, perbatasan, daerah
terisolir untuk mengurangi kesenjangan wilayah, daerah rawan bencana serta
meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman dan cakupan pelayanan
dasar bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat yang berkeadilan dan inklusif;
2. Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan
pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan keandalan sistem di kawasan pusat
produksi dan ketahanan pangan guna mendukung daya saing dan mendorong industri
konstruksi untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkualitas;
3. Pembinaan penyelenggaraan infrastruktur melalui optimasi peran pelayanan publik
bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mendukung otonomi daerah dan
penerapan prinsip-prinsip perbaikan tata kelola pemerintahan serta mendukung
reformasi birokrasi dan mewujudkan good governance.
Salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum terkait dengan
pengelolaan dan pengendalian lingkungan adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.
10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri ini merupakan tambahan dari
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum yang berwawasan
lingkungan tersebut sepenuhnya harus didukung oleh pengembangan dan penelitian
teknologi terapan yang berwawasan lingkungan, sehingga prinsip-prinsip dasar 3 R : Reduce
(mengurangi); Reuse (penggunaan kembali) dan Recycling (mendaur ulang) dalam setiap
pelaksanaan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman harus menjadi
komitmen seluruh pelaku pembangunan bidang ke-PU-an.

2.4. PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU DAN
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN
Dari Renstra Kementerian Pekerjaan Umum
2010 – 2014, kebijakan pembangunan
infrastruktur bidang Pekerjaan Umum sudah
dilandasi keinginan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan (pro green) yang telah
dikonsepsikan dalam design, konstruksi,
operasional dan perawatan (SIDLaKOM). Setiap
tahapan kegiatan pembangunan infrastruktur,
sesuai dengan SIDLaKOM, harus selalu disertai
dengan konsep pro green dalam rangka
mendukung peningkatan kualitas lingkungan.

Gambar 2.3.
Siklus SIDLaKOM dalam konsep pro Green

Bab II | 4
Kegiatan SIDLaKOM harus melalui suatu proses perijinan lingkungan yang terinci, seperti
diilustrasikan dalam Gambar 2.4.
Rencana
Pembangunan
Infrastruktur

 Survai
 Investigasi
 Design

Tata Ruang

Produk

DED
apakah sesuai dgn
dokumen Tata Ruang..? ya

dampak besar dan
penting..?

UKL/UP
L

ya

tidak

AMDAL

Ijin Lingkungan
IMB
Ijin Usaha

Konstruksi



RKL/RP
L

AUDIT
LINGKUNGAN





Gambar 2.4.
Hubungan antara Siklus
SIDLaKOM dengan Dokumen Lingkungan

tidak

Konstruksi
Maintenance

2.5. MASALAH PERKOTAAN DAN LINGKUNGAN
Pertumbuhan penduduk yang pesat di wilayah-wilayah perkotaan, yang oleh karenanya
tidak dikelola secara efektif telah menimbulkan dampak negatif, seperti: degradasi kualitas
lingkungan perkotaan (pembusukan kota), polusi/pencemaran udara, kemacetan lalulintas,
sampah perkotaan, hingga meningkatnya gas rumah kaca (GRK) yang berpotensi terhadap
pemanasan global.

Bab II | 5
BAB III
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR BIDANG PU
3.1. DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU PADA WILAYAH
STUDI
Dampak positif dari pembangunan infrastruktur antara lain adalah akan meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan pendapatan daerah tersebut. Kebutuhan akan pembangunan
infrastruktur berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk/masyarakat suatu kota
atau wilayah, sehingga semakin bertambahnya penduduk pada kota/wilayah tersebut maka
kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur juga akan meningkat. Infrastruktur merupakan
pendukung utama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Suatu infrastruktur dapat
didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan,
instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan
sistem ekonomi masyarakat1.
Social System
Economic System
Physical Infrastructure
Natural Environment
Sumber : Grigg, 1998

Gambar 3.1. Hubungan antara Lingkungan, Infrastruktur, Ekonomi dan Sistem Sosial

Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, selain mempunyai dampak positif,
ternyata pembangunan infrastruktur juga mempunyai dampak negatif. Pembangunan
infrastruktur juga berdampak negatif bagi kelestarian alam, diantaranya dengan
berkurangnya sumberdaya alam akibat eksploitasi berlebihan, pencemaran udara akibat
polusi industri dan pembangunan infrastruktur perekonomian yang identik dengan
perusakan alam. Sehingga hal tersebut menimbulkan suatu pernyataan bahwa
pembangunan infrastruktur selalu identik dengan perusakan alam.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang dilakukan untuk
mendukung pembangunan ekonomi yang semata-mata ditujukan untuk memperoleh
keuntungan tanpa memperhatikan keberlangsungan alam dan lingkungan, akan membawa
dampak negatif tidak hanya bagi alam tetapi juga bagi masyarakat. Salah satu dampak
negatif yang ditimbulkan adalah berkurangnya sumberdaya alam, pencemaran udara akibat
polusi industri dan pembangunan infrastruktur yang identik dengan perusakan alam.
Namun, hal tersebut dapat dicegah dengan menerapkan program pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan
Dari hasil survei di 5 kota besar di Indonesia (Bandung, Medan, Semarang, Surabaya dan
Jakarta) maka diperoleh hasil rincian dampak pembangunan infrastruktur sebagai berikut :
1

Grigg, dkk (2000) dalam Infrastructure Systems Management and Optimization

Bab III | 1
Tabel 3.1. Pembangunan Infrastruktur di Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Alternatif Solusi

Pembangunan Jalan Tol Jakarta – Bandung
Jalan Tol Jakarta – Bandung lebih dikenal
dengan nama Tol CIPULARANG (Cikampek
– Purwakarta – Padalarang).
Jalan Tol ini sebenarnya merupakan Jalan
Tol penghubung antara Tol Cikampek
(Cikampek – Dalam Kota Jakarta) dengan
Tol Padaleunyi (Padalarang - Dalam Kota
Bandung - Cileunyi), dan memiliki panjang
58,5 km. Pembangunan Jalan Tol ini
dilaksanakan dalam 2 tahap, yakni :
1. Tahap 1 :
Cikampek-Sadang dan PadalarangCikamuning (17,50 km);
2. Tahap 2 :
Sadang - Cikamuning (41,00 km).
Keberadaan Tol ini dimaksudkan untuk
mempercepat waktu tempuh antara
Jakarta–Bandung.
Karena
dibangun
dengan cara membelah pegunungan,
maka alinyement jalan tol ini naik turun
serta banyak terdapat jembatan panjang
dan tinggi.

1. Waktu tempuh Jakarta-Bandung 1. Meningkatnya jumlah pemakaian
kendaraan pribadi yang berakibat
lebih cepat lebih cepat dengan
pada menurunnya penggunaan
sebelumnya dari 4 jam sekarang
angkutan umum.
menjadi 2 jam.

1. Memperketat pengawasan dan
pengendalian bagi pembukaan
kawasan di sepanjang jalan tol

2. Peningkatan
perekonomian
dengan banyaknya sentra industri
kecil disekitar Tol.

2. Timbulnya banjir yang disebabkan
berkurangnya daerah resapan air
dan sistem drainase yang ada
masih belum memadai.

2. Penanaman pohon di sepanjang
kiri kanan jalan

3. Penyediaan infrastruktur akan
menjadi
seimbang
untuk
memfasilitasi
kebutuhan
penduduk
terhadap
jumlah
penduduk disekitar yang terus
meningkat tiap tahunnya.

3. Pembangunan jalan tol
Cipularang memiliki dampak
negatif bagi lahan perkebunan di
daerah sekitarnya, terutama
perkebunan teh. Produktivitas
pucuk tanaman teh pada areal di
sepanjang jalan tol Cipularang,
Kab.Bandung Barat akan
terganggu akibat adanya
gangguan polusi kendaraan
bermotor yang melintas.

4. Peningkatan devisa bagi Kota
Bandung yang disebabkan karena
semakin
banyaknya
pelaku
perjalanan asal Kota Jakarta yang
bertujuan perjalanan wisata ke
Kota Bandung.
5. Pembangunan Tol Cipularang
merupakan salah satu fasilitas utk
mencapai keseimbangan dalam
pengembangan suatu wilayah.

Bab III | 2
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Alternatif Solusi

Pemerintah Provinsi Jawa Barat
telah
mengeluarkan
Peraturan
Daerah (PERDA) no. 1 Tahun 2008
tentang Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Kawasan Bandung Utara dan
Peraturan Gubernur no. 21 Tahun
2009 tentang Petunjuk Pelaksana
Peraturan Daerah (PERDA) no. 1
Tahun 2008 tentang Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang
Kawasan
Bandung Utara. Hal ini menunjukkan
komitmen dari pemerintah daerah
untuk menjaga lingkungan dari
pembangunan perumahan yang
semakin tidak terkendali di kawasan
resapan air, Kawasan Bandung
Utara.

Jakarta sebagai ibukota negara
pembangunannya
perlu
di
dukung
dari
daerah-daerah
sekitarnya
dan
sebaliknya,
sehingga
terjadilah
sifat
mutualisme antar wilayah.
Pembangunan Perumahan di Kawasan Bandung Utara
Kawasan Bandung Utara merupakan
kawasan di sisi utara Cekungan Bandung
yang menjadi daerah asupan utama air
tanah dalam di Cekungan Bandung. Sejak
tahun 1983, 1993 hingga 2002 telah
terjadi perubahan tata guna lahan di
Kawasan Bandung Utara.

1. Peningkatan nilai jual tanah di
lokasi tersebut

1. Terciptanya kesenjangan sosial
antara penghuni perumahan
dengan penduduk sekitar.

2. Terciptanya lapangan kerja baru
bagi penduduk sekitar (buruh
cuci, buruh taman, tukang ojek,
dll).

2. Berkurangnya lahan produktif
untuk pertanian.

Perubahan tsb dicirikan dgn berkurangnya
area hutan dan lahan bervegetasi lainnya
sebesar 54% dan meningkatnya area
2
terbangun sebesar 223% . Perubhn tata
guna
lahan
menyebabkan
tinggi
permukaan air tanah dalam, terus
merosot shg tidak lagi bisa diandalkan
sebagai pasokan bagi air bersih kota
Bandung.

3. Besarnya
pemasukan
kas
negara/daerah dari pajak yang
diberlakukan.

3. Banyak petani yang beralih
profesi
sebagai
akibat
berkurangnya lahan pertanian.
4. Berkurangnya daerah resapan air.

Diperlukan
suatu
ketegasan
terutama bagi aparat Pemerintah
Daerah dalam implementasi PERDA
tersebut
2

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat, 2004

Bab III | 3
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Alternatif Solusi

1. Kerugian bagi masyarakat sekitar
TPA, terkait dengan bau dan
kesehatan sebagai dampak dari
adanya
tumpukan
sampah
tersebut.

1. Perlu adanya perhatian dan
bantuan baik sosial maupun
kesehatan kepada masyarakat
perkampungan di sekitar TPA.
Selain
itu
perlu
juga
diperhitungan luasan dan jarak
aman antara lokasi TPA dengan
pemukiman warga terdekat.
Daerah tangkapan (catchment
area) polusi sampah menjadi
sesuatu yang harus diperhatikan.

Pembangunan TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat
TPA Sarimukti terletak di Kabupaten
Bandung Barat, merupakan Tempat
Penampungan
Akhir
(TPA)
untuk
pembuangan sampah dari Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung
Barat dan Kota Cimahi. Volume sampah
yang masuk ke TPA tersebut mencapai
1000 ton/hari ang berasal dari 4 (empat)
daerah tersebut. Keberadaan TPA
Sarimukti, yang mempunyai luas 25 ha,
telah beroperasi sejak 2005 dan terus
dibenahi sampai saat ini hingga tahun
2018, sambil menunggu selesainya
pembangunan TPA Legok Nangka di
daerah
perbatasan
Garut
serta
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Gede Bage.

1. Kebersihan Kota Bandung, Kab.
Bandung, Kab. Bandung Barat dan
Kota Cimahi, karena sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat di
kota/kabupaten tersebut dapat
ditampung dan diolah di lokasi
TPA.
2. Kebersihan kota akan berimbas
pada kesehatan masyarakat dan
keindahan kota.
3. Timbunan sampah yang ada
dapat dikelola menjadi kompos
dan dimanfaatkan untuk pupuk.
4. Timbunan sampah yang ada
dapat dimanfaatkan sebagai
energi melalui Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa).

2. Mengingat
TPA
tersebut
digunakan oleh 4 wilayah
administrasi, maka perlu dibentuk
suatu badan pengelola untuk
mengelola secara bersama-sama
keberadaan dari TPA Sarimukti
tersebut.

5. Masyarakat / pemulung dapat
mengumpulkan sampah yang
dapat di daur ulang (plastik,
kaleng, botol plastik dan kardus)
untuk kemudian menjualnya.

Bab III | 4
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Alternatif Solusi

1. Mencegah banjir di beberapa
kawasan di Kota Bandung.

1. Rusaknya morfologi sungai dan
keanekaragaman hayati karena
adanya
sudetan,
pelurusan,
penutupan alur.

1. Dilakukan river restoration untuk
mengembalikan sungai ke kondisi
semula tanpa membongkar talud.

2. Pengerukan merupakan usaha
untuk mengurangi sedimentasi
sehingga kapasitas tampung
sungai menjadi besar.

2. Normalisasi dengan sistem talud
(tanggul)
beton/rigid
menyebabkan
berkurangnya
kesempatan air sungai untuk
meresap menjadi air tanah.

2. Mengganti konstruksi masiv
dengan sistem bronjong, sehingga
ada kesempatan bagi air sungai
untuk meresap menjadi air tanah.

3. Normalisasi
menyebabkan
wilayah sempadan sungai yang
seharusnya
menjadi
daerah
resapan air sungai berubah fungsi
menjadi
perumahan
/
perkantoran sehingga air larian
tidak dapat meresap ke sungai
karena tanahnya diperkeras.

3. Pengawasan dan Pengendalian
yang ketat terhadap pelanggaran
pemanfaatan lahan di sempadan
sungai.

Normalisasi Sungai di DAS Citarum
Ada enam anak sungai yang termasuk ke
dalam Daerah Aliran Sungai (DAS)
Citarum, yakni Cikapundung, Ciminyak,
Cirasea, Cisangkuy, Citarik, dan Ciwidey.
Sejak tahun 1980-an telah dilakukan
kegiatan pengerukan atau penyudetan
(normalisasi) sungai untuk mencegah
terjadinya banjir, tetapi upaya tersebut
tidak berhasil, bahkan frekuensinya
semakin tinggi.

Bab III | 5
Tabel 3.2. Pembangunan Infrastruktur di Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Alternatif Solusi

Beberapa pembangunan jalan baru di Kota
Medan antara lain :

1. Peningkatan nilai jual tanah di
lokasi tersebut.

1. Meningkatnya kebisingan dan
getaran bagi penduduk sekitar.

1. Pengawasan dan Pengendalian
Ruang Milik Jalan (rumija).

1. Fly Over Pulo Brayan

2. Terciptanya
lapangan
kerja
formal dan informal disepanjang
jalan baru tersebut.

2. Meningkatnya polusi udara dari
sumber bergerak.

2. Melakukan penanaman pohon
yang berfungsi sebagai barrier
bagi getaran maupun polusi.

1. Menciptakan lapangan kerja
baru.

1. Berkurangnya RTH (Ruang
Terbuka Hijau) di Kota Medan.

2. Menciptakan variasi tempat
kuliner dan wisata belanja di Kota
Medan.

2. Menurunnya estetika kota dan
pelanggaran tata ruang kota.

Salah satu cara untuk mengatasi
permasalahan ini adalah melakukan
relokasi kepada pedagang yang
sudah
mendirikan
bangunan
permanen di Lapangan Merdeka dan
mengembalikan lagi fungsi Lapangan
Merdeka ke fungsinya semula.

Pembangunan Jalan Baru di Kota Medan

2. Fly Over Amplas
3. Jalan Lingkar Luar Timur
Pembangunan jalan baru maupun
peningkatan jalan yang telah ada,
dimaksudkan untuk mengoptimalkan
kapasitas jalan yang ada sehingga dapat
melancarkan
arus
lalulintas
dan
menghindari kemacetan.

3. Meningkatkan
fasilitas umum.

pembangunan

Alih Fungsi Lapangan Merdeka menjadi Pusat Jajanan “Merdeka Walk”
Lapangan Merdeka dahulu merupakan
Ruang Terbuka Hijau dan Daerah Resapan
Air di Kota Medan. Dengan adanya
kebijakan untuk meningkatkan fungsi
bisnis di kawasan tersebut, maka kawasan
yang dahulu merupakan alun-alun kota
berubah menjadi kawasan yang tertutup
oleh bangunan-bangunan bisnis.

3. Menurunnya kapasitas resapan
air di pusat kota.

Bab III | 6
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Alternatif Solusi

1. Mencegah banjir di beberapa
kawasan di Kota Medan.

1. Meningkatnya banjir didaerah
tersebut, karena kelokan sungai
yang dahulu mempunyai panjang
1.300 meter diluruskan menjadi
450 meter.

Belum ada upaya resmi untuk
merevitalisasi
Sungai
Deli.
Penanganan banjir di Kota Medan
diupayakan melalui penataan dan
perbaikan drainase dan pengerukan
untuk mengurangi sedimentasi di
badan sungai. Hilangnya fungsi
resapan sungai dan terjadinya
penyempitan sungai karena adanya
permukiman
penduduk
belum
teratasi. Salah satu upaya adalah
mengakhiri dan mengendalikan
pemanfaatan sempadan sungai
untuk bangunan permanen.

Normalisasi Sungai Deli
Normalisasi dilakukan untuk mencegah
banjir yang sering melanda Kota Medan.

2. Terganggunya aktifitas sosial
masyarakat disepanjang daerah
aliran sungai tersebut.
3. Terjadinya pendangkalan dan
terputusnya daur ekosistem di
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sungai Deli.
4. Hilangnya fungsi kontrol aliran
oleh biota dan materiil yang ada
di Sungai Deli.

Bab III | 7
Tabel 3.3. Pembangunan Infrastruktur di Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Alternatif Solusi

Jalan Tol Semarang – Solo mempunyai
panjang ± 75,6 km yang terbagi dalam 2
penggal ruas, yakni :

1. Mempercepat waktu tempuh
antara Semarang – Solo.

1. Beberapa lahan pertanian akan
berkurang akibat pembangunan
jalan tol ini.

1. Pengendalian dan pengawasan
terhadap
kemungkinan
pemanfaatan Ruang Milik Jalan.

1. Semarang - Bawen : 23,1 km

2. Naiknya harga tanah disekitar
jalan
tol,
terutama
yang
mendekati akses dalam Kota.

2. Selain lahan pertanian, timbulnya
permukiman/kota
satelit
di
sekitar jalan tol akan membuat
berkurangnya
lahan
(pertanian/ruang terbuka hijau).

2. Pengendalian dan pengawasan
terhadap
kemungkinan
pembukaan akses baru.

3. Berkembangnya kota - kota
satelit/perumahan disekitar jalan
tol, yang diharapkan akan
mengurangi kepadatan di wilayah
kota.

3. Karena kesalahan pada tahap
pelaksanaan, maka di Dusun
Kalianyar, Kelurahan Kalorejo,
Kecamatan
Ungaran
Timur
beberapa
rumah
terendam
lumpur karena kesalahan land
clearing pada Bukit Sewulah
menyebabkan tanah sisa galian
menjadi lumpur saat banjir.

3. Monitoring dan evaluasi pada
pekerjaan pasca konstruksi

--

1. Monitoring dan evaluasi pada
pekerjaan operasional dan pasca
konstruksi

Pembangunan Jalan TOL Solo – Semarang

2. Bawen - Solo : 52,5 km
Keberadaan jalan tol ini
mempercepat waktu
Semarang – Solo
meningkatkan mobilitas
dua daerah tersebut.

diharapkan dapat
tempuh antara
sehingga dapat
barang jasa antar

Pembangunan Bendungan Jatibarang
Bendungan Jatibarang adalah sebuah
bendungan serbaguna yang bertujuan
untuk
mengendalikan
banjir
dan
mengembangkan sumberdaya air dan
menghasilkan listrik dgn tenaga air di kota
Semarang.
Proyek
pembangunan
bendungan itu merupakan salah satu

1. Menambah debit air PDAM Kota
Semarang, dari 580 liter/detik
menjadi 2.400 liter/detik.
2. Pengendali
Semarang

banjir

di

Kota

Bab III | 8
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

proyek dari "Proyek Pengendalian Banjir
dan Pemgembangan Sumberdaya Air di
Semarang" bersama dengan perbaikan
Kali Garang/Banjir Kanal Barat dan sistem
drainase kota di Semarang. Tinggi
Bendungan 77 m, Panjang Puncak
Bendungan 200m, Luas Permukaan
Waduk 1,1 km2, Daerah Tangkapan Air 53
km2, Kapasitas PLTA 1560kW (mesin
pembangkit tenaga listrik satu buah).

Pengaruh yang Ditimbulkan

Alternatif Solusi

3. Pembangkit
listrik
untuk
menyediakan listrik sebesar 1,5
megawatt.

1. Bau limbah yang menyengat bagi
masyarakat di sekitar IPAL.

Untuk mengatasi bau limbah,
terutama bagi masyarakat sekitar
lokasi IPAL, maka yang terpenting
adalah luasan dari bangunan IPAL
tersebut yang harus benar-benar
jauh dan bersih dari pemukiman. Hal
lain yang patut diperhatikan adalah
keberadaan sungai yang merupakan
tempat buangan akhir limbah yang
telah diolah. Air sungai tersebut
harus selalu diuji kadarnya sehingga
hasil olahan limbah yang dibuang ke
sungai tersebut sudah memenuhi
baku mutu lingkungan air limbah dan
aman bagi lingkungan.

Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah Terpadu (IPAL) Kota Semarang
Pemerintah Kota Semarang selama ini
belum memiliki IPAL Komunal. Banyak
limbah dari sektor industri (misal. Industri
pembuatan tahu/tempe ataupun industri
tekstil) yang langsung membuang
limbahnya di badan sungai. Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum berencana untuk
membangun
IPAL
Terpadu
bagi
pengelolaan limbah di Kota Semarang.

1. Terhindarnya pencemaran badan
air khususnya air baku dari
buangan limbah industri / rumah
tangga.
2. Kebersihan air sungai akan
berimbas pada meningkatnya
produktivitas
usaha
yang
memanfaatkan keberadaan air
sungai tersebut terutama untuk
usaha
perikanan
maupun
pertanian.
3. Kesehatan dari masiyarakat kota
secara keseluruhan.

Bab III | 9
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Alternatif Solusi

untuk
dan

1. Rusaknya kawasan pesisir Kota
Semarang.

1. Mengkaji daya dukung dan daya
tampung lingkungan, terutama
pada kawasan reklamasi

dan

2. Terjadi perubahan ekosistem
pantai baik erosi maupun proses
sedimentasi pantai yg berdampak
pd meningkatnya bahaya banjir.

2. Mengupayakan
penanaman
kembali
pohon
mangrove,
khususnya pada daerah-daerah
yang masih mungkin untuk
ditanami di kawasan reklamasi

Reklamasi Pantai Marina di Kota Semarang
Reklamasi ini telah sesuai dengan Tata
Ruang, baik Tata Ruang Provinsi Jawa
Tengah maupun Tata Ruang Kota
Semarang. Hal yang mendasari reklamasi
ini adalah untuk menyediakan dan
memperluas lahan sebagai wujud
dukungan dalam rangka pelaksanaan
pembangunan. Reklamasi sendiri dapat
diartikan sebagai upaya pengembangan
wilayah.
Sejak tahun 1985, reklamasi pantai dalam
bentuk penambahan areal daratan di Kota
Semarang
telah
dilakukan
untuk
memfasilitasi pembangunan perumahan
mewah, PRPP, Taman Maerokotjo dan
Studio 21.

1. Ketersediaan
lahan
pembangunan
pengembangan wilayah
2. Peningkatan
Investasi
terciptanya lapangan kerja.

3. Hilangnya
hutan
mangrove
(bakau) sbg penahan abrasi dan
digantikan dgn bangunan masiv
menyebabkan masuknya air laut
ke daratan (rob).
4. Karena adanya pembangunan,
maka rentan akan timbulnya
urbanisasi.

Bab III | 10
Tabel 3.4. Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Solusi Alternatif

1. Dampak
negatif
dari
pembangunan infrastruktur ini
lebih dikarenakan mudahnya
akses keluar masuk Pulau
Madura, sehingga dikuatirkan
akan berdampak pada sosial dan
budaya masyarakat setempat.

Penanganan terhadap pelaksanaan
pembangunan maupun kegiatan
pasca konstruksi dan pemeliharaan
Jembatan Suramadu dilaksanakan
secara terorganisir dan profesional.
Komitmen terhadap lingkungan
sangat dijaga dengan selalu rutin
memberikan laporan RKL/RPL yang
direkomendasikan oleh dokumen
AMDAL.

Pembangunan Jembatan Surabaya – Madura (SURAMADU) sepanjang 5.438 m
Jembatan SURAMADU adalah jembatan
yang melintas diatas Selat Madura dan
menghubungkan antara Kota Surabaya
dengan
Pulau
Madura.
Untuk
mengakomodasi pelayaran / lintasan
kapal laut yang melintas di Selat Madura,
maka Jembatan Suramadu memberi ruang
bebas setinggi 35 meter.

1. Mempercepat waktu tempuh
antara Surabaya - Madura.

2. Meningkatkan
kelancaran
lalulintas distribusi barang dan
jasa antara Surabaya – Madura.
Lancarnya proses distribusi ini
menyebabkan
adanya
penghematan dalam ongkos
operasional.
3. Terbukanya kawasan di Pulau
Madura sebagai dampak dari
terbukanya akses darat. Hal ini
membuat meningkatnya PDRB
masyarakat Madura, kebutuhan
akan
adanya
perumahan/permukiman,
meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi dari sektor usaha lain
diluar pertanian.

Bab III | 11
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Solusi Alternatif

1. Ketersediaan perumahan dan
permukiman di wilayah pesisir
Surabaya.

1. Rusaknya ekosistem pesisir yang
ditandai
dengan
hilang/berkurangnya habitat laut
yang ada.

1. Penanaman
kembali
pohon
mangrove di lokasi sekitar
reklamasi yang masih mungkin
untuk ditanami

2. Bertambahnya luas daratan Kota
Surabaya menyebabkan tingginya
peluang
investasi
dan
pembangunan infrastruktur di
kota tersebut.

2. Rusak dan hilangnya hutan
mangrove yang berfungsi sebagai
penahan abrasi air laut.

2. Uji daya dukung dan daya
tampung lingkungan di kawasan
reklamasi tersebut

1. Bencana banjir akan mengancam
kawasan-kawasan
yang
terbangun di daerah hilir sungai.

1. Dilakukan river restoration untuk
mengembalikan sungai ke kondisi
semula tanpa membongkar talud.

2. Rusaknya biota dan ekosistem
sungai.

2. Mengganti konstruksi masiv
dengan sistem bronjong, sehingga
ada kesempatan bagi air sungai
untuk meresap menjadi air tanah.

Reklamasi Pantai Kenjeran Surabaya
Reklamasi pantai dilakukan untuk
memperluas Pantai Ria Kenjeran dan
Perumahan Laguna.

Pelurusan Sungai Bengawan Solo pada jalur Madiun – Ngawi dan Cepu - Tuban
Pelurusan (sodetan) ini dilakukan untuk
mempercepat pengiriman air ke hilir.
Diharapkan dengan adanya penyodetan
maka air sungai akan langsung mengalir ke
hilir dan tidak akan melimpah (banjir).

1. Air cepat mengalir ke hilir dan
diharapkan akan mengurangi
luapan sungai yang menyebabkan
banjir.

3. Pengawasan dan Pengendalian
yang ketat terhadap pelanggaran
pemanfaatan lahan di sempadan
sungai.

Bab III | 12
Tabel 3.5. Pembangunan Infrastruktur di Kota Jakarta
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Solusi Alternatif

1. Semakin tingginya beban daya
tampung dan daya dukung
lingkungan di Kota Jakarta.

1. Menghentikan untuk sementara
pembangunan infrastruktur dan
melakukan kajian uji beban daya
dukung dan daya tampung
lingkungan.

Pembangunan Infrastruktur Gedung dan Perumahan
Pesatnya pembangunan infrastruktur
gedung,
baik
untuk
tempat
tinggal/apartment, perkantoran ataupun
fungsi sosial lain seiring dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk di Kota
Jakarta

1. Menyediakan prasarana gedung,
tempat tinggal maupun prasarana
sosial lainnya kepada masyarakat.

2. Berkurangnya Ruang Terbuka
Hijau yang berimbas pada
kurangnya daerah resapan air dan
paru-paru kota.
3. Setiap
pembangunan
infrastruktur
menyebabkan
bertambahnya kebutuhan akan
air baku dan menyebabkan
tingginya penyedotan air tanah.

Pembangunan jalan tol dalam kota dan Pembangunan jalan layang
Seiring dengan tingginya pertumbuhan
jumlah kendaraan di Jakarta, memerlukan
penambahan jumlah prasarana jalan.
Kurangnya lahan membuat pembangunan
jalan tol dilalukan tidak sebidang.

1. Memudahkan
kendaraan
dan
orang/barang.

aksesibilitas
perjalanan

1. Menambah beban daya dukung
dan daya tampung lingkungan
Kota Jakarta.

1. Pengendalian penggunaan
kendaraan bermotor terutama
kendaraan pribadi

2. Mengantisipasi
kebutuhan
prasarana jalan sebagai akibat
tingginya jumlah kendaraan yang
melintas.

2. berkurangnya lahan atau ruang
terbuka hijau (RTH).

2. Penanaman pohon di sepanjang
kiri kanan jalan terutama bagi tol
dalam kota.

3. Pertumbuhan jumlah panjang
jalan akan semakin menambah
jumlah kendaraan.

Bab III | 13
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Solusi Alternatif

4. Meningkatnya beban emisi gas
buang kendaraan seiring dengan
peningkatnya kendaraan karena
adanya pembangunan jalan baru.
5. Buruknya
drainase
dari
pembangunan
jalan
dan
bercampurnya antara drainase
jalan dengan drainase perumahan
dapat menjadi sebab timbulnya
banjir.
Reklamasi Pantai Utara Jakarta
Semakin tingginya pertumbuhan jumlah
penduduk
Jakarta
menyebabkan
kebutuhan akan infrastruktur meningkat.
Keterbatasan
lahan
yang
ada
menyebabkan perlunya reklamasi pantai
untuk menambah luasan lahan/daratan.
Reklamasi pantai utara Jakarta dimulai
seiring dgn diterbitkannya KEPPRES no. 52
Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai
Utara Jakarta dan ditetapkannya Kawasan
Pantai Utara Jakarta sebagai Kawasan
Strategis melalui KEPPRES no. 17 Tahun
1994. Dgn adanya 2 KEPPRES ini maka
memacu pembangunan di Pantai Utara
Jakarta.

1. Penambahan luas lahan untuk
pembangunan
perumahan,
perkantoran dan fasilitas sosial
lainnya.

1. Adanya ancaman rob akibatnya
naiknya muka air laut.
2. Adanya utilitas di dasar laut yang
tentunya
akan
mengubah
batimetri serta pola arus laut
serta karakteristik habitat laut.
3. Pencemaran perairan laut
4. Kerusakan pantai akibat abrasi
5. Degradasi ekosistem mangrove

Utk mempertahankan daya dukung
dan daya tampung lingkungan di
sepanjang Pantai Utara Jakarta,
maka pd tahun 2009, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta melalui Badan
Pengelola Lingkungan Hidup Daerah
(BLHD) telah membuat KLHS Pantai
Utara Teluk Jakarta yang bertujuan :
1. Memperbaiki rumusan kebijakan
pemanfaatan SDA dan LH di
kawasan Pantura Teluk Jakarta;
2. Menjamin
keberlangsungan
rencana
dan
implementasi
pembangunan berkelanjutan di
kawasan Pantura Teluk Jakarta;

Bab III | 14
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Pengaruh yang Ditimbulkan

Solusi Alternatif
3. Mengurangi
kemungkinan
kekeliruan dlm membuat prakiraan
/ prediksi pd awal proses
perencanaan
kebijakan
dan
rencana pembangunan di kawasan
Pantura Teluk Jakarta;
4. Membantu promosi investasi
pembangunan
yg
ramah
lingkungan di kawasan Pantura
Teluk Jakarta;
5. Dampak negatif lingkungan di
tingkat proyek pembangunan
semakin efektif diatasi atau
dicegah karena pertimbangan
lingkungan telah dikaji sejak tahap
formulasi kebijakan dan rencana
pembangunan di kawasan Pantura
Teluk Jakarta.
Dengan adanya KLHS ini diharapkan
proses pembangunan, baik reklamasi
maupun revitalisasi Pantai Utara
Teluk Jakarta dpt memperhatikan
rona lingkungan yg ada.

Pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT)
Rencana pembangunan Banjir Kanal Timur
(BKT) sudah tercantum dalam PERDA no. 6

1. Mengurangi banjir di sisi timur
Jakarta.

Bab III | 15
Uraian Singkat

Manfaat yang Diperoleh

Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang
DKI Jakarta 2010. Banjir Kanal Timur (BKT)
merupakan satu diantara dua terusan
yang direncanakan dibangun di Jakarta,
yang berfungsi untuk mengatasi banjir
akibat hujan lokal dan aliran air dari hulu
di Jakarta bagian timur. Terusan banjir
lainnya adalah Banjir Kanal Barat. Selain
berfungsi mengurangi ancaman banjir di
13 kawasan, melindungi permukiman,
kawasan industri dan pergudangan di
Jakarta
bagian
timur,
BKT juga
dimaksudkan
sebagai
prasarana
konservasi air untuk pengisian kembali air
tanah dan sumber air baku serta
prasarana transportasi air di DKI Jakarta.
BKT menampung aliran Kali Ciliwung, Kali
Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali
Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung
dengan daerah tangkapan air mencakup
luas lebih kurang 207 kilometer persegi
atau sekitar 20.700 hektar.

Pengaruh yang Ditimbulkan

Solusi Alternatif

2. Sebagai prasarana konservasi air
untuk menampung air tanah dan
air baku.
3. Sebagai prasarana transportas
publik
untuk
mengurangi
kemacetan di jalan raya.

Bab III | 16
3.2. UPAYA PENGURANGAN DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PADA
WILAYAH STUDI
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi maupun Kota yang disurvei untuk
mencegah kerusakan lingkungan akibat pembangunan infrastruktur. Baik melalui aspek
legalitas, dengan membuat peraturan perundangan, maupun dengan menggunakan
penegakkan hukum. Keberadaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang harus
dimasukkan dalam Peraturan Daerah (PERDA) Tata Ruang, merupakan bentuk yang
diharapkan dari lingkungan yang ada, baik melalui rona awal lingkungan maupun setelah
terjadinya pembangunan. Disamping itu, amanah yang telah tertuang dalam dokumen
AMDAL maupun UKL/UPL, harus selalu dijadikan dasar, apakah pihak pengelola telah
melakukan rutinitas kegiatan seperti yang diamahkan atau tidak. Seringkali setelah selesai
pembangunan suatu infrastruktur, biasanya pihak pengelola meninggalkan kewajiban yang
harus mereka lakukan pasca operasi/pembangunan seperti yang tertuang di dokumen
AMDAL atau UKL/UPL.
Dari ke-5 kota yang disurvei, hanya Kota Jakarta yang telah membuat dokumen KLHS melalui
anggaran pemerintah daerah (APBD) yakni KLHS Pantai Utara Teluk Jakarta, sedangkan KLHS
Cekungan Bandung dan CIAYUMAJAKUNING yang dimiliki oleh Kota Bandung adalah KLHS
yang dibiayai dan dikerjakan oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Negara
Lingkungan Hidup.
Selain itu, keberadaan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) no.
10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL/UPL) kurang disadari dan diketahui oleh instansi
terkait. Padahal Permen PU ini merupakan pelengkap dari Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup no. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Bab III | 17
BAB IV
HASIL ANALISIS
4.1. ANALISIS PERMASALAHAN
Dari hasil indentifikasi permasalahan dalam pembangunan infrastruktur seperti yang
diuraikan pada bab sebelumnya, maka kegiatan pembangunan infrastruktur bidang PU dapat
dibedakan menjadi beberapa kegiatan yang merupakan klasifikasi kegiatan pembangunan
bidang PU didasarkan pada sasaran, fungsi dan manfaat dari pembangunan tersebut.
Klasifikasi pembangunan infrastruktur bidang PU tersebut, terdiri :
No.

Kegiatan Pembangunan
Pembangunan Jalan Tol Jakarta - Bandung
Pembangunan Jalan Baru di Kota Medan
Pembangunan Jalan Tol Solo - Semarang
Pembangunan Jembatan SURAMADU
Pembangunan jalan tol dalam kota dan jalan layang

Klasifikasi

1.

-

Pembangunan jalan dan jembatan,
termasuk pembangunan jalan tol

2.

- Normalisasi Sungai di DAS Citarum
- Normalisasi Sungai Deli
- Pelurusan Sungai Bengawan Solo pada jalur Madiun
- Ngawi dan Cepu - Tuban
- Pembangunan Banjir Kanal Timur

3.

Pembangunan Bendungan Jatibarang

4.

- Reklamasi Pantai Marina di Kota Semarang
- Reklamasi Pantai Kenjeran, Surabaya
- Reklamasi Pantai Utara Jakarta

5.

- Pembangunan TPA Sarimukti di Kabupaten
Bandung Barat
- Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
Terpadu (IPAL) Kota Semarang

Pengelolaan Limbah dan Sampah

6.

- Pembangunan Perumahan di Kawasan Bandung
Utara
- Alih Fungsi Lapangan Merdeka menjadi Pusat
Jajanan “Merdeka Walk”
- Pembangunan
Infrastruktur
Gedung
dan
Perumahan

Penggunaan Ruang untuk
pembangunan infrastruktur,
pemukiman, perkantoran dan
tempat usaha

Normalisasi sungai, termasuk sudetan
dan Pembuatan kanal banjir

Pembangunan waduk/bendungan
Reklamasi pantai, baik untuk perikanan
maupun penyediaan lahan
pembangunan

Bab IV | 1
Aspek Lokasi
Dalam penilaian aspek lokasi, maka dasar yang digunakan adalah Rencana Tata Ruang
Wilayah yang ada. Dengan melihat pola ruang maupun struktur ruang yang ada, maka akan
diketahui rencana peruntukan dari suatu kawasan. Terkait dengan pembangunan
infrastruktur bidang PU maka rencana tata ruang tersebut dapat menunjukkan apakah lokasi
pembangunan infrastruktur telah sesuai dengan dokumen tata ruang yang ada, baik melalui
dokumen Perencanaan Tata Ruang (skala 1:250.000; skala 1 : 50.000 dan skala 1 : 25.000),
Rencana Tata Ruang Kawasan, Rencana Rinci Tata Ruang, Rencana Detail Tata Ruang (skala 1
: 5.000) maupun Peraturan Zonasi (skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.500).

Aspek Fungsi
Penilaian terhadap aspek fungsi ini didasarkan pada dokumen perencanaan yang ada. Baik
itu RPJP Nasional, RPJM Nasional, Renstra Kementerian, RPJP dan RPJM Daerah maupun
Renstra Instansi yang ada. Cakupan fungsi ini lebih dititikberatkan pada manfaat dan
kegunaan infrastruktur itu dibangun, alasan yang mendasarinya dan rencana pembangunan
itu didalam dokumen perencanaan.

Aspek Dimensi
Ukuran dimensi atau luasan dibagi berdasarkan pada Peraturan Menteri LH no. 11 Tahun
2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 10/PRT/M/2008
tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang wajib dilengkapi
dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UPL). Pemahaman terhadap dimensi berdasarkan ketentuan lingkungan ini masih
sangat kurang, karena masih banyak instansi/satuan kerja yang tidak memahami apakah
luasan pekerjaan yang dikerjakan harus didukung oleh dokumen AMDAL ataupun hanya
cukup dengan dokumen UKL/UPL.

Aspek Waktu
Nilai waktu menghubungkan antara proses perencanaan, termasuk didalamnya keberadaan
dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL), dengan pelaksanaan konstruksi. Pembuatan
dan penilaian dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL) harus seiring dengan
pelaksanaan perencanaan, baik yang saat masih berujud Masteplan ataupun DED. Terlalu
lama jarak antara keberadaan dari dokumen perencanaan dan lingkungan dengan
pelaksanaan konstruksi akan menyebabkan dokumen perencanaan dan lingkungan tersebut
sudah tidak aplikatif lagi.

Aspek Kewenangan
Aspek kewenangan yang ditinjau disini adalah kewenangan didasarkan pada tupoksi yang
ada, apakah kegiatan pembangunan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
atau pemerintah daerah. PP no 38 tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan
Daerah merupakan acuan yang digunakan termasuk didalamnya Peraturan Perundangan
Bidang PU yang mengatur tentang pembagian kewenangan.
Dengan didasarkan pada hasil survei, diperoleh analisis pembangunan infrastruktur
didasarkan pada lima aspek yang ada. Rincian analisis dari ke-lima aspek diatas terhadap
Klasifikasi Pembangunan Infrastruktur Bidang PU dapat dijabarkan sebagai berikut :

Bab IV | 2
Tabel 4.1. Tinjauan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang PU di Daerah menurut Lokasi, Fungsi, Dimensi, Waktu dan Kewenangan

No.

Kegiatan Pembangunan

DITINJAU DARI
Aspek Lokasi

Aspek Fungsi

Aspek Dimensi

Aspek Waktu

Aspek Kewenangan

sesuai dengan
tata ruang

sesuai dengan
dokumen
perencanaan

sering tidak sesuai
dengan dimensi
lingkungan

sering terjadi pelaksanaan
pembangunan tidak sesuai
dgn target waktu, sehingga
antara keberadaan DED /
AMDAL / UKL-UPL dengan
pelaksanaan konstruksi
sering beda

sesuai dengan
kewenangan
penanganan antara
pemerintah pusat,
provinsi maupun
kabupaten/kota

1.

Pembangunan jalan dan
jembatan, termasuk
pembangunan jalan tol

2.

Normalisasi sungai, tmsk Sudetan
dan Pembuatan Kanal Banjir

sesuai

sesuai

sering tidak sesuai

sering tidak sesuai

sesuai kewenangan

3.

Pembangunan waduk/bendungan

sesuai

sesuai

sesuai

sering tidak sesuai

sesuai kewenangan

4.

Reklamasi Pantai, baik untuk
perikanan maupun penyediaan
lahan pembangunan

sesuai

sesuai

sesuai

sering tidak sesuai

sesuai kewenangan

5.

Pengelolaan Limbah dan Sampah

sesuai

sesuai

sesuai

sering tidak sesuai

sesuai kewenangan

6.

Penggunaan Ruang untuk
pembangunan infrastruktur,
pemukiman, perkantoran dan
tempat usaha

sering tidak
sesuai dg tata
ruang

sering tidak sesuai
dengan
RPJM/RPJP/RENSTRA

sering tidak sesuai
dengan dimensi
lingkungan

pemanfaatan ruang yang
bersifat pembangunan
untuk pribadi / individu
sering tidak menggunakan
target waktu

pemanfaatan lahan
untuk pribadi/individu
tidak menggunakan
kewenangan

Sumber : data olahan

Bab IV | 3
4.2. ANALISIS SWOT
Setelah tahapan analisis awal dengan melakukan kajian terhadap aspek lokasi, fungsi, dimensi dan
kewenangan dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang PU, serta didasari pada akibat dari
dinamika pembangunan yang memicu terjadinya perubahan kualitas lingkungan baik internal
maupun eksternal, maka tahapan analisis berikutnya adalah dengan melakukan identifikasi dan
evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan infrastruktur bidang PU. Tahapan analisis ini untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan program/kebijakan yang telah dijalankan. Dalam
tahapan ini kebijakan/program/kegiatan pembangunan infrastruktur tersebut diurai dan dijabarkan
indikator-indikator yang ada dan kemungkinan akan ada. Segala instrumen ini dikaji dengan
mendasarkan pada logika memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)3.
Untuk memudahkan analisis SWOT, maka dapat dilakukan pembobotan untuk jabaran indikator
pada masing-masing komponen SWOT. Pembobotan dilakukan agar dapat diketahui besaran masingmasing komponen SWOT. Dalam kajian pengelolaan infrastruktur, analisis SWOT digunakan dengan
pertimbangan persoalan infrastruktur adalah persoalan yang sangat kompleks dan multi dimensi.4
Dalam analisis ini, pembuatan skor atau pembobotan untuk masing-masing jabaran indikator dalam
komponen SWOT adalah +5 (sangat baik), 0 (netral) dan -5 (sangat buruk)5. Selanjutnya besaran
angka tersebut disesuaikan dengan nilai pembobotan yang diperoleh dari hasil kajian dan analisis
data primer yang diperoleh melalui kegiatan FGD dengan responden di tiap daerah dan data
sekunder yang ada (referensi/literatur yang terkait), semakin tinggi manfaat, untuk komponen
kekuatan dan peluang, atau dampak, komponen kelemahan dan tantangan, maka akan semakin
tinggi skor yang diperoleh, semakin rendah maka akan semakin buruk bagi masyarakat. Selanjutnya
skor tersebut dijumlah dengan mengabaikan simbol negatif (-) dan dibandingkan, jika nilai tertinggi
ada pada komponen kekuatan dan peluang, maka keberadaan infrastruktur tersebut mempunyai
manfaat yang lebih besar dibandingkan pengaruh negatif yang ditimbulkannya, demikian juga
dengan sebaliknya.
Hasil analisis SWOT pada kasus pembangunan infrastruktur bidang PU di wilayah studi yang telah
diamati, dijabarkan berikut ini.
Tabel 4.2. Analisis SWOT Pembangunan Jalan dan Jembatan, termasuk Pembangunan Jalan Tol
Faktor SWOT “ Pembangunan Jalan dan Jembatan “
Aspek Internal
Kekuatan/Potensi
1.
2.
3.
4.
5.

Fungsi kelancaran aksesibilitas
Fungsi pengembangan kawasan
Fungsi peningkatan ekonomi masyarakat
Fungsi peningkatan nilai barang
Fungsi pencegah kemacetan

Score Kekuatan

Nilai
5
3
5
5
3

21

Kelemahan/Kendala
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kestabilan tebing/longsor
Daerah genangan air
Pencemaran Emisi Gas Buang
Tanaman di kiri kanan jalan
Pemanfaatan Rumaja/Rumija
Pemeliharaan yang tidak rutin
Kepedulian masyarakat kurang
Timbulnya permukiman

Score Kelemahan

Nilai
-3
-3
-5
-5
-5
-3
-3
-3

-30

3

Freddy Rangkuti, 2005, “Analisis SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis”
Kodoatie, 2005, “Pengantar Manajemen Infrastruktur”
5
Kodoatie, 2005, “Pengantar Manajemen Infrastruktur”
4

Bab IV | 4
Faktor SWOT “ Pembangunan Jalan dan Jembatan “
Aspek Eksternal
Peluang/Kesempatan

Nilai

1. Angkutan Penumpang/Barang
2. Pengelolaan parkir tepi jalan
3. Program Langit Biru

5
5
5

Score Peluang

Ancaman/Tantangan
1. Banjir
2. Jalan/Jembatan rusak

15

Score Tantangan

Nilai
-3
-3

-6

Score Akhir
36

36 (-36)

Pembangunan jalan dan jembatan, dari aspek internal yang ada, menunjukkan bahwa komponen
kelemahan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari komponen kekuatan. Hal itu menyatakan bahwa
dalam pembangunan jalan dan jembatan, untuk sisi pembangunan fisiknya mempunyai pengaruh
negatif yang lebih besar dibandingkan pengaruh positifnya. Pengaruh negatif ini dapat
dikurangi/diminimalisir dengan memperketat tata ruang pasca kontruksi dan menjalankan
rekomendasi yang dimunculkan dalam dokumen lingkungan, baik UKL/UPL maupun dokumen
AMDAL. Sedangkan untuk aspek eksternal memiliki nilai yang lebih besar untuk dampak positifnya
dibanding pengaruh negatif, menunjukkan bahwa secara tidak langsung pembangunan jalan dan
jembatan akan meningkatkan kegiatan-kegiatan yang tercantum didalam indikator.
Tabel 4.3. Analisis SWOT Normalisasi Sungai, termasuk Sudetan dan Pembuatan Kanal Banjir
Faktor SWOT “ Normalisasi Sungai “
Aspek Internal
Kekuatan/Potensi

Nilai

1.
2.
3.
4.

Fungsi Daerah Sempadan Sungai
Fungsi konservasi
Fungsi pemasok energi listrik mikro hidro
Fungsi penangkapan dan pengendapan sedimen

3
3
5
5

5.
6.
7.
8.
9.

Fungsi pencegah intrusi air laut
Fungsi pengendalian banjir
Fungsi transportasi
Potensi sungai sebagai bahan galian
Potensi sungai sbg sumber air minum

3
3
3
3
3

Score Kekuatan

Kelemahan/Kendala
1. Kestabilan tebing
2. Daerah genangan air
3. Pembuangan Limbah/Pencemaran
4. Berkurangnya kualitas air
5. Kecepatan aliran air
6. Tanaman di sempadan sungai
7. Pemanfaatan sempadan sungai
8. Pemeliharaan yang tidak rutin
9. Kepedulian masyarakat kurang
10. Permukiman

31

Nilai
-3
-3
-5
-3
-3
-3
-5
-5
-5
-5

Score Kelemahan

-40

Ancaman/Tantangan

Nilai

Aspek Eksternal
Peluang/Kesempatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Wisata sungai
Usaha tambak/perikanan
Pelabuhan sungai
Usaha nelayan
Prokasih
Pendidikan dan olah raga

Nilai
5
5
3
3
5
5

Score Peluang

26

1.
2.
3.
4.
5.

Erosi
Sedimentasi
Banjir
Perubahan DAS
Inkonsistensi program pemanfaatan
sungai

Score Tantangan

-3
-3
-5
-5
-5

-21

Score Akhir
57

61 (-61)

Bab IV | 5
Kegiatan Normalisasi Sungai sama dengan kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan, yakni aspek
internal memiliki kendala yang lebih besar dibanding potensi/kekuatan dari pelaksanaan kegiatan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dokumen lingkungan memegang peranan yang penting dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur ini. Keberadaan dokumen lingkungan akan meminimalisir
kendala-kendala yang mungkin timbul karena pelaksanaan pembangunan sehingga pengaruh
tersebut dapat diantisipasi. Selain itu ketatnya penataan tata ruang, terutama terhadap
pemanfaatan sempadan sungai, akan sangat mengaruhi terhadap kendala maupun
ancaman/tantangan yang mungkin akan timbul.
Tabel 4.4. Analisis SWOT Pembangunan Waduk / Bendungan
Faktor SWOT “ Pembangunan Waduk / Bendungan “
Aspek Internal
Kekuatan/Potensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nilai

Fungsi penampung air
Fungsi irigasi
Fungsi pemasok energi listrik
Fungsi penyediaan air baku
Fungsi pengendalian banjir
Kawasan sekitar danau/waduk
Potensi waduk sbg sumber air minum

Kelemahan/Kendala

5
5
5
5
5
3
5

Score Kekuatan

1. Pembuangan Limbah/Pencemaran
2. Pemeliharaan yang tidak rutin
3. Kepedulian masyarakat kurang

33

Nilai
-3
-5
-3

Score Kelemahan

-11

Ancaman/Tantangan

Nilai

Aspek Eksternal
Peluang/Kesempatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nilai

Wisata waduk
Usaha tambak
Perkantoran
Perdagangan dan jasa
Pendidikan dan olah raga
Industri
Industri non Polluted
Pertanian

5
5
3
5
5
3
3
5

Score Peluang

1. Proses ganti rugi lahan
2. Banjir

34

Score Tantangan

-5
-3

-8

Score Akhir
67

19 (-19)

Pembangunan waduk / bendungan mempunyai nilai positif yang lebih besar dibandingkan dengan
nilai negatif, baik dari aspek internal maupun aspek eksternal. Pembangunan waduk memberikan
potensi yang sangat baik disamping keberadaan dari waduk itu sendiri yang memberikan
peluang/kesempatan untuk dimanfaatkan dan memperoleh keuntungan tanpa merugikan
lingkungan. Komponen kelemahan dan ancaman akan dapat dihilangkan atau dikurangi seiring
dengan pelaksanaan rekomendasi dari dokumen lingkungan yang dibuat.
Tabel 4.5. Analisis SWOT Reklamasi Pantai untuk Perikanan maupun Penyediaan Lahan
Faktor SWOT “ Reklamasi Pantai “
Aspek Internal
Kekuatan/Potensi
1. Fungsi daerah reklamasi
2. Fungsi konservasi
3. Fungsi penangkapan/pengendapan

Nilai
5
5
5

Kelemahan/Kendala
1. Kestabilan tanah
2. Daerah genangan air
3. Pembuangan Limbah/Pencemaran

Nilai
-5
-5
-5

Bab IV | 6
Faktor SWOT “ Reklamasi Pantai “
4.
5.
6.
7.
8.

Fungsi pencegah intrusi air laut
Fungsi pengendalian banjir
Kawasan pantai berhutan bakau
Kawasan rawa
Sempadan pantai

Score Kekuatan

5
5
5
5
5

4.
5.
6.
7.

Kualitas air
Kecepatan aliran air
Pemeliharaan yang tidak rutin
Permukiman

40

-3
-3
-5
-5

Score Kelemahan

-31

Aspek Eksternal
Peluang/Kesempatan
1. Usaha tambak
2. Pelabuhan
3. Marina (wisata bahari)
4. Usaha nelayan
5. Reklamasi menambah lahan
6. Perkantoran
7. Perdagangan dan jasa
8. Pendidikan dan olah raga
9. Industri
10. Industri non Polluted
11. Pengembangan Permukiman

Score Peluang

Nilai
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Ancaman/Tantangan

Nilai

Erosi
Sedimentasi
Banjir
Perubahan DAS
Inkonsistensi program pemanfaatan

-5
-3
-5
-3
-5

Score Tantangan

1.
2.
3.
4.
5.

-21

55
Score Akhir

95

52 (-52)

Reklamasi pantai merupakan pembangunan infrastruktur PU yang bertujuan untuk menambah lahan
guna kepentingan pembangunan. Lahan yang terbatas dan kebutuhan akan pembangunan
infrastruktur menyebabkan pesisir pantai direklamasi. Atas dasar itu, maka komponen positif dari
aspek internal maupun eksternal mempunyai nilai yang lebih besar dari komponen negatinya
(kendala dan ancaman/tantangan). Pelaksanaan reklamasi pantai sangat berguna bagi penyediaan
kebutuhan lahan untuk pembangunan, yang perlu diperhatikan adalah tatanan KLHS (Kajian
Lingkungan Hidup Strategis) dan rekomendasi dari AMDAL ataupun UKL/UPL yang perlu
dilaksanakan untuk mengurangi pengaruh dari komponen negatif.
Tabel 4.6. Analisis SWOT Pengelolaan Limbah dan Sampah
Faktor SWOT “ Pengelolaan Limbah dan Sampah “
Aspek Internal
Kekuatan/Potensi
1.
2.
3.
4.
5.

Fungsi kesehatan masyarakat
Fungsi keindahan/estetika kota
Fungsi penangkapan
Fungsi pencegah pencemaran
Fungsi pengendalian sampah

Score Kekuatan

Nilai
5
5
5
5
5

Kelemahan/Kendala
1. Kestabilan tanah/gunungan sampah
2. Pembuangan Limbah/Pencemaran
3. Kualitas air

25

Nilai
-5
-1
-1

Score Kelemahan

-7

Ancaman/Tantangan

Nilai

Aspek Eksternal
Peluang/Kesempatan
1. Usaha daur ulang sampah
2. Usaha angkutan limbah rumah ke IPAL

Nilai
5
5

1. Kesehatan warga sekitar lokasi

-5

Bab IV | 7
Faktor SWOT “ Pengelolaan Limbah dan Sampah “
3.
4.
5.
6.
7.

Wisata Tehnologi Pengolahan Limbah
Pemanfaatan Energi Sampah
Pemanfaatan Energi Limbah
Industri
Industri non Polluted

Score Peluang

5
5
5
5
5

35

Score Tantangan

-5

Score Akhir
60

12 (-12)

Pengelolaan Limbah dan Sampah merupakan pembangunan infrastruktur PU yang bertujuan untuk
mengatasi pembuangan sampah dan limbah yang dihasilkan oleh masyarakat. Keberadaan
infrastruktur ini erat kaitannya dengan fungsi kesehatan, keindahan dan estetika kota. Sampah yang
menumpuk maupun limbah yang langsung dibuang ke sungai akan menimbulkan kerugian bagi
masyarakat, sehingga pengelolaan terhadap sampah dan limbah harus diperlukan. Hal yang harus
diperhatikan dalam pembangunan infrastruktur ini, baik sampah maupun limbah, adalah luasan
daerah/lokasi pembangunan yang harus jauh dari pemukiman warga. Kajian dampak yang
ditimbulkan terhadap pembangunan infrastruktur ini mutlak diperlukan.
Tabel 4.7. Analisis SWOT Penggunaan Ruang untuk Pembangunan Infrastruktur, Pemukiman,
Perkantoran dan Tempat Usaha
Faktor SWOT “ Penggunaan Ruang “
Aspek Internal
Kekuatan/Potensi
1. Fungsi konservasi

Nilai
3

Score Kekuatan

Kelemahan/Kendala
1. Kestabilan tebing
2. Daerah genangan air / Drainase
3. Pembuangan Limbah/Pencemaran
4. Kualitas air
5. Fungsi Daerah Sempadan Sungai
6. Pemanfaatan Daerah Milik Jalan
7. Pemanfaatan sempadan sungai
8. Pemel. infrastruktur yg tdk rutin
9. Kepedulian masyarakat kurang
10. Permukiman

3

Nilai
5
5
5
3
5
5
5
5
5
5

Score Kelemahan

48

Ancaman/Tantangan

Nilai

Aspek Eksternal
Peluang/Kesempatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perkantoran
Perdagangan dan jasa
Pendidikan dan olah raga
Industri
Industri non Polluted
Pengembangan Permukiman

Score Peluang

Nilai
3
3
3
3
3
3

18

1.
2.
3.
4.
5.

Erosi
Sedimentasi
Banjir
Perubahan DAS
Inkonsistensi program

Score Tantangan

5
5
5
5
5

25

Score Akhir
19

73

Dalam hal Penggunaan Ruang menunjukkan tingginya nilai komponen negatif, baik untuk komponen
kendala maupun komponen tantangan. Kegiatan penggunaan ruang sangat erat kaitannya dengan
Bab IV | 8
dokumen Tata Ruang yang sudah ditetapkan. Pelanggaran terhadap dokumen Tata Ruang yang
dilakukan untuk pemenuhan penggunaan ruang, menyebabkan semakin tingginya nilai dari
komponen negatif. Penggunaan ruang sangat terkait dengan proses perijinan yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah (provinsi dan/atau kabupaten/kota). Komitmen dari pemerintah daerah
terhadap dokumen tata ruang yang telah disyahkan akan sangat menentukan dampak atau
pengaruh yang muncul dari adanya kegiatan Penggunaan Ruang.

4.3. ANALISIS BALANCED SCORECARD
Dalam metode ini, evaluasi pencapaian visi dan strategi hendak didekati melalui 4 (empat)
perspektif, yaitu: (1) perspektif masyarakat; (2) perspektif anggaran; (3) perspektif proses aktivitas
internal organisasi; dan (4) perspektif inovasi dan pembelajaran, dengan meninjau pada 4 hal, yaitu:
tujuan, sasaran, target, dan inisiatif/kegiatan aksi. Tabel 4.8. mendeskripsikan beberapa aspek
penting yang perlu dicermati dalam rangka evaluasi pencapaian visi dan sasaran pembangunan
infrastruktur bidang PU dengan pendekatan metode balanced scorecard. Berdasar tabel tersebut,
langkah evaluasi terhadap pencapaian visi dan sasaran pembangunan bidang PU dapat ditelusuri,
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah dalam perencanaan
pembangunan bidang PU darat ke depan terutama yang menyangkut lingkungan.
Pada dasarnya pelaksanaan evaluasi atas program atau kegiatan dari suatu instansi pemerintah
adalah tugas dan tanggung jawab dari para aparatur publik (pejabat) yang telah diberi kewenangan
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kegiatan evaluasi sangat penting dilakukan, sama seperti fungsifungsi manajemen lainnya, misalnya: perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan, pemantauan
(monitoring) dan pengendalian. Dalam pelaksanaannya kegiatan evaluasi biasanya dilaksanakan
bersamaan dengan fungsi monitoring.
Alasan perlunya dilakukan proses pengukuran akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah:
a. untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pengelolaan aktivitas organisasi yang lebih baik,
b. untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja organisasi,
c. untuk memberikan informasi yang lebih memadai dalam menunjang proses pengambilan
keputusan,
d. meningkatkan pemanfaatan alokasi sumber daya yang tersedia,
e. mengarahkan pada sasaran dan memberikan informasi kinerja.
Diharapkan dengan alasan-alasan yang telah dijelaskan di atas, akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dari tahun ke tahun akan semakin lebih baik, karena selalu ada dasar yang dapat
digunakan untuk memperbaiki dan memperbandingkan.

Bab IV | 9
Tabel 4.8.

Aspek Penting dalam Evaluasi Pencapaian Visi dan Sasaran Pembangunan Bidang PU berdasar Empat Perspektif Utama

Visi:

Tujuan

Sasaran

Tersedianya infrastruktur
Pekerjaan Umum dan
Permukiman yang Andal untuk
mendukung Indonesia
Sejahtera 2025

1. Meningkatkan kualitas
perencanaan pembangunan
infrastruktur PU dan
Permukiman dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
2. Meningkatkan keandalan sistem
(jaringan) infrastruktur PU dan
Permukiman;
3. Meningkatkan kualitas
lingkungan permukiman;
4. Meningkatkan pembangunan
kawasan strategis, wilayah
tertinggal dan perbatasan dan
penanganan kawasan rawan
bencana;
5. Optimalisasi peran dan
akuntabilitas kinerja aparatur.

1.

1.

1.

Target

Aksi

Meningkatnya keterlibatan
masyarakat dalam setiap
penyusunan Rencana Tata Ruang;
Meningkatnya ketersediaan
air baku yang memadai (kuantitas,
kualitas dan kontiunitas);
Meningkatnya kualitas
pengendalian banjir secara
terpadu;
Meningkatnya efisiensi
sistem jaringan jalan di dalam
sistem transportasi;
Meningkatnya taraf hidup
masyarakat dan kualitas
lingkungan permukiman;

1.

Pencapaian target masih
berbasis fisik (output);
2.
Target pembangunan
diukur dari tingkat efisiensi
penggunaan dana
pembangunan.

Aksi/kegiatan
untuk
mencapai
sasaran
dilakukan
melalui
9
(sembilan) program utama, yaitu:
1.
Program Pengelolaan S.
Daya Air.
2.
Program
Penyelenggaraan Jalan.
3.
Program Pembinaan dan
Pengembangan Infrastruktur
Permukiman.
4.
Program
Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
5.
Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya.
6.
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana Aparatur.
7.
Program Peningkatan
Pengawasan dan Akuntabilitas
Aparatur
8.
Program Pembinaan
Konstruksi
9.
Program Penelitian dan
Pengembangan

Efektifitas pemanfaatan
pembangunan infrastruktur bidang
PU
2.
Ketersediaan layanan
maupun dukungan prasarana

1.

1.

2.

3.

4.

5.

Perspektif
1.

Masyarakat

Aksesibilitas yang tinggi
thdp penggunaan infrastruktur
bidang PU dan Pemukiman.
2.
Mobilitas yg tinggi dlm
pemanfaatan.

Rasio penambahan
jaringan dan ketersediaan air
baku.
2.
Rasio jaringan jalan.
3.
Rasio penambahan

Program prioritas
pembangunan infrastruktur
bidang PU.
2.
Koordinasi/SEB antar
sektor terkait.

Bab IV | 10
Visi:

Tujuan
3.

Tersedianya infrastruktur
Pekerjaan Umum dan
Permukiman yang Andal untuk
mendukung Indonesia
2.Sejahtera 2025
Finansial / Anggaran

Kebersihan dan
Kelestarian Lingkungan Sekitar
4.
Dampak yg seminimal
mungkin

Sasaran
3.

dalam kehidupan bermasyarakat.
Kesepakatan penanganan
antar sektor terkait

Target
4.

fasilitas permukiman.
Indeks aksesibilitas dan
indeks mobilitas.

Aksi
3.

Pengawalan dan
Pemantauan Pelaksanaan.
4.
Monitoring pasca
operasi.

1.

Efisiensi dan efektifitas
pengelolaan infrastruktur bidang
PU
2.
Menciptakan peluang
bisnis baru terutama dalam
pembukaan kawasan

1.
2.
3.

Masyarakat pengguna
Biaya Konstruksi
Biaya Operasonal pasca
Konstruksi (rehab/pemel)
4.
Biaya Monitoring dan
Evaluasi

1.
2.

Turunnya nilai subsidi
Tersedianya biaya
operasional/pembangunan
3.
Terdesianya biaya
perawatan dan rehabilitasi
4.
Tersedianya biaya
monitoring dan Evaluasi

1.

Ketersediaan prasarana
bidang PU yang menjangkau
seluruh wilayah dan penduduk.

1.

Tersedianya infrastruktur
yang berkualitas
2.
Biaya operasional dan
rehab/pemeliharaan menurun.
3.
Keselamatan kerja
meningkat (kejadian kecelakaan
dan tingkat fatalitas menurun)
4.
Meningkatnya kualitas
manajerial dalam
penyelenggaraan infrastruktur
bidang PU

1.

Efektifitas regulasi yang
diberlakukan.
2.
Kualitas infrastruktur
bidang PU yang disediakan.
3.
Dukungan terhadap
lingkungan

1.

1.

3.

Aktivitas Internal Organisasi

1.

Penyediaan prasarana
bidang PU secara memadai
2.
Peningkatan kualitas
prasarana bidang PU

1.

4.

Inovasi Dan Pembelajaran

1.

1.

Peningkatan kompetensi
SDM di bidang perencanaan dan
teknis
2.
Peningkatan kompetensi
SDM lingkungan

Kepatuhan terhadap
aturan/regulasi yang makin
meningkat.
2.
Kepatuhan terhadap
standar layanan minimal makin
terpenuhi.
3.
Green Construction

Alokasi dan pengelolaan
anggaran secara efektif dan
efisien
2.
Keterlibatan masyarakat
dalam pengawasan tata ruang
sehingga ikut memiliki
3.
Sharing dana antara
instansi, terutama pusat dan
daerah
Optimalisasi waktu
pelaksanaan konstruksi
2.
Penyediaan rencana kerja
dan rencana aksi yang terpola
3.
Standarisasi layanan
melalui kualitas konstruksi

Pelatihan/training
peningkatan kompetensi
2.
Pemahaman terhadap
dokumen lingkungan

Bab IV | 11
Bab IV | 12
BAB V
KERANGKA STRATEGI PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR PU DALAM UPAYA PENINGKATAN
KUALITAS LINGKUNGAN
5.1. PENATAAN RUANG YANG LEBIH BERKUALITAS
Konsep penataan ruang yang berwawasan lingkungan bertujuan untuk menciptakan ruang
yang berkualitas dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat maupun sektoral. Konsep
tersebut dapat diskemakan seperti pada Gambar 5.1.

Proenvironment

Gambar 5.1. Konsep Penatan Ruang Berwawasan Lingkungan
Penataan ruang berwawasan lingkungan perlu memperhatikan 2 (dua) dimensi penting,
yaitu: 1) skala kewilayahan, dan 2) skala komunitas. Skala kewilayahan berkaitan dengan
pemanfaatan ruang menurut daya dukung dan daya tampung. Mengingat bahwa,
perkembangan jumlah penduduk akan membawa konsekuensi terhadap peningkatan
kebutuhan akan sumber daya alam dan energi untuk menopang keberlanjutan kehidupan.
Untuk itu, penataan ruang perlu memperhatikan kapasitas daya dukung dan daya tampung
lahan, apakah ruang yang direncanakan mampu untuk mendukung keberlanjutan dari
kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain dalam jangka panjang. Kemampuan daya
dukung lahan akan direpresentasikan dari sumber-sumber daya alam yang akan
dimanfaatkan untuk menopang kehidupan makhluk hidup yang tinggal di atas lahan
tersebut.
Di samping itu, dari sisi dimensi ruang, apakah ruang yang direncanakan tersebut mampu
untuk memberikan ruang gerak/mobilitas manusia (termasuk barang dan jasa) yang hidup di
atas lahan tersebut selama beberapa tahun perencanaan. Hal ini penting untuk memastikan

Bab V | 1
bahwa seluruh aktivitas yang membutuhkan mobilitas yang akan berlangsung di atas lahan
tersebut dalam jangka waktu lama, dapat terakomodir.
Terkait dengan dimensi kedua, yaitu skala komunitas, penataan ruang perlu memperhatikan
karakteristik sosial-budaya masyarakat yang akan menempati lahan tersebut. Karakter
masyarakat dapat mempengaruhi perkembangan guna lahan yang di tempatinya. Misalnya,
masyarakat agraris akan membutuhkan ruang untuk aktivitas pertaniannya, sedangkan
masyarakat modern akan membutuhkan ruang untuk mendukung aktivitas yang lebih
bersifat pada industri dan jasa-jasa. Oleh karena itu, dalam penataan ruang perlu
memperhatikan sifat komunitas yang akan ditempatkan dalam lahan tersebut, yang secara
umum dapat dibedakan atas komunitas urban (perkotaan) dan komunitas rural (perdesaan).
Dengan memperhatikan dua dimensi penting di atas (skala kewilayahan dan skala
komunitas), penataan ruang diharapkan dapat mewujudkan tatanan kehidupan yang
seimbang dan harmonis, sehingga dengan demikian penataan ruang yang berwawasan
lingkungan diharapkan mampu mendukung terealisasinya goal pembangunan nasional, yaitu
pembangunan yang pro-poor, pro-growth, dan pro-environment.

5.2.

PENGUATAN KAPASITAS INSTANSI DI DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU

Strategi kedua adalah penguatan kapasitas instansi di daerah dalam penyelenggaraan
infrastruktur bidang PU. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap daerah di
Indonesia memiliki pemahaman/kompetensi yang memadai untuk mendukung terciptanya
pembangunan infrastruktur yang berorientasi pada peningkatan kualitas lingkungan.
Pemahaman atau kompetensi yang dibutuhkan tersebut sangat terkait dengan kualitas
sumber daya manusia sebagai aparat pemerintah yang memiliki tugas dan kewenangan
dalam menciptakan pembangunan infrastruktur PU yang berwawasan lingkungan. Oleh
karena itu penting kiranya memberikan pemahaman yang benar mengenai proses
pembangunan infrastruktur PU dari tahap perencanaan hingga operasional.
Dengan dasar kualitas SDM yang memadai dalam penyelenggaraan infrastruktur di bidang
PU untuk meningkatkan kualitas lingkungan, maka diharapkan seluruh stakeholders di
daerah memahami upaya-upaya untuk mewujudkan hal tersebut, antara lain adalah
pemahaman di dalam mengimplementasikan mekanisme insentif dan disinsentif dalam
penyelenggaraan infrastruktur. Mekanisme ini memiliki kaitan erat dengan proses
perencanan penataan ruang, sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No. 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang, dimana dijelaskan bahwa dalam rangka pelaksanaan pemanfaatan
ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, maka Pemerintah dan pemerintah
daerah dapat memberikan insentif dan/atau disinsentif.
Kebijakan insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan atau
kompensasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang,
misalnya berupa:
a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun
saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.

Bab V | 2
Sedangkan kebijakan disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang,
misalnya berupa:
a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
Dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur di bidang PU, maka kebijakan insentif
dan disinsentif sebagaimana dijelaskan di atas ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang
lebih berkualitas, atau memberikan kemanfaatan bagi masyarakat secara luas. Di samping
itu, kebijakan insentif dan disinsentif ini merupakan wujud konkret penegakan fungsi good
governance dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang PU yang berwawasan lingkungan.



Pendayagunaan aparat institusi pengelolaan infrastruktur
 bidang PU dan pengelolaan Lingkungan Hidup. infrastruktur
Pendayagunaan aparat institusi pengelolaan
bidang PU dan pengelolaan Lingkungan Hidup.

Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat

Gambar 5.2. Konsep Strategi Penguatan Kapasitas Daerah dalam Hal Pengawasan
Pembangunan Infrastruktur bidang PU yang Berwawasan Lingkungan
Masalah pokok yang seringkali menjadi kendala bagi pemerintah daerah, yaitu mekanisme
pengawasan dan pengendalian terhadap proses pembangunan di segala sektor. Masih
lemahnya pengawasan di daerah menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran dalam
peruntukkan ruang. Kasus-kasus berkembangnya pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan peruntukkannya, merupakan bukti dari lemahnya mekanisme pengawasan di
daerah, terutama dalam hal pemberian ijin pembangunan fisik infrastruktur. Untuk itu,
mekanisme pengawasan perlu diperketat dan ditingkatkan.
Di samping itu, dalam rangka proses penyelesaian/legalisasi perencanaan tata ruang wilayah
(RTRW) baik di setiap provinsi maupun kabupaten/kota dalam bentuk Peraturan Daerah
(Perda) yang direncanakan dapat diwujudkan pada tahun 2011, maka strategi yang kiranya
dapat dilakukan oleh Pemerintah adalah dukungan finansial untuk menuju ke proses
tersebut. Dukungan finansial tersebut dapat ditempuh melalui intervensi fiskal berupa Dana
Alokasi Khusus, mengingat hal ini dapat dipandang sebagai salah satu program Pemerintah
yang perlu mendapat prioritas. Dengan demikian, proses penyelesaian legalisasi Perda Tata
Ruang di tiap Wilayah Provinsi atau kabupaten/kota dapat terwujud.

Bab V | 3
Pelibatan masyarakat juga menjadi bagian penting dalam mekanisme pengawasan. Strategi
ini dapat menjadi salah satu strategi yang efektif untuk mendukung upaya mewujudkan
lingkungan yang berkualitas. Masyarakat perlu diberikan ruang atau saluran untuk
menyampaikan aspirasi dan inisiatifnya guna mendukung langkah-langkah pemerintah
dalam menciptakan lingkungan yang berkualitas.

5.3.

PENGUATAN KERJASAMA ANTARSEKTOR YANG TERKAIT

Kerjasama berbagai komponen/stakeholders pembangunan diperlukan untuk mewujudkan
sinergisme dalam implementasinya. Prinsip kerjasama yang dibangun adalah kerjasama yang
saling memberikan manfaat/keuntungan. Manfaat yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
terciptanya kualitas lingkungan hidup melalui pembangunan infrastruktur di bidang PU.
Untuk itu, kerjasama antara pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan infrastruktur
bidang PU (Kementerian PU) dan pengelolaan lingkungan hidup (Kementerian Lingkungan
Hidup), serta pemerintah daerah (Kementerian Dalam Negeri), diharapkan dapat
mendukung upaya untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur bidang PU di daerah yang
mampu menciptakan lingkungan hidup yang berkualitas.
Adapun tugas dari masing-masing stakeholders tersebut adalah:
a.

Kementerian Pekerjaan Umum memiliki tugas perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pekerjaan umum;

b.

Kementerian Lingkungan Hidup memiliki tugas merumuskan kebijakan dan koordinasi
di bidang lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan;

c.

Kementerian Dalam Negeri memiliki tugas menyelenggarakan sebagian tugas
pemerintahan di bidang urusan dalam negeri.
Kementerian
Lingkungan Hidup

Mewujudkan
pembangunan
infrastruktur PU untuk
meningkatkan kualitas
lingkungan.
Kementerian
Pekerjaan Umum

Kementerian
Dalam Negeri

Gambar 5.3. Konsep Kerjasama AntarStakeholders dalam Pembangunan
Infrastruktur PU yang Berwawasan Lingkungan
Bentuk kerjasama antarstakeholders tersebut bilamana perlu diperkuat melalui kesepakatan
bersama yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB). SKB ini hendaknya mampu
mendorong pemerintah daerah melalui instansi yang terkait dalam untuk
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur
bidang PU yang berwawasan lingkungan. Kebijakan penyelenggaraan infrastruktur bidang PU
di daerah harus memperhatikan: (1) konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan; (2)

Bab V | 4
karakteristik dan perkembangan wilayah/daerah; dan (3) kemampuan atau kapasitas daerah
untuk menjalankan kebijakan tersebut.

5.4.

PENGUATAN KAPASITAS PENDANAAN UNTUK MENDUKUNG UPAYA
PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN

Menurut UU no. 32 tahun 2009 dinyatakan secara tegas bahwa, evaluasi secara holistik
terhadap dampak yang diperkirakan akan terjadi, dimana hal tersebut telah dikaji dalam
dokumen AMDAL, belum dapat berjalan secara efektif. Kelemahannya adalah dalam hal
pengawasan. Di sisi lain, dokumen AMDAL mewajibkan adanya kegiatan rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atau yang disebut RKL dan RPL. Kegiatan ini
belum sepenuhnya dapat dijalankan mengingat keterbatasan sumber daya (SDM dan
finansial). Kasus-kasus yang terjadi di daerah mencerminkan masih minimnya dukungan
sumber daya yang dimiliki untuk dapat menjalankan kegiatan RKL dan RPL tersebut.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa di dalam UU 32 tahun 2009
dinyatakan bahwa setiap Pemegang izin lingkungan yang diwajibkan untuk memiliki AMDAL
maupun UKL/UPL, wajib menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan
hidup, bilamana pada suatu ketika terjadi adanya gangguan terhadap fungsi-fungsi
lingkungan, seperti pencemaran, polusi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, hal ini menjadi
cukup krusial bagi daerah-daerah yang tidak memiliki kapasitas dalam hal pendanaan untuk
menjamin upaya pemulihan fungsi lingkungan hidup bagi proyek-proyek pembangunan fisik
yang berskala besar yang jika tidak dilakukan pengawasan secara ketat akan menimbulkan
dampak negatif dan dapat mengganggu fungsi-fungsi lingkungan hidup.

Kementerian
PU

SKB/SEB untuk komitmen menjaga lingkungan
didalam pembangunan infratruktur melalui
penyediaan dokumen lingkungan

Kementerian
LH

pelaksanaan konstruksi berikut
dokumen AMDAL atau UKL/UPL
Pemerintah
Provinsi

1. Pembebasan tanah
(jika
diperlukan)
2. Kewajiban melaksanakan
RKL/PKL sesuai dengan
dengan kewenangan
3. Pelaksanaan konstruksi
pendukung sesuai
kesepakatan

1. Pembebasan tanah (jika
diperlukan)
2. Kewajiban melaksanakan
RKL/PKL sesuai dengan
dengan kewenangan

Pemerintah
Kabupaten/Kot
a

Pembangunan Infrastruktur
berwawasan lingkungan

Gambar 5.4. Alur Sharing Pendanaan untuk Pembangunan Infrastruktur PU yang
Berwawasan Lingkungan
Dalam kaitan ini, diperlukan mekanisme pendanaan yang jelas, yang dapat diakomodir oleh
seluruh pemerintah daerah di Indonesia guna menjamin pemulihan fungsi lingkungan hidup

Bab V | 5
manakala terjadi hal-hal diluar perencanaan dan tidak terakomodasi di dalam dokumen
AMDAL.
Selain itu, rekomendasi dari dokumen lingkungan terutama dokumen AMDAL yang
mewajibkan pelaporan rutin setiap 6 bulan untuk kegiatan RKL/RPL (rencana kelola
lingkungan dan rencana pantau lingkungan) membutuhkan dana yang rutin. Dari hasil survei,
diketahui bahwa untuk pembangunan infrastruktur PU yang dibiayai dan dikelola oleh
pemerintah, tidak pernah melakukan kewajiban pelaporan PKL/RPL dari kegiatan yang telah
dioperasikan kepada Badan Lingkungan Hidup Daerah. Hal ini menimbulkan pemikiran akan
perlunya alokasi dana khusus untuk kegiatan RKL/PKL. Sharing kegiatan tersebut dengan
pemerintah daerah, disamping porses pembebasan lahan perlu dipikirkan.
Keberadaan SEB/SKB tersebut dapat digunakan sebagai salah satu strategi di dalam
pengendalian penataan ruang, misalnya dengan dibentuknya Tim Kendali Tata Ruang,
dengan struktur keanggotaan berasal dari masing-masing kementerian teknis yang terkait.
Strategi tersebut diharapkan dapat memperkuat implementasi penataan ruang yang lebih
berkualitas. Disamping itu, dengan adanya Tim Kendali Tata Ruang di tiap daerah,
diharapkan dapat menjadi salah satu upaya bagi solusi penggunaan lahan yang tidak sesuai
atau melanggar peruntukkan ruang, yang dapat membawa dampak pada penurunan kualitas
ruang dan lingkungan.

Bab V | 6
BAB VI
REKOMENDASI
Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur bidang PU, terutama kegiatan yang
dilaksanakan oleh Direktorat Teknis (Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya dan
Penataan Ruang) perlu mendapatkan perhatian yang serius terkait dengan aspek lingkungan.
Perhatian terhadap lingkungan tersebut harus selalu ada didalam setiap proses kegiatan baik
perencanaan, pembangunan, operasional, monitoring dan evaluasi maupun pengendalian.
Berdasarkan pada hasil analisis dan rekomendasi kebijakan, maka di susun suatu strategi
implementasi terhadap upaya Pembangunan Infrastruktur Bidang PU yang berwawasan
lingkungan terutama yang tercermin dalam masing-masing tahapan kegiatan Direktorat
Teknis, sehingga hal tersebut dapat menjadi pegangan didalam penyusunan program dan
rencana kerja serta pelaksanaan kegiatan.
Rekomendasi yang diusulkan berikut ini (Tabel 6.1) merupakan langkah strategi
implementasi kebijakan pembangunan PU yang berwawasan lingkungan pada masingmasing Direktorat Teknis. Formulasi strategi yang diusulkan ini didasarkan atas empat bagian
pokok yang telah diusulkan seperti yang disajikan dalam Bab 5, dengan mempertimbangkan
kerangka atau horizon tahapan implementasi, yaitu: (1) perencanaan; (2) pembangunan; (3)
pengoperasian; (4) monitoring dan evaluasi; dan (5) pengendalian.

Bab VI | 1
Tabel 6.1. Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Sumber Daya Air
SUMBER DAYA AIR
No.

Strategi Kebijakan

Perencanaan

Pembangunan

Pengoperasian

Monitoring
dan Evaluasi

√
√
√
√
√
√

√
√

√
√

√
√

√
√
√

√

√
√

Pengendalian

1. Penataan Ruang yang lebih Diperketat
-

Acuan Dokumen KLHS
Acuan Dokumen Tata Ruang
Kejelasan status kepemilikan lahan
Persetujuan Menteri Kehutanan untuk Hutan Lindung
Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan
Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan
Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat
pembangunan infrastruktur tersebut
Perhitungan luas area yang terkena dampak yang
ditimbulkan selama masa konstruksi
Pelaporan rutin pelanggaran daerah sempadan sungai
Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU
Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait

√
√

√
√
√

√
√

- Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang
- Pelatihan/training peningkatan kompetensi
- Pemahaman terhadap dokumen lingkungan

√

√
√

√
√
√

√
√
√
√

√
√
√
√

√
√
√
√

√

√
√

√
√

√

√
√
√
√

√
√
√
√
√

2. Penguatan Kapasitas Instansi di Daerah
-

Acuan Dokumen KLHS
Acuan Dokumen Tata Ruang
Acuan Dokumen Perencanaan (RPJP, RPJM, RENSTRA)
Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan
Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan

√
√
√
√

Bab V | 2
SUMBER DAYA AIR
No.

Strategi Kebijakan
- Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat
pembangunan infrastruktur tersebut
- Perhitungan luas area yang terkena dampak yang
ditimbulkan selama masa konstruksi
- Pelaporan rutin pelanggaran daerah sempadan sungai
- Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU
- Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait
- Pengawalan dan Pemantauan Pelaksanaan.
- Monitoring pasca operasi.
- Alokasi / pengelolaan anggaran secara efektif dan efisien

- Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang
- Sharing dana antara instansi, terutama pusat dan daerah
- Optimalisasi waktu pelaksanaan konstruksi
- Penyediaan rencana kerja dan rencana aksi yang terpola

- Standarisasi layanan melalui kualitas konstruksi
- Pelatihan/training peningkatan kompetensi
- Pemahaman terhadap dokumen lingkungan

Perencanaan

Pembangunan

Pengoperasian

Monitoring
dan Evaluasi

√
√

Pengendalian
√

√
√

√
√
√
√
√
√

√
√

√
√

√
√
√
√
√
√
√
√

√
√
√

√
√
√
√
√
√

√
√
√
√

√
√

√

√
√

√
√

√
√

√
√

√

√
√

√

√
√

√

√

√

√
√

√
√

√
√
√
√
√
√
√
√

3. Penguatan Kerjasama Antar Sektor
-

Acuan Dokumen KLHS
Acuan Dokumen Tata Ruang
Kejelasan status kepemilikan lahan
River Restoration
Persetujuan Menteri Kehutanan untuk Hutan Lindung
Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan
Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan

√
√
√
√
√
√

√

Bab V | 3
SUMBER DAYA AIR
No.

Strategi Kebijakan
- Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat
pembangunan infrastruktur tersebut
- Perhitungan luas area yang terkena dampak yang
ditimbulkan selama masa konstruksi
- Pelaporan rutin pelanggaran daerah sempadan sungai
- Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU
- Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait
- Pengawalan dan Pemantauan Pelaksanaan.

Perencanaan

Pembangunan

Pengoperasian

Monitoring
dan Evaluasi

Pengendalian

√

√

√

√

√

√

√
√

√

√
√

√
√

√
√
√
√

√
√

- Monitoring pasca operasi.
- Alokasi / pengelolaan anggaran secara efektif dan efisien

√

- Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang
- Sharing dana antara instansi, terutama pusat dan daerah

√

-

√
√

Optimalisasi waktu pelaksanaan konstruksi
Penyediaan rencana kerja dan rencana aksi yang terpola
Pelatihan/training peningkatan kompetensi
Pemahaman terhadap dokumen lingkungan

√

√
√
√
√
√
√
√

√
√
√

√
√

√

√
√
√
√
√
√
√

√
√

√

√

√
√

4. Penguatan Kapasitas Pendanaan
- Sharing dana pembebasan lahan dgn pemerintah daerah
- Alokasi dana oleh pemerintah daerah utk laporan RKL/RPL
- Kejelasan status kepemilikan lahan
- Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan
- Perhitungan luas area yang terkena dampak yang
ditimbulkan selama masa konstruksi
- Pelaporan rutin pelanggaran daerah sempadan sungai
- Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU

√
√
√
√
√

√
√

√
√
√

√
√

Bab V | 4
SUMBER DAYA AIR
No.

Strategi Kebijakan
- Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait
- Monitoring pasca operasi.
- Sharing dana antara instansi, terutama pusat dan daerah
- Standarisasi layanan melalui kualitas konstruksi

Perencanaan

Pembangunan

Pengoperasian

√

√

√

√

√
√

√
√

Monitoring
dan Evaluasi
√
√
√
√

Pengendalian
√
√
√

Keterangan :
√ : harus ada/dilaksanakan

Bab V | 5
Tabel 5.2. Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Bina Marga
BINA MARGA
No.

Strategi Kebijakan

Perencanaan

Pembangunan

Pengoperasian

Monitoring
dan Evaluasi

Pengendalian

√
√
√
√
√
√

√
√

√
√

√
√

√
√

√

√
√

1. Penataan Ruang yang lebih Diperketat
-

Acuan Dokumen KLHS
Acuan Dokumen Tata Ruang
Kejelasan status kepemilikan lahan
Persetujuan Menteri Kehutanan untuk Hutan Lindung
Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan
Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan
Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat
pembangunan infrastruktur tersebut
Perhitungan luas area yang terkena dampak yang
ditimbulkan selama masa konstruksi
Pelaporan rutin pelanggaran ruang milik jalan
Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU
Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait

√
√

√
√
√

√
√

- Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang
- Pelatihan/training peningkatan kompetensi
- Pemahaman terhadap dokumen lingkungan

√

√
√

√
√
√

√

√

√
√
√
√

√

√

√
√
√
√

√
√
√
√

√
√
√
√

√
√
√
√
√

√
√

√
√

2. Penguatan Kapasitas Instansi di Daerah
-

Acuan Dokumen KLHS
Acuan Dokumen Tata Ruang
Acuan Dokumen Perencanaan (RPJP, RPJM, RENSTRA)
Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan
Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan

√
√
√
√

Bab V | 6
BINA MARGA
No.

Strategi Kebijakan
- Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat
pembangunan infrastruktur tersebut
- Perhitungan luas area yang terkena dampak yang
ditimbulkan selama masa konstruksi
- Pelaporan rutin pelanggaran ruang milik jalan
- Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU
- Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait
- Pengawalan dan Pemantauan Pelaksanaan.
- Monitoring pasca operasi.
- Alokasi / pengelolaan anggaran secara efektif dan efisien

- Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang
- Sharing dana antara instansi, terutama pusat dan daerah
- Optimalisasi waktu pelaksanaan konstruksi
- Penyediaan rencana kerja dan rencana aksi yang terpola

- Standarisasi layanan melalui kualitas konstruksi
- Pelatihan/training peningkatan kompetensi
- Pemahaman terhadap dokumen lingkungan

Perencanaan

Pembangunan

Pengoperasian

Monitoring
dan Evaluasi

√
√

Pengendalian
√

√
√

√
√

√
√
√
√
√
√

√

√
√

√
√

√
√

√
√
√
√
√
√
√
√

√
√
√

√
√
√
√
√
√

√
√
√
√

√
√

√

√
√

√
√

√
√

√
√

√

√
√

√
√

√
√
√
√
√
√
√
√

3. Penguatan Kerjasama Antar Sektor
-

Acuan Dokumen KLHS
Acuan Dokumen Tata Ruang
Kejelasan status kepemilikan lahan
Persetujuan Menteri Kehutanan untuk Hutan Lindung
Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan
Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan

√
√
√
√
√
√

√

Bab V | 7
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalPembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalSri Wahyuni
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah Hafida Siti
 
Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganLatifah Tio
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurKamen Ride
 
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Dadang Solihin
 
TELAAHAN STAF UNTUK SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN ASN
TELAAHAN STAF UNTUK SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN ASNTELAAHAN STAF UNTUK SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN ASN
TELAAHAN STAF UNTUK SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN ASNNOPIAN ANDUSTI, S.E.,M.T
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayainfosanitasi
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikNur Hilaliyah
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanArdita Putri Usandy
 
LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DAN APARTEMEN HADININGRAT...
LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DAN APARTEMEN HADININGRAT...LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DAN APARTEMEN HADININGRAT...
LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DAN APARTEMEN HADININGRAT...intan mustika
 
Teknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikTeknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikRandy Wrihatnolo
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekDirman Hasan
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...Muh Saleh
 
Perumahan Permukiman
Perumahan PermukimanPerumahan Permukiman
Perumahan PermukimanLeks&Co
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGDadang Solihin
 
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...Sugeng Budiharsono
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALWahyu Yuns
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Dadang Solihin
 

Mais procurados (20)

Pembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi LokalPembangunan Ekonomi Lokal
Pembangunan Ekonomi Lokal
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
Bab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancanganBab iv rancang kota konsep perancangan
Bab iv rancang kota konsep perancangan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
 
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Politik Berorientasi pada Kepenting...
 
TELAAHAN STAF UNTUK SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN ASN
TELAAHAN STAF UNTUK SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN ASNTELAAHAN STAF UNTUK SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN ASN
TELAAHAN STAF UNTUK SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN ASN
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja Praktik
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
 
LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DAN APARTEMEN HADININGRAT...
LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DAN APARTEMEN HADININGRAT...LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DAN APARTEMEN HADININGRAT...
LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DAN APARTEMEN HADININGRAT...
 
Teknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikTeknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model Logik
 
Studi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyekStudi kelayakan proyek
Studi kelayakan proyek
 
Green Economy Indonesia
Green Economy Indonesia Green Economy Indonesia
Green Economy Indonesia
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 
Perumahan Permukiman
Perumahan PermukimanPerumahan Permukiman
Perumahan Permukiman
 
PERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANGPERENCANAAN TATA RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
 
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing  daerah di era revol...
Pengembangan ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing daerah di era revol...
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 

Semelhante a Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)

Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...infosanitasi
 
Amdal pembangunan-permukiman
Amdal pembangunan-permukimanAmdal pembangunan-permukiman
Amdal pembangunan-permukimanKurniawan Yusril
 
Makalah k3 bidang konstruksi ipan juanda
Makalah k3 bidang konstruksi   ipan juandaMakalah k3 bidang konstruksi   ipan juanda
Makalah k3 bidang konstruksi ipan juandaJuanda Ipan
 
Permen pu no. 6 th.2007 tt pedoman rtbl
Permen pu  no. 6 th.2007 tt pedoman rtblPermen pu  no. 6 th.2007 tt pedoman rtbl
Permen pu no. 6 th.2007 tt pedoman rtblDeki Zulkarnain
 
pembinaan & penyelenggaraan jasa konstruksi (26 mei14)
pembinaan & penyelenggaraan jasa konstruksi (26 mei14)pembinaan & penyelenggaraan jasa konstruksi (26 mei14)
pembinaan & penyelenggaraan jasa konstruksi (26 mei14)Surana Ir, MSc, PU-SDA
 
Rencana Strategis (Renstra) FITB 2021-2025
Rencana Strategis (Renstra) FITB 2021-2025Rencana Strategis (Renstra) FITB 2021-2025
Rencana Strategis (Renstra) FITB 2021-2025Dasapta Erwin Irawan
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...egyd welyn
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...egyd welyn
 
Permen PU No. 05/2013 tentang Pemetaan Bidang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Permen PU No. 05/2013 tentang Pemetaan Bidang Sosial Ekonomi dan LingkunganPermen PU No. 05/2013 tentang Pemetaan Bidang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Permen PU No. 05/2013 tentang Pemetaan Bidang Sosial Ekonomi dan Lingkunganinfosanitasi
 
Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1Nurul Angreliany
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanPedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanJoy Irman
 
Form lamp kak pelaksanaan fisik
Form lamp  kak pelaksanaan fisikForm lamp  kak pelaksanaan fisik
Form lamp kak pelaksanaan fisikAndrew Brucky
 
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Dadang Solihin
 
Proyek Tasi Mane Suai Covalima
Proyek Tasi Mane Suai CovalimaProyek Tasi Mane Suai Covalima
Proyek Tasi Mane Suai Covalimaaguiaximenes
 
Evaluasi Efektifitas, Relevansi dan Keberlanjutan Dampak Proyek Water and San...
Evaluasi Efektifitas, Relevansi dan Keberlanjutan Dampak Proyek Water and San...Evaluasi Efektifitas, Relevansi dan Keberlanjutan Dampak Proyek Water and San...
Evaluasi Efektifitas, Relevansi dan Keberlanjutan Dampak Proyek Water and San...Oswar Mungkasa
 
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2 (Dokumen)
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2 (Dokumen)Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2 (Dokumen)
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2 (Dokumen)Bagus ardian
 
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Oswar Mungkasa
 

Semelhante a Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL) (20)

Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
 
Amdal pembangunan-permukiman
Amdal pembangunan-permukimanAmdal pembangunan-permukiman
Amdal pembangunan-permukiman
 
Makalah k3 bidang konstruksi ipan juanda
Makalah k3 bidang konstruksi   ipan juandaMakalah k3 bidang konstruksi   ipan juanda
Makalah k3 bidang konstruksi ipan juanda
 
Bab 2-metode-studi-
Bab 2-metode-studi-Bab 2-metode-studi-
Bab 2-metode-studi-
 
Permen pu no. 6 th.2007 tt pedoman rtbl
Permen pu  no. 6 th.2007 tt pedoman rtblPermen pu  no. 6 th.2007 tt pedoman rtbl
Permen pu no. 6 th.2007 tt pedoman rtbl
 
pembinaan & penyelenggaraan jasa konstruksi (26 mei14)
pembinaan & penyelenggaraan jasa konstruksi (26 mei14)pembinaan & penyelenggaraan jasa konstruksi (26 mei14)
pembinaan & penyelenggaraan jasa konstruksi (26 mei14)
 
Rencana Strategis (Renstra) FITB 2021-2025
Rencana Strategis (Renstra) FITB 2021-2025Rencana Strategis (Renstra) FITB 2021-2025
Rencana Strategis (Renstra) FITB 2021-2025
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
 
Permen PU No. 05/2013 tentang Pemetaan Bidang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Permen PU No. 05/2013 tentang Pemetaan Bidang Sosial Ekonomi dan LingkunganPermen PU No. 05/2013 tentang Pemetaan Bidang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Permen PU No. 05/2013 tentang Pemetaan Bidang Sosial Ekonomi dan Lingkungan
 
Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1Pranata Pembangunan Pertemuan 1
Pranata Pembangunan Pertemuan 1
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi PermukimanPedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
Pedoman Praktis Tahap Implementasi/Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Form lamp kak pelaksanaan fisik
Form lamp  kak pelaksanaan fisikForm lamp  kak pelaksanaan fisik
Form lamp kak pelaksanaan fisik
 
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
Agenda dalam Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Proyek Tasi Mane Suai Covalima
Proyek Tasi Mane Suai CovalimaProyek Tasi Mane Suai Covalima
Proyek Tasi Mane Suai Covalima
 
Evaluasi Efektifitas, Relevansi dan Keberlanjutan Dampak Proyek Water and San...
Evaluasi Efektifitas, Relevansi dan Keberlanjutan Dampak Proyek Water and San...Evaluasi Efektifitas, Relevansi dan Keberlanjutan Dampak Proyek Water and San...
Evaluasi Efektifitas, Relevansi dan Keberlanjutan Dampak Proyek Water and San...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2 (Dokumen)
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2 (Dokumen)Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2 (Dokumen)
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2 (Dokumen)
 
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
 

Último

Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 

Último (20)

Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 

Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)

  • 1. REPUBLIK INDONESIA g KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT KAJIAN STRATEGIS (PUSTRA) Jalan Pattimura Nomor 20 - Kebayoran Baru - Jakarta 12110 - Telepon (021) 72788007 Facsimile (021) 72797320 KAJIAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN LAPORAN RINGKAS
  • 2. KATA PENGANTAR LAPORAN RINGKAS ini disusun sebagai bagian dari seluruh rangkaian output pekerjaan yang menjadi kewajiban Konsultan kepada Pemberi Tugas dalam pekerjaan ” KAJIAN PENYELENGGARAAN INFARSTRUKTUR BIDANG PU DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN” pada Kementerian Pekerjaan Umum. Laporan Ringkas ini pada dasarnya merupakan intisari dari hasil pekerjaan di atas, yang secara ringkas memuat hal-hal pokok berikut:  Latar belakang studi dan pengembangan metodologi studi  Tinjauan Regulasi dan Literatur Terkait  Identifikasi Dampak Pembangunan Infrastruktur  Hasil Analisis  Kerangka Strategi Pembangunan Infrastruktur PU dalam Upaya Peningkatan Kualitas Lingkungan  Rekomendasi Akhirnya kami (PT. Marga Graha Penta) mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, khususnya Pusat Kajian Strategis, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pekerjaan Umum, yang telah memberikan kepercayaan kepada Konsultan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Kami berharap hasil laporan ini dapat menjadi bahan masukan bagi penyusunan kebijakan dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum di masa-masa mendatang. Jakarta, November 2010 Team Leader i
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAN GAMBAR BAB I 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. i ii iii PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MAKSUD DAN TUJUAN STUDI LOKASI KEGIATAN PENGEMBANGAN METODOLOGI STUDI BAB II TINJAUAN REGULASI DAN LITERATUR TERKAIT 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PEKERJAAN UMUM PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN 2.5. MASALAH PERKOTAAN DAN LINGKUNGAN BAB III III-1 III-17 IV-1 IV-4 IV-9 KERANGKA STRATEGI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN 5.1.1. Penataan Ruang yang Lebih Berkualitas 5.1.2. Penguatan Kapasitas Instansi di Daerah 5.1.3. Penguatan Kerjasama Antar Sektor yang Terkait 5.1.4. Penguatan Kapasitas Pendanaan BAB VI II-4 II-5 HASIL ANALISIS 4.1. ANALISIS PERMASALAHAN 4.2. ANALISIS SWOT 4.3. ANALISIS BALANCED SCORECARD BAB V II-1 II-2 II-2 IDENTIFIKASI DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 3.1. DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 3.2. UPAYA PENGURANGAN DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BAB IV I-1 I-2 I-2 I-2 V-1 V-2 V-4 V-5 REKOMENDASI ii
  • 4. DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Tabel 6.1. Tabel 6.2. Tabel 6.3. Tabel 6.4. Pembangunan Infrastruktur di Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat Pembangunan Infrastruktur di Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara Pembangunan Infrastruktur di Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Infrastruktur di Kota Jakarta Tinjauan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang PU di Daerah Menurut Lokasi, Fungsi, Dimensi, Waktu dan Kewenangan Analisis SWOT Pembangunan Jalan dan Jembatan, termasuk Jalan Tol Analisis SWOT Normalisasi Sungai, termasuk Sudetan dan Pembuatan Kanal Banjir Analisis SWOT Pembangunan Waduk/Bendungan Analisis SWOT Reklamasi Pantai, untuk Perikanan maupun Penyediaan Lahan Analisis SWOT Pengelolaan Limbah dan Sampah Analisis SWOT Alih Fungsi Lahan untuk Pembangunan Infrastruktur, Permukiman, Perkantoran dan Tempat Usaha Aspek Penting dalam Evaluasi Pencapaian Visi dan Sasaran Pembangunan Bidang PU berdasar Empat Perspektif Utama Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Sumber Daya Air Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Bina Marga Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Cipta Karya Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Penataan Ruang III-2 III-6 III-8 III-11 III-13 IV-3 IV-5 IV-5 IV-6 IV-6 IV-7 IV-8 IV-10 VI-2 VI-6 VI-10 VI-13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Gambar 1.2. Diagram Fishbone Identifikasi Awal Penyebab Kerusakan Lingkungan Hidup Gambar 1.3. Kerangka Pikir Gambar 2.1. Hubungan Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang Gambar 2.2. Peran Infrastruktur PU dalam Pembangunan Gambar 2.3. Siklus SIDLaKOM dalam Konsep pro GreenI Gambar 2.4. Hubungan antara Siklus SIDLaKOM dengan Dokumen Lingkungan Gambar 3.1. Hubungan antara Lingkungan, Infrastruktur, Ekonomi dan Sistem Sosial Gambar 5.1. Konsep Penataan Ruang Berwawasan Lingkungan Gambar 5.2. Konsep Strategi Penguatan Kapasitas Daerah dalam Hal Pengawasan Pembangunan Infrastruktur bidang PU yang Berwawasan Lingkungan Gambar 5.3. Konsep Kerjasama Antar Stakeholders dalam Pembangunan Infrastruktur bidang PU yang Berwawasan Lingkungan Gambar 5.4. Alur Sharing Pendanaan untuk Pembangunan Infrastruktur PU yang Berwawasan Lingkungan I-3 I-4 I-5 II-1 II-3 II-4 II-5 III-1 V-1 V-3 V-4 V-5 iii
  • 5. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan adalah usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan atau perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembangunan bangsa (nation building) (SP Siagian, 1973). Dalam setiap aktivitas pembangunan akan selalu ada trade-off. Di satu sisi pembangunan mewujudkan pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain pembangunan bisa menurunkan kualitas lingkungan. Hal ini menjadi catatan permasalahan pembangunan dalam RPJMN 2004 – 2009. Kerusakan lingkungan yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pencemaran air dan tanah, bertambahnya konsentrasi gas rumah kaca (gas karbon dioksida, gas metan, dll), perubahan fungsi lahan, pengalihan DAS, dan sebagainya. Kerusakan tersebut tidak selalu menimbulkan dampak yang segera, namun akumulasinya bisa menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, seperti terjadinya bencana alam dan perubahan iklim (climate change). Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka kualitas lingkungan yang ada akan mengalami degradasi dan berdampak buruk bagi generasi selanjutnya. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dijalankan di Indonesia mengacu pada konsep pembangunan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kurang memperhatikan aspek lingkungan. Padahal pembangunan ekonomi sangat tergantung pada keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sebagai contoh dampak bencana banjir menyebabkan terhentinya aktivitas perekonomian yang menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Pertimbangan faktor lingkungan telah diatur sejak lama seperti dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 , dan UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta juga ditindaklanjuti dalam RPJMN II (2010-2014). Dalam RPJP 20052024 disebutkan bahwa salah satu misi pembangunan adalah mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari, dan pembangunan infrastruktur akan mengarah pada konsep peningkatan pelayanan bagi peningkatan kualitas lingkungan di masa depan. Infrastruktur Pekerjaan Umum (Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya) mempunyai peran strategis dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, memberi kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, serta bagi peningkatan kualitas lingkungan hidup. Infrastruktur seperti prasarana air bersih, sanitasi dan drainase akan meningkatkan kualitas lingkungan masyarakat. Demikian juga penyediaan permukiman yang layak huni serta prasarana pengendalian banjir dan prasarana jalan yang terpelihara baik akan meningkatkan kualitas lingkungan. Selain itu dalam proses pembangunan infrastruktur hendaknya memperhatikan atau tidak rusaknya lingkungan; misalnya pembangunan jalan yang mengubah fungsi lahan tanam/resapan air menjadi beton dan pembangunan waduk/bendungan yang mengubah alur sungai alami, tipe TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang open dumping dan dapat mencemari air tanah dan lingkungan sekitar. Hal ini mesti diupayakan penanganan dampaknya. Sementara itu, terkait dengan fenomena perubahan iklim, infrastruktur juga berperan dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim (climate change) terhadap lingkungan seperti banjir, kekeringan, longsor, dan lain-lain. Bab I | 1
  • 6. Penyelenggaraan infrastruktur Pekerjaan Umum berwawasan lingkungan telah tertuang dalam sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang No. 38/2004 tentang Jalan maupun Undang-Undang No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Bahkan didalam Undang-Undang Perumahan Permukiman yang dikeluarkan pada tahun 1992, telah diamanatkan pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup terkait dengan pembangunan dan penataan Perumahan Permukiman (Undang-Undang no. 4 Tahun 1992). Namun dalam pelaksanaannya, amanat tentang pengelolaan lingkungan maupun pengawasan lingkungan belum sepenuhnya diterapkan. Dari regulasi-regulasi tersebut, penyelenggaraan infrastruktur Pekerjaan Umum diharapkan harus lebih mempertimbangkan faktor lingkungan sehingga akan tetap menjaga kualitas lingkungan selain juga mengurangi dampak buruk yang terjadi, terutama terhadap pembangunan infrastruktur PU dalam skala menengah dan besar. Hal ini karena didalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur skala menengah dan besar, singgungan terhadap faktor lingkungan sangat rentan terjadi, sehingga diperlukan suatu dokumen pengelolaan lingkungan agar dapat menekan seminimal mungkin dampak besar dan negatif yang timbul karena pembangunan infrastruktur. Didasari oleh latar belakang itu, maka diperlukan suatu kajian tentang upaya-upaya yang didukung dengan kebijakan yang mampu menyelaraskan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dengan kebijakan lingkungan serta dapat dilaksanakan oleh seluruh komponen pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum. 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN STUDI Maksud dari kegiatan ini adalah meningkatkan kontribusi pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum bagi peningkatan kualitas lingkungan yang merupakan salah 1 (satu) dari 3 (tiga) strategic goal pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum (meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan kualitas lingkungan). Tujuan kegiatan ini adalah melakukan kajian kebijakan penyelenggaraan infrastruktur Pekerjaan Umum dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan. 1.3. LOKASI KEGIATAN Lokasi pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1) Jakarta; 2) Surabaya; 3) Bandung; 4) Medan, dan 5) Semarang. Pemilihan kota-kota lokasi kegiatan tersebut adalah berdasarkan beberapa pertimbangan: 1) kriteria kota; 2) tingginya aktivitas pembangunan, dan 3) tingkat kerusakan lingkungan. 1.4. PENGEMBANGAN METODOLOGI STUDI Pentahapan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pekerjaan studi ini pada dasarnya merupakan penjabaran operasional dari ruang lingkup kegiatan yang disusun secara kronologis, mulai dari tahap awal atau persiapan hingga tahap akhir. Pentahapan kegiatan dalam studi meliputi tahap: tahap persiapan, tahap input, tahap proses dan tahap output, yang secara diagramatis digambarkan dalam Gambar 1.1. Bab I | 2
  • 7. Tahap Persiapan Penetapan tujuan dan maksud kegiatan studi Identifikasi kebijakan/regulasi PU yang terkait dg peningkatan kualitas lingkungan Studi Pustaka Tahap Input Identifikasi dan perumusan masalah yang dihadapi dalam pembangunan bidang PU berbasis lingkungan Survey data (instansional) FGD dg stakeholders di daerah Analisis penyelenggaraan infrastruktur bidang PU yang telah dilaksanakan Tahap Proses Formulasi kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur bidang PU berbasis wawasan lingkungan Diskusi dg stakeholder pusat di lingkungan PU Tahap Output Finalisasi akhir Gambar 1.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Batasan wilayah yang diamati dalam studi ini adalah lingkungan perkotaan. Hal ini didasari dengan adanya fakta yang selama ini berkembang, yaitu bahwa perubahan terhadap kondisi lingkungan lebih banyak terjadi di kawasan-kawasan perkotaan akibat perkembangan pembangunan infastruktur sebagai dampak dari adanya peningkatan kebutuhan masyarakat atau penduduk akan ketersediaan infrastruktur (bidang PU). Terjadinya perubahan/degradasi lingkungan lebih disebabkan oleh belum adanya penanganan (proses monitoring, evaluasi dan pengendalian) terhadap dampak pasca pembangunan fisik infrastruktur di kawasan-kawasan perkotaan. Secara rinci identifikasi masalah awal yang digunakan, terkait dengan pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum yang diperkirakan dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan hidup, tersaji dalam diagram fishbone (tulang ikan) dibawah ini (lihat Gambar 1.2). Bab I | 3 F E E D B A C K
  • 8. Proses Penyelenggaraan Sumber Daya Manusia Perencanaan infrastruktur yg tidak memperhatikan prinsip-prinsip pelestarian fungsi lingkungan Pandangan / kepentingan yang berbeda dalam pembangunan infrastruktur Pemahaman yg terbatas ttg konsep pembangunan berwawasan lingkungan Law enforcement terhadap pelanggaran lingkungan selama pelaksanaan pembangunan Pengawasan yang lemah terhadap pengoperasian hasil-hasil pembangunan infrastruktur Degradasi / kerusakan Lingkungan Hidup Kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak berpihak pada lingkungan Kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak berpegang pada konsep pembangunan berkelanjutan Kebijakan / Regulasi Gambar 1.2 Metode pelaksanaan yang cenderung mengeksplorasi lingkungan Pelaksanaan pembangunan infrastruktur yg tidak memperhatikan kearifan lokal Pilihan teknologi infrastruktur yang kurang ramah thdp lingkungan Metode dan Teknologi Diagram Fishbone (tulang ikan) Identifikasi Awal Penyebab Kerusakan Lingkungan Hidup Bab I | 4
  • 9. Kerangka pikir studi yang telah dikembangkan sebagai dasar atau landasan dalam analisis atau kajian dapat dicermati dalam gambar berikut. Gambar 1.3. Kerangka Pikir Konsep pendekatan yang digunakan dalam studi ini, adalah: 1. pendekatan pembangunan perkotaan yang berwawasan lingkungan; 2. pendekatan pembangunan infrastruktur bidang PU berbasis kinerja; 3. pendekatan pembangunan infrastruktur bidang PU yang menyeluruh dan terintegrasi Tahapan pelaksanaan studi ini diawali dengna kegiatan kajian literatur (desk study), kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data melalui survey dan wawancara (FGD) dengan stakeholders terkait di lokasi studi, serta kegiatan analisis dan formulasi rekomendasi strategi kebijakan. Bab II | 1
  • 10. BAB II TINJAUAN REGULASI DAN LITERATUR TERKAIT 2.1. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Konsep Pembangunan Berkelanjutan muncul pada Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (UN Conference on the Human Environment) pada tahun 1972 yang dikenal pula dengan nama The Stockholm Conference. Dan konsep ini selanjutnya didukung oleh Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (UN Conference on Environment and Development) di Rio de Janeiro pada tahun 1992 yang menyatukan para kepala negara dan pejabat pemerintah dari seluruh dunia bersama dengan utusan badanbadan PBB, Organisasi Internasional dan utusan lainnya dari berbagai organisasi non pemerintah. Konferensi yang dihadiri oleh 179 negara tersebut secara jelas menyatakan bahwa pembangunan nasional suatu negara tidak lagi bisa memisahkan antara pengelolaan lingkungan dengan pembangunan sosial ekonomi sebagai bidang-bidang yang terpisah. Pada tahun 1997 juga, Indonesia telah menyusun Agenda 21 – Indonesia yang merupakan strategi nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan. Tujuan dari Agenda 21- Indonesia adalah dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, maka integrasi pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan merupakan syarat yang harus dianut oleh semua sektor pembangunan terkait. Gambar 2.1. Hubungan Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang Kementerian PU selaku stakeholder menyadari bahwa pengembangan strategi dan program tidak bisa dilakukan berdasarkan skenario business as usual yang kerap menemui kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan secara simultan. Namun sebaliknya, Kementerian PU berkomitmen untuk menerapkan program-program pembangunan untuk menghindari terjadinya bencana yang terkait dengan perubahan iklim melalui program mitigasi dan adaptasi untuk masa depan Indonesia yang lebih sejahtera, aman, nyaman dan berkelanjutan. Bab II | 2
  • 11. 2.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Filosofi dasar dari UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diatas adalah : 4. Tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah mencapai pembangunan berkelanjutan; 5. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjamin harmoni antara manusia dengan lingkungan hidup, termasuk mahluk hidup didalamnya. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sesuai dengan nomenklatur undangundang tersebut adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakkan hukum. Perangkat pengelolaan lingkungan hidup, seperti yang termaktub dalam Undang-undang no. 32 Tahun 2009 antara lain: (a) Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); (b) Tata Ruang; (c) Baku Mutu Lingkungan; (d) Kriteria baku kerusakan Lingkungan Hidup; (e) Dokumen AMDAL, UKL-UPL dan izin lingkungan; (f) Perizinan dan Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup; (g) Peraturan Perundang-undangan berbasis Lingkungan Hidup; (h) Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup serta Analisis Resiko Lingkungan Hidup; (i) Audit Lingkungan Hidup dan Instrumen lain sesuai dg kebutuhan dan/atau perkembangan Ilmu Pengetahuan; dan (j) Surat pernyataan kesanggupan PPLH (ps. 35 UU no 32 Tahun 2009) 2.3. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PEKERJAAN UMUM Rumusan pembangunan ekonomi di Indonesia, secara prinsip memuat 3 (tiga) jalur strategi, yakni: peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas (pro growth) dengan cara mengutamakan ekspor dan investasi; peningkatan penciptaan lapangan kerja (pro job) dengan menggerakkan sektor riil dan pengentasan kemiskinan (pro poor) melalui revitalisasi sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi perdesaan. Aksesibilitas Penumpang/Barang PENINGKATAN PERTUMBUHAN EKONOMI Ketahanan Pangan Investasi dan Eksport Penanggulangan kemiskinan dan Peningkatan kesempatan kerja PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesenjangan wilayah, Dukungan terhadap kws perbatasan, terpencil dan terisolir Pembangunan berbasis Pemberdayaan Masyarakat Pro Poor Pro Growth Pro Job Pro Green KEMAKMURAN DAN KESEJAHTERAAN Green Construction PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN Pembangunan berbasis Penataan Ruang Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Gambar 2.2. Peran Infrastruktur PU dalam Pembangunan Bab II | 3
  • 12. Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010 – 2014, arah kebijakan umum pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan umum adalah: 1. Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan pembangunan berkelanjutan di kawasan strategis, tertinggal, perbatasan, daerah terisolir untuk mengurangi kesenjangan wilayah, daerah rawan bencana serta meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman dan cakupan pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan dan inklusif; 2. Pembangunan infrastruktur sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan keandalan sistem di kawasan pusat produksi dan ketahanan pangan guna mendukung daya saing dan mendorong industri konstruksi untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkualitas; 3. Pembinaan penyelenggaraan infrastruktur melalui optimasi peran pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mendukung otonomi daerah dan penerapan prinsip-prinsip perbaikan tata kelola pemerintahan serta mendukung reformasi birokrasi dan mewujudkan good governance. Salah satu peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum terkait dengan pengelolaan dan pengendalian lingkungan adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri ini merupakan tambahan dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum yang berwawasan lingkungan tersebut sepenuhnya harus didukung oleh pengembangan dan penelitian teknologi terapan yang berwawasan lingkungan, sehingga prinsip-prinsip dasar 3 R : Reduce (mengurangi); Reuse (penggunaan kembali) dan Recycling (mendaur ulang) dalam setiap pelaksanaan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman harus menjadi komitmen seluruh pelaku pembangunan bidang ke-PU-an. 2.4. PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU DAN PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN Dari Renstra Kementerian Pekerjaan Umum 2010 – 2014, kebijakan pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum sudah dilandasi keinginan untuk meningkatkan kualitas lingkungan (pro green) yang telah dikonsepsikan dalam design, konstruksi, operasional dan perawatan (SIDLaKOM). Setiap tahapan kegiatan pembangunan infrastruktur, sesuai dengan SIDLaKOM, harus selalu disertai dengan konsep pro green dalam rangka mendukung peningkatan kualitas lingkungan. Gambar 2.3. Siklus SIDLaKOM dalam konsep pro Green Bab II | 4
  • 13. Kegiatan SIDLaKOM harus melalui suatu proses perijinan lingkungan yang terinci, seperti diilustrasikan dalam Gambar 2.4. Rencana Pembangunan Infrastruktur  Survai  Investigasi  Design Tata Ruang Produk DED apakah sesuai dgn dokumen Tata Ruang..? ya dampak besar dan penting..? UKL/UP L ya tidak AMDAL Ijin Lingkungan IMB Ijin Usaha Konstruksi   RKL/RP L AUDIT LINGKUNGAN    Gambar 2.4. Hubungan antara Siklus SIDLaKOM dengan Dokumen Lingkungan tidak Konstruksi Maintenance 2.5. MASALAH PERKOTAAN DAN LINGKUNGAN Pertumbuhan penduduk yang pesat di wilayah-wilayah perkotaan, yang oleh karenanya tidak dikelola secara efektif telah menimbulkan dampak negatif, seperti: degradasi kualitas lingkungan perkotaan (pembusukan kota), polusi/pencemaran udara, kemacetan lalulintas, sampah perkotaan, hingga meningkatnya gas rumah kaca (GRK) yang berpotensi terhadap pemanasan global. Bab II | 5
  • 14. BAB III IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU 3.1. DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU PADA WILAYAH STUDI Dampak positif dari pembangunan infrastruktur antara lain adalah akan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pendapatan daerah tersebut. Kebutuhan akan pembangunan infrastruktur berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk/masyarakat suatu kota atau wilayah, sehingga semakin bertambahnya penduduk pada kota/wilayah tersebut maka kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur juga akan meningkat. Infrastruktur merupakan pendukung utama dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Suatu infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat1. Social System Economic System Physical Infrastructure Natural Environment Sumber : Grigg, 1998 Gambar 3.1. Hubungan antara Lingkungan, Infrastruktur, Ekonomi dan Sistem Sosial Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, selain mempunyai dampak positif, ternyata pembangunan infrastruktur juga mempunyai dampak negatif. Pembangunan infrastruktur juga berdampak negatif bagi kelestarian alam, diantaranya dengan berkurangnya sumberdaya alam akibat eksploitasi berlebihan, pencemaran udara akibat polusi industri dan pembangunan infrastruktur perekonomian yang identik dengan perusakan alam. Sehingga hal tersebut menimbulkan suatu pernyataan bahwa pembangunan infrastruktur selalu identik dengan perusakan alam. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang dilakukan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang semata-mata ditujukan untuk memperoleh keuntungan tanpa memperhatikan keberlangsungan alam dan lingkungan, akan membawa dampak negatif tidak hanya bagi alam tetapi juga bagi masyarakat. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah berkurangnya sumberdaya alam, pencemaran udara akibat polusi industri dan pembangunan infrastruktur yang identik dengan perusakan alam. Namun, hal tersebut dapat dicegah dengan menerapkan program pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan Dari hasil survei di 5 kota besar di Indonesia (Bandung, Medan, Semarang, Surabaya dan Jakarta) maka diperoleh hasil rincian dampak pembangunan infrastruktur sebagai berikut : 1 Grigg, dkk (2000) dalam Infrastructure Systems Management and Optimization Bab III | 1
  • 15. Tabel 3.1. Pembangunan Infrastruktur di Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Alternatif Solusi Pembangunan Jalan Tol Jakarta – Bandung Jalan Tol Jakarta – Bandung lebih dikenal dengan nama Tol CIPULARANG (Cikampek – Purwakarta – Padalarang). Jalan Tol ini sebenarnya merupakan Jalan Tol penghubung antara Tol Cikampek (Cikampek – Dalam Kota Jakarta) dengan Tol Padaleunyi (Padalarang - Dalam Kota Bandung - Cileunyi), dan memiliki panjang 58,5 km. Pembangunan Jalan Tol ini dilaksanakan dalam 2 tahap, yakni : 1. Tahap 1 : Cikampek-Sadang dan PadalarangCikamuning (17,50 km); 2. Tahap 2 : Sadang - Cikamuning (41,00 km). Keberadaan Tol ini dimaksudkan untuk mempercepat waktu tempuh antara Jakarta–Bandung. Karena dibangun dengan cara membelah pegunungan, maka alinyement jalan tol ini naik turun serta banyak terdapat jembatan panjang dan tinggi. 1. Waktu tempuh Jakarta-Bandung 1. Meningkatnya jumlah pemakaian kendaraan pribadi yang berakibat lebih cepat lebih cepat dengan pada menurunnya penggunaan sebelumnya dari 4 jam sekarang angkutan umum. menjadi 2 jam. 1. Memperketat pengawasan dan pengendalian bagi pembukaan kawasan di sepanjang jalan tol 2. Peningkatan perekonomian dengan banyaknya sentra industri kecil disekitar Tol. 2. Timbulnya banjir yang disebabkan berkurangnya daerah resapan air dan sistem drainase yang ada masih belum memadai. 2. Penanaman pohon di sepanjang kiri kanan jalan 3. Penyediaan infrastruktur akan menjadi seimbang untuk memfasilitasi kebutuhan penduduk terhadap jumlah penduduk disekitar yang terus meningkat tiap tahunnya. 3. Pembangunan jalan tol Cipularang memiliki dampak negatif bagi lahan perkebunan di daerah sekitarnya, terutama perkebunan teh. Produktivitas pucuk tanaman teh pada areal di sepanjang jalan tol Cipularang, Kab.Bandung Barat akan terganggu akibat adanya gangguan polusi kendaraan bermotor yang melintas. 4. Peningkatan devisa bagi Kota Bandung yang disebabkan karena semakin banyaknya pelaku perjalanan asal Kota Jakarta yang bertujuan perjalanan wisata ke Kota Bandung. 5. Pembangunan Tol Cipularang merupakan salah satu fasilitas utk mencapai keseimbangan dalam pengembangan suatu wilayah. Bab III | 2
  • 16. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Alternatif Solusi Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) no. 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara dan Peraturan Gubernur no. 21 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksana Peraturan Daerah (PERDA) no. 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara. Hal ini menunjukkan komitmen dari pemerintah daerah untuk menjaga lingkungan dari pembangunan perumahan yang semakin tidak terkendali di kawasan resapan air, Kawasan Bandung Utara. Jakarta sebagai ibukota negara pembangunannya perlu di dukung dari daerah-daerah sekitarnya dan sebaliknya, sehingga terjadilah sifat mutualisme antar wilayah. Pembangunan Perumahan di Kawasan Bandung Utara Kawasan Bandung Utara merupakan kawasan di sisi utara Cekungan Bandung yang menjadi daerah asupan utama air tanah dalam di Cekungan Bandung. Sejak tahun 1983, 1993 hingga 2002 telah terjadi perubahan tata guna lahan di Kawasan Bandung Utara. 1. Peningkatan nilai jual tanah di lokasi tersebut 1. Terciptanya kesenjangan sosial antara penghuni perumahan dengan penduduk sekitar. 2. Terciptanya lapangan kerja baru bagi penduduk sekitar (buruh cuci, buruh taman, tukang ojek, dll). 2. Berkurangnya lahan produktif untuk pertanian. Perubahan tsb dicirikan dgn berkurangnya area hutan dan lahan bervegetasi lainnya sebesar 54% dan meningkatnya area 2 terbangun sebesar 223% . Perubhn tata guna lahan menyebabkan tinggi permukaan air tanah dalam, terus merosot shg tidak lagi bisa diandalkan sebagai pasokan bagi air bersih kota Bandung. 3. Besarnya pemasukan kas negara/daerah dari pajak yang diberlakukan. 3. Banyak petani yang beralih profesi sebagai akibat berkurangnya lahan pertanian. 4. Berkurangnya daerah resapan air. Diperlukan suatu ketegasan terutama bagi aparat Pemerintah Daerah dalam implementasi PERDA tersebut 2 Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat, 2004 Bab III | 3
  • 17. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Alternatif Solusi 1. Kerugian bagi masyarakat sekitar TPA, terkait dengan bau dan kesehatan sebagai dampak dari adanya tumpukan sampah tersebut. 1. Perlu adanya perhatian dan bantuan baik sosial maupun kesehatan kepada masyarakat perkampungan di sekitar TPA. Selain itu perlu juga diperhitungan luasan dan jarak aman antara lokasi TPA dengan pemukiman warga terdekat. Daerah tangkapan (catchment area) polusi sampah menjadi sesuatu yang harus diperhatikan. Pembangunan TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat TPA Sarimukti terletak di Kabupaten Bandung Barat, merupakan Tempat Penampungan Akhir (TPA) untuk pembuangan sampah dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi. Volume sampah yang masuk ke TPA tersebut mencapai 1000 ton/hari ang berasal dari 4 (empat) daerah tersebut. Keberadaan TPA Sarimukti, yang mempunyai luas 25 ha, telah beroperasi sejak 2005 dan terus dibenahi sampai saat ini hingga tahun 2018, sambil menunggu selesainya pembangunan TPA Legok Nangka di daerah perbatasan Garut serta Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gede Bage. 1. Kebersihan Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat dan Kota Cimahi, karena sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di kota/kabupaten tersebut dapat ditampung dan diolah di lokasi TPA. 2. Kebersihan kota akan berimbas pada kesehatan masyarakat dan keindahan kota. 3. Timbunan sampah yang ada dapat dikelola menjadi kompos dan dimanfaatkan untuk pupuk. 4. Timbunan sampah yang ada dapat dimanfaatkan sebagai energi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). 2. Mengingat TPA tersebut digunakan oleh 4 wilayah administrasi, maka perlu dibentuk suatu badan pengelola untuk mengelola secara bersama-sama keberadaan dari TPA Sarimukti tersebut. 5. Masyarakat / pemulung dapat mengumpulkan sampah yang dapat di daur ulang (plastik, kaleng, botol plastik dan kardus) untuk kemudian menjualnya. Bab III | 4
  • 18. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Alternatif Solusi 1. Mencegah banjir di beberapa kawasan di Kota Bandung. 1. Rusaknya morfologi sungai dan keanekaragaman hayati karena adanya sudetan, pelurusan, penutupan alur. 1. Dilakukan river restoration untuk mengembalikan sungai ke kondisi semula tanpa membongkar talud. 2. Pengerukan merupakan usaha untuk mengurangi sedimentasi sehingga kapasitas tampung sungai menjadi besar. 2. Normalisasi dengan sistem talud (tanggul) beton/rigid menyebabkan berkurangnya kesempatan air sungai untuk meresap menjadi air tanah. 2. Mengganti konstruksi masiv dengan sistem bronjong, sehingga ada kesempatan bagi air sungai untuk meresap menjadi air tanah. 3. Normalisasi menyebabkan wilayah sempadan sungai yang seharusnya menjadi daerah resapan air sungai berubah fungsi menjadi perumahan / perkantoran sehingga air larian tidak dapat meresap ke sungai karena tanahnya diperkeras. 3. Pengawasan dan Pengendalian yang ketat terhadap pelanggaran pemanfaatan lahan di sempadan sungai. Normalisasi Sungai di DAS Citarum Ada enam anak sungai yang termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, yakni Cikapundung, Ciminyak, Cirasea, Cisangkuy, Citarik, dan Ciwidey. Sejak tahun 1980-an telah dilakukan kegiatan pengerukan atau penyudetan (normalisasi) sungai untuk mencegah terjadinya banjir, tetapi upaya tersebut tidak berhasil, bahkan frekuensinya semakin tinggi. Bab III | 5
  • 19. Tabel 3.2. Pembangunan Infrastruktur di Kota Medan dan Provinsi Sumatera Utara Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Alternatif Solusi Beberapa pembangunan jalan baru di Kota Medan antara lain : 1. Peningkatan nilai jual tanah di lokasi tersebut. 1. Meningkatnya kebisingan dan getaran bagi penduduk sekitar. 1. Pengawasan dan Pengendalian Ruang Milik Jalan (rumija). 1. Fly Over Pulo Brayan 2. Terciptanya lapangan kerja formal dan informal disepanjang jalan baru tersebut. 2. Meningkatnya polusi udara dari sumber bergerak. 2. Melakukan penanaman pohon yang berfungsi sebagai barrier bagi getaran maupun polusi. 1. Menciptakan lapangan kerja baru. 1. Berkurangnya RTH (Ruang Terbuka Hijau) di Kota Medan. 2. Menciptakan variasi tempat kuliner dan wisata belanja di Kota Medan. 2. Menurunnya estetika kota dan pelanggaran tata ruang kota. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah melakukan relokasi kepada pedagang yang sudah mendirikan bangunan permanen di Lapangan Merdeka dan mengembalikan lagi fungsi Lapangan Merdeka ke fungsinya semula. Pembangunan Jalan Baru di Kota Medan 2. Fly Over Amplas 3. Jalan Lingkar Luar Timur Pembangunan jalan baru maupun peningkatan jalan yang telah ada, dimaksudkan untuk mengoptimalkan kapasitas jalan yang ada sehingga dapat melancarkan arus lalulintas dan menghindari kemacetan. 3. Meningkatkan fasilitas umum. pembangunan Alih Fungsi Lapangan Merdeka menjadi Pusat Jajanan “Merdeka Walk” Lapangan Merdeka dahulu merupakan Ruang Terbuka Hijau dan Daerah Resapan Air di Kota Medan. Dengan adanya kebijakan untuk meningkatkan fungsi bisnis di kawasan tersebut, maka kawasan yang dahulu merupakan alun-alun kota berubah menjadi kawasan yang tertutup oleh bangunan-bangunan bisnis. 3. Menurunnya kapasitas resapan air di pusat kota. Bab III | 6
  • 20. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Alternatif Solusi 1. Mencegah banjir di beberapa kawasan di Kota Medan. 1. Meningkatnya banjir didaerah tersebut, karena kelokan sungai yang dahulu mempunyai panjang 1.300 meter diluruskan menjadi 450 meter. Belum ada upaya resmi untuk merevitalisasi Sungai Deli. Penanganan banjir di Kota Medan diupayakan melalui penataan dan perbaikan drainase dan pengerukan untuk mengurangi sedimentasi di badan sungai. Hilangnya fungsi resapan sungai dan terjadinya penyempitan sungai karena adanya permukiman penduduk belum teratasi. Salah satu upaya adalah mengakhiri dan mengendalikan pemanfaatan sempadan sungai untuk bangunan permanen. Normalisasi Sungai Deli Normalisasi dilakukan untuk mencegah banjir yang sering melanda Kota Medan. 2. Terganggunya aktifitas sosial masyarakat disepanjang daerah aliran sungai tersebut. 3. Terjadinya pendangkalan dan terputusnya daur ekosistem di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Deli. 4. Hilangnya fungsi kontrol aliran oleh biota dan materiil yang ada di Sungai Deli. Bab III | 7
  • 21. Tabel 3.3. Pembangunan Infrastruktur di Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Alternatif Solusi Jalan Tol Semarang – Solo mempunyai panjang ± 75,6 km yang terbagi dalam 2 penggal ruas, yakni : 1. Mempercepat waktu tempuh antara Semarang – Solo. 1. Beberapa lahan pertanian akan berkurang akibat pembangunan jalan tol ini. 1. Pengendalian dan pengawasan terhadap kemungkinan pemanfaatan Ruang Milik Jalan. 1. Semarang - Bawen : 23,1 km 2. Naiknya harga tanah disekitar jalan tol, terutama yang mendekati akses dalam Kota. 2. Selain lahan pertanian, timbulnya permukiman/kota satelit di sekitar jalan tol akan membuat berkurangnya lahan (pertanian/ruang terbuka hijau). 2. Pengendalian dan pengawasan terhadap kemungkinan pembukaan akses baru. 3. Berkembangnya kota - kota satelit/perumahan disekitar jalan tol, yang diharapkan akan mengurangi kepadatan di wilayah kota. 3. Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan, maka di Dusun Kalianyar, Kelurahan Kalorejo, Kecamatan Ungaran Timur beberapa rumah terendam lumpur karena kesalahan land clearing pada Bukit Sewulah menyebabkan tanah sisa galian menjadi lumpur saat banjir. 3. Monitoring dan evaluasi pada pekerjaan pasca konstruksi -- 1. Monitoring dan evaluasi pada pekerjaan operasional dan pasca konstruksi Pembangunan Jalan TOL Solo – Semarang 2. Bawen - Solo : 52,5 km Keberadaan jalan tol ini mempercepat waktu Semarang – Solo meningkatkan mobilitas dua daerah tersebut. diharapkan dapat tempuh antara sehingga dapat barang jasa antar Pembangunan Bendungan Jatibarang Bendungan Jatibarang adalah sebuah bendungan serbaguna yang bertujuan untuk mengendalikan banjir dan mengembangkan sumberdaya air dan menghasilkan listrik dgn tenaga air di kota Semarang. Proyek pembangunan bendungan itu merupakan salah satu 1. Menambah debit air PDAM Kota Semarang, dari 580 liter/detik menjadi 2.400 liter/detik. 2. Pengendali Semarang banjir di Kota Bab III | 8
  • 22. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh proyek dari "Proyek Pengendalian Banjir dan Pemgembangan Sumberdaya Air di Semarang" bersama dengan perbaikan Kali Garang/Banjir Kanal Barat dan sistem drainase kota di Semarang. Tinggi Bendungan 77 m, Panjang Puncak Bendungan 200m, Luas Permukaan Waduk 1,1 km2, Daerah Tangkapan Air 53 km2, Kapasitas PLTA 1560kW (mesin pembangkit tenaga listrik satu buah). Pengaruh yang Ditimbulkan Alternatif Solusi 3. Pembangkit listrik untuk menyediakan listrik sebesar 1,5 megawatt. 1. Bau limbah yang menyengat bagi masyarakat di sekitar IPAL. Untuk mengatasi bau limbah, terutama bagi masyarakat sekitar lokasi IPAL, maka yang terpenting adalah luasan dari bangunan IPAL tersebut yang harus benar-benar jauh dan bersih dari pemukiman. Hal lain yang patut diperhatikan adalah keberadaan sungai yang merupakan tempat buangan akhir limbah yang telah diolah. Air sungai tersebut harus selalu diuji kadarnya sehingga hasil olahan limbah yang dibuang ke sungai tersebut sudah memenuhi baku mutu lingkungan air limbah dan aman bagi lingkungan. Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah Terpadu (IPAL) Kota Semarang Pemerintah Kota Semarang selama ini belum memiliki IPAL Komunal. Banyak limbah dari sektor industri (misal. Industri pembuatan tahu/tempe ataupun industri tekstil) yang langsung membuang limbahnya di badan sungai. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum berencana untuk membangun IPAL Terpadu bagi pengelolaan limbah di Kota Semarang. 1. Terhindarnya pencemaran badan air khususnya air baku dari buangan limbah industri / rumah tangga. 2. Kebersihan air sungai akan berimbas pada meningkatnya produktivitas usaha yang memanfaatkan keberadaan air sungai tersebut terutama untuk usaha perikanan maupun pertanian. 3. Kesehatan dari masiyarakat kota secara keseluruhan. Bab III | 9
  • 23. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Alternatif Solusi untuk dan 1. Rusaknya kawasan pesisir Kota Semarang. 1. Mengkaji daya dukung dan daya tampung lingkungan, terutama pada kawasan reklamasi dan 2. Terjadi perubahan ekosistem pantai baik erosi maupun proses sedimentasi pantai yg berdampak pd meningkatnya bahaya banjir. 2. Mengupayakan penanaman kembali pohon mangrove, khususnya pada daerah-daerah yang masih mungkin untuk ditanami di kawasan reklamasi Reklamasi Pantai Marina di Kota Semarang Reklamasi ini telah sesuai dengan Tata Ruang, baik Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah maupun Tata Ruang Kota Semarang. Hal yang mendasari reklamasi ini adalah untuk menyediakan dan memperluas lahan sebagai wujud dukungan dalam rangka pelaksanaan pembangunan. Reklamasi sendiri dapat diartikan sebagai upaya pengembangan wilayah. Sejak tahun 1985, reklamasi pantai dalam bentuk penambahan areal daratan di Kota Semarang telah dilakukan untuk memfasilitasi pembangunan perumahan mewah, PRPP, Taman Maerokotjo dan Studio 21. 1. Ketersediaan lahan pembangunan pengembangan wilayah 2. Peningkatan Investasi terciptanya lapangan kerja. 3. Hilangnya hutan mangrove (bakau) sbg penahan abrasi dan digantikan dgn bangunan masiv menyebabkan masuknya air laut ke daratan (rob). 4. Karena adanya pembangunan, maka rentan akan timbulnya urbanisasi. Bab III | 10
  • 24. Tabel 3.4. Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Solusi Alternatif 1. Dampak negatif dari pembangunan infrastruktur ini lebih dikarenakan mudahnya akses keluar masuk Pulau Madura, sehingga dikuatirkan akan berdampak pada sosial dan budaya masyarakat setempat. Penanganan terhadap pelaksanaan pembangunan maupun kegiatan pasca konstruksi dan pemeliharaan Jembatan Suramadu dilaksanakan secara terorganisir dan profesional. Komitmen terhadap lingkungan sangat dijaga dengan selalu rutin memberikan laporan RKL/RPL yang direkomendasikan oleh dokumen AMDAL. Pembangunan Jembatan Surabaya – Madura (SURAMADU) sepanjang 5.438 m Jembatan SURAMADU adalah jembatan yang melintas diatas Selat Madura dan menghubungkan antara Kota Surabaya dengan Pulau Madura. Untuk mengakomodasi pelayaran / lintasan kapal laut yang melintas di Selat Madura, maka Jembatan Suramadu memberi ruang bebas setinggi 35 meter. 1. Mempercepat waktu tempuh antara Surabaya - Madura. 2. Meningkatkan kelancaran lalulintas distribusi barang dan jasa antara Surabaya – Madura. Lancarnya proses distribusi ini menyebabkan adanya penghematan dalam ongkos operasional. 3. Terbukanya kawasan di Pulau Madura sebagai dampak dari terbukanya akses darat. Hal ini membuat meningkatnya PDRB masyarakat Madura, kebutuhan akan adanya perumahan/permukiman, meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari sektor usaha lain diluar pertanian. Bab III | 11
  • 25. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Solusi Alternatif 1. Ketersediaan perumahan dan permukiman di wilayah pesisir Surabaya. 1. Rusaknya ekosistem pesisir yang ditandai dengan hilang/berkurangnya habitat laut yang ada. 1. Penanaman kembali pohon mangrove di lokasi sekitar reklamasi yang masih mungkin untuk ditanami 2. Bertambahnya luas daratan Kota Surabaya menyebabkan tingginya peluang investasi dan pembangunan infrastruktur di kota tersebut. 2. Rusak dan hilangnya hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi air laut. 2. Uji daya dukung dan daya tampung lingkungan di kawasan reklamasi tersebut 1. Bencana banjir akan mengancam kawasan-kawasan yang terbangun di daerah hilir sungai. 1. Dilakukan river restoration untuk mengembalikan sungai ke kondisi semula tanpa membongkar talud. 2. Rusaknya biota dan ekosistem sungai. 2. Mengganti konstruksi masiv dengan sistem bronjong, sehingga ada kesempatan bagi air sungai untuk meresap menjadi air tanah. Reklamasi Pantai Kenjeran Surabaya Reklamasi pantai dilakukan untuk memperluas Pantai Ria Kenjeran dan Perumahan Laguna. Pelurusan Sungai Bengawan Solo pada jalur Madiun – Ngawi dan Cepu - Tuban Pelurusan (sodetan) ini dilakukan untuk mempercepat pengiriman air ke hilir. Diharapkan dengan adanya penyodetan maka air sungai akan langsung mengalir ke hilir dan tidak akan melimpah (banjir). 1. Air cepat mengalir ke hilir dan diharapkan akan mengurangi luapan sungai yang menyebabkan banjir. 3. Pengawasan dan Pengendalian yang ketat terhadap pelanggaran pemanfaatan lahan di sempadan sungai. Bab III | 12
  • 26. Tabel 3.5. Pembangunan Infrastruktur di Kota Jakarta Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Solusi Alternatif 1. Semakin tingginya beban daya tampung dan daya dukung lingkungan di Kota Jakarta. 1. Menghentikan untuk sementara pembangunan infrastruktur dan melakukan kajian uji beban daya dukung dan daya tampung lingkungan. Pembangunan Infrastruktur Gedung dan Perumahan Pesatnya pembangunan infrastruktur gedung, baik untuk tempat tinggal/apartment, perkantoran ataupun fungsi sosial lain seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kota Jakarta 1. Menyediakan prasarana gedung, tempat tinggal maupun prasarana sosial lainnya kepada masyarakat. 2. Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau yang berimbas pada kurangnya daerah resapan air dan paru-paru kota. 3. Setiap pembangunan infrastruktur menyebabkan bertambahnya kebutuhan akan air baku dan menyebabkan tingginya penyedotan air tanah. Pembangunan jalan tol dalam kota dan Pembangunan jalan layang Seiring dengan tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan di Jakarta, memerlukan penambahan jumlah prasarana jalan. Kurangnya lahan membuat pembangunan jalan tol dilalukan tidak sebidang. 1. Memudahkan kendaraan dan orang/barang. aksesibilitas perjalanan 1. Menambah beban daya dukung dan daya tampung lingkungan Kota Jakarta. 1. Pengendalian penggunaan kendaraan bermotor terutama kendaraan pribadi 2. Mengantisipasi kebutuhan prasarana jalan sebagai akibat tingginya jumlah kendaraan yang melintas. 2. berkurangnya lahan atau ruang terbuka hijau (RTH). 2. Penanaman pohon di sepanjang kiri kanan jalan terutama bagi tol dalam kota. 3. Pertumbuhan jumlah panjang jalan akan semakin menambah jumlah kendaraan. Bab III | 13
  • 27. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Solusi Alternatif 4. Meningkatnya beban emisi gas buang kendaraan seiring dengan peningkatnya kendaraan karena adanya pembangunan jalan baru. 5. Buruknya drainase dari pembangunan jalan dan bercampurnya antara drainase jalan dengan drainase perumahan dapat menjadi sebab timbulnya banjir. Reklamasi Pantai Utara Jakarta Semakin tingginya pertumbuhan jumlah penduduk Jakarta menyebabkan kebutuhan akan infrastruktur meningkat. Keterbatasan lahan yang ada menyebabkan perlunya reklamasi pantai untuk menambah luasan lahan/daratan. Reklamasi pantai utara Jakarta dimulai seiring dgn diterbitkannya KEPPRES no. 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan ditetapkannya Kawasan Pantai Utara Jakarta sebagai Kawasan Strategis melalui KEPPRES no. 17 Tahun 1994. Dgn adanya 2 KEPPRES ini maka memacu pembangunan di Pantai Utara Jakarta. 1. Penambahan luas lahan untuk pembangunan perumahan, perkantoran dan fasilitas sosial lainnya. 1. Adanya ancaman rob akibatnya naiknya muka air laut. 2. Adanya utilitas di dasar laut yang tentunya akan mengubah batimetri serta pola arus laut serta karakteristik habitat laut. 3. Pencemaran perairan laut 4. Kerusakan pantai akibat abrasi 5. Degradasi ekosistem mangrove Utk mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan di sepanjang Pantai Utara Jakarta, maka pd tahun 2009, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) telah membuat KLHS Pantai Utara Teluk Jakarta yang bertujuan : 1. Memperbaiki rumusan kebijakan pemanfaatan SDA dan LH di kawasan Pantura Teluk Jakarta; 2. Menjamin keberlangsungan rencana dan implementasi pembangunan berkelanjutan di kawasan Pantura Teluk Jakarta; Bab III | 14
  • 28. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Pengaruh yang Ditimbulkan Solusi Alternatif 3. Mengurangi kemungkinan kekeliruan dlm membuat prakiraan / prediksi pd awal proses perencanaan kebijakan dan rencana pembangunan di kawasan Pantura Teluk Jakarta; 4. Membantu promosi investasi pembangunan yg ramah lingkungan di kawasan Pantura Teluk Jakarta; 5. Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif diatasi atau dicegah karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak tahap formulasi kebijakan dan rencana pembangunan di kawasan Pantura Teluk Jakarta. Dengan adanya KLHS ini diharapkan proses pembangunan, baik reklamasi maupun revitalisasi Pantai Utara Teluk Jakarta dpt memperhatikan rona lingkungan yg ada. Pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) Rencana pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) sudah tercantum dalam PERDA no. 6 1. Mengurangi banjir di sisi timur Jakarta. Bab III | 15
  • 29. Uraian Singkat Manfaat yang Diperoleh Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang DKI Jakarta 2010. Banjir Kanal Timur (BKT) merupakan satu diantara dua terusan yang direncanakan dibangun di Jakarta, yang berfungsi untuk mengatasi banjir akibat hujan lokal dan aliran air dari hulu di Jakarta bagian timur. Terusan banjir lainnya adalah Banjir Kanal Barat. Selain berfungsi mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, melindungi permukiman, kawasan industri dan pergudangan di Jakarta bagian timur, BKT juga dimaksudkan sebagai prasarana konservasi air untuk pengisian kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air di DKI Jakarta. BKT menampung aliran Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung dengan daerah tangkapan air mencakup luas lebih kurang 207 kilometer persegi atau sekitar 20.700 hektar. Pengaruh yang Ditimbulkan Solusi Alternatif 2. Sebagai prasarana konservasi air untuk menampung air tanah dan air baku. 3. Sebagai prasarana transportas publik untuk mengurangi kemacetan di jalan raya. Bab III | 16
  • 30. 3.2. UPAYA PENGURANGAN DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PADA WILAYAH STUDI Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah Provinsi maupun Kota yang disurvei untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat pembangunan infrastruktur. Baik melalui aspek legalitas, dengan membuat peraturan perundangan, maupun dengan menggunakan penegakkan hukum. Keberadaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang harus dimasukkan dalam Peraturan Daerah (PERDA) Tata Ruang, merupakan bentuk yang diharapkan dari lingkungan yang ada, baik melalui rona awal lingkungan maupun setelah terjadinya pembangunan. Disamping itu, amanah yang telah tertuang dalam dokumen AMDAL maupun UKL/UPL, harus selalu dijadikan dasar, apakah pihak pengelola telah melakukan rutinitas kegiatan seperti yang diamahkan atau tidak. Seringkali setelah selesai pembangunan suatu infrastruktur, biasanya pihak pengelola meninggalkan kewajiban yang harus mereka lakukan pasca operasi/pembangunan seperti yang tertuang di dokumen AMDAL atau UKL/UPL. Dari ke-5 kota yang disurvei, hanya Kota Jakarta yang telah membuat dokumen KLHS melalui anggaran pemerintah daerah (APBD) yakni KLHS Pantai Utara Teluk Jakarta, sedangkan KLHS Cekungan Bandung dan CIAYUMAJAKUNING yang dimiliki oleh Kota Bandung adalah KLHS yang dibiayai dan dikerjakan oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Selain itu, keberadaan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) no. 10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL/UPL) kurang disadari dan diketahui oleh instansi terkait. Padahal Permen PU ini merupakan pelengkap dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Bab III | 17
  • 31. BAB IV HASIL ANALISIS 4.1. ANALISIS PERMASALAHAN Dari hasil indentifikasi permasalahan dalam pembangunan infrastruktur seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka kegiatan pembangunan infrastruktur bidang PU dapat dibedakan menjadi beberapa kegiatan yang merupakan klasifikasi kegiatan pembangunan bidang PU didasarkan pada sasaran, fungsi dan manfaat dari pembangunan tersebut. Klasifikasi pembangunan infrastruktur bidang PU tersebut, terdiri : No. Kegiatan Pembangunan Pembangunan Jalan Tol Jakarta - Bandung Pembangunan Jalan Baru di Kota Medan Pembangunan Jalan Tol Solo - Semarang Pembangunan Jembatan SURAMADU Pembangunan jalan tol dalam kota dan jalan layang Klasifikasi 1. - Pembangunan jalan dan jembatan, termasuk pembangunan jalan tol 2. - Normalisasi Sungai di DAS Citarum - Normalisasi Sungai Deli - Pelurusan Sungai Bengawan Solo pada jalur Madiun - Ngawi dan Cepu - Tuban - Pembangunan Banjir Kanal Timur 3. Pembangunan Bendungan Jatibarang 4. - Reklamasi Pantai Marina di Kota Semarang - Reklamasi Pantai Kenjeran, Surabaya - Reklamasi Pantai Utara Jakarta 5. - Pembangunan TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat - Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah Terpadu (IPAL) Kota Semarang Pengelolaan Limbah dan Sampah 6. - Pembangunan Perumahan di Kawasan Bandung Utara - Alih Fungsi Lapangan Merdeka menjadi Pusat Jajanan “Merdeka Walk” - Pembangunan Infrastruktur Gedung dan Perumahan Penggunaan Ruang untuk pembangunan infrastruktur, pemukiman, perkantoran dan tempat usaha Normalisasi sungai, termasuk sudetan dan Pembuatan kanal banjir Pembangunan waduk/bendungan Reklamasi pantai, baik untuk perikanan maupun penyediaan lahan pembangunan Bab IV | 1
  • 32. Aspek Lokasi Dalam penilaian aspek lokasi, maka dasar yang digunakan adalah Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada. Dengan melihat pola ruang maupun struktur ruang yang ada, maka akan diketahui rencana peruntukan dari suatu kawasan. Terkait dengan pembangunan infrastruktur bidang PU maka rencana tata ruang tersebut dapat menunjukkan apakah lokasi pembangunan infrastruktur telah sesuai dengan dokumen tata ruang yang ada, baik melalui dokumen Perencanaan Tata Ruang (skala 1:250.000; skala 1 : 50.000 dan skala 1 : 25.000), Rencana Tata Ruang Kawasan, Rencana Rinci Tata Ruang, Rencana Detail Tata Ruang (skala 1 : 5.000) maupun Peraturan Zonasi (skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.500). Aspek Fungsi Penilaian terhadap aspek fungsi ini didasarkan pada dokumen perencanaan yang ada. Baik itu RPJP Nasional, RPJM Nasional, Renstra Kementerian, RPJP dan RPJM Daerah maupun Renstra Instansi yang ada. Cakupan fungsi ini lebih dititikberatkan pada manfaat dan kegunaan infrastruktur itu dibangun, alasan yang mendasarinya dan rencana pembangunan itu didalam dokumen perencanaan. Aspek Dimensi Ukuran dimensi atau luasan dibagi berdasarkan pada Peraturan Menteri LH no. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Pemahaman terhadap dimensi berdasarkan ketentuan lingkungan ini masih sangat kurang, karena masih banyak instansi/satuan kerja yang tidak memahami apakah luasan pekerjaan yang dikerjakan harus didukung oleh dokumen AMDAL ataupun hanya cukup dengan dokumen UKL/UPL. Aspek Waktu Nilai waktu menghubungkan antara proses perencanaan, termasuk didalamnya keberadaan dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL), dengan pelaksanaan konstruksi. Pembuatan dan penilaian dokumen lingkungan (AMDAL atau UKL/UPL) harus seiring dengan pelaksanaan perencanaan, baik yang saat masih berujud Masteplan ataupun DED. Terlalu lama jarak antara keberadaan dari dokumen perencanaan dan lingkungan dengan pelaksanaan konstruksi akan menyebabkan dokumen perencanaan dan lingkungan tersebut sudah tidak aplikatif lagi. Aspek Kewenangan Aspek kewenangan yang ditinjau disini adalah kewenangan didasarkan pada tupoksi yang ada, apakah kegiatan pembangunan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah pusat atau pemerintah daerah. PP no 38 tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah merupakan acuan yang digunakan termasuk didalamnya Peraturan Perundangan Bidang PU yang mengatur tentang pembagian kewenangan. Dengan didasarkan pada hasil survei, diperoleh analisis pembangunan infrastruktur didasarkan pada lima aspek yang ada. Rincian analisis dari ke-lima aspek diatas terhadap Klasifikasi Pembangunan Infrastruktur Bidang PU dapat dijabarkan sebagai berikut : Bab IV | 2
  • 33. Tabel 4.1. Tinjauan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang PU di Daerah menurut Lokasi, Fungsi, Dimensi, Waktu dan Kewenangan No. Kegiatan Pembangunan DITINJAU DARI Aspek Lokasi Aspek Fungsi Aspek Dimensi Aspek Waktu Aspek Kewenangan sesuai dengan tata ruang sesuai dengan dokumen perencanaan sering tidak sesuai dengan dimensi lingkungan sering terjadi pelaksanaan pembangunan tidak sesuai dgn target waktu, sehingga antara keberadaan DED / AMDAL / UKL-UPL dengan pelaksanaan konstruksi sering beda sesuai dengan kewenangan penanganan antara pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota 1. Pembangunan jalan dan jembatan, termasuk pembangunan jalan tol 2. Normalisasi sungai, tmsk Sudetan dan Pembuatan Kanal Banjir sesuai sesuai sering tidak sesuai sering tidak sesuai sesuai kewenangan 3. Pembangunan waduk/bendungan sesuai sesuai sesuai sering tidak sesuai sesuai kewenangan 4. Reklamasi Pantai, baik untuk perikanan maupun penyediaan lahan pembangunan sesuai sesuai sesuai sering tidak sesuai sesuai kewenangan 5. Pengelolaan Limbah dan Sampah sesuai sesuai sesuai sering tidak sesuai sesuai kewenangan 6. Penggunaan Ruang untuk pembangunan infrastruktur, pemukiman, perkantoran dan tempat usaha sering tidak sesuai dg tata ruang sering tidak sesuai dengan RPJM/RPJP/RENSTRA sering tidak sesuai dengan dimensi lingkungan pemanfaatan ruang yang bersifat pembangunan untuk pribadi / individu sering tidak menggunakan target waktu pemanfaatan lahan untuk pribadi/individu tidak menggunakan kewenangan Sumber : data olahan Bab IV | 3
  • 34. 4.2. ANALISIS SWOT Setelah tahapan analisis awal dengan melakukan kajian terhadap aspek lokasi, fungsi, dimensi dan kewenangan dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang PU, serta didasari pada akibat dari dinamika pembangunan yang memicu terjadinya perubahan kualitas lingkungan baik internal maupun eksternal, maka tahapan analisis berikutnya adalah dengan melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggaraan infrastruktur bidang PU. Tahapan analisis ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan program/kebijakan yang telah dijalankan. Dalam tahapan ini kebijakan/program/kegiatan pembangunan infrastruktur tersebut diurai dan dijabarkan indikator-indikator yang ada dan kemungkinan akan ada. Segala instrumen ini dikaji dengan mendasarkan pada logika memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)3. Untuk memudahkan analisis SWOT, maka dapat dilakukan pembobotan untuk jabaran indikator pada masing-masing komponen SWOT. Pembobotan dilakukan agar dapat diketahui besaran masingmasing komponen SWOT. Dalam kajian pengelolaan infrastruktur, analisis SWOT digunakan dengan pertimbangan persoalan infrastruktur adalah persoalan yang sangat kompleks dan multi dimensi.4 Dalam analisis ini, pembuatan skor atau pembobotan untuk masing-masing jabaran indikator dalam komponen SWOT adalah +5 (sangat baik), 0 (netral) dan -5 (sangat buruk)5. Selanjutnya besaran angka tersebut disesuaikan dengan nilai pembobotan yang diperoleh dari hasil kajian dan analisis data primer yang diperoleh melalui kegiatan FGD dengan responden di tiap daerah dan data sekunder yang ada (referensi/literatur yang terkait), semakin tinggi manfaat, untuk komponen kekuatan dan peluang, atau dampak, komponen kelemahan dan tantangan, maka akan semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin rendah maka akan semakin buruk bagi masyarakat. Selanjutnya skor tersebut dijumlah dengan mengabaikan simbol negatif (-) dan dibandingkan, jika nilai tertinggi ada pada komponen kekuatan dan peluang, maka keberadaan infrastruktur tersebut mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan pengaruh negatif yang ditimbulkannya, demikian juga dengan sebaliknya. Hasil analisis SWOT pada kasus pembangunan infrastruktur bidang PU di wilayah studi yang telah diamati, dijabarkan berikut ini. Tabel 4.2. Analisis SWOT Pembangunan Jalan dan Jembatan, termasuk Pembangunan Jalan Tol Faktor SWOT “ Pembangunan Jalan dan Jembatan “ Aspek Internal Kekuatan/Potensi 1. 2. 3. 4. 5. Fungsi kelancaran aksesibilitas Fungsi pengembangan kawasan Fungsi peningkatan ekonomi masyarakat Fungsi peningkatan nilai barang Fungsi pencegah kemacetan Score Kekuatan Nilai 5 3 5 5 3 21 Kelemahan/Kendala 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kestabilan tebing/longsor Daerah genangan air Pencemaran Emisi Gas Buang Tanaman di kiri kanan jalan Pemanfaatan Rumaja/Rumija Pemeliharaan yang tidak rutin Kepedulian masyarakat kurang Timbulnya permukiman Score Kelemahan Nilai -3 -3 -5 -5 -5 -3 -3 -3 -30 3 Freddy Rangkuti, 2005, “Analisis SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis” Kodoatie, 2005, “Pengantar Manajemen Infrastruktur” 5 Kodoatie, 2005, “Pengantar Manajemen Infrastruktur” 4 Bab IV | 4
  • 35. Faktor SWOT “ Pembangunan Jalan dan Jembatan “ Aspek Eksternal Peluang/Kesempatan Nilai 1. Angkutan Penumpang/Barang 2. Pengelolaan parkir tepi jalan 3. Program Langit Biru 5 5 5 Score Peluang Ancaman/Tantangan 1. Banjir 2. Jalan/Jembatan rusak 15 Score Tantangan Nilai -3 -3 -6 Score Akhir 36 36 (-36) Pembangunan jalan dan jembatan, dari aspek internal yang ada, menunjukkan bahwa komponen kelemahan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari komponen kekuatan. Hal itu menyatakan bahwa dalam pembangunan jalan dan jembatan, untuk sisi pembangunan fisiknya mempunyai pengaruh negatif yang lebih besar dibandingkan pengaruh positifnya. Pengaruh negatif ini dapat dikurangi/diminimalisir dengan memperketat tata ruang pasca kontruksi dan menjalankan rekomendasi yang dimunculkan dalam dokumen lingkungan, baik UKL/UPL maupun dokumen AMDAL. Sedangkan untuk aspek eksternal memiliki nilai yang lebih besar untuk dampak positifnya dibanding pengaruh negatif, menunjukkan bahwa secara tidak langsung pembangunan jalan dan jembatan akan meningkatkan kegiatan-kegiatan yang tercantum didalam indikator. Tabel 4.3. Analisis SWOT Normalisasi Sungai, termasuk Sudetan dan Pembuatan Kanal Banjir Faktor SWOT “ Normalisasi Sungai “ Aspek Internal Kekuatan/Potensi Nilai 1. 2. 3. 4. Fungsi Daerah Sempadan Sungai Fungsi konservasi Fungsi pemasok energi listrik mikro hidro Fungsi penangkapan dan pengendapan sedimen 3 3 5 5 5. 6. 7. 8. 9. Fungsi pencegah intrusi air laut Fungsi pengendalian banjir Fungsi transportasi Potensi sungai sebagai bahan galian Potensi sungai sbg sumber air minum 3 3 3 3 3 Score Kekuatan Kelemahan/Kendala 1. Kestabilan tebing 2. Daerah genangan air 3. Pembuangan Limbah/Pencemaran 4. Berkurangnya kualitas air 5. Kecepatan aliran air 6. Tanaman di sempadan sungai 7. Pemanfaatan sempadan sungai 8. Pemeliharaan yang tidak rutin 9. Kepedulian masyarakat kurang 10. Permukiman 31 Nilai -3 -3 -5 -3 -3 -3 -5 -5 -5 -5 Score Kelemahan -40 Ancaman/Tantangan Nilai Aspek Eksternal Peluang/Kesempatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Wisata sungai Usaha tambak/perikanan Pelabuhan sungai Usaha nelayan Prokasih Pendidikan dan olah raga Nilai 5 5 3 3 5 5 Score Peluang 26 1. 2. 3. 4. 5. Erosi Sedimentasi Banjir Perubahan DAS Inkonsistensi program pemanfaatan sungai Score Tantangan -3 -3 -5 -5 -5 -21 Score Akhir 57 61 (-61) Bab IV | 5
  • 36. Kegiatan Normalisasi Sungai sama dengan kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan, yakni aspek internal memiliki kendala yang lebih besar dibanding potensi/kekuatan dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dokumen lingkungan memegang peranan yang penting dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur ini. Keberadaan dokumen lingkungan akan meminimalisir kendala-kendala yang mungkin timbul karena pelaksanaan pembangunan sehingga pengaruh tersebut dapat diantisipasi. Selain itu ketatnya penataan tata ruang, terutama terhadap pemanfaatan sempadan sungai, akan sangat mengaruhi terhadap kendala maupun ancaman/tantangan yang mungkin akan timbul. Tabel 4.4. Analisis SWOT Pembangunan Waduk / Bendungan Faktor SWOT “ Pembangunan Waduk / Bendungan “ Aspek Internal Kekuatan/Potensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nilai Fungsi penampung air Fungsi irigasi Fungsi pemasok energi listrik Fungsi penyediaan air baku Fungsi pengendalian banjir Kawasan sekitar danau/waduk Potensi waduk sbg sumber air minum Kelemahan/Kendala 5 5 5 5 5 3 5 Score Kekuatan 1. Pembuangan Limbah/Pencemaran 2. Pemeliharaan yang tidak rutin 3. Kepedulian masyarakat kurang 33 Nilai -3 -5 -3 Score Kelemahan -11 Ancaman/Tantangan Nilai Aspek Eksternal Peluang/Kesempatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nilai Wisata waduk Usaha tambak Perkantoran Perdagangan dan jasa Pendidikan dan olah raga Industri Industri non Polluted Pertanian 5 5 3 5 5 3 3 5 Score Peluang 1. Proses ganti rugi lahan 2. Banjir 34 Score Tantangan -5 -3 -8 Score Akhir 67 19 (-19) Pembangunan waduk / bendungan mempunyai nilai positif yang lebih besar dibandingkan dengan nilai negatif, baik dari aspek internal maupun aspek eksternal. Pembangunan waduk memberikan potensi yang sangat baik disamping keberadaan dari waduk itu sendiri yang memberikan peluang/kesempatan untuk dimanfaatkan dan memperoleh keuntungan tanpa merugikan lingkungan. Komponen kelemahan dan ancaman akan dapat dihilangkan atau dikurangi seiring dengan pelaksanaan rekomendasi dari dokumen lingkungan yang dibuat. Tabel 4.5. Analisis SWOT Reklamasi Pantai untuk Perikanan maupun Penyediaan Lahan Faktor SWOT “ Reklamasi Pantai “ Aspek Internal Kekuatan/Potensi 1. Fungsi daerah reklamasi 2. Fungsi konservasi 3. Fungsi penangkapan/pengendapan Nilai 5 5 5 Kelemahan/Kendala 1. Kestabilan tanah 2. Daerah genangan air 3. Pembuangan Limbah/Pencemaran Nilai -5 -5 -5 Bab IV | 6
  • 37. Faktor SWOT “ Reklamasi Pantai “ 4. 5. 6. 7. 8. Fungsi pencegah intrusi air laut Fungsi pengendalian banjir Kawasan pantai berhutan bakau Kawasan rawa Sempadan pantai Score Kekuatan 5 5 5 5 5 4. 5. 6. 7. Kualitas air Kecepatan aliran air Pemeliharaan yang tidak rutin Permukiman 40 -3 -3 -5 -5 Score Kelemahan -31 Aspek Eksternal Peluang/Kesempatan 1. Usaha tambak 2. Pelabuhan 3. Marina (wisata bahari) 4. Usaha nelayan 5. Reklamasi menambah lahan 6. Perkantoran 7. Perdagangan dan jasa 8. Pendidikan dan olah raga 9. Industri 10. Industri non Polluted 11. Pengembangan Permukiman Score Peluang Nilai 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Ancaman/Tantangan Nilai Erosi Sedimentasi Banjir Perubahan DAS Inkonsistensi program pemanfaatan -5 -3 -5 -3 -5 Score Tantangan 1. 2. 3. 4. 5. -21 55 Score Akhir 95 52 (-52) Reklamasi pantai merupakan pembangunan infrastruktur PU yang bertujuan untuk menambah lahan guna kepentingan pembangunan. Lahan yang terbatas dan kebutuhan akan pembangunan infrastruktur menyebabkan pesisir pantai direklamasi. Atas dasar itu, maka komponen positif dari aspek internal maupun eksternal mempunyai nilai yang lebih besar dari komponen negatinya (kendala dan ancaman/tantangan). Pelaksanaan reklamasi pantai sangat berguna bagi penyediaan kebutuhan lahan untuk pembangunan, yang perlu diperhatikan adalah tatanan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) dan rekomendasi dari AMDAL ataupun UKL/UPL yang perlu dilaksanakan untuk mengurangi pengaruh dari komponen negatif. Tabel 4.6. Analisis SWOT Pengelolaan Limbah dan Sampah Faktor SWOT “ Pengelolaan Limbah dan Sampah “ Aspek Internal Kekuatan/Potensi 1. 2. 3. 4. 5. Fungsi kesehatan masyarakat Fungsi keindahan/estetika kota Fungsi penangkapan Fungsi pencegah pencemaran Fungsi pengendalian sampah Score Kekuatan Nilai 5 5 5 5 5 Kelemahan/Kendala 1. Kestabilan tanah/gunungan sampah 2. Pembuangan Limbah/Pencemaran 3. Kualitas air 25 Nilai -5 -1 -1 Score Kelemahan -7 Ancaman/Tantangan Nilai Aspek Eksternal Peluang/Kesempatan 1. Usaha daur ulang sampah 2. Usaha angkutan limbah rumah ke IPAL Nilai 5 5 1. Kesehatan warga sekitar lokasi -5 Bab IV | 7
  • 38. Faktor SWOT “ Pengelolaan Limbah dan Sampah “ 3. 4. 5. 6. 7. Wisata Tehnologi Pengolahan Limbah Pemanfaatan Energi Sampah Pemanfaatan Energi Limbah Industri Industri non Polluted Score Peluang 5 5 5 5 5 35 Score Tantangan -5 Score Akhir 60 12 (-12) Pengelolaan Limbah dan Sampah merupakan pembangunan infrastruktur PU yang bertujuan untuk mengatasi pembuangan sampah dan limbah yang dihasilkan oleh masyarakat. Keberadaan infrastruktur ini erat kaitannya dengan fungsi kesehatan, keindahan dan estetika kota. Sampah yang menumpuk maupun limbah yang langsung dibuang ke sungai akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat, sehingga pengelolaan terhadap sampah dan limbah harus diperlukan. Hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan infrastruktur ini, baik sampah maupun limbah, adalah luasan daerah/lokasi pembangunan yang harus jauh dari pemukiman warga. Kajian dampak yang ditimbulkan terhadap pembangunan infrastruktur ini mutlak diperlukan. Tabel 4.7. Analisis SWOT Penggunaan Ruang untuk Pembangunan Infrastruktur, Pemukiman, Perkantoran dan Tempat Usaha Faktor SWOT “ Penggunaan Ruang “ Aspek Internal Kekuatan/Potensi 1. Fungsi konservasi Nilai 3 Score Kekuatan Kelemahan/Kendala 1. Kestabilan tebing 2. Daerah genangan air / Drainase 3. Pembuangan Limbah/Pencemaran 4. Kualitas air 5. Fungsi Daerah Sempadan Sungai 6. Pemanfaatan Daerah Milik Jalan 7. Pemanfaatan sempadan sungai 8. Pemel. infrastruktur yg tdk rutin 9. Kepedulian masyarakat kurang 10. Permukiman 3 Nilai 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 Score Kelemahan 48 Ancaman/Tantangan Nilai Aspek Eksternal Peluang/Kesempatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Perkantoran Perdagangan dan jasa Pendidikan dan olah raga Industri Industri non Polluted Pengembangan Permukiman Score Peluang Nilai 3 3 3 3 3 3 18 1. 2. 3. 4. 5. Erosi Sedimentasi Banjir Perubahan DAS Inkonsistensi program Score Tantangan 5 5 5 5 5 25 Score Akhir 19 73 Dalam hal Penggunaan Ruang menunjukkan tingginya nilai komponen negatif, baik untuk komponen kendala maupun komponen tantangan. Kegiatan penggunaan ruang sangat erat kaitannya dengan Bab IV | 8
  • 39. dokumen Tata Ruang yang sudah ditetapkan. Pelanggaran terhadap dokumen Tata Ruang yang dilakukan untuk pemenuhan penggunaan ruang, menyebabkan semakin tingginya nilai dari komponen negatif. Penggunaan ruang sangat terkait dengan proses perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah (provinsi dan/atau kabupaten/kota). Komitmen dari pemerintah daerah terhadap dokumen tata ruang yang telah disyahkan akan sangat menentukan dampak atau pengaruh yang muncul dari adanya kegiatan Penggunaan Ruang. 4.3. ANALISIS BALANCED SCORECARD Dalam metode ini, evaluasi pencapaian visi dan strategi hendak didekati melalui 4 (empat) perspektif, yaitu: (1) perspektif masyarakat; (2) perspektif anggaran; (3) perspektif proses aktivitas internal organisasi; dan (4) perspektif inovasi dan pembelajaran, dengan meninjau pada 4 hal, yaitu: tujuan, sasaran, target, dan inisiatif/kegiatan aksi. Tabel 4.8. mendeskripsikan beberapa aspek penting yang perlu dicermati dalam rangka evaluasi pencapaian visi dan sasaran pembangunan infrastruktur bidang PU dengan pendekatan metode balanced scorecard. Berdasar tabel tersebut, langkah evaluasi terhadap pencapaian visi dan sasaran pembangunan bidang PU dapat ditelusuri, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah dalam perencanaan pembangunan bidang PU darat ke depan terutama yang menyangkut lingkungan. Pada dasarnya pelaksanaan evaluasi atas program atau kegiatan dari suatu instansi pemerintah adalah tugas dan tanggung jawab dari para aparatur publik (pejabat) yang telah diberi kewenangan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kegiatan evaluasi sangat penting dilakukan, sama seperti fungsifungsi manajemen lainnya, misalnya: perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan, pemantauan (monitoring) dan pengendalian. Dalam pelaksanaannya kegiatan evaluasi biasanya dilaksanakan bersamaan dengan fungsi monitoring. Alasan perlunya dilakukan proses pengukuran akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah: a. untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pengelolaan aktivitas organisasi yang lebih baik, b. untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja organisasi, c. untuk memberikan informasi yang lebih memadai dalam menunjang proses pengambilan keputusan, d. meningkatkan pemanfaatan alokasi sumber daya yang tersedia, e. mengarahkan pada sasaran dan memberikan informasi kinerja. Diharapkan dengan alasan-alasan yang telah dijelaskan di atas, akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dari tahun ke tahun akan semakin lebih baik, karena selalu ada dasar yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan memperbandingkan. Bab IV | 9
  • 40. Tabel 4.8. Aspek Penting dalam Evaluasi Pencapaian Visi dan Sasaran Pembangunan Bidang PU berdasar Empat Perspektif Utama Visi: Tujuan Sasaran Tersedianya infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk mendukung Indonesia Sejahtera 2025 1. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman dan pengendalian pemanfaatan ruang; 2. Meningkatkan keandalan sistem (jaringan) infrastruktur PU dan Permukiman; 3. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman; 4. Meningkatkan pembangunan kawasan strategis, wilayah tertinggal dan perbatasan dan penanganan kawasan rawan bencana; 5. Optimalisasi peran dan akuntabilitas kinerja aparatur. 1. 1. 1. Target Aksi Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam setiap penyusunan Rencana Tata Ruang; Meningkatnya ketersediaan air baku yang memadai (kuantitas, kualitas dan kontiunitas); Meningkatnya kualitas pengendalian banjir secara terpadu; Meningkatnya efisiensi sistem jaringan jalan di dalam sistem transportasi; Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan permukiman; 1. Pencapaian target masih berbasis fisik (output); 2. Target pembangunan diukur dari tingkat efisiensi penggunaan dana pembangunan. Aksi/kegiatan untuk mencapai sasaran dilakukan melalui 9 (sembilan) program utama, yaitu: 1. Program Pengelolaan S. Daya Air. 2. Program Penyelenggaraan Jalan. 3. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman. 4. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang. 5. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya. 6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. 7. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur 8. Program Pembinaan Konstruksi 9. Program Penelitian dan Pengembangan Efektifitas pemanfaatan pembangunan infrastruktur bidang PU 2. Ketersediaan layanan maupun dukungan prasarana 1. 1. 2. 3. 4. 5. Perspektif 1. Masyarakat Aksesibilitas yang tinggi thdp penggunaan infrastruktur bidang PU dan Pemukiman. 2. Mobilitas yg tinggi dlm pemanfaatan. Rasio penambahan jaringan dan ketersediaan air baku. 2. Rasio jaringan jalan. 3. Rasio penambahan Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU. 2. Koordinasi/SEB antar sektor terkait. Bab IV | 10
  • 41. Visi: Tujuan 3. Tersedianya infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk mendukung Indonesia 2.Sejahtera 2025 Finansial / Anggaran Kebersihan dan Kelestarian Lingkungan Sekitar 4. Dampak yg seminimal mungkin Sasaran 3. dalam kehidupan bermasyarakat. Kesepakatan penanganan antar sektor terkait Target 4. fasilitas permukiman. Indeks aksesibilitas dan indeks mobilitas. Aksi 3. Pengawalan dan Pemantauan Pelaksanaan. 4. Monitoring pasca operasi. 1. Efisiensi dan efektifitas pengelolaan infrastruktur bidang PU 2. Menciptakan peluang bisnis baru terutama dalam pembukaan kawasan 1. 2. 3. Masyarakat pengguna Biaya Konstruksi Biaya Operasonal pasca Konstruksi (rehab/pemel) 4. Biaya Monitoring dan Evaluasi 1. 2. Turunnya nilai subsidi Tersedianya biaya operasional/pembangunan 3. Terdesianya biaya perawatan dan rehabilitasi 4. Tersedianya biaya monitoring dan Evaluasi 1. Ketersediaan prasarana bidang PU yang menjangkau seluruh wilayah dan penduduk. 1. Tersedianya infrastruktur yang berkualitas 2. Biaya operasional dan rehab/pemeliharaan menurun. 3. Keselamatan kerja meningkat (kejadian kecelakaan dan tingkat fatalitas menurun) 4. Meningkatnya kualitas manajerial dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang PU 1. Efektifitas regulasi yang diberlakukan. 2. Kualitas infrastruktur bidang PU yang disediakan. 3. Dukungan terhadap lingkungan 1. 1. 3. Aktivitas Internal Organisasi 1. Penyediaan prasarana bidang PU secara memadai 2. Peningkatan kualitas prasarana bidang PU 1. 4. Inovasi Dan Pembelajaran 1. 1. Peningkatan kompetensi SDM di bidang perencanaan dan teknis 2. Peningkatan kompetensi SDM lingkungan Kepatuhan terhadap aturan/regulasi yang makin meningkat. 2. Kepatuhan terhadap standar layanan minimal makin terpenuhi. 3. Green Construction Alokasi dan pengelolaan anggaran secara efektif dan efisien 2. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang sehingga ikut memiliki 3. Sharing dana antara instansi, terutama pusat dan daerah Optimalisasi waktu pelaksanaan konstruksi 2. Penyediaan rencana kerja dan rencana aksi yang terpola 3. Standarisasi layanan melalui kualitas konstruksi Pelatihan/training peningkatan kompetensi 2. Pemahaman terhadap dokumen lingkungan Bab IV | 11
  • 42. Bab IV | 12
  • 43. BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN 5.1. PENATAAN RUANG YANG LEBIH BERKUALITAS Konsep penataan ruang yang berwawasan lingkungan bertujuan untuk menciptakan ruang yang berkualitas dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat maupun sektoral. Konsep tersebut dapat diskemakan seperti pada Gambar 5.1. Proenvironment Gambar 5.1. Konsep Penatan Ruang Berwawasan Lingkungan Penataan ruang berwawasan lingkungan perlu memperhatikan 2 (dua) dimensi penting, yaitu: 1) skala kewilayahan, dan 2) skala komunitas. Skala kewilayahan berkaitan dengan pemanfaatan ruang menurut daya dukung dan daya tampung. Mengingat bahwa, perkembangan jumlah penduduk akan membawa konsekuensi terhadap peningkatan kebutuhan akan sumber daya alam dan energi untuk menopang keberlanjutan kehidupan. Untuk itu, penataan ruang perlu memperhatikan kapasitas daya dukung dan daya tampung lahan, apakah ruang yang direncanakan mampu untuk mendukung keberlanjutan dari kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lain dalam jangka panjang. Kemampuan daya dukung lahan akan direpresentasikan dari sumber-sumber daya alam yang akan dimanfaatkan untuk menopang kehidupan makhluk hidup yang tinggal di atas lahan tersebut. Di samping itu, dari sisi dimensi ruang, apakah ruang yang direncanakan tersebut mampu untuk memberikan ruang gerak/mobilitas manusia (termasuk barang dan jasa) yang hidup di atas lahan tersebut selama beberapa tahun perencanaan. Hal ini penting untuk memastikan Bab V | 1
  • 44. bahwa seluruh aktivitas yang membutuhkan mobilitas yang akan berlangsung di atas lahan tersebut dalam jangka waktu lama, dapat terakomodir. Terkait dengan dimensi kedua, yaitu skala komunitas, penataan ruang perlu memperhatikan karakteristik sosial-budaya masyarakat yang akan menempati lahan tersebut. Karakter masyarakat dapat mempengaruhi perkembangan guna lahan yang di tempatinya. Misalnya, masyarakat agraris akan membutuhkan ruang untuk aktivitas pertaniannya, sedangkan masyarakat modern akan membutuhkan ruang untuk mendukung aktivitas yang lebih bersifat pada industri dan jasa-jasa. Oleh karena itu, dalam penataan ruang perlu memperhatikan sifat komunitas yang akan ditempatkan dalam lahan tersebut, yang secara umum dapat dibedakan atas komunitas urban (perkotaan) dan komunitas rural (perdesaan). Dengan memperhatikan dua dimensi penting di atas (skala kewilayahan dan skala komunitas), penataan ruang diharapkan dapat mewujudkan tatanan kehidupan yang seimbang dan harmonis, sehingga dengan demikian penataan ruang yang berwawasan lingkungan diharapkan mampu mendukung terealisasinya goal pembangunan nasional, yaitu pembangunan yang pro-poor, pro-growth, dan pro-environment. 5.2. PENGUATAN KAPASITAS INSTANSI DI DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG PU Strategi kedua adalah penguatan kapasitas instansi di daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang PU. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki pemahaman/kompetensi yang memadai untuk mendukung terciptanya pembangunan infrastruktur yang berorientasi pada peningkatan kualitas lingkungan. Pemahaman atau kompetensi yang dibutuhkan tersebut sangat terkait dengan kualitas sumber daya manusia sebagai aparat pemerintah yang memiliki tugas dan kewenangan dalam menciptakan pembangunan infrastruktur PU yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu penting kiranya memberikan pemahaman yang benar mengenai proses pembangunan infrastruktur PU dari tahap perencanaan hingga operasional. Dengan dasar kualitas SDM yang memadai dalam penyelenggaraan infrastruktur di bidang PU untuk meningkatkan kualitas lingkungan, maka diharapkan seluruh stakeholders di daerah memahami upaya-upaya untuk mewujudkan hal tersebut, antara lain adalah pemahaman di dalam mengimplementasikan mekanisme insentif dan disinsentif dalam penyelenggaraan infrastruktur. Mekanisme ini memiliki kaitan erat dengan proses perencanan penataan ruang, sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana dijelaskan bahwa dalam rangka pelaksanaan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, maka Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan insentif dan/atau disinsentif. Kebijakan insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan atau kompensasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, misalnya berupa: a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham; b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah. Bab V | 2
  • 45. Sedangkan kebijakan disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, misalnya berupa: a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti. Dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur di bidang PU, maka kebijakan insentif dan disinsentif sebagaimana dijelaskan di atas ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih berkualitas, atau memberikan kemanfaatan bagi masyarakat secara luas. Di samping itu, kebijakan insentif dan disinsentif ini merupakan wujud konkret penegakan fungsi good governance dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang PU yang berwawasan lingkungan.  Pendayagunaan aparat institusi pengelolaan infrastruktur  bidang PU dan pengelolaan Lingkungan Hidup. infrastruktur Pendayagunaan aparat institusi pengelolaan bidang PU dan pengelolaan Lingkungan Hidup.  Partisipasi masyarakat  Partisipasi masyarakat Gambar 5.2. Konsep Strategi Penguatan Kapasitas Daerah dalam Hal Pengawasan Pembangunan Infrastruktur bidang PU yang Berwawasan Lingkungan Masalah pokok yang seringkali menjadi kendala bagi pemerintah daerah, yaitu mekanisme pengawasan dan pengendalian terhadap proses pembangunan di segala sektor. Masih lemahnya pengawasan di daerah menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran dalam peruntukkan ruang. Kasus-kasus berkembangnya pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, merupakan bukti dari lemahnya mekanisme pengawasan di daerah, terutama dalam hal pemberian ijin pembangunan fisik infrastruktur. Untuk itu, mekanisme pengawasan perlu diperketat dan ditingkatkan. Di samping itu, dalam rangka proses penyelesaian/legalisasi perencanaan tata ruang wilayah (RTRW) baik di setiap provinsi maupun kabupaten/kota dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) yang direncanakan dapat diwujudkan pada tahun 2011, maka strategi yang kiranya dapat dilakukan oleh Pemerintah adalah dukungan finansial untuk menuju ke proses tersebut. Dukungan finansial tersebut dapat ditempuh melalui intervensi fiskal berupa Dana Alokasi Khusus, mengingat hal ini dapat dipandang sebagai salah satu program Pemerintah yang perlu mendapat prioritas. Dengan demikian, proses penyelesaian legalisasi Perda Tata Ruang di tiap Wilayah Provinsi atau kabupaten/kota dapat terwujud. Bab V | 3
  • 46. Pelibatan masyarakat juga menjadi bagian penting dalam mekanisme pengawasan. Strategi ini dapat menjadi salah satu strategi yang efektif untuk mendukung upaya mewujudkan lingkungan yang berkualitas. Masyarakat perlu diberikan ruang atau saluran untuk menyampaikan aspirasi dan inisiatifnya guna mendukung langkah-langkah pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang berkualitas. 5.3. PENGUATAN KERJASAMA ANTARSEKTOR YANG TERKAIT Kerjasama berbagai komponen/stakeholders pembangunan diperlukan untuk mewujudkan sinergisme dalam implementasinya. Prinsip kerjasama yang dibangun adalah kerjasama yang saling memberikan manfaat/keuntungan. Manfaat yang dimaksudkan dalam hal ini adalah terciptanya kualitas lingkungan hidup melalui pembangunan infrastruktur di bidang PU. Untuk itu, kerjasama antara pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan infrastruktur bidang PU (Kementerian PU) dan pengelolaan lingkungan hidup (Kementerian Lingkungan Hidup), serta pemerintah daerah (Kementerian Dalam Negeri), diharapkan dapat mendukung upaya untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur bidang PU di daerah yang mampu menciptakan lingkungan hidup yang berkualitas. Adapun tugas dari masing-masing stakeholders tersebut adalah: a. Kementerian Pekerjaan Umum memiliki tugas perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pekerjaan umum; b. Kementerian Lingkungan Hidup memiliki tugas merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan; c. Kementerian Dalam Negeri memiliki tugas menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang urusan dalam negeri. Kementerian Lingkungan Hidup Mewujudkan pembangunan infrastruktur PU untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Dalam Negeri Gambar 5.3. Konsep Kerjasama AntarStakeholders dalam Pembangunan Infrastruktur PU yang Berwawasan Lingkungan Bentuk kerjasama antarstakeholders tersebut bilamana perlu diperkuat melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB). SKB ini hendaknya mampu mendorong pemerintah daerah melalui instansi yang terkait dalam untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur bidang PU yang berwawasan lingkungan. Kebijakan penyelenggaraan infrastruktur bidang PU di daerah harus memperhatikan: (1) konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan; (2) Bab V | 4
  • 47. karakteristik dan perkembangan wilayah/daerah; dan (3) kemampuan atau kapasitas daerah untuk menjalankan kebijakan tersebut. 5.4. PENGUATAN KAPASITAS PENDANAAN UNTUK MENDUKUNG UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN Menurut UU no. 32 tahun 2009 dinyatakan secara tegas bahwa, evaluasi secara holistik terhadap dampak yang diperkirakan akan terjadi, dimana hal tersebut telah dikaji dalam dokumen AMDAL, belum dapat berjalan secara efektif. Kelemahannya adalah dalam hal pengawasan. Di sisi lain, dokumen AMDAL mewajibkan adanya kegiatan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atau yang disebut RKL dan RPL. Kegiatan ini belum sepenuhnya dapat dijalankan mengingat keterbatasan sumber daya (SDM dan finansial). Kasus-kasus yang terjadi di daerah mencerminkan masih minimnya dukungan sumber daya yang dimiliki untuk dapat menjalankan kegiatan RKL dan RPL tersebut. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa di dalam UU 32 tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap Pemegang izin lingkungan yang diwajibkan untuk memiliki AMDAL maupun UKL/UPL, wajib menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup, bilamana pada suatu ketika terjadi adanya gangguan terhadap fungsi-fungsi lingkungan, seperti pencemaran, polusi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, hal ini menjadi cukup krusial bagi daerah-daerah yang tidak memiliki kapasitas dalam hal pendanaan untuk menjamin upaya pemulihan fungsi lingkungan hidup bagi proyek-proyek pembangunan fisik yang berskala besar yang jika tidak dilakukan pengawasan secara ketat akan menimbulkan dampak negatif dan dapat mengganggu fungsi-fungsi lingkungan hidup. Kementerian PU SKB/SEB untuk komitmen menjaga lingkungan didalam pembangunan infratruktur melalui penyediaan dokumen lingkungan Kementerian LH pelaksanaan konstruksi berikut dokumen AMDAL atau UKL/UPL Pemerintah Provinsi 1. Pembebasan tanah (jika diperlukan) 2. Kewajiban melaksanakan RKL/PKL sesuai dengan dengan kewenangan 3. Pelaksanaan konstruksi pendukung sesuai kesepakatan 1. Pembebasan tanah (jika diperlukan) 2. Kewajiban melaksanakan RKL/PKL sesuai dengan dengan kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kot a Pembangunan Infrastruktur berwawasan lingkungan Gambar 5.4. Alur Sharing Pendanaan untuk Pembangunan Infrastruktur PU yang Berwawasan Lingkungan Dalam kaitan ini, diperlukan mekanisme pendanaan yang jelas, yang dapat diakomodir oleh seluruh pemerintah daerah di Indonesia guna menjamin pemulihan fungsi lingkungan hidup Bab V | 5
  • 48. manakala terjadi hal-hal diluar perencanaan dan tidak terakomodasi di dalam dokumen AMDAL. Selain itu, rekomendasi dari dokumen lingkungan terutama dokumen AMDAL yang mewajibkan pelaporan rutin setiap 6 bulan untuk kegiatan RKL/RPL (rencana kelola lingkungan dan rencana pantau lingkungan) membutuhkan dana yang rutin. Dari hasil survei, diketahui bahwa untuk pembangunan infrastruktur PU yang dibiayai dan dikelola oleh pemerintah, tidak pernah melakukan kewajiban pelaporan PKL/RPL dari kegiatan yang telah dioperasikan kepada Badan Lingkungan Hidup Daerah. Hal ini menimbulkan pemikiran akan perlunya alokasi dana khusus untuk kegiatan RKL/PKL. Sharing kegiatan tersebut dengan pemerintah daerah, disamping porses pembebasan lahan perlu dipikirkan. Keberadaan SEB/SKB tersebut dapat digunakan sebagai salah satu strategi di dalam pengendalian penataan ruang, misalnya dengan dibentuknya Tim Kendali Tata Ruang, dengan struktur keanggotaan berasal dari masing-masing kementerian teknis yang terkait. Strategi tersebut diharapkan dapat memperkuat implementasi penataan ruang yang lebih berkualitas. Disamping itu, dengan adanya Tim Kendali Tata Ruang di tiap daerah, diharapkan dapat menjadi salah satu upaya bagi solusi penggunaan lahan yang tidak sesuai atau melanggar peruntukkan ruang, yang dapat membawa dampak pada penurunan kualitas ruang dan lingkungan. Bab V | 6
  • 49. BAB VI REKOMENDASI Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur bidang PU, terutama kegiatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Teknis (Sumber Daya Air, Bina Marga, Cipta Karya dan Penataan Ruang) perlu mendapatkan perhatian yang serius terkait dengan aspek lingkungan. Perhatian terhadap lingkungan tersebut harus selalu ada didalam setiap proses kegiatan baik perencanaan, pembangunan, operasional, monitoring dan evaluasi maupun pengendalian. Berdasarkan pada hasil analisis dan rekomendasi kebijakan, maka di susun suatu strategi implementasi terhadap upaya Pembangunan Infrastruktur Bidang PU yang berwawasan lingkungan terutama yang tercermin dalam masing-masing tahapan kegiatan Direktorat Teknis, sehingga hal tersebut dapat menjadi pegangan didalam penyusunan program dan rencana kerja serta pelaksanaan kegiatan. Rekomendasi yang diusulkan berikut ini (Tabel 6.1) merupakan langkah strategi implementasi kebijakan pembangunan PU yang berwawasan lingkungan pada masingmasing Direktorat Teknis. Formulasi strategi yang diusulkan ini didasarkan atas empat bagian pokok yang telah diusulkan seperti yang disajikan dalam Bab 5, dengan mempertimbangkan kerangka atau horizon tahapan implementasi, yaitu: (1) perencanaan; (2) pembangunan; (3) pengoperasian; (4) monitoring dan evaluasi; dan (5) pengendalian. Bab VI | 1
  • 50. Tabel 6.1. Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Sumber Daya Air SUMBER DAYA AIR No. Strategi Kebijakan Perencanaan Pembangunan Pengoperasian Monitoring dan Evaluasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Pengendalian 1. Penataan Ruang yang lebih Diperketat - Acuan Dokumen KLHS Acuan Dokumen Tata Ruang Kejelasan status kepemilikan lahan Persetujuan Menteri Kehutanan untuk Hutan Lindung Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat pembangunan infrastruktur tersebut Perhitungan luas area yang terkena dampak yang ditimbulkan selama masa konstruksi Pelaporan rutin pelanggaran daerah sempadan sungai Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait √ √ √ √ √ √ √ - Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang - Pelatihan/training peningkatan kompetensi - Pemahaman terhadap dokumen lingkungan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2. Penguatan Kapasitas Instansi di Daerah - Acuan Dokumen KLHS Acuan Dokumen Tata Ruang Acuan Dokumen Perencanaan (RPJP, RPJM, RENSTRA) Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan √ √ √ √ Bab V | 2
  • 51. SUMBER DAYA AIR No. Strategi Kebijakan - Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat pembangunan infrastruktur tersebut - Perhitungan luas area yang terkena dampak yang ditimbulkan selama masa konstruksi - Pelaporan rutin pelanggaran daerah sempadan sungai - Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU - Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait - Pengawalan dan Pemantauan Pelaksanaan. - Monitoring pasca operasi. - Alokasi / pengelolaan anggaran secara efektif dan efisien - Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang - Sharing dana antara instansi, terutama pusat dan daerah - Optimalisasi waktu pelaksanaan konstruksi - Penyediaan rencana kerja dan rencana aksi yang terpola - Standarisasi layanan melalui kualitas konstruksi - Pelatihan/training peningkatan kompetensi - Pemahaman terhadap dokumen lingkungan Perencanaan Pembangunan Pengoperasian Monitoring dan Evaluasi √ √ Pengendalian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3. Penguatan Kerjasama Antar Sektor - Acuan Dokumen KLHS Acuan Dokumen Tata Ruang Kejelasan status kepemilikan lahan River Restoration Persetujuan Menteri Kehutanan untuk Hutan Lindung Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan √ √ √ √ √ √ √ Bab V | 3
  • 52. SUMBER DAYA AIR No. Strategi Kebijakan - Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat pembangunan infrastruktur tersebut - Perhitungan luas area yang terkena dampak yang ditimbulkan selama masa konstruksi - Pelaporan rutin pelanggaran daerah sempadan sungai - Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU - Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait - Pengawalan dan Pemantauan Pelaksanaan. Perencanaan Pembangunan Pengoperasian Monitoring dan Evaluasi Pengendalian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - Monitoring pasca operasi. - Alokasi / pengelolaan anggaran secara efektif dan efisien √ - Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang - Sharing dana antara instansi, terutama pusat dan daerah √ - √ √ Optimalisasi waktu pelaksanaan konstruksi Penyediaan rencana kerja dan rencana aksi yang terpola Pelatihan/training peningkatan kompetensi Pemahaman terhadap dokumen lingkungan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 4. Penguatan Kapasitas Pendanaan - Sharing dana pembebasan lahan dgn pemerintah daerah - Alokasi dana oleh pemerintah daerah utk laporan RKL/RPL - Kejelasan status kepemilikan lahan - Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan - Perhitungan luas area yang terkena dampak yang ditimbulkan selama masa konstruksi - Pelaporan rutin pelanggaran daerah sempadan sungai - Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Bab V | 4
  • 53. SUMBER DAYA AIR No. Strategi Kebijakan - Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait - Monitoring pasca operasi. - Sharing dana antara instansi, terutama pusat dan daerah - Standarisasi layanan melalui kualitas konstruksi Perencanaan Pembangunan Pengoperasian √ √ √ √ √ √ √ √ Monitoring dan Evaluasi √ √ √ √ Pengendalian √ √ √ Keterangan : √ : harus ada/dilaksanakan Bab V | 5
  • 54. Tabel 5.2. Strategi Implementasi Kebijakan Pembangunan Sub Bidang Bina Marga BINA MARGA No. Strategi Kebijakan Perencanaan Pembangunan Pengoperasian Monitoring dan Evaluasi Pengendalian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 1. Penataan Ruang yang lebih Diperketat - Acuan Dokumen KLHS Acuan Dokumen Tata Ruang Kejelasan status kepemilikan lahan Persetujuan Menteri Kehutanan untuk Hutan Lindung Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat pembangunan infrastruktur tersebut Perhitungan luas area yang terkena dampak yang ditimbulkan selama masa konstruksi Pelaporan rutin pelanggaran ruang milik jalan Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait √ √ √ √ √ √ √ - Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang - Pelatihan/training peningkatan kompetensi - Pemahaman terhadap dokumen lingkungan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2. Penguatan Kapasitas Instansi di Daerah - Acuan Dokumen KLHS Acuan Dokumen Tata Ruang Acuan Dokumen Perencanaan (RPJP, RPJM, RENSTRA) Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan √ √ √ √ Bab V | 6
  • 55. BINA MARGA No. Strategi Kebijakan - Perhitungan Daya tampung lingkungan sebagai akibat pembangunan infrastruktur tersebut - Perhitungan luas area yang terkena dampak yang ditimbulkan selama masa konstruksi - Pelaporan rutin pelanggaran ruang milik jalan - Program prioritas pembangunan infrastruktur bidang PU - Koordinasi (Surat Edaran Bersama) antar sektor terkait - Pengawalan dan Pemantauan Pelaksanaan. - Monitoring pasca operasi. - Alokasi / pengelolaan anggaran secara efektif dan efisien - Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan tata ruang - Sharing dana antara instansi, terutama pusat dan daerah - Optimalisasi waktu pelaksanaan konstruksi - Penyediaan rencana kerja dan rencana aksi yang terpola - Standarisasi layanan melalui kualitas konstruksi - Pelatihan/training peningkatan kompetensi - Pemahaman terhadap dokumen lingkungan Perencanaan Pembangunan Pengoperasian Monitoring dan Evaluasi √ √ Pengendalian √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3. Penguatan Kerjasama Antar Sektor - Acuan Dokumen KLHS Acuan Dokumen Tata Ruang Kejelasan status kepemilikan lahan Persetujuan Menteri Kehutanan untuk Hutan Lindung Analisis manfaat dari pembangunan yang dilakukan Perhitungan Daya dukung lingkungan thdp pembangunan √ √ √ √ √ √ √ Bab V | 7