SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 3
DAMPAK UJIAN NASIONAL TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN
Berbagai keberatan yang dilontarkan oleh stakeholders terhadap penyelenggaraan UN bukan
tanpa alasan. Kepeduliannya terhadap kualitas proses dan hasil pendidikan menjadi
perhatiannya yang serius. Berdasarkan kajian teoritik dan fakta empirik tampak jelas bahwa
UN berdampak negarif terhadap kualitas proses dan hasil pendidikan. Apabila kondisi ini
terus berlanjut dikhawatirkan kualitas pendidikan kita akan semakin merosot dan tujuan
pendidikan nasional kita akan sulit untuk diwujudkan, dan pada akhirnya kondisi masyarakat
dan bangsa ini tidak akan pernah berubah, terus berada dalam keterpurukan.
Berbagai dampak negatif yang nyata terjadi di sekolah sebagai akibat diterapkannya UN di
sekolah, diantaranya:
☺ Terjadinya disorientasi pendidikan di sekolah
Mata pelajaran yang di-UN-kan tidak seluruh mata pelajaran. Pada tiga tahun terakhir pada
tingkat SMP dan SMA, hanya mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa
Inggris. Memang untuk tahun 2008 direncanakan untuk tingkat SMA akan ada penambahan
mata pelajaran dan berbeda antara jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Untuk SMA jurusan IPA,
akan ditambah mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi; Untuk jurusan IPS akan ditambah
mata pelajaran Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi, dan untuk jurusan Bahasa akan ditambah
mata pelajaran Sastra Indonesia, Bahasa asing lain, dan Antropologi/Sejarah Budaya. Selain
itu, pada tahun 2008 juga akan dilaksanakan UN untuk tingkat SD, dengan mata pelajaran
yang diuji adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA.
Pembatasan mata pelajaran yang diujikan dalam UN, berakibat pada fokus proses
pembelajaran di sekolah hanya ditekankan pada penguasaan mata pelajaran tersebut,
sedangkan mata pelajaran lain dianggap hanya sebagai pelengkap. Hal ini menyebabkan
terjadinya diskriminasi dan pengabaian terhadap mata pelajaran lain. Para siswa dan bahkan
orang tua lebih memusatkan perhatiannya terhadap mata pelajaran yang akan di UN-kan,
terutama pada siswa kelas akhir.
Disorientasi juga terjadi pada arah dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Dengan
adanya UN, maka pembelajaran cenderung hanya mengembangkan ranah kognitif, pada
penguasaan pengetahuan, dan mengesampingkan ranah lain yang sebenarnya tidak kalah
pentingnya untuk menghasilkan individu-individu yang utuh dan berkarakter, yaitu ranah
afektif dan psikomotorik.
☺ Proses pembelajaran yang tidak bermakna
Untuk mempersiapkan para siswanya menghadapi dan mengerjakan soal-soal UN, para guru
biasanya menggunakan metode pembelajaran drill, dimana para siswa dilatih untuk
mengerjakan sejumlah soal yang diduga akan keluar dalam ujian. Melalui metode ini guru
mengharapkan para siswa terbiasa menghadapi soal ujian, dan menguasai teknik-teknik dan
trik mengerjakan soal yang dihadapi. Pembelajaran dengan model ini jelas tidak bermakna,
karena apa yang dipelajari bersifat mekanistik, bukan pada penguasaan konsep yang esensial.
Pembelajaran seperti ini tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam
memecahkan masalah, yang menjadi indikator kecerdasan sebagaimana yang diharapkan
dicapai melalui pembelajaran.
☺ Upaya-upaya yang tidak fair
Tuntutan kelulusan yang tinggi, baik terhadap persentase/jumlah siswa yang dinyatakan lulus,
maupun besarnya nilai yang diperoleh para siswa, mendorong sekolah untuk melakukan
berbagai upaya untuk mencapainya. Tuntutan seperti ini sekaligus berdampak pada
terbentuknya citra dan prestise sebuah sekolah. Sekolah yang mampu meluluskan siswanya
dengan prosentase yang tinggi dengan nilai UN yang tinggi, dinilai sebagai sekolah yang
berkualitas dan unggul. Setiap sekolah menginginkannya dan berbagai upaya dilakukan untuk
mencapai posisi tersebut. Namun sayang, tidak sedikit oknum guru dan kepala sekolah
melakukan upaya-upaya yang tidak terpuji. Untuk mewujudkan itu, tidak jarang upaya-upaya
yang tidak fair dilakukan oleh oknum guru dan kepala sekolah untuk mencapai target
kelulusan yang setinggi-tingginya. Sekolah membentuk “Tim Sukses” untuk mendapatkan
kelulusan 100% supaya memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan (SPM
Kepmendiknas 053/U/2001) (Salamudin, 2005); Guru memberi ‘contekkan’ kepada siswa
adalah suatu upaya yang sering dilakukan untuk mendongkrak nilai para siswanya dan
prosentase kelulusan di sekolah. Kasus di beberapa sekolah, guru, terutama untuk mata
pelajaran yang dibuat secara nasional seperti matematika, bahasa Inggris, atau ekonomi,
dengan berbagai modus memberi kunci jawaban kepada siswa. Selain itu, pada tingkat
penyelenggara pendidikan daerah seperti dinas pendidikan, usaha untuk menggelembungkan
(mark-up) hasil ujian pun terjadi. Caranya dengan membuat tim untuk membetulkan
jawaban-jawaban siswa. (Ade Irawan, Kontroversi Ujian Nasional.
http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod= publisher&op= viewarticle&artid=3764) Kondisi
seperti ini jelas jauh dari nilai-nilai kejujuran dalam pendidikan yang seharusnya menjadi
bagian yang harus dikembangkan secara serius di sekolah. Bila ini berlanjut, bisa
dibayangkan manusia-manusia seperti apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan (formal)
kita. Manusia yang berkembang dalam suasana yang serba tidak jujur.
☺ Hanya ranah kognitif yang terukur
UN yang menggunakan bentuk soal multiple choise hanya akan dapat mengukur hasil belajar
pada ranah kognitif. Mengacu pada ranah kognitif dari Bloom, tingkatan berpikir yang
mampu terukur melalui bentuk soal MC hanya sampai pada tingkat berpikir aplikasi. Kondisi
seperti ini mendorong para siswa belajar dengan menghafal. Belum lagi, ranah afektif dan
psikomotorik yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran yang juga harus diukur
ketercapaiannya, tidak dilakukan. Sulit diharapkan dapat diukur dengan menggunakan UN,
yang sifatnya masal dan dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas. Sekali lagi kondisi ini
akan berakibat pada pembelajaran di sekolah hanya pada pengembangan kecerdasan
intelektual, sementara kecerdasan lainnya (multiple intelegence Gardner) akan tidak
mendapatkan perhatian yang memadai.
☺ Keputusan yang tidak fair
Selama ini hasil UN dijadikan sebagai penentu kelulusan siswa. Proses belajar yang
dilakukan siswa selama 3 tahun di SLTP dan SLTA, nasibnya ditentukan oleh hasil ujian
yang dilakukan beberapa jam saja. Ketidaklulusan siswa dalam UN bisa jadi bukan karena
faktor ketidakmampuannya menguasai materi pelajaran, tetapi karena faktor kelelahan mental
(mental fatique), karena stres pada saat mengerjakan ujian atau karena kesalahan pengukuran
yang biasa terjadi pada setiap tes (false negative).
Ketidak adilan juga bisa dilihat dari proses pembelajaran yang dialami siswa di satu sekolah
dengan sekolah lainnya yang jauh berbeda. Para siswa yang mengikuti proses pembelajaran
dengan situasi dan kondisi yang sangat jauh berbeda diuji dengan cara dan alat yang sama. Di
satu sisi, siswa belajar di sekolah yang memiliki fasilitas yang lengkap dan dilayani oleh
SDM yang jumlah dan kualitasnya sangat memadai. Jelas, hasil belajar siswa yang belajar di
sekolah seperti ini, sangat mungkin mencapai hasil yang optimal. Namun di sisi lain, di
sekolah ‘nan jauh di sana’, sebagian besar siswanya menjalani proses pembelajaran yang
serba seadanya. Bahkan gedungnya pun hampir roboh. Bagaimana mungkin para siswanya
dapat belajar dengan baik untuk mendapatkan hasil belajar dengan nilai yang baik dengan
kondisi seperti itu. Tanpa dilakukan pengujian secara nasional pun, yang memakan biaya
puluhan milyar (untuk tahun 2008, UN SD saja akan memakan biaya sebesar Rp 96 milyar),
sudah dapat dibaca kualitas macam apa yang bisa dihasilkan dari model sekolah seperti itu.
☺ Menutup akses pendidikan berkualitas bagi masyarakat miskin
Di samping sebagai persyaratan untuk kelulusan, hasil UN juga dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Sekolah-sekolah yang berkualitas
dan ‘favorit’ akan menjadi tujuan para siswa, yang berakibat pada terjadinya persaingan yang
ketat antarsiswa. Tidak ada pilihan lain bagi mereka, selain berusaha mendapatkan nilai UN
yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan impian itu, dengan mempertimbangkan
karakteristik model UN yang akan dihadapi para siswa berusaha menambah waktu belajar
tambahan dengan mencari guru privat atau mengikuti bimbingan belajar adalah pilihan yang
selama ini dianggap tepat. Upaya ini tentu hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mampu,
karena upaya tersebut menuntut biaya yang tidak sedikit. Siswa miskin hanya bisa berusaha
keras atas kemampuannya sendiri. Kondisi akhir sudah bisa ditebak mereka yang miskin akan
kalah bersaing untuk dapat masuk ke sekolah berkualitas.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pendidikan terbaik di_dunia
Pendidikan terbaik di_duniaPendidikan terbaik di_dunia
Pendidikan terbaik di_duniaWahono Syahida
 
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat GlobalTIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat GlobalAdilah Yahaya
 
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSSPro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSSNi wulie
 
7. Standard Pengajaran Profesional
7. Standard Pengajaran Profesional7. Standard Pengajaran Profesional
7. Standard Pengajaran Profesionalkrys73
 
Contoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnalContoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnalSayshare
 
Masalah pembelajaran sains
Masalah pembelajaran sainsMasalah pembelajaran sains
Masalah pembelajaran sainsZalizan- Ismail
 
ALAT BANTU MENGAJAR : EASY LEARNING PATTERN
ALAT BANTU MENGAJAR : EASY LEARNING PATTERNALAT BANTU MENGAJAR : EASY LEARNING PATTERN
ALAT BANTU MENGAJAR : EASY LEARNING PATTERNSiti Fatimah Dzulkifli
 

Mais procurados (16)

Pendidikan terbaik di_dunia
Pendidikan terbaik di_duniaPendidikan terbaik di_dunia
Pendidikan terbaik di_dunia
 
Mardapi
MardapiMardapi
Mardapi
 
Borang soal selidik
Borang soal selidikBorang soal selidik
Borang soal selidik
 
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat GlobalTIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
 
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSSPro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
 
Karya tulis ilmiah wiwin wulandari la ode
Karya tulis ilmiah wiwin wulandari la odeKarya tulis ilmiah wiwin wulandari la ode
Karya tulis ilmiah wiwin wulandari la ode
 
7. Standard Pengajaran Profesional
7. Standard Pengajaran Profesional7. Standard Pengajaran Profesional
7. Standard Pengajaran Profesional
 
Pendekatan kaedah mnemonik
Pendekatan kaedah mnemonikPendekatan kaedah mnemonik
Pendekatan kaedah mnemonik
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Contoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnalContoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnal
 
Masalah pembelajaran sains
Masalah pembelajaran sainsMasalah pembelajaran sains
Masalah pembelajaran sains
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Isu pendidikan
Isu pendidikanIsu pendidikan
Isu pendidikan
 
ALAT BANTU MENGAJAR : EASY LEARNING PATTERN
ALAT BANTU MENGAJAR : EASY LEARNING PATTERNALAT BANTU MENGAJAR : EASY LEARNING PATTERN
ALAT BANTU MENGAJAR : EASY LEARNING PATTERN
 
Refleksi trends n issue full
Refleksi trends n issue fullRefleksi trends n issue full
Refleksi trends n issue full
 
Rpl ujian copy
Rpl ujian   copyRpl ujian   copy
Rpl ujian copy
 

Semelhante a Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan

Dampak un padaualitas pendidikan
Dampak un padaualitas pendidikanDampak un padaualitas pendidikan
Dampak un padaualitas pendidikanMastudiar Daryus
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaDenny Kodrat
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaDenny Kodrat
 
Problem Solving Skill Full
Problem Solving Skill FullProblem Solving Skill Full
Problem Solving Skill Fullmoshi89
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...Arvina Frida Karela
 
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAJURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAmanginova
 
Artikel ujian nasional dilema dan tantangan
Artikel  ujian nasional dilema dan tantanganArtikel  ujian nasional dilema dan tantangan
Artikel ujian nasional dilema dan tantanganTri Tjandra
 
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...regiandira739
 
Isu pertama ialah melibatkan peperiksaan awam seperti upsr
Isu pertama ialah melibatkan peperiksaan awam seperti upsrIsu pertama ialah melibatkan peperiksaan awam seperti upsr
Isu pertama ialah melibatkan peperiksaan awam seperti upsryeasothabatumalai1
 
Contoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiContoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiWira Sudewa
 
Contoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiContoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiaswitopalopo
 
Contoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiContoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiSri Thayank
 
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Pipit Wijaya
 
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...Yekti Hanani
 
PPT Ujian Mandiri copy
PPT Ujian Mandiri  copyPPT Ujian Mandiri  copy
PPT Ujian Mandiri copyTegarDhealovha
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copyOperator Warnet Vast Raha
 

Semelhante a Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan (20)

Dampak un padaualitas pendidikan
Dampak un padaualitas pendidikanDampak un padaualitas pendidikan
Dampak un padaualitas pendidikan
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
 
Quo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesiaQuo vadis pendidikan indonesia
Quo vadis pendidikan indonesia
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Problem Solving Skill Full
Problem Solving Skill FullProblem Solving Skill Full
Problem Solving Skill Full
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
 
Refleksi
RefleksiRefleksi
Refleksi
 
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREAJURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
 
Artikel ujian nasional dilema dan tantangan
Artikel  ujian nasional dilema dan tantanganArtikel  ujian nasional dilema dan tantangan
Artikel ujian nasional dilema dan tantangan
 
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
 
Isu pertama ialah melibatkan peperiksaan awam seperti upsr
Isu pertama ialah melibatkan peperiksaan awam seperti upsrIsu pertama ialah melibatkan peperiksaan awam seperti upsr
Isu pertama ialah melibatkan peperiksaan awam seperti upsr
 
Contoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiContoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsi
 
Contoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiContoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsi
 
Contoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsiContoh proposal-skripsi
Contoh proposal-skripsi
 
Kejujuran sekolah kr
Kejujuran sekolah krKejujuran sekolah kr
Kejujuran sekolah kr
 
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
 
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI DENGAN UJIAN NASIONAL DALAM STANDARISASI PENDI...
 
PPT Ujian Mandiri copy
PPT Ujian Mandiri  copyPPT Ujian Mandiri  copy
PPT Ujian Mandiri copy
 
Materi akm bimtek guru
Materi akm bimtek guruMateri akm bimtek guru
Materi akm bimtek guru
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
 

Mais de Mastudiar Daryus

Berapa jumlah mol dari 2 gram na oh dengan mr
Berapa jumlah mol dari 2 gram na oh dengan mrBerapa jumlah mol dari 2 gram na oh dengan mr
Berapa jumlah mol dari 2 gram na oh dengan mrMastudiar Daryus
 
4.laju dan orde reaksi 13 1011 powerpoint
4.laju dan orde reaksi 13 1011 powerpoint4.laju dan orde reaksi 13 1011 powerpoint
4.laju dan orde reaksi 13 1011 powerpointMastudiar Daryus
 
1.sistem perioe & struktur atom powerpoint
1.sistem perioe & struktur atom powerpoint1.sistem perioe & struktur atom powerpoint
1.sistem perioe & struktur atom powerpointMastudiar Daryus
 
Analisis kesalahan peserta didik kelas xi
Analisis kesalahan peserta didik kelas xiAnalisis kesalahan peserta didik kelas xi
Analisis kesalahan peserta didik kelas xiMastudiar Daryus
 
Membangun generasi_qurani
 Membangun generasi_qurani Membangun generasi_qurani
Membangun generasi_quraniMastudiar Daryus
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanMastudiar Daryus
 
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...Mastudiar Daryus
 
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikanDampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikanMastudiar Daryus
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanMastudiar Daryus
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan di pasaman barat
Upaya peningkatan mutu pendidikan di pasaman baratUpaya peningkatan mutu pendidikan di pasaman barat
Upaya peningkatan mutu pendidikan di pasaman baratMastudiar Daryus
 
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...Mastudiar Daryus
 
Masalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMasalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMastudiar Daryus
 
01 membedah-kriteria-ujian-nasional-tahun-pelajaran-2010
01 membedah-kriteria-ujian-nasional-tahun-pelajaran-201001 membedah-kriteria-ujian-nasional-tahun-pelajaran-2010
01 membedah-kriteria-ujian-nasional-tahun-pelajaran-2010Mastudiar Daryus
 

Mais de Mastudiar Daryus (16)

Berapa jumlah mol dari 2 gram na oh dengan mr
Berapa jumlah mol dari 2 gram na oh dengan mrBerapa jumlah mol dari 2 gram na oh dengan mr
Berapa jumlah mol dari 2 gram na oh dengan mr
 
4.laju dan orde reaksi 13 1011 powerpoint
4.laju dan orde reaksi 13 1011 powerpoint4.laju dan orde reaksi 13 1011 powerpoint
4.laju dan orde reaksi 13 1011 powerpoint
 
2.ikatan kimia powerpoint
2.ikatan kimia powerpoint2.ikatan kimia powerpoint
2.ikatan kimia powerpoint
 
1.sistem perioe & struktur atom powerpoint
1.sistem perioe & struktur atom powerpoint1.sistem perioe & struktur atom powerpoint
1.sistem perioe & struktur atom powerpoint
 
Analisis kesalahan peserta didik kelas xi
Analisis kesalahan peserta didik kelas xiAnalisis kesalahan peserta didik kelas xi
Analisis kesalahan peserta didik kelas xi
 
Membangun generasi_qurani
 Membangun generasi_qurani Membangun generasi_qurani
Membangun generasi_qurani
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikan
 
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
 
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikanDampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikanUpaya peningkatan mutu pendidikan
Upaya peningkatan mutu pendidikan
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan di pasaman barat
Upaya peningkatan mutu pendidikan di pasaman baratUpaya peningkatan mutu pendidikan di pasaman barat
Upaya peningkatan mutu pendidikan di pasaman barat
 
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
Siapa bilang un bukan lagi menjadi monster bagi siswa karena porsi penentu ke...
 
Masalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinyaMasalah pendidikan dan solusinya
Masalah pendidikan dan solusinya
 
Harga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuranHarga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuran
 
A
AA
A
 
01 membedah-kriteria-ujian-nasional-tahun-pelajaran-2010
01 membedah-kriteria-ujian-nasional-tahun-pelajaran-201001 membedah-kriteria-ujian-nasional-tahun-pelajaran-2010
01 membedah-kriteria-ujian-nasional-tahun-pelajaran-2010
 

Dampak ujian nasional terhadap kualitas pendidikan

  • 1. DAMPAK UJIAN NASIONAL TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN Berbagai keberatan yang dilontarkan oleh stakeholders terhadap penyelenggaraan UN bukan tanpa alasan. Kepeduliannya terhadap kualitas proses dan hasil pendidikan menjadi perhatiannya yang serius. Berdasarkan kajian teoritik dan fakta empirik tampak jelas bahwa UN berdampak negarif terhadap kualitas proses dan hasil pendidikan. Apabila kondisi ini terus berlanjut dikhawatirkan kualitas pendidikan kita akan semakin merosot dan tujuan pendidikan nasional kita akan sulit untuk diwujudkan, dan pada akhirnya kondisi masyarakat dan bangsa ini tidak akan pernah berubah, terus berada dalam keterpurukan. Berbagai dampak negatif yang nyata terjadi di sekolah sebagai akibat diterapkannya UN di sekolah, diantaranya: ☺ Terjadinya disorientasi pendidikan di sekolah Mata pelajaran yang di-UN-kan tidak seluruh mata pelajaran. Pada tiga tahun terakhir pada tingkat SMP dan SMA, hanya mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Memang untuk tahun 2008 direncanakan untuk tingkat SMA akan ada penambahan mata pelajaran dan berbeda antara jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Untuk SMA jurusan IPA, akan ditambah mata pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi; Untuk jurusan IPS akan ditambah mata pelajaran Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi, dan untuk jurusan Bahasa akan ditambah mata pelajaran Sastra Indonesia, Bahasa asing lain, dan Antropologi/Sejarah Budaya. Selain itu, pada tahun 2008 juga akan dilaksanakan UN untuk tingkat SD, dengan mata pelajaran yang diuji adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Pembatasan mata pelajaran yang diujikan dalam UN, berakibat pada fokus proses pembelajaran di sekolah hanya ditekankan pada penguasaan mata pelajaran tersebut, sedangkan mata pelajaran lain dianggap hanya sebagai pelengkap. Hal ini menyebabkan terjadinya diskriminasi dan pengabaian terhadap mata pelajaran lain. Para siswa dan bahkan orang tua lebih memusatkan perhatiannya terhadap mata pelajaran yang akan di UN-kan, terutama pada siswa kelas akhir. Disorientasi juga terjadi pada arah dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Dengan adanya UN, maka pembelajaran cenderung hanya mengembangkan ranah kognitif, pada penguasaan pengetahuan, dan mengesampingkan ranah lain yang sebenarnya tidak kalah pentingnya untuk menghasilkan individu-individu yang utuh dan berkarakter, yaitu ranah afektif dan psikomotorik. ☺ Proses pembelajaran yang tidak bermakna Untuk mempersiapkan para siswanya menghadapi dan mengerjakan soal-soal UN, para guru biasanya menggunakan metode pembelajaran drill, dimana para siswa dilatih untuk mengerjakan sejumlah soal yang diduga akan keluar dalam ujian. Melalui metode ini guru mengharapkan para siswa terbiasa menghadapi soal ujian, dan menguasai teknik-teknik dan trik mengerjakan soal yang dihadapi. Pembelajaran dengan model ini jelas tidak bermakna, karena apa yang dipelajari bersifat mekanistik, bukan pada penguasaan konsep yang esensial. Pembelajaran seperti ini tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah, yang menjadi indikator kecerdasan sebagaimana yang diharapkan dicapai melalui pembelajaran.
  • 2. ☺ Upaya-upaya yang tidak fair Tuntutan kelulusan yang tinggi, baik terhadap persentase/jumlah siswa yang dinyatakan lulus, maupun besarnya nilai yang diperoleh para siswa, mendorong sekolah untuk melakukan berbagai upaya untuk mencapainya. Tuntutan seperti ini sekaligus berdampak pada terbentuknya citra dan prestise sebuah sekolah. Sekolah yang mampu meluluskan siswanya dengan prosentase yang tinggi dengan nilai UN yang tinggi, dinilai sebagai sekolah yang berkualitas dan unggul. Setiap sekolah menginginkannya dan berbagai upaya dilakukan untuk mencapai posisi tersebut. Namun sayang, tidak sedikit oknum guru dan kepala sekolah melakukan upaya-upaya yang tidak terpuji. Untuk mewujudkan itu, tidak jarang upaya-upaya yang tidak fair dilakukan oleh oknum guru dan kepala sekolah untuk mencapai target kelulusan yang setinggi-tingginya. Sekolah membentuk “Tim Sukses” untuk mendapatkan kelulusan 100% supaya memenuhi standar pelayanan minimal pendidikan (SPM Kepmendiknas 053/U/2001) (Salamudin, 2005); Guru memberi ‘contekkan’ kepada siswa adalah suatu upaya yang sering dilakukan untuk mendongkrak nilai para siswanya dan prosentase kelulusan di sekolah. Kasus di beberapa sekolah, guru, terutama untuk mata pelajaran yang dibuat secara nasional seperti matematika, bahasa Inggris, atau ekonomi, dengan berbagai modus memberi kunci jawaban kepada siswa. Selain itu, pada tingkat penyelenggara pendidikan daerah seperti dinas pendidikan, usaha untuk menggelembungkan (mark-up) hasil ujian pun terjadi. Caranya dengan membuat tim untuk membetulkan jawaban-jawaban siswa. (Ade Irawan, Kontroversi Ujian Nasional. http://www.antikorupsi.org/mod.php?mod= publisher&op= viewarticle&artid=3764) Kondisi seperti ini jelas jauh dari nilai-nilai kejujuran dalam pendidikan yang seharusnya menjadi bagian yang harus dikembangkan secara serius di sekolah. Bila ini berlanjut, bisa dibayangkan manusia-manusia seperti apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan (formal) kita. Manusia yang berkembang dalam suasana yang serba tidak jujur. ☺ Hanya ranah kognitif yang terukur UN yang menggunakan bentuk soal multiple choise hanya akan dapat mengukur hasil belajar pada ranah kognitif. Mengacu pada ranah kognitif dari Bloom, tingkatan berpikir yang mampu terukur melalui bentuk soal MC hanya sampai pada tingkat berpikir aplikasi. Kondisi seperti ini mendorong para siswa belajar dengan menghafal. Belum lagi, ranah afektif dan psikomotorik yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran yang juga harus diukur ketercapaiannya, tidak dilakukan. Sulit diharapkan dapat diukur dengan menggunakan UN, yang sifatnya masal dan dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas. Sekali lagi kondisi ini akan berakibat pada pembelajaran di sekolah hanya pada pengembangan kecerdasan intelektual, sementara kecerdasan lainnya (multiple intelegence Gardner) akan tidak mendapatkan perhatian yang memadai. ☺ Keputusan yang tidak fair Selama ini hasil UN dijadikan sebagai penentu kelulusan siswa. Proses belajar yang dilakukan siswa selama 3 tahun di SLTP dan SLTA, nasibnya ditentukan oleh hasil ujian yang dilakukan beberapa jam saja. Ketidaklulusan siswa dalam UN bisa jadi bukan karena faktor ketidakmampuannya menguasai materi pelajaran, tetapi karena faktor kelelahan mental (mental fatique), karena stres pada saat mengerjakan ujian atau karena kesalahan pengukuran yang biasa terjadi pada setiap tes (false negative).
  • 3. Ketidak adilan juga bisa dilihat dari proses pembelajaran yang dialami siswa di satu sekolah dengan sekolah lainnya yang jauh berbeda. Para siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan situasi dan kondisi yang sangat jauh berbeda diuji dengan cara dan alat yang sama. Di satu sisi, siswa belajar di sekolah yang memiliki fasilitas yang lengkap dan dilayani oleh SDM yang jumlah dan kualitasnya sangat memadai. Jelas, hasil belajar siswa yang belajar di sekolah seperti ini, sangat mungkin mencapai hasil yang optimal. Namun di sisi lain, di sekolah ‘nan jauh di sana’, sebagian besar siswanya menjalani proses pembelajaran yang serba seadanya. Bahkan gedungnya pun hampir roboh. Bagaimana mungkin para siswanya dapat belajar dengan baik untuk mendapatkan hasil belajar dengan nilai yang baik dengan kondisi seperti itu. Tanpa dilakukan pengujian secara nasional pun, yang memakan biaya puluhan milyar (untuk tahun 2008, UN SD saja akan memakan biaya sebesar Rp 96 milyar), sudah dapat dibaca kualitas macam apa yang bisa dihasilkan dari model sekolah seperti itu. ☺ Menutup akses pendidikan berkualitas bagi masyarakat miskin Di samping sebagai persyaratan untuk kelulusan, hasil UN juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Sekolah-sekolah yang berkualitas dan ‘favorit’ akan menjadi tujuan para siswa, yang berakibat pada terjadinya persaingan yang ketat antarsiswa. Tidak ada pilihan lain bagi mereka, selain berusaha mendapatkan nilai UN yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan impian itu, dengan mempertimbangkan karakteristik model UN yang akan dihadapi para siswa berusaha menambah waktu belajar tambahan dengan mencari guru privat atau mengikuti bimbingan belajar adalah pilihan yang selama ini dianggap tepat. Upaya ini tentu hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mampu, karena upaya tersebut menuntut biaya yang tidak sedikit. Siswa miskin hanya bisa berusaha keras atas kemampuannya sendiri. Kondisi akhir sudah bisa ditebak mereka yang miskin akan kalah bersaing untuk dapat masuk ke sekolah berkualitas.