SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 17
LAPORAN PRAKTIKUM 
ANALISIS SPEKTROSKOPI 
PERCOBAAN II 
ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN 
SPEKTROFOTOMETER 
NAMA : MILA INDRIANI 
NIM : J0B113214 
KELOMPOK : I (SATU) 
ASISTEN : RIRI AL KAHFI 
PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN 
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 
BANJARBARU 
2014
LEMBAR PENILAIAN 
ANALISIS SPEKTROSKOPI 
PERCOBAAN II 
ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN 
SPEKTROFOTOMETER 
Nama : MILA INDRIANI 
NIM : J0B113214 
Asisten : RIRI AL KAHFI 
Tanggal mengumpul 
: 30 Oktober 2014 
laporan 
PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN 
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 
BANJARBARU 
2014 
Tanggal laporan 
dikembalalikan 
: 
Nilai Sementara : Nilai Akhir :
PERCOBAAN II 
ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN 
SPEKTROFOTOMETER 
I. TUJUAN PERCOBAAN 
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk mengetahui 
keaditifan dan panjang gelombang larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 dengan 
spektrofotometer. 
II. TINJAUAN PUSTAKA 
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang 
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya 
yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer 
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat 
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, 
grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang 
mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. 
Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang 
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 
30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang 
benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya 
seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum 
tampak yang kontiniu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan 
sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi 
antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2002). 
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan 
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas 
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer 
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat 
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, 
grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter dari berbagai 
warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang 
yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang 
gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, pnjang 
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan 
alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari 
sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi 
untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur 
perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. 
Pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit 
karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang 
dilihat maupun tidak terlihat), sedangkan pengertian spektroskopi lebih 
luas misalnya cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang 
elektromagnetik ( Eka, 2007). 
Macam-macam spektrofotometri dan perbedaannya 
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang 
digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut: 
1. Spektrofotometri Vis (Visible) 
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau 
energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variabel termasuk 
spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. 
Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua 
sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu, 
selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam 
sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai 
pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal 
juga dengan nama Wolform merupakan unsur kimia dengan simbol W 
dan nomor atom 74. Tungsten memiliki titik didih yang tinggi 
(34,22OC) dibanding logam lainnya. Karena sifat inilah maka ia 
digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa 
dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini 
menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. 
Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus
terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik 
yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan 
harus benar-benar spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan 
dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan 
harus benar-benar stabil. 
2. Spektrofotometri UV (Ultraviolet) 
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV 
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki 
panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat 
digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. 
Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah 
dilaut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan 
satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan 
tidak memiliki neutrron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, 
deuteras yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 
partikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi dengan mata kita 
maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan 
senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh 
karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan 
penambahan reagen tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa 
meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap 
harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentifungi. Prinsip dasar pada 
spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna. 
Tidak ada partikel koloid/suspensi. 
3. Spektrofotometri UV-Vis 
Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet 
dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar 
ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. 
Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar 
yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal 
ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara serapan
cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah 
persamaan Lamber beer: 
A = - log T = ε.b.c 
Dimana : 
A = Absorbans 
T = Transmitan 
ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1) 
c = panjang sel (cm) 
b = konsentrasi zat (mol/jam) 
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu 
senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang 
teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang 
memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun 
apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka 
radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif 
sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan (Day & 
Underwood, 1986). 
4. Spektrofotometri inframerah 
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini 
berdasar pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya 
inframerah terbagi menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan 
dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh 
dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 25-1000 μm. 
Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk mengidentisifikasi 
gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap 
serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya 
suatu gugus fungsi spesifik. Hasil analisa biasanya berupa signal 
kromatogram hubungan intensif IR, terhadap panjang gelombang. 
Untuk identisifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal 
standar. Perlu juga diketahui bahwa sampel untuk metode ini harus 
dalam bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi
kontaminan akan mengganggu signal kurva yang diperoleh 
(Underwood, 1986). 
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya 
cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian 
menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan 
maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang 
kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Sastrohamidjojo, 1992). 
Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas 
kimia, dapat dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang 
dihasilkan. Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan 
nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai 
sebenarnya dari parameter yang diukur dan kemudian dapat diketahui 
seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas 
dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang 
diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar 
deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran 
yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan, misalnya dalam penentuan 
nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan pengulangan 
sebanyak n kali. Ilmu yang mempelajari interaksi radiasi dengan materi 
sedangkan spektrofotometri adalah pengukuran kuantitatif dari intensitas 
radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih panjang gelombang dengan 
suatu transduser (detektor). Spektrofotometri adalah analisis kuantitatif 
yang paling sering digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik 
yaitu 10-4 sampai 10-6. Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, 
ketepatannya cukup tinggi, relatif sederhana, dan murah (Mathias, 2005). 
Spektrofotometer berkas tunggal biasanya dijalankan secara 
manual dan dimungkinkan untuk merekam suatu spektrum, sedangkan 
instrumen berkas rangkap umumnya merupakan perekaman automatik 
terhadap spektra serapan. Metoda spektrofotometer ini didasarkan atas 
interaksi antara materi dan larutan standar. Spektrofotometer yang 
biasanya digunakan dalam analisis adalah jenis spektrofotometer berkas 
tunggal yaitu spektronik 20 D (Hidayati 2010).
III. ALAT DAN BAHAN 
A. Alat 
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 
spektrofotometer spektronik-20, tabung kuvet,labu takar, pipet 10 
ml,pipet 5 ml, pipet tetes dan botol semprot. 
B. Bahan 
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah, 
larutan baku K2Cr2O7 10-2 M, larutan baku KMnO4 10-3 M, larutan 
H2SO4 dan akuades, . 
IV. PROSEDUR 
A. Keaditifan absorbans larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 
1. Disiapkan larutan-larutan KMnO4 10-4 M, K2Cr2O7 5×10-3 M dan 
larutan campuran KMnO4 dan K2Cr2O7. 
2. Diukur absorbans ketiga larutan dengan panjang gelombang 400- 
600 nm dengan kenaikan 10 nm. 
3. Dibuat grafik hubungan antara panjang gelombang dengan nilai 
absorbans. 
4. Ditentukan panjang gelombang maksimum dimana absorbans 
bernilai maksimum. 
B. Nilai K 
1. Diencerkan larutan KMnO4 dengan H2SO4 sampai 100 ml dengan 
konsentrasi 0,25x10-5 M; 0,5x10-5 M; 1x10-5 M; 2x10-5 M; 3x10-5 
M. 
2. Dengan langkah yang sama, larutan K2Cr2O7 diencerkan dengan 
akuades sampai 100 ml dengan konsentrasi 0,5x10-4 M; 1x10-4 M; 
2x10-4 M; 4x10-4 M; 8x10-4. 
3. Diukur masing-masing absorbans larutan pada panjang 
gelombang maksimum K2Cr2O7 dan panjang gelombang KMnO4 
serta sebaliknya.
4. Dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan panjang 
gelombang, sehingga nantinya akan diperoleh empat grafik dan 
empat nilai K (nilai K sebagai slope). 
C. Analisis contoh campuran 
Ditetapkan komposisi campuran yang diberikan dengan jalan 
mengukur absorbans larutan itu pada panjang gelombang maksimum 
yang telah diperoleh. 
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 
A. Hasil 
Hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilaksanakan, 
yaitu sebagai berikut: 
Tabel hasil percobaan 
No. Nama Sampel Panjang 
gelombang 
maksimum 
(λ maks) 
Konsetrasi 
(M) 
Absorbansi 
(A) 
1. K2CrO7 400 nm 0,5.10-4 0,047 
1.10-4 0,118 
2.10-4 0,107 
4.10-4 0,224 
8.10-4 0,421 
2. Campuran 
K2CrO7, 
KMnO4 
524 nm - -
Grafik 
1) Keaditifan absorbansi KMnO4 dan K2Cr2O7 
Hubungan antara panjang gelombang dengan 
absorbansi KMnO4 
y = -0.0019x + 1.2389 
R² = 0.7636 
0.35 
0.3 
0.25 
0.2 
0.15 
0.1 
0.05 
0 
480 500 520 540 560 580 600 620 
Panjang gelombang 
Grafik 1. Hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi KmnO4 
Hubungan antara panjang gelombang dengan 
absorbansi K2Cr2O7 
y = -0.0019x + 2.3515 
R² = 0.0118 
3 
2.5 
2 
1.5 
1 
0.5 
0 
0 100 200 300 400 500 
Panjang gelombang 
Grafik 2. Hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi K2Cr2O7
2) Nilai K 
Grafik Hubungan antara Konsetrasi dengan 
Absorbansi KmnO4 pada λmaks KmnO4 = 524 nm 
y = -0.0278x + 0.3456 
R² = 0.0206 
1 
0.8 
0.6 
0.4 
0.2 
0 
2.5E-06 5E-06 0.00001 2E-05 3E-05 
Grafik 3. Hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi KMnO4 pada 
λmaks KMnO4 = 524 nm 
3 
2 
1 
Grafik Hubungan antara Konsetrasi dengan 
Absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks K2Cr2O7= 351 nm 
Grafik 4. Hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi K2Cr2O7 pada 
λmaks K2Cr2O7 = 351 nm 
Perhitungan 
y = ax+b dimana x = k 
grafik konsetrasi Vs absorbansi KMnO4 pada λmaks KMnO4 = 524 
nm 
y = -0,027x + 0,345 
maka K11 = -0,027 
Absorbansi 
Konsentrasi 
y = 0.5233x - 0.4599 
R² = 0.8959 
0 
5E-05 0.0001 0.0002 0.0004 0.0008 
Absorbansi 
Konsentrasi
grafik konsetrasi Vs absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks K2Cr2O7 = 351 
nm 
y = 0,523x - 0,459 
maka K12 = 0,523 
B. Pembahasan 
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui keaditifan dan 
panjang gelombang larutan KMnO4 dan K2CrO7 dengan 
spektrofotometer. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah 
spektrofotometer uv-vis. Spektrofotometri adalah suatu metode 
analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis 
oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik 
dengan menggunakan monokromator plasma atau kisi difraksi dengan 
fototube atau foton hampa. Sedangkan alat yang digunakan untuk 
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif 
dengan mengukur transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan 
sebagai fungsi suhu dari konsentrasi. 
Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan 
elektronik, serta sifat-sifat kimia fisiknya dimana detektor yang 
digunakan secara langsung dapat mengukur intensitas dari cahaya 
yang dipancarkan (ρ) dan secara tidak langsung cahaya yang 
diabsorbsikan (ℓo), jadi tergamtung pada spektrum elektromagnetik 
yang diabsorbsi oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada 
panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang 
terbentuk. Pada titrasi spektrofotometri sinar yang digunakan 
merupakan suatu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara 
satu dengan yang lain, sedangkan dalam kalorimetri. Perbedaan 
panjang geolmbangnya dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat 
disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomik. 
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah 
salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam 
menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan
karena digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu 
banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi salpel 
apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisis. 
Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran serapan 
cahaya didaerah ultraviolet (200-350 nm) dan sinar tampak (350-800 
nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya campak 
mengakibatkan transisis elektronik, yaitu promosi elektron elektron 
dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan 
tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau 
cahaya tampak tergantung pada mudahnya promosi elektron.molekul 
molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi 
elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. 
Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada 
panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap 
cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai 
elektron yang mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap 
pada panjang gelombang lebih pendek. 
Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi 
yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber 
sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap 
tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke 
keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Panjang 
gelombang maksimum dapat diketahui dengan melihat nilai 
absorbansi maksimum yang terukur pada spektrofotometer UV-VIS 
untuk panjang gelombang tertentu. Larutan yang digunakan sebagai 
larutan standar adalah larutan KMnO4 dan larutan K2Cr2O7. Masing-masing 
larutan dengan volume tertentu diencerkan hingga menjadi 
larutan standar dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Untuk 
larutan KMnO4 diencerkan dengan menambahkan H2SO4. 
Pengenceran dengan menggunakan H2SO4 adalah untuk memberikan 
suasana asam pada larutan tersebut sehingga tidak terbentuk zat
pengganggu seperti MnO2, sedangkan untuk larutan K2Cr2O7 
diencerkan dengan aquades. 
Larutan standar dibuat dengan maksud untuk membuat 
kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga nanti akan diperoleh 
panjang gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Kenapa 
panjang gelombang maksimum yang dipilih, hal ini karena di sekitar 
panjang gelombang maksimum tersebut, bentuk kurva serapan adalah 
datar sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik 
sehingga kesalahan yang ditimbulkan pada panjang gelombang 
maksimum dapat diperkecil. 
Larutan KMnO4 dan larutan K2Cr2O7 menghasilkan warna 
komplementer yang dapat menyerap cahaya. Warna-warna ini 
ditimbulkan oleh adanya panjang gelombang yang dimiliki larutan 
tersebut. Setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda 
dengan interval tertentu. 
Keaditifan absorbans larutan ini dilakukan dengan mengukur 
absorbans larutan KMnO4 10-4 M, dan K2Cr2O7 10-3 M dan larutan 
campuran KMnO4 dan K2Cr2O7 pada panjang gelombang 400-600 nm 
dengan kenaikan 10 nm, harus disetel sedemikian rupa sehingga 
transmisi larutan blanko 100% atau absorbansinya 0 dengan mengatur 
celah-celah keluar monokromator dan kepekaan dari amplifator. 
Untuk larutan kalium permanganat larutan blanko yang digunakan 
adalah H2SO4 sedangkan untuk larutan kalium dikromat larutan 
blanko yang dipakai adalah akuades. Larutan blanko yang digunakan 
disesuaikan dengan pelarut untuk mengencerkan masing-masing 
larutan. Setelah didapatkan nilai absorbans dengan panjang 
gelombang tertentu, maka dibuat grafik hubungan antara panjang 
gelombang dengan nilai absorbans. Dari grafik tersebut, dapat 
ditentukan nilai panjang gelombang maksimum dimana absorbansi 
bernilai maksimum. 
Pada hasil yang diperoleh, Panjang gelombang maksimum 
K2Cr2O7 adalah 351 nm dengan absorbansi 2,469. Panjang gelombang
maksimum untuk larutan KMnO4 adalah 524 nm dengan absorbansi 
0,281. Panjang gelombang maksimum campuran K2Cr2O7 dan 
KMnO4 adalah 348 nm dengan absorbansi 1,601. Untuk absorbansi 
pada K2Cr2O7 dengan konsentrasi 0,5x10-4 M; 1x10-4 M; 2x10-4 M; 
4x10-4 M; 8x10-4 adalah 0,345; 0,480; 0,791; 1,465; 2,469. Untuk 
absorbansi pada KMnO4 dengan konsetrasi 0,25.10-5 M; 0,5.10-5M; 
1.10-5M; 2.10-5M; 3.10-5 M adalah 0,12; 0,22; 0,79; 0,180; 0,001. 
Menurut Poornima (2009) panjang gelombang kalium 
dikromat (K2Cr2O7) adalah 360 nm. Jika dibandingkan dengan hasil 
percobaan, panjang gelombang K2Cr2O7 mendekati panjang 
gelombang literatur yaitu 351 nm. Sedangkan menurut Zaafarany 
(2010) panjang gelombang pada kalium permanganat (KMnO4) adalah 
525 nm dari panjang gelombang MnO4 
- yang sesuai dengan hukum 
Lamber Beer. Jika dibandingkan dengan hasil percobaan, panjang 
gelombang KMnO4 mendekati panjang gelombang literatur yaitu 524 
nm. 
Hubungan Keaditifan absorbansi KMnO4 dan K2Cr2O7 
menghasilkan untuk hubungan antara panjang gelombang dan 
absorbansi KmnO4 adalah y = -0,001x + 1,238 dengan R2 = 0,763 
sedangkan untuk hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi 
K2Cr2O7 adalah y = -0,001x + 2,351 dengan R2 = 0,011. Hubungan 
antara konsentrasi Vs absorbansi KMnO4 pada λmaks KMnO4 = 524 
nm menghasilkan y = -0,027x + 0,345 dengan K11 = -0,027 
sedangkan untuk hubungan konsetrasi Vs absorbansi K2Cr2O7 pada 
λmaks K2Cr2O7 = 351 nm menghasilkan y = 0,523x - 0,459 dengan 
K12 = 0,523.
VI. KESIMPULAN 
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah: 
1. Panjang gelombang maksimum K2Cr2O7 adalah 351 nm dengan 
absorbansi 2,469. 
2. Panjang gelombang maksimum untuk larutan KMnO4 adalah 524 nm 
dengan absorbansi 0,281. 
3. Panjang gelombang maksimum campuran K2Cr2O7 dan KMnO4 
adalah 348 nm dengan absorbansi 1,601. 
4. Absorbansi pada K2Cr2O7 dengan konsentrasi 0,5x10-4 M; 1x10-4 M; 
2x10-4 M; 4x10-4 M; 8x10-4 adalah 0,345; 0,480; 0,791; 1,465; 2,469. 
5. Absorbansi pada KMnO4 dengan konsetrasi 0,25.10-5 M; 0,5.10-5M; 
1.10-5M; 2.10-5M; 3.10-5 M adalah 0,12; 0,22; 0,79; 0,180; 0,001. 
6. Hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi KmnO4 adalah y 
= -0,001x + 1,238 dengan R2 = 0,763 
7. Hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi K2Cr2O7 adalah 
y = -0,001x + 2,351 dengan R2 = 0,011 
8. Pada hubungan antara konsetrasi Vs absorbansi KMnO4 pada λmaks 
KMnO4 = 524 nm menghasilkan y = -0,027x + 0,345 dengan K11 = - 
0,027 
9. Pada hubungan antara konsetrasi Vs absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks 
K2Cr2O7 = 351 nm y = 0,523x - 0,459 dengan K12 = 0,523.
DAFTAR PUSTAKA 
Day, R.A. Jr & A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, 
Jakarta. 
Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Gramedia, Jakarta. 
Hidayati, N. 2010. Penentuan Panjang Gelombang, Kurva Kalibrasi dan Uji 
Presisi Terhadap Senyawa Kompleks Fe(II)-1,10-Fenantrolin. 
Mulawarman Scientifie. Vol 9. (2). 111-118. 
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta. 
Mathias, A. 2005. Spektrofotometri. Exacta, Solo. 
Poornima & R. Rai. 2009. Evaluation of phytonutrients and vitamin contents in a 
wild yam, Dioscorea belophylla (Prain) Haines. African Journal of 
Biotechnology Vol. 8 (6). 971-973. 
Sastrohamidjojo, H. 1992. Spektroskopi Inframerah. Liberty, Yogyakarta. 
Zaafarany, I.A. 2010. Kinetics and Mechanism of Oxidation of Nicotine by 
Permanganate Ion in Acid Perchlorate Solutions. International Journal of 
Chemistry. Vol. 2 (2). 193-200.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
wd_amaliah
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Dila Adila
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
praditya_21
 

Mais procurados (20)

Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagianLaporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
 
spektrofotometri serapan atom
spektrofotometri serapan atomspektrofotometri serapan atom
spektrofotometri serapan atom
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum Spektrofotometri
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
Kimia analisis ku
Kimia analisis kuKimia analisis ku
Kimia analisis ku
 
Ir dan ftir
Ir dan ftirIr dan ftir
Ir dan ftir
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
 
Laporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuniLaporan alkalimetri bu yuni
Laporan alkalimetri bu yuni
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Spektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merahSpektrofotometri infra merah
Spektrofotometri infra merah
 
Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis Gravimetri
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
 

Semelhante a laporan anaisis spektroskopi percobaan 2

Bab vi spektro
Bab vi spektroBab vi spektro
Bab vi spektro
thia_tiunk
 
Kimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentKimia analisa instrument
Kimia analisa instrument
Fadilah Nur
 
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopiSpektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
Fadhly M S
 

Semelhante a laporan anaisis spektroskopi percobaan 2 (20)

laporan analisis spektroskopi percobaan 3
laporan analisis spektroskopi percobaan 3laporan analisis spektroskopi percobaan 3
laporan analisis spektroskopi percobaan 3
 
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - VisibleAnalisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
 
Final acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometriFinal acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometri
 
analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1
 
Instrumen analitik(1)
Instrumen analitik(1)Instrumen analitik(1)
Instrumen analitik(1)
 
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesLaporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
 
Bab vi spektro
Bab vi spektroBab vi spektro
Bab vi spektro
 
Kimia analisa instrument
Kimia analisa instrumentKimia analisa instrument
Kimia analisa instrument
 
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopiSpektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
Spektrofotometri adalah cabang dari spektroskopi
 
Kd meeting 7
Kd meeting 7Kd meeting 7
Kd meeting 7
 
turbidi dan neflo
turbidi dan nefloturbidi dan neflo
turbidi dan neflo
 
SPEKTROSKOPI.pptx
SPEKTROSKOPI.pptxSPEKTROSKOPI.pptx
SPEKTROSKOPI.pptx
 
Presentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv visPresentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv vis
 
Laporan spektronic
Laporan spektronicLaporan spektronic
Laporan spektronic
 
Uv vis ppt
Uv vis pptUv vis ppt
Uv vis ppt
 
SPEKTROFOTOMETER.pptx
SPEKTROFOTOMETER.pptxSPEKTROFOTOMETER.pptx
SPEKTROFOTOMETER.pptx
 
SPEKTROFOTOMETER.pptx
SPEKTROFOTOMETER.pptxSPEKTROFOTOMETER.pptx
SPEKTROFOTOMETER.pptx
 
BIOUnnes_Specktrofotometer
BIOUnnes_SpecktrofotometerBIOUnnes_Specktrofotometer
BIOUnnes_Specktrofotometer
 
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
 
UV Visible (Cahaya Tampak)
UV Visible (Cahaya Tampak)UV Visible (Cahaya Tampak)
UV Visible (Cahaya Tampak)
 

Último

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Último (20)

SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 

laporan anaisis spektroskopi percobaan 2

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SPEKTROSKOPI PERCOBAAN II ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER NAMA : MILA INDRIANI NIM : J0B113214 KELOMPOK : I (SATU) ASISTEN : RIRI AL KAHFI PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2014
  • 2. LEMBAR PENILAIAN ANALISIS SPEKTROSKOPI PERCOBAAN II ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER Nama : MILA INDRIANI NIM : J0B113214 Asisten : RIRI AL KAHFI Tanggal mengumpul : 30 Oktober 2014 laporan PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2014 Tanggal laporan dikembalalikan : Nilai Sementara : Nilai Akhir :
  • 3. PERCOBAAN II ANALISIS CAMPURAN DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk mengetahui keaditifan dan panjang gelombang larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 dengan spektrofotometer. II. TINJAUAN PUSTAKA Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontiniu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2002). Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
  • 4. tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, pnjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat), sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik ( Eka, 2007). Macam-macam spektrofotometri dan perbedaannya Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Spektrofotometri Vis (Visible) Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya variabel termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna putih, merah, biru, hijau, apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut termasuk dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolform merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom 74. Tungsten memiliki titik didih yang tinggi (34,22OC) dibanding logam lainnya. Karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memiliki warna harus
  • 5. terlebih dahulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus benar-benar spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil. 2. Spektrofotometri UV (Ultraviolet) Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah dilaut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutrron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteras yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 partikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi dengan mata kita maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentifungi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid/suspensi. 3. Spektrofotometri UV-Vis Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara serapan
  • 6. cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah persamaan Lamber beer: A = - log T = ε.b.c Dimana : A = Absorbans T = Transmitan ε = absorvitas molar (Lcm-4 . mol-1) c = panjang sel (cm) b = konsentrasi zat (mol/jam) Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan (Day & Underwood, 1986). 4. Spektrofotometri inframerah Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya inframerah terbagi menjadi inframerah dekat, inframerah pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 25-1000 μm. Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk mengidentisifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik. Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensif IR, terhadap panjang gelombang. Untuk identisifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standar. Perlu juga diketahui bahwa sampel untuk metode ini harus dalam bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi
  • 7. kontaminan akan mengganggu signal kurva yang diperoleh (Underwood, 1986). Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Sastrohamidjojo, 1992). Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan, misalnya dalam penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan pengulangan sebanyak n kali. Ilmu yang mempelajari interaksi radiasi dengan materi sedangkan spektrofotometri adalah pengukuran kuantitatif dari intensitas radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih panjang gelombang dengan suatu transduser (detektor). Spektrofotometri adalah analisis kuantitatif yang paling sering digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik yaitu 10-4 sampai 10-6. Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, ketepatannya cukup tinggi, relatif sederhana, dan murah (Mathias, 2005). Spektrofotometer berkas tunggal biasanya dijalankan secara manual dan dimungkinkan untuk merekam suatu spektrum, sedangkan instrumen berkas rangkap umumnya merupakan perekaman automatik terhadap spektra serapan. Metoda spektrofotometer ini didasarkan atas interaksi antara materi dan larutan standar. Spektrofotometer yang biasanya digunakan dalam analisis adalah jenis spektrofotometer berkas tunggal yaitu spektronik 20 D (Hidayati 2010).
  • 8. III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer spektronik-20, tabung kuvet,labu takar, pipet 10 ml,pipet 5 ml, pipet tetes dan botol semprot. B. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah, larutan baku K2Cr2O7 10-2 M, larutan baku KMnO4 10-3 M, larutan H2SO4 dan akuades, . IV. PROSEDUR A. Keaditifan absorbans larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 1. Disiapkan larutan-larutan KMnO4 10-4 M, K2Cr2O7 5×10-3 M dan larutan campuran KMnO4 dan K2Cr2O7. 2. Diukur absorbans ketiga larutan dengan panjang gelombang 400- 600 nm dengan kenaikan 10 nm. 3. Dibuat grafik hubungan antara panjang gelombang dengan nilai absorbans. 4. Ditentukan panjang gelombang maksimum dimana absorbans bernilai maksimum. B. Nilai K 1. Diencerkan larutan KMnO4 dengan H2SO4 sampai 100 ml dengan konsentrasi 0,25x10-5 M; 0,5x10-5 M; 1x10-5 M; 2x10-5 M; 3x10-5 M. 2. Dengan langkah yang sama, larutan K2Cr2O7 diencerkan dengan akuades sampai 100 ml dengan konsentrasi 0,5x10-4 M; 1x10-4 M; 2x10-4 M; 4x10-4 M; 8x10-4. 3. Diukur masing-masing absorbans larutan pada panjang gelombang maksimum K2Cr2O7 dan panjang gelombang KMnO4 serta sebaliknya.
  • 9. 4. Dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dengan panjang gelombang, sehingga nantinya akan diperoleh empat grafik dan empat nilai K (nilai K sebagai slope). C. Analisis contoh campuran Ditetapkan komposisi campuran yang diberikan dengan jalan mengukur absorbans larutan itu pada panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilaksanakan, yaitu sebagai berikut: Tabel hasil percobaan No. Nama Sampel Panjang gelombang maksimum (λ maks) Konsetrasi (M) Absorbansi (A) 1. K2CrO7 400 nm 0,5.10-4 0,047 1.10-4 0,118 2.10-4 0,107 4.10-4 0,224 8.10-4 0,421 2. Campuran K2CrO7, KMnO4 524 nm - -
  • 10. Grafik 1) Keaditifan absorbansi KMnO4 dan K2Cr2O7 Hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi KMnO4 y = -0.0019x + 1.2389 R² = 0.7636 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 480 500 520 540 560 580 600 620 Panjang gelombang Grafik 1. Hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi KmnO4 Hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi K2Cr2O7 y = -0.0019x + 2.3515 R² = 0.0118 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 100 200 300 400 500 Panjang gelombang Grafik 2. Hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi K2Cr2O7
  • 11. 2) Nilai K Grafik Hubungan antara Konsetrasi dengan Absorbansi KmnO4 pada λmaks KmnO4 = 524 nm y = -0.0278x + 0.3456 R² = 0.0206 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 2.5E-06 5E-06 0.00001 2E-05 3E-05 Grafik 3. Hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi KMnO4 pada λmaks KMnO4 = 524 nm 3 2 1 Grafik Hubungan antara Konsetrasi dengan Absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks K2Cr2O7= 351 nm Grafik 4. Hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks K2Cr2O7 = 351 nm Perhitungan y = ax+b dimana x = k grafik konsetrasi Vs absorbansi KMnO4 pada λmaks KMnO4 = 524 nm y = -0,027x + 0,345 maka K11 = -0,027 Absorbansi Konsentrasi y = 0.5233x - 0.4599 R² = 0.8959 0 5E-05 0.0001 0.0002 0.0004 0.0008 Absorbansi Konsentrasi
  • 12. grafik konsetrasi Vs absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks K2Cr2O7 = 351 nm y = 0,523x - 0,459 maka K12 = 0,523 B. Pembahasan Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui keaditifan dan panjang gelombang larutan KMnO4 dan K2CrO7 dengan spektrofotometer. Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spektrofotometer uv-vis. Spektrofotometri adalah suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator plasma atau kisi difraksi dengan fototube atau foton hampa. Sedangkan alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi suhu dari konsentrasi. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronik, serta sifat-sifat kimia fisiknya dimana detektor yang digunakan secara langsung dapat mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan (ρ) dan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsikan (ℓo), jadi tergamtung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorbsi oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk. Pada titrasi spektrofotometri sinar yang digunakan merupakan suatu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lain, sedangkan dalam kalorimetri. Perbedaan panjang geolmbangnya dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomik. Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan
  • 13. karena digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi salpel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisis. Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya didaerah ultraviolet (200-350 nm) dan sinar tampak (350-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya campak mengakibatkan transisis elektronik, yaitu promosi elektron elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak tergantung pada mudahnya promosi elektron.molekul molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Panjang gelombang maksimum dapat diketahui dengan melihat nilai absorbansi maksimum yang terukur pada spektrofotometer UV-VIS untuk panjang gelombang tertentu. Larutan yang digunakan sebagai larutan standar adalah larutan KMnO4 dan larutan K2Cr2O7. Masing-masing larutan dengan volume tertentu diencerkan hingga menjadi larutan standar dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Untuk larutan KMnO4 diencerkan dengan menambahkan H2SO4. Pengenceran dengan menggunakan H2SO4 adalah untuk memberikan suasana asam pada larutan tersebut sehingga tidak terbentuk zat
  • 14. pengganggu seperti MnO2, sedangkan untuk larutan K2Cr2O7 diencerkan dengan aquades. Larutan standar dibuat dengan maksud untuk membuat kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga nanti akan diperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Kenapa panjang gelombang maksimum yang dipilih, hal ini karena di sekitar panjang gelombang maksimum tersebut, bentuk kurva serapan adalah datar sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik sehingga kesalahan yang ditimbulkan pada panjang gelombang maksimum dapat diperkecil. Larutan KMnO4 dan larutan K2Cr2O7 menghasilkan warna komplementer yang dapat menyerap cahaya. Warna-warna ini ditimbulkan oleh adanya panjang gelombang yang dimiliki larutan tersebut. Setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda dengan interval tertentu. Keaditifan absorbans larutan ini dilakukan dengan mengukur absorbans larutan KMnO4 10-4 M, dan K2Cr2O7 10-3 M dan larutan campuran KMnO4 dan K2Cr2O7 pada panjang gelombang 400-600 nm dengan kenaikan 10 nm, harus disetel sedemikian rupa sehingga transmisi larutan blanko 100% atau absorbansinya 0 dengan mengatur celah-celah keluar monokromator dan kepekaan dari amplifator. Untuk larutan kalium permanganat larutan blanko yang digunakan adalah H2SO4 sedangkan untuk larutan kalium dikromat larutan blanko yang dipakai adalah akuades. Larutan blanko yang digunakan disesuaikan dengan pelarut untuk mengencerkan masing-masing larutan. Setelah didapatkan nilai absorbans dengan panjang gelombang tertentu, maka dibuat grafik hubungan antara panjang gelombang dengan nilai absorbans. Dari grafik tersebut, dapat ditentukan nilai panjang gelombang maksimum dimana absorbansi bernilai maksimum. Pada hasil yang diperoleh, Panjang gelombang maksimum K2Cr2O7 adalah 351 nm dengan absorbansi 2,469. Panjang gelombang
  • 15. maksimum untuk larutan KMnO4 adalah 524 nm dengan absorbansi 0,281. Panjang gelombang maksimum campuran K2Cr2O7 dan KMnO4 adalah 348 nm dengan absorbansi 1,601. Untuk absorbansi pada K2Cr2O7 dengan konsentrasi 0,5x10-4 M; 1x10-4 M; 2x10-4 M; 4x10-4 M; 8x10-4 adalah 0,345; 0,480; 0,791; 1,465; 2,469. Untuk absorbansi pada KMnO4 dengan konsetrasi 0,25.10-5 M; 0,5.10-5M; 1.10-5M; 2.10-5M; 3.10-5 M adalah 0,12; 0,22; 0,79; 0,180; 0,001. Menurut Poornima (2009) panjang gelombang kalium dikromat (K2Cr2O7) adalah 360 nm. Jika dibandingkan dengan hasil percobaan, panjang gelombang K2Cr2O7 mendekati panjang gelombang literatur yaitu 351 nm. Sedangkan menurut Zaafarany (2010) panjang gelombang pada kalium permanganat (KMnO4) adalah 525 nm dari panjang gelombang MnO4 - yang sesuai dengan hukum Lamber Beer. Jika dibandingkan dengan hasil percobaan, panjang gelombang KMnO4 mendekati panjang gelombang literatur yaitu 524 nm. Hubungan Keaditifan absorbansi KMnO4 dan K2Cr2O7 menghasilkan untuk hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi KmnO4 adalah y = -0,001x + 1,238 dengan R2 = 0,763 sedangkan untuk hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi K2Cr2O7 adalah y = -0,001x + 2,351 dengan R2 = 0,011. Hubungan antara konsentrasi Vs absorbansi KMnO4 pada λmaks KMnO4 = 524 nm menghasilkan y = -0,027x + 0,345 dengan K11 = -0,027 sedangkan untuk hubungan konsetrasi Vs absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks K2Cr2O7 = 351 nm menghasilkan y = 0,523x - 0,459 dengan K12 = 0,523.
  • 16. VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah: 1. Panjang gelombang maksimum K2Cr2O7 adalah 351 nm dengan absorbansi 2,469. 2. Panjang gelombang maksimum untuk larutan KMnO4 adalah 524 nm dengan absorbansi 0,281. 3. Panjang gelombang maksimum campuran K2Cr2O7 dan KMnO4 adalah 348 nm dengan absorbansi 1,601. 4. Absorbansi pada K2Cr2O7 dengan konsentrasi 0,5x10-4 M; 1x10-4 M; 2x10-4 M; 4x10-4 M; 8x10-4 adalah 0,345; 0,480; 0,791; 1,465; 2,469. 5. Absorbansi pada KMnO4 dengan konsetrasi 0,25.10-5 M; 0,5.10-5M; 1.10-5M; 2.10-5M; 3.10-5 M adalah 0,12; 0,22; 0,79; 0,180; 0,001. 6. Hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi KmnO4 adalah y = -0,001x + 1,238 dengan R2 = 0,763 7. Hubungan antara panjang gelombang dan absorbansi K2Cr2O7 adalah y = -0,001x + 2,351 dengan R2 = 0,011 8. Pada hubungan antara konsetrasi Vs absorbansi KMnO4 pada λmaks KMnO4 = 524 nm menghasilkan y = -0,027x + 0,345 dengan K11 = - 0,027 9. Pada hubungan antara konsetrasi Vs absorbansi K2Cr2O7 pada λmaks K2Cr2O7 = 351 nm y = 0,523x - 0,459 dengan K12 = 0,523.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Day, R.A. Jr & A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta. Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Gramedia, Jakarta. Hidayati, N. 2010. Penentuan Panjang Gelombang, Kurva Kalibrasi dan Uji Presisi Terhadap Senyawa Kompleks Fe(II)-1,10-Fenantrolin. Mulawarman Scientifie. Vol 9. (2). 111-118. Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta. Mathias, A. 2005. Spektrofotometri. Exacta, Solo. Poornima & R. Rai. 2009. Evaluation of phytonutrients and vitamin contents in a wild yam, Dioscorea belophylla (Prain) Haines. African Journal of Biotechnology Vol. 8 (6). 971-973. Sastrohamidjojo, H. 1992. Spektroskopi Inframerah. Liberty, Yogyakarta. Zaafarany, I.A. 2010. Kinetics and Mechanism of Oxidation of Nicotine by Permanganate Ion in Acid Perchlorate Solutions. International Journal of Chemistry. Vol. 2 (2). 193-200.