SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
Muhammad Joni
Tim Ahli KPAI
www.advokatmuhammadjoni.com
ALASAN JUDICIAL REVIEW
UU ADMINDUK TERHADAP UUD 1945
1
Dokumen kepemilikan benda: “buku hitam” dan STNK
2
Dokumen kepemilikan:SKBG: Surat
Keterangan
Kepemilikan Gedung
Sertifikat Hak atas Tanah:
SHM, SHGB, SHGU, SHPL,
SHP.
3
Anak/orang: Akte kelahiran
4
Dokumen Pencatatan: Anak vs Benda
Anak: (belum aktif) dicacat
Negara, (masih tidak) gratis.
Harta pribadi: Aktif
catat sendiri,
dikenakan biaya.
5
Status Pencatatan: Anak vs Benda
Anak: Otonomisasi
(Pemkab/Pemko)
Tanah: Sentralisasi
(BPN). Mobil/Motor:
Sentralisasi (Polri)
6
Musabab/Kausalnya?
UU Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (UU Adminduk).
Penjelasan Umum UU Nomor 23/2006 (alinea 10,
kalimat 1) berbunyi “Pendaftaran Penduduk pada
dasarnya menganut stelsel aktif bagi Penduduk”.
7
“stelsel aktif bagi Penduduk” merupakan asas yang
membebaskan/menghilangkan kewajiban Negara (state
obligation) sebagai pihak yang bertanggungjawab
menjamin, melindungi dan memenui hak konstitusional
atas identitas.
Termasuk hak atas kewarganegaraan (nationality), nama
(name) dan hubungan kerabat (family relations);
8
Stelsel Aktif pada Penduduk
Penduduk Negara/Pemerintah
9
Aktif melaporkan kelahiran
Aktif menyiapkan dokumen
formal pendukung.
Aktif datang ke Instansi
Catpil.
Aktif mengurus terbitnya
Salinan Akte Kelahiran.
Mengurus “diri” sendiri,
tanpa skim
partisipasi/fasilitasi/bantuan.
 Pasif/diam menerima laporan.
 Pasif mencatatkan.
 Pasif menerima dokumen formal
pendukung.
 Pasif menunggu/tinggal di kantor
Instansi Catpil.
 Pasif terhadap
keluhan/keterbatasan/ke-tdk-
kemampuan Penduduk.
 Mengurus “diri” birokrasi (Catpil)
sendiri.
 Tidak ada kewajiban
bantuan/fasilitasi Catpil.
Stelsel Aktif pada Penduduk Vs
Penduduk rentan Administrasi
10
Pasal 25 UU Adminduk: Hanya kewajiban pendataan
penduduk rentan administrasi (PRA), bukan/beda
dengan pelayanan Catpil.
Tergelincir dengan asas diskriminasi: karena hanya untuk
Penduduk korban bencana alam.
Penduduk korban bencana sosial.
Orang terlantar.
Komunitas terpencil.
Tidak eksplisit bagi warga miskin, dan aneka PMKS lain.
Hasil akhir dari kewajiban pendataan PRA (Pasal 25:1)
hanya “Surat Keterangan Kependudukan” untuk PRA.
Artinya? TIDAK ADA KEWAJIBAN Pemerintah atas
penduduk rentan ataupun PRA atas Catpil.
Stelsel Aktif bagi Penduduk Vs
Penduduk Tidak Mampu
11
 Pasal 26 ayat (1) UU Adminduk: Penduduk tidak mampu mendaftar
sendiri pelaporan Peristiwa Kependudukan, DAPAT dibantu Instansi
Catpil atau minta bantuan orang lain.
 Makna Norma:
 Hanya tidak mampu mendaftar sendiri pelaporan, BUKAN tidak
mampu karena kemiskinan, terisolir, terpencil, bencana, keadaan
darurat, dllsb.
 Kata “dapat” bersifat ambigu, bisa “IYA” bisa “TIDAK”.
 Norma yang inkonsisten/tidak sinkron, dengan Pasal 25 dan 26
UU Adminduk sendiri maupun konsideran dan hak konstitusional
UUD 1945.
 Norma “dapat” ditolak dalam berbagai Jurisprudensi dan pendapat
MK.
Batu Uji UUD 1945
 Hak anak: Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”;
 Hak konstitusional atas kepastian hukum yang adil, Pasal 28D ayat (1)
UUD 1945.
 Hak konstitusional atas status kewarganegaraan Pasal 28D ayat (4) Jo
Pasal 26 ayat (1) UUD 1945.
 Hak konstitusional mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus
Pasal 28H ayat (2) UUD 1945.
 Hak konstitusional untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum
Pasal 28I ayat (1) UUD 1945.
 Hak konstitusional atas kewarganegaraan Pasal 26 ayat (1) UUD 1945
yang menganut dan mengakui stelsel pasif bagi warga negara
Indonesia asli.
 Hak konstitusional atas HAM (perlindungan, pemajuan, penegakan,
pemenuhan) tanggungjwab Negara terutama Pemerintah.
12
Akte Kelahiran dan Kewarganegaraan:
Hak akte kelahiran anak dan pencatatan kelahiran
semenjak dilahirkan, terintegrasi dan satu tarikan
nafas dengan hak atas nama (sebagai hak identitas)
dan hak atas kewarganegaraan, sudah merupakan hak
universal dalam berbagai konvensi HAM internasional
yang utama (major international human rights
instrument).
13
 Pasal 7 ayat (1) KHA: Anak berhak didaftarkan
kelahirannya segera setelah kelahiran (immediately
after birth).
 Pasal 7 ayat (1) KHA: Anak sejak kelahirannya berhak
atas sebuah nama (name), dan sebuah
kewarganegaraan (nationality).
Pasal 8 ayat (1) KHA: Negara peserta menghormati hak-
hak anak mempertahankan identitasnya termasuk
kewarganegaraan (nationality), nama (name) dan
hubungan kerabat (family relation).
14
UU 23/2002: Hak atas Identitas
Pasal 5 UU Nomor 23/2002 menentukan bahwa setiap anak
berhak atas (a) nama, dan (b) kewarganegaraan. Pasal 5
UU Nomor 23/2002 berbunyi “Setiap anak berhak atas suatu
nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan”.
Pasal 27 ayat (2) UU Nomor 23/2002 menentukan bahwa
Hak identitas anak dimaksud adalah akta kelahiran. Pasal 27
ayat (2) UU Nomor 23/2002 yang berbunyi “Identitas
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam akte
kelahiran”;
Pasal 27 ayat (1) UU Nomor 23/2002 menentukan bahwa
identitas anak diberikan sejak kelahirannya.
15
Konstitusi HAM
16
 Apa artinya ratifikasi konvensi HAM bagi Negara Hukum?
UUD 1945 telah meresepsi prinsip-prinsip dasar HAM
sebagai salah satu syarat dari negara hukum, khususnya
prinsip dasar HAM yang terkait dengan hidup dan
kehidupan dan merupakan simbol atau ikhtiar bangsa
Indonesia dalam konteks menjadikan UUD 1945 menjadi
UUD yang makin modern dan makin demokratis;
[Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, hal 144, diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal Majelis
Pemusyawaratan Rakyat, Jakarta, 2005]
Rasional Pencatatan kelahiran segera setelah kelahiran
(immediately after birth):
Pencatatan kelahiran merupakan pengumuman resmi
pertama dari Negara terhadap keberadaan seorang anak
(the State’s first official acknowledgement of the child’s
existence). Suatu pengakuan Negara terhadap tiap-tiap
anak, dan pengakuan status hukum anak (child’s status
under the law).
Pencatatan kelahiran suatu elemen esensial bagi
perencanaan nasional untuk anak.
Pencatatan kelahiran dimaksudkan untuk mengamankan
hak-hak anak.
17
Maksud asli (original intens) dan landasan filosofis
dari UU Adminduk: Stelsel aktif bagi Negara
Konsideran “Menimbang” huruf a UU Nomor 23/2006 dan
Penjelasan Umum alinea pertama UU Nomor 23/2006 yang
berbunyi:
“bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban
memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap
penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami
oleh Penduduk Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
18
Stelsel aktif bagi Penduduk Vs UUD 1945
Asas “stelsel aktif bagi Penduduk” bertentangan
dengan:
 Hak atas tumbuh dan berkembang, dan hak perlindungan anak Pasal 28B
ayat (2) UUD 1945;
 Hak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus Pasal 28H ayat
(2) UUD 1945.
 Hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum Pasal 28I ayat (1)
UUD 1945.
 Hak atas atas kewarganegaraan yang dijamin dalam Pasal 28D ayat (4)
Jo. Pasal 26 ayat (1) UUD 1945);
 Hak atas kepastian hukum yang adil Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.
 Tidak konsisten dengan landasan filosofis UU Adminduk Konsideran
“Menimbang” huruf a, dan Penjelasan Umum (alinea pertama).
19
Inkonsistensi Norma
Konsideran UU
Adminduk
Penjelasan UU
Adminduk
Pasal 3, 4 UU
Adminduk
20
 “bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pada hakikatnya
berkewajiban memberikan
perlindungan dan pengakuan
terhadap penentuan status
pribadi dan status hukum atas
setiap Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting yang dialami oleh
Penduduk Indonesia yang berada di
dalam dan/atau di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Stelsel aktif bagi
Penduduk.
“Pendaftaran Penduduk
pada dasarnya menganut
stelsel aktif bagi
Penduduk”.
Jurisprudensi MK:
21
Berdasarkan jurisprudensi MK bahwa “…Mahkamah
sesuai dengan kewenangan konstitusionalnya , tidak
akan membiarkan adanya norma dalam Undang-
undang yang tidak konsisten dan tidak sesuai
dengan amanat perlindungan konstitusional yang
dikonstruksikan oleh Mahkamah” [vide,
pertimbangan Mahkamah Konstitusi, pada Putusan
Nomor 1/PUU-VIII/2010, hal. 153].
22
Mahkamah Konstitusi sebagai pengawal
konstitusi (guardian of constitution) dan
penafsir konstitusi (the Sole Interpreter of
the Constitution) berwenang melakukan
sinkronisasi norma Undang-undang.
Penduduk 0-4 Tahun Menurut Kepemilikan Akte Kelahiran
Sumber: BPS, Susenas 2011
23
Persentase Penduduk 0-4 Tahun yang Tidak
Memiliki Akte Kelahiran menurut Alasan
Sumber: BPS, Susenas 2011
Tidak tahu kelahiran
harus dicatat, tidak tahu
cara mengurus dan
merasa tidak perlu
24
Alasan Tidak Memiliki Akte Kelahiran
menurut Provinsi
Sumber: BPS, Susenas 2011
25
Fakta Lapangan:
26
Faktanya diakui lebih dari 90% (Sembilan puluh
persen) anak jalanan di Jakarta tidak memiliki akta
kelahiran. Jumlah ini berdasarkan data dari
Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Pra dan Paska UU Adminduk: Tak ada kemajuan
Pra UU Adminduk Paska UU Adminduk
27
anak-anak Usia 0-4
Tahun yang Memiliki
Akta Kelahiran
menurut Provinsi
(Sensus BPS, 2005)
sebanyak 42,82%.
data Penduduk 0-4
Tahun Menurut
Kepemilikan Akte
Kelahiran, (sumber
BPS, Susenas 2011)
sebanyak 59%.
28
Hak atas kewarganegaraan yang tidak terlepas dan
satu kesatuan dengan hak atas identitas termasuk
hak atas akte kelahiran, sehingga bersesuaian
dengan Pasal 28D ayat (4) Jo Pasal 26 ayat (1) UUD
1945
Ancaman Catpil: Clear and Present
29
Ancaman kegagalan Negara melakukan pencatatan kelahiran
anak terbukti dan telah diakui dengan:
Pengakuan Pemerintah cq Menteri Dalam Negeri RI, yang
dibuktikan dengan diterbitkannya Surat Edaran Surat Menteri
Dalam Negeri RI No. 472.11/3444/SJ tanggal 13 September
2011, yang pada pokoknya menentukan bahwa “anak-anak
yang lahir setelah UU No 23/2006 dan belum mengurus akte
kelahiran dapat dilayani dan diterbitkan akte kelahirannya
tanpa penetapan pengadilan”.
Pengakuan Mahkamah Agung dengan diterbitkannya Surat
Edaran Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pedoman Penetapan
Pencatatan Kelahiran Yang Melampaui Batas Waktu Satu
Tahun Secara Kolektif, tertanggal 6 September 2012.
30
SE Mendagri menegasikan UU Adminduk.
UU Adminduk tidak efektif karena inkonsisten
dengan UUD 1945.
UU Adminduk gagal sebagai sarana
perekayasaan sosial pencatatan kelahiran.
SE Mendagri wujud dan bukti kegagalan Stelsel
aktif bagi Penduduk.
Akte kelahiran dan Kewarganegaraan: hak konstitusional
tak terpisahkan
31
Akte kelahiran dan Kewarganegaraan: Hak Identitas.
Asas kewajiban negara mencatatkan kelahiran dan akte
kelahiran dapat ditemukan apabila menelaah Pasal 26
ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Yang menjadi warga
negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara”.
32
Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 menganut dan mengakui
stelsel pasif bagi warga negara Indonesia asli, yang
jelas tertuang dalam frasa “Yang menjadi warga
negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli”
dalam Pasal 26 ayat (1) UUD 1945.
Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 menganut dan
mengakui stelsel aktif dalam hal pewarganegaraan
(naturalisasi) bagi warga negara asing, yang jelas
tertuang dalam frasa “orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara” dalam Pasal 26 ayat (1) UUD 1945.
Kewarganegaraan Otomatis=Stelsel Pasif
33
Pasal 26 ayat (1) UUD 1945, frasa “orang-
orang bangsa Indonesia asli”, mengandung
makna bahwa Pasal 26 ayat (1) UUD 1945
menganut asas “Kewarganegaraan
Otomatis”, yakni seseorang menjadi
warga Negara Indonesia dengan
sendirinya secara otomatis.
34
Orang yang menjadi WNI secara otomatis
dibedakan dalam 2 (dua):
(1) Kewarganegaan Otomatis karena sudah memiliki status
WNI. Dirumuskan dalam norma Pasal 4 butir a UU
Kewarganegaraan.
(2) Kewarganegaraan Otomatis karena kelahiran.
Dirumuskan dalam norma Pasal 4 butir b sampai dengan m,
dan Pasal 5 UU Kewarganegaraan.
[vide, Moh. Mahfud MD, “Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu”, Rajawali
Pers, Jakarta, 2010, hal.236].
35
Pencatatan kelahiran dan Akte kelahiran (yang
terintegrasi dengan hak kewarganegaraan sebagai hak
identitas) jika mengacu kepada UUD 1945, jelas
menganut asas “stelsel aktif pada Negara” .
Pasal 26 ayat (1) Jo. Pasal 28D ayat (4) UUD 1945, dan
karenanya tidak beralasan jika UU Adminduk menganut
asas “stelsel aktif bagi Penduduk”.
Batas 60 hari: Norma UU Adminduk
36
Pasal 27 ayat 1 UU Adminduk berbunyi “Setiap kelahiran
wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana
di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60
(enam puluh) hari sejak kelahiran”.
Tidak jelas apa rasio legisnya?
ada disparitas dalam masyarakat Indonesia (geografis,
ekonomi, informasi), sehingga mengakibatkan akses
berbeda bagi masyarakat.
Biaya dokumen pendukung mahal.
Norma batas waktu 60 hari: Penduduk kalah dari
Negara
Negara, memiliki:
Penduduk (tidak
mampu)
37
Kekuasaan.
Wewenang.
Anggaran/keuangan
negara.
Aparatur.
Sistem dan birokrasi.
Tidak ada norma “wajib”
membantu penduduk
tidak mampu.
 Tanpa kekuasaan dan
wewenang.
 Tak mampu membayar biaya
dokumen formal.
 Tak ada bantuan, fasilitasi dan
partisipasi.
 Tak ada
pendukung/pendamping sosial.
 Dalam keadaan tertentu
terisolir, terpencil, pulau terluar,
akses jauh/sulit.
 Pemerintah/Instansi Catpil
hanya “dapat” membantu.
Bukan “wajib” membantu.
Norma batas waktu 1 tahun
38
Pasal 32 ayat (1) UU Adminduk berbunyi “Pelaporan
kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari
sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran,
pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan
persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat.”
Pasal 32 ayat 2 UU Adminduk berbunyi “Pencatatan
kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
berdasarkan penetapan pengadilan negeri”
39
Tidak jelas apa rasio legisnya?
Ada disparitas dalam masyarakat Indonesia (geografis,
ekonomi, informasi), sehingga mengakibatkan akses
berbeda bagi masyarakat.
Biaya dokumen pendukung mahal.
Instansi Pencatatan Sipil: hanya di Kabupaten/Kota.
Norma batas waktu s.d 1 tahun: Penduduk kalah
dari Negara
Negara, memiliki:
Penduduk (tidak
mampu)
40
Kekuasaan.
Wewenang.
Anggaran/keuangan
negara.
Aparatur.
Sistem dan birokrasi.
 Tanpa kekuasaan dan
wewenang.
 Tak mampu membayar biaya
dokumen formal.
 Tak ada
pendukung/pendamping
sosial.
 Dalam keadaan tertentu
terisolir, terpencil, pulau
terluar, akses jauh/sulit.
41
Ketentuan tersebut makin mengancam pemenuhan hak
konstitusional anak atas akte kelahiran, karena:
Pengadilan tidak domein urusan Catpil.
Tidak bebas biaya, justru biaya mahal.
Prosedur dan acara yang tidak sederhana.
Norma yang berorientasi kepastian hukum (lewat
Penetapan PN), namun menimbulkan kepastian hukum
yang tidak adil.
Norma Denda: Hak konstitusi dikenakan denda?
42
Pasal 90 ayat (1) UU Nomor 23/2006 yang berbunyi
“Setiap penduduk dikenai sanksi administrasi berupa
denda apabila melampaui batas waktu pelaporan
peristiwa penting dalam hal …”.
 Denda adalah bentuk hukuman administrasi, yang
membedakannya dengan hukuman pokok (pidana).
 Hukuman, pada hakikatnya ancaman atas perbuatan salah.
 Tidak melaksanakan atau lalai melaksanakan hak atas pencatatan
kelahiran bukan kualifikasi kesalahan.
 Tidak dapat dijalankan, namun membebani penduduk.
43
 “Ancaman sanksi” merupakan bentuk pengalihan keasalahan
tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat, akibat absennya
peran pemerintah untuk pemenuhan HAM sesuai Pasal 28I ayat (4)
UUD 1945 “Perlindungan, pemajuan, penegakan,dan pemenuhan
Hak Asasi Manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah”.
 “AncamanSanksi” merupakan bentuk kriminalisasi, yang tidak logis
karena Negara/Pemerintah justru “tidak berbuat sesuatu” karena
adanya kesenjangan masyarakat atas akses pelayanan, geografis
sulit terjangkau, kemiskinan ekonomi, sehingga terhalang
memperoleh hak akte kelahiran.
44
Perbuat yang dipidana, atau kriminalisasi adalah
karena adanya Kesalahan.
Dengan dalil hak konstitusional atas akte kelahiran
dalam UUD 1945, tidak ada Kesalahan (pebuatan
terlarang) dalam hal anak/penduduk belum
memperoleh akte kelahiran.
Justru kegagalan Pemerintah melaksanakan HAM
(pasal 28I ayat 1 UUD 1945) dan hak konstitusional
atas akte kelahiran.
Oleh karena itu: TIDAK ADA ALASAN norma
ancaman sanksi dalam UU Pasal 90 ayat (1)
Adminduk.
Batas waktu dan sanksi Vs Konstitusi
45
Norma batasan waktu (60 hari, 60 hari s.d 1 tahun;
lewat 1 tahun) dan Norma Sanksi Denda) dalam UU
Adminduk, TIDAK DAPAT diberlakukan kepada
Penduduk, karena:
Norma UU Adminduk, Pemerintah bertindak Pasif.
Norma Pasal 25 dan 26 UU Adminduk, Pemerintah
tidak dikenakan Kewajiban membantu, memfasilitasi
dan melayani Penduduk dalam Catpil.
Tidak adil atau Kepastian hukum yang tidak adil
(melanggar Pasal 28D ayat 1 UUD 1945) , jika UU
Adminduk menormakan “batas waktu” dan “sanksi
denda” atas lewat batas waktu.
Semangat: menuju “Catpil Baru”.
46
 Seperti memantikkan api di tengah angin ribut dan
badai salju, begitulah ibarat menghidupkan stelsel
aktif Pemerintah di tengah hukum yang disorientasi
konstitusi.
 Syukurlah kita disemangi oleh Rumi: “Hingga setiap
kali angin mengguncang dahan, (ia) berkenan
menjatuhkan buah di atas orang itu dan
(memberinya) bekal perjalanan”.
 Ihtiar apapun tak melulu menciptakan hasil,
kerapkali hanya menciptakan SEBAB yang membuat
maju dan mengubah keadaan.
MUHAMMAD JONI SH,MH
www.advokatmuhammadjoni.com
Advokat/Managing Partner Law Office Joni & Tanamas
Ketua Perhimpunan Advokasi Anak Indonesia
Tim Ahli KPAI
47

More Related Content

What's hot

Hubungan negara dengan warga negara
Hubungan negara dengan warga negaraHubungan negara dengan warga negara
Hubungan negara dengan warga negaraDAYURIKA
 
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikUU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikMohammad Bagus Sasmita
 
Salinan perpres nomor 75 tahun 2020
Salinan perpres nomor 75 tahun 2020Salinan perpres nomor 75 tahun 2020
Salinan perpres nomor 75 tahun 2020Agaton Kenshanahan
 
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 HumasRudenimKupang
 
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anakperda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anakfionarazqa
 
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial M Ungang
 
Perda kota surabaya no. 2 tahun 2012 idn journal
Perda kota surabaya no. 2 tahun 2012 idn journalPerda kota surabaya no. 2 tahun 2012 idn journal
Perda kota surabaya no. 2 tahun 2012 idn journalIdnJournal
 
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosialUndang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosialYusbaimbang Bilabora
 
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSNUndang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSNNur Fadillah
 
7 perda 2015 ttg penyelenggaraan administrasi kependudukan
7 perda 2015 ttg penyelenggaraan administrasi kependudukan7 perda 2015 ttg penyelenggaraan administrasi kependudukan
7 perda 2015 ttg penyelenggaraan administrasi kependudukanfionarazqa
 
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan PublikSuprijanto Rijadi
 

What's hot (18)

E ktp
E ktpE ktp
E ktp
 
Bpjs
BpjsBpjs
Bpjs
 
Hubungan negara dengan warga negara
Hubungan negara dengan warga negaraHubungan negara dengan warga negara
Hubungan negara dengan warga negara
 
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan PublikUU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
UU No 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
 
Salinan perpres nomor 75 tahun 2020
Salinan perpres nomor 75 tahun 2020Salinan perpres nomor 75 tahun 2020
Salinan perpres nomor 75 tahun 2020
 
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
 
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anakperda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
perda nomor 8 tahun 2014 ttg penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak
 
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
 
Perda kota surabaya no. 2 tahun 2012 idn journal
Perda kota surabaya no. 2 tahun 2012 idn journalPerda kota surabaya no. 2 tahun 2012 idn journal
Perda kota surabaya no. 2 tahun 2012 idn journal
 
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosialUndang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
Undang undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial
 
Perpres Nomor 125 Tahun 2016
Perpres Nomor 125 Tahun 2016Perpres Nomor 125 Tahun 2016
Perpres Nomor 125 Tahun 2016
 
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSNUndang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
Undang_undang no 40 tahun 2004 tentang SJSN
 
7 perda 2015 ttg penyelenggaraan administrasi kependudukan
7 perda 2015 ttg penyelenggaraan administrasi kependudukan7 perda 2015 ttg penyelenggaraan administrasi kependudukan
7 perda 2015 ttg penyelenggaraan administrasi kependudukan
 
Undang Undang 23 tahun 2006
Undang Undang 23 tahun 2006Undang Undang 23 tahun 2006
Undang Undang 23 tahun 2006
 
PP nomor 31 tahun 2013
PP nomor 31 tahun 2013PP nomor 31 tahun 2013
PP nomor 31 tahun 2013
 
UU Kesos No 11 2009
UU Kesos No 11 2009UU Kesos No 11 2009
UU Kesos No 11 2009
 
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
19493400 Uu Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
 
S.k. 5
S.k. 5S.k. 5
S.k. 5
 

Viewers also liked

Viewers also liked (8)

Akibat hukum pertalian persusuan
Akibat hukum pertalian persusuanAkibat hukum pertalian persusuan
Akibat hukum pertalian persusuan
 
Ranking 500 mayores empresas fortuna - 1209
Ranking 500 mayores empresas   fortuna - 1209Ranking 500 mayores empresas   fortuna - 1209
Ranking 500 mayores empresas fortuna - 1209
 
Perkawinan yang tidak dicatatkan
Perkawinan yang tidak dicatatkanPerkawinan yang tidak dicatatkan
Perkawinan yang tidak dicatatkan
 
Games&plays
Games&playsGames&plays
Games&plays
 
Analisa hukum kritis ayat lantai rumah
Analisa hukum kritis  ayat lantai rumahAnalisa hukum kritis  ayat lantai rumah
Analisa hukum kritis ayat lantai rumah
 
Implikasi hukum pelarangan total iklan, promosi dan sponsorship rokok
Implikasi hukum pelarangan total iklan, promosi dan sponsorship rokokImplikasi hukum pelarangan total iklan, promosi dan sponsorship rokok
Implikasi hukum pelarangan total iklan, promosi dan sponsorship rokok
 
Efektifitas penerapan hukum dalam masyarakat
Efektifitas penerapan hukum dalam masyarakatEfektifitas penerapan hukum dalam masyarakat
Efektifitas penerapan hukum dalam masyarakat
 
Premio Odebrecht - Recopilación de los mejores proyectos 2015
Premio Odebrecht - Recopilación de los mejores proyectos 2015Premio Odebrecht - Recopilación de los mejores proyectos 2015
Premio Odebrecht - Recopilación de los mejores proyectos 2015
 

Similar to Kpai urgensi judicial review uu adminduk terhadap uud 1945-final version

Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945
Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945
Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945Davis Lesmana
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraWarnet Raha
 
Tugas p kn kelompok 7 copy
Tugas p kn kelompok 7   copyTugas p kn kelompok 7   copy
Tugas p kn kelompok 7 copylalapow
 
Tugas p kn kelompok 7 copy
Tugas p kn kelompok 7   copyTugas p kn kelompok 7   copy
Tugas p kn kelompok 7 copylalapow
 
7. hak dan kewajiban warga negara
7. hak dan kewajiban warga negara7. hak dan kewajiban warga negara
7. hak dan kewajiban warga negarayahya57
 
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).docMateri+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).docIntanaisasalsabilaHz
 
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).docMateri+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).docIntanaisasalsabilaHz
 
Rule Of Law dan Hak Asasi Manusia
Rule Of Law dan Hak Asasi ManusiaRule Of Law dan Hak Asasi Manusia
Rule Of Law dan Hak Asasi ManusiaRapiika
 
Hak dan kewajiban WNI
Hak dan kewajiban WNIHak dan kewajiban WNI
Hak dan kewajiban WNIIbel007
 
Kwn bab iii
Kwn bab iiiKwn bab iii
Kwn bab iii07051994
 
Persamaan kedudukan warga negara dalam segala kehidupan
Persamaan kedudukan warga negara  dalam segala kehidupanPersamaan kedudukan warga negara  dalam segala kehidupan
Persamaan kedudukan warga negara dalam segala kehidupanYeni Sujarnoko
 
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.pptx
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.pptxkasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.pptx
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.pptxdiahrizky10
 

Similar to Kpai urgensi judicial review uu adminduk terhadap uud 1945-final version (20)

Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945
Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945
Pendidikan Kewarganegaraan : Kedudukan penduduk dan wni menurut uud 1945
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
 
Pkn hak_dan_kewajiban_negara
Pkn  hak_dan_kewajiban_negaraPkn  hak_dan_kewajiban_negara
Pkn hak_dan_kewajiban_negara
 
Tugas p kn kelompok 7 copy
Tugas p kn kelompok 7   copyTugas p kn kelompok 7   copy
Tugas p kn kelompok 7 copy
 
Tugas p kn kelompok 7 copy
Tugas p kn kelompok 7   copyTugas p kn kelompok 7   copy
Tugas p kn kelompok 7 copy
 
Kelompok 5.pptx
Kelompok 5.pptxKelompok 5.pptx
Kelompok 5.pptx
 
Hak & kewajiban warga negara
Hak & kewajiban warga negaraHak & kewajiban warga negara
Hak & kewajiban warga negara
 
7. hak dan kewajiban warga negara
7. hak dan kewajiban warga negara7. hak dan kewajiban warga negara
7. hak dan kewajiban warga negara
 
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).docMateri+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
 
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).docMateri+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
Materi+4+-+Hak+dan+Kewajiban+Warga+Negara(1).doc
 
Sistem Pemerintahan
Sistem PemerintahanSistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan
 
1
11
1
 
Makalah 10
Makalah 10Makalah 10
Makalah 10
 
Rule Of Law dan Hak Asasi Manusia
Rule Of Law dan Hak Asasi ManusiaRule Of Law dan Hak Asasi Manusia
Rule Of Law dan Hak Asasi Manusia
 
Hak dan kewajiban WNI
Hak dan kewajiban WNIHak dan kewajiban WNI
Hak dan kewajiban WNI
 
Kwn bab iii
Kwn bab iiiKwn bab iii
Kwn bab iii
 
Persamaan kedudukan warga negara dalam segala kehidupan
Persamaan kedudukan warga negara  dalam segala kehidupanPersamaan kedudukan warga negara  dalam segala kehidupan
Persamaan kedudukan warga negara dalam segala kehidupan
 
Makalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negaraMakalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negara
 
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.pptx
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.pptxkasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.pptx
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.pptx
 
4.. hak & kewajiban wn
4.. hak & kewajiban wn4.. hak & kewajiban wn
4.. hak & kewajiban wn
 

Kpai urgensi judicial review uu adminduk terhadap uud 1945-final version

  • 1. Muhammad Joni Tim Ahli KPAI www.advokatmuhammadjoni.com ALASAN JUDICIAL REVIEW UU ADMINDUK TERHADAP UUD 1945 1
  • 2. Dokumen kepemilikan benda: “buku hitam” dan STNK 2
  • 3. Dokumen kepemilikan:SKBG: Surat Keterangan Kepemilikan Gedung Sertifikat Hak atas Tanah: SHM, SHGB, SHGU, SHPL, SHP. 3
  • 5. Dokumen Pencatatan: Anak vs Benda Anak: (belum aktif) dicacat Negara, (masih tidak) gratis. Harta pribadi: Aktif catat sendiri, dikenakan biaya. 5
  • 6. Status Pencatatan: Anak vs Benda Anak: Otonomisasi (Pemkab/Pemko) Tanah: Sentralisasi (BPN). Mobil/Motor: Sentralisasi (Polri) 6
  • 7. Musabab/Kausalnya? UU Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (UU Adminduk). Penjelasan Umum UU Nomor 23/2006 (alinea 10, kalimat 1) berbunyi “Pendaftaran Penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif bagi Penduduk”. 7
  • 8. “stelsel aktif bagi Penduduk” merupakan asas yang membebaskan/menghilangkan kewajiban Negara (state obligation) sebagai pihak yang bertanggungjawab menjamin, melindungi dan memenui hak konstitusional atas identitas. Termasuk hak atas kewarganegaraan (nationality), nama (name) dan hubungan kerabat (family relations); 8
  • 9. Stelsel Aktif pada Penduduk Penduduk Negara/Pemerintah 9 Aktif melaporkan kelahiran Aktif menyiapkan dokumen formal pendukung. Aktif datang ke Instansi Catpil. Aktif mengurus terbitnya Salinan Akte Kelahiran. Mengurus “diri” sendiri, tanpa skim partisipasi/fasilitasi/bantuan.  Pasif/diam menerima laporan.  Pasif mencatatkan.  Pasif menerima dokumen formal pendukung.  Pasif menunggu/tinggal di kantor Instansi Catpil.  Pasif terhadap keluhan/keterbatasan/ke-tdk- kemampuan Penduduk.  Mengurus “diri” birokrasi (Catpil) sendiri.  Tidak ada kewajiban bantuan/fasilitasi Catpil.
  • 10. Stelsel Aktif pada Penduduk Vs Penduduk rentan Administrasi 10 Pasal 25 UU Adminduk: Hanya kewajiban pendataan penduduk rentan administrasi (PRA), bukan/beda dengan pelayanan Catpil. Tergelincir dengan asas diskriminasi: karena hanya untuk Penduduk korban bencana alam. Penduduk korban bencana sosial. Orang terlantar. Komunitas terpencil. Tidak eksplisit bagi warga miskin, dan aneka PMKS lain. Hasil akhir dari kewajiban pendataan PRA (Pasal 25:1) hanya “Surat Keterangan Kependudukan” untuk PRA. Artinya? TIDAK ADA KEWAJIBAN Pemerintah atas penduduk rentan ataupun PRA atas Catpil.
  • 11. Stelsel Aktif bagi Penduduk Vs Penduduk Tidak Mampu 11  Pasal 26 ayat (1) UU Adminduk: Penduduk tidak mampu mendaftar sendiri pelaporan Peristiwa Kependudukan, DAPAT dibantu Instansi Catpil atau minta bantuan orang lain.  Makna Norma:  Hanya tidak mampu mendaftar sendiri pelaporan, BUKAN tidak mampu karena kemiskinan, terisolir, terpencil, bencana, keadaan darurat, dllsb.  Kata “dapat” bersifat ambigu, bisa “IYA” bisa “TIDAK”.  Norma yang inkonsisten/tidak sinkron, dengan Pasal 25 dan 26 UU Adminduk sendiri maupun konsideran dan hak konstitusional UUD 1945.  Norma “dapat” ditolak dalam berbagai Jurisprudensi dan pendapat MK.
  • 12. Batu Uji UUD 1945  Hak anak: Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”;  Hak konstitusional atas kepastian hukum yang adil, Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.  Hak konstitusional atas status kewarganegaraan Pasal 28D ayat (4) Jo Pasal 26 ayat (1) UUD 1945.  Hak konstitusional mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus Pasal 28H ayat (2) UUD 1945.  Hak konstitusional untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum Pasal 28I ayat (1) UUD 1945.  Hak konstitusional atas kewarganegaraan Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 yang menganut dan mengakui stelsel pasif bagi warga negara Indonesia asli.  Hak konstitusional atas HAM (perlindungan, pemajuan, penegakan, pemenuhan) tanggungjwab Negara terutama Pemerintah. 12
  • 13. Akte Kelahiran dan Kewarganegaraan: Hak akte kelahiran anak dan pencatatan kelahiran semenjak dilahirkan, terintegrasi dan satu tarikan nafas dengan hak atas nama (sebagai hak identitas) dan hak atas kewarganegaraan, sudah merupakan hak universal dalam berbagai konvensi HAM internasional yang utama (major international human rights instrument). 13
  • 14.  Pasal 7 ayat (1) KHA: Anak berhak didaftarkan kelahirannya segera setelah kelahiran (immediately after birth).  Pasal 7 ayat (1) KHA: Anak sejak kelahirannya berhak atas sebuah nama (name), dan sebuah kewarganegaraan (nationality). Pasal 8 ayat (1) KHA: Negara peserta menghormati hak- hak anak mempertahankan identitasnya termasuk kewarganegaraan (nationality), nama (name) dan hubungan kerabat (family relation). 14
  • 15. UU 23/2002: Hak atas Identitas Pasal 5 UU Nomor 23/2002 menentukan bahwa setiap anak berhak atas (a) nama, dan (b) kewarganegaraan. Pasal 5 UU Nomor 23/2002 berbunyi “Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan”. Pasal 27 ayat (2) UU Nomor 23/2002 menentukan bahwa Hak identitas anak dimaksud adalah akta kelahiran. Pasal 27 ayat (2) UU Nomor 23/2002 yang berbunyi “Identitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam akte kelahiran”; Pasal 27 ayat (1) UU Nomor 23/2002 menentukan bahwa identitas anak diberikan sejak kelahirannya. 15
  • 16. Konstitusi HAM 16  Apa artinya ratifikasi konvensi HAM bagi Negara Hukum? UUD 1945 telah meresepsi prinsip-prinsip dasar HAM sebagai salah satu syarat dari negara hukum, khususnya prinsip dasar HAM yang terkait dengan hidup dan kehidupan dan merupakan simbol atau ikhtiar bangsa Indonesia dalam konteks menjadikan UUD 1945 menjadi UUD yang makin modern dan makin demokratis; [Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal 144, diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal Majelis Pemusyawaratan Rakyat, Jakarta, 2005]
  • 17. Rasional Pencatatan kelahiran segera setelah kelahiran (immediately after birth): Pencatatan kelahiran merupakan pengumuman resmi pertama dari Negara terhadap keberadaan seorang anak (the State’s first official acknowledgement of the child’s existence). Suatu pengakuan Negara terhadap tiap-tiap anak, dan pengakuan status hukum anak (child’s status under the law). Pencatatan kelahiran suatu elemen esensial bagi perencanaan nasional untuk anak. Pencatatan kelahiran dimaksudkan untuk mengamankan hak-hak anak. 17
  • 18. Maksud asli (original intens) dan landasan filosofis dari UU Adminduk: Stelsel aktif bagi Negara Konsideran “Menimbang” huruf a UU Nomor 23/2006 dan Penjelasan Umum alinea pertama UU Nomor 23/2006 yang berbunyi: “bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”. 18
  • 19. Stelsel aktif bagi Penduduk Vs UUD 1945 Asas “stelsel aktif bagi Penduduk” bertentangan dengan:  Hak atas tumbuh dan berkembang, dan hak perlindungan anak Pasal 28B ayat (2) UUD 1945;  Hak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus Pasal 28H ayat (2) UUD 1945.  Hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum Pasal 28I ayat (1) UUD 1945.  Hak atas atas kewarganegaraan yang dijamin dalam Pasal 28D ayat (4) Jo. Pasal 26 ayat (1) UUD 1945);  Hak atas kepastian hukum yang adil Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.  Tidak konsisten dengan landasan filosofis UU Adminduk Konsideran “Menimbang” huruf a, dan Penjelasan Umum (alinea pertama). 19
  • 20. Inkonsistensi Norma Konsideran UU Adminduk Penjelasan UU Adminduk Pasal 3, 4 UU Adminduk 20  “bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Stelsel aktif bagi Penduduk. “Pendaftaran Penduduk pada dasarnya menganut stelsel aktif bagi Penduduk”.
  • 21. Jurisprudensi MK: 21 Berdasarkan jurisprudensi MK bahwa “…Mahkamah sesuai dengan kewenangan konstitusionalnya , tidak akan membiarkan adanya norma dalam Undang- undang yang tidak konsisten dan tidak sesuai dengan amanat perlindungan konstitusional yang dikonstruksikan oleh Mahkamah” [vide, pertimbangan Mahkamah Konstitusi, pada Putusan Nomor 1/PUU-VIII/2010, hal. 153].
  • 22. 22 Mahkamah Konstitusi sebagai pengawal konstitusi (guardian of constitution) dan penafsir konstitusi (the Sole Interpreter of the Constitution) berwenang melakukan sinkronisasi norma Undang-undang.
  • 23. Penduduk 0-4 Tahun Menurut Kepemilikan Akte Kelahiran Sumber: BPS, Susenas 2011 23
  • 24. Persentase Penduduk 0-4 Tahun yang Tidak Memiliki Akte Kelahiran menurut Alasan Sumber: BPS, Susenas 2011 Tidak tahu kelahiran harus dicatat, tidak tahu cara mengurus dan merasa tidak perlu 24
  • 25. Alasan Tidak Memiliki Akte Kelahiran menurut Provinsi Sumber: BPS, Susenas 2011 25
  • 26. Fakta Lapangan: 26 Faktanya diakui lebih dari 90% (Sembilan puluh persen) anak jalanan di Jakarta tidak memiliki akta kelahiran. Jumlah ini berdasarkan data dari Kementerian Sosial Republik Indonesia.
  • 27. Pra dan Paska UU Adminduk: Tak ada kemajuan Pra UU Adminduk Paska UU Adminduk 27 anak-anak Usia 0-4 Tahun yang Memiliki Akta Kelahiran menurut Provinsi (Sensus BPS, 2005) sebanyak 42,82%. data Penduduk 0-4 Tahun Menurut Kepemilikan Akte Kelahiran, (sumber BPS, Susenas 2011) sebanyak 59%.
  • 28. 28 Hak atas kewarganegaraan yang tidak terlepas dan satu kesatuan dengan hak atas identitas termasuk hak atas akte kelahiran, sehingga bersesuaian dengan Pasal 28D ayat (4) Jo Pasal 26 ayat (1) UUD 1945
  • 29. Ancaman Catpil: Clear and Present 29 Ancaman kegagalan Negara melakukan pencatatan kelahiran anak terbukti dan telah diakui dengan: Pengakuan Pemerintah cq Menteri Dalam Negeri RI, yang dibuktikan dengan diterbitkannya Surat Edaran Surat Menteri Dalam Negeri RI No. 472.11/3444/SJ tanggal 13 September 2011, yang pada pokoknya menentukan bahwa “anak-anak yang lahir setelah UU No 23/2006 dan belum mengurus akte kelahiran dapat dilayani dan diterbitkan akte kelahirannya tanpa penetapan pengadilan”. Pengakuan Mahkamah Agung dengan diterbitkannya Surat Edaran Nomor 06 Tahun 2012 tentang Pedoman Penetapan Pencatatan Kelahiran Yang Melampaui Batas Waktu Satu Tahun Secara Kolektif, tertanggal 6 September 2012.
  • 30. 30 SE Mendagri menegasikan UU Adminduk. UU Adminduk tidak efektif karena inkonsisten dengan UUD 1945. UU Adminduk gagal sebagai sarana perekayasaan sosial pencatatan kelahiran. SE Mendagri wujud dan bukti kegagalan Stelsel aktif bagi Penduduk.
  • 31. Akte kelahiran dan Kewarganegaraan: hak konstitusional tak terpisahkan 31 Akte kelahiran dan Kewarganegaraan: Hak Identitas. Asas kewajiban negara mencatatkan kelahiran dan akte kelahiran dapat ditemukan apabila menelaah Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang- undang sebagai warga negara”.
  • 32. 32 Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 menganut dan mengakui stelsel pasif bagi warga negara Indonesia asli, yang jelas tertuang dalam frasa “Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli” dalam Pasal 26 ayat (1) UUD 1945. Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 menganut dan mengakui stelsel aktif dalam hal pewarganegaraan (naturalisasi) bagi warga negara asing, yang jelas tertuang dalam frasa “orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara” dalam Pasal 26 ayat (1) UUD 1945.
  • 33. Kewarganegaraan Otomatis=Stelsel Pasif 33 Pasal 26 ayat (1) UUD 1945, frasa “orang- orang bangsa Indonesia asli”, mengandung makna bahwa Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 menganut asas “Kewarganegaraan Otomatis”, yakni seseorang menjadi warga Negara Indonesia dengan sendirinya secara otomatis.
  • 34. 34 Orang yang menjadi WNI secara otomatis dibedakan dalam 2 (dua): (1) Kewarganegaan Otomatis karena sudah memiliki status WNI. Dirumuskan dalam norma Pasal 4 butir a UU Kewarganegaraan. (2) Kewarganegaraan Otomatis karena kelahiran. Dirumuskan dalam norma Pasal 4 butir b sampai dengan m, dan Pasal 5 UU Kewarganegaraan. [vide, Moh. Mahfud MD, “Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu”, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal.236].
  • 35. 35 Pencatatan kelahiran dan Akte kelahiran (yang terintegrasi dengan hak kewarganegaraan sebagai hak identitas) jika mengacu kepada UUD 1945, jelas menganut asas “stelsel aktif pada Negara” . Pasal 26 ayat (1) Jo. Pasal 28D ayat (4) UUD 1945, dan karenanya tidak beralasan jika UU Adminduk menganut asas “stelsel aktif bagi Penduduk”.
  • 36. Batas 60 hari: Norma UU Adminduk 36 Pasal 27 ayat 1 UU Adminduk berbunyi “Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran”. Tidak jelas apa rasio legisnya? ada disparitas dalam masyarakat Indonesia (geografis, ekonomi, informasi), sehingga mengakibatkan akses berbeda bagi masyarakat. Biaya dokumen pendukung mahal.
  • 37. Norma batas waktu 60 hari: Penduduk kalah dari Negara Negara, memiliki: Penduduk (tidak mampu) 37 Kekuasaan. Wewenang. Anggaran/keuangan negara. Aparatur. Sistem dan birokrasi. Tidak ada norma “wajib” membantu penduduk tidak mampu.  Tanpa kekuasaan dan wewenang.  Tak mampu membayar biaya dokumen formal.  Tak ada bantuan, fasilitasi dan partisipasi.  Tak ada pendukung/pendamping sosial.  Dalam keadaan tertentu terisolir, terpencil, pulau terluar, akses jauh/sulit.  Pemerintah/Instansi Catpil hanya “dapat” membantu. Bukan “wajib” membantu.
  • 38. Norma batas waktu 1 tahun 38 Pasal 32 ayat (1) UU Adminduk berbunyi “Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) yang melampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu) tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatan dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Kepala Instansi Pelaksana setempat.” Pasal 32 ayat 2 UU Adminduk berbunyi “Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri”
  • 39. 39 Tidak jelas apa rasio legisnya? Ada disparitas dalam masyarakat Indonesia (geografis, ekonomi, informasi), sehingga mengakibatkan akses berbeda bagi masyarakat. Biaya dokumen pendukung mahal. Instansi Pencatatan Sipil: hanya di Kabupaten/Kota.
  • 40. Norma batas waktu s.d 1 tahun: Penduduk kalah dari Negara Negara, memiliki: Penduduk (tidak mampu) 40 Kekuasaan. Wewenang. Anggaran/keuangan negara. Aparatur. Sistem dan birokrasi.  Tanpa kekuasaan dan wewenang.  Tak mampu membayar biaya dokumen formal.  Tak ada pendukung/pendamping sosial.  Dalam keadaan tertentu terisolir, terpencil, pulau terluar, akses jauh/sulit.
  • 41. 41 Ketentuan tersebut makin mengancam pemenuhan hak konstitusional anak atas akte kelahiran, karena: Pengadilan tidak domein urusan Catpil. Tidak bebas biaya, justru biaya mahal. Prosedur dan acara yang tidak sederhana. Norma yang berorientasi kepastian hukum (lewat Penetapan PN), namun menimbulkan kepastian hukum yang tidak adil.
  • 42. Norma Denda: Hak konstitusi dikenakan denda? 42 Pasal 90 ayat (1) UU Nomor 23/2006 yang berbunyi “Setiap penduduk dikenai sanksi administrasi berupa denda apabila melampaui batas waktu pelaporan peristiwa penting dalam hal …”.  Denda adalah bentuk hukuman administrasi, yang membedakannya dengan hukuman pokok (pidana).  Hukuman, pada hakikatnya ancaman atas perbuatan salah.  Tidak melaksanakan atau lalai melaksanakan hak atas pencatatan kelahiran bukan kualifikasi kesalahan.  Tidak dapat dijalankan, namun membebani penduduk.
  • 43. 43  “Ancaman sanksi” merupakan bentuk pengalihan keasalahan tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat, akibat absennya peran pemerintah untuk pemenuhan HAM sesuai Pasal 28I ayat (4) UUD 1945 “Perlindungan, pemajuan, penegakan,dan pemenuhan Hak Asasi Manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah”.  “AncamanSanksi” merupakan bentuk kriminalisasi, yang tidak logis karena Negara/Pemerintah justru “tidak berbuat sesuatu” karena adanya kesenjangan masyarakat atas akses pelayanan, geografis sulit terjangkau, kemiskinan ekonomi, sehingga terhalang memperoleh hak akte kelahiran.
  • 44. 44 Perbuat yang dipidana, atau kriminalisasi adalah karena adanya Kesalahan. Dengan dalil hak konstitusional atas akte kelahiran dalam UUD 1945, tidak ada Kesalahan (pebuatan terlarang) dalam hal anak/penduduk belum memperoleh akte kelahiran. Justru kegagalan Pemerintah melaksanakan HAM (pasal 28I ayat 1 UUD 1945) dan hak konstitusional atas akte kelahiran. Oleh karena itu: TIDAK ADA ALASAN norma ancaman sanksi dalam UU Pasal 90 ayat (1) Adminduk.
  • 45. Batas waktu dan sanksi Vs Konstitusi 45 Norma batasan waktu (60 hari, 60 hari s.d 1 tahun; lewat 1 tahun) dan Norma Sanksi Denda) dalam UU Adminduk, TIDAK DAPAT diberlakukan kepada Penduduk, karena: Norma UU Adminduk, Pemerintah bertindak Pasif. Norma Pasal 25 dan 26 UU Adminduk, Pemerintah tidak dikenakan Kewajiban membantu, memfasilitasi dan melayani Penduduk dalam Catpil. Tidak adil atau Kepastian hukum yang tidak adil (melanggar Pasal 28D ayat 1 UUD 1945) , jika UU Adminduk menormakan “batas waktu” dan “sanksi denda” atas lewat batas waktu.
  • 46. Semangat: menuju “Catpil Baru”. 46  Seperti memantikkan api di tengah angin ribut dan badai salju, begitulah ibarat menghidupkan stelsel aktif Pemerintah di tengah hukum yang disorientasi konstitusi.  Syukurlah kita disemangi oleh Rumi: “Hingga setiap kali angin mengguncang dahan, (ia) berkenan menjatuhkan buah di atas orang itu dan (memberinya) bekal perjalanan”.  Ihtiar apapun tak melulu menciptakan hasil, kerapkali hanya menciptakan SEBAB yang membuat maju dan mengubah keadaan.
  • 47. MUHAMMAD JONI SH,MH www.advokatmuhammadjoni.com Advokat/Managing Partner Law Office Joni & Tanamas Ketua Perhimpunan Advokasi Anak Indonesia Tim Ahli KPAI 47