SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
BAB 1 MORFOLOGI (TATA BENTUK)



Pada bagian ini akan dipaparkan:

   1. pengertian morfologi;

   2. perbandingan morfologi dengan leksikologi;

   3. perbandingan morfologi dengan etimologi; dan

   4. morfologi dengan sintaksis

A. Pengertian Morfologi

       Morfologi atau tata bentuk (Ingg. morphology; ada pula yang menyebutnya morphemics)
adalah bidang linguistic yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar,
1984 : 52). Dengan perkataan lain, morfologi mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk,
dan klasifikasi kata-kata. Dalam linguistik bahasa Arab, morfologi ini disebut tasrif, yaitu
perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna
yang berbeda (baru). Tanpa perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk
(Alwasilah, 1983 : 101).

        Untuk memperjelas pengertian di atas, perhatikanlah contoh-contoh berikut dari segi
struktur atau unsur-unsur yang membentuknya,

                         a.   makan              b.    main

                              makanan                  mainan

                              dimakan                  bermain

                              termakan                 main-main

                              makan-makan              bermain-main

                              dimakankan               permainan

                              rumah makan              memainkan

        Contoh-contoh yang terpampang di atas, semuanya disebut kata. Namun demikian, struktur
kata-kata tersebut berbeda-beda. Kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna. Kata makanan,
dimakan, dan termakan masing-masing terdiri atas dua bentuk bermakna yaitu –an, di-, ter- dengan
makan. Kata makan-makan terdiri atas dua bentuk bermakna makan dan makan. Rumah makan pun
terdiri atas dua bentuk bermakan rumah dan makan. Kata main, sama dengan kata makan terdiri
atas satu bentuk bermakna, sedangkan kata mainan, bermain, main-mainan, permainan, memainkan
masing-masing terdiri atas dua buah bentuk bermakna yakni –an, ber-, main, per-an, me-kan
dengan main. Kata bermain-main terdiri atas tiga bentuk bermakna ber-, main, dan main.

       Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa bentuk-bentuk tersebut dapat
berubah karena terjadi suatu proses. Kata makan dapat berubah menjadi makanan, dimakan,
termakan karena masing-masing adanya penambahan –an, di-, dan ter-, dapat pula menjadi makan-
makan karena adanya pengulangan, dapat pula menjadi rumah makan karena penggabungan dengan
rumah. Perubahan bentuk atau struktur kata tersebut dapat pula diikuti oleh perubahan jenis atau
makna kata. Kata makan termasuk jenis atau golongan kata kerja sedangkan makanan termasuk
jenis atau golongan kata benda. Dari segi makna kata makan maknanya „memasukan sesuatu
melalui mulut‟, sedangkan makanan maknanya „semua benda yang dapat dimakan‟.

        Seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap
golongan dan arti atau makna kata seperti contoh di atas itulah yang dipelajari oleh bidang
morfologi (Ramlan, 1983 : 3). Prawirasumantri (1985 : 107) lebih tegas merinci bidang yang
dibahas oleh morfologi yakni : (1) morfem-morfem yang terdapat dalam sebuah bahasa, (2) proses
pembentukan kata, (3) fungsi proses pembentukan kata, (4) makna proses pembentukan kata, dan
(5) penjenisan kata.



B. Perbandingan Morfologi dengan Leksikologi

        Kata kosong mempunyai berbagai makna dalam pemakaiannya, antara lain :

   1) Tidak ada isinya; misalnya: peti besinya telah kosong.

   2)    Hampa, berongga (geronggang) di dalamnya; misalnya: tinggal butir-butir padi yang
        kosong.

   3) Tidak ada yang menempati; misalnya: rumah itu kosong.

   4) Terluang; misalnya: waktu kosong.

   5) Tidak mengandung sesuatu yang penting atau berharga; misalnya: perkataannya kosong.
      (Poerwadarminta, 1985 : 524).

      Selain itu, ada pula kata-kata mengosongkan „menjadikan kosong‟, pengosongan „perbuatan
mengosongkan‟, kekosongan „keadaan kosong‟ atau „menderita sesuatu karena kosong‟.

        Morfologi danLeksikologi sama-sama mempelajari kata, ari kata, akan tetapi si antara
keduanya terdapat perbedaan. Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap yang
terkandung dalam kata atau yang lazim disebut arti leksis atau makna leksikal, sedangkan morfologi
mempelajari arti yang timbul akibat peristiwa gramatis yang biasa disebut arti gramatis atau makna
gramatikal. Sebagai contoh kita bandingkan kata kosong dengan mengosongkan. Kedua kata itu
masing-masing mepunyai arti leksis atau makna leksikal. Kosong antara lain artinya ada lima butir
seperti yang tertera pada contoh di atas, sedangkan mengosongkan makna atau artinya „menjadikan
atau membuat jadi kosong‟. Mengenai arti leksis kedua kata tersebut dibicarakan dalam leksikologi,
sedangkan dalam morfologi dibicarakan makna atau arti yang timbul akibat melekatnya imbuhan
atau afiks meN-kan.



C. Perbandingan Morfologi dengan Etimologi
Dalam penyelidikan makna, morfologi berdekatan dengan leksikologi, sedangka dalam
penyelidikan bentuk, morfologi berdekatan dengan etimologi, yakni ilmu yang menyelidiki seluk-
beluk asal-usul kata secara khusus (Ramlan 1978 dalam Prawirasumantri, 1985 : 109).

        Walau morfologi dan etimologi mempelajari masalah yang sama yakni perubahan bentuk,
namun ada perbedaannya. Morfologi mempelajari perubahan kata yang disebabkan atau yang
terjadi akibat sistem bahasa secara umum. Sebagai contoh, dari kata pakai terbentuk kata-kata baru
pakaian, memakai, dipakai, terpakai, berpakaian. Perubahan-perubahan itu disebabkan oleh sistem
bahasa yaitu sistem afiksasi atau pembubuhan afiks. Gejala itulah yang dipelajari oleh morfologi.
Namun perhatikanlah contoh-contoh berikut: kenan di samping berkenan; ia di samping dia, yang,
dan –nya dan tuan di samping tuhan. Perubahan-perubahan tersebut bukan bersifat umum atau
bukan akibat sistem bahasa Indonesia. Perubahan tersebut hanya terjadi untuk kata-kata tersebut,
tidak berlaku untuk kata-kata lain. Perubahan-perubahan itu bukan dipelajari oleh morfologi atau
ilmu asal-usul kata.



D. Perbandingan Morfologi dengan Sintaksis

        Satu lagi cabang ilmu bahasa yang berdekatan dengan morfologi yaitu sintaksis. Kata
sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun “dengan” dan tattien “menempatkan”. Dengan jelas,
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-
kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar, 1985 : 70).

        Bidang sintaksis menyelidiki semua hubungan antarkata dan antarkelompok kata dalam
kalimat. Di lain pihak, morfologi mempelajari seluk-beluk kata itu sendiri secara mandiri tanpa
memperhatikan hubungannya dalam kalimat. Tegasnya dapat dikatakan bahwa unsur yang paling
kecil yang dipelajari oleh morfologi ialah morfem dan yang paling besar ialah kata, sedangkan
sintaksis mempelajari unsur yang paling kecil ialah kata dan yang terbesar kalimat
(Prawirasumanttri, 1985 : 110).

        Ramlan (1980 : 5) memberikan contoh untuk membedakan bidang garapan morfologi dan
sintaksis dalam kalimat, “Ia mengadakan perjalanan.” Jika kita membicarakan ia sebagai bentuk
tunggal, mengadakan dan perjalanan sebagai bentuk kompleks, termasuk garapan bidang
morfologi, tetapi jika pembicaraan mengenai ia sebagai subjek, mengadakan sebagai predikat
dengan kata perjalanan sebagai objek termasuk garapan sintaksis.

       Dengan membaca uraian di atas, kita seolah-olah dapat dengan mudah mengetahui batas
yang tegas bidang garapan morfologi dengan sintaksis. Sebenarnya tidaklah selalu demikian. Kita
ambil contoh bentuk-bentuk ketidakadilan, ketidakmampuan, dan ketidaktentraman. Pembicaraan
kata-kata tersebut sebagai bentuk kompleks yang terdiri atas bentuk ke-an dengan tidak adil, tidak
mampu, tidak tentram termasuk ke dalam bidang morfologi. Akan tetapi pembicaraan mengenai
hubungan antara tidak dengan adil, mampu, dan tentram termasuk ke dalam bidang sintaksis.
Pembicaraan tentang bentuk yang salah satu unsurnya berupa afiks atau imbuhan termasuk dalam
bidang morfologi, sedangkan bentuk yang semua unsurnya berupa kata (bentuk yang seperti itu
sering disebut frase) termasuk ke dalam bidang sintaksis (Ramlan dalam Prawirasumantri, 1985 :
110).

        Contoh lain yang menunjukkan bahwa morfologi dan sintaksissulit ditentukan batasnya
yaitu pembicaraan tentang kata majemuk yang semua unsurnyapokok kata atau kata seperti: tinggi
hati, keras kepala, sapu tangan, dan sejenisnya. Pembicaraan bentuk-bentuk seperti itu tampaknya
seperti termasuk kedalam sintaksis, tetapi karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat seperti kata,
maka pembicaraannya termasuk ke dalam bidang morfologi. Hal itu disebabkan karena kata
majemuk termasuk golongan kata. Bukankah morfologi mempelajari kata sebagai unsur yang
terbesar?



E. Uji Pemahaman Materi

       Untuk menguji apakah anda memahami materi yang dipaparkan di atas atau belum,
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.



A. Silanglah huruf yang berada di depan jawaban yang paling tepat.

   1. Hal-hal berikut ini disdeskripsikan dalam morfologi, kecuali …

       a. morfem-morfem yang terdapat dalam suatu bahasa

       b. proses pembentukan kata dalam suatu bahasa

       c. makna gramatikal kata-kata bentukan dalam suatu bahasa

       d. makna hubungan antarkata dalam kelompok kata

       e. fungsi proses pembentukan kata

   2. Satuan gramatik yang dibahas oleh morfologi ialah …

       a. morfem

       b. kata

       c. morfem dan kata

       d. frase, klausa, kalimat

       e. morfem, kata, frase, klauda, dan kalimat

   3. Morfologi dan etimologi, sama-sama mempelajari bentuk kata, namun ada perbedaannya.
      Perubahan bentuk yang dipelajari oleh etimologi …

       a. disebabkan oleh sistem bahasa yang dipelajari

       b. disebabkan bukan oleh sistem bahasa yang dipelajari

       c. tidak mempedulikannya

       d. kata yang terdapat dalam kamus

       e. a, b, dan c benar
4. Buku mempunyai makna antara lain: (1) tulang sendi, (2) butir atau gumpal (garam sebuku),
   (3) setampang atau selipat (tembakau lima buku, bamboo sebuku). Pembahasan makna kata
   seperti itu, hasil telaah bidang …

     a. etimologi

     b. leksikologi

     c. sintaksis

     d. semantik

     e. morfologi

5.    Seorang mahasiswa menganalisis kalimat, “Rudi membeli buku tulis.” Salah satu hasil
     analisisnya berbunyi, “Rudi dalam kalimat itu sebagai pelaku”. Pendekatan analisis yang
     digunakan mahasiswa tersebut adalah …

     a. morfologi

     b. leksikon

     c. etimologi

     d. sintaksis

     e. semantik

6. Kata perlakuan terdiri atas dua unsur yaitu per-an dan laku. Pernyataan tersebut merupakan
   hasil analisis bidang …

     a. morfologi

     b. etimologi

     c. sintaksis

     d. semantik

     e. leksikologi

7. Kata ilmu yang dalam bahasa Indonesia berarti “pengetahuan” berasal dari bahasa Arab
   Ilmun yang berasal dari alama. Kesimpulan tersebut merupakan hasil telaah …

     a. etimologi

     b. morfologi

     c. sintaksis

     d. leksikologi
e. semantik

   8. Morfologi mempunyai persamaan dengan leksikologi yaitu sama-sama mempelajari …

      a. bentuk kata

      b. perubahan kata

      c. jenis kata

      d. fungsi proses pembentukan kata

      e. makna kata

   9. Kata merupakan objek penyelidikan morfologi maupun sintaksis. Namun demikian terdapat
      perbedaan perlakuan di antara dua bidang tersebut. Yang ditinjau sintaksis …

      a. kata itu sendiri

      b. hubungan antarkata dalam kelompok kata

      c. hubungan morfem ikat dengan kata

      d.bentuk-bentuk kata

      e. arti dan fungsi kata

   10. Ayah melambaikan tangannya berulang-ulang. Kalimat tersebut berpola SPOK. Pernyataan
       tersebut merupakan hasil analisis bidang …

      a. sintaksis

      b. morfologi

      c. leksikologi

      d. semantik

      e. etimologi



B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secarasingkat dan tepat ! jawaban anda kerjakan di
   rumah dan hasilnya anda kumpulkan satu minggu kemudian.

   1) a. Apa yang dimaksud dengan morfologi?

      b. Sebutkan satuan gramatik yang menjadi garapan morfologi !

      c. Sebutkan pula rincian lingkup bahasan morfologi?

   2) Apa perbedaan dan persamaan morfologi dengan:
a. leksikologi;

       b. etimologi; dan

       c. sintaksis.

       Penjelasan yang anda berikan hendaknya disertai dengan contoh.



BAB 7 MORFOFONEMIK


Pada bagian ini, akan ditemukan paparan tentang:
1) pengertian morfofonemik;
2) penghilangan bunyi:
3) penambahan bunyi;
4) perubahan bunyi;
5) perubahan dan penambahan bunyi:
6) perubahan dan penghilangan bunyi;
7) peloncatan bunyi; serta
8) asimilasi dan desimilasi.



A.     Apakah Morfofonemik Itu?

       Morfofonemik adalah cabang linguistic yang mempelajari perubahan bunyi yang
diakibatkanoleh adanya pengelompokkan morfem. Nelson Francis (1958) mengatakan bahwa
morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf
sebagai akibatpengelompokkan menjadi kata (Ahmadslamet, 1982:69). Penegertian lain dilontarkan
oleh Samsuri (1982:201) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan
fonem yang disebabkan hubungan dua morfematau lebih serta pemberian tanda-tandanya.

        Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan
morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan bentuk
belajar. Pada proses morfologis ini terjadi perubahan /r/ menjadi /l/. pertemuan morfem meN-
dengan lihat menjadi melihat. Disini tampak bunyi /N/ hilang menjadi me-. Perubahan-perubahan
bunyi akibat pertemuan dua morfem atau lebih disebut morfofonemis, sedangkan tanda huruf besar
pada meN- yang pada ralitas fonemis bisa berupa beberapa macam bunyi/fonem disebut
morfofonem, dan ilmu yang mempelajarinya disebut morfofonemik.

        Morfofonernis bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu: (1)
penghilangan bunyi; (2) penambahan bunyi; (3) perubahan bunyi; (4) perubahan dan pe nambahan
bunyi; (5) perubahan dan penghilangan bunyi; dan (6) peloncatan bunyi.



B.     Penghilangan Bunyi

       Proses penghilangan bunyi dapat terjadi atas:
1) Bunyi /N/ pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem

            tersebut dengan bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan

            nasal.




Misalnya:

      meN- + ramu                                                    →        meramu

      meN- + lucu                                                    →        melucu

      meN- + yakini (?)                                              →        meyakini

      meN- + wangi                                                   →        mewangi

      meN- + nyanyi                                                  →        menyanyi

      meN- + minyak                                                  →        meminyak

      meN- + ngeong                                                  →        mengeong

      meN- + nanti                                                   →        menanti



      peN- + rusak                                                   →        perusak

      peN- + lacak                                                   →        pelacak

      peN- + yakin                                                   →        peyakin

      peN- + wajib                                                   →        pewajib

      peN- + nyala                                                   →        penyala

      peN- + mabuk                                                   →        pemabuk

      peN- + nanti                                                   →        penanti



            1)       Fonem /r/ pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau

                 berfonem awal /r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/.

misalnya:
ber- + rambut                                               →       berambut

      ber- + serta                                                →       beserta

      ber- + kerja                                                →       bekerja



      ter- + rasa                                                 →       terasa

      ter- + pedaya                                               →       terpedaya

      ter- + rayu                                                 →       terayu



      ter- + ramal                                                →       peramal

      ter- + ramai                                                →       peramai

      ter- + serta                                                →       peserta



C.    Penambahan Bunyi

      Proses penambahan bunyi terjadi pada:

              1) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya

                 fonem atau bunyi /?/ bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.

Misalnya:

                       -an + sapa               →        sapaan

                       ke-an + sama             →        kesamaan

                       per-an + kata            →        perkataan

Catatan

        Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan
diakhiri oleh vocal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan
penambahan bunyi.

Contoh:

                       peN-an + tanda           →        penandaan

                       peN-an + padu            →        pemaduan
peN-an + kaji            →        pengajian

                          peN-an + sampai          →        penyampaian



              2) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang

                    berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/.

Misalnya:

                          -an + hari               →        harian

                          ke-an + serasi           →        keserasian

                          per-an + api             →        perapian

              3) Pertemuan antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang

                    berkhir dengan fonem /u, o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/.

Misalnya:

       -an + jamu                                                    →       Jamuan

       ke-an + lucu                                                  →       kelucuan

       per-an + sekutu                                               →       persekutuan



       -an + kilo                                                    →       kiloan

       ke-an + loyo                                                  →       keloyoan

       per-an + toko                                                 →       pertokoan



D.     Perubahan Bunyi

Perubahan bunyi akan terjadi pada:

              1) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai

                    oleh fonem atau bunyi /d/ dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang

                    berasal dari bahasa asing akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/.

       meN- + datang                                                 →       mendatang
meN- + survai                                          →        mensurvei



      peN- + damar                                           →        pedamar

      peN- + supply                                          →        pensupply



             2) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal

               dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /m/.

Misalnya:

      meN- + buru                                            →        memburu

      meN- + fitnah                                          →        memfitnah



      peN- + buang                                           →        pembuang

      peN- + fitnah                                          →        pemfitnah



             3) Pertemuan morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal

               dengan fonem /c, j/, maka fonem /N/ akan berubeh menadi /n/

Misalnya:

      meN- + cakar                                           →        mencakar

      meN- + jajal                                           →        menjajal



      peN- + ceramah                                         →        penceramah

      peN- + jamu                                            →        penjamu



             4) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi

               awal /g, h, x/ dan voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/.

Misalnya:
meN- + garap                                                 →      menggarap

       meN- + hasut                                                 →      menghasut

       meN- + khayal                                                →      mengkhayal

       meN- + ambil                                                 →      mengambil

       meN- + intip                                                 →      mengintip

       meN- + ukur                                                  →      mengukur

       meN- + ekor                                                  →      mengekor

       meN- + orbit                                                 →      mengorbit



       peN- + garis                                                 →      penggaris

       peN- + harum                                                 →      pengharum

       peN- + khianat                                               →      pengkhianat

       peN- + angkat                                                →      pengangkat

       peN- + isap                                                  →      pengisap

       peN- + umpat                                                 →      pengumpat

       peN- + olah                                                  →      pengolah




                 5) Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar

                   mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini

                   sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanyac terjadi pada bentuk

                   dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”.

Perhatikanlah:

                         ber- + ajar             →        belajar

                         per- + ajar             →        pelajar
6) Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/

               menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/.

Misalnya:

                   duduk /dudu?/ + ke-an       →       kedudukan

                   bedak /beda?/ + -i          →       bedaki



E.    Perubahan dan Penambahan Bunyi

      Proses perubahan dan penambahan fonem doat terjadi pads:

             1) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang terdiri atas

               satu suku kata menyebabkan perubahan bunyi /N/ menjadi /η/ dan

               penambahan bunyi /∂/.

Misalnya:

                   meN- + bel                  →       mengebel

                   meN- + cat                  →       mengecat

                   meN- + tik                  →       mengetik



             2) Pertenuan morfem peN-an pada bentuk dasar berfonem awal /d, c, j/ dan
             berfonem akhir /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan
             bertambahnya /?, y, w/.

Contonnya:

                   peN-an + data               →       pendataan

                   peN-an + dahulu             →       pendahuluan

                   peN-an + cahaya             →       pencahayaan

                   peN-an + cari               →       pencarian

                   peN-an + calo               →       pencaloan

                   peN-an + jaga               →       penjagaan

                   peN-an + juri               →       penjurian
3) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /b, f/ dan
             berfonem akhir vokal /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan
             bertambahnya bunyi /?, y, w/.

Contohnya:

                   peN-an + buka              →       pembukaan

                   peN-an + beri              →       pemberian

                   peN-an + buku              →       pembukuan

                   peN-an + blangko           →       pemblangkoan

                   peN-an + fakta             →       fakta

                   peN-an + foto              →       foto



             4) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, kh/ dan
             berfonem akhir vocal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m / dan
             bertaoibahnya bunyi /?, Y, w/.

Contohnya:

                   peN-an + guna              →       penggunaan

                   peN-an + gali              →       penggalian

                   peN-an + gadai             →       penggadaian

                   peN-an + ganggu            →       penggangguan

                   peN-an + harga             →       penghargaan

                   peN-an + hijau             →       penghijauan



             5) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang dimulai oleh vokal dan
             diakhiri oleh vokal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi / / dan
             bertambahnya bunyi /?, y, w/.



Contohnya:

                   peN-an + ada               →       pengadaan
peN-an + adu                →        pengaduan

                   peN-an + andai              →        pengandaian

                   peN-an + utama              →        pengutamaan

                   peN-an + urai               →        penguraian

                   peN-an + intai              →        pengintaian

                   peN-an + operasi            →        pengoprasian




F.    Perubahan dan Penghilangan Bunyi

      Proses perubahan dan penghilangan bunyi terjadi pandai:

             1) Pertemuan peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /p/ akan
             perubahan /N/ menjadi /m/ dan fonem awal bentuk dasar hilang.

Contohnya:

                      peN- + peras           →        pemeras

                      meN- + paksa           →        memaksa



             2) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /t/
             akan mengakibatkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan hilangnya fonem awal bentuk
             dasar.

Contohnya:

                      peN- + tari            →        penari

                      meN- + tendang         →        menendang



             3) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang diawali fonem /k/
             akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal
             bentuk dasar.

Contohnya:

                      peN- + karang          →        pengarang

                      meN- + kurung          →        mengurung
4) Pertemuan morfem peN— dan meN— pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/
              akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal
              bentuk dasar yang bersangkutan.

Contohnya:

                        peN- + sayang            →       penyayang

                        meN- + saring            →       menyaring



G.     Peloncatan Bunyi

        Prawirasumantri (1986:40) menambahkan satu lagi bentuk morfofonemik bahasa Indonesia
yaitu peloncatan burnyi. Peloncatan fonem ini terjadi apabi1a dua atau 1ebih bertukar tempat akibat
petemuan morfem-morfem dalam bahasa Indonesia ditemukan sebuah gejala ini, yakni peloncatan
fonem /a/ dan /m/ pada kata padma dalam merah padam.

H.     Mengapa Asimilasi dan Disimilasi?

        Setelah kita memaparkan masalah morofonemik yang dalam bahasa Indonesia, kita
mengetahui bahwa apabila dua morfem berkombinasi sering terjadi perubanan fonem, fonem yang
berdampingan akan menjadi sama atau lebih bersaingan. Yang dimaksud dengan bersamaan di sini
ialah bersamaan dalam ciri-ciri artikulatisnya. Kalau /N/ berubah menjadi /m/ karena morfem awal
bentuk dasar yang dilekatinya ialah /p/ maka terjadilah persamaan ciri-ciri artikumatoris yakni
sama-sama bunyi bilabial. Proses yang menyebabkan dua fonem yang berbeda itu menjadi sama
atau bersamaan disebut (Ahmadslamet, 1982:74). Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi,
yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1982:37).

       1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan.

       Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi
progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya.

       a. Asimilasi progresif

       Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak
sesudah bunyi yang mengasimilasikan.

Contohnya:      colnis (latin kuno) → collis (latin)

                peN- + sabar        → penyabar

                meN- + pugar        → memugar

       b. Asimilasi regresif
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan
mendahului bunyi yang mengasimilasikan.

Contohnya:          in- + possible       → impossible

                    en- + power          → empower

                    peN- + bela          → pembela

                    meN- + dengar        → mendengar

           2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.

           Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan
parsial.

           a. Asimilasi Total

       Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar
serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa
betul.

Contohnya:

                                                                         Dalam Bahasa
             Proses Asimilasi                Hasil Asimilasi
                                                                           Indonesia
       ad + salam (Arab)                assalam                     asalam

       in + moral (Ingg.)               immoral                     imoral

       ad + similatino (Lat)            assimilasi                  asimilasi

       meN- + periksa (Ind)             memeriksa                   memeriksa



           b. Asimilasi Parsial

        Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak
persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.

Contohnya:                in- + possible             → impossible

                          meN- + bawa                → membawa

                          en + bitter                → embitter

                          peN- + dengar              → pendengar

      Kebalikan dan asimilasi adalah disimilasi yakni prosa dua fonem yang sama atau bersamaan
menjadi tidak sama.
Contohnya:

                        in + noble            → ignoble

                        saj + jana (skt)      → sarjana

                        sayur + sayur         → sayur mayor




I.           Uji Pemahaman Materi

A.1 Untuk soal nomor 1 sampai dengan nomor 7, silanglah huruf yang berada di depan

      alternatif jawaban yang paling tepat!

1) Cabang ilmu bahasa yang mempelajari perubahan-perubahan fonem akibat pertemuan

     morfem dengan morfem lain, disebut …

      a, morfofonemis

      b. morfofonemik

      c. morfofonem

      d. morfologi

2) Berikut ini, kata yang mengandung morfofonemis hjan.—an hnypenghilangan bunyi

     ialah

      a. melerai

      b. penarikan

      c. pendatangan

      d. pengekor

3) Kata penundaan merupakan kata yang mengandung morfofonemis berupa …

      a. perubahan dan penghilangan bunyi

      b. perubahan dan penambahan bunyi

      c. perubahan bunyi

      d, perubahan, penghilanan, dan penambahan bunyi
4) Morfofonemis yang terjadi pada kata pembudayaan ialah …

   a. perubahan /N/ menjadi /m/

   b, penambahan fonem /?/

   c. penabahan /ya/

   d. a dan b

5) Perubahan fonem /N/ menjadi /η/ serta pertambahan fonem /∂/ terdapat pada kata …

   a. pengepel

   b. pengelola.

   c. pengemudi

   d. pengendap

6) Contoh asimilasi progresif terdapat pada kata …

   a. pembeda

   b. assalam

   c. penyaji

   d. collis

7) Assalam berdasarkan sifat asimilasinya, termasuk …

   a. asimilasi progresif

   b. asimilasi regresif

   c. asimilasi total

   d. asimilasi parsial



A. 2 Untuk soal nomor 8 sampai dengan nomor 12, pilihlah:

   a. jika 1, 2, dan 3 benar;

   b. jika 1 dan 2 benar;

   c. jika 1 dan 3 benar; dan

   d. jika 1 benar
8) Berikut ini merupakan kata yang mengandung morfofonemis berupa perubahan dan

  penghilangan bunyi …

   1. memarkir

   2. menyeret

   3. mengangkut

9) Perubahan dan penambahan bunyi terdapat pada …

   1. pengelas

   2. pengemis

   3. pengesah

10) Berikut ini yang termasuk asimilasi regresif …

   1. pendatang

   2. immoral

   3. pemungut

11) Perubahan, penhilangan, dan penambahan fonem terdapat pada …

   1. penyatuan

   2. penarikan

   3. penjelasan

12) Berikut ini merupakan contoh desimilasi …

   1. lauk-pauk

   2. sarjana

   3. embiter

13) Kata penyusutan mengandung morfofonemis berupa …

   1. perubahan bunyi

   2. penambanan bunyi

   3. penghilangan bunyi
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat. Hasil pekerjaan

  anda, anda kumpulkan minggu yang akan datang.

1) Apa yang dimaksud dengan morfofonemik, morfofonemis, dan morfofonem?

2) Ada berapa macam morfofenemis dalam bahasa Indonesia? Sebutkan, kemudian

  jelaskan dengan disertai contoh!

3) Apa yang dimaksud dengan asimilasi dan desimilasi? Ada berapa macam bentuk

  asimilasi? Sebutkan dengan disertaij contoh!

4) Morfofonemis apakah yang terdapat pada kata-kata berikut?

   a. mewajibkan

   b. uraian

   c. penyajian

   d. penindasan

   e. pemalsuan

   1. keadaan

   g. penyamaran

   h. pengumpat

   i. pelempar

   j. pencabutan

   k. penggali

   1. pengubur

   m. pelawak

   n. menakjubkan

More Related Content

What's hot

Linguistik sejarah
Linguistik sejarahLinguistik sejarah
Linguistik sejarahCaeser Rio
 
Bahan semantik individu
Bahan semantik individuBahan semantik individu
Bahan semantik individuJamaliah Harun
 
Proses binaan frasa nama
Proses binaan frasa namaProses binaan frasa nama
Proses binaan frasa namafitri norlida
 
Morfologi dan sintaksis
Morfologi dan sintaksisMorfologi dan sintaksis
Morfologi dan sintaksismurni mohamat
 
A.Dengan membuat rujukan kepada beberapa buah buku Semantik, bincangkan tenta...
A.Dengan membuat rujukan kepada beberapa buah buku Semantik, bincangkan tenta...A.Dengan membuat rujukan kepada beberapa buah buku Semantik, bincangkan tenta...
A.Dengan membuat rujukan kepada beberapa buah buku Semantik, bincangkan tenta...darminladiro
 
Fonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
Fonetik & Fonologi : Bunyi KonsonanFonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
Fonetik & Fonologi : Bunyi KonsonanNur Aini
 
Beberapa konsep tentang morfologi
Beberapa konsep tentang morfologiBeberapa konsep tentang morfologi
Beberapa konsep tentang morfologinelson fredoline
 
Pengenalan ilmu linguistik dan bahasa
Pengenalan ilmu linguistik dan bahasaPengenalan ilmu linguistik dan bahasa
Pengenalan ilmu linguistik dan bahasacikgushamsuddin
 
Topik 4 unit bahasa bentuk kata(2)
Topik 4 unit bahasa bentuk kata(2)Topik 4 unit bahasa bentuk kata(2)
Topik 4 unit bahasa bentuk kata(2)IIUM
 
Perbezaan fonetik & fonologi
Perbezaan fonetik & fonologiPerbezaan fonetik & fonologi
Perbezaan fonetik & fonologifitri norlida
 
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuKonsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuIPG Kampus Kota Bharu
 
Konsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umumKonsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umumJaf Hussin
 
Penggunaan bahasa slanga dalam kalangan remaja
Penggunaan bahasa slanga dalam kalangan remajaPenggunaan bahasa slanga dalam kalangan remaja
Penggunaan bahasa slanga dalam kalangan remajaKota Bharu
 
Pakatan belajar mengajar pengetahuan bahasa (p bm pb)
Pakatan belajar mengajar pengetahuan bahasa (p bm pb)Pakatan belajar mengajar pengetahuan bahasa (p bm pb)
Pakatan belajar mengajar pengetahuan bahasa (p bm pb)Nas Hafizah Nasrullah
 

What's hot (20)

Morfologi bahasa melayu
Morfologi bahasa melayuMorfologi bahasa melayu
Morfologi bahasa melayu
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
Linguistik sejarah
Linguistik sejarahLinguistik sejarah
Linguistik sejarah
 
Bahan semantik individu
Bahan semantik individuBahan semantik individu
Bahan semantik individu
 
Proses binaan frasa nama
Proses binaan frasa namaProses binaan frasa nama
Proses binaan frasa nama
 
Morfologi dan sintaksis
Morfologi dan sintaksisMorfologi dan sintaksis
Morfologi dan sintaksis
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
A.Dengan membuat rujukan kepada beberapa buah buku Semantik, bincangkan tenta...
A.Dengan membuat rujukan kepada beberapa buah buku Semantik, bincangkan tenta...A.Dengan membuat rujukan kepada beberapa buah buku Semantik, bincangkan tenta...
A.Dengan membuat rujukan kepada beberapa buah buku Semantik, bincangkan tenta...
 
Fonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
Fonetik & Fonologi : Bunyi KonsonanFonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
Fonetik & Fonologi : Bunyi Konsonan
 
Beberapa konsep tentang morfologi
Beberapa konsep tentang morfologiBeberapa konsep tentang morfologi
Beberapa konsep tentang morfologi
 
Pengenalan ilmu linguistik dan bahasa
Pengenalan ilmu linguistik dan bahasaPengenalan ilmu linguistik dan bahasa
Pengenalan ilmu linguistik dan bahasa
 
Fonetik dan fonologi
Fonetik dan fonologiFonetik dan fonologi
Fonetik dan fonologi
 
Topik 4 unit bahasa bentuk kata(2)
Topik 4 unit bahasa bentuk kata(2)Topik 4 unit bahasa bentuk kata(2)
Topik 4 unit bahasa bentuk kata(2)
 
NOTA FONETIK
NOTA FONETIKNOTA FONETIK
NOTA FONETIK
 
Perbezaan fonetik & fonologi
Perbezaan fonetik & fonologiPerbezaan fonetik & fonologi
Perbezaan fonetik & fonologi
 
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuKonsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa Melayu
 
Konsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umumKonsep tatabahasa secara umum
Konsep tatabahasa secara umum
 
Penggunaan bahasa slanga dalam kalangan remaja
Penggunaan bahasa slanga dalam kalangan remajaPenggunaan bahasa slanga dalam kalangan remaja
Penggunaan bahasa slanga dalam kalangan remaja
 
Pakatan belajar mengajar pengetahuan bahasa (p bm pb)
Pakatan belajar mengajar pengetahuan bahasa (p bm pb)Pakatan belajar mengajar pengetahuan bahasa (p bm pb)
Pakatan belajar mengajar pengetahuan bahasa (p bm pb)
 
Teori segitiga semiotik
Teori segitiga semiotikTeori segitiga semiotik
Teori segitiga semiotik
 

Similar to Morfofonemik

Tata bahasa indonesia dasar
Tata bahasa indonesia dasarTata bahasa indonesia dasar
Tata bahasa indonesia dasarDedi Damhudi
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologypenipenny
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologypenipenny
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologypenipenny
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologyRezqan Farid
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologyTina Lestary
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typologyTina Lestary
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Hildadp
 
Tata Bahasa Indonesia [Mindmapping dan Landasan Teori]
Tata Bahasa Indonesia [Mindmapping dan Landasan Teori]Tata Bahasa Indonesia [Mindmapping dan Landasan Teori]
Tata Bahasa Indonesia [Mindmapping dan Landasan Teori]Yunus Thariq
 
Morfologi 2 april-2019 isi
Morfologi 2 april-2019 isiMorfologi 2 april-2019 isi
Morfologi 2 april-2019 isi0027065801
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikAlfian Akatsuki
 
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxpower_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxImyLasama
 

Similar to Morfofonemik (20)

Tata bahasa indonesia dasar
Tata bahasa indonesia dasarTata bahasa indonesia dasar
Tata bahasa indonesia dasar
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
Kelompok 1 Morfem.pptx
Kelompok 1 Morfem.pptxKelompok 1 Morfem.pptx
Kelompok 1 Morfem.pptx
 
Hakikat kata rrtrtrtrtws
Hakikat kata rrtrtrtrtwsHakikat kata rrtrtrtrtws
Hakikat kata rrtrtrtrtws
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Morphological typology
Morphological typologyMorphological typology
Morphological typology
 
Struktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesiaStruktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesia
 
Proses morfologi 3
Proses morfologi 3Proses morfologi 3
Proses morfologi 3
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Tata Bahasa Indonesia [Mindmapping dan Landasan Teori]
Tata Bahasa Indonesia [Mindmapping dan Landasan Teori]Tata Bahasa Indonesia [Mindmapping dan Landasan Teori]
Tata Bahasa Indonesia [Mindmapping dan Landasan Teori]
 
Morfologi 2 april-2019 isi
Morfologi 2 april-2019 isiMorfologi 2 april-2019 isi
Morfologi 2 april-2019 isi
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantik
 
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptxpower_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
power_point_bahasa_indonesia_kelompok_4.pptx
 
Morfologi 06-1
Morfologi 06-1Morfologi 06-1
Morfologi 06-1
 
ppt kel 3.pptx
ppt kel 3.pptxppt kel 3.pptx
ppt kel 3.pptx
 

More from Darwis Maulana

More from Darwis Maulana (20)

Tugas kelompok membaca
Tugas kelompok membacaTugas kelompok membaca
Tugas kelompok membaca
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Tugas 1
Tugas 1Tugas 1
Tugas 1
 
Perkembangan sejarah Keperawatan
Perkembangan sejarah KeperawatanPerkembangan sejarah Keperawatan
Perkembangan sejarah Keperawatan
 
Ilmu keperawatan dasar 2
Ilmu keperawatan dasar 2Ilmu keperawatan dasar 2
Ilmu keperawatan dasar 2
 
Ilmu keperawatan dasar 1
Ilmu keperawatan dasar 1Ilmu keperawatan dasar 1
Ilmu keperawatan dasar 1
 
Apresiasi puisi
Apresiasi puisiApresiasi puisi
Apresiasi puisi
 
Bahan ajar prosa-fiksi_plpg_smp
Bahan ajar prosa-fiksi_plpg_smpBahan ajar prosa-fiksi_plpg_smp
Bahan ajar prosa-fiksi_plpg_smp
 
Sintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesiaSintaksis bahasa indonesia
Sintaksis bahasa indonesia
 
Morfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa IndonesiaMorfologi Bahsa Indonesia
Morfologi Bahsa Indonesia
 
Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikanLingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan
 
Pasal 31 uud 45 yg baru setelah diamendemen
Pasal 31 uud 45 yg baru setelah diamendemenPasal 31 uud 45 yg baru setelah diamendemen
Pasal 31 uud 45 yg baru setelah diamendemen
 
Tugas pembidangan linguistik kelas c
Tugas pembidangan linguistik kelas cTugas pembidangan linguistik kelas c
Tugas pembidangan linguistik kelas c
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
S1 pragmatik
S1 pragmatikS1 pragmatik
S1 pragmatik
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Semantik 1-abs2
Semantik 1-abs2Semantik 1-abs2
Semantik 1-abs2
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2Linguistik umum 1,2
Linguistik umum 1,2
 

Morfofonemik

  • 1. BAB 1 MORFOLOGI (TATA BENTUK) Pada bagian ini akan dipaparkan: 1. pengertian morfologi; 2. perbandingan morfologi dengan leksikologi; 3. perbandingan morfologi dengan etimologi; dan 4. morfologi dengan sintaksis A. Pengertian Morfologi Morfologi atau tata bentuk (Ingg. morphology; ada pula yang menyebutnya morphemics) adalah bidang linguistic yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 1984 : 52). Dengan perkataan lain, morfologi mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata. Dalam linguistik bahasa Arab, morfologi ini disebut tasrif, yaitu perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru). Tanpa perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk (Alwasilah, 1983 : 101). Untuk memperjelas pengertian di atas, perhatikanlah contoh-contoh berikut dari segi struktur atau unsur-unsur yang membentuknya, a. makan b. main makanan mainan dimakan bermain termakan main-main makan-makan bermain-main dimakankan permainan rumah makan memainkan Contoh-contoh yang terpampang di atas, semuanya disebut kata. Namun demikian, struktur kata-kata tersebut berbeda-beda. Kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna. Kata makanan, dimakan, dan termakan masing-masing terdiri atas dua bentuk bermakna yaitu –an, di-, ter- dengan makan. Kata makan-makan terdiri atas dua bentuk bermakna makan dan makan. Rumah makan pun terdiri atas dua bentuk bermakan rumah dan makan. Kata main, sama dengan kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna, sedangkan kata mainan, bermain, main-mainan, permainan, memainkan masing-masing terdiri atas dua buah bentuk bermakna yakni –an, ber-, main, per-an, me-kan dengan main. Kata bermain-main terdiri atas tiga bentuk bermakna ber-, main, dan main. Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa bentuk-bentuk tersebut dapat berubah karena terjadi suatu proses. Kata makan dapat berubah menjadi makanan, dimakan,
  • 2. termakan karena masing-masing adanya penambahan –an, di-, dan ter-, dapat pula menjadi makan- makan karena adanya pengulangan, dapat pula menjadi rumah makan karena penggabungan dengan rumah. Perubahan bentuk atau struktur kata tersebut dapat pula diikuti oleh perubahan jenis atau makna kata. Kata makan termasuk jenis atau golongan kata kerja sedangkan makanan termasuk jenis atau golongan kata benda. Dari segi makna kata makan maknanya „memasukan sesuatu melalui mulut‟, sedangkan makanan maknanya „semua benda yang dapat dimakan‟. Seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti atau makna kata seperti contoh di atas itulah yang dipelajari oleh bidang morfologi (Ramlan, 1983 : 3). Prawirasumantri (1985 : 107) lebih tegas merinci bidang yang dibahas oleh morfologi yakni : (1) morfem-morfem yang terdapat dalam sebuah bahasa, (2) proses pembentukan kata, (3) fungsi proses pembentukan kata, (4) makna proses pembentukan kata, dan (5) penjenisan kata. B. Perbandingan Morfologi dengan Leksikologi Kata kosong mempunyai berbagai makna dalam pemakaiannya, antara lain : 1) Tidak ada isinya; misalnya: peti besinya telah kosong. 2) Hampa, berongga (geronggang) di dalamnya; misalnya: tinggal butir-butir padi yang kosong. 3) Tidak ada yang menempati; misalnya: rumah itu kosong. 4) Terluang; misalnya: waktu kosong. 5) Tidak mengandung sesuatu yang penting atau berharga; misalnya: perkataannya kosong. (Poerwadarminta, 1985 : 524). Selain itu, ada pula kata-kata mengosongkan „menjadikan kosong‟, pengosongan „perbuatan mengosongkan‟, kekosongan „keadaan kosong‟ atau „menderita sesuatu karena kosong‟. Morfologi danLeksikologi sama-sama mempelajari kata, ari kata, akan tetapi si antara keduanya terdapat perbedaan. Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap yang terkandung dalam kata atau yang lazim disebut arti leksis atau makna leksikal, sedangkan morfologi mempelajari arti yang timbul akibat peristiwa gramatis yang biasa disebut arti gramatis atau makna gramatikal. Sebagai contoh kita bandingkan kata kosong dengan mengosongkan. Kedua kata itu masing-masing mepunyai arti leksis atau makna leksikal. Kosong antara lain artinya ada lima butir seperti yang tertera pada contoh di atas, sedangkan mengosongkan makna atau artinya „menjadikan atau membuat jadi kosong‟. Mengenai arti leksis kedua kata tersebut dibicarakan dalam leksikologi, sedangkan dalam morfologi dibicarakan makna atau arti yang timbul akibat melekatnya imbuhan atau afiks meN-kan. C. Perbandingan Morfologi dengan Etimologi
  • 3. Dalam penyelidikan makna, morfologi berdekatan dengan leksikologi, sedangka dalam penyelidikan bentuk, morfologi berdekatan dengan etimologi, yakni ilmu yang menyelidiki seluk- beluk asal-usul kata secara khusus (Ramlan 1978 dalam Prawirasumantri, 1985 : 109). Walau morfologi dan etimologi mempelajari masalah yang sama yakni perubahan bentuk, namun ada perbedaannya. Morfologi mempelajari perubahan kata yang disebabkan atau yang terjadi akibat sistem bahasa secara umum. Sebagai contoh, dari kata pakai terbentuk kata-kata baru pakaian, memakai, dipakai, terpakai, berpakaian. Perubahan-perubahan itu disebabkan oleh sistem bahasa yaitu sistem afiksasi atau pembubuhan afiks. Gejala itulah yang dipelajari oleh morfologi. Namun perhatikanlah contoh-contoh berikut: kenan di samping berkenan; ia di samping dia, yang, dan –nya dan tuan di samping tuhan. Perubahan-perubahan tersebut bukan bersifat umum atau bukan akibat sistem bahasa Indonesia. Perubahan tersebut hanya terjadi untuk kata-kata tersebut, tidak berlaku untuk kata-kata lain. Perubahan-perubahan itu bukan dipelajari oleh morfologi atau ilmu asal-usul kata. D. Perbandingan Morfologi dengan Sintaksis Satu lagi cabang ilmu bahasa yang berdekatan dengan morfologi yaitu sintaksis. Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun “dengan” dan tattien “menempatkan”. Dengan jelas, menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok- kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar, 1985 : 70). Bidang sintaksis menyelidiki semua hubungan antarkata dan antarkelompok kata dalam kalimat. Di lain pihak, morfologi mempelajari seluk-beluk kata itu sendiri secara mandiri tanpa memperhatikan hubungannya dalam kalimat. Tegasnya dapat dikatakan bahwa unsur yang paling kecil yang dipelajari oleh morfologi ialah morfem dan yang paling besar ialah kata, sedangkan sintaksis mempelajari unsur yang paling kecil ialah kata dan yang terbesar kalimat (Prawirasumanttri, 1985 : 110). Ramlan (1980 : 5) memberikan contoh untuk membedakan bidang garapan morfologi dan sintaksis dalam kalimat, “Ia mengadakan perjalanan.” Jika kita membicarakan ia sebagai bentuk tunggal, mengadakan dan perjalanan sebagai bentuk kompleks, termasuk garapan bidang morfologi, tetapi jika pembicaraan mengenai ia sebagai subjek, mengadakan sebagai predikat dengan kata perjalanan sebagai objek termasuk garapan sintaksis. Dengan membaca uraian di atas, kita seolah-olah dapat dengan mudah mengetahui batas yang tegas bidang garapan morfologi dengan sintaksis. Sebenarnya tidaklah selalu demikian. Kita ambil contoh bentuk-bentuk ketidakadilan, ketidakmampuan, dan ketidaktentraman. Pembicaraan kata-kata tersebut sebagai bentuk kompleks yang terdiri atas bentuk ke-an dengan tidak adil, tidak mampu, tidak tentram termasuk ke dalam bidang morfologi. Akan tetapi pembicaraan mengenai hubungan antara tidak dengan adil, mampu, dan tentram termasuk ke dalam bidang sintaksis. Pembicaraan tentang bentuk yang salah satu unsurnya berupa afiks atau imbuhan termasuk dalam bidang morfologi, sedangkan bentuk yang semua unsurnya berupa kata (bentuk yang seperti itu sering disebut frase) termasuk ke dalam bidang sintaksis (Ramlan dalam Prawirasumantri, 1985 : 110). Contoh lain yang menunjukkan bahwa morfologi dan sintaksissulit ditentukan batasnya yaitu pembicaraan tentang kata majemuk yang semua unsurnyapokok kata atau kata seperti: tinggi hati, keras kepala, sapu tangan, dan sejenisnya. Pembicaraan bentuk-bentuk seperti itu tampaknya seperti termasuk kedalam sintaksis, tetapi karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat seperti kata,
  • 4. maka pembicaraannya termasuk ke dalam bidang morfologi. Hal itu disebabkan karena kata majemuk termasuk golongan kata. Bukankah morfologi mempelajari kata sebagai unsur yang terbesar? E. Uji Pemahaman Materi Untuk menguji apakah anda memahami materi yang dipaparkan di atas atau belum, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. A. Silanglah huruf yang berada di depan jawaban yang paling tepat. 1. Hal-hal berikut ini disdeskripsikan dalam morfologi, kecuali … a. morfem-morfem yang terdapat dalam suatu bahasa b. proses pembentukan kata dalam suatu bahasa c. makna gramatikal kata-kata bentukan dalam suatu bahasa d. makna hubungan antarkata dalam kelompok kata e. fungsi proses pembentukan kata 2. Satuan gramatik yang dibahas oleh morfologi ialah … a. morfem b. kata c. morfem dan kata d. frase, klausa, kalimat e. morfem, kata, frase, klauda, dan kalimat 3. Morfologi dan etimologi, sama-sama mempelajari bentuk kata, namun ada perbedaannya. Perubahan bentuk yang dipelajari oleh etimologi … a. disebabkan oleh sistem bahasa yang dipelajari b. disebabkan bukan oleh sistem bahasa yang dipelajari c. tidak mempedulikannya d. kata yang terdapat dalam kamus e. a, b, dan c benar
  • 5. 4. Buku mempunyai makna antara lain: (1) tulang sendi, (2) butir atau gumpal (garam sebuku), (3) setampang atau selipat (tembakau lima buku, bamboo sebuku). Pembahasan makna kata seperti itu, hasil telaah bidang … a. etimologi b. leksikologi c. sintaksis d. semantik e. morfologi 5. Seorang mahasiswa menganalisis kalimat, “Rudi membeli buku tulis.” Salah satu hasil analisisnya berbunyi, “Rudi dalam kalimat itu sebagai pelaku”. Pendekatan analisis yang digunakan mahasiswa tersebut adalah … a. morfologi b. leksikon c. etimologi d. sintaksis e. semantik 6. Kata perlakuan terdiri atas dua unsur yaitu per-an dan laku. Pernyataan tersebut merupakan hasil analisis bidang … a. morfologi b. etimologi c. sintaksis d. semantik e. leksikologi 7. Kata ilmu yang dalam bahasa Indonesia berarti “pengetahuan” berasal dari bahasa Arab Ilmun yang berasal dari alama. Kesimpulan tersebut merupakan hasil telaah … a. etimologi b. morfologi c. sintaksis d. leksikologi
  • 6. e. semantik 8. Morfologi mempunyai persamaan dengan leksikologi yaitu sama-sama mempelajari … a. bentuk kata b. perubahan kata c. jenis kata d. fungsi proses pembentukan kata e. makna kata 9. Kata merupakan objek penyelidikan morfologi maupun sintaksis. Namun demikian terdapat perbedaan perlakuan di antara dua bidang tersebut. Yang ditinjau sintaksis … a. kata itu sendiri b. hubungan antarkata dalam kelompok kata c. hubungan morfem ikat dengan kata d.bentuk-bentuk kata e. arti dan fungsi kata 10. Ayah melambaikan tangannya berulang-ulang. Kalimat tersebut berpola SPOK. Pernyataan tersebut merupakan hasil analisis bidang … a. sintaksis b. morfologi c. leksikologi d. semantik e. etimologi B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secarasingkat dan tepat ! jawaban anda kerjakan di rumah dan hasilnya anda kumpulkan satu minggu kemudian. 1) a. Apa yang dimaksud dengan morfologi? b. Sebutkan satuan gramatik yang menjadi garapan morfologi ! c. Sebutkan pula rincian lingkup bahasan morfologi? 2) Apa perbedaan dan persamaan morfologi dengan:
  • 7. a. leksikologi; b. etimologi; dan c. sintaksis. Penjelasan yang anda berikan hendaknya disertai dengan contoh. BAB 7 MORFOFONEMIK Pada bagian ini, akan ditemukan paparan tentang: 1) pengertian morfofonemik; 2) penghilangan bunyi: 3) penambahan bunyi; 4) perubahan bunyi; 5) perubahan dan penambahan bunyi: 6) perubahan dan penghilangan bunyi; 7) peloncatan bunyi; serta 8) asimilasi dan desimilasi. A. Apakah Morfofonemik Itu? Morfofonemik adalah cabang linguistic yang mempelajari perubahan bunyi yang diakibatkanoleh adanya pengelompokkan morfem. Nelson Francis (1958) mengatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibatpengelompokkan menjadi kata (Ahmadslamet, 1982:69). Penegertian lain dilontarkan oleh Samsuri (1982:201) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfematau lebih serta pemberian tanda-tandanya. Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan bentuk belajar. Pada proses morfologis ini terjadi perubahan /r/ menjadi /l/. pertemuan morfem meN- dengan lihat menjadi melihat. Disini tampak bunyi /N/ hilang menjadi me-. Perubahan-perubahan bunyi akibat pertemuan dua morfem atau lebih disebut morfofonemis, sedangkan tanda huruf besar pada meN- yang pada ralitas fonemis bisa berupa beberapa macam bunyi/fonem disebut morfofonem, dan ilmu yang mempelajarinya disebut morfofonemik. Morfofonernis bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu: (1) penghilangan bunyi; (2) penambahan bunyi; (3) perubahan bunyi; (4) perubahan dan pe nambahan bunyi; (5) perubahan dan penghilangan bunyi; dan (6) peloncatan bunyi. B. Penghilangan Bunyi Proses penghilangan bunyi dapat terjadi atas:
  • 8. 1) Bunyi /N/ pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem tersebut dengan bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan nasal. Misalnya: meN- + ramu → meramu meN- + lucu → melucu meN- + yakini (?) → meyakini meN- + wangi → mewangi meN- + nyanyi → menyanyi meN- + minyak → meminyak meN- + ngeong → mengeong meN- + nanti → menanti peN- + rusak → perusak peN- + lacak → pelacak peN- + yakin → peyakin peN- + wajib → pewajib peN- + nyala → penyala peN- + mabuk → pemabuk peN- + nanti → penanti 1) Fonem /r/ pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau berfonem awal /r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/. misalnya:
  • 9. ber- + rambut → berambut ber- + serta → beserta ber- + kerja → bekerja ter- + rasa → terasa ter- + pedaya → terpedaya ter- + rayu → terayu ter- + ramal → peramal ter- + ramai → peramai ter- + serta → peserta C. Penambahan Bunyi Proses penambahan bunyi terjadi pada: 1) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya fonem atau bunyi /?/ bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/. Misalnya: -an + sapa → sapaan ke-an + sama → kesamaan per-an + kata → perkataan Catatan Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan diakhiri oleh vocal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan penambahan bunyi. Contoh: peN-an + tanda → penandaan peN-an + padu → pemaduan
  • 10. peN-an + kaji → pengajian peN-an + sampai → penyampaian 2) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/. Misalnya: -an + hari → harian ke-an + serasi → keserasian per-an + api → perapian 3) Pertemuan antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang berkhir dengan fonem /u, o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/. Misalnya: -an + jamu → Jamuan ke-an + lucu → kelucuan per-an + sekutu → persekutuan -an + kilo → kiloan ke-an + loyo → keloyoan per-an + toko → pertokoan D. Perubahan Bunyi Perubahan bunyi akan terjadi pada: 1) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai oleh fonem atau bunyi /d/ dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/. meN- + datang → mendatang
  • 11. meN- + survai → mensurvei peN- + damar → pedamar peN- + supply → pensupply 2) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /m/. Misalnya: meN- + buru → memburu meN- + fitnah → memfitnah peN- + buang → pembuang peN- + fitnah → pemfitnah 3) Pertemuan morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, j/, maka fonem /N/ akan berubeh menadi /n/ Misalnya: meN- + cakar → mencakar meN- + jajal → menjajal peN- + ceramah → penceramah peN- + jamu → penjamu 4) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi awal /g, h, x/ dan voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/. Misalnya:
  • 12. meN- + garap → menggarap meN- + hasut → menghasut meN- + khayal → mengkhayal meN- + ambil → mengambil meN- + intip → mengintip meN- + ukur → mengukur meN- + ekor → mengekor meN- + orbit → mengorbit peN- + garis → penggaris peN- + harum → pengharum peN- + khianat → pengkhianat peN- + angkat → pengangkat peN- + isap → pengisap peN- + umpat → pengumpat peN- + olah → pengolah 5) Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanyac terjadi pada bentuk dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”. Perhatikanlah: ber- + ajar → belajar per- + ajar → pelajar
  • 13. 6) Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/ menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/. Misalnya: duduk /dudu?/ + ke-an → kedudukan bedak /beda?/ + -i → bedaki E. Perubahan dan Penambahan Bunyi Proses perubahan dan penambahan fonem doat terjadi pads: 1) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata menyebabkan perubahan bunyi /N/ menjadi /η/ dan penambahan bunyi /∂/. Misalnya: meN- + bel → mengebel meN- + cat → mengecat meN- + tik → mengetik 2) Pertenuan morfem peN-an pada bentuk dasar berfonem awal /d, c, j/ dan berfonem akhir /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan bertambahnya /?, y, w/. Contonnya: peN-an + data → pendataan peN-an + dahulu → pendahuluan peN-an + cahaya → pencahayaan peN-an + cari → pencarian peN-an + calo → pencaloan peN-an + jaga → penjagaan peN-an + juri → penjurian
  • 14. 3) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /b, f/ dan berfonem akhir vokal /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan bertambahnya bunyi /?, y, w/. Contohnya: peN-an + buka → pembukaan peN-an + beri → pemberian peN-an + buku → pembukuan peN-an + blangko → pemblangkoan peN-an + fakta → fakta peN-an + foto → foto 4) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, kh/ dan berfonem akhir vocal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m / dan bertaoibahnya bunyi /?, Y, w/. Contohnya: peN-an + guna → penggunaan peN-an + gali → penggalian peN-an + gadai → penggadaian peN-an + ganggu → penggangguan peN-an + harga → penghargaan peN-an + hijau → penghijauan 5) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang dimulai oleh vokal dan diakhiri oleh vokal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi / / dan bertambahnya bunyi /?, y, w/. Contohnya: peN-an + ada → pengadaan
  • 15. peN-an + adu → pengaduan peN-an + andai → pengandaian peN-an + utama → pengutamaan peN-an + urai → penguraian peN-an + intai → pengintaian peN-an + operasi → pengoprasian F. Perubahan dan Penghilangan Bunyi Proses perubahan dan penghilangan bunyi terjadi pandai: 1) Pertemuan peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /p/ akan perubahan /N/ menjadi /m/ dan fonem awal bentuk dasar hilang. Contohnya: peN- + peras → pemeras meN- + paksa → memaksa 2) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /t/ akan mengakibatkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar. Contohnya: peN- + tari → penari meN- + tendang → menendang 3) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang diawali fonem /k/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar. Contohnya: peN- + karang → pengarang meN- + kurung → mengurung
  • 16. 4) Pertemuan morfem peN— dan meN— pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/ akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal bentuk dasar yang bersangkutan. Contohnya: peN- + sayang → penyayang meN- + saring → menyaring G. Peloncatan Bunyi Prawirasumantri (1986:40) menambahkan satu lagi bentuk morfofonemik bahasa Indonesia yaitu peloncatan burnyi. Peloncatan fonem ini terjadi apabi1a dua atau 1ebih bertukar tempat akibat petemuan morfem-morfem dalam bahasa Indonesia ditemukan sebuah gejala ini, yakni peloncatan fonem /a/ dan /m/ pada kata padma dalam merah padam. H. Mengapa Asimilasi dan Disimilasi? Setelah kita memaparkan masalah morofonemik yang dalam bahasa Indonesia, kita mengetahui bahwa apabila dua morfem berkombinasi sering terjadi perubanan fonem, fonem yang berdampingan akan menjadi sama atau lebih bersaingan. Yang dimaksud dengan bersamaan di sini ialah bersamaan dalam ciri-ciri artikulatisnya. Kalau /N/ berubah menjadi /m/ karena morfem awal bentuk dasar yang dilekatinya ialah /p/ maka terjadilah persamaan ciri-ciri artikumatoris yakni sama-sama bunyi bilabial. Proses yang menyebabkan dua fonem yang berbeda itu menjadi sama atau bersamaan disebut (Ahmadslamet, 1982:74). Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1982:37). 1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan. Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya. a. Asimilasi progresif Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Contohnya: colnis (latin kuno) → collis (latin) peN- + sabar → penyabar meN- + pugar → memugar b. Asimilasi regresif
  • 17. Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan. Contohnya: in- + possible → impossible en- + power → empower peN- + bela → pembela meN- + dengar → mendengar 2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri. Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan parsial. a. Asimilasi Total Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa betul. Contohnya: Dalam Bahasa Proses Asimilasi Hasil Asimilasi Indonesia ad + salam (Arab) assalam asalam in + moral (Ingg.) immoral imoral ad + similatino (Lat) assimilasi asimilasi meN- + periksa (Ind) memeriksa memeriksa b. Asimilasi Parsial Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris. Contohnya: in- + possible → impossible meN- + bawa → membawa en + bitter → embitter peN- + dengar → pendengar Kebalikan dan asimilasi adalah disimilasi yakni prosa dua fonem yang sama atau bersamaan menjadi tidak sama.
  • 18. Contohnya: in + noble → ignoble saj + jana (skt) → sarjana sayur + sayur → sayur mayor I. Uji Pemahaman Materi A.1 Untuk soal nomor 1 sampai dengan nomor 7, silanglah huruf yang berada di depan alternatif jawaban yang paling tepat! 1) Cabang ilmu bahasa yang mempelajari perubahan-perubahan fonem akibat pertemuan morfem dengan morfem lain, disebut … a, morfofonemis b. morfofonemik c. morfofonem d. morfologi 2) Berikut ini, kata yang mengandung morfofonemis hjan.—an hnypenghilangan bunyi ialah a. melerai b. penarikan c. pendatangan d. pengekor 3) Kata penundaan merupakan kata yang mengandung morfofonemis berupa … a. perubahan dan penghilangan bunyi b. perubahan dan penambahan bunyi c. perubahan bunyi d, perubahan, penghilanan, dan penambahan bunyi
  • 19. 4) Morfofonemis yang terjadi pada kata pembudayaan ialah … a. perubahan /N/ menjadi /m/ b, penambahan fonem /?/ c. penabahan /ya/ d. a dan b 5) Perubahan fonem /N/ menjadi /η/ serta pertambahan fonem /∂/ terdapat pada kata … a. pengepel b. pengelola. c. pengemudi d. pengendap 6) Contoh asimilasi progresif terdapat pada kata … a. pembeda b. assalam c. penyaji d. collis 7) Assalam berdasarkan sifat asimilasinya, termasuk … a. asimilasi progresif b. asimilasi regresif c. asimilasi total d. asimilasi parsial A. 2 Untuk soal nomor 8 sampai dengan nomor 12, pilihlah: a. jika 1, 2, dan 3 benar; b. jika 1 dan 2 benar; c. jika 1 dan 3 benar; dan d. jika 1 benar
  • 20. 8) Berikut ini merupakan kata yang mengandung morfofonemis berupa perubahan dan penghilangan bunyi … 1. memarkir 2. menyeret 3. mengangkut 9) Perubahan dan penambahan bunyi terdapat pada … 1. pengelas 2. pengemis 3. pengesah 10) Berikut ini yang termasuk asimilasi regresif … 1. pendatang 2. immoral 3. pemungut 11) Perubahan, penhilangan, dan penambahan fonem terdapat pada … 1. penyatuan 2. penarikan 3. penjelasan 12) Berikut ini merupakan contoh desimilasi … 1. lauk-pauk 2. sarjana 3. embiter 13) Kata penyusutan mengandung morfofonemis berupa … 1. perubahan bunyi 2. penambanan bunyi 3. penghilangan bunyi
  • 21. B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat. Hasil pekerjaan anda, anda kumpulkan minggu yang akan datang. 1) Apa yang dimaksud dengan morfofonemik, morfofonemis, dan morfofonem? 2) Ada berapa macam morfofenemis dalam bahasa Indonesia? Sebutkan, kemudian jelaskan dengan disertai contoh! 3) Apa yang dimaksud dengan asimilasi dan desimilasi? Ada berapa macam bentuk asimilasi? Sebutkan dengan disertaij contoh! 4) Morfofonemis apakah yang terdapat pada kata-kata berikut? a. mewajibkan b. uraian c. penyajian d. penindasan e. pemalsuan 1. keadaan g. penyamaran h. pengumpat i. pelempar j. pencabutan k. penggali 1. pengubur m. pelawak n. menakjubkan