1. MENULIS ARTIKEL
(Tips-tips menemukan ide)
1. Pendahuluan
Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Itu sebabnya, jika Anda tertarik untuk
terjun ke dunia kepenulisan, syarat utamanya adalah harus merajinkan dan membiasakan diri
untuk membaca. Membaca apa saja yang bisa dibaca. Insya Allah, dengan banyak membaca
akan sangat menumpuk ide yang bisa dijadikan sebagai bahan tulisan. Khusus dalam
pembahasan ini (dan yang paling sering ditulis) adalah menulis artikel.
Menulis atau mengarang barangkali merupakan pelajaran yang paling membosankan
bagi para pelajar. Pernahkan kita berfikir bahwa pekerjaan mengarang, menulis merupakan
pekerjaan yang sebetulnya paling menyenangkan di dunia ini? Bayangkan, berbeda dengan
pekerjaan lainnya yang harus datang ke kantor tepat waktu; pulang kadang malam hari;
kekurangan waktu untuk keluarga karena harus pergi bekerja; persaingan yang ketat dan
membuat kita stress sukur-sukur tidak jantungan. Dalam dunia menulis, mengarang ternyata
kejadian-kejadian di atas tidak terjadi. Bahkan yang membuat dunia ini menjadi lebih ceria
lagi adalah tidak adanya (sangat kurang) persaingan dalam pekerjaan sebagai penulis.
Asiknya menulis, sebagian besar waktu kerja anda dapat dilakukan di rumah, atau jika
anda memiliki laptop dapat dilakukan dimana saja. Artinya, waktu untuk keluarga praktis
menjadi lebih banyak, hampir setiap hari jika anda menghendaki dapat hidup bersama
keluarga anda di rumah. Hidupkah anda dari menulis saja? Insya Allah anda akan hidup –
bayangkan satu tulisan kadang di hargai Rp. 250.000 s/d Rp. 1 juta untuk panjang 6000-15000
huruf yang dapat dilakukan dalam waktu sekitar 2 jam saja. Rasanya membutuhkan waktu
kerja satu bulan bagi sarjana yang baru lulus untuk memperoleh uang sebanyak itu, belum lagi
biaya transportasi yang demikian tinggi. Jika anda sanggup menulis buku agak lumayan
hasilnya sekitar Rp. 3-4 juta / buku (untuk 10000 eksemplar). Setelah ini, kapan kita akan
memulai menulis?
2. Format PenulisanArtikel:
1. Artikel diketik pada kertas kuarto (8.5” x 11”) atau A4
2. Judul artikel dan identitas penulis (nama dan alamat email, dan/atau alamat surat) ditulis
di bagian paling atas. Identitaspenulisdicantumkan di bawahjudulartikel
3. Panjangartikeltidaklebihdari 7.000 kata diketikberspasi2 (dua)
4. Jenishuruf Times New Roman 12
5. Marjin atas, bawah, kiri dan kanan lebih kurang 1 inci
6. Kutipan, gambar atau rujukan harus menyebutkan sumber dan tahun. Format sumber
kutipan atau rujukan: Nama Penulis, Tahun, halaman yang dikutip – jika buku. Cara
penulisan nama penulis yang karyanya dikutip konsisten dengan cara penulisan nama di
daftar rujukan.
7. Nama penulis dari Indonesia tidak perlu dibalik. Contoh: Indra Bastian, 2006, hal. 90.
8. Minimal 80% darirujukan yang digunakanberasaldarisumber yang up to
date.Mencantumkannomoruruthalaman di bagianbawah
9. Melampirkan CV penulis di lembar terpisah. CV memuat: alamat rumah dan institusi,
nomor telpon yang dapat dihubungi dan nomor telpon institusi, riwayat pendidikan,
beberapa judul karya ilmiah dan/atau penelitian terbaru, bidang keahlian/bidang minat
penelitian, serta pengalaman kerja dan organisasi.
1
2. 3. Menulis Artikel Koran
Menulis artikel di koran itu gampang-gampang sulit. Seseorang yang mempunyai
keinginan kuat untuk mempublikasikan tulisannya di koran biasanya melalui proses yang
tidak pendek. Berbagai proses dilalui untuk kemudian berhasil menembus media tertentu.
Jadilah ia seorang penulis lepas. Seorang penulis lepas, ketika menulis sebuah artikel di
koran, ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh;
1. Publisitas: Anda akan bisa mempublikasikan tulisan kepada publik, artinya karya ini
menjadi sebuah kontribusi berharga dalam sepanjang sejarah bagi
kehidupan penulis.
2. Kredibilitas : Anda akan memperoleh kepercayaan (kredibilitas) dari segi otoritas
pengetahuan, akan mendapatkan predikat sebagai seorang intelektual atau
pakar. Lebih-lebih jika fokus untuk menulis bidang tertentu
3. Penghasilan : Anda akan mendapatkan pendapatan finansial (honor) dari artikel yang
dimuat pada sebuah koran tertentu.
Untuk bisa menulis artikel di koran, ada beberapapengetahuan dasar yang perlu diperhatikan;
1. Aktualitas : Artikel di koran biasanya memuat tulisan-tulisan yang membahas
fenomena yang sedang hangat dibicarakan publik (aktual).
2. Tema : Sebaiknya sesuai dengan latar belakang pendidikan. Ini akan memperoleh
otoritas keilmiahan tertentu. Seorang sarjana kesehatan masyarakar, tentu
punya otoritas yang lebih untuk menulis soal kesehatan daripada sarjana
politik.
3. Minat : Jika anda tidak suka menulis sesuai latarbelakang pendidikan, menulis saja
hal-hal yang menjadi fokus perhatian dan konsistenlah dengan minat yang
menjadi perhatian tersebut.
4. Kliping : Ini penting sebagai sarana pendukung aktualitas, semisal hasil survei, data
hasil penelitian dll. Jika teks book memiliki keunggulan sebagai basis teori
dan pemikiran tokoh, maka kliping sebagai data pendukung aktualitas.
5. Strategi : Artikel ditulis mengikuti perkembangan wacana yang ada. Jika momentum
hari ibu, tepat kiranya ketika menulis soal perempuan. Atau mulailah dari
media kecil ke media besar.
4. Teknik Penulisan
1. Tentukan gagasan pokok : Terkait dengan gagasan dasar dan sikap politik terhadap sebuah
masalah
2. Membuat Sub judul : Untuk memudahkan pembaca memahami tulisan anda.
3. Merumuskan model tulisan : Misalnya P-D-K (Pendapat-Dukungan-Kesimpulan) atau
model P-S-P (Pendapat-Sanggahan-Pendirian).
4. Mulai menuliskan dengan freewriting, menulislah jangan pernah berhenti.
5. Editing : Memperbaiki tatabahasa, pemilihan kata, kesesuaian kaitan antar kalimat dsb.
5. Teknik Pengiriman
1. Dikirim melalui email lebih baik (murah, cepat).
2. Dibagian awal dibuat pengantar tulisan kepada redaktur.
3. Menyertakan nama terang, alamat jelas, telepon yang bisa dihubungi dan tak lupa nomor
rekening.
2
3. 6. Menulis Artikel Popoler
1) Menulis dan Mengarang
Ada suatu pandangan tradisional yang menyebutkan bahwa menulis dan
mengarang adalah dua kegiatan yang berbeda, meski sama-sama berkenaan
dengan aspek kebahasaan. Kegiatan menulis sering diasosiasikan dengan ilmu
yang sifatnya faktual, sedangkan kegiatan mengarang selalu diasosiasikan dengan
karya sastra yang fiksional (Kamandobat 2007). Dengan kata lain, kegiatan
menulis mutlak membutuhkan studi ilmiah, sedangkan kegiatan mengarang tidak.
2) Menulis Artikel
Ada sejumlah pengertian mengenai artikel. Berikut beberapa di antaranya.
Artikel merupakan karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai di majalah,
surat kabar, dan sebagainya (KBBI 2002: 66).Artikel adalah sebuah karangan
prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan,
atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas (Tartono 2005: 84).
Artikel sendiri bisa berarti karya tulis seperti berita atau esai. Esai adalah
karangan prosa (bukan menggunakan kaidah puisi) yang membahas suatu masalah
secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Itu sebabnya, artikel di
media massa itu bertaburan data-data teknis, tapi lebih ke arah pemaparan sepintas
lalu dan itu murni pendapat pribadi penulisnya setelah membaca pendapat lain dari
begitu banyak karya yang telah dibacanya.
Artikel merupakan:
a) karya tulis atau karangan;
b) karangan nonfiksi;
c) karangan yang tak tentu panjangnya;
d) karangan yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur;
e) sarana penyampaiannya adalah surat kabar, majalah, dan sebagainya;
wujud karangan berupa berita atau "karkhas" (Pranata 2002: 120).
3) Menulis Secara Ilmiah Populer
Pada dasarnya, ada beberapa jenis model penulisan artikel. Model-model tersebut
bisa dikelompokkan kepada tingkat kerumitannya. Model yang paling mudah ialah
model penulisan populer. Tulisan populer biasanya tulisan ringan yang tidak
"njelimet" dan bersifat hiburan. Termasuklah di dalamnya gosip. Selain itu, bahasa
yang digunakan juga cenderung bebas.
Model yang paling sulit ialah penulisan ilmiah. Model ini mensyaratkan
objektivitas dan kedalaman pembahasan, dukungan informasi yang relevan, dan
biasa diharapkan menjelaskan "mengapa" atau "bagaimana" suatu perkara itu
terjadi, tanpa pandang bulu dan eksak (Soeseno 1982: 2). Dari aspek bahasa, tentu
saja tulisan ilmiah mensyaratkan bahasa yang baku.
Meski demikian, ada satu model penulisan yang berada di tengah-tengahnya.
Model tersebut dikenal dengan penulisan ilmiah populer dan merupakan
perpaduan penulisan populer dan ilmiah. Istilah ini mengacu pada tulisan yang
3
4. bersifat ilmiah, namun disajikan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti
(Soeseno 1982: 1; Eneste 2005: 171).
4) Jenis-jenis Artikel
Ada beberapa jenis artikel berdasarkan dari siapa yang menulis dan fungsi atau
kepentingannya (Tartono 2005: 85-86). Berdasarkan penulisnya, ada artikel
redaksi dan artikel umum. Artikel redaksi ialah tulisan yang digarap oleh redaksi
di bawah tema tertentu yang menjadi isi penerbitan. Sedangkan artikel umum
merupakan tulisan yang ditulis oleh umum (bukan redaksi).
Sedangkan dari segi fungsi atau kepentingannya, ada artikel khusus dan artikel
sponsor. Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi. Sedangkan artikel
sponsor ialah artikel yang membahas atau memperkenalkan sesuatu.
Selain pembagian di atas artikel dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Eksploratif, adalah artikel yang mengungkapkan fakta-fakta berdasarkan kajian
penulis artikel. Artikel ini lebih tepat untuk mengungkapkan penemuan-penemuan
baru.
2. Eksplanatif, artinya menerangkan. Artikel ini biasanya berisi menerangkan
sesuatu untuk dipahami pembaca
3. Deskriptif, adalah artikel yang menggambarkan permasalahan yang terjadi di
masyarakat sehingga dapat mengetahui apa sebenarnya yang terjadi.
4. Predikatif, adalah artikel yang berisi perhitungan atau ramalan yang akan terjadi
berdasarkan perhitungan penulis.
5. Prespektif, adalah artikel yang memberikan tuntunan kepada pembaca untuk
melakukan sesuatu sehingga tidak mengalami kekeliruan atau kesalahan.
7. Aspek Bahasa Dalam Artikel
Melihat target pembacanya yang adalah khalayak umum, kita perlu mencermati
bahasa yang kita gunakan dalam menulis artikel ilmiah populer ini. Meskipun bersifat ilmiah
(karena memakai metode ilmiah), bukan berarti tulisan yang kita hasilkan ditujukan untuk
kalangan akademisi. Sebaliknya, artikel ilmiah populer ditujukan kepada para pembaca
umum.
Mengingat kondisi tersebut, kita perlu membedakan antara kosakata ilmiah dan
kosakata populer. Kata-kata populer merupakan kata-kata yang selalu akan dipakai dalam
komunikasi sehari-hari, baik antara mereka yang berada di lapisan atas maupun di lapisan
bawah, demikian sebaliknya. Sedangkan kata-kata yang biasa dipakai oleh kaum terpelajar,
terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, diskusi-diskusi khusus
disebut kata-kata ilmiah (Keraf 2004: 105-106).
Agar artikel lebih berkualitas, Penulis hendaknya menggunakan bahasa yang baik dan
benar.Mustakim (1994: 21-22) mengatakanbahwa yang dimaksudbahasa Indonesia yang
baikdanbenaradalahbahasa Indonesia yang
penggunaannyasesuaidengansituasidansekaligussesuaidengankaidah yang berlaku.
Atasdasarkonseptersebutdapatdiperolehsuatukejelasanbahwa yang dimaksudbahasa Indonesia
yang baikbelumtentumerupakanbahasa Indonesia yang benar, sebaliknyabahasa Indonesia
yang benarbelumtentumerupakanbahasa Indonesia yang baik.
4
5. Sementara itu, kebakuan bahasa juga perlu diperhatikan. Bahasa baku adalah variasi
bahasa yang menjadi dasar penulisan media massa dan buku-buku. Bahasa baku memiliki
kaidah-kaidah paling lengkap yang diperikan jika dibandingkan variasi bahasa lain. Bahasa
baku dijadikan tolok ukur bagi pemakaian bahasa yang benar.
Ekowardono (1995: 20-21) mengatakanbahwabenartidaknyakalimattidaksemata-
mataditentukanolehkesesuaiannyadengankaidah,
tetapijugaolehketernalaranyaataukelogisanapa yang dinyatakannya.
Padatatarankalimattidakmungkinuntukmenganggapbenarkalimat yang
gagasannyatidakbernalarmeskipunkalimatitumemenuhisyarattatabahasa.
Badudu (1985:18) mendefinisikan bahasa baku sebagai bahasa yang tunduk pada
ketetapan yang telah dibuat dan disepakati bersama mengenai ejaan, tatabahasa, kosakata, dan
istilah. Sementara itu Sabaruddin (1979:54) berpendapat bahwa bahasa standar atau bahasa
baku adalah bahasa yang penggunaannya memenuhi syarat-syarat kebahasaan, keselarasan
logika, dan keselarasan etika.
Artikel memiliki bagian-bagian atau sistematika sebagai berikut;
1. Judul atau Fokus adalah hal yang menjadi perhatian utama dalam penulisan artikel.
2. Leader, merupakan kutipan yang menjadi pengantar sebuah artikel. Bagian ini tidak sesalu
ada dalam artikel.
3. Latar, adalah hal, masalah, atau peristiwa yang mendasari tulisan artikel.
4. Angle, merupakan sudut pandang penulis dalam menyoroti masalah yang dibicarakan.
5. Simpulan, biasanya berisi himbauan, ajakan, refleksi atau intisari yang disampaikan.
8. Tips Sederhana Menyusun Artikel
1. Memilih topik
Memilih topik sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Hanya saja, bagi penulis pemula
memilih topik sama beratnya dengan membuat judul atau isi tulisan. Padahal, tema
atau topik yang bisa diangkat menjadi tulisan begitu banyak dan mudah kita dapatkan
2. Membuat kerangka tulisan
Ada baiknya memang membuat kerangka tulisan. Istilah kerangka tulisan sering
disebut membuat outline. Alasannya, kerangka tulisan berguna untuk membatasi apa
yang harus kita tulis
3. Menabung kosa kata
Untuk menjadi penulis, bolehlah kita mencoba untuk menabung kosa kata.
Mengumpulkan setiap hari lima saja
4. Buatlah judul yang menarik
Pembaca akan mudah tertarik untuk membaca sebuah tulisan, jika judulnya juga
menarik. Anggap saja judul itu sebagai pancingan. Itu sebabnya, membuat judul perlu
‘keterampilan’ khusus
5. Pastikan membuat subjudul
Subjudul amat menolong kita untuk menggolongkan dan membatasi pembahasan
dalam sebuah tulisan jenis artikel dan berita
6. Lead menggoda
Lead, alias teras berita adalah sebuah tulisan pembuka yang menjadi titik penting bagi
pembaca. Lead yang menarik, sangat boleh jadi akan merangsang pembaca untuk terus
membaca isi berita atau artikel yang kita buat.
5
6. Berikut ini contoh artikel
MELATIH ANAK MENJAGA GIGISEJAKUSIA DINI
Anak adalah pribadi yang unik, ia bukanlah seorang dewasa yang bertubuh kecil.
Namun ia adalah sosok pribadi yang berada dalam masa pertumbuhan baik secara fisik,
mental dan intelektual. Mereka mengalami berbagai fase dalam perkembangannya, di mana
pada usia 2 sampai 5 tahun merupakan fase yang paling aktif, terutama pada perkembangan
otak anak, oleh karena itu periode tersebut dikenal sebagai masa keemasan anak atau golden
age.
Dalam memberikan pendidikan kesehatan fisik pada anak seringkali orangtua dan guru hanya
membatasi pada kesehatan tubuh saja. Pendidikan kesehatan gigi (Dental Health Education)
seringkali menjadi topik yang kurang mendapat perhatian baik di rumah maupun sekolah.
Ada beberapa alasan mengapa seringkali orangtua kurang memperhatikan kebersihan
dan kesehatan gigi anak. Alasan yang paling banyak ditemukan adalah masih banyak orangtua
yang beranggapan bahwa gigi pada anak adalah gigi susu, jadi tidak usah dirawat karena nanti
juga akan berganti dengan gigi tetap. Padahal sebenarnya justru pada masa gigi susu itulah
anak harus mulai dajarkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan giginya. Karena alasan
berikut:
1. Pada masa gigi susu, sedang terjadi pembentukan gigi tetap di dalam tulang. Sehingga
jika ada kerusakan gigi susu yang parah dapat mengganggu proses pembentukan gigi
tetapnya. Hal ini dapat mengakibatkan gigi tetapnya tumbuh dengan tidak normal.
2. Mulut adalah pintu utama masuknya makanan ke dalam perut. Mulut adalah lokasi
pertama yang dilalui makanan dalam proses pencernaan. Jika terjadi gangguan pada
mulut maka akan mengganggu kelancaran proses pencernaan.
3. Infeksi yang terjadi pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan organ di dalam
tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal, dll. Karena infeksi dalam mulut dapat menyebar
ke dalam organ-organ tersebut yang disebut dengan fokal infeksi.
4. Infeksi gigi dan mulut yang diderita anak akan membuat anak menjadi malas beraktivitas
dan akan mengganggu proses belajar mereka.
Melihat alasan-alasan tersebut, maka saat ini beberapa sekolah tertentu gencar
memberikan pendidikan kesehatan gigi bagi siswa mereka. Bahkan ada sekolah yang
menjadikan pendidikan kesehatan gigi bersama dengan pendidikan kesehatan umum sebagai
bagian dari kurikulum sekolah.
Bagi para orangtua di rumah pendidikan kesehatan gigi sudah harus dimulai sejak gigi
pertama ada dalam mulut anak. Bagaimana caranya? Yaitu dengan selalu membersihkan gigi
anak setiap selesai minum susu atau selesai makan. Tidak perlu menggunakan sikat gigi,
namun bisa dilakukan dengan menggunakan kain kasa lembut yang dibasahi dengan air
hangat. Sepertinya hanya sebuah perlakuan yang biasa saja, namun sesungguhnya hal itu
memberikan sebuah pengalaman baru yang luar biasa pada anak. Ketika ibu membersihkan
gigi dengan kain lembut yang dibasahi air hangat, anak merasa bahwa kegiatan membersihkan
gigi adalah kegiatan yang menyenangkan dan itu akan terekam dalam memori anak.
Dampaknya, ketika anak akan diperkenalkan dengan sikat gigi pada usia 1 tahun tidak akan
ada lagi keluhan anak tidak mau menyikat gigi karena takut melihat sikat gigi yang akan
dimasukkan dalam mulut mereka.Ketika anak berusia dua tahun, jumlah gigi dalam mulut
sudah lengkap dua puluh buah. Mulailah anak diajarkan menyikat gigi sendiri dan orangtua
tetap mengawasi. Saat mereka sudah bisa berkumur, boleh ditambah dengan pasta gigi.
6
7. Ajaklah anak untuk biasa mengkonsumsi sayur atau buah dan kontrol makanan manis yang
mereka konsumsi. Bukan tidak boleh anak memakan makanan yang manis karena itu
makanan kesukaan mereka. Hanya orangtua perlu mengontrol banyaknya atau macam dari
makanan manis yang mereka makan.
Usia dua tahun merupakan usia yang pas bagi anak untuk belajar mengenal dokter
gigi. Ajaklah anak ke klinik gigi untuk memeriksa gigi mereka walaupun belum ada keluhan.
Karena bisa saja sudah terjadi lubang kecil pada gigi anak yang tidak dirasakan mereka
namun sudah harus dilakukan penanganan oleh dokter gigi.
Jadikanlah pendidikan kesehatan gigi sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan
bagi anak. Karena dengan demikian kita sebagai orangtua tidak akan berteriak-teriak lagi
menyuruh anak menyikat gigi saat mandi pagi dan Insya Allah kita tidak akan mengalami
bangun tengah malam karena anak menangis karena giginya sakit. Dan yang lebih penting
lagi proses tumbuh kembang anak tidak terganggu akibat anak sakit gigi.
7
8. Menulis Buku
(Langkah-langkah penulisan)
Langkah-langkah menulis buku, untuk memulai menulis sebuah buku, minimal ada tiga
langkah yang harus dilakukan: (1). mencari ide, (2)mengumpulkan bahan, (3) menuliskan
1 Mencari Ide
“Ilham datang dari kerja setiap hari” (Charles Pierre Baudelaire, PenyairPerancis)
Penerbitbuku yang selektifbiasanyamencariidebuku yang inovatif, bukanide yang
sama denganbuku yang sejenis. Banyakpengarangbuku yang menawarkannaskahbuku yang
notabenetidakjauhbedapenyajiannyadenganbukusejenis yang sudahada.
Bukusemacaminibiasanyatidakdiminatipenerbit. Tema bukuboleh sama tetapi cara penyajian,
kedalaman, dan sudutpandangnyaharusberbedadenganbukulain yang sejenis.
Buku yang pastisudah bisa ditulisadalahbuku yang berkaitandenganbidang yang
ditekuninya. Alasannya, tema itulah yang dikuasainyadenganbaikruanglingkupnya,
aspekteknis dan praktisnya, pengembangannya, referensipendukung, dan
pengalamanmenggunakannya
Eksplorasi tema yang akan diangkat. Biasanya kita harus ‘hunting’ fenomena yang
sedang hangat dibicarakan. Atau, bisa juga tema ‘abadi’ seperti masalah cinta. Tapi, kita coba
bahas dari sudut pandang lain. Meski nilainya Islam, tetapi ‘rasanya’ khas: bahasa, metode
penyampaian, segmentasi pembaca, dan solusi praktis/sistemik.
Setelah tema buku ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan garis
besar (outline) isi buku. Bagi penulis yang akan menulis buku ajar, silabus mata kuliah dapat
dijadikan panduan untuk menentukan outline buku
Tips dalam menemukan ide:
1. Ide buku lahir dari pekerjaan sehari-hari
2. Tulislah buku yang berbeda dari sudah pernah ada. Hal ini akan memudahkan jalan untuk
disetujui Penerbit.
3. Guru memiliki peluang besar untuk menulis buku sesuai bidang yang dikuasainya.
Banyak tema yang bisa diangkat menjadi buku. Mata pelajaran yang diampu adalah yang
paling mudah dijadikan tema buku. Sebaiknya tidak menulis buku untuk mata kuliah
yang tidak diajar, karena mungkin tidak terlalu menguasai dan tidak memahami
perkembangan ilmunya.
4. Buatlah garis besar (outline) isi buku terlebih dahulu. Silabus mata pelaran, pemetakan,
dan SAP dapat dijadkan acuan untuk membuat garis besar. Dalam membuat garis besar,
pembagian setiap sub-bab pada setiap bab harus merata. Jangan sampai ada ada bab yang
terlalu banyak mengandung sub-bab tetapi ada pula yang tidak mengandung sub-bab.
2 Mengumpulkan bahan
Setelah kita menetapkan tema buku dan garis besar isi buku, maka langkah selanjutnya
adalah mengumpulkan referensi untuk tulisan. Untuk buku ajar, referensi utamanya adalah
buku-buku teks dari luar atau dari dalam negeri sendiri. Selain itu, bahan-bahan dari Internet,
hasil-hasil penelitian, dan jurnal ilmiah juga dapat digunakan. Prinsipnya, semakin banyak
literatur maka kualitas buku semakin baik karena pembahasannya lebih komprehensif. Hasil-
hasil penelitian di dalam negeri seharusnya lebih banyak diacu karena kita membuat buku teks
Indonesia.
8
9. Kita juga perlu memperhatikan tahun penerbitan literatur. Literatur yang tahun
terbitnya sudah lama menunjukkan minimnya usaha penulis untuk mencari perkembangan
ilmu mutakhir. Pengecualian pada literatur klasik yang masih tetap dipakai hingga saat ini.
Tips mengumpulkan bahan
1. Kumpulkan semua literatur referensi yang terkait dengan tema buku yang akan dibuat.
2. Semakin banyak referensi semakin bagus karena menunjukkan penulis membaca banyak
sumber untuk penulisan.
3. Referensi dengan tahun terbit terbaru lebih diutamakan karena referensi terbaru
memperlihatkan perkembangan ilmu.
3 Menuliskan
Inilah inti dari pekerjaan membuat buku. Tidak ada aturan mulai dari bab mana kita
mulai menulis. Tulislah mulai dari bab yang mudah terlebih dahulu atau dari bab yang kita
sukai. Jadi, kita tidak harus memulai dari Bab 1, Bab 2, dan seterusnya. Kita bisa saja
memulai menulis dari Bab 6, lalu Bab 8, kemudian mundur lagi ke Bab 2. Tujuannya adalah
untuk menumbuhkan semangat menulis, sebab kalau kita mengerjakan apa yang kita sukai
maka biasanya lebih bersemangat. Pengalaman penulis dalam menyusun buku, penulis tidak
selalu memulai dari Bab 1, tetapi dari Bab yang sudah paling dikuasai dan paling disenangi
terlebih dahulu.
Dalam menulis isi setiap bab kita berpatokan pada garis besar bab yang sudah kita
buat. Seperti halnya menulis bab, kita pun dapat menulis sub-bab yang kita sukai dan kuasai
terlebih dahulu.
Bagi orang yang belum terbiasa menulis buku, isi setiap sub-bab mungkin ditulis
dalam beberapa kali iterasi. Dimulai dari iterasi pertama yang hanya berisi point-point pokok
setiap sub-bab. Dosen yang membuat materi dengan Power Point biasanya sudah memiliki
point-point materi kuliah, nah ini bisa dianggap sebagai iterasi pertama. Pada iterasi kedua,
point-point tadi dikembangkan menjadi sebuah kalimat lengkap atau menjadi sebuah paragraf.
Iterasi ketiga adalah langkah penghalusan, yaitu kita memperbaiki dan menambah kalimat
penjelasan (termasuk contoh bila perlu) sehingga pembaca dapat memahami pesan kita
dengan baik. Jumlah iterasi tidak dibatasi, kita dapat menambahkan langkah iterasi lagi
sampai menurut kita paragraf-paragraf yang kita tulis sudah baik.
Selama penulisan, update data terbaru tetap dilakukan. Supaya terasa hangat terus. Itu
dilakukan sampai editing akhir. Boleh jadi fakta-fakta terbaru akan menggeser data yang
sudah kita buat. Tak masalah, selama memang itu memiliki nilai jual tinggi sebagai sebuah
ide.
Jangan lupa, tentukan deadline penulisan. Sebab kalau tidak akan mengurangi
motivasipenulisan. Bukankah kita perlu target dan itu harus terukur?. 3 bulan adalah patokan
standar kami untuk buku nonfiksi. Bahkan ditulis bersama tim lebihcepat lagi. Karena kadang
muncul ide-ide segar dari teman nulis kita. Meski tentunya bukan berarti menulis sendiri tidak
bagus, semua bergantung kepada kreativitas penulisnya.
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan buku adalah:
1. Penggunaan bahasa Indonesia yang tertib, baik, dan benar.
2. Penggunaan istilah asing masih terlalu banyak dan kurang taat asas.
9
10. 3. Bila diperlukan, ada glossary untuk istilah penting, baik berupa padanan atau lebih baik
lagi definisinya.
4. Sebuah gambar dapat mengungkapkan lebih dari 1000 kata.
5. Buku ajar sebaiknya dilengkapi dengan pertanyaan dan cara pemecahan soal.
6. Dalam bagian Prakata perlu dituliskan mengapa buku ditulis dan siapa khalayak
pengguna buku.
Tips menuliskan buku:
1. Penulisan buku boleh dari bab mana saja lebih dahulu, dari bab yang termudah, atau bab
yang paling dikuasai.
2. Menentukan sub bab harus tepat hingga pesan yang ingin disampaikan lebih mudah
dipahami oleh pembaca. Kalau perlu mintalah beberapa teman membacanya dan memberi
komentar apakah tulisan anda bisa dipahami.
3. Perhatikan tata-bahasa Indonesia, penggunaan istilah asing, diksi, penggunaan ilustrasi,
contoh soal dan pembahasan.
4. Penerbitan
Setelah naskah buku selesai ditulis, maka langkah terakhir adalah penerbitan buku.
Baik penulis maupun penerbit keduanya saling membutuhkan. Penerbit memerlukan naskah
buku baru agar perusahaanya tetap eksis, sedangkan penulis membutuhkan penerbit agar
bukunya bisa sampai ke tangan pembaca. Antara penulis dan penerbit terjadi simbiosis
mutualisma yang saling membutuhkan.
Ada dua cara yang biasadilakukandalampenerbitanbuku. Pertama, penerbit yang
menawarkankepada anda untukmenulisbuku ajar tentangtopik X ataumemintaapakah anda
mempunyainaskah yang siapditerbitkan. Jikainikasusnya, maka anda
tidaksusahpayahlagimencaripenerbit. Penulis-penulis yang
sudahdikenalbiasanyalebihmudahmenerbitkanbukunyaketimbangpenulispemula.
Kedua, anda yang menawarkannaskahbukukepenerbit. Biasanya cara ini ditempuh
oleh penulis pemula dan tidak dikenal. Penerbit punya hitung-hitungan sendiri apakah naskah
buku anda diterima atau tidak. Penerbit biasanya berhati-hati dalam menerbitkan buku sebab
biaya penerbitan buku dananya tidak sedikit. Penerbit berhitung-hitung berapa banyak pangsa
pasar buku anda, apakah buku anda cepat laku atau malah bertahun-tahun baru habis terjual
atau jeblok di pasaran.
Mengenai pembayaran, ada dua sistem pembayaran. Pertama sistem putus, artinya
naskah buku anda dibeli oleh penerbit. Keuntungannya, jika buku anda tidak laku, anda sudah
dapat bayaran yang besar, sementara penerbit merugi. Kerugiannya, jika buku anda laku dan
dicetak ulang, anda tidak mendapat reward lagi setiap kali cetak ulang buku.
Kedua, sistem royalti. Penulis buku memperoleh royalti sebesar 10% hingga 15% dari
harga jual buku dikali dengan jumlah buku yang terjual. Penulis pemula biasanya memperoleh
royalti 10%, sedangkan penulis terkenalbisa memperoleh hingga 15% atau lebih tergantung
negosisasi. Misalnya harga satu buku Rp 40.000 dan dalam satu periode terjual 1000
eksemplar, maka penulis buku pemula memperoleh royalti sebesar 10% x Rp 40.000 x 1000 =
Rp 4.000.000. Penulis akan memperoleh royalti lagi setiap kali buku dicetak ulang. Cara
kedua ini sama-sama menguntungkan bagi penerbit dan penulis.
Umumnya penulis buku memilih cara kedua ini.
Memang, menulis buku tidak menjamin menjadi kaya, kecuali beberapa penulis buku
di Indonesia yang tergolong mamkur dari hanya buku-buku karyanya yang telah diterbitkan.
10
11. Ada sisi lain yang lebih mulia dari sekadar mencari uang dari menulis buku, yaitu
menyebarkan pengetahuan. Buku adalah guru yang memberikan pencerahan dan pengetahuan
bagi pembacanya.
11