SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 110
Final
       Indikator Keberhasilan Manajemen Usaha Pertambangan
                                        Oleh
                         Dr.Ir.Ukar W. Soelistijo, M.Sc, APU

Sari
Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Accredited Mining Enterprise)
menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan
manajemen usaha pertambangan.
Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal (1) sebagai perusahaan yang
berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem
manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable; (2)
sistem penggalangan dana (debt equity, pengembalian hutang, diversifikasi usaha,
pengembangan jasa; (3) sistem pembukuan keuangan; dan (4) sistem audit.
Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambangan dapat meliputi dari kegiatan
hulu (manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan
hilir (manajemen pasar) serta masalah yang berhubungan dengan pengembangan
wilayah dan lingkungan termasuk CSR (corporate social responsibity).
Pada akhirnya indikator keberhasilan dalam usaha pertambangan baik dalam
manajemen keuangan maupun manajemen usaha di tandai oleh kemampuan internal
dalam hal diperoleh least cost dan keuntungan optimal serta kemampuan eksternal
dalam hal manfaat otimal bagi negara di mana perusahaan beroperasi antara lain dalam
bentuk pembayaran pajak secara akuntabel serta manfaat optimal secara regional
termasuk pengembangan masyarakat setempat sebagai corporate social responsibility
atau sebagai the servant of the community..
Sebagai contoh dalam COW maka manfaat finansial skala nasional diperoleh sebesar 55
% dari revenue perusahaan COW dan sebesar 60% dari revenue prusahaan PKP2B bagi
negara Indonesia. Manfaat sosial neto dari beberapa perusahaan COW dan BUMN
diperoleh sebesar antara 1 -23% dari revenue mereka bagi masyarakat setempat sebagai
upaya partisipasi mereka dalam rangka pengembangan wilayah termasuk lingkungan.
Besaran tersebut perlu diupayakan peningkatannya pada masa mendatang.
Kata kunci: indikator keberhasilan perusahaan pertambangan, manajemen keuangan,
manajemen usaha, kegiatan hulu–hilir, pengembangan wilayah dan lingkungan.

Abstract
The acredited mining enterprise may involve the indicators of both successfulness in the
fields of financial management and of mining enterprise management as well.
The indicators of financial management may include several matters ,i.e., (1) as an
anterprise characterized by good governance and clean management, by the support of
systematic/professional, accountable and tranparant/auditable financial management
system; (2) the system of funds raising (debt equity, loan rescheduling, diversification of
enterprising, and services development; (3) the system of book-keeping; and (4) the
system of audit.
The indicators of mining enterpruse management may include the activities from
upstream (resource/reserve management), management of production activities, up to
downstream activities (marketing management) and problems related to regional
development and including CSR (corporate soaial responsibility) or as the servant of
the community
Finally, the indicator of successfulness in the mining enterprise either in the financial
management or in the business management is indicated by internal capability in terms
of the least cost and the optimal profit obtained and by external capability in terms of
optimal benefit for the nation where the enterprise operate, for instance, in the case of
accountable tax paying and optimal benefit for the regional development including
local community development as a corporate social responsibility.
For instance, in term of COW so that the financial benefit at the national scale 55% of
the companies’ revenue and around 60% of the Coal COW revenue are gained by
Indonesia. Net social gains from the COW companies and the State-owned companies
are of about 1 – 23% of their revnues gained by the local community in the form of their
participation in the regional development including the environment ptotection. Those
amounts should be increased and enforced in the future.
Keywords: Successfulness indicator of mining enterprise, finanacial management,
enterprise management, upstream-downstream activities, regional development and
environment protection.

I. Pendahuluan
Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Acredited Mining Enterprise)
menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan
manajemen usaha pertambangan.
Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal berikut:
1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management,
    dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional,
    akuntabel , transparan/auditable.
2. Sistem penggalangan dana.
    a. Debt equity.
    b. Pengembalian hutang.
    c. Diversifikasi usaha.
    d. Pengembangan jasa.
3. Sistem pembukuan keuangan.
4. Sistem audit.
Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambagan dapat meliputi dari kegiatan hulu
(manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan hilir
(manajemen pasar) serta masalah yang berhubungan dengan lingkungan termasuk CSR
(corporate social responsibity).

II. Indikator Manajemen Keuangan

A. Faktor Permasalahan
1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management,
   dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional,
   akuntabel , transparan/auditable.
   a. Sistemis.
   Sistem keuangan suatu perusahaan perlu mampu menggambarkan suatu interaksi
   antara substansi engineering – ekonomi – dan akuntansi. Dari segi substansi
   engineering, memang keuangan timbul setelah adanya telaahan engineering apa
   yang disebut cash in (revenue) dan cash out (biaya operasional) yang terdiri dari
   fixed cost dan variable cost serta biaya commissioning atau biaya operasi awal
sewaktu perusahaan belum menghasilkan revenue atau produksi. Dari segi ekonomi,
    memang perusahaan perlu melihat prospek ke depan dalam upaya menghasilkan
    keuntungan finansial dalam hal ini harga kapital (ROR) harus jauh lebih besar
    daripada biaya kapital, agar usaha dapat berkelanjutan. Dari segi akuntansi, memang
    keuangan perusahaan harus mampu menunjukkan balance sheet aktiva dan pasiva
    secara rinci dari waktu ke waktu secara jelas. Dari mana uang dihasilkan dan ke
    mana uang dikeluarkan.
    b. Akuntabel.
    Keuangan perusahaan perlu selalu dapat dipertanggung jawabkan oleh manajemen
    kepada pemegang saham darri perputaran uang serta keharusan memperoleh
    keuntungan untuk keberlanjutan perusahaan secara jangka pendek, menengah dan
    panjang.
    c. Transparan/auditable.
    Last but not least keuangan perusahaan harus transparan bagi stakeholder, selalu
    siap diaudit oleh akuntan independen dan oleh sistem pengawasan intern.
2. Sistem penggalangan dana.
    a. Debt equity.
    Sumber dana perusahaan dapat sepenuhnya dari dalam (equity) ataupun dari luar
    (hutang) dan dari dalam ataupun dari luar sama sekali. Suatu kelaziman bahwa
    biasanya sumber dana merupakan gabungan sumber dari dalam dan dari luar,
    sehubungan dengan mengatasi resiko usaha. Suatu kebiasaan bahwa modal sendiri
    perlu di bagi dalam beberapa bidang usaha. Kalau suatu bidang usaha merugi dapat
    diimbangi oleh bidang-bidang usaha yang lain yang untung.
    b. Pengembalian hutang.
    Sharing usaha melalui hutang diperlukan kecermatan dalam sistem dan mekanisme
    pengembalian hutang.
    c. Diversifikasi usaha.
    Diversifikasi usaha dapat secara vertikal dari hulu ke hilir sehubungan peningkatan
    nilai tambah suatu komoditi atau secara horizontal atau pengembangan dari
    komoditi yang satu ke komoditi yang lain atau multi komoditi. Hal ini perlu
    dilakukan untuk menembus pasar atau kompartemen pasar sesuai dengan kebutuhan
    pasar atau konsumen.
    d. Pengembangan jasa.
    Di samping komoditi, suatu usaha dapat juga di bidang jasa. Justru jasa ini
    mempunyai lingkup pasar yang lebih luas dari hulu ke hilir.
3. Sistem pembukuan keuangan.
    Pembukuan keuangan merupakan catatan sistematis keuangan perusahaan untuk
    keperluan manajemen dan untuk keperluan audit.
    Laporan keuangan harus disajikan secara wajar dalam hal yang material, posisi
    keuangan perusahaan pada akhir tahun, hasil usaha dan serta arus kas untuk tahun
    yang berakhir pada akhir tahun yang sedang diuji sesuai dengan prinsipakuntansi
    yang berlaku umum.
4. Sistem audit.
    Sistem audit dapat dilakukan oleh intern perusahaan dan oleh tim akuntansi
    independen.
    Yang perlu diaudit adalah: neraca perusahaan pada akhir tahun, laporan rugi laba,
    laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
    tanggal akhir tahun tersebut.
Standar auditing ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, sehingga perlu disusun
   rencana dan pelaksanaan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
   laporan keuangan bebas dari salah saji material.
   Suatu audit meliputi: pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
   mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga
   meliputi penilaian akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat
   oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
   keseluruhan.
   Contoh Laporan tahunan Neraca (Balance sheet) PT International Nickel Indonesia
   per 31 Desember 19993 dan 1992.

B. Model Analisis
Analisis finansial/keuangan secara dasar dan pokok adalah dengan formula sebagai
berikut.
   Item/Year                 0       1     ......  n         Total
   Cost Savings
   Net income (Loss)
   (Depreciation)
   Pre Tax Income
   (Loss)
   Tax
   Net After Tax
   Dprec. add back
   Cash income
   Capital cost
   Working capital
   Cash flow
   PV factor (%)
   Present value
   DCFROR
   Payout period
   Annual benefit
   NPV @ (…%)

Survei komprehensif dan rahasia yang diedarkan oleh PricewaterhouseCoopers kepada
30 perusahaan yang telah berproduksi dan lebih dari 250 perusahaan eksplorasi di
Indonesia tahun 1995-1999 (Tabel I.1 dan I.2) dengan model sebagai berikut:
1. Pendapatan dari penjualan bersih adalah pendapatan setelah dikurangi ongkos angkut,
    asuransi, komisi agen dan biaya langsung lainnya sehubungan dengan pengiriman.
    Belum dikurangi dengan royalti.
2. Beberapa perusahaan        responden yang telah berproduksi memakai metode
    perbandingan pengupasan rata-rata untuk akuntansi biaya pembuangan lapisan atas.
    Laba operasi yang dilaporkan oleh responden tersebut telah disesuaikan untuk
    mencerminkan pemakaian metode biaya pengupasan sebenarnya.
3. Biaya pajak penghasilan perusahaan telah dihitung dengan memakai metode pajak
    berdasarkan jumlah laba menurut buku yang disesuikan dengan akun yang tidak
    kena pajak ataupun yang tidak dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak.
    Perusahaan responden mempunyai saldo kerugian pajak dan perbedaan waktu (akun
pendapatan dan biaya yang dimajukan atau ditangguhkan dari sudut perpajakan,
    seperti penyusutan dan pencadangan) selama masa lima tahun tersebut, yang berarti
    bahwa pajak penghasilan pada satu tahun tertentu. Biaya pajak pernghasilan yang
    dilaporkan oleh responden yang telah berproduksi yang memakai pajak terhutang
    telah disesuaikan kepada metode pajak yang ditangguhkan dengan memakai data
    yang disampaikan oleh perusahaan tersebut.
4. Ratio/perbandingan yang dipakai:
    a. Pengembalian investasi pemegang saham = laba bersih : rata-rata investasi
        pemegang saham (ekuitas + penjamana pihak terkait).
    b. Pengembalian dana yang dipergunakan = laba senelum bunga dan pajak : rata-rata
        dana yang dipergunakan (ekuitas + pinjaman).
    c. Pengembalian aktiva yang dipergunakan = laba bersih : rata-rata jumlah aktiva.
    d. Pengembalian pendapatan bersih = laba bersih : pendapatan dari penjualan bersih.
    e. Pengembalian dividen dari laba bersih yang belum disesuaikan = dividen
        dibayar : laba bersih yang dilaporkan perusahaan (tidak disesuaikan dengan
        perbedaan kebijakan akuntansi).
    f. Perbandingan hutang/ekuitas = jumlah pinjaman pada akhir tahun : jumlahekuitas
        pada akhir tahun.
    g. Pendapatan terhadap jumlag aktiva = pendapatan bersih dari penjualan : jumlah
        aktiva pada akhirtahun.
    h. Rasio lancar = aktiva lancar pada akhir tahun : hutang lancar pada akhir tahun :
        hutang lancar (tidak termasuk pinjaman lancar) pada akhir tahun.
    i. Rasio perputaran dana = pendapatan dari penjualan bersih : rata-rata dana
        dipergunakan (ekuitas + pinjaman).

                                  Tabel I.1 Laporan Keuangan Keseluruhan
                                          I.1A Neraca Keseluruhan
US$ juta – US$ Millions                          1995      1996      1997     1998   1999
Dana pemegang saham – Shareholders’ funds            2,094.0        1,942.1          2,774.5
Pinjaman – Borrowings                                2,897.6        4,788.4          5,223.6
Jumlah dana dipergunakan-Total funds employed        4,991.6        6,730.5          7,998.1
Kewajiban lancar – Current liabilities                723.1         1,029.3          1,088.5
Provisi/cadangan untuk pemulihan dan penutupan         23.3           41.5             72.8
   tambang- Provision/reserve for restoration and
   mine closure
Kewajiban lain-lain-Other liabilities                349.8           836.5           1,058.7
Jumlah ekuitas dan kewajiban-Total equity and
   liabilities                                       6,087.8        8,637.8          10,218.1
Aktiva tetap – Fixed assets                          3,801.0        5,885.3           7,094.3
Eksplorasi dan pengembangan – Exploration and         823.5         1,007.7           1,190.2
development
Aktiva lancar- Current assets                        1,312.2        1,500.5           1,628.6
Aktiva lain-lain – Other assests                      151.1          274.3             305.0
Jumlah aktiva- Total assets                          6,087.8        8,637.8          10,218.1
Aktiva bersih-Net assests                            2,094.0        1,942.1           2,774.5
Pendapatan jumlah aktiva – Revenue to total assets     0.54           0.42              0.37
Rasio lancar – Curent ratio                            1.81           1.46              1.50
Rasio perputaran dana – Funds turnover ratio           1.78           1.83              1.56
I.1B. Laba Rugi Keseluruhan

     US$ juta – US$ millions                     1995       1996         1997      1998   1999
Pendapatan penjalan bersih – Net sales revenue   3,312.5                 3,638.8          3,829.6
Biaya tenaga kerja – Labour costs                 116.9                  163.1            140.4
Penyusutan dan amortaisasi – Depreciation and     280.1                  356.4            518.4
  amortization
Biaya produksi – Production costs                1,740.6                 2,111.0          1,993.1
Royalti tunai – Cash royalties                     57.9                    44.0             38.1
Laba operasi – Operating profit                  1,117.0                  964.3           1,139.6
Biaya eksplorasi – Exploration expense              7.4                    24.7             26.4
Beban bunga dan pendapatan – Interest and
  financing costs                                 100.8                  108.9            123.3
Rugi/(laba) selisih kurs bersih – Net exchange
  loss/gain                                       (1.4)                  (18.6)            16.2
Biaya lain-lain – Other expenses                   74.4                  207.4            100.1
Laba sebelum pajak penghasilan – Profit before    935.8                  641.9            873.6
  income tax
Biaya pajak penghasilan – Income tax expenses     298.3                  236.2            321.6
Laba bersih – Net profit                          637.5                  405.7            551.9
Tabel I.2. Ringkasan Informasi dan Laporan Keuangan
                            Pertambangan Mineral Keras dan Batubara
                   (17 perusahaan berproduksi dan 19 perusahaan bereksplorasi)

US$ juta – US$ millions                 1994       1995        1996      1997         1998        1999
Neraca – Balance sheet
Jumlah kewajiban – Total liabilities   3,630.4    3,993.9     4,896.3   6,695.7      7,446.3       7,443.6
Jumlah aktiva – Total assets           5,248.4    6,088.0     6,921.6   8,637.8      9,587.2      10,218.1
Ekuitas – Shareholders equity          1,618.0    2,094.0     2,025.3   1,942.1      2,140.9       2,774.5
Rugu/Laba – Profit and loss
Pendapatan penjualan bersih – Net      2,325.5    3,312.5               3,638.8      3,522.2       3,829.
   sales revenue
Laba operasi – Operating profit         610.7     1,133.3                981.4       1,197.2       1,204.7
Laba sebelum pajak penghasilan –        505.8      952.1                 664.7        827.1         895.5
   Profit before income tax
Biaya pajak penghasilan – Income        153.1     303.7                  243.5        288.0        209.9
   tax expense
Laba bersih – Net profit                352.7     648.4                  421.2        539.2        685.6
Arus kas – Cashflow
Arus kas bersih – Net cashflow           51.2     133.5                  255.2         2.8         (116.2)
Rasio keuangan – Financial ratios
Pendapatan terhadap jumlah aktiva –      0.62      0.54                   0.42         0.37         0.37
   Revenue to total assets
Rasio lancar – Current ratio             1.82      1.81                   1.46         1.67         1.50
Rasio perputaran dana – Funds            1.44      1.78                   1.83         1.73         1.56
   turnover ratio
Rasio hutang /ekuitas – Debt/equity      1.68      1.38                   2.47         2.38         1.88
   ratio
Produksi berdasarkan mineral –
   Production by mineral
Bauksit – Bauxite (‘000 wmt)            1,094.3    805.9                  808.7       1,055.6      1,116.3
Batubara – Coal (‘000 t)               27,258.8   34,14.9               45,884.1     52,702.6     60,691.6
Tenbaga ( - Copper (M lb)                710.3     978.0                 1,166.5      1,732.0      1,690.2
Emas – Gold (‘000 oz)                   1,255.9   1,741.1                2,559.4      3,641.1      3,929.0
Pasir besi – Iron sands (‘000 wmt)       334.9     348.4                  487.4        560.5        584.4
Bijih nikel – Nickel ore (‘000 wmt)     2,311.5   2,573.4                2,831.4      3,233.4      3,235.3
Nikel – Nickel (M lb)                    112.6     123.2                   93.1         96.3        120.3
Perak – Silver (‘000 oz)                2,124.4   3,222.1                3,445.3      5,092.2      5,055.5
Timah – Tin (‘000 t)                      43.7      44.6                   53.0         53.7         47.8
Pengeluaran untuk eksplorasi dan
   kelayakan – Exploration and
   feasibility expenditure               69.2      89.5                  154.9         96.2         75.5
Tenaga kerja – Employment
Jumlah karyawan – Number of            22,058     22,083                33,167       33,772        37,718
   employees
Upah kotor (Rp miiar) – Gross            239.60      262.96                471.75      1,060.81   1,101.36
   compensation (Rp billion)
Jumlah pendapatan pemerintah (Rp.
   miliar) – Total government
   revenue (Rp billion)                  774.90    1,325.09               1,895.29     7,724.94   6,879.03
Kontribusi pertambangan – mining
   contribution
PDB – GDP                               1.3%       1.5%                   1.8%         3.7%         2.8%
Ekspor - Export                          n/a      10.9%                  11.1%        15.9%        11.2%
Pengeluaran untuk reklamasi,
penutupan tambang dan
pengendalian lingkungan –
expenditure on reclamation, mine
closure and environmental control        10.4      13.5                   30.0         99.4         26.4
C. Penjelasan Atas Laporan Keuangan. (Contoh PT INCO Per 31 Desember 1993
         dan 1992, Tabel I.3 s.d. I.6).
a. Umum.
    - Dasar Akte.
    - Dasar Kontrak Karya.
    - Kegiatan utama Perusahaan.
b. Akhtisar Kebijakan Akuntansi yang Penting.
    1). Penyajian dari Laporan Keuangan.
         Disusun berdasarkan prinsip-prinsip Konsep Arus Kas dan Ekivalen Kas.
         Ekivalen Kas terdiri dari deposito pada perusahaan afiliasi dan deposito jangka
         pendek pada lembaga keuangan
    2). Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing.
         Kas, piutang dan kewajiban lancar dalam mata uang selain US$ dijabarkan ke
         US$ dengan kurs tukar yang berlaku pada akhir tahun.
    3). Persediaan.
         Persediaan dinyatakan dengan harga yang terendah antara harga perolehan dan
         nilai realisasi bersih.
    4). Aktiva Tetap.
         Aktiva tetap dicatat berdasarkan harga perolehan.
    5). Penyusutan dan Deplesi.
         Penyusutan atas aktiva tetap dihitung atas dasar unit produksi untuk jangka
         waktu maksimum 20 tahun dan ditinjau setiap tahun.
    6). Biaya yang Ditangguhkan.
         Biaya pemugaran aktiva tetap dalam jumlah yang besar didebitkan ke perkiraan
         biaya yang ditangguhkan dan diamortisasikan dengan metode garis lurus
         berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari pemugaran tersebut, yang
         lebih pendek dari masa penyusutan aktiva tetap.
    7). Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan.
         Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan telah dibukukan untuk mencatat
         perbedaan waktu dalam pengakuan penyusutan dan pendapatan/beban lainnya
         antara laporan keuangan untuk tujuan akuntansi dan pajak.
    8). Laba Bersih per Saham.
         Laba bersih per saham dihitung dengan membagi laba bersih dengan ju,lah rata-
         rata saham yang ditempatkan dan disetor penuh pada tahun yang bersangkutan.
c. Piutang Lain-lain.
     Merupakan tagihan kepada pihak ketiga, klaim asuransi, pinjaman pegawai dan
         uang muka perjalanan dinas pegawai.
d. Persediaan.
     Terdiri dari komoditi (logam nikel dalam proses dan barang jadi) ditambah supplies.
e. Aktiva Tetap.
     Terdiri dari jembatan, bangunan, pabrik dan mesin, perabotan dan peralatan kantor,
     pesawat udara, aktiva tetap yang tidak dialokasikan yang dijumlahkan sebagai
     Akumulasi Penyusutan selanjutnay ditambah dengan Pengembangan Tambang dan
     akumulasi deplesi
f. Pengeluaran untuk Lingkungan.
     Operasi perseroan telah dan akan dipengaruhi oleh perubahan dalamperundang-
     undangan mengenai lingkungan. Ada tiga laporan lingkungan yaitu SEL (Studi
Evaluasi Lingkungan), RKL (rencana Pengelolaan Lingkungan, dan RPL (Rencana
    Pemantauan Lingkungan). Pengeluaran sehubungan dengan program lingkungan
    dan reklamasi dibebankan pada perhitungan rugu-laba atau dikapitalisasi sebagai
    aktiva tetap dan kemudian disusutkanbergantung pada manfaat ekonomis dari
    pengeluaran tersebut pada masa mendatang.
g. Pekerjaan dalam Pelaksanaan.
    Meliput pekerjaan yang berlangsung.
h. Aktiva Lainnya.
    Meliput pekerjaan eksplorasi dan pembangunan sarana lain-lain.
i. Transaksi dengan Perusahaan Afiliasi.
   1). Penjualan.
   2). Deposito pada Perusahaan Afiliasi.
   3). Hutang kepada Perusahaan afiliasi.
   4). Biaya atas Bantuan Manajemen dan Teknis.
j. Kewajiban Lancar Lainnya.
    Meliput cadangan untuk gajih, cuti dan dividen.
k. Hutang Jangka Panjang dan Hutang Jangka Panjang Jatuh tempo dalam Satu Tahun.
    Hutang dengan jaminan seluruh piutang, peralatan, perssediaan dan seluruh
        pendapatan dari kontrak penjualan jangka panjang.
l. Taksiran Hutang untuk Program Pensiun.
m. Modal Saham.
n. Pajak Penghasilan.
    Sesuai dengan pajak Perseroan 45%, kemudian disesuaikan dengan pajak terendah
    35% serta kredit pajak investasi 8%. dengan menurunkan tarif pajak efektif menjadi
    22,5%.
o. Dividen. Dividen sebesar $0,15 per saham.
p. Harga pokok Penjualan.
q. Restrukturisasi Modal.
    Memperhitungkan akumulasi kerugian yang lalu yang diperhitungkan dengan
    jumlah laba ditahan dan terhitung sisa laba.

              Tabel I.3. Neraca Per 31 Desember 1993 dan 1992 PT INCO Indonesia

        (Dalam ribuan US$)                 Catatan/No     1993      1992         (US$ thousands)
                                               tes
AKTIVA                                                                                 ASSETS
Aktiva Lancar                                                                         Current Assets
  Kas dan Bank                                               377       375                 Cash
  Deposito pada perusahaan Afiliasi            9.2         14.000    21.100        Deposit with Affiliate
  Deposito Berjangka                                        5.000     1.517           Time Deposits
  Piutang Usaha pada perusahaan Afiliasi       9.1         17.462    22.349   Trade Receivable from Affiliated
                                                                                        Companies
  Piutang Lain-lain                             3           3.570     2.906          Other receivables
  Persediaan                                 2.3 & 4       51.549    52.829             Inventories
  biaya yang Dibayar Di muka                                1.823     1.613          Prepaid Expenses
  Jumlah Aktiva Lancar                                    93.781    102.68     Total Current Assets
                                                                      9
Aktiva Tetap, Bersih                       2.4, 2.5 & 5   533.52    563.28    Property, Plant and Equipment,
                                                                                            Net
                                                            2         2
Aktiva Lain-lain                                                                       Other Assets
  Pekerjaan dalam Pelaksanaan                   7          32.207    25.977       Construction in Progress
  Biaya yang Ditangguhkan                      2.6         25.264    23.930          Deferred Charges
  Aktiva Lainnya                                8           4.341     4.200                Other
Jumlah Aktiva Lain-lain                                     61.812    54.107         Total Other Assets
Jumlah Aktiva                                                 689.11    720.07            Total Assets
                                                                 5         8
Kewajiban dan Modal Sendiri                                                           Liabilities and Shareholders’
                                                                                                  Equity
Kewajiban Lancar                                                                           Current Liabilities
  Hutang Usaha                                                  1.920     3.153               Trade Payable
  Hutang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam           11         25.000    25.000     Long-Term Debt Due Within One
    Satu Tahun                                                                                     Year
  Hutang Kepada Perusahaan Afiliasi                 9.3         2.551     2.828        Amount Due to Affiliated
                                                                                                Componies
  Biaya yang Harus Dibayar                                      4.877    12.176           Accrued Liabilities
  Kewajiban Lancar Lainnya                          10          1.430     1.351         Other Current Liabilities
Jumlah Kewajiban Lancar                                       35.778    44.508         Total Current Liabbilities
Hutang Jangka Panjang                               11        112.500    137.500            Long-Term Debt
Taksiran Hutang Untuk Program Pensiun               12         12.097     10.984        Accrued Pension Benefits
Hutang Pajak Penghasilan yang                    2.7 & 14      32.564     29.397         Deferred Income Taxes
  Ditangguhkan
Jumlah Kewajiban                                              192.93    222.38              Total Liabilities

                                                                9         9
Modal Sendiri                                                                             Shareholders’ Equity
 Modal Saham                                        13        136.413    136.413             Common Stock
 Modal Disetor Lainnya                              17        277.760    277.760       Additional Paid-in Capital
 Laba Ditahan (sejak1983)                           17         82.003     83.516     Retained Earnings (Since 1983)
  Jumlah Modal Sendiri                                        496.17    497.68         Total Shareholders’ Equity

                                                                6         9
Jumlah Kewajiban dan Modal Sendiri                            689.115    720.078          Total Liabilities and
                                                                                          Shareholders’ Equity


                                          Tabel I.4. Laporan Laba Rugi

(Dalam ribuan US$, kecuali laba per saham)   Catatan/Notes     1993      1992       (US$ thousands, except earnings
                                                                                           per share amounts))
Penjualan                                                     154.831   192.212    Sales
Harga pokok Penjualan                                         130.456   132.715    Cost of Goods Sold
Laba Kotor                                                     24.375    59.497    Gross Profit
Beban Penjualan, Administrasi dan Umum                          2.999     4.497    Selling, General and
                                                                                   Administration Expenses
Laba Usha                                                     21.376    55.000     Operating Profit
Pendapatan (Beban) Lain-lain                                                       Other Income
  Pendapatan Bunga                                              803      1.351     Interest Income
  Beban Bunga                                                 (7.066)   (9.267)    Interest Expenses
  Keuntungan (Kerugian) Kurs                                   (105)     (143)     Currency translation Adjustments
  Pendapatan (Beban) Lain-lain, Bersih                         (934)     (337)     Other, net
Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain                           (7.302)   (8.396)    Total Other Income (Expenses)
Laba Sebelum Pajak Penghasilan                                14.074    (46.604)   Earnings Before Income Tax
Pajak Penghasilan                                              3.167    (10.486)   Income Tax
laba Bersih                                                   10.907    (36.118)   Net Earnings
Laba Bersih Per Saham                                          0,04     (O,15)     Net Earnings per Share




                                         Tabel I.5. Laporan Laba Ditahan

           (Dalam ribuan US$)                 Catatan/Notes     1993     1992               (US$ thousands)
 Saldo pada Awal tahun (Sejak tahun 1983)                      83.516   109.500       Balance at Beginning of Year
                                                                                              (Since 1983)
 Laba Bersih                                                   10.907    36.118               Net Earnings
Dividen                                                    94.423        145.618
                                                          (12.420)       (62.102)            Dividends Declared
Saldo pada Akhir Tahun                                     82.003         83.516            Balance at End of Year




                                        Tabel I.6. Laporan Aliran Kas

           (Dalam ribuan US$)                 1993       1992                        (US$ thousands)
Kegiatan Operasi                                                     Operating Activities
  Laba Bersih                                10.907     36.118       Net Eranings
  Penyesuaian dari Laba Bersih ke Kas yang                           Adjustments to Reconcile Net Earnings to Cash
     Diperoleh dari Operasi                                           Provided by Operating Activities
                                                                         Depreciation
        Penyusutan                           37.891     48.544           Depletion
        Deplesi                                181        312            Amortization
        Amortisasi                            3.138      2.859           Deferred Income Taxes
        Hutang Pajak Penghasilan yang         3.167     10.486           Provision for Pension benefits
           Ditangguhkan                                                     in Excess of Payments
        Pembebanan untuk Program Pensiun      1.113      1.856
           yang Melebihi Pembayaran                                      Other
        Lain-lain                              458         -             Decrease (Increase) in Non-Cash Working
        Pengurangan (Penambahan) Modal                                      Capital related to Operations Trade
          Kerja Bukan kas yang                                              Receivables from Affiliated Companies
           Berhubungan dengan Operasi                                    Other Receivables
           Piutang Usaha pada Perusahaan      4.887     (7.968)          Inventories
              Afiliasi                                                   Prepaid Expenses
           Piutang Lain-lain                  (664)      3.283           Trade Payables
           Persediaan                         1.280      (6.84)          Amonuts Due to Affiliated Companies
           Biaya yang Dibayar Dimuka          (210)       942            Accrued Liabilities
           Hutang Usaha                      (1.233)       68            Other Current Liabilities
           Hutang kepada Perusahaan           (277)      1.224
              Afiliasi
           Biaya yang Masih Harus Dibayar    (7.299)     4.446
           Kewajiban Lancar Lainnya             61         44
Kas Diperoleh dari kegiatan Operasi          53.395     95.330       Cash Provided by Operating Activities
Kegiatan Investasi                                                   Investing Activities
  Aktiva Tetap dan pekerjaan dalam           (15.825)   (26.437)       Capital Expenditures
     Pelaksanaan
  Hasil Penjualan Aktiva Tetap                 729         235        Proceeds from Sale of Property, Plant and
  Biaya yang Ditangguhkan                    (4.371)    (13.4730         Equipemnt
  Lain-lain                                   (141)       (273)       Deferred Charges
                                                                      Other
  Kas Dipakai untuk Kegiatan Operasi         (19.608)   (39.948)     Cash Used for Investing Activities

Penambahan Kas Sebelum Kegiatan              (33.787)   55.382       Cash Surplus Before Financing Activities
Pembiayaan
Kegiatan Pembiayaan                                                  Financing Activities
  Pembayaran Dividen                         (12.402)   (62.031)      Dividends Paid
  Pembayaran Hutang Jangka Panjang           (25.000)   (25.000)      Repayments of Long-Term Debt
Kas Dipakai untuk Kegiatan Pembiayaan        (37.402)   (87.031)     Cash Used for Financing Activities
Kas dan Ekivalen Kas                                                 Cash and Cash equivalents
  Penurunan Tahun Berjalan                   (3.615)    (31.649)      Decrease in Current Year
  Saldo pada Awal Tahun                      22.992      54.641       Balance at Beginning Year
Saldo Pada Akhir Tahun                       19.377      22.992      balance at End of Year
D. Biaya produksi dan biaya angkutan batubara.
Pada Tabel I.7 dapat dilihat contoh biata produksi dan biaya angkutan batubara dari
beberapa perusahaan batubara di Indonesia. Biaya penjualan dan biaya aangkutan
berkisar antara 10-53 %, sisanya adalah biaya produksi, tergantung lokasi geografis dari
tambangnya.

                                   Tabel I.7
                  Biaya Produksi dan Transportasi Batubara
                         PTBA – PKP2B 1993/1994
No Perusahaan Produksi Stripping                     Biaya Operasi
                (Juta       ratio      Biaya produksi       Niaya                Total
               ton/th) (Ton/BCM)                        penjualan dan
                                                         Transportasi
                                                             lokal
                                       US$/ton % US$/ton %                     US$/ton
1    PTBA        7.1        1:7           15.9   59.3    10.4      40.7         26.3
2   PT KPC       7.4       1 : 6.3        25.9   89.3     3.1      10.7         29.0
3   PT Adaro     0.9       1 : 1.5         5.6   47.4     6.2      52.6         11.8
4      PT        3.1        1:4           15.4   87.2     7.5      32.8         22.9
    Arutmin
5   PT MHU       1.2       1 : 7.5        18.6   68.3     8.6      31.7          27.2


II. Indikator Manajemen usaha.
A. Kronologis investasi pertambangan di Indonesia (UU No. 1 Tahun 1967 tentang
     Penanaman Modal Asing.
Terdapat PMA di bidang mineral keras nonbatubara (Kontrak Karya) dan di bidang
batubara (PKP2B/ Perjajnian Kontrak Pengusahaaan Pertambangan Batubara).
    1. Kontrak Karya.
        Pada dasarnya perkembangan KK di Indonesia sejak Generasi I-KK sampai
        dengan Generasi VII-KK dapat dilihat pada Lampiran 1, dengan pokok-pokok
        perkembangan tonggak perubahan mendasar sebagai berikut:
        -. Pada Generasi I-KK yang bersifat window shopping sehingga isi KK amat
        longgar bagi perusahaan dengan adanya tax holiday.
        -. Pada Generasi II-KK mulai adanya divestasi saham perusahaan terutama
        perusahaan nasional dalam PMA, dan mulai dihilangkannya tax holiday.
        -. Pada Generasi III-KK mulai diizinkannya joint venture.
        -. Generasi IV-KK adanya keringanan perpajakan khususnya pajak badan,
        disamping adanya percepatan dalam depresiasi/amortisasi.
        -. Generasi V-VII-KK adanya kelonggaran dalam divestasi atau PMA dapat
        menanamkan modalnya 100%, sesuai dengan PP Nomor 20/1994, dan berlanjut
        pada generasi VI-KK dan VII-KK. Sejak generasi V-KK mulai dikembangkan
        program frontier development/pengembangan wilayah termasuk community
development dan pengembangan sektor hilir (smelter) untuk meningkatkan
    perolehan nilai tambah di dalam negeri.
    Khusus tentang divestasi pada generasi II-KK maksimum 45 %, selanjutnya
    berkembang sejak generasi III-KK sampai yang terakhir pada KK antara
    pemerintah RI dan PT Newmont Nusa Tenggara (Generasi IV) pada pasal 24
    ayat (2) tentang penawaran saham perusahaan kepada pihak Indonesia: pada
    tahap operasi produksi: akhir tahun ke-5 paling sedikit 15%; akhir tahun ke-6
    paling sedikit 23%; akhir tahun ke-7 paling sedikit 30%; akhir tahun ke-8 paling
    sedikit 37%; akhir tahun ke-9 paling sedikit 44%; dan pada akhir tahun ke-10
    paling sedikit 51%. Sedangkan sejak Generasi V-KK mengacu pada PP No 20
    Tahun 1994 yang mengijinkan 100% PMA.
    Dari tujuh generasi tersebut dihasilkan sekitar 137 buah kontrak karya, ada yang
    dalam tahap eksplorasi, yang sedang dan mulai bahkan meningkatkan
    produksinya atau memperpanjang KK-nya dan meningkatkan produksi, dan juga
    ada yang telah tutup.
2. PKP2B
    Faktor-faktor ketentuan dalam PKP2B pada Generasi I-PKP2B sampai dengan
    Generasi III-PKP2B (Lampiran II) meliputi : dasar hukum, status KP,
    manajemen operasi, prinsipal, bagi hasil, sarana dan prasarana, pajak
    perusahaan, divestasi, Indonesianisasi (tenaga kerja), pungutan daerah, initial
    cost, advance payment.
    Generasi Idan II disebut kontrak kerjasama (KKS, coal cooperation contract)
    dan generasi III disebut PKP2B atau coal contract of work (CCOW).
    Kebijakan divestasi pada PKP2B pada dasarnya sama dengan pada KK. Namun
    royalty sebesar 13,5% ternyata memang mendatangkan pendapatan negara yang
    cukup besar dan yang terbesar apabila dibandingkan terhadap sistem royalty di
    negara-negara lain di dunia. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan
    menurunnya minat para kontraktor ke Indonesia.
    Perbedaan antar generasi terutama didasarkan atas dasar Kepres No. 49/1981
    (Generasi I-PKP2B), Kepres No 21/1993 (Generasi II-PKP2B), dan Kepres No
    75/1996 (Generasi III-PKP2B). Pada dasarnya kontraktor mempunyai kewajiban
    keuangan dan wajib membayar secara langsung berdasarkan ketentuan yang
    berlaku mengenai : 13,5% hasil produksinya kepada prinsipal, iuran tetap
    pertambangan, pajak perseroan atas laba usaha, berbagai pajak dan pungutan
    daerah yang telah disetujui Menteri Keuangan, menyetor “witholding tax” atas
    bunga, dividen dan royalty atas jasa pihak ke tiga serta pajak penghasilan
    karyawan perusahaan, pajak penjualan, bea meterai dan cukai atas tembakau dan
    minuman keras. Kontraktor mendapat berbagai fasilitas yang merupakan insentif
    di bidang keuangan. Kontraktor dibebaskan dari kewajiban membayar royalty,
    karena iuran tersebut telah termasuk dalam 13,5% hasil produksi yang
    diserahkan kepada prinsipal.
      Penggunaan bagi hasil bagian pemerintah ditetapkan oleh pemerintah c.q.
    Menteri Pertambangan dan Energi (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral)
    untuk biaya pengembangan batubara, dan program pengawasan KKS/PKP2B
    serta pengelolaan lingkungan.
    Sebagai catatan pada generasi II-PKP2B memang ditutup untuk PMA dan hanya
    khusus diperuntukkan bagi PMDN karena pertimbangan tertentu sesaat.
Dari tiga generasi PKP2B tersebut terdapat 17 PMA, delapan dari generasi I-
       PKP2B dalam tahap produksi dan sembilan dari generasi III-PKP2B yang dalam
       tahap eksplorasi dari 114 kontraktor yang ada. Dalam 5 tahun terakhir, dari 8
       kontraktor PKP2B tersebut memproduksi sekitar 70-80% adri produksi nasional.


   3. Perbedaan antara KK dan PKP2B
       Sebagai perbandingan , perbedaan antara KK dan PKP2B sekaligus terhadap KP
       dari segi dasar hukum, luas wilayah, pemrosesan dan pengesahan, kegiatan
       perusahaan sebelum ijinnya disahkan, tahapan dan jangka waktu kegiatan,
       serta iuran dan pajak yang dipungut, dapat dilihat pada Lampiran III.

   4. Daya tarik utama bagi investasi pertambangan
       Hasil survai yang pernah dilakukan terhadap perusahaan pertambangan
       internasional di Indonesia mengungkapkan pada awalnya adanya faktor-faktor
       yang menjadi daya tarik utama bagi investasi pertambangan adalah sebagai
       berikut:
       - Right to mine adalah kepastian bahwa investor yang telah melakukan
           eksplorasi diberi hak untuk menambang. (berdasarkan pasal 8 ayat (10) UU
           No 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing).
       - Right to expatriate profit adalah hak untuk membawa pulang keuntungan
           (mengacu pasal 19 dan pasal 20 UU No 1 Tahun 1967).
       - Management control yakni dihormatinya hak untuk pengendalian
           manajemen dalam usaha (mengacu pasal 9 dan pasal 26 UU No 1 Tahun
           1967).
       - Equity control yakni adanya kepastian bahwa hak pemegang saham
           dihormati dalam pengambilan keputusan (didasarkan pada pasal 27 UU No 1
           Tahun 1967 dan pasal 12 PP No 20 Tahun 1994).
       - Ketentuan perpajakan yang ditetapkan sejak semula (didasarkan pasal 1 dan
           pasal 2 UU No 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan UU No 1
           Tahun 1967).

B. Indikator manajemen usaha.
    1. Mempunyai maksimum cash flow (depresiasi dan untung).
       a. Pengertian cash flow dapat dilihat pada Gambar 2.1.
       b. Depresiasi bagi jaminan keberlanjutan usahanya sepanjang masa
          (sustainable enterprising), tidak sekedar hanya mengutamakan variable cost
          untuk memperoleh keuntungan yang marginal dengan mengabaikan fixed
          cost, yang didalamnya terdapat depresiasi (lihat Gambar 2.2 Kondisi
          Perusahaan Beroperasi Terus Pada Total Average Cost).
          Kalau manajemen perusahaan kurang efisien, maka sering hanya
          memperoleh keuntungan yang marginal. Kalau manajemen cukup efisien
          dan dapat menguasai pasar, maka akan memperoleh keuntungan yang
          maskimal dan telah memperhitungkan fixed cost. Selanjutnya depreisasi
          capital dapat dialokasikan secara efektif, di samping untung yang optimal.
          Pada gilirannya perusahaan dijamin memperoleh gains dalam cash flow
          yang positif dan perusahaan adalah perusahaan yang sehat dan wajar.
c. Untung (profit) yang mampu dialokasikan baik untuk retained earnings
   maupun reinvestasi.


                            Aliran Kas Dalam Industri Mineral
                                                                 Pendapatan dari paten, perekayasaan,
  Dividen utk pemegang saham                                                  R&D dll
       Kapital dipinjam                                                    R&D

       Kontribusi kapital                                            Investasi di luar
                                        Kas
          Aliran kas
                                    Perusahaan


                               Modal kerja         Investasi langsung



                       Perolehan
                       penjualan
                                             Operasi        Masukan operasi




                 - Penyusutan
                 - Amortisasi
                 -Deplesi
                 - Pengurangan


                                                   Pendapatan terpajak


                                                       Pajak pendapatan
                   Untung neto




             Gambar 2.1. Aliran Kas Dalam Industri Mineral
Gambar 2.2 Kurva ATC, AVC, MC dan Harga

            P
           (C)
                                                               MC

                                                                         TAC

                                                                                   TVC


                                                                                   P

                                                                  Daerah P ideal



                                                            P di daerah ini, produksi terus



                                                           P di daerah ini, produksi tutup



                                                                                   Q




2. Mempunyai maksimum net social gains (NSG) – manfaat sosial neto.

   a). NSG = Revenue – Cost ± Net external effects (NEE)

   Pada hakekatnya terdapat beberapa model yang selalu berkembang sesuai
   dengan berkernbangnya waktu dan peubah-peubahnya, untuk mencapai
   optimalisasi dan ketelitiannya.
   Didefinisikan NSG dari suatu kegiatan ekspor sebagai nilai total dari komoditas-
   komoditas minus nilai dari komoditas intermedier dan faktor sebagai input plus
   “net external effects” (NEE).
   Untuk suatu pengkajian khusus (case study) dari produksi ekspor, NSG lebih
   baik didefinisikan sebagai nilai bersih dari “nilai tukar asing” yang diperoleh
   minus nilai dari sumber-sumber dalam negeri yang digunakan untuk
   memproduksi ekspor komoditas plus NEE, (Pearson and Cownie, 1974).
   Pada hakekatnya kedua definisi tersebut adalah sejajar.
 NSG adalah merupakan suatu hasil akumulasi (komposit) dari 3 macam pengaruh
 ekonomi, yaitu :
 i) “Economic rent”.
     Economic rent dikaitkan dengan faktor-faktor kelangkaan dalam produksi,
     misalnya sumber alam, tanah atau entrepreneurship.
    “Rent” dari kegiatan ekspor diperoleh dari nilai output dikurangi semua biaya
dari faktor-faktor dalam produksi.
ii) Harga-harga pasar untuk input dan output dalam “ekonorni yang sedang
     berkembang” seringkali tidak mencerminkan kelangkaan dari faktor-faktor
     dan komoditas. Adanya divergensi antara “shadow price” dan harga pasar
     menghasilkan suatu kesalahan alokasi dari sumber alam dan suatu kesalahan
     di dalam nilai output yang sedang diadakan observasi.
iii) Industri-industri ekspor mempunyai kontribusi secara tak langsung terhadap
     NSG kepada pendapatan lokal lewat “linkage effects” dan beberapa
     hubungan ekonomi secara tidak langsung yang lain. Linkage effects terjadi
     bilamana industri-industri ekspor menaikkan atau menurunkan “keuntungan”
     dari industri-industri yang lain sebagai suatu akibat dari hubungan
     “intersectoral supply and demand”.
     Linkage benefits umumnya dihasilkan dari economies of scale, keuntungan
     produktivitas dari penggunaan faktor-faktor yang bawah guna, atau hasil dari
     externalities positif untuk sektor-sektor yang lain.
     Linkage costs didasarkan dari hasil tidak adanya kesempatan kerja dari
     faktor-faktor setempat atau dari suatu externality negatif terhadap sektor lain.
     Penilaian dari linkage effects adalah evaluasi ekonomi negara, di mana ini
     dapat dibagi dalam dua hal :
     Group pertama, meliputi backward linkages, forward linkages dan
     technological linkages.
     Backward linkages meliputi penggunaan dari input dan barang-barang kapital
     yang dihasilkan secara lokal oleh industri setempat, sedangkan forward
     linkages meningkat apabila output dari industri ekspor digunakan sebagai
     input oleh industri setempat yang lain.
     Technological linkages berhubungan dengan berbagai external effects yang
     diakibatkan oleh industri ekspor kepada industri-industri yang lain dalam
     ekonomi, termasuk berkembang-luasnya suatu teknologi baru atau metoda-
     metoda organisasi dan pembangunan infrastruktur.
     Pengaruh-pengaruhnya dalam perkembangan ekonomi adalah oleh adanya
     pendapatan tambahan, kesempatan kerja dalam industri-industri ekspor.
     Group kedua, meliputi fiscal linkages dan final demand linkages.
     Fiscal linkages didasarkan pada pembelanjaan dari faktor-faktor pendapatan
     yang dibayar oleh industri ekspor. Suatu pengaruh dari final demand linkages
     adalah positif, apabila pembelanjaan dari faktor pendapatan meningkat yang
     dihasilkan oleh industri ekspor dapat mendorong industri-industri pertanian
     dan industri-industri manufaktur lokal.

b) “Domestic Resources Cost” (DRC)
   Untuk mengadakan evaluasi terhadap “social benefits and costs” dalam
   hubungannya dengan suatu kegiatan ekspor dapat ditilik dari domestic
   resource costs.
        DRCj = domestic resources costs per unit dari foreign exchange yang
            diperoleh (atau ditabung) oleh perusahaan ekspor ke-j.

    Apabila DRC adalah lebih kecil daripada shadow price dari foreign
    exchange, NSG adalah lebih besar dari nol (positif), dan apabila DRC adalah
    lebih besar dari pada shadow price tersebut, maka NSG adalah negatif ini
merupakan hal yang menarik untuk diadakan observasi dalam hubungan
  adanya hambatan-hambatan dari suatu pemisalan bahwa DRC untuk
  memproduksi satu unit bersih dari nilai tukar asing dalam skala nyata
  (deflated).

c) “Net Gain Coefficient” (NGC) (Gambar II.B.2.1).

   Ini untuk memperbandingkan beberapa kegiatan ekspor yang berbeda.
    NGC adalah sebagai perbandingan dari NSG terhadap output total yang
    dinilai pada shadow price dari nilai tukar asing.

    NGC menaik maka kontribusi dari kegiatan ekspor menaik dalam
    pendapatan nasional.

    NGC merupakan produk dari 2 hal, yaitu proposi dari nilai tukar asing yang
    tetap tinggal di dalam negeri dan suatu perbandingan yang menunjukkan
    efisiensi dari penggunaan sumber domestik.

d) Penyebaran dari pendapatan perorangan dan pendapatan produktif
   (occupational) dan hasil dari kesempatan kerja dalam hubungannya dengan
   komoditas ekspor.
   Masing-masing pengaruh ini tergantung pada pemilihan teknologi yang
   digunakan dalam kegiatan ekspor dan biaya relatif yang dibayarkan kepada
   faktor yang digunakan dalam industri. Apabila nilai substitusi kecil di antara
   faktor-faktor dalam proses produksi, teknologi biasanya adalah lebih
   penting daripada harga relatif faktor dalam penyebarannya dari pendapatan
   dan tingkat kesempatan kerja. Dari nilai substitusi besar, maka harga relatif
   dari faktor-faktor akan lebih menentukan.
   Kerangka analitis dari model ini dapat diterapkan dengan sederhana dalam
   observasi terhadap ekonomi negara, asal data yang diperlukan dalam
   peubah-peubah penentu tersebut telah tersedia.
   Model ini selanjutnya dapat dikembangkan untuk berbagai komoditas atau
   sekelompok komoditas (mineral, pertanian, dan lain-lain) dalam suatu
   periode waktu (tahun), dengan memakai suatu tahun sebagai basis
   perhitungan (dasar “present value” atau “deflated value”).
   Observasi ini dapat dibarengi dengan penilaian nilai ekspor secara
   “aggregate analysis” ataupun “disaggregate analysis” terhadap ekonomi
   negara.
Lampiran IV.4 Manfaat Sosial Neto Beberapa Perusahaan Pertambangan di Indonesia




   Gambar II.B.2.1. Manfaat sosial neto beberapa perusahaan pertambangan
                                 di Indonesia

3. Menjalankan misi community development secara optimum: fisik dan
   nonfisik.
   a.Kriteria keberhasilan CD adalah partisipasi dan kemandirian masyarakat :
     kemausiaan, sosial, ekonomi, lingkungan.
   b.Program :
       1). Pengembangan kemandirian nonfisik atau sosial ekonomi.
            2). Program fisik (sarana dan prasarana usaha) untuk wirausaha yang
           menunjang ke arah kemandirian.
   c. Konsep tentang Pengembangan masyarakat (community development).
       1). Hakekat
       Secara hakekat, comdev merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang
       dilakukan oleh industri, pemerintah terhadap kehidupan komuniti lokal.
       Tipologi/ruang lingkup program Comdev berorientasi pada:
       a).Community services (pelayanan kepentingan umum/masyarakat).
       b).Community empowerment/pemberdayaan masyarakat (memberikan akses
       yang lebih luas untuk menunjang kemandirian masyarakat).
       c).Community relation/hubungan masyarakat (pengembangan kesepahaman
       melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait).
       Kasus salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan:
       Cakupan bidang kegiatan yang dilaksanakan dalam program CD pada tahap
       awal adalah menciptakan suatu kelembagaan bersama antara perusahaan dan
       masyarakat setempat yang mengarah pada bentuk koperasi, kegiatan yang
       dilakukan dalam rangka kelembagaan tersebut adalah pembudidayaan ikan
       hias, rumput laut, pelatihan kepemimpinan, manajemen dsb; pembangunan
       sarana dan prasarana fisik yang sifatnya umum seperti peningkatan kualitas
lingkungan, peningkatan sarana keagamaan, pendidikan, biang kesehatan,
membantu kegiatan olah raga.
Kelompok sasaran utama kegiatan CD di area kerja ialah masyarakat
setempat dengan dasar penetuan adalah bahwa masyarakat tersebut yang
menerima dampak langsung dari kegiatan pembangunan dan pengoperasian
fasilitas produksi gas di wilayah tersebut. Dalam perjalanan waktu, dan
untuk kegiatan dari sektor tertentu, kelompok sasaran juga mencakup
masyarakat di wilayah lain, bahkan dalam hal tertentu (seperti beasiswa,
olahraga) se wilayah yang lebih besar.
Pedoman Comdev merupakan kegiatan yang dilakukan terencana dan
sistematis diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai
kondisi sosekbud yang lebih baik, sehingga masyarakat di tempat tersebut
diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan yang lebih baik.
2).Pola pikir.
Pola pikir tentang CD usaha pertambangan merupakan perangkat atas dasar
prinsip bottom-up (Gambar 4.1).
 Pada dasarnya batasan CD adalah sebagai pembangunan dan pemanfaatan
serangkaian struktur yang berlaku dan berlangsung dalam pemberdayaan
masyarakat, sehingga masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri. Prinsip dasar dalam pengembangan masyarakat adalah melibatkan
masyarakat dari sejak awal kegiatan untuk dapat mengenali kebutuhan-



                                   Gambar III.5.1




     Gambar II.B.2.1. Pola pikir tentang CD usaha pertambangan
        merupakan perangkat atas dasar prinsip bottom-up.
kebutuhan yang nyata dan mewujudkan secara betrsama-sama dengan
berbagai pihak terkait. Suatu kenyataan bahwa masyarakat di sekitar
perusahaan besar sering kali dijumpai mempunyai tingkat kesejahteraan
yang masih rendah, meskipun diakui bahwa perusahaan telah memberi
bantua kepada mereka sekitarnya.
Prinsip dasar program pengembangan masyarakat adalah: (1) consult with
the community members and key stakeholders; (2) build trust between the
company, community members and other stakeholders; (3) clearly define
roles; (4) develop appropriate capacity; (5) mobilize core competencies; (6)
set measurable goals; (7) forge partnership; and (8) plan for sustainable.
 Mengenai ruang lingkup CD mencakup upaya peningkatan kualitatif dari
suatu sistem, termasuk peningkatan pemanfaatan sumber daya yang dapat
dipelihara selama-lamanya dengan 2 perspektif pendekatan CD, yakni
ekologi dan keadilan sosial yang dapat dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip
operasional, misalnya       pembangunan yang terintegrasi; ketidakadilan
struktural, hak asasi manusia; keberlanjutan; pemberdayaan; kepemilikan
masyarakat; kepercayaan diri; tanpa kekerasan; konsensus; kerjasama;
partisipasi; pendefinisian kebutuhan; keinklusifan; kebutuhan proses; proses
dan hasil; bangunan masyarakat; jenis keahlian lainnya; pengembangan
organisasi; tahapan pembangunan; tujuan jangka pendek dan visi akhir;
kebebasan dari negara; serta hak personal dan politik.
Dalam konteks pembangunan di sektor pertambangan, para ahli mencoba
menterjemahkan program CD dalam indikator kerakyatan yang dapat
ditelusuri dari beberapa hal, yaitu: pembangunan masyarakat, fisik, sosial,
ekonomi, lingkungan, budaya dan aspek legal yang sesuai dengan kondisi
sekarang di lapangan , program perusahaan, dan keinginan masyarakat
sekitar.
Sebagai ukuran dasar kerakyatan, kegiatan CD suatu perusahaan tambang
harus mencakup beberapa aspek penting, yakni:
- Hubungan perusahaan dan rakyat dalam suatu program CD, dengan
indikator- indikatornya : program CD memiliki konsep yang jelas, bagian
khusus yang memiliki full-time staff yang dapat bekerjasama dengan para
stakeholders terutama pemda dan masyarakat setempat, cakupan program
yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, kesinambungan waktu,
dan proses perencanaan.
- Aspek fisik (physical infrastructure capacity building), dengan indikator:
keberadaan pembangunan infratsruktur yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat antara lain ekonomi, kesehatan, pendidikan, olah raga, kesenian;
distribusi pembangunan dari sisi geografis dan sektoral; pelaku dan
penyandang dana fungsi pemeliharaan, serta ketersediaan sarana misalnya
air bersih.
- Aspek sosial, dengan indikator: penggunaan tenaga kerja lokal (jumlah
dan kualitas); lapangan kerja pada masa konstruksi dan masa produksi;
peningkatan ketrampilan; dan perencanaan yang partisipatif. Aspek sosial ini
meliputi ekonomi, kesehatan, pendidikan, olahraga dan kesenian.
- Aspek ekonomi, dengan indikator: hubungan perusahaan dan ekonomi
masyarakat setempat secara backward, forward, final demand, dan
technological lingkages; bantuan teknis berupa permodalan, bantuan
manajemen, pengembangan institusi ekonomi masyarakat setempat,
teknologi dan pemasaran.
- Aspek lingkungan (fisik) yang mencakup dua hal, yaitu: program
rehabilitasi lahan dan sumber alam, serta adanya peningkatan keamanan
pangan.
- Aspek budaya dan legalitas dengan indikator: regulasi penguasaan tanah;
aspek legal tentang pendatang dan perlindungan masyarakat setempat;
pembedayaan wanita; masalah lingkungan (keberlanutan sumber daya alam);
jaminan sosial ekonomi pasca pertambangan.
- Hubungan antara perusahaan dan pemda, dengan indikator: keterkaitan
program CD dengan rencana pembangunan daerah; porsi dana dari
perusahaan bagi pembangunan daerah; pola kemitraan di antara keduanya
dalam program CD; kemudahan partisipasi bagi LSM dalam pelaksanaan
program CD.
Di dalam industri pertambangan kegiatan CD tersebut merupakan investasi
sosial dalam upaya meningkatkan kinerja produksi perusahaan tambang,
karena dapat menghilangkan konflik antara perusahaan dengan masyarakat
serta menjamin kelangsungan kegiatan usahanya, bahkan kalau mungkin
masyarakat dapat merasakan dan ikut “memiliki” perusahaan. Kegiatan CD
sebagai inti dari corporate social responsibility, bahwa manajemen
perusahaan tambang mempunyai kewajiban             moral untuk membantu
kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat sekitarnya.
      Dalam dimensi pemberdayaan masyarakat, peran perusahaan tambang
selain sebagi fasilitator juga berfungsi sebagai penggerak mula untuk
mempercepat peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat menuju
masyarakat yang memiliki kemandirian. Agar proses tersebut dapat optimal,
maka peran tersebut harus merupakan bagian integral dari kegiatan
pengembangan wilayah yang dilaksanakan oleh pemda, terutama dalam
mengembangkan potensi wilayah dimana perusahaan tersebut beroperasi.
Hal ini penting mengingat tuntutan masyarakat dalam era reformasi
mengalami peningkatan.
     Para manajer korporat telah menyadari bahwa secara umum perusahaan
merupakan “servant of community”, perusahaan bukanlah apa-apa tanpa
adanya masyarakat. Perusahaan harus tidak hanya berpikir              untuk
keuntungannya belaka, tetapi harus berwawasan lebih luas untuk dengan
sungguh-sungguh menunjang pertumbuhan ekonomi negara dan daerah di
mana mereka berbisnis.
3).Ruang lingkup.
Ruang lingkup studi tentang CD dapat meliputi:
- Inventarisasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan
berdasarkan beberapa instrumen, antara lain: wadah organisasi/lembaga,
program, anggaran, target group, dan lain-lain.
- Identifikasi dan analisis terhadap karakteristik/kekhasan masyarakat,
antara lain: skala manusiawi, identitas dan pemilikan, kewajiban, nilai-nilai
pewarisan, budaya, nilai-nilai kedaerahan.
- Identifikasi dan analisis terhadap faktor-faktor keberhasilan
pembangunan yang meliput: alternatif pembangunan, bebas dari tekanan,
dan pembangunan dari bawah.
- Identifikasi dan analisis terhadap keterkaitan dan manfaat usaha
    pertambangan terhadap daerah. Nilai manfaat ini sering disebut nilai
    manfaat sosial (net social gain) yaitu nilai perolehan total perusahaan
    dikurangi faktor masukan dan intermedier ditambah efek eksternal neto.
    - Identifikasi dan analisis terhadap potensi wilayah yang dapat mendukung
    kegiatan usaha pertambangan dengan menyertakan partisipasi masyarakat.
    - Merumuskan dan menyusun program CD yang standar bagi perusahaan
    pertambangan dengan memperhatikan kekhasan daerah dan masyarakat
    setempat.
    a).Upaya.
    Perusahaan dituntut melakukan upaya-upaya sebagi berikut:
    - Membina dan mengembangkan hubungan secara harmonis dengan
    mengedepankan prinsip keadilan, keterbukaan, solidaritas fan penghargaan
    serta martabat manusia;
    - Meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi tentang kegiatan
    perencanaan, pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya mineral untuk
    kepentingan msyarakat.
    - Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama di sekitar tambang
    agar mereka lebih mandiri, meiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
    dibutuhkan untuk menghadapi persaingan pasar global.
    - Meningkatkan upaya pelestarian alam secara optimal dan pemanfaatan
    kekayaannya secara proporsional menghadapi pasca tambang dalam rangka
    transformasi struktural sosial ekonomi.
    - Meningkatkan suasana kondusif bagi pengembangan dunia usaha,
    koperasi, pengusaha kecil, dan lembaga ekonomi kerakyatan untuk
    kemaslahatan masyarakat.
    - Menciptakan lapangan kerja secara langsung dan tidak langsung dalam
    upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat.
    - Meningkatkan suasana kehidupan masyarakat yang lebih maju melalui
    penataan lingkungan yang lebih manusiawi.
    - Membina dan meningkatkan hubungan yang harmonis dan bermakna
    dengan pemda dan lembaga masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
    - Membina rasa kepemilikan dan rasa tanggung jawab masyarakat
    setempat terhada perusahaan.
    b).Keluaran solusi.
    - Mendorong kegairahan dan kegiatan ekonomi masyarakat terutama di
    sekitar lokasi kerja perusahaan, sekaligus menyiapkan mereka dalam proses
    transformasi struktural pasca tambang dari kehidupan berdasarkan ekonomi
    pertambangan ke ekonomi non-pertambangan.
    - Pemerataan pembangunan.
    - Memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja.
    - Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
    - Tercipta kondisi hubungan kehidupan yang harmonis, mutualistis dan
    sinergis antara masyarakat setempat dengan perusahaan.
d. Peran Sektor ESDM
    1).Pada tahun 2001, kontribusi pada APBN 36%, PDB 13,76%.
    2).Multiplier effect : comdev melalui pembanungan sarana, prasarana,
    ekonomi rakyat, pengembangan SDM serta sumberdaya yang lain..
3).Mengupayakan terciptanya pembangunan pertambangan berkelanjutan.
   Berkelanjutan, apabila:
    = Memperhatikan misi lingkungan.
    = Memiliki tanggung jawab sosial.
    = Konsep bangjut terimplementasi dalam kebijakan tingkat masyarakat,
       industri maupun pemerintah.
    = Program bangjut memiliki ketersediaan dana cukup dan mempunyai nilai
   keuntungan.
   e. Kaitan Comdev dan kepentingan mikro dan makro ekonomi
    1). Alasan perusahaan melakukan Comdev (Bangmas):
     - Mendapatkan izin lokal.
     - Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam kerangka bangjut
     secara keseluruhan (holistik) bagi swasta, pemerintah dan masyarakat.
     Keberlanjutan mengarah pada keberlanjutan manusia (human), sosial
     (social), ekonomi (economic), dan lingkungan (environment).
     - Bagian dari pembentukan reputasi korporat melalui corporate social
     responsibility (CSR). CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi
     dalam ekonomi pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
     karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti
     setempat dan masyarakat keseluturuhan dalam rangka meningkatkan kualitas
     kehidupan.
     - Menciptakan akses pasar yang lebih luas.
     CD merupakan tanggung jawab bersama, hak dan kewajiban semua
     stakeholder yang terlibat (perusahaan, pemerintah dan masyarakat).
     2).Comdev penting bagi korporat.
         a).Untuk mendapatkan izin lokal (beradaptasi dan harmonisasi kegiatan
             usaha dengan komuniti lokal).
         b).Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam pengembangan
             kemandirian masyarakat.
         c).Potensi meningkatkan nilai usaha terhadap perusahaan dalam
             hubungannya dengan good corporate governance, sebagai cara untuk
             memenuhi sasaran usaha.
     3).Manfaat program comdev dari mikro ke makro:
         a).Mengurangi tingkat resiko.
         b).Membentuk reputasi korporat.
         c).Membangun modal sosial (kualitas SDM).
         d).Mengurangi biaya (prinsip pemanfaatan sumber daya lokal).
         e).Menambah pendapatan/keuntungan.
         f).Meningkatkan akses ke pasar.
f.Manajemen program dan pemecahan masalah.
1).Prinsip dasar siklus pengelolaan program (project management): partisipasi,
tranparansi dan akuntabilitas , dengan kegiatan identifikasi, monitoring dan
evaluasi:
2).Perencanaan terdiri dari kegiatan:
   a). Identifikasi lingsos.
   b). Identifikasi program.
c). Pembuatan proposal.
     *Hasil identifikasi digulirkan ke stakeholder anggota masyarakat.
     *Diutamakan proposal dari komuniti lokal.
     *Tim penilai beranggotakan komuniti lokal, pendatang, korporat, pemerintah
      daerah dan LSM.
     Kasus di sebuah perusahaan pertambangan:
       Menyadari bahwa konsep ideal perencanaan program bangmas adalah
       perencanaan berperanserta (participatory planning), maka dalam
       penyusunan perencanaan program tersebut, perusahaan berupaya
       menempuh proses sebagaimana dapat disimak berdasar pada diakronis
       kegiatan yang dapat dipaparkan sbb:
     *Diadakan pertemuan dengan perwakilan masyarakat lokal dengan
      konsultan untuk mencari masukan guna membuat model bangmas.
     *Penyerahan konsep proposal bangmas oleh konsultan, dievaluasi dan
      disetujui.
     *Proposal dipresentasikan ke kantor pusat dan Pemda Tk II.
     *Pelaksanaan konstruksi pembangunan sarana fisik.
         Implementasi:
     *Keterkaitan aktivitas usaha jasa penunjang dengan CD.
     *Memaksimalkan TK lokal, dengan cara:
     #Pengupahan tenaga lokal bagi seluruh jenis pekerjaan yang tersedia.
     #Pelatihan tenaga lokal dengan kerjasama dengan pemerintah daerah.
     #Pengembangan tenaga lokal melalui pelatihan kemampuan manajerial.
     Menggunakan TkK lokal dalam program CD mempernudah analisis
      kebutuhan bagi kemuniti lokal karena mempunyai kesamaan pandangan
      kebudayaan.
     *Memakai subkontraktor lokal.
     *Menjalin usaha dengan komuniti pendatang.
     *Memaksimalkan keuntungan dari infrastruktur.
     *Mengintegrasikan kepedulian CD ke dalam proses pengembilan keputusan
      usaha.
     *Melakukan kemitraan dan kerjasama dalam usaha CD.
 d). Penilaian proposal.
 e). Persetujuan proposal.
2). Identifikasi lingsos dan identifikasi program:
  a). Identifikasi lingsos.
      i. Pemetaan sosial.
ii. Identifikasi pranata sosial komuniti lokal dan komuniti pendatang.
     Pranatan sosial atau institusi sosial adalah sistem antar hubungan norma
     dan peranan yang diadakan dan dilakukan guna pemenuhan lebutuhan
     yang dianggap penting oleh masyarakat, atau aktivitas khusus masyarakat.
     Norma dalam institusi sosial datangnya dari nilai budaya.
   iii.Identifikasi pola interaksi komuniti lokal dan komuniti pendatang.
   iv.Identifikasi kebudayaan komuniti lokal dan pendatang.
    v.Identifikasi peesaingan, konflik, dan kerjasama sosial.
b). Identifikasi prgram yang akan diterapkan.
      *Skala prioritas program.
      *Jaringan sosial antar unit produksi dan jasa penunjang.
      *Penyelarasan kebutuhan korporat dan masyarakat.
      *Kabutuhan tenaga kerja.
      *Perekrutan tenaga kerja.
c). Perancangan program:
      =Tujuan program harus mencakup kebutuhan komuniti lokal dan
      pendatang.
      =Aktivitas apa yang akan dilakukan.
      =Hasil yang diharapkan.
      =Sumber daya yang akan digunakan.
d). Penilaian program:
      =Pagu dana yang disesuaikan antara kebutuhan dan dan ketersediaan.
      =Keterkaitan usulan program dan tema program dengan kebutuhan
      masyarakat yang disepakati..
      =Keterwakilan pelibatan masyarakat dalam tim penilai.
e). Diskusi tim CD dengan unsur stakeholder.
f). Persetujuan program dengan pertimbangan:
  = Apakah program dapat mengurangi kemiskinan.
  =Asal proposal dari komuniti asli/pendatang.
  =Aktivitasberdasar pada asa partisipasi.
  =Program bersifat adhoc/sementara atau terputus.
g). Pelaksanaan program:
      =Bentuk kerjasama dalam pengembangan masyarakat lokal.
      =Rekanan yang terlibat; NGO, CBO, pemerintah, pemda, kepolisian.
      Mengintegrasikan kepedulian terhadap perbedaan sosial budaya antara
      perusahaan dan komuniti lokal diperlukan dalam keputusan usaha utnuk
      keberlanjutan aktivitas perusahaan.
Kinerja organisasi yang dapat diajak bekerjasama:
      *Mempunyai kemampuan CD.
      *Memiliki pengetahuan tentang komuniti lokal.
      *Kredibilitas.
      *Manajemen keuangan yang transparan.
    Pemilihan NGO sebagai jaringan sosial dengan perusahaan hendaknya
    disesuaikan dengan model kebutuhan yang diperlukan bagi korporat dan
    komuniti lokal.
    Kasus pada sebuah industri pertambangan:
    *Kegiatan dari pelaksanaan program CD di bidang pertambangan pada
    dasarnya bersandar pada rentang waktu untuk perencanaan, pelaksanaan
    dan evaluasi program sampai berakhirnya perusahaan di daerah tersebut.
    Sedangkan organisasi pelaksana program CD berada pada intern
    perusahaan yang pada dasarnya bekerjasama dengan berbagai pihak, di
    antaranya: pemerintah setempat (kabupaten, kecamatan, desa) perguruan
    tinggi, dinas teknis (kesehatan, perikanan, perhutani),
    kontraktor/konsultan lingkungan.
    *Kelompok sasaran kegiatan program CD adalah masyarakat desa yang
    menerima dampak langsung dari adanya kegiatan perusahaan. Sedangkan
    hasil yang diharapkan dari adanya program CD sampai sekarang belum
    menampakkan hasil yaitu kemandirian masyarakat. Sampai sekarang
    masyarakat hanya mampu menerima saja dan belum mampu untuk
    mengembangkan apa saja yang sudah dibangun secara bersama.
  h). Pemantauan program.
    Monitoring program lebih baik dilakukan oleh komuniti lokal dengan
    sudut pandang keberhasilan berdasar pada kebudayaan komuniti lokal
    yang bersangkutan.
    i). Evaluasi.
f. Kategori Comdev dan kasus
 1).Comdev dan tipologi wilayah kerja industri ESDM, ada 3 kategori:
    - Diaspora, dengan titik-titik pengusahaan menyebar.
    - Spot, areal pertambangan yang terkonsentrasi pada satu tempat.
    - Linear, suatu bentuk wulayah dampak yang disebabkan adanya kegiatan
    proyek yang mencakup beberapa wilayah.
 2).Kasus
    CD dan pola kehidupan komuniti.
    -Berburu meramu.
    -Berladang berpindah atau ladang bakar.
    -Pastoral.
-Sistem pertanian tanpa irigasi.
    -Masyarakat dengan sistem mata pencaharian bertani menetap dengan
    irigasi.
    -Masyarakat industri dengan sistem perdagangan jasa dan barang sebagai
    mata pencaharian pokoknya.
g. Keterkaitan stakeholder.
  -Langkah korporat:
  -Langkah pemerintah.
  -Langkah komuniti.
h. Peranan Humas perusahaan
  1).Humas bukan sekedar sebagai ”terompet bisnis” perusahaan tetapi harus
  mampu sebagai completed staff work bagi pimpinan perusahaan dalam
  berkomunikasi untuk mengupulkan/mencari indikator dan mengukur tingkat
  keberhasilan program Comdev. Selanjut temuannya harus makin meperbaiki
  citra hubungan harmonis antara perusahaan dan komuniti setempat dalam
  menykseskan program CD-nya.
  Pengetahuan tersebut diturunkan dari konsep partisipasi (program CD) dan
  keberlanjutan (strategi program untuk menunjang kemandirian komuniti dari
  sisi human, sosial, lingkungan dan ekonomi).
  Partisipasi: pasif, respon, konsultasi, pemberian materi, fungsional,
  interaktif, mobilisasi diri.
  Keberlanjutan: kemanusiaan (human sustainability), sosial (social
  sustainability), lingkungan (environment sustainability), ekonomi (economic
  sustainability).
  Tujuh tingkatan partisipasi merupakan ukuran keberhasilan dari suatu
  program yang disesuaikan dengan rencana dan sasaran program dan juga
  dipakai sebagai patokan keberhasilan dengan mengacu pada bentuk
  partisipasi dalam identifikasi sosial.
  Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan multietnik dan
  multiculture. Di mana kebudayaan yang berlaku mengacu pada bentuk
  kebudayaan nasional. Suku bangsa dan umum lokal yang kemunculannya
  pada konteks tertentu pada masyarakat yang sama.
  Aturan perusahaan/pemerintah akan dipahami dan diinterpretasi oleh
  komuniti lokal dengan memakai kebudayaan yang dipunyai, sehingga
  perwujudannya akan berbeda satu sama lain.
  Pemahaman partisipasi antar masing-masing komuniti dan kebudayaan akan
  berde-beda satu sama lain.
  2). Pembangunan menimbulkan transformasi progresif pada ekonomi dan
  masyarakat.
  Elemen-elemen keberlanjutan menjadi penting:
- Ketersediaan dana.
   - Misi lingkungan.
   - Tanggungjawab sosial
   - Implementasi dalam kebijakan.
   *Nilai keuntungan.
   - Keuntungan dari sustainability:
   *Mengurangi biaya.
   *Menambah keuntungan.
   *Mengurangi resiko.
   *Membentuk reputasi.
   *Menciptakan modal sosial.
   *Menciptakan akses pasar.
   Empat komponen keberlanjutan:
     *Keberlajutan di bidang manusia, kualitas individu meningkat
      (pendidikan, kesehatan, ketrampilan, pengetahuan dan akses terhadap
      modal manusia).
     *Keberlanjutan di bidang sosial, ketahanan pranata sosial, modal sosial.
     *Keberlanjutan di bidang lingkungan hidup, kemampuan menjaga
      kestabilan modal lingkungan hidup.
     *Keberlanjutan di bidang ekonomi, penggunaan modal ekonomi secara
      efisien.
   3). Partisipasi diukur dengan:
   a). Internal (sisi korporat).
         •    Kebijakan perusahaan tentang CD.
         •    Institusionalisasi kebiakan dalam organisasi.
         •    Program CD dan lokasi biaya.
         •    Kinerja atau output yang dihasilkan program.
   b). Eksternal (sisi pemerintah dan komuniti).
   *Tingkat partisipasi program (rencana-implementasi, monitoring dan
      evaluasi).
   *Tingkat kemandirian masyarakat.
   *Keberlanjutan dari program.
i. Langkah ke depan
 1).Masyarakat Indonesia yang multikultur akan menciptakan suatu peluang
    dan tantangan yang harus dilakukan oleh CD:
     • Sebagai penghubung antara rakyat, pemerintah dan swasta.
• Perekat industri dan masyarakat sebagai elemen yang terlibat langsung
    atau tidak langsung.
2).Faktor kunci kepedulian industri terhadap masalah sosial:
    *Melakukan assessment.
    *Mengadaptasikan program.
    *Memastikan keberlajutan.
    *Menghargai kesetaraan.
    *Mengembangkan kesadaran pengelolaan isu sosial.
3).Langkah industri dalam mengintegrasikan kepedulian sosial:
  *Kepekaan terhadap masalah sosial.
  *Penilaian cermat terhadap resiko sosial.
  *Tanggap terhadap perubahan.
  *Proses industri dipengaruhi perkembangan masyarakat.
  *Membangun kemitraan semua pihak.
  *Membuat mekanisme hubungan antar stakeholder.
  *Mengevaluasi efektivitas dan ivestasi sosial.
4).CD dalam lingkup pertambangan dapat berperan sebagai komunikator
    sekaligus sebagai katalisator yang merupakan jembatan antara industri dan
    komuniti yang ada di sekitarnya.
  Percampuran dan adaptasi sosial budaya terjadi di masyarakat antara
   komuniti lokal, pendatang, industri, dan pemerintah.
  CD sebagai alat untuk transformasi sosial, budaya, ekonomi, teknologi
   masing-masing komuniti.
  -Melalui audit sosial (sistematis, reguler, objektif dengan orientasi masa
   mendatang).
        Audit sosial merupakan perangkat untuk menilai suatu program yang
    sudah berjalan di masyarakat apakah program yang bersangkutan sesuai
    dengan sasaran yang telah direncanakan yaitu peningkatan pola hidup
    komuniti lokal.
  -Observasi partisipasi atau partisipatori merupakan metode yang yang tepat
    untuk menggali dan mengumpulkan data mengenai kebutuhan (needs)
    anggota masyarakat dari sudut masyarakat itu sendiri.
     5).Industri tidak lagi hanya mewujudkan citranya melalui kampanye atau
    public relation tetapi harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada
    kepentingan publik. Pengusahaan yang akuntabel akan memperhatikan
    CSR semaksimal mungkin dalam kerangka mewujudkan good corporate
    governance.
       Issu Johannesburg 2002, sektor industri ESDM:
-Sumber daya yang tidak terbaharui.
    -Eliminasi dampak sosial negatif.
    -Kemandirian melalui kemitraan masyarakat lokal.
    Tujuan CD adalah empowerment.
 6).UU Program Pembangunan Nasional No.25 Tahun 2000, khusus ESDM:
    -Prioritas kepada usaha yang mendukung CD.
    -Pembangunan daerah perwujudan Otda.
    UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berisikan kewajiban
        industri ekstraksi untuk:
    -Menerapkan CD.
    -Perlindungan komuniti lokal.
    -Kemitraan antar stakeholder.
 7). Program CD:
    -Bukan peredam konflik.
    -Tidak menomorduakan komuniti lokal.
    -Bukan pajangan semata.
    Tetapi sebagai elemen utama dalam menjaga stabilitas usaha/investasi.
 8).Kerangka berpikir untuk CD memakai pemahaman masyarakat dari sudut
    masyarakat itu sendiri dan dengan pendekatan yang holistik (menyeluruh).
 9).CD adalah kegiatan pengembangan masyarakat/komuniti yang dilakukan
    secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses
    masyarakat gunamencapai kondisi sosial, ekonomi budaya dan kualitas
    kehidupan yang lebih baik.
     Hakekat CD: proses adaptasi sosial budaya, orientasi kepada kemandirian
     , strategi komuniti untuk kehidupan setelah kegiatan pertambangan
     selesai.
10).Stakeholder adalah individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau
    dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan (Ann, 1998; Worl Business Council
    for Sustainable Development, 2002).
        Kasus perusahaan jasa penunjang yang berkaitan dengan industri ESDM,
    salah satu programnya adalah: mendidik beberapa tenaga kerja lokal yang
    masih baru untuk dapat berperan dalam perusahaan di mana mereka bekerja.
    Menciptakan kemandirian dengan cara mengenalkan kepada anak didik ke
    daerah lain di Indonesia yang menggunakan teknologi serupa, sehingga
    usaha ini bertujuan menuju ke arah kemandirian dan usaha untuk
    meningkatkan etos kerja bagi anak didik.
    Tujuan lain dari pendidikan ini adalah selain menjadi izin lokal bagi
    perusahaan tersebut juga mengefisienkan biaya operasi dengan
    menggunakan sumber daya lokal.
Kebudayaan adalah seperangkat nilai, aturan, pengetahuan dan norma yang
   dipunyai oleh manusia yang dipakai untuk memahami lingkungannya dan
   dipakai untuk mendorong terwujudnya tingkah laku (Suparlan, 2002).
j. Penutup
  1).Tanpa good corporate governance tidak mungkin tercipta CSR.
 Demokrasi menyangkut:
 *Kepedulian dalam kepentingan dan pemilikan publik.
 *Penciptaan struktur yang peduli terhadap pengambila keputusan, aspirasi dan
  akuntabilitas.
 Korporat tidak dapat berdiri sendiri dan sangat membutuhkan stakeholder
  dalam pengelolaan lingkungan yang ada, baik komuniti sekitar sebagai
  lingkungan sosial, juga sumber daya alam yang tak terbarukan. Sehingga
  korporat harus memperlakukan ke semua lingkungan tersebut secara
  seimbang dan berfungsi satu sama lain sebagai sebuah sistem.
 2).Langkah pemerintah dalam sustainable development:
 *Pemberian aturan administtrasi dan prosedur monitoring dalam kaitannya
  dengan lingkungan dan persetujuan sosial.
 *Melakukan kegiatan praktis berkenaan dengan lingkungan dan pengkajian
  sosial. Jaminan terhadap masyarakat untuk tetap mempunyai akses.
 *Menjamin adanya monitoring dengan melalui jasa komuniti.
 *Menjamin keseimbangan dalam pembagian keuntungan di dalam fiskal dan
  kebijakan desentralisasi.
 *Menyiapkan jasa dalam penutupan tambang dan memonitor kagiatan
  penutupan tambang.
 3).Langkah komuniti dalam sustainable development:
 *Belajar tentang tambang, menyiapkan usulan apabila diperlukan.
 *Mengorganisasikan anggota dan menciptakan konsensus.
 Membangun mekanisasi untuk memecahkan masalah perbedaan dan konflik.
 Membangun kepemimpinan dan kapasitas komuniti.
 Menghindari ketergantungan.
 Membangun infrastruktur, berpartisipasi dalam monitoring proyek.
 Membangun pendekatan regional dengan komuniti lain.
 *Persiapan menghadapi situasi penutupan proyek.
 Memonitor rehabilitasi tambang, membersihkan aset yang tidak berguna.
 Membangun jasa pasca konstruksi perusahaan.
 4).Uraian ini bersifat adaptif terhadap kondisi sosial budaya masyarakat
   sehingga senantiasa mengalami pergeseran dan merupakan substansi yang
   dinamis.
4. Menjalankan program pengembangan wilayah: jangka pendek, menengah
    dan panjang, dalam rangka membantu Pemerintah.
    a. Menyiapkan program rencana penutupan tambang (SK MESDM No.
        1211/1995): penutupan tambang, likuidasi aset perusahaan, rehabilitasi lahan
        pasca tambang, dll.
    b. Menjalankan program pengembangan fisik: sarana/prasarana daerah, tata
      ruang, lingkungan fisik.
    c. Menjalankan program pengembangan nonfisik: ekonomi sosial
        wilayah/daerah, modernisasi daerah, CD, menjalankan program pemerintah
        untuk kepentingan daerah dan nasional.
    Ilmu regional (pengembangan wilayah) dapat diberi batasan-batasan seperti
    berikut:
    a). Suatu studi tentang masalah atau sifat laku sosial, ekonomi, politik, dalam
    suatu dimensi ruang;
    b). Ilmu ekonomi yang diterapkan mengait dengan ilmu sosial-budaya, politik
    dan lingkungan dalam dimensi waktu dan ruang dalam upaya untuk mencapai
    pertumbuhan ekonomi-sosial yang merata;
    c). Ilmu yang mempelajari tentang suatu wilayah dalam suatu sistem, yang
    mencakup hubungan ruang (ecosystem) dan manusia dengan segenap
    kegiatannya (social system), serta kaitannya dalam membentuk suatu kesatuan
    yang lebih luas guna pengembangannya termasuk kelestarian dari wilayah
    tersebut.
        Secara sederhana pengembangan regional (wilayah) dapat digambarkan
    sebagai proses pada Gambar II.B.4.1.
  Pengembangan regional dalam arti pembangunan ekonomi regional merupakan
  bagian dari masalah pemerataan (pembangunan) ekonomi.Dengan demikian
  sasaran pengembangan regional adalah untuk menciptakan keseimbangan
  kemajuan ekonomi antara daerah (atau wilayah) yang satu dengan yang lain.
  Dengan kata lain, pengembangan regional adalah untuk mencegah sejauh mungkin
  kesenjangan kemajuan ekonomi antardaerah. Dan pada kenyataannya,
  kesenjangan atau ketidakseimbangan ekonomi-sosial tersebut terdapat di dalam
  antardaerah di Indonesia.
  Pembangunan regional berkelanjutan terdiri dari kata-kata: pembangunan yang
  berarti suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan dan pertumbuhan, regional
  yang berarti skala wilayah atau daerah, dan berkelanjutan yang berarti efisien*),
  terjadi pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan serta berwawasan
  lingkungan. Pada hakekatnya, pembangunan regional berkelanjutan adalah
  kegiatan yang menciptakan perubahan dan pertumbuhan pada skala wilayah
  secara berkesinambungan dengan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup,
  untuk mencapai tujuan.
  Pembangunan ialah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum
  ada. Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan
  sesuatu yang sudah ada (Jayadinata, J.T, 1986). Wilayah (region) dalam
  pengertian geografi, merupakan kesatuan alam yaitu alam yang serba sama, atau
  homogen, atau seragam, dan kesatuan manusia, yaitu masyarakat serta
  kebudayaan yang serba sama yang mempnuyai ciri yang khas, sehingga wilayah
  tersebut dapat dibedakan dari wilayah yang lain. Wilayah geografi dapat
mengandung wilayah geologi, wilayah tubuh tanah, wilayah vegetasi, wilayah
bahasa, wilayah ekonomi, wilayah sejarah dan sebagainya. Ada dua macam
pengertian wilayah, yaitu pengertian internasional (dapat meliputi beberapa negara
yang mempunyau kesatuan alam dan kesatuan manusia), dan pengertian nasional
(merupakan sebagian dari negara tetapi bagian tersebut mempunyai kesatuan alam
dan kesatuan manusia.
Dalam hal ini misalnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan bahan galian,
kriteria      penilaian     aspek      sosial-ekonomi       dalam       optimalisasi
pendayagunaan/pernanfaatan bahan galian industri dimaksudkan sebagai tolok
ukur kelulusan dan segi nonfisik bagi kelangsungan suatu usaha
penambangan/pengolahan bahan galian tersebut dalam hubungannya dengan
program pengembangan wilayah di daerah. Kriteria nonfisik perlu dipadukan
dengan kriteria fisik. Kedua kriteria fisik dan nonfisik tersebut diperlukan dalam
penilaian bagi suatu hasil atau suatu rencana hasil pendayagunaan/pemanfaatan
sumber daya alam dalam proses pengembangan regional (wilayah). Dalam hal ini
bahan galian industri merupakan bahan galian yang mempunyai penting dalam
pengembangan wilayah (regional).
Beberapa kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi
pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya mineral industri untuk menunjang
usaha pemerataan, yaitu:
(1) Mendukung peningkatan keterkaitan antarsektor di daerah dan keterkaitan
ekonomi antardaerah.
Pengembangan sumber daya mineral di daerah diharapkan mampu menunjang dan
merangsang pembangunan regional dalam hal meningkatkan keterkaitan
antarsektor di daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah dengan menghasilkan
komoditas-komoditas yang mempunyai nilai tambah setinggi-tingginya.
 (2) Mendukung pembangunan di daerah yang mencakup
     (a) Meningkatkan pembangunan daerah berpendapatan rendah atau daerah
     terbelakang.
      (b) Meningkatkan pemanfaatan setempat yang setinggi-tingginya di daerah
     antara lain dalam hal penciptaan kesempatan kerja setempat, peningkatan
     pendapatan per kepala, peningkatan kemampuan kewiraswastaan
     (keterampilan berusaha) dan produktivitas.
    (c) Menunjang usaha dalam memperkecil kesenjangan sosial-ekonomi antar
  daerah, di samping juga meningkatkan pembangunan daerah terpencil, antara
  lain penciptaan pola transmigrasi pertambangan ke daerah-daerah potensial
  sumber daya mineral di luar Jambal (Jawa-Madura-Bali).
   (d) Menunjang penciptaan dampak positif yang lain secara tidak langsung bagi
  pengembangan wilayah misalnya:
  i) Kemudahan keterdapatan dan pertukaran faktor-faktor masukan antar daerah
     untuk peningkatan usaha ekonomi antara lain:
     -tenaga kerja terampil yaitu para transmigrasi sebagai penambang secara
     alamiah di daerah asalnya.
     -modal dan teknologi yang dibawa oleh (dan) para transmigran penambang
     alami secara swakarsa.
     -informasi tentang adanya pasaran komoditas mineral di daerah setempat dan
     daerah lain.
  ii) Modernisasi daerah dalam hal ini:
-penciptaan prasarana memudahkan komunikasi antardaerah;
   -keorganisasian usaha yang meningkatkan kemampuan masyarakat setempat
   dalam pengelolaan usaha secara terorganisasi;
    -sikap mental dan cara hidup masyarakat setempat dalam usaha secara lebih
   maju.
iii) Kemandirian daerah dalam hal swadaya usaha. Contohnya: suatu masyarakat
     daerah yang ingin membangun rumahnya dengan tembok maka mereka
     mampu membuat bata sendiri.
3) Menunjang usaha pelestarian lingkungan nonfisik, antara lain bahwa dengan
     timbulnya kegiatan pertambangan di daerah turut mengembangkan tingkat
     sosial-ekonomi dengan turut meningkatkan kemantapan misalnya dalam segi
     pendidikan dan kesehatan dalam rangka pengembangan masyarakat di
     daerah.
        Dengan adanya usaha tambang di suatu daerah tidak diharapkan adanya
     pengaruh-pengaruh budaya negatif terhadap budaya masyarakat setempat,
     tetapi justru diharapkan menunjang kelestarian budaya setempat.
4) Memenuhi penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan misi
     strategis dalam rangka menunjang antara lain kestabilan politik. Adanya
     suatu kebijaksanaan pemerintah untuk membuka tambang di suatu daerah
     dengan tujuan antardaerah tersebut mulai berperan serta dalam
     pembangunan. Pada dasarnya, pedoman kriteria penilaian aspek sosial-
     ekonomi dalam pengembangan sumber daya mineral industri tersebut
     merupakan salah satu sarana penyaringan sekaligus pendukung optimalisasi
     pemanfaatan sumber daya mineral secara efisien dan rasional bagi
     pengembangan daerah melalui tata ruang kesepakatan.
Gambar II.B.4.1
                            Proses Pengembangan Regional (Wilayah)


                  Masukan                  Proses Pengalihan                  Keluaran               Kriteria Penilaian



                                                 Re - Evaluasi



Sumber Daya Alam                                                 Prasarana                Prasarana dan Sarana
- Terbarukan                                                     Sarana dan               Tata Ruang
- Tak Terbarukan                                                 Lingkungan               Lingkungan Hidup (Fisik)
 (Mineral)                                                       Fisik


Sumber Daya Manusia
                                 Pengembangan
- Bekerja                           Regional                     Terpadu & Seimbang      1. Mendukung Keterkaitan Ekonomi
- Belum Bekerja                                                                            antarsektor di daerah dan
                                                                                           Keterkaitan antardaerah
Sumber Daya Penunjang         Misi: Pemerataan                   Sosial-Ekonomi          2. Mendukung Pembangunan di
Modal                                                                                      daerah:
Kebijaksanaan                                                                              - Pembangunan daerah ber
Kelembagaan                                                                                 pendapatan rendah/terbelakang
Prasarana Lain                                                                             - Kemanfaatan setempat di daerah
                                                                                            Antara lain: kesempatan kerja
                                                                                          - Memperkecil kesenjangan sosial
                                                                                            ekonomi antardaerah
                                                                                          - Meningkatakan swadaya usaha
                                                                                           dan kemajuan masyarakat.
                                                                                         3. Lingkungan Sosial Ekonomi
                                                                                         4. Memenuhi penugasan Pemerintah
                                                                                            Pusat / Daera
5. Menjalankan kewajiban dan loyal terhadap pemerintah dengan baik:
   pemerintah tempat berusaha dan pemerintah asalnya.
   a.Membayar segenap kewajiban pajak dan kewajiban keuangan perusahaan
     pertambangan.
      1). Iuran tetap (Dead rent):US$ 0.025 – 3 /ha.
      2).Iuran produksi/eksploitasi (royalty).
           a). Konsentrat (Cu + Au)
              i. CR Cu = [(P x ACP) – SRFS]] x PCT.
                  PCT → s.d US$ 0,9 → 1,5
                        → s.l.d. US$ 1,1 → 3,5
                        → US$ 0,9 – 1,1 →        1,5 + (ACP – 90)/10
             ii. CR (Au/Ag) = 1% harga jual.
                  (Royalti Cu:1,5% jika harga Cu di bawah US$ 0,90/lb
                         3,5% jika harga Cu di atas US$ 1,10/lb
                         Jika harga antara US$ 0,90 s.
                         /d US$ 1,1, rumusnya:
                         % = 1,50 + (Harga Cu -90)/10.)
           b). Mineral
              i. US$ 0,001 – 0,15/kg (7 mineral a.l.: besi, air raksa).
             ii. US$0,10 – 50/ton (16 mineral: batu gamping, yodium).
             iii. 4% - 10% harga jual (4 mineral/batu berharga).
      3.).PPH Badan
           a. 15%, PKP, s.l.k. Rp 10 juta.
           b. 25%, PKP, l.b. Rp 10 juta – s.l.k. Rp 50 juta.
           c. 30%, PKP, l.b. Rp 50 juta.
      4). PPH karyawan pasal 21, 26 UU No. 7Tahun 1983).
      5). PPH bunga, dividen, sewa, jasa (PPH 1984).
      6). PPN (UU No. 8 Tahun 1970).
      7). Bea materai (UU. No. 13 Tahun 1985).
      8). Bea Masuk (UU No. 11 Tahun 1970).
      9). PBB:
           a. Pra produksi = Iuran tetap.
           b. Periode produksi = Iuran Tetap + 0.5% x 20% dari penerimaan kotor.
      10). Pungutan/Pajak Pemda.
      11). Administrasi umum.
      12). PHP kendaraan bermotor.
      13.Pemenuhan kewajiban pajak.
      Simpulan tentang perpajakan di bidang pertambangan di dunia dapat dilihat
      pada Lampiran IV. Tentang tarif royalti di bidang mineral di Indonesia dapat
      dilihat pada Lampiran V. Contoh profil perpajakan pada suatu perusahaan
      PMA dalam hal ini PT Freeport Indonesia dapat dilihat pada Lampuiran VI.
   b. Mematuhi segenap peraturan yang ada.
   Acuan pola dasar kebijakan terkait /Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1). Undang-Undang Dasar 1945: Pembukaan, pasal 33 ayat 3. -Pembukaan:
      Negara melindungi bangsa dan tumpah darah dalam kesejahteraan dan
      kecerdasan. Ps 33 ayat 3: Bumi dan air dimanfaatkan bagi sebesar-besar
      kemakmuran rakyat.
    2). Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup,
yang mencakup lingkungan fisik (kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan) dan lingkungan non fisik (mahluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lain, perlu dikelola secara terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dalampelaksanaan pembangunan berkelanjutan. (Gambar
III.2.1).
        3). Undang-Undang No, 24 tahun1994 tentang penataan ruang: bahwa
pengelolaan sumber daya alam yang beranekaragam di daratan, di lautan dan di
udara, perlu dilakukan secara terkordinasi dan terpadu dengan sumber daya
manusia dan sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan
dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang
dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai
dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang berdasarkan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional (Gambar II.B.5.1 sampai dengan II.B.5.2).
     4).Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber
daya alam tak terbarui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijak sana dan
sumber daya alam terbarui untuk menjamin ketersediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
  5). Kawasan lindung.
        Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan
pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.
 = Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya: kawasan hutan
     lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air.
  = Kawasan perlindungan setempat: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
     sekitar danau, dan kawasan sekitar mata air.
  = Kawasan suaka alam dan cagar budaya: kawasan suaka alam, kawasan suaka
     alam laut dan perairan sekitarnya, patani berhutan bakau, taman nasiona, taman
     hutan raya, taman wisata dan kawasan cagar budaya serta ilmu pengetahuan.
 = Kawasan rawan bencana alam: kawasan yang sering dan berpotensi mengalami
     bencana alam seperti letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor.
 6). PP No. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan (Gambar
III.2.2).
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
      7).Keputusan Meneg LH No.14/Men LH/3/1999 tentang pedoman umum
penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan.
Analisis dampak lingkungan (environmental impact analysis (assessment)) :
analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan
Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN
RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGANRUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN
RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGANKartika Lukitasari
 
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab auditIlham Sousuke
 
Analisis Laporan Keuangan (Bentuk bentuk laporan keuangan)
Analisis Laporan Keuangan (Bentuk bentuk laporan keuangan)Analisis Laporan Keuangan (Bentuk bentuk laporan keuangan)
Analisis Laporan Keuangan (Bentuk bentuk laporan keuangan)fitria mellysusanti
 
3 pelaporan dan analisis keuangan ch 2
3 pelaporan dan analisis keuangan ch 23 pelaporan dan analisis keuangan ch 2
3 pelaporan dan analisis keuangan ch 2reidjen raden
 
tinjauan analisis laporan keuangan
tinjauan analisis laporan keuangantinjauan analisis laporan keuangan
tinjauan analisis laporan keuanganreidjen raden
 
Analisis sistem pengendalian perencanaan manajemen.docx (1)
Analisis sistem pengendalian perencanaan manajemen.docx (1)Analisis sistem pengendalian perencanaan manajemen.docx (1)
Analisis sistem pengendalian perencanaan manajemen.docx (1)Ulan Safitri
 
BAB 4 Pusat Pertanggungjawab Pusat Pendapatan - Pusat beban (SPM)
BAB 4 Pusat Pertanggungjawab Pusat Pendapatan - Pusat beban (SPM)BAB 4 Pusat Pertanggungjawab Pusat Pendapatan - Pusat beban (SPM)
BAB 4 Pusat Pertanggungjawab Pusat Pendapatan - Pusat beban (SPM)Fox Broadcasting
 
13. KWH. Ananda Putri Pratami. Hapzi Ali. Manajemen Keuangan, Universitas Mer...
13. KWH. Ananda Putri Pratami. Hapzi Ali. Manajemen Keuangan, Universitas Mer...13. KWH. Ananda Putri Pratami. Hapzi Ali. Manajemen Keuangan, Universitas Mer...
13. KWH. Ananda Putri Pratami. Hapzi Ali. Manajemen Keuangan, Universitas Mer...Ananda Putri Pratami
 
Tugas sp manajemen keuangan
Tugas sp manajemen keuanganTugas sp manajemen keuangan
Tugas sp manajemen keuanganHana Rosmawati
 
Ch05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - INDCh05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - INDMaiya Maiya
 
semester 5 Pusat biaya
semester 5 Pusat biayasemester 5 Pusat biaya
semester 5 Pusat biayaArdha Erlitha
 

Mais procurados (17)

RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN
RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGANRUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN
RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN
 
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
 
Laba rugi
Laba rugiLaba rugi
Laba rugi
 
Ppt kd 5.1
Ppt kd 5.1Ppt kd 5.1
Ppt kd 5.1
 
Analisis Laporan Keuangan (Bentuk bentuk laporan keuangan)
Analisis Laporan Keuangan (Bentuk bentuk laporan keuangan)Analisis Laporan Keuangan (Bentuk bentuk laporan keuangan)
Analisis Laporan Keuangan (Bentuk bentuk laporan keuangan)
 
3 pelaporan dan analisis keuangan ch 2
3 pelaporan dan analisis keuangan ch 23 pelaporan dan analisis keuangan ch 2
3 pelaporan dan analisis keuangan ch 2
 
Dasar dasar akuntansi
Dasar dasar akuntansiDasar dasar akuntansi
Dasar dasar akuntansi
 
Pengelolaan usaha ku
Pengelolaan usaha kuPengelolaan usaha ku
Pengelolaan usaha ku
 
New public management
New public managementNew public management
New public management
 
tinjauan analisis laporan keuangan
tinjauan analisis laporan keuangantinjauan analisis laporan keuangan
tinjauan analisis laporan keuangan
 
Analisis sistem pengendalian perencanaan manajemen.docx (1)
Analisis sistem pengendalian perencanaan manajemen.docx (1)Analisis sistem pengendalian perencanaan manajemen.docx (1)
Analisis sistem pengendalian perencanaan manajemen.docx (1)
 
BAB 4 Pusat Pertanggungjawab Pusat Pendapatan - Pusat beban (SPM)
BAB 4 Pusat Pertanggungjawab Pusat Pendapatan - Pusat beban (SPM)BAB 4 Pusat Pertanggungjawab Pusat Pendapatan - Pusat beban (SPM)
BAB 4 Pusat Pertanggungjawab Pusat Pendapatan - Pusat beban (SPM)
 
13. KWH. Ananda Putri Pratami. Hapzi Ali. Manajemen Keuangan, Universitas Mer...
13. KWH. Ananda Putri Pratami. Hapzi Ali. Manajemen Keuangan, Universitas Mer...13. KWH. Ananda Putri Pratami. Hapzi Ali. Manajemen Keuangan, Universitas Mer...
13. KWH. Ananda Putri Pratami. Hapzi Ali. Manajemen Keuangan, Universitas Mer...
 
Tugas sp manajemen keuangan
Tugas sp manajemen keuanganTugas sp manajemen keuangan
Tugas sp manajemen keuangan
 
Ch05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - INDCh05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - IND
 
Ppt kd 5.1
Ppt kd 5.1Ppt kd 5.1
Ppt kd 5.1
 
semester 5 Pusat biaya
semester 5 Pusat biayasemester 5 Pusat biaya
semester 5 Pusat biaya
 

Semelhante a Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan

SI-PI, Megania Kharisma, Hapzi Ali,internal control over financial reporting,...
SI-PI, Megania Kharisma, Hapzi Ali,internal control over financial reporting,...SI-PI, Megania Kharisma, Hapzi Ali,internal control over financial reporting,...
SI-PI, Megania Kharisma, Hapzi Ali,internal control over financial reporting,...Megania Kharisma
 
Si pi 14, nurul hidayati yuliani, hapzi ali, internal control over financing ...
Si pi 14, nurul hidayati yuliani, hapzi ali, internal control over financing ...Si pi 14, nurul hidayati yuliani, hapzi ali, internal control over financing ...
Si pi 14, nurul hidayati yuliani, hapzi ali, internal control over financing ...Lia Sapoean
 
FORUM dan QUIZ Minggu 14 :Internal control over financial reporting, implemen...
FORUM dan QUIZ Minggu 14 :Internal control over financial reporting, implemen...FORUM dan QUIZ Minggu 14 :Internal control over financial reporting, implemen...
FORUM dan QUIZ Minggu 14 :Internal control over financial reporting, implemen...Megania Kharisma
 
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...Ryan Julian
 
Skripsi arif stie yapman
Skripsi arif stie yapmanSkripsi arif stie yapman
Skripsi arif stie yapmanhasman mahfud
 
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...Mislia lia
 
SI& PI, Priscilla M. Adeline K., Hapzi Ali, Internal Control Over Financial R...
SI& PI, Priscilla M. Adeline K., Hapzi Ali, Internal Control Over Financial R...SI& PI, Priscilla M. Adeline K., Hapzi Ali, Internal Control Over Financial R...
SI& PI, Priscilla M. Adeline K., Hapzi Ali, Internal Control Over Financial R...Priscilla Maria Adeline Kristianto
 
BE & GG9, Basori, Hapzi Ali, Audit & Internal Control, UMB, 2017
BE & GG9, Basori, Hapzi Ali, Audit & Internal Control, UMB, 2017BE & GG9, Basori, Hapzi Ali, Audit & Internal Control, UMB, 2017
BE & GG9, Basori, Hapzi Ali, Audit & Internal Control, UMB, 2017Basori Basori
 
Akuntansi sucipto2
Akuntansi sucipto2Akuntansi sucipto2
Akuntansi sucipto2Alen Pepa
 
penganggaran di akuntansi manajemen
penganggaran di akuntansi manajemenpenganggaran di akuntansi manajemen
penganggaran di akuntansi manajemenFitri Bersahabat
 
01. gambaran umum akuntansi
01. gambaran umum akuntansi01. gambaran umum akuntansi
01. gambaran umum akuntansiDwimaghfiro
 
Sipi, mayanih, prof. hapzi ali, internal control of financial reporting, univ...
Sipi, mayanih, prof. hapzi ali, internal control of financial reporting, univ...Sipi, mayanih, prof. hapzi ali, internal control of financial reporting, univ...
Sipi, mayanih, prof. hapzi ali, internal control of financial reporting, univ...MAYANIH
 
Audit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar auditAudit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar auditsugeng1990
 
Konsep Audit Manajemen
Konsep Audit ManajemenKonsep Audit Manajemen
Konsep Audit ManajemenSintiaFarach46
 
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reportingSi pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reportingsigit widiatmoko
 
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reportingSi pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reportingsigit widiatmoko
 

Semelhante a Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan (20)

Manajemen Keuangan Tambang
Manajemen Keuangan TambangManajemen Keuangan Tambang
Manajemen Keuangan Tambang
 
Tgs akuntansi 2
Tgs akuntansi 2Tgs akuntansi 2
Tgs akuntansi 2
 
SI-PI, Megania Kharisma, Hapzi Ali,internal control over financial reporting,...
SI-PI, Megania Kharisma, Hapzi Ali,internal control over financial reporting,...SI-PI, Megania Kharisma, Hapzi Ali,internal control over financial reporting,...
SI-PI, Megania Kharisma, Hapzi Ali,internal control over financial reporting,...
 
Si pi 14, nurul hidayati yuliani, hapzi ali, internal control over financing ...
Si pi 14, nurul hidayati yuliani, hapzi ali, internal control over financing ...Si pi 14, nurul hidayati yuliani, hapzi ali, internal control over financing ...
Si pi 14, nurul hidayati yuliani, hapzi ali, internal control over financing ...
 
FORUM dan QUIZ Minggu 14 :Internal control over financial reporting, implemen...
FORUM dan QUIZ Minggu 14 :Internal control over financial reporting, implemen...FORUM dan QUIZ Minggu 14 :Internal control over financial reporting, implemen...
FORUM dan QUIZ Minggu 14 :Internal control over financial reporting, implemen...
 
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
 
Skripsi arif stie yapman
Skripsi arif stie yapmanSkripsi arif stie yapman
Skripsi arif stie yapman
 
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
 
SI& PI, Priscilla M. Adeline K., Hapzi Ali, Internal Control Over Financial R...
SI& PI, Priscilla M. Adeline K., Hapzi Ali, Internal Control Over Financial R...SI& PI, Priscilla M. Adeline K., Hapzi Ali, Internal Control Over Financial R...
SI& PI, Priscilla M. Adeline K., Hapzi Ali, Internal Control Over Financial R...
 
Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1
 
BE & GG9, Basori, Hapzi Ali, Audit & Internal Control, UMB, 2017
BE & GG9, Basori, Hapzi Ali, Audit & Internal Control, UMB, 2017BE & GG9, Basori, Hapzi Ali, Audit & Internal Control, UMB, 2017
BE & GG9, Basori, Hapzi Ali, Audit & Internal Control, UMB, 2017
 
Pelaporan Keuangan
Pelaporan KeuanganPelaporan Keuangan
Pelaporan Keuangan
 
Akuntansi sucipto2
Akuntansi sucipto2Akuntansi sucipto2
Akuntansi sucipto2
 
penganggaran di akuntansi manajemen
penganggaran di akuntansi manajemenpenganggaran di akuntansi manajemen
penganggaran di akuntansi manajemen
 
01. gambaran umum akuntansi
01. gambaran umum akuntansi01. gambaran umum akuntansi
01. gambaran umum akuntansi
 
Sipi, mayanih, prof. hapzi ali, internal control of financial reporting, univ...
Sipi, mayanih, prof. hapzi ali, internal control of financial reporting, univ...Sipi, mayanih, prof. hapzi ali, internal control of financial reporting, univ...
Sipi, mayanih, prof. hapzi ali, internal control of financial reporting, univ...
 
Audit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar auditAudit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar audit
 
Konsep Audit Manajemen
Konsep Audit ManajemenKonsep Audit Manajemen
Konsep Audit Manajemen
 
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reportingSi pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
 
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reportingSi pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
Si pi, sigit widiatmoko, hapzi ali, internal control over financial reporting
 

Indikator Keberhasilan Manajemen Keuangan Pertambangan

  • 1. Final Indikator Keberhasilan Manajemen Usaha Pertambangan Oleh Dr.Ir.Ukar W. Soelistijo, M.Sc, APU Sari Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Accredited Mining Enterprise) menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan manajemen usaha pertambangan. Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal (1) sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable; (2) sistem penggalangan dana (debt equity, pengembalian hutang, diversifikasi usaha, pengembangan jasa; (3) sistem pembukuan keuangan; dan (4) sistem audit. Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambangan dapat meliputi dari kegiatan hulu (manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan hilir (manajemen pasar) serta masalah yang berhubungan dengan pengembangan wilayah dan lingkungan termasuk CSR (corporate social responsibity). Pada akhirnya indikator keberhasilan dalam usaha pertambangan baik dalam manajemen keuangan maupun manajemen usaha di tandai oleh kemampuan internal dalam hal diperoleh least cost dan keuntungan optimal serta kemampuan eksternal dalam hal manfaat otimal bagi negara di mana perusahaan beroperasi antara lain dalam bentuk pembayaran pajak secara akuntabel serta manfaat optimal secara regional termasuk pengembangan masyarakat setempat sebagai corporate social responsibility atau sebagai the servant of the community.. Sebagai contoh dalam COW maka manfaat finansial skala nasional diperoleh sebesar 55 % dari revenue perusahaan COW dan sebesar 60% dari revenue prusahaan PKP2B bagi negara Indonesia. Manfaat sosial neto dari beberapa perusahaan COW dan BUMN diperoleh sebesar antara 1 -23% dari revenue mereka bagi masyarakat setempat sebagai upaya partisipasi mereka dalam rangka pengembangan wilayah termasuk lingkungan. Besaran tersebut perlu diupayakan peningkatannya pada masa mendatang. Kata kunci: indikator keberhasilan perusahaan pertambangan, manajemen keuangan, manajemen usaha, kegiatan hulu–hilir, pengembangan wilayah dan lingkungan. Abstract The acredited mining enterprise may involve the indicators of both successfulness in the fields of financial management and of mining enterprise management as well. The indicators of financial management may include several matters ,i.e., (1) as an anterprise characterized by good governance and clean management, by the support of systematic/professional, accountable and tranparant/auditable financial management system; (2) the system of funds raising (debt equity, loan rescheduling, diversification of enterprising, and services development; (3) the system of book-keeping; and (4) the system of audit. The indicators of mining enterpruse management may include the activities from upstream (resource/reserve management), management of production activities, up to downstream activities (marketing management) and problems related to regional development and including CSR (corporate soaial responsibility) or as the servant of the community
  • 2. Finally, the indicator of successfulness in the mining enterprise either in the financial management or in the business management is indicated by internal capability in terms of the least cost and the optimal profit obtained and by external capability in terms of optimal benefit for the nation where the enterprise operate, for instance, in the case of accountable tax paying and optimal benefit for the regional development including local community development as a corporate social responsibility. For instance, in term of COW so that the financial benefit at the national scale 55% of the companies’ revenue and around 60% of the Coal COW revenue are gained by Indonesia. Net social gains from the COW companies and the State-owned companies are of about 1 – 23% of their revnues gained by the local community in the form of their participation in the regional development including the environment ptotection. Those amounts should be increased and enforced in the future. Keywords: Successfulness indicator of mining enterprise, finanacial management, enterprise management, upstream-downstream activities, regional development and environment protection. I. Pendahuluan Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Acredited Mining Enterprise) menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan manajemen usaha pertambangan. Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal berikut: 1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable. 2. Sistem penggalangan dana. a. Debt equity. b. Pengembalian hutang. c. Diversifikasi usaha. d. Pengembangan jasa. 3. Sistem pembukuan keuangan. 4. Sistem audit. Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambagan dapat meliputi dari kegiatan hulu (manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan hilir (manajemen pasar) serta masalah yang berhubungan dengan lingkungan termasuk CSR (corporate social responsibity). II. Indikator Manajemen Keuangan A. Faktor Permasalahan 1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable. a. Sistemis. Sistem keuangan suatu perusahaan perlu mampu menggambarkan suatu interaksi antara substansi engineering – ekonomi – dan akuntansi. Dari segi substansi engineering, memang keuangan timbul setelah adanya telaahan engineering apa yang disebut cash in (revenue) dan cash out (biaya operasional) yang terdiri dari fixed cost dan variable cost serta biaya commissioning atau biaya operasi awal
  • 3. sewaktu perusahaan belum menghasilkan revenue atau produksi. Dari segi ekonomi, memang perusahaan perlu melihat prospek ke depan dalam upaya menghasilkan keuntungan finansial dalam hal ini harga kapital (ROR) harus jauh lebih besar daripada biaya kapital, agar usaha dapat berkelanjutan. Dari segi akuntansi, memang keuangan perusahaan harus mampu menunjukkan balance sheet aktiva dan pasiva secara rinci dari waktu ke waktu secara jelas. Dari mana uang dihasilkan dan ke mana uang dikeluarkan. b. Akuntabel. Keuangan perusahaan perlu selalu dapat dipertanggung jawabkan oleh manajemen kepada pemegang saham darri perputaran uang serta keharusan memperoleh keuntungan untuk keberlanjutan perusahaan secara jangka pendek, menengah dan panjang. c. Transparan/auditable. Last but not least keuangan perusahaan harus transparan bagi stakeholder, selalu siap diaudit oleh akuntan independen dan oleh sistem pengawasan intern. 2. Sistem penggalangan dana. a. Debt equity. Sumber dana perusahaan dapat sepenuhnya dari dalam (equity) ataupun dari luar (hutang) dan dari dalam ataupun dari luar sama sekali. Suatu kelaziman bahwa biasanya sumber dana merupakan gabungan sumber dari dalam dan dari luar, sehubungan dengan mengatasi resiko usaha. Suatu kebiasaan bahwa modal sendiri perlu di bagi dalam beberapa bidang usaha. Kalau suatu bidang usaha merugi dapat diimbangi oleh bidang-bidang usaha yang lain yang untung. b. Pengembalian hutang. Sharing usaha melalui hutang diperlukan kecermatan dalam sistem dan mekanisme pengembalian hutang. c. Diversifikasi usaha. Diversifikasi usaha dapat secara vertikal dari hulu ke hilir sehubungan peningkatan nilai tambah suatu komoditi atau secara horizontal atau pengembangan dari komoditi yang satu ke komoditi yang lain atau multi komoditi. Hal ini perlu dilakukan untuk menembus pasar atau kompartemen pasar sesuai dengan kebutuhan pasar atau konsumen. d. Pengembangan jasa. Di samping komoditi, suatu usaha dapat juga di bidang jasa. Justru jasa ini mempunyai lingkup pasar yang lebih luas dari hulu ke hilir. 3. Sistem pembukuan keuangan. Pembukuan keuangan merupakan catatan sistematis keuangan perusahaan untuk keperluan manajemen dan untuk keperluan audit. Laporan keuangan harus disajikan secara wajar dalam hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada akhir tahun, hasil usaha dan serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada akhir tahun yang sedang diuji sesuai dengan prinsipakuntansi yang berlaku umum. 4. Sistem audit. Sistem audit dapat dilakukan oleh intern perusahaan dan oleh tim akuntansi independen. Yang perlu diaudit adalah: neraca perusahaan pada akhir tahun, laporan rugi laba, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal- tanggal akhir tahun tersebut.
  • 4. Standar auditing ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, sehingga perlu disusun rencana dan pelaksanaan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi: pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Contoh Laporan tahunan Neraca (Balance sheet) PT International Nickel Indonesia per 31 Desember 19993 dan 1992. B. Model Analisis Analisis finansial/keuangan secara dasar dan pokok adalah dengan formula sebagai berikut. Item/Year 0 1 ...... n Total Cost Savings Net income (Loss) (Depreciation) Pre Tax Income (Loss) Tax Net After Tax Dprec. add back Cash income Capital cost Working capital Cash flow PV factor (%) Present value DCFROR Payout period Annual benefit NPV @ (…%) Survei komprehensif dan rahasia yang diedarkan oleh PricewaterhouseCoopers kepada 30 perusahaan yang telah berproduksi dan lebih dari 250 perusahaan eksplorasi di Indonesia tahun 1995-1999 (Tabel I.1 dan I.2) dengan model sebagai berikut: 1. Pendapatan dari penjualan bersih adalah pendapatan setelah dikurangi ongkos angkut, asuransi, komisi agen dan biaya langsung lainnya sehubungan dengan pengiriman. Belum dikurangi dengan royalti. 2. Beberapa perusahaan responden yang telah berproduksi memakai metode perbandingan pengupasan rata-rata untuk akuntansi biaya pembuangan lapisan atas. Laba operasi yang dilaporkan oleh responden tersebut telah disesuaikan untuk mencerminkan pemakaian metode biaya pengupasan sebenarnya. 3. Biaya pajak penghasilan perusahaan telah dihitung dengan memakai metode pajak berdasarkan jumlah laba menurut buku yang disesuikan dengan akun yang tidak kena pajak ataupun yang tidak dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak. Perusahaan responden mempunyai saldo kerugian pajak dan perbedaan waktu (akun
  • 5. pendapatan dan biaya yang dimajukan atau ditangguhkan dari sudut perpajakan, seperti penyusutan dan pencadangan) selama masa lima tahun tersebut, yang berarti bahwa pajak penghasilan pada satu tahun tertentu. Biaya pajak pernghasilan yang dilaporkan oleh responden yang telah berproduksi yang memakai pajak terhutang telah disesuaikan kepada metode pajak yang ditangguhkan dengan memakai data yang disampaikan oleh perusahaan tersebut. 4. Ratio/perbandingan yang dipakai: a. Pengembalian investasi pemegang saham = laba bersih : rata-rata investasi pemegang saham (ekuitas + penjamana pihak terkait). b. Pengembalian dana yang dipergunakan = laba senelum bunga dan pajak : rata-rata dana yang dipergunakan (ekuitas + pinjaman). c. Pengembalian aktiva yang dipergunakan = laba bersih : rata-rata jumlah aktiva. d. Pengembalian pendapatan bersih = laba bersih : pendapatan dari penjualan bersih. e. Pengembalian dividen dari laba bersih yang belum disesuaikan = dividen dibayar : laba bersih yang dilaporkan perusahaan (tidak disesuaikan dengan perbedaan kebijakan akuntansi). f. Perbandingan hutang/ekuitas = jumlah pinjaman pada akhir tahun : jumlahekuitas pada akhir tahun. g. Pendapatan terhadap jumlag aktiva = pendapatan bersih dari penjualan : jumlah aktiva pada akhirtahun. h. Rasio lancar = aktiva lancar pada akhir tahun : hutang lancar pada akhir tahun : hutang lancar (tidak termasuk pinjaman lancar) pada akhir tahun. i. Rasio perputaran dana = pendapatan dari penjualan bersih : rata-rata dana dipergunakan (ekuitas + pinjaman). Tabel I.1 Laporan Keuangan Keseluruhan I.1A Neraca Keseluruhan US$ juta – US$ Millions 1995 1996 1997 1998 1999 Dana pemegang saham – Shareholders’ funds 2,094.0 1,942.1 2,774.5 Pinjaman – Borrowings 2,897.6 4,788.4 5,223.6 Jumlah dana dipergunakan-Total funds employed 4,991.6 6,730.5 7,998.1 Kewajiban lancar – Current liabilities 723.1 1,029.3 1,088.5 Provisi/cadangan untuk pemulihan dan penutupan 23.3 41.5 72.8 tambang- Provision/reserve for restoration and mine closure Kewajiban lain-lain-Other liabilities 349.8 836.5 1,058.7 Jumlah ekuitas dan kewajiban-Total equity and liabilities 6,087.8 8,637.8 10,218.1 Aktiva tetap – Fixed assets 3,801.0 5,885.3 7,094.3 Eksplorasi dan pengembangan – Exploration and 823.5 1,007.7 1,190.2 development Aktiva lancar- Current assets 1,312.2 1,500.5 1,628.6 Aktiva lain-lain – Other assests 151.1 274.3 305.0 Jumlah aktiva- Total assets 6,087.8 8,637.8 10,218.1 Aktiva bersih-Net assests 2,094.0 1,942.1 2,774.5 Pendapatan jumlah aktiva – Revenue to total assets 0.54 0.42 0.37 Rasio lancar – Curent ratio 1.81 1.46 1.50 Rasio perputaran dana – Funds turnover ratio 1.78 1.83 1.56
  • 6. I.1B. Laba Rugi Keseluruhan US$ juta – US$ millions 1995 1996 1997 1998 1999 Pendapatan penjalan bersih – Net sales revenue 3,312.5 3,638.8 3,829.6 Biaya tenaga kerja – Labour costs 116.9 163.1 140.4 Penyusutan dan amortaisasi – Depreciation and 280.1 356.4 518.4 amortization Biaya produksi – Production costs 1,740.6 2,111.0 1,993.1 Royalti tunai – Cash royalties 57.9 44.0 38.1 Laba operasi – Operating profit 1,117.0 964.3 1,139.6 Biaya eksplorasi – Exploration expense 7.4 24.7 26.4 Beban bunga dan pendapatan – Interest and financing costs 100.8 108.9 123.3 Rugi/(laba) selisih kurs bersih – Net exchange loss/gain (1.4) (18.6) 16.2 Biaya lain-lain – Other expenses 74.4 207.4 100.1 Laba sebelum pajak penghasilan – Profit before 935.8 641.9 873.6 income tax Biaya pajak penghasilan – Income tax expenses 298.3 236.2 321.6 Laba bersih – Net profit 637.5 405.7 551.9
  • 7. Tabel I.2. Ringkasan Informasi dan Laporan Keuangan Pertambangan Mineral Keras dan Batubara (17 perusahaan berproduksi dan 19 perusahaan bereksplorasi) US$ juta – US$ millions 1994 1995 1996 1997 1998 1999 Neraca – Balance sheet Jumlah kewajiban – Total liabilities 3,630.4 3,993.9 4,896.3 6,695.7 7,446.3 7,443.6 Jumlah aktiva – Total assets 5,248.4 6,088.0 6,921.6 8,637.8 9,587.2 10,218.1 Ekuitas – Shareholders equity 1,618.0 2,094.0 2,025.3 1,942.1 2,140.9 2,774.5 Rugu/Laba – Profit and loss Pendapatan penjualan bersih – Net 2,325.5 3,312.5 3,638.8 3,522.2 3,829. sales revenue Laba operasi – Operating profit 610.7 1,133.3 981.4 1,197.2 1,204.7 Laba sebelum pajak penghasilan – 505.8 952.1 664.7 827.1 895.5 Profit before income tax Biaya pajak penghasilan – Income 153.1 303.7 243.5 288.0 209.9 tax expense Laba bersih – Net profit 352.7 648.4 421.2 539.2 685.6 Arus kas – Cashflow Arus kas bersih – Net cashflow 51.2 133.5 255.2 2.8 (116.2) Rasio keuangan – Financial ratios Pendapatan terhadap jumlah aktiva – 0.62 0.54 0.42 0.37 0.37 Revenue to total assets Rasio lancar – Current ratio 1.82 1.81 1.46 1.67 1.50 Rasio perputaran dana – Funds 1.44 1.78 1.83 1.73 1.56 turnover ratio Rasio hutang /ekuitas – Debt/equity 1.68 1.38 2.47 2.38 1.88 ratio Produksi berdasarkan mineral – Production by mineral Bauksit – Bauxite (‘000 wmt) 1,094.3 805.9 808.7 1,055.6 1,116.3 Batubara – Coal (‘000 t) 27,258.8 34,14.9 45,884.1 52,702.6 60,691.6 Tenbaga ( - Copper (M lb) 710.3 978.0 1,166.5 1,732.0 1,690.2 Emas – Gold (‘000 oz) 1,255.9 1,741.1 2,559.4 3,641.1 3,929.0 Pasir besi – Iron sands (‘000 wmt) 334.9 348.4 487.4 560.5 584.4 Bijih nikel – Nickel ore (‘000 wmt) 2,311.5 2,573.4 2,831.4 3,233.4 3,235.3 Nikel – Nickel (M lb) 112.6 123.2 93.1 96.3 120.3 Perak – Silver (‘000 oz) 2,124.4 3,222.1 3,445.3 5,092.2 5,055.5 Timah – Tin (‘000 t) 43.7 44.6 53.0 53.7 47.8 Pengeluaran untuk eksplorasi dan kelayakan – Exploration and feasibility expenditure 69.2 89.5 154.9 96.2 75.5 Tenaga kerja – Employment Jumlah karyawan – Number of 22,058 22,083 33,167 33,772 37,718 employees Upah kotor (Rp miiar) – Gross 239.60 262.96 471.75 1,060.81 1,101.36 compensation (Rp billion) Jumlah pendapatan pemerintah (Rp. miliar) – Total government revenue (Rp billion) 774.90 1,325.09 1,895.29 7,724.94 6,879.03 Kontribusi pertambangan – mining contribution PDB – GDP 1.3% 1.5% 1.8% 3.7% 2.8% Ekspor - Export n/a 10.9% 11.1% 15.9% 11.2% Pengeluaran untuk reklamasi, penutupan tambang dan pengendalian lingkungan – expenditure on reclamation, mine closure and environmental control 10.4 13.5 30.0 99.4 26.4
  • 8. C. Penjelasan Atas Laporan Keuangan. (Contoh PT INCO Per 31 Desember 1993 dan 1992, Tabel I.3 s.d. I.6). a. Umum. - Dasar Akte. - Dasar Kontrak Karya. - Kegiatan utama Perusahaan. b. Akhtisar Kebijakan Akuntansi yang Penting. 1). Penyajian dari Laporan Keuangan. Disusun berdasarkan prinsip-prinsip Konsep Arus Kas dan Ekivalen Kas. Ekivalen Kas terdiri dari deposito pada perusahaan afiliasi dan deposito jangka pendek pada lembaga keuangan 2). Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing. Kas, piutang dan kewajiban lancar dalam mata uang selain US$ dijabarkan ke US$ dengan kurs tukar yang berlaku pada akhir tahun. 3). Persediaan. Persediaan dinyatakan dengan harga yang terendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih. 4). Aktiva Tetap. Aktiva tetap dicatat berdasarkan harga perolehan. 5). Penyusutan dan Deplesi. Penyusutan atas aktiva tetap dihitung atas dasar unit produksi untuk jangka waktu maksimum 20 tahun dan ditinjau setiap tahun. 6). Biaya yang Ditangguhkan. Biaya pemugaran aktiva tetap dalam jumlah yang besar didebitkan ke perkiraan biaya yang ditangguhkan dan diamortisasikan dengan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari pemugaran tersebut, yang lebih pendek dari masa penyusutan aktiva tetap. 7). Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan. Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan telah dibukukan untuk mencatat perbedaan waktu dalam pengakuan penyusutan dan pendapatan/beban lainnya antara laporan keuangan untuk tujuan akuntansi dan pajak. 8). Laba Bersih per Saham. Laba bersih per saham dihitung dengan membagi laba bersih dengan ju,lah rata- rata saham yang ditempatkan dan disetor penuh pada tahun yang bersangkutan. c. Piutang Lain-lain. Merupakan tagihan kepada pihak ketiga, klaim asuransi, pinjaman pegawai dan uang muka perjalanan dinas pegawai. d. Persediaan. Terdiri dari komoditi (logam nikel dalam proses dan barang jadi) ditambah supplies. e. Aktiva Tetap. Terdiri dari jembatan, bangunan, pabrik dan mesin, perabotan dan peralatan kantor, pesawat udara, aktiva tetap yang tidak dialokasikan yang dijumlahkan sebagai Akumulasi Penyusutan selanjutnay ditambah dengan Pengembangan Tambang dan akumulasi deplesi f. Pengeluaran untuk Lingkungan. Operasi perseroan telah dan akan dipengaruhi oleh perubahan dalamperundang- undangan mengenai lingkungan. Ada tiga laporan lingkungan yaitu SEL (Studi
  • 9. Evaluasi Lingkungan), RKL (rencana Pengelolaan Lingkungan, dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan). Pengeluaran sehubungan dengan program lingkungan dan reklamasi dibebankan pada perhitungan rugu-laba atau dikapitalisasi sebagai aktiva tetap dan kemudian disusutkanbergantung pada manfaat ekonomis dari pengeluaran tersebut pada masa mendatang. g. Pekerjaan dalam Pelaksanaan. Meliput pekerjaan yang berlangsung. h. Aktiva Lainnya. Meliput pekerjaan eksplorasi dan pembangunan sarana lain-lain. i. Transaksi dengan Perusahaan Afiliasi. 1). Penjualan. 2). Deposito pada Perusahaan Afiliasi. 3). Hutang kepada Perusahaan afiliasi. 4). Biaya atas Bantuan Manajemen dan Teknis. j. Kewajiban Lancar Lainnya. Meliput cadangan untuk gajih, cuti dan dividen. k. Hutang Jangka Panjang dan Hutang Jangka Panjang Jatuh tempo dalam Satu Tahun. Hutang dengan jaminan seluruh piutang, peralatan, perssediaan dan seluruh pendapatan dari kontrak penjualan jangka panjang. l. Taksiran Hutang untuk Program Pensiun. m. Modal Saham. n. Pajak Penghasilan. Sesuai dengan pajak Perseroan 45%, kemudian disesuaikan dengan pajak terendah 35% serta kredit pajak investasi 8%. dengan menurunkan tarif pajak efektif menjadi 22,5%. o. Dividen. Dividen sebesar $0,15 per saham. p. Harga pokok Penjualan. q. Restrukturisasi Modal. Memperhitungkan akumulasi kerugian yang lalu yang diperhitungkan dengan jumlah laba ditahan dan terhitung sisa laba. Tabel I.3. Neraca Per 31 Desember 1993 dan 1992 PT INCO Indonesia (Dalam ribuan US$) Catatan/No 1993 1992 (US$ thousands) tes AKTIVA ASSETS Aktiva Lancar Current Assets Kas dan Bank 377 375 Cash Deposito pada perusahaan Afiliasi 9.2 14.000 21.100 Deposit with Affiliate Deposito Berjangka 5.000 1.517 Time Deposits Piutang Usaha pada perusahaan Afiliasi 9.1 17.462 22.349 Trade Receivable from Affiliated Companies Piutang Lain-lain 3 3.570 2.906 Other receivables Persediaan 2.3 & 4 51.549 52.829 Inventories biaya yang Dibayar Di muka 1.823 1.613 Prepaid Expenses Jumlah Aktiva Lancar 93.781 102.68 Total Current Assets 9 Aktiva Tetap, Bersih 2.4, 2.5 & 5 533.52 563.28 Property, Plant and Equipment, Net 2 2 Aktiva Lain-lain Other Assets Pekerjaan dalam Pelaksanaan 7 32.207 25.977 Construction in Progress Biaya yang Ditangguhkan 2.6 25.264 23.930 Deferred Charges Aktiva Lainnya 8 4.341 4.200 Other
  • 10. Jumlah Aktiva Lain-lain 61.812 54.107 Total Other Assets Jumlah Aktiva 689.11 720.07 Total Assets 5 8 Kewajiban dan Modal Sendiri Liabilities and Shareholders’ Equity Kewajiban Lancar Current Liabilities Hutang Usaha 1.920 3.153 Trade Payable Hutang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam 11 25.000 25.000 Long-Term Debt Due Within One Satu Tahun Year Hutang Kepada Perusahaan Afiliasi 9.3 2.551 2.828 Amount Due to Affiliated Componies Biaya yang Harus Dibayar 4.877 12.176 Accrued Liabilities Kewajiban Lancar Lainnya 10 1.430 1.351 Other Current Liabilities Jumlah Kewajiban Lancar 35.778 44.508 Total Current Liabbilities Hutang Jangka Panjang 11 112.500 137.500 Long-Term Debt Taksiran Hutang Untuk Program Pensiun 12 12.097 10.984 Accrued Pension Benefits Hutang Pajak Penghasilan yang 2.7 & 14 32.564 29.397 Deferred Income Taxes Ditangguhkan Jumlah Kewajiban 192.93 222.38 Total Liabilities 9 9 Modal Sendiri Shareholders’ Equity Modal Saham 13 136.413 136.413 Common Stock Modal Disetor Lainnya 17 277.760 277.760 Additional Paid-in Capital Laba Ditahan (sejak1983) 17 82.003 83.516 Retained Earnings (Since 1983) Jumlah Modal Sendiri 496.17 497.68 Total Shareholders’ Equity 6 9 Jumlah Kewajiban dan Modal Sendiri 689.115 720.078 Total Liabilities and Shareholders’ Equity Tabel I.4. Laporan Laba Rugi (Dalam ribuan US$, kecuali laba per saham) Catatan/Notes 1993 1992 (US$ thousands, except earnings per share amounts)) Penjualan 154.831 192.212 Sales Harga pokok Penjualan 130.456 132.715 Cost of Goods Sold Laba Kotor 24.375 59.497 Gross Profit Beban Penjualan, Administrasi dan Umum 2.999 4.497 Selling, General and Administration Expenses Laba Usha 21.376 55.000 Operating Profit Pendapatan (Beban) Lain-lain Other Income Pendapatan Bunga 803 1.351 Interest Income Beban Bunga (7.066) (9.267) Interest Expenses Keuntungan (Kerugian) Kurs (105) (143) Currency translation Adjustments Pendapatan (Beban) Lain-lain, Bersih (934) (337) Other, net Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain (7.302) (8.396) Total Other Income (Expenses) Laba Sebelum Pajak Penghasilan 14.074 (46.604) Earnings Before Income Tax Pajak Penghasilan 3.167 (10.486) Income Tax laba Bersih 10.907 (36.118) Net Earnings Laba Bersih Per Saham 0,04 (O,15) Net Earnings per Share Tabel I.5. Laporan Laba Ditahan (Dalam ribuan US$) Catatan/Notes 1993 1992 (US$ thousands) Saldo pada Awal tahun (Sejak tahun 1983) 83.516 109.500 Balance at Beginning of Year (Since 1983) Laba Bersih 10.907 36.118 Net Earnings
  • 11. Dividen 94.423 145.618 (12.420) (62.102) Dividends Declared Saldo pada Akhir Tahun 82.003 83.516 Balance at End of Year Tabel I.6. Laporan Aliran Kas (Dalam ribuan US$) 1993 1992 (US$ thousands) Kegiatan Operasi Operating Activities Laba Bersih 10.907 36.118 Net Eranings Penyesuaian dari Laba Bersih ke Kas yang Adjustments to Reconcile Net Earnings to Cash Diperoleh dari Operasi Provided by Operating Activities Depreciation Penyusutan 37.891 48.544 Depletion Deplesi 181 312 Amortization Amortisasi 3.138 2.859 Deferred Income Taxes Hutang Pajak Penghasilan yang 3.167 10.486 Provision for Pension benefits Ditangguhkan in Excess of Payments Pembebanan untuk Program Pensiun 1.113 1.856 yang Melebihi Pembayaran Other Lain-lain 458 - Decrease (Increase) in Non-Cash Working Pengurangan (Penambahan) Modal Capital related to Operations Trade Kerja Bukan kas yang Receivables from Affiliated Companies Berhubungan dengan Operasi Other Receivables Piutang Usaha pada Perusahaan 4.887 (7.968) Inventories Afiliasi Prepaid Expenses Piutang Lain-lain (664) 3.283 Trade Payables Persediaan 1.280 (6.84) Amonuts Due to Affiliated Companies Biaya yang Dibayar Dimuka (210) 942 Accrued Liabilities Hutang Usaha (1.233) 68 Other Current Liabilities Hutang kepada Perusahaan (277) 1.224 Afiliasi Biaya yang Masih Harus Dibayar (7.299) 4.446 Kewajiban Lancar Lainnya 61 44 Kas Diperoleh dari kegiatan Operasi 53.395 95.330 Cash Provided by Operating Activities Kegiatan Investasi Investing Activities Aktiva Tetap dan pekerjaan dalam (15.825) (26.437) Capital Expenditures Pelaksanaan Hasil Penjualan Aktiva Tetap 729 235 Proceeds from Sale of Property, Plant and Biaya yang Ditangguhkan (4.371) (13.4730 Equipemnt Lain-lain (141) (273) Deferred Charges Other Kas Dipakai untuk Kegiatan Operasi (19.608) (39.948) Cash Used for Investing Activities Penambahan Kas Sebelum Kegiatan (33.787) 55.382 Cash Surplus Before Financing Activities Pembiayaan Kegiatan Pembiayaan Financing Activities Pembayaran Dividen (12.402) (62.031) Dividends Paid Pembayaran Hutang Jangka Panjang (25.000) (25.000) Repayments of Long-Term Debt Kas Dipakai untuk Kegiatan Pembiayaan (37.402) (87.031) Cash Used for Financing Activities Kas dan Ekivalen Kas Cash and Cash equivalents Penurunan Tahun Berjalan (3.615) (31.649) Decrease in Current Year Saldo pada Awal Tahun 22.992 54.641 Balance at Beginning Year Saldo Pada Akhir Tahun 19.377 22.992 balance at End of Year
  • 12. D. Biaya produksi dan biaya angkutan batubara. Pada Tabel I.7 dapat dilihat contoh biata produksi dan biaya angkutan batubara dari beberapa perusahaan batubara di Indonesia. Biaya penjualan dan biaya aangkutan berkisar antara 10-53 %, sisanya adalah biaya produksi, tergantung lokasi geografis dari tambangnya. Tabel I.7 Biaya Produksi dan Transportasi Batubara PTBA – PKP2B 1993/1994 No Perusahaan Produksi Stripping Biaya Operasi (Juta ratio Biaya produksi Niaya Total ton/th) (Ton/BCM) penjualan dan Transportasi lokal US$/ton % US$/ton % US$/ton 1 PTBA 7.1 1:7 15.9 59.3 10.4 40.7 26.3 2 PT KPC 7.4 1 : 6.3 25.9 89.3 3.1 10.7 29.0 3 PT Adaro 0.9 1 : 1.5 5.6 47.4 6.2 52.6 11.8 4 PT 3.1 1:4 15.4 87.2 7.5 32.8 22.9 Arutmin 5 PT MHU 1.2 1 : 7.5 18.6 68.3 8.6 31.7 27.2 II. Indikator Manajemen usaha. A. Kronologis investasi pertambangan di Indonesia (UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Terdapat PMA di bidang mineral keras nonbatubara (Kontrak Karya) dan di bidang batubara (PKP2B/ Perjajnian Kontrak Pengusahaaan Pertambangan Batubara). 1. Kontrak Karya. Pada dasarnya perkembangan KK di Indonesia sejak Generasi I-KK sampai dengan Generasi VII-KK dapat dilihat pada Lampiran 1, dengan pokok-pokok perkembangan tonggak perubahan mendasar sebagai berikut: -. Pada Generasi I-KK yang bersifat window shopping sehingga isi KK amat longgar bagi perusahaan dengan adanya tax holiday. -. Pada Generasi II-KK mulai adanya divestasi saham perusahaan terutama perusahaan nasional dalam PMA, dan mulai dihilangkannya tax holiday. -. Pada Generasi III-KK mulai diizinkannya joint venture. -. Generasi IV-KK adanya keringanan perpajakan khususnya pajak badan, disamping adanya percepatan dalam depresiasi/amortisasi. -. Generasi V-VII-KK adanya kelonggaran dalam divestasi atau PMA dapat menanamkan modalnya 100%, sesuai dengan PP Nomor 20/1994, dan berlanjut pada generasi VI-KK dan VII-KK. Sejak generasi V-KK mulai dikembangkan program frontier development/pengembangan wilayah termasuk community
  • 13. development dan pengembangan sektor hilir (smelter) untuk meningkatkan perolehan nilai tambah di dalam negeri. Khusus tentang divestasi pada generasi II-KK maksimum 45 %, selanjutnya berkembang sejak generasi III-KK sampai yang terakhir pada KK antara pemerintah RI dan PT Newmont Nusa Tenggara (Generasi IV) pada pasal 24 ayat (2) tentang penawaran saham perusahaan kepada pihak Indonesia: pada tahap operasi produksi: akhir tahun ke-5 paling sedikit 15%; akhir tahun ke-6 paling sedikit 23%; akhir tahun ke-7 paling sedikit 30%; akhir tahun ke-8 paling sedikit 37%; akhir tahun ke-9 paling sedikit 44%; dan pada akhir tahun ke-10 paling sedikit 51%. Sedangkan sejak Generasi V-KK mengacu pada PP No 20 Tahun 1994 yang mengijinkan 100% PMA. Dari tujuh generasi tersebut dihasilkan sekitar 137 buah kontrak karya, ada yang dalam tahap eksplorasi, yang sedang dan mulai bahkan meningkatkan produksinya atau memperpanjang KK-nya dan meningkatkan produksi, dan juga ada yang telah tutup. 2. PKP2B Faktor-faktor ketentuan dalam PKP2B pada Generasi I-PKP2B sampai dengan Generasi III-PKP2B (Lampiran II) meliputi : dasar hukum, status KP, manajemen operasi, prinsipal, bagi hasil, sarana dan prasarana, pajak perusahaan, divestasi, Indonesianisasi (tenaga kerja), pungutan daerah, initial cost, advance payment. Generasi Idan II disebut kontrak kerjasama (KKS, coal cooperation contract) dan generasi III disebut PKP2B atau coal contract of work (CCOW). Kebijakan divestasi pada PKP2B pada dasarnya sama dengan pada KK. Namun royalty sebesar 13,5% ternyata memang mendatangkan pendapatan negara yang cukup besar dan yang terbesar apabila dibandingkan terhadap sistem royalty di negara-negara lain di dunia. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan menurunnya minat para kontraktor ke Indonesia. Perbedaan antar generasi terutama didasarkan atas dasar Kepres No. 49/1981 (Generasi I-PKP2B), Kepres No 21/1993 (Generasi II-PKP2B), dan Kepres No 75/1996 (Generasi III-PKP2B). Pada dasarnya kontraktor mempunyai kewajiban keuangan dan wajib membayar secara langsung berdasarkan ketentuan yang berlaku mengenai : 13,5% hasil produksinya kepada prinsipal, iuran tetap pertambangan, pajak perseroan atas laba usaha, berbagai pajak dan pungutan daerah yang telah disetujui Menteri Keuangan, menyetor “witholding tax” atas bunga, dividen dan royalty atas jasa pihak ke tiga serta pajak penghasilan karyawan perusahaan, pajak penjualan, bea meterai dan cukai atas tembakau dan minuman keras. Kontraktor mendapat berbagai fasilitas yang merupakan insentif di bidang keuangan. Kontraktor dibebaskan dari kewajiban membayar royalty, karena iuran tersebut telah termasuk dalam 13,5% hasil produksi yang diserahkan kepada prinsipal. Penggunaan bagi hasil bagian pemerintah ditetapkan oleh pemerintah c.q. Menteri Pertambangan dan Energi (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral) untuk biaya pengembangan batubara, dan program pengawasan KKS/PKP2B serta pengelolaan lingkungan. Sebagai catatan pada generasi II-PKP2B memang ditutup untuk PMA dan hanya khusus diperuntukkan bagi PMDN karena pertimbangan tertentu sesaat.
  • 14. Dari tiga generasi PKP2B tersebut terdapat 17 PMA, delapan dari generasi I- PKP2B dalam tahap produksi dan sembilan dari generasi III-PKP2B yang dalam tahap eksplorasi dari 114 kontraktor yang ada. Dalam 5 tahun terakhir, dari 8 kontraktor PKP2B tersebut memproduksi sekitar 70-80% adri produksi nasional. 3. Perbedaan antara KK dan PKP2B Sebagai perbandingan , perbedaan antara KK dan PKP2B sekaligus terhadap KP dari segi dasar hukum, luas wilayah, pemrosesan dan pengesahan, kegiatan perusahaan sebelum ijinnya disahkan, tahapan dan jangka waktu kegiatan, serta iuran dan pajak yang dipungut, dapat dilihat pada Lampiran III. 4. Daya tarik utama bagi investasi pertambangan Hasil survai yang pernah dilakukan terhadap perusahaan pertambangan internasional di Indonesia mengungkapkan pada awalnya adanya faktor-faktor yang menjadi daya tarik utama bagi investasi pertambangan adalah sebagai berikut: - Right to mine adalah kepastian bahwa investor yang telah melakukan eksplorasi diberi hak untuk menambang. (berdasarkan pasal 8 ayat (10) UU No 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing). - Right to expatriate profit adalah hak untuk membawa pulang keuntungan (mengacu pasal 19 dan pasal 20 UU No 1 Tahun 1967). - Management control yakni dihormatinya hak untuk pengendalian manajemen dalam usaha (mengacu pasal 9 dan pasal 26 UU No 1 Tahun 1967). - Equity control yakni adanya kepastian bahwa hak pemegang saham dihormati dalam pengambilan keputusan (didasarkan pada pasal 27 UU No 1 Tahun 1967 dan pasal 12 PP No 20 Tahun 1994). - Ketentuan perpajakan yang ditetapkan sejak semula (didasarkan pasal 1 dan pasal 2 UU No 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan UU No 1 Tahun 1967). B. Indikator manajemen usaha. 1. Mempunyai maksimum cash flow (depresiasi dan untung). a. Pengertian cash flow dapat dilihat pada Gambar 2.1. b. Depresiasi bagi jaminan keberlanjutan usahanya sepanjang masa (sustainable enterprising), tidak sekedar hanya mengutamakan variable cost untuk memperoleh keuntungan yang marginal dengan mengabaikan fixed cost, yang didalamnya terdapat depresiasi (lihat Gambar 2.2 Kondisi Perusahaan Beroperasi Terus Pada Total Average Cost). Kalau manajemen perusahaan kurang efisien, maka sering hanya memperoleh keuntungan yang marginal. Kalau manajemen cukup efisien dan dapat menguasai pasar, maka akan memperoleh keuntungan yang maskimal dan telah memperhitungkan fixed cost. Selanjutnya depreisasi capital dapat dialokasikan secara efektif, di samping untung yang optimal. Pada gilirannya perusahaan dijamin memperoleh gains dalam cash flow yang positif dan perusahaan adalah perusahaan yang sehat dan wajar.
  • 15. c. Untung (profit) yang mampu dialokasikan baik untuk retained earnings maupun reinvestasi. Aliran Kas Dalam Industri Mineral Pendapatan dari paten, perekayasaan, Dividen utk pemegang saham R&D dll Kapital dipinjam R&D Kontribusi kapital Investasi di luar Kas Aliran kas Perusahaan Modal kerja Investasi langsung Perolehan penjualan Operasi Masukan operasi - Penyusutan - Amortisasi -Deplesi - Pengurangan Pendapatan terpajak Pajak pendapatan Untung neto Gambar 2.1. Aliran Kas Dalam Industri Mineral
  • 16. Gambar 2.2 Kurva ATC, AVC, MC dan Harga P (C) MC TAC TVC P Daerah P ideal P di daerah ini, produksi terus P di daerah ini, produksi tutup Q 2. Mempunyai maksimum net social gains (NSG) – manfaat sosial neto. a). NSG = Revenue – Cost ± Net external effects (NEE) Pada hakekatnya terdapat beberapa model yang selalu berkembang sesuai dengan berkernbangnya waktu dan peubah-peubahnya, untuk mencapai optimalisasi dan ketelitiannya. Didefinisikan NSG dari suatu kegiatan ekspor sebagai nilai total dari komoditas- komoditas minus nilai dari komoditas intermedier dan faktor sebagai input plus “net external effects” (NEE). Untuk suatu pengkajian khusus (case study) dari produksi ekspor, NSG lebih baik didefinisikan sebagai nilai bersih dari “nilai tukar asing” yang diperoleh minus nilai dari sumber-sumber dalam negeri yang digunakan untuk memproduksi ekspor komoditas plus NEE, (Pearson and Cownie, 1974). Pada hakekatnya kedua definisi tersebut adalah sejajar. NSG adalah merupakan suatu hasil akumulasi (komposit) dari 3 macam pengaruh ekonomi, yaitu : i) “Economic rent”. Economic rent dikaitkan dengan faktor-faktor kelangkaan dalam produksi, misalnya sumber alam, tanah atau entrepreneurship. “Rent” dari kegiatan ekspor diperoleh dari nilai output dikurangi semua biaya
  • 17. dari faktor-faktor dalam produksi. ii) Harga-harga pasar untuk input dan output dalam “ekonorni yang sedang berkembang” seringkali tidak mencerminkan kelangkaan dari faktor-faktor dan komoditas. Adanya divergensi antara “shadow price” dan harga pasar menghasilkan suatu kesalahan alokasi dari sumber alam dan suatu kesalahan di dalam nilai output yang sedang diadakan observasi. iii) Industri-industri ekspor mempunyai kontribusi secara tak langsung terhadap NSG kepada pendapatan lokal lewat “linkage effects” dan beberapa hubungan ekonomi secara tidak langsung yang lain. Linkage effects terjadi bilamana industri-industri ekspor menaikkan atau menurunkan “keuntungan” dari industri-industri yang lain sebagai suatu akibat dari hubungan “intersectoral supply and demand”. Linkage benefits umumnya dihasilkan dari economies of scale, keuntungan produktivitas dari penggunaan faktor-faktor yang bawah guna, atau hasil dari externalities positif untuk sektor-sektor yang lain. Linkage costs didasarkan dari hasil tidak adanya kesempatan kerja dari faktor-faktor setempat atau dari suatu externality negatif terhadap sektor lain. Penilaian dari linkage effects adalah evaluasi ekonomi negara, di mana ini dapat dibagi dalam dua hal : Group pertama, meliputi backward linkages, forward linkages dan technological linkages. Backward linkages meliputi penggunaan dari input dan barang-barang kapital yang dihasilkan secara lokal oleh industri setempat, sedangkan forward linkages meningkat apabila output dari industri ekspor digunakan sebagai input oleh industri setempat yang lain. Technological linkages berhubungan dengan berbagai external effects yang diakibatkan oleh industri ekspor kepada industri-industri yang lain dalam ekonomi, termasuk berkembang-luasnya suatu teknologi baru atau metoda- metoda organisasi dan pembangunan infrastruktur. Pengaruh-pengaruhnya dalam perkembangan ekonomi adalah oleh adanya pendapatan tambahan, kesempatan kerja dalam industri-industri ekspor. Group kedua, meliputi fiscal linkages dan final demand linkages. Fiscal linkages didasarkan pada pembelanjaan dari faktor-faktor pendapatan yang dibayar oleh industri ekspor. Suatu pengaruh dari final demand linkages adalah positif, apabila pembelanjaan dari faktor pendapatan meningkat yang dihasilkan oleh industri ekspor dapat mendorong industri-industri pertanian dan industri-industri manufaktur lokal. b) “Domestic Resources Cost” (DRC) Untuk mengadakan evaluasi terhadap “social benefits and costs” dalam hubungannya dengan suatu kegiatan ekspor dapat ditilik dari domestic resource costs. DRCj = domestic resources costs per unit dari foreign exchange yang diperoleh (atau ditabung) oleh perusahaan ekspor ke-j. Apabila DRC adalah lebih kecil daripada shadow price dari foreign exchange, NSG adalah lebih besar dari nol (positif), dan apabila DRC adalah lebih besar dari pada shadow price tersebut, maka NSG adalah negatif ini
  • 18. merupakan hal yang menarik untuk diadakan observasi dalam hubungan adanya hambatan-hambatan dari suatu pemisalan bahwa DRC untuk memproduksi satu unit bersih dari nilai tukar asing dalam skala nyata (deflated). c) “Net Gain Coefficient” (NGC) (Gambar II.B.2.1). Ini untuk memperbandingkan beberapa kegiatan ekspor yang berbeda. NGC adalah sebagai perbandingan dari NSG terhadap output total yang dinilai pada shadow price dari nilai tukar asing. NGC menaik maka kontribusi dari kegiatan ekspor menaik dalam pendapatan nasional. NGC merupakan produk dari 2 hal, yaitu proposi dari nilai tukar asing yang tetap tinggal di dalam negeri dan suatu perbandingan yang menunjukkan efisiensi dari penggunaan sumber domestik. d) Penyebaran dari pendapatan perorangan dan pendapatan produktif (occupational) dan hasil dari kesempatan kerja dalam hubungannya dengan komoditas ekspor. Masing-masing pengaruh ini tergantung pada pemilihan teknologi yang digunakan dalam kegiatan ekspor dan biaya relatif yang dibayarkan kepada faktor yang digunakan dalam industri. Apabila nilai substitusi kecil di antara faktor-faktor dalam proses produksi, teknologi biasanya adalah lebih penting daripada harga relatif faktor dalam penyebarannya dari pendapatan dan tingkat kesempatan kerja. Dari nilai substitusi besar, maka harga relatif dari faktor-faktor akan lebih menentukan. Kerangka analitis dari model ini dapat diterapkan dengan sederhana dalam observasi terhadap ekonomi negara, asal data yang diperlukan dalam peubah-peubah penentu tersebut telah tersedia. Model ini selanjutnya dapat dikembangkan untuk berbagai komoditas atau sekelompok komoditas (mineral, pertanian, dan lain-lain) dalam suatu periode waktu (tahun), dengan memakai suatu tahun sebagai basis perhitungan (dasar “present value” atau “deflated value”). Observasi ini dapat dibarengi dengan penilaian nilai ekspor secara “aggregate analysis” ataupun “disaggregate analysis” terhadap ekonomi negara.
  • 19. Lampiran IV.4 Manfaat Sosial Neto Beberapa Perusahaan Pertambangan di Indonesia Gambar II.B.2.1. Manfaat sosial neto beberapa perusahaan pertambangan di Indonesia 3. Menjalankan misi community development secara optimum: fisik dan nonfisik. a.Kriteria keberhasilan CD adalah partisipasi dan kemandirian masyarakat : kemausiaan, sosial, ekonomi, lingkungan. b.Program : 1). Pengembangan kemandirian nonfisik atau sosial ekonomi. 2). Program fisik (sarana dan prasarana usaha) untuk wirausaha yang menunjang ke arah kemandirian. c. Konsep tentang Pengembangan masyarakat (community development). 1). Hakekat Secara hakekat, comdev merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah terhadap kehidupan komuniti lokal. Tipologi/ruang lingkup program Comdev berorientasi pada: a).Community services (pelayanan kepentingan umum/masyarakat). b).Community empowerment/pemberdayaan masyarakat (memberikan akses yang lebih luas untuk menunjang kemandirian masyarakat). c).Community relation/hubungan masyarakat (pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait). Kasus salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan: Cakupan bidang kegiatan yang dilaksanakan dalam program CD pada tahap awal adalah menciptakan suatu kelembagaan bersama antara perusahaan dan masyarakat setempat yang mengarah pada bentuk koperasi, kegiatan yang dilakukan dalam rangka kelembagaan tersebut adalah pembudidayaan ikan hias, rumput laut, pelatihan kepemimpinan, manajemen dsb; pembangunan sarana dan prasarana fisik yang sifatnya umum seperti peningkatan kualitas
  • 20. lingkungan, peningkatan sarana keagamaan, pendidikan, biang kesehatan, membantu kegiatan olah raga. Kelompok sasaran utama kegiatan CD di area kerja ialah masyarakat setempat dengan dasar penetuan adalah bahwa masyarakat tersebut yang menerima dampak langsung dari kegiatan pembangunan dan pengoperasian fasilitas produksi gas di wilayah tersebut. Dalam perjalanan waktu, dan untuk kegiatan dari sektor tertentu, kelompok sasaran juga mencakup masyarakat di wilayah lain, bahkan dalam hal tertentu (seperti beasiswa, olahraga) se wilayah yang lebih besar. Pedoman Comdev merupakan kegiatan yang dilakukan terencana dan sistematis diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosekbud yang lebih baik, sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. 2).Pola pikir. Pola pikir tentang CD usaha pertambangan merupakan perangkat atas dasar prinsip bottom-up (Gambar 4.1). Pada dasarnya batasan CD adalah sebagai pembangunan dan pemanfaatan serangkaian struktur yang berlaku dan berlangsung dalam pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Prinsip dasar dalam pengembangan masyarakat adalah melibatkan masyarakat dari sejak awal kegiatan untuk dapat mengenali kebutuhan- Gambar III.5.1 Gambar II.B.2.1. Pola pikir tentang CD usaha pertambangan merupakan perangkat atas dasar prinsip bottom-up.
  • 21. kebutuhan yang nyata dan mewujudkan secara betrsama-sama dengan berbagai pihak terkait. Suatu kenyataan bahwa masyarakat di sekitar perusahaan besar sering kali dijumpai mempunyai tingkat kesejahteraan yang masih rendah, meskipun diakui bahwa perusahaan telah memberi bantua kepada mereka sekitarnya. Prinsip dasar program pengembangan masyarakat adalah: (1) consult with the community members and key stakeholders; (2) build trust between the company, community members and other stakeholders; (3) clearly define roles; (4) develop appropriate capacity; (5) mobilize core competencies; (6) set measurable goals; (7) forge partnership; and (8) plan for sustainable. Mengenai ruang lingkup CD mencakup upaya peningkatan kualitatif dari suatu sistem, termasuk peningkatan pemanfaatan sumber daya yang dapat dipelihara selama-lamanya dengan 2 perspektif pendekatan CD, yakni ekologi dan keadilan sosial yang dapat dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip operasional, misalnya pembangunan yang terintegrasi; ketidakadilan struktural, hak asasi manusia; keberlanjutan; pemberdayaan; kepemilikan masyarakat; kepercayaan diri; tanpa kekerasan; konsensus; kerjasama; partisipasi; pendefinisian kebutuhan; keinklusifan; kebutuhan proses; proses dan hasil; bangunan masyarakat; jenis keahlian lainnya; pengembangan organisasi; tahapan pembangunan; tujuan jangka pendek dan visi akhir; kebebasan dari negara; serta hak personal dan politik. Dalam konteks pembangunan di sektor pertambangan, para ahli mencoba menterjemahkan program CD dalam indikator kerakyatan yang dapat ditelusuri dari beberapa hal, yaitu: pembangunan masyarakat, fisik, sosial, ekonomi, lingkungan, budaya dan aspek legal yang sesuai dengan kondisi sekarang di lapangan , program perusahaan, dan keinginan masyarakat sekitar. Sebagai ukuran dasar kerakyatan, kegiatan CD suatu perusahaan tambang harus mencakup beberapa aspek penting, yakni: - Hubungan perusahaan dan rakyat dalam suatu program CD, dengan indikator- indikatornya : program CD memiliki konsep yang jelas, bagian khusus yang memiliki full-time staff yang dapat bekerjasama dengan para stakeholders terutama pemda dan masyarakat setempat, cakupan program yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, kesinambungan waktu, dan proses perencanaan. - Aspek fisik (physical infrastructure capacity building), dengan indikator: keberadaan pembangunan infratsruktur yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat antara lain ekonomi, kesehatan, pendidikan, olah raga, kesenian; distribusi pembangunan dari sisi geografis dan sektoral; pelaku dan penyandang dana fungsi pemeliharaan, serta ketersediaan sarana misalnya air bersih. - Aspek sosial, dengan indikator: penggunaan tenaga kerja lokal (jumlah dan kualitas); lapangan kerja pada masa konstruksi dan masa produksi; peningkatan ketrampilan; dan perencanaan yang partisipatif. Aspek sosial ini meliputi ekonomi, kesehatan, pendidikan, olahraga dan kesenian. - Aspek ekonomi, dengan indikator: hubungan perusahaan dan ekonomi masyarakat setempat secara backward, forward, final demand, dan technological lingkages; bantuan teknis berupa permodalan, bantuan
  • 22. manajemen, pengembangan institusi ekonomi masyarakat setempat, teknologi dan pemasaran. - Aspek lingkungan (fisik) yang mencakup dua hal, yaitu: program rehabilitasi lahan dan sumber alam, serta adanya peningkatan keamanan pangan. - Aspek budaya dan legalitas dengan indikator: regulasi penguasaan tanah; aspek legal tentang pendatang dan perlindungan masyarakat setempat; pembedayaan wanita; masalah lingkungan (keberlanutan sumber daya alam); jaminan sosial ekonomi pasca pertambangan. - Hubungan antara perusahaan dan pemda, dengan indikator: keterkaitan program CD dengan rencana pembangunan daerah; porsi dana dari perusahaan bagi pembangunan daerah; pola kemitraan di antara keduanya dalam program CD; kemudahan partisipasi bagi LSM dalam pelaksanaan program CD. Di dalam industri pertambangan kegiatan CD tersebut merupakan investasi sosial dalam upaya meningkatkan kinerja produksi perusahaan tambang, karena dapat menghilangkan konflik antara perusahaan dengan masyarakat serta menjamin kelangsungan kegiatan usahanya, bahkan kalau mungkin masyarakat dapat merasakan dan ikut “memiliki” perusahaan. Kegiatan CD sebagai inti dari corporate social responsibility, bahwa manajemen perusahaan tambang mempunyai kewajiban moral untuk membantu kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam dimensi pemberdayaan masyarakat, peran perusahaan tambang selain sebagi fasilitator juga berfungsi sebagai penggerak mula untuk mempercepat peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat menuju masyarakat yang memiliki kemandirian. Agar proses tersebut dapat optimal, maka peran tersebut harus merupakan bagian integral dari kegiatan pengembangan wilayah yang dilaksanakan oleh pemda, terutama dalam mengembangkan potensi wilayah dimana perusahaan tersebut beroperasi. Hal ini penting mengingat tuntutan masyarakat dalam era reformasi mengalami peningkatan. Para manajer korporat telah menyadari bahwa secara umum perusahaan merupakan “servant of community”, perusahaan bukanlah apa-apa tanpa adanya masyarakat. Perusahaan harus tidak hanya berpikir untuk keuntungannya belaka, tetapi harus berwawasan lebih luas untuk dengan sungguh-sungguh menunjang pertumbuhan ekonomi negara dan daerah di mana mereka berbisnis. 3).Ruang lingkup. Ruang lingkup studi tentang CD dapat meliputi: - Inventarisasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan berdasarkan beberapa instrumen, antara lain: wadah organisasi/lembaga, program, anggaran, target group, dan lain-lain. - Identifikasi dan analisis terhadap karakteristik/kekhasan masyarakat, antara lain: skala manusiawi, identitas dan pemilikan, kewajiban, nilai-nilai pewarisan, budaya, nilai-nilai kedaerahan. - Identifikasi dan analisis terhadap faktor-faktor keberhasilan pembangunan yang meliput: alternatif pembangunan, bebas dari tekanan, dan pembangunan dari bawah.
  • 23. - Identifikasi dan analisis terhadap keterkaitan dan manfaat usaha pertambangan terhadap daerah. Nilai manfaat ini sering disebut nilai manfaat sosial (net social gain) yaitu nilai perolehan total perusahaan dikurangi faktor masukan dan intermedier ditambah efek eksternal neto. - Identifikasi dan analisis terhadap potensi wilayah yang dapat mendukung kegiatan usaha pertambangan dengan menyertakan partisipasi masyarakat. - Merumuskan dan menyusun program CD yang standar bagi perusahaan pertambangan dengan memperhatikan kekhasan daerah dan masyarakat setempat. a).Upaya. Perusahaan dituntut melakukan upaya-upaya sebagi berikut: - Membina dan mengembangkan hubungan secara harmonis dengan mengedepankan prinsip keadilan, keterbukaan, solidaritas fan penghargaan serta martabat manusia; - Meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi tentang kegiatan perencanaan, pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya mineral untuk kepentingan msyarakat. - Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama di sekitar tambang agar mereka lebih mandiri, meiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan pasar global. - Meningkatkan upaya pelestarian alam secara optimal dan pemanfaatan kekayaannya secara proporsional menghadapi pasca tambang dalam rangka transformasi struktural sosial ekonomi. - Meningkatkan suasana kondusif bagi pengembangan dunia usaha, koperasi, pengusaha kecil, dan lembaga ekonomi kerakyatan untuk kemaslahatan masyarakat. - Menciptakan lapangan kerja secara langsung dan tidak langsung dalam upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat. - Meningkatkan suasana kehidupan masyarakat yang lebih maju melalui penataan lingkungan yang lebih manusiawi. - Membina dan meningkatkan hubungan yang harmonis dan bermakna dengan pemda dan lembaga masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. - Membina rasa kepemilikan dan rasa tanggung jawab masyarakat setempat terhada perusahaan. b).Keluaran solusi. - Mendorong kegairahan dan kegiatan ekonomi masyarakat terutama di sekitar lokasi kerja perusahaan, sekaligus menyiapkan mereka dalam proses transformasi struktural pasca tambang dari kehidupan berdasarkan ekonomi pertambangan ke ekonomi non-pertambangan. - Pemerataan pembangunan. - Memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja. - Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. - Tercipta kondisi hubungan kehidupan yang harmonis, mutualistis dan sinergis antara masyarakat setempat dengan perusahaan. d. Peran Sektor ESDM 1).Pada tahun 2001, kontribusi pada APBN 36%, PDB 13,76%. 2).Multiplier effect : comdev melalui pembanungan sarana, prasarana, ekonomi rakyat, pengembangan SDM serta sumberdaya yang lain..
  • 24. 3).Mengupayakan terciptanya pembangunan pertambangan berkelanjutan. Berkelanjutan, apabila: = Memperhatikan misi lingkungan. = Memiliki tanggung jawab sosial. = Konsep bangjut terimplementasi dalam kebijakan tingkat masyarakat, industri maupun pemerintah. = Program bangjut memiliki ketersediaan dana cukup dan mempunyai nilai keuntungan. e. Kaitan Comdev dan kepentingan mikro dan makro ekonomi 1). Alasan perusahaan melakukan Comdev (Bangmas): - Mendapatkan izin lokal. - Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam kerangka bangjut secara keseluruhan (holistik) bagi swasta, pemerintah dan masyarakat. Keberlanjutan mengarah pada keberlanjutan manusia (human), sosial (social), ekonomi (economic), dan lingkungan (environment). - Bagian dari pembentukan reputasi korporat melalui corporate social responsibility (CSR). CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam ekonomi pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti setempat dan masyarakat keseluturuhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. - Menciptakan akses pasar yang lebih luas. CD merupakan tanggung jawab bersama, hak dan kewajiban semua stakeholder yang terlibat (perusahaan, pemerintah dan masyarakat). 2).Comdev penting bagi korporat. a).Untuk mendapatkan izin lokal (beradaptasi dan harmonisasi kegiatan usaha dengan komuniti lokal). b).Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam pengembangan kemandirian masyarakat. c).Potensi meningkatkan nilai usaha terhadap perusahaan dalam hubungannya dengan good corporate governance, sebagai cara untuk memenuhi sasaran usaha. 3).Manfaat program comdev dari mikro ke makro: a).Mengurangi tingkat resiko. b).Membentuk reputasi korporat. c).Membangun modal sosial (kualitas SDM). d).Mengurangi biaya (prinsip pemanfaatan sumber daya lokal). e).Menambah pendapatan/keuntungan. f).Meningkatkan akses ke pasar. f.Manajemen program dan pemecahan masalah. 1).Prinsip dasar siklus pengelolaan program (project management): partisipasi, tranparansi dan akuntabilitas , dengan kegiatan identifikasi, monitoring dan evaluasi: 2).Perencanaan terdiri dari kegiatan: a). Identifikasi lingsos. b). Identifikasi program.
  • 25. c). Pembuatan proposal. *Hasil identifikasi digulirkan ke stakeholder anggota masyarakat. *Diutamakan proposal dari komuniti lokal. *Tim penilai beranggotakan komuniti lokal, pendatang, korporat, pemerintah daerah dan LSM. Kasus di sebuah perusahaan pertambangan: Menyadari bahwa konsep ideal perencanaan program bangmas adalah perencanaan berperanserta (participatory planning), maka dalam penyusunan perencanaan program tersebut, perusahaan berupaya menempuh proses sebagaimana dapat disimak berdasar pada diakronis kegiatan yang dapat dipaparkan sbb: *Diadakan pertemuan dengan perwakilan masyarakat lokal dengan konsultan untuk mencari masukan guna membuat model bangmas. *Penyerahan konsep proposal bangmas oleh konsultan, dievaluasi dan disetujui. *Proposal dipresentasikan ke kantor pusat dan Pemda Tk II. *Pelaksanaan konstruksi pembangunan sarana fisik. Implementasi: *Keterkaitan aktivitas usaha jasa penunjang dengan CD. *Memaksimalkan TK lokal, dengan cara: #Pengupahan tenaga lokal bagi seluruh jenis pekerjaan yang tersedia. #Pelatihan tenaga lokal dengan kerjasama dengan pemerintah daerah. #Pengembangan tenaga lokal melalui pelatihan kemampuan manajerial. Menggunakan TkK lokal dalam program CD mempernudah analisis kebutuhan bagi kemuniti lokal karena mempunyai kesamaan pandangan kebudayaan. *Memakai subkontraktor lokal. *Menjalin usaha dengan komuniti pendatang. *Memaksimalkan keuntungan dari infrastruktur. *Mengintegrasikan kepedulian CD ke dalam proses pengembilan keputusan usaha. *Melakukan kemitraan dan kerjasama dalam usaha CD. d). Penilaian proposal. e). Persetujuan proposal. 2). Identifikasi lingsos dan identifikasi program: a). Identifikasi lingsos. i. Pemetaan sosial.
  • 26. ii. Identifikasi pranata sosial komuniti lokal dan komuniti pendatang. Pranatan sosial atau institusi sosial adalah sistem antar hubungan norma dan peranan yang diadakan dan dilakukan guna pemenuhan lebutuhan yang dianggap penting oleh masyarakat, atau aktivitas khusus masyarakat. Norma dalam institusi sosial datangnya dari nilai budaya. iii.Identifikasi pola interaksi komuniti lokal dan komuniti pendatang. iv.Identifikasi kebudayaan komuniti lokal dan pendatang. v.Identifikasi peesaingan, konflik, dan kerjasama sosial. b). Identifikasi prgram yang akan diterapkan. *Skala prioritas program. *Jaringan sosial antar unit produksi dan jasa penunjang. *Penyelarasan kebutuhan korporat dan masyarakat. *Kabutuhan tenaga kerja. *Perekrutan tenaga kerja. c). Perancangan program: =Tujuan program harus mencakup kebutuhan komuniti lokal dan pendatang. =Aktivitas apa yang akan dilakukan. =Hasil yang diharapkan. =Sumber daya yang akan digunakan. d). Penilaian program: =Pagu dana yang disesuaikan antara kebutuhan dan dan ketersediaan. =Keterkaitan usulan program dan tema program dengan kebutuhan masyarakat yang disepakati.. =Keterwakilan pelibatan masyarakat dalam tim penilai. e). Diskusi tim CD dengan unsur stakeholder. f). Persetujuan program dengan pertimbangan: = Apakah program dapat mengurangi kemiskinan. =Asal proposal dari komuniti asli/pendatang. =Aktivitasberdasar pada asa partisipasi. =Program bersifat adhoc/sementara atau terputus. g). Pelaksanaan program: =Bentuk kerjasama dalam pengembangan masyarakat lokal. =Rekanan yang terlibat; NGO, CBO, pemerintah, pemda, kepolisian. Mengintegrasikan kepedulian terhadap perbedaan sosial budaya antara perusahaan dan komuniti lokal diperlukan dalam keputusan usaha utnuk keberlanjutan aktivitas perusahaan.
  • 27. Kinerja organisasi yang dapat diajak bekerjasama: *Mempunyai kemampuan CD. *Memiliki pengetahuan tentang komuniti lokal. *Kredibilitas. *Manajemen keuangan yang transparan. Pemilihan NGO sebagai jaringan sosial dengan perusahaan hendaknya disesuaikan dengan model kebutuhan yang diperlukan bagi korporat dan komuniti lokal. Kasus pada sebuah industri pertambangan: *Kegiatan dari pelaksanaan program CD di bidang pertambangan pada dasarnya bersandar pada rentang waktu untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sampai berakhirnya perusahaan di daerah tersebut. Sedangkan organisasi pelaksana program CD berada pada intern perusahaan yang pada dasarnya bekerjasama dengan berbagai pihak, di antaranya: pemerintah setempat (kabupaten, kecamatan, desa) perguruan tinggi, dinas teknis (kesehatan, perikanan, perhutani), kontraktor/konsultan lingkungan. *Kelompok sasaran kegiatan program CD adalah masyarakat desa yang menerima dampak langsung dari adanya kegiatan perusahaan. Sedangkan hasil yang diharapkan dari adanya program CD sampai sekarang belum menampakkan hasil yaitu kemandirian masyarakat. Sampai sekarang masyarakat hanya mampu menerima saja dan belum mampu untuk mengembangkan apa saja yang sudah dibangun secara bersama. h). Pemantauan program. Monitoring program lebih baik dilakukan oleh komuniti lokal dengan sudut pandang keberhasilan berdasar pada kebudayaan komuniti lokal yang bersangkutan. i). Evaluasi. f. Kategori Comdev dan kasus 1).Comdev dan tipologi wilayah kerja industri ESDM, ada 3 kategori: - Diaspora, dengan titik-titik pengusahaan menyebar. - Spot, areal pertambangan yang terkonsentrasi pada satu tempat. - Linear, suatu bentuk wulayah dampak yang disebabkan adanya kegiatan proyek yang mencakup beberapa wilayah. 2).Kasus CD dan pola kehidupan komuniti. -Berburu meramu. -Berladang berpindah atau ladang bakar. -Pastoral.
  • 28. -Sistem pertanian tanpa irigasi. -Masyarakat dengan sistem mata pencaharian bertani menetap dengan irigasi. -Masyarakat industri dengan sistem perdagangan jasa dan barang sebagai mata pencaharian pokoknya. g. Keterkaitan stakeholder. -Langkah korporat: -Langkah pemerintah. -Langkah komuniti. h. Peranan Humas perusahaan 1).Humas bukan sekedar sebagai ”terompet bisnis” perusahaan tetapi harus mampu sebagai completed staff work bagi pimpinan perusahaan dalam berkomunikasi untuk mengupulkan/mencari indikator dan mengukur tingkat keberhasilan program Comdev. Selanjut temuannya harus makin meperbaiki citra hubungan harmonis antara perusahaan dan komuniti setempat dalam menykseskan program CD-nya. Pengetahuan tersebut diturunkan dari konsep partisipasi (program CD) dan keberlanjutan (strategi program untuk menunjang kemandirian komuniti dari sisi human, sosial, lingkungan dan ekonomi). Partisipasi: pasif, respon, konsultasi, pemberian materi, fungsional, interaktif, mobilisasi diri. Keberlanjutan: kemanusiaan (human sustainability), sosial (social sustainability), lingkungan (environment sustainability), ekonomi (economic sustainability). Tujuh tingkatan partisipasi merupakan ukuran keberhasilan dari suatu program yang disesuaikan dengan rencana dan sasaran program dan juga dipakai sebagai patokan keberhasilan dengan mengacu pada bentuk partisipasi dalam identifikasi sosial. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan multietnik dan multiculture. Di mana kebudayaan yang berlaku mengacu pada bentuk kebudayaan nasional. Suku bangsa dan umum lokal yang kemunculannya pada konteks tertentu pada masyarakat yang sama. Aturan perusahaan/pemerintah akan dipahami dan diinterpretasi oleh komuniti lokal dengan memakai kebudayaan yang dipunyai, sehingga perwujudannya akan berbeda satu sama lain. Pemahaman partisipasi antar masing-masing komuniti dan kebudayaan akan berde-beda satu sama lain. 2). Pembangunan menimbulkan transformasi progresif pada ekonomi dan masyarakat. Elemen-elemen keberlanjutan menjadi penting:
  • 29. - Ketersediaan dana. - Misi lingkungan. - Tanggungjawab sosial - Implementasi dalam kebijakan. *Nilai keuntungan. - Keuntungan dari sustainability: *Mengurangi biaya. *Menambah keuntungan. *Mengurangi resiko. *Membentuk reputasi. *Menciptakan modal sosial. *Menciptakan akses pasar. Empat komponen keberlanjutan: *Keberlajutan di bidang manusia, kualitas individu meningkat (pendidikan, kesehatan, ketrampilan, pengetahuan dan akses terhadap modal manusia). *Keberlanjutan di bidang sosial, ketahanan pranata sosial, modal sosial. *Keberlanjutan di bidang lingkungan hidup, kemampuan menjaga kestabilan modal lingkungan hidup. *Keberlanjutan di bidang ekonomi, penggunaan modal ekonomi secara efisien. 3). Partisipasi diukur dengan: a). Internal (sisi korporat). • Kebijakan perusahaan tentang CD. • Institusionalisasi kebiakan dalam organisasi. • Program CD dan lokasi biaya. • Kinerja atau output yang dihasilkan program. b). Eksternal (sisi pemerintah dan komuniti). *Tingkat partisipasi program (rencana-implementasi, monitoring dan evaluasi). *Tingkat kemandirian masyarakat. *Keberlanjutan dari program. i. Langkah ke depan 1).Masyarakat Indonesia yang multikultur akan menciptakan suatu peluang dan tantangan yang harus dilakukan oleh CD: • Sebagai penghubung antara rakyat, pemerintah dan swasta.
  • 30. • Perekat industri dan masyarakat sebagai elemen yang terlibat langsung atau tidak langsung. 2).Faktor kunci kepedulian industri terhadap masalah sosial: *Melakukan assessment. *Mengadaptasikan program. *Memastikan keberlajutan. *Menghargai kesetaraan. *Mengembangkan kesadaran pengelolaan isu sosial. 3).Langkah industri dalam mengintegrasikan kepedulian sosial: *Kepekaan terhadap masalah sosial. *Penilaian cermat terhadap resiko sosial. *Tanggap terhadap perubahan. *Proses industri dipengaruhi perkembangan masyarakat. *Membangun kemitraan semua pihak. *Membuat mekanisme hubungan antar stakeholder. *Mengevaluasi efektivitas dan ivestasi sosial. 4).CD dalam lingkup pertambangan dapat berperan sebagai komunikator sekaligus sebagai katalisator yang merupakan jembatan antara industri dan komuniti yang ada di sekitarnya. Percampuran dan adaptasi sosial budaya terjadi di masyarakat antara komuniti lokal, pendatang, industri, dan pemerintah. CD sebagai alat untuk transformasi sosial, budaya, ekonomi, teknologi masing-masing komuniti. -Melalui audit sosial (sistematis, reguler, objektif dengan orientasi masa mendatang). Audit sosial merupakan perangkat untuk menilai suatu program yang sudah berjalan di masyarakat apakah program yang bersangkutan sesuai dengan sasaran yang telah direncanakan yaitu peningkatan pola hidup komuniti lokal. -Observasi partisipasi atau partisipatori merupakan metode yang yang tepat untuk menggali dan mengumpulkan data mengenai kebutuhan (needs) anggota masyarakat dari sudut masyarakat itu sendiri. 5).Industri tidak lagi hanya mewujudkan citranya melalui kampanye atau public relation tetapi harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Pengusahaan yang akuntabel akan memperhatikan CSR semaksimal mungkin dalam kerangka mewujudkan good corporate governance. Issu Johannesburg 2002, sektor industri ESDM:
  • 31. -Sumber daya yang tidak terbaharui. -Eliminasi dampak sosial negatif. -Kemandirian melalui kemitraan masyarakat lokal. Tujuan CD adalah empowerment. 6).UU Program Pembangunan Nasional No.25 Tahun 2000, khusus ESDM: -Prioritas kepada usaha yang mendukung CD. -Pembangunan daerah perwujudan Otda. UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berisikan kewajiban industri ekstraksi untuk: -Menerapkan CD. -Perlindungan komuniti lokal. -Kemitraan antar stakeholder. 7). Program CD: -Bukan peredam konflik. -Tidak menomorduakan komuniti lokal. -Bukan pajangan semata. Tetapi sebagai elemen utama dalam menjaga stabilitas usaha/investasi. 8).Kerangka berpikir untuk CD memakai pemahaman masyarakat dari sudut masyarakat itu sendiri dan dengan pendekatan yang holistik (menyeluruh). 9).CD adalah kegiatan pengembangan masyarakat/komuniti yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat gunamencapai kondisi sosial, ekonomi budaya dan kualitas kehidupan yang lebih baik. Hakekat CD: proses adaptasi sosial budaya, orientasi kepada kemandirian , strategi komuniti untuk kehidupan setelah kegiatan pertambangan selesai. 10).Stakeholder adalah individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan (Ann, 1998; Worl Business Council for Sustainable Development, 2002). Kasus perusahaan jasa penunjang yang berkaitan dengan industri ESDM, salah satu programnya adalah: mendidik beberapa tenaga kerja lokal yang masih baru untuk dapat berperan dalam perusahaan di mana mereka bekerja. Menciptakan kemandirian dengan cara mengenalkan kepada anak didik ke daerah lain di Indonesia yang menggunakan teknologi serupa, sehingga usaha ini bertujuan menuju ke arah kemandirian dan usaha untuk meningkatkan etos kerja bagi anak didik. Tujuan lain dari pendidikan ini adalah selain menjadi izin lokal bagi perusahaan tersebut juga mengefisienkan biaya operasi dengan menggunakan sumber daya lokal.
  • 32. Kebudayaan adalah seperangkat nilai, aturan, pengetahuan dan norma yang dipunyai oleh manusia yang dipakai untuk memahami lingkungannya dan dipakai untuk mendorong terwujudnya tingkah laku (Suparlan, 2002). j. Penutup 1).Tanpa good corporate governance tidak mungkin tercipta CSR. Demokrasi menyangkut: *Kepedulian dalam kepentingan dan pemilikan publik. *Penciptaan struktur yang peduli terhadap pengambila keputusan, aspirasi dan akuntabilitas. Korporat tidak dapat berdiri sendiri dan sangat membutuhkan stakeholder dalam pengelolaan lingkungan yang ada, baik komuniti sekitar sebagai lingkungan sosial, juga sumber daya alam yang tak terbarukan. Sehingga korporat harus memperlakukan ke semua lingkungan tersebut secara seimbang dan berfungsi satu sama lain sebagai sebuah sistem. 2).Langkah pemerintah dalam sustainable development: *Pemberian aturan administtrasi dan prosedur monitoring dalam kaitannya dengan lingkungan dan persetujuan sosial. *Melakukan kegiatan praktis berkenaan dengan lingkungan dan pengkajian sosial. Jaminan terhadap masyarakat untuk tetap mempunyai akses. *Menjamin adanya monitoring dengan melalui jasa komuniti. *Menjamin keseimbangan dalam pembagian keuntungan di dalam fiskal dan kebijakan desentralisasi. *Menyiapkan jasa dalam penutupan tambang dan memonitor kagiatan penutupan tambang. 3).Langkah komuniti dalam sustainable development: *Belajar tentang tambang, menyiapkan usulan apabila diperlukan. *Mengorganisasikan anggota dan menciptakan konsensus. Membangun mekanisasi untuk memecahkan masalah perbedaan dan konflik. Membangun kepemimpinan dan kapasitas komuniti. Menghindari ketergantungan. Membangun infrastruktur, berpartisipasi dalam monitoring proyek. Membangun pendekatan regional dengan komuniti lain. *Persiapan menghadapi situasi penutupan proyek. Memonitor rehabilitasi tambang, membersihkan aset yang tidak berguna. Membangun jasa pasca konstruksi perusahaan. 4).Uraian ini bersifat adaptif terhadap kondisi sosial budaya masyarakat sehingga senantiasa mengalami pergeseran dan merupakan substansi yang dinamis.
  • 33. 4. Menjalankan program pengembangan wilayah: jangka pendek, menengah dan panjang, dalam rangka membantu Pemerintah. a. Menyiapkan program rencana penutupan tambang (SK MESDM No. 1211/1995): penutupan tambang, likuidasi aset perusahaan, rehabilitasi lahan pasca tambang, dll. b. Menjalankan program pengembangan fisik: sarana/prasarana daerah, tata ruang, lingkungan fisik. c. Menjalankan program pengembangan nonfisik: ekonomi sosial wilayah/daerah, modernisasi daerah, CD, menjalankan program pemerintah untuk kepentingan daerah dan nasional. Ilmu regional (pengembangan wilayah) dapat diberi batasan-batasan seperti berikut: a). Suatu studi tentang masalah atau sifat laku sosial, ekonomi, politik, dalam suatu dimensi ruang; b). Ilmu ekonomi yang diterapkan mengait dengan ilmu sosial-budaya, politik dan lingkungan dalam dimensi waktu dan ruang dalam upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi-sosial yang merata; c). Ilmu yang mempelajari tentang suatu wilayah dalam suatu sistem, yang mencakup hubungan ruang (ecosystem) dan manusia dengan segenap kegiatannya (social system), serta kaitannya dalam membentuk suatu kesatuan yang lebih luas guna pengembangannya termasuk kelestarian dari wilayah tersebut. Secara sederhana pengembangan regional (wilayah) dapat digambarkan sebagai proses pada Gambar II.B.4.1. Pengembangan regional dalam arti pembangunan ekonomi regional merupakan bagian dari masalah pemerataan (pembangunan) ekonomi.Dengan demikian sasaran pengembangan regional adalah untuk menciptakan keseimbangan kemajuan ekonomi antara daerah (atau wilayah) yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, pengembangan regional adalah untuk mencegah sejauh mungkin kesenjangan kemajuan ekonomi antardaerah. Dan pada kenyataannya, kesenjangan atau ketidakseimbangan ekonomi-sosial tersebut terdapat di dalam antardaerah di Indonesia. Pembangunan regional berkelanjutan terdiri dari kata-kata: pembangunan yang berarti suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan dan pertumbuhan, regional yang berarti skala wilayah atau daerah, dan berkelanjutan yang berarti efisien*), terjadi pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan serta berwawasan lingkungan. Pada hakekatnya, pembangunan regional berkelanjutan adalah kegiatan yang menciptakan perubahan dan pertumbuhan pada skala wilayah secara berkesinambungan dengan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, untuk mencapai tujuan. Pembangunan ialah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada (Jayadinata, J.T, 1986). Wilayah (region) dalam pengertian geografi, merupakan kesatuan alam yaitu alam yang serba sama, atau homogen, atau seragam, dan kesatuan manusia, yaitu masyarakat serta kebudayaan yang serba sama yang mempnuyai ciri yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat dibedakan dari wilayah yang lain. Wilayah geografi dapat
  • 34. mengandung wilayah geologi, wilayah tubuh tanah, wilayah vegetasi, wilayah bahasa, wilayah ekonomi, wilayah sejarah dan sebagainya. Ada dua macam pengertian wilayah, yaitu pengertian internasional (dapat meliputi beberapa negara yang mempunyau kesatuan alam dan kesatuan manusia), dan pengertian nasional (merupakan sebagian dari negara tetapi bagian tersebut mempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia. Dalam hal ini misalnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan bahan galian, kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi pendayagunaan/pernanfaatan bahan galian industri dimaksudkan sebagai tolok ukur kelulusan dan segi nonfisik bagi kelangsungan suatu usaha penambangan/pengolahan bahan galian tersebut dalam hubungannya dengan program pengembangan wilayah di daerah. Kriteria nonfisik perlu dipadukan dengan kriteria fisik. Kedua kriteria fisik dan nonfisik tersebut diperlukan dalam penilaian bagi suatu hasil atau suatu rencana hasil pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya alam dalam proses pengembangan regional (wilayah). Dalam hal ini bahan galian industri merupakan bahan galian yang mempunyai penting dalam pengembangan wilayah (regional). Beberapa kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya mineral industri untuk menunjang usaha pemerataan, yaitu: (1) Mendukung peningkatan keterkaitan antarsektor di daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah. Pengembangan sumber daya mineral di daerah diharapkan mampu menunjang dan merangsang pembangunan regional dalam hal meningkatkan keterkaitan antarsektor di daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah dengan menghasilkan komoditas-komoditas yang mempunyai nilai tambah setinggi-tingginya. (2) Mendukung pembangunan di daerah yang mencakup (a) Meningkatkan pembangunan daerah berpendapatan rendah atau daerah terbelakang. (b) Meningkatkan pemanfaatan setempat yang setinggi-tingginya di daerah antara lain dalam hal penciptaan kesempatan kerja setempat, peningkatan pendapatan per kepala, peningkatan kemampuan kewiraswastaan (keterampilan berusaha) dan produktivitas. (c) Menunjang usaha dalam memperkecil kesenjangan sosial-ekonomi antar daerah, di samping juga meningkatkan pembangunan daerah terpencil, antara lain penciptaan pola transmigrasi pertambangan ke daerah-daerah potensial sumber daya mineral di luar Jambal (Jawa-Madura-Bali). (d) Menunjang penciptaan dampak positif yang lain secara tidak langsung bagi pengembangan wilayah misalnya: i) Kemudahan keterdapatan dan pertukaran faktor-faktor masukan antar daerah untuk peningkatan usaha ekonomi antara lain: -tenaga kerja terampil yaitu para transmigrasi sebagai penambang secara alamiah di daerah asalnya. -modal dan teknologi yang dibawa oleh (dan) para transmigran penambang alami secara swakarsa. -informasi tentang adanya pasaran komoditas mineral di daerah setempat dan daerah lain. ii) Modernisasi daerah dalam hal ini:
  • 35. -penciptaan prasarana memudahkan komunikasi antardaerah; -keorganisasian usaha yang meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam pengelolaan usaha secara terorganisasi; -sikap mental dan cara hidup masyarakat setempat dalam usaha secara lebih maju. iii) Kemandirian daerah dalam hal swadaya usaha. Contohnya: suatu masyarakat daerah yang ingin membangun rumahnya dengan tembok maka mereka mampu membuat bata sendiri. 3) Menunjang usaha pelestarian lingkungan nonfisik, antara lain bahwa dengan timbulnya kegiatan pertambangan di daerah turut mengembangkan tingkat sosial-ekonomi dengan turut meningkatkan kemantapan misalnya dalam segi pendidikan dan kesehatan dalam rangka pengembangan masyarakat di daerah. Dengan adanya usaha tambang di suatu daerah tidak diharapkan adanya pengaruh-pengaruh budaya negatif terhadap budaya masyarakat setempat, tetapi justru diharapkan menunjang kelestarian budaya setempat. 4) Memenuhi penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan misi strategis dalam rangka menunjang antara lain kestabilan politik. Adanya suatu kebijaksanaan pemerintah untuk membuka tambang di suatu daerah dengan tujuan antardaerah tersebut mulai berperan serta dalam pembangunan. Pada dasarnya, pedoman kriteria penilaian aspek sosial- ekonomi dalam pengembangan sumber daya mineral industri tersebut merupakan salah satu sarana penyaringan sekaligus pendukung optimalisasi pemanfaatan sumber daya mineral secara efisien dan rasional bagi pengembangan daerah melalui tata ruang kesepakatan.
  • 36. Gambar II.B.4.1 Proses Pengembangan Regional (Wilayah) Masukan Proses Pengalihan Keluaran Kriteria Penilaian Re - Evaluasi Sumber Daya Alam Prasarana Prasarana dan Sarana - Terbarukan Sarana dan Tata Ruang - Tak Terbarukan Lingkungan Lingkungan Hidup (Fisik) (Mineral) Fisik Sumber Daya Manusia Pengembangan - Bekerja Regional Terpadu & Seimbang 1. Mendukung Keterkaitan Ekonomi - Belum Bekerja antarsektor di daerah dan Keterkaitan antardaerah Sumber Daya Penunjang Misi: Pemerataan Sosial-Ekonomi 2. Mendukung Pembangunan di Modal daerah: Kebijaksanaan - Pembangunan daerah ber Kelembagaan pendapatan rendah/terbelakang Prasarana Lain - Kemanfaatan setempat di daerah Antara lain: kesempatan kerja - Memperkecil kesenjangan sosial ekonomi antardaerah - Meningkatakan swadaya usaha dan kemajuan masyarakat. 3. Lingkungan Sosial Ekonomi 4. Memenuhi penugasan Pemerintah Pusat / Daera
  • 37. 5. Menjalankan kewajiban dan loyal terhadap pemerintah dengan baik: pemerintah tempat berusaha dan pemerintah asalnya. a.Membayar segenap kewajiban pajak dan kewajiban keuangan perusahaan pertambangan. 1). Iuran tetap (Dead rent):US$ 0.025 – 3 /ha. 2).Iuran produksi/eksploitasi (royalty). a). Konsentrat (Cu + Au) i. CR Cu = [(P x ACP) – SRFS]] x PCT. PCT → s.d US$ 0,9 → 1,5 → s.l.d. US$ 1,1 → 3,5 → US$ 0,9 – 1,1 → 1,5 + (ACP – 90)/10 ii. CR (Au/Ag) = 1% harga jual. (Royalti Cu:1,5% jika harga Cu di bawah US$ 0,90/lb 3,5% jika harga Cu di atas US$ 1,10/lb Jika harga antara US$ 0,90 s. /d US$ 1,1, rumusnya: % = 1,50 + (Harga Cu -90)/10.) b). Mineral i. US$ 0,001 – 0,15/kg (7 mineral a.l.: besi, air raksa). ii. US$0,10 – 50/ton (16 mineral: batu gamping, yodium). iii. 4% - 10% harga jual (4 mineral/batu berharga). 3.).PPH Badan a. 15%, PKP, s.l.k. Rp 10 juta. b. 25%, PKP, l.b. Rp 10 juta – s.l.k. Rp 50 juta. c. 30%, PKP, l.b. Rp 50 juta. 4). PPH karyawan pasal 21, 26 UU No. 7Tahun 1983). 5). PPH bunga, dividen, sewa, jasa (PPH 1984). 6). PPN (UU No. 8 Tahun 1970). 7). Bea materai (UU. No. 13 Tahun 1985). 8). Bea Masuk (UU No. 11 Tahun 1970). 9). PBB: a. Pra produksi = Iuran tetap. b. Periode produksi = Iuran Tetap + 0.5% x 20% dari penerimaan kotor. 10). Pungutan/Pajak Pemda. 11). Administrasi umum. 12). PHP kendaraan bermotor. 13.Pemenuhan kewajiban pajak. Simpulan tentang perpajakan di bidang pertambangan di dunia dapat dilihat pada Lampiran IV. Tentang tarif royalti di bidang mineral di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran V. Contoh profil perpajakan pada suatu perusahaan PMA dalam hal ini PT Freeport Indonesia dapat dilihat pada Lampuiran VI. b. Mematuhi segenap peraturan yang ada. Acuan pola dasar kebijakan terkait /Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 38. 1). Undang-Undang Dasar 1945: Pembukaan, pasal 33 ayat 3. -Pembukaan: Negara melindungi bangsa dan tumpah darah dalam kesejahteraan dan kecerdasan. Ps 33 ayat 3: Bumi dan air dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. 2). Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, yang mencakup lingkungan fisik (kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan) dan lingkungan non fisik (mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain, perlu dikelola secara terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dalampelaksanaan pembangunan berkelanjutan. (Gambar III.2.1). 3). Undang-Undang No, 24 tahun1994 tentang penataan ruang: bahwa pengelolaan sumber daya alam yang beranekaragam di daratan, di lautan dan di udara, perlu dilakukan secara terkordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional (Gambar II.B.5.1 sampai dengan II.B.5.2). 4).Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbarui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijak sana dan sumber daya alam terbarui untuk menjamin ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. 5). Kawasan lindung. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. = Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya: kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air. = Kawasan perlindungan setempat: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau, dan kawasan sekitar mata air. = Kawasan suaka alam dan cagar budaya: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan sekitarnya, patani berhutan bakau, taman nasiona, taman hutan raya, taman wisata dan kawasan cagar budaya serta ilmu pengetahuan. = Kawasan rawan bencana alam: kawasan yang sering dan berpotensi mengalami bencana alam seperti letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor. 6). PP No. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan (Gambar III.2.2). Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 7).Keputusan Meneg LH No.14/Men LH/3/1999 tentang pedoman umum penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan. Analisis dampak lingkungan (environmental impact analysis (assessment)) : analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan