1. LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN II
ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN
SPEKTROFOTOMETER
NAMA : MILA INDRIANI
NIM : J0B113214
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : RIRI AL KAHFI
PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
2. LEMBAR PENILAIAN
ANALISIS SPEKTROSKOPI
PERCOBAAN II
ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN
SPEKTROFOTOMETER
Nama : MILA INDRIANI
NIM : J0B113214
Asisten : RIRI AL KAHFI
Tanggal mengumpul
: 30 Oktober 2014
laporan
PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
Tanggal laporan
dikembalalikan
:
Nilai Sementara : Nilai Akhir :
3. PERCOBAAN II
ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN
SPEKTROFOTOMETER
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk mengetahui
keaditifan dan panjang gelombang larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 dengan
spektrofotometer.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang
mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang
30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya
seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum
tampak yang kontiniu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan
sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi
antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2002).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter dari berbagai
warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
4. tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang
yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, pnjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari
sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi
untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.
Pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit
karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang
dilihat maupun tidak terlihat), sedangkan pengertian spektroskopi lebih
luas misalnya cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang
elektromagnetik ( Eka, 2007).
Macam-macam spektrofotometri dan perbedaannya
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang
digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau
energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variabel termasuk
spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia.
Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua
sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu,
selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam
sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai
pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal
juga dengan nama Wolform merupakan unsur kimia dengan simbol W
dan nomor atom 74. Tungsten memiliki titik didih yang tinggi
(34,22OC) dibanding logam lainnya. Karena sifat inilah maka ia
digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa
dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini
menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus
5. terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik
yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan
harus benar-benar spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan
dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan
harus benar-benar stabil.
2. Spektrofotometri UV (Ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki
panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat
digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen.
Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah
dilaut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan
satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan
tidak memiliki neutrron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani,
deuteras yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2
partikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi dengan mata kita
maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh
karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagen tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa
meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap
harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentifungi. Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna.
Tidak ada partikel koloid/suspensi.
3. Spektrofotometri UV-Vis
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet
dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar
ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan.
Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar
yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal
ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara serapan
6. cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah
persamaan Lamber beer:
A = - log T = ε.b.c
Dimana :
A = Absorbans
T = Transmitan
ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1)
c = panjang sel (cm)
b = konsentrasi zat (mol/jam)
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu
senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang
teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang
memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun
apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka
radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif
sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan (Day &
Underwood, 1986).
4. Spektrofotometri inframerah
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini
berdasar pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya
inframerah terbagi menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan
dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh
dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 25-1000 μm.
Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk mengidentisifikasi
gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap
serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya
suatu gugus fungsi spesifik. Hasil analisa biasanya berupa signal
kromatogram hubungan intensif IR, terhadap panjang gelombang.
Untuk identisifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal
standar. Perlu juga diketahui bahwa sampel untuk metode ini harus
dalam bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi
7. kontaminan akan mengganggu signal kurva yang diperoleh
(Underwood, 1986).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya
cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian
menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan
maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang
kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Sastrohamidjojo, 1992).
Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas
kimia, dapat dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang
dihasilkan. Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan
nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai
sebenarnya dari parameter yang diukur dan kemudian dapat diketahui
seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas
dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang
diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar
deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran
yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan, misalnya dalam penentuan
nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan pengulangan
sebanyak n kali. Ilmu yang mempelajari interaksi radiasi dengan materi
sedangkan spektrofotometri adalah pengukuran kuantitatif dari intensitas
radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih panjang gelombang dengan
suatu transduser (detektor). Spektrofotometri adalah analisis kuantitatif
yang paling sering digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik
yaitu 10-4 sampai 10-6. Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik,
ketepatannya cukup tinggi, relatif sederhana, dan murah (Mathias, 2005).
Spektrofotometer berkas tunggal biasanya dijalankan secara
manual dan dimungkinkan untuk merekam suatu spektrum, sedangkan
instrumen berkas rangkap umumnya merupakan perekaman automatik
terhadap spektra serapan. Metoda spektrofotometer ini didasarkan atas
interaksi antara materi dan larutan standar. Spektrofotometer yang
biasanya digunakan dalam analisis adalah jenis spektrofotometer berkas
tunggal yaitu spektronik 20 D (Hidayati 2010).
8. III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
spektrofotometer spektronik-20, tabung kuvet,labu takar, pipet 10
ml,pipet 5 ml, pipet tetes dan botol semprot.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah,
larutan baku K2Cr2O7 10-2 M, larutan baku KMnO4 10-3 M, larutan
H2SO4 dan akuades, .
IV. PROSEDUR
A. Keaditifan absorbans larutan KMnO4 dan K2Cr2O7
1. Disiapkan larutan-larutan KMnO4 10-4 M, K2Cr2O7 5×10-3 M dan
larutan campuran KMnO4 dan K2Cr2O7.
2. Diukur absorbans ketiga larutan dengan panjang gelombang 400-
600 nm dengan kenaikan 10 nm.
3. Dibuat grafik hubungan antara panjang gelombang dengan nilai
absorbans.
4. Ditentukan panjang gelombang maksimum dimana absorbans
bernilai maksimum.
B. Nilai K
1. Diencerkan larutan KMnO4 dengan H2SO4 sampai 100 ml dengan
konsentrasi 0,25x10-5 M; 0,5x10-5 M; 1x10-5 M; 2x10-5 M; 3x10-5
M.
2. Dengan langkah yang sama, larutan K2Cr2O7 diencerkan dengan
akuades sampai 100 ml dengan konsentrasi 0,5x10-4 M; 1x10-4 M;
2x10-4 M; 4x10-4 M; 8x10-4.
3. Diukur masing-masing absorbans larutan pada panjang
gelombang maksimum K2Cr2O7 dan panjang gelombang KMnO4
serta sebaliknya.
9. 4. Dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan panjang
gelombang, sehingga nantinya akan diperoleh empat grafik dan
empat nilai K (nilai K sebagai slope).
C. Analisis contoh campuran
Ditetapkan komposisi campuran yang diberikan dengan jalan
mengukur absorbans larutan itu pada panjang gelombang maksimum
yang telah diperoleh.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilaksanakan,
yaitu sebagai berikut:
Tabel hasil percobaan
No. Nama Sampel Panjang
gelombang
maksimum
(λ maks)
Konsetrasi
(M)
Absorbansi
(A)
1. K2CrO7 400 nm 0,5.10-4 0,047
1.10-4 0,118
2.10-4 0,107
4.10-4 0,224
8.10-4 0,421
2. Campuran
K2CrO7,
KMnO4
524 nm - -
10. Grafik
1) Keaditifan absorbansi KMnO4 dan K2Cr2O7
Hubungan antara panjang gelombang dengan
absorbansi KMnO4
y = -0.0019x + 1.2389
R² = 0.7636
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
480 500 520 540 560 580 600 620
Panjang gelombang
Grafik 1. Hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi KmnO4
Hubungan antara panjang gelombang dengan
absorbansi K2Cr2O7
y = -0.0019x + 2.3515
R² = 0.0118
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 100 200 300 400 500
Panjang gelombang
Grafik 2. Hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi K2Cr2O7
11. 2) Nilai K
Grafik Hubungan antara Konsetrasi dengan
Absorbansi KmnO4 pada λmaks KmnO4 = 524 nm
y = -0.0278x + 0.3456
R² = 0.0206
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
2.5E-06 5E-06 0.00001 2E-05 3E-05
Grafik 3. Hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi KMnO4 pada
λmaks KMnO4 = 524 nm
3
2
1
Grafik Hubungan antara Konsetrasi dengan
Absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks K2Cr2O7= 351 nm
Grafik 4. Hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi K2Cr2O7 pada
λmaks K2Cr2O7 = 351 nm
Perhitungan
y = ax+b dimana x = k
grafik konsetrasi Vs absorbansi KMnO4 pada λmaks KMnO4 = 524
nm
y = -0,027x + 0,345
maka K11 = -0,027
Absorbansi
Konsentrasi
y = 0.5233x - 0.4599
R² = 0.8959
0
5E-05 0.0001 0.0002 0.0004 0.0008
Absorbansi
Konsentrasi
12. grafik konsetrasi Vs absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks K2Cr2O7 = 351
nm
y = 0,523x - 0,459
maka K12 = 0,523
B. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui keaditifan dan
panjang gelombang larutan KMnO4 dan K2CrO7 dengan
spektrofotometer. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
spektrofotometer uv-vis. Spektrofotometri adalah suatu metode
analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis
oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator plasma atau kisi difraksi dengan
fototube atau foton hampa. Sedangkan alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dengan mengukur transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan
sebagai fungsi suhu dari konsentrasi.
Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan
elektronik, serta sifat-sifat kimia fisiknya dimana detektor yang
digunakan secara langsung dapat mengukur intensitas dari cahaya
yang dipancarkan (ρ) dan secara tidak langsung cahaya yang
diabsorbsikan (ℓo), jadi tergamtung pada spektrum elektromagnetik
yang diabsorbsi oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang
terbentuk. Pada titrasi spektrofotometri sinar yang digunakan
merupakan suatu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara
satu dengan yang lain, sedangkan dalam kalorimetri. Perbedaan
panjang geolmbangnya dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat
disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomik.
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah
salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam
menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan
13. karena digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu
banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi salpel
apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisis.
Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran serapan
cahaya didaerah ultraviolet (200-350 nm) dan sinar tampak (350-800
nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya campak
mengakibatkan transisis elektronik, yaitu promosi elektron elektron
dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau
cahaya tampak tergantung pada mudahnya promosi elektron.molekul
molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek.
Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap
cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai
elektron yang mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap
pada panjang gelombang lebih pendek.
Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi
yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber
sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap
tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke
keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Panjang
gelombang maksimum dapat diketahui dengan melihat nilai
absorbansi maksimum yang terukur pada spektrofotometer UV-VIS
untuk panjang gelombang tertentu. Larutan yang digunakan sebagai
larutan standar adalah larutan KMnO4 dan larutan K2Cr2O7. Masing-masing
larutan dengan volume tertentu diencerkan hingga menjadi
larutan standar dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Untuk
larutan KMnO4 diencerkan dengan menambahkan H2SO4.
Pengenceran dengan menggunakan H2SO4 adalah untuk memberikan
suasana asam pada larutan tersebut sehingga tidak terbentuk zat
14. pengganggu seperti MnO2, sedangkan untuk larutan K2Cr2O7
diencerkan dengan aquades.
Larutan standar dibuat dengan maksud untuk membuat
kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga nanti akan diperoleh
panjang gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Kenapa
panjang gelombang maksimum yang dipilih, hal ini karena di sekitar
panjang gelombang maksimum tersebut, bentuk kurva serapan adalah
datar sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik
sehingga kesalahan yang ditimbulkan pada panjang gelombang
maksimum dapat diperkecil.
Larutan KMnO4 dan larutan K2Cr2O7 menghasilkan warna
komplementer yang dapat menyerap cahaya. Warna-warna ini
ditimbulkan oleh adanya panjang gelombang yang dimiliki larutan
tersebut. Setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda
dengan interval tertentu.
Keaditifan absorbans larutan ini dilakukan dengan mengukur
absorbans larutan KMnO4 10-4 M, dan K2Cr2O7 10-3 M dan larutan
campuran KMnO4 dan K2Cr2O7 pada panjang gelombang 400-600 nm
dengan kenaikan 10 nm, harus disetel sedemikian rupa sehingga
transmisi larutan blanko 100% atau absorbansinya 0 dengan mengatur
celah-celah keluar monokromator dan kepekaan dari amplifator.
Untuk larutan kalium permanganat larutan blanko yang digunakan
adalah H2SO4 sedangkan untuk larutan kalium dikromat larutan
blanko yang dipakai adalah akuades. Larutan blanko yang digunakan
disesuaikan dengan pelarut untuk mengencerkan masing-masing
larutan. Setelah didapatkan nilai absorbans dengan panjang
gelombang tertentu, maka dibuat grafik hubungan antara panjang
gelombang dengan nilai absorbans. Dari grafik tersebut, dapat
ditentukan nilai panjang gelombang maksimum dimana absorbansi
bernilai maksimum.
Pada hasil yang diperoleh, Panjang gelombang maksimum
K2Cr2O7 adalah 351 nm dengan absorbansi 2,469. Panjang gelombang
15. maksimum untuk larutan KMnO4 adalah 524 nm dengan absorbansi
0,281. Panjang gelombang maksimum campuran K2Cr2O7 dan
KMnO4 adalah 348 nm dengan absorbansi 1,601. Untuk absorbansi
pada K2Cr2O7 dengan konsentrasi 0,5x10-4 M; 1x10-4 M; 2x10-4 M;
4x10-4 M; 8x10-4 adalah 0,345; 0,480; 0,791; 1,465; 2,469. Untuk
absorbansi pada KMnO4 dengan konsetrasi 0,25.10-5 M; 0,5.10-5M;
1.10-5M; 2.10-5M; 3.10-5 M adalah 0,12; 0,22; 0,79; 0,180; 0,001.
Menurut Poornima (2009) panjang gelombang kalium
dikromat (K2Cr2O7) adalah 360 nm. Jika dibandingkan dengan hasil
percobaan, panjang gelombang K2Cr2O7 mendekati panjang
gelombang literatur yaitu 351 nm. Sedangkan menurut Zaafarany
(2010) panjang gelombang pada kalium permanganat (KMnO4) adalah
525 nm dari panjang gelombang MnO4
- yang sesuai dengan hukum
Lamber Beer. Jika dibandingkan dengan hasil percobaan, panjang
gelombang KMnO4 mendekati panjang gelombang literatur yaitu 524
nm.
Hubungan Keaditifan absorbansi KMnO4 dan K2Cr2O7
menghasilkan untuk hubungan antara panjang gelombang dan
absorbansi KmnO4 adalah y = -0,001x + 1,238 dengan R2 = 0,763
sedangkan untuk hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi
K2Cr2O7 adalah y = -0,001x + 2,351 dengan R2 = 0,011. Hubungan
antara konsentrasi Vs absorbansi KMnO4 pada λmaks KMnO4 = 524
nm menghasilkan y = -0,027x + 0,345 dengan K11 = -0,027
sedangkan untuk hubungan konsetrasi Vs absorbansi K2Cr2O7 pada
λmaks K2Cr2O7 = 351 nm menghasilkan y = 0,523x - 0,459 dengan
K12 = 0,523.
16. VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1. Panjang gelombang maksimum K2Cr2O7 adalah 351 nm dengan
absorbansi 2,469.
2. Panjang gelombang maksimum untuk larutan KMnO4 adalah 524 nm
dengan absorbansi 0,281.
3. Panjang gelombang maksimum campuran K2Cr2O7 dan KMnO4
adalah 348 nm dengan absorbansi 1,601.
4. Absorbansi pada K2Cr2O7 dengan konsentrasi 0,5x10-4 M; 1x10-4 M;
2x10-4 M; 4x10-4 M; 8x10-4 adalah 0,345; 0,480; 0,791; 1,465; 2,469.
5. Absorbansi pada KMnO4 dengan konsetrasi 0,25.10-5 M; 0,5.10-5M;
1.10-5M; 2.10-5M; 3.10-5 M adalah 0,12; 0,22; 0,79; 0,180; 0,001.
6. Hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi KmnO4 adalah y
= -0,001x + 1,238 dengan R2 = 0,763
7. Hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi K2Cr2O7 adalah
y = -0,001x + 2,351 dengan R2 = 0,011
8. Pada hubungan antara konsetrasi Vs absorbansi KMnO4 pada λmaks
KMnO4 = 524 nm menghasilkan y = -0,027x + 0,345 dengan K11 = -
0,027
9. Pada hubungan antara konsetrasi Vs absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks
K2Cr2O7 = 351 nm y = 0,523x - 0,459 dengan K12 = 0,523.
17. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. Jr & A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Gramedia, Jakarta.
Hidayati, N. 2010. Penentuan Panjang Gelombang, Kurva Kalibrasi dan Uji
Presisi Terhadap Senyawa Kompleks Fe(II)-1,10-Fenantrolin.
Mulawarman Scientifie. Vol 9. (2). 111-118.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.
Mathias, A. 2005. Spektrofotometri. Exacta, Solo.
Poornima & R. Rai. 2009. Evaluation of phytonutrients and vitamin contents in a
wild yam, Dioscorea belophylla (Prain) Haines. African Journal of
Biotechnology Vol. 8 (6). 971-973.
Sastrohamidjojo, H. 1992. Spektroskopi Inframerah. Liberty, Yogyakarta.
Zaafarany, I.A. 2010. Kinetics and Mechanism of Oxidation of Nicotine by
Permanganate Ion in Acid Perchlorate Solutions. International Journal of
Chemistry. Vol. 2 (2). 193-200.