1. BAB 1 MORFOLOGI (TATA BENTUK)
Pada bagian ini akan dipaparkan:
1. pengertian morfologi;
2. perbandingan morfologi dengan leksikologi;
3. perbandingan morfologi dengan etimologi; dan
4. morfologi dengan sintaksis
A. Pengertian Morfologi
Morfologi atau tata bentuk (Ingg. morphology; ada pula yang menyebutnya morphemics)
adalah bidang linguistic yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar,
1984 : 52). Dengan perkataan lain, morfologi mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk,
dan klasifikasi kata-kata. Dalam linguistik bahasa Arab, morfologi ini disebut tasrif, yaitu
perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna
yang berbeda (baru). Tanpa perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk
(Alwasilah, 1983 : 101).
Untuk memperjelas pengertian di atas, perhatikanlah contoh-contoh berikut dari segi
struktur atau unsur-unsur yang membentuknya,
a. makan b. main
makanan mainan
dimakan bermain
termakan main-main
makan-makan bermain-main
dimakankan permainan
rumah makan memainkan
Contoh-contoh yang terpampang di atas, semuanya disebut kata. Namun demikian, struktur
kata-kata tersebut berbeda-beda. Kata makan terdiri atas satu bentuk bermakna. Kata makanan,
dimakan, dan termakan masing-masing terdiri atas dua bentuk bermakna yaitu –an, di-, ter- dengan
makan. Kata makan-makan terdiri atas dua bentuk bermakna makan dan makan. Rumah makan pun
terdiri atas dua bentuk bermakan rumah dan makan. Kata main, sama dengan kata makan terdiri
atas satu bentuk bermakna, sedangkan kata mainan, bermain, main-mainan, permainan, memainkan
masing-masing terdiri atas dua buah bentuk bermakna yakni –an, ber-, main, per-an, me-kan
dengan main. Kata bermain-main terdiri atas tiga bentuk bermakna ber-, main, dan main.
Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa bentuk-bentuk tersebut dapat
berubah karena terjadi suatu proses. Kata makan dapat berubah menjadi makanan, dimakan,
2. termakan karena masing-masing adanya penambahan –an, di-, dan ter-, dapat pula menjadi makan-
makan karena adanya pengulangan, dapat pula menjadi rumah makan karena penggabungan dengan
rumah. Perubahan bentuk atau struktur kata tersebut dapat pula diikuti oleh perubahan jenis atau
makna kata. Kata makan termasuk jenis atau golongan kata kerja sedangkan makanan termasuk
jenis atau golongan kata benda. Dari segi makna kata makan maknanya „memasukan sesuatu
melalui mulut‟, sedangkan makanan maknanya „semua benda yang dapat dimakan‟.
Seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap
golongan dan arti atau makna kata seperti contoh di atas itulah yang dipelajari oleh bidang
morfologi (Ramlan, 1983 : 3). Prawirasumantri (1985 : 107) lebih tegas merinci bidang yang
dibahas oleh morfologi yakni : (1) morfem-morfem yang terdapat dalam sebuah bahasa, (2) proses
pembentukan kata, (3) fungsi proses pembentukan kata, (4) makna proses pembentukan kata, dan
(5) penjenisan kata.
B. Perbandingan Morfologi dengan Leksikologi
Kata kosong mempunyai berbagai makna dalam pemakaiannya, antara lain :
1) Tidak ada isinya; misalnya: peti besinya telah kosong.
2) Hampa, berongga (geronggang) di dalamnya; misalnya: tinggal butir-butir padi yang
kosong.
3) Tidak ada yang menempati; misalnya: rumah itu kosong.
4) Terluang; misalnya: waktu kosong.
5) Tidak mengandung sesuatu yang penting atau berharga; misalnya: perkataannya kosong.
(Poerwadarminta, 1985 : 524).
Selain itu, ada pula kata-kata mengosongkan „menjadikan kosong‟, pengosongan „perbuatan
mengosongkan‟, kekosongan „keadaan kosong‟ atau „menderita sesuatu karena kosong‟.
Morfologi danLeksikologi sama-sama mempelajari kata, ari kata, akan tetapi si antara
keduanya terdapat perbedaan. Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap yang
terkandung dalam kata atau yang lazim disebut arti leksis atau makna leksikal, sedangkan morfologi
mempelajari arti yang timbul akibat peristiwa gramatis yang biasa disebut arti gramatis atau makna
gramatikal. Sebagai contoh kita bandingkan kata kosong dengan mengosongkan. Kedua kata itu
masing-masing mepunyai arti leksis atau makna leksikal. Kosong antara lain artinya ada lima butir
seperti yang tertera pada contoh di atas, sedangkan mengosongkan makna atau artinya „menjadikan
atau membuat jadi kosong‟. Mengenai arti leksis kedua kata tersebut dibicarakan dalam leksikologi,
sedangkan dalam morfologi dibicarakan makna atau arti yang timbul akibat melekatnya imbuhan
atau afiks meN-kan.
C. Perbandingan Morfologi dengan Etimologi
3. Dalam penyelidikan makna, morfologi berdekatan dengan leksikologi, sedangka dalam
penyelidikan bentuk, morfologi berdekatan dengan etimologi, yakni ilmu yang menyelidiki seluk-
beluk asal-usul kata secara khusus (Ramlan 1978 dalam Prawirasumantri, 1985 : 109).
Walau morfologi dan etimologi mempelajari masalah yang sama yakni perubahan bentuk,
namun ada perbedaannya. Morfologi mempelajari perubahan kata yang disebabkan atau yang
terjadi akibat sistem bahasa secara umum. Sebagai contoh, dari kata pakai terbentuk kata-kata baru
pakaian, memakai, dipakai, terpakai, berpakaian. Perubahan-perubahan itu disebabkan oleh sistem
bahasa yaitu sistem afiksasi atau pembubuhan afiks. Gejala itulah yang dipelajari oleh morfologi.
Namun perhatikanlah contoh-contoh berikut: kenan di samping berkenan; ia di samping dia, yang,
dan –nya dan tuan di samping tuhan. Perubahan-perubahan tersebut bukan bersifat umum atau
bukan akibat sistem bahasa Indonesia. Perubahan tersebut hanya terjadi untuk kata-kata tersebut,
tidak berlaku untuk kata-kata lain. Perubahan-perubahan itu bukan dipelajari oleh morfologi atau
ilmu asal-usul kata.
D. Perbandingan Morfologi dengan Sintaksis
Satu lagi cabang ilmu bahasa yang berdekatan dengan morfologi yaitu sintaksis. Kata
sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun “dengan” dan tattien “menempatkan”. Dengan jelas,
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-
kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar, 1985 : 70).
Bidang sintaksis menyelidiki semua hubungan antarkata dan antarkelompok kata dalam
kalimat. Di lain pihak, morfologi mempelajari seluk-beluk kata itu sendiri secara mandiri tanpa
memperhatikan hubungannya dalam kalimat. Tegasnya dapat dikatakan bahwa unsur yang paling
kecil yang dipelajari oleh morfologi ialah morfem dan yang paling besar ialah kata, sedangkan
sintaksis mempelajari unsur yang paling kecil ialah kata dan yang terbesar kalimat
(Prawirasumanttri, 1985 : 110).
Ramlan (1980 : 5) memberikan contoh untuk membedakan bidang garapan morfologi dan
sintaksis dalam kalimat, “Ia mengadakan perjalanan.” Jika kita membicarakan ia sebagai bentuk
tunggal, mengadakan dan perjalanan sebagai bentuk kompleks, termasuk garapan bidang
morfologi, tetapi jika pembicaraan mengenai ia sebagai subjek, mengadakan sebagai predikat
dengan kata perjalanan sebagai objek termasuk garapan sintaksis.
Dengan membaca uraian di atas, kita seolah-olah dapat dengan mudah mengetahui batas
yang tegas bidang garapan morfologi dengan sintaksis. Sebenarnya tidaklah selalu demikian. Kita
ambil contoh bentuk-bentuk ketidakadilan, ketidakmampuan, dan ketidaktentraman. Pembicaraan
kata-kata tersebut sebagai bentuk kompleks yang terdiri atas bentuk ke-an dengan tidak adil, tidak
mampu, tidak tentram termasuk ke dalam bidang morfologi. Akan tetapi pembicaraan mengenai
hubungan antara tidak dengan adil, mampu, dan tentram termasuk ke dalam bidang sintaksis.
Pembicaraan tentang bentuk yang salah satu unsurnya berupa afiks atau imbuhan termasuk dalam
bidang morfologi, sedangkan bentuk yang semua unsurnya berupa kata (bentuk yang seperti itu
sering disebut frase) termasuk ke dalam bidang sintaksis (Ramlan dalam Prawirasumantri, 1985 :
110).
Contoh lain yang menunjukkan bahwa morfologi dan sintaksissulit ditentukan batasnya
yaitu pembicaraan tentang kata majemuk yang semua unsurnyapokok kata atau kata seperti: tinggi
hati, keras kepala, sapu tangan, dan sejenisnya. Pembicaraan bentuk-bentuk seperti itu tampaknya
seperti termasuk kedalam sintaksis, tetapi karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat seperti kata,
4. maka pembicaraannya termasuk ke dalam bidang morfologi. Hal itu disebabkan karena kata
majemuk termasuk golongan kata. Bukankah morfologi mempelajari kata sebagai unsur yang
terbesar?
E. Uji Pemahaman Materi
Untuk menguji apakah anda memahami materi yang dipaparkan di atas atau belum,
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
A. Silanglah huruf yang berada di depan jawaban yang paling tepat.
1. Hal-hal berikut ini disdeskripsikan dalam morfologi, kecuali …
a. morfem-morfem yang terdapat dalam suatu bahasa
b. proses pembentukan kata dalam suatu bahasa
c. makna gramatikal kata-kata bentukan dalam suatu bahasa
d. makna hubungan antarkata dalam kelompok kata
e. fungsi proses pembentukan kata
2. Satuan gramatik yang dibahas oleh morfologi ialah …
a. morfem
b. kata
c. morfem dan kata
d. frase, klausa, kalimat
e. morfem, kata, frase, klauda, dan kalimat
3. Morfologi dan etimologi, sama-sama mempelajari bentuk kata, namun ada perbedaannya.
Perubahan bentuk yang dipelajari oleh etimologi …
a. disebabkan oleh sistem bahasa yang dipelajari
b. disebabkan bukan oleh sistem bahasa yang dipelajari
c. tidak mempedulikannya
d. kata yang terdapat dalam kamus
e. a, b, dan c benar
5. 4. Buku mempunyai makna antara lain: (1) tulang sendi, (2) butir atau gumpal (garam sebuku),
(3) setampang atau selipat (tembakau lima buku, bamboo sebuku). Pembahasan makna kata
seperti itu, hasil telaah bidang …
a. etimologi
b. leksikologi
c. sintaksis
d. semantik
e. morfologi
5. Seorang mahasiswa menganalisis kalimat, “Rudi membeli buku tulis.” Salah satu hasil
analisisnya berbunyi, “Rudi dalam kalimat itu sebagai pelaku”. Pendekatan analisis yang
digunakan mahasiswa tersebut adalah …
a. morfologi
b. leksikon
c. etimologi
d. sintaksis
e. semantik
6. Kata perlakuan terdiri atas dua unsur yaitu per-an dan laku. Pernyataan tersebut merupakan
hasil analisis bidang …
a. morfologi
b. etimologi
c. sintaksis
d. semantik
e. leksikologi
7. Kata ilmu yang dalam bahasa Indonesia berarti “pengetahuan” berasal dari bahasa Arab
Ilmun yang berasal dari alama. Kesimpulan tersebut merupakan hasil telaah …
a. etimologi
b. morfologi
c. sintaksis
d. leksikologi
6. e. semantik
8. Morfologi mempunyai persamaan dengan leksikologi yaitu sama-sama mempelajari …
a. bentuk kata
b. perubahan kata
c. jenis kata
d. fungsi proses pembentukan kata
e. makna kata
9. Kata merupakan objek penyelidikan morfologi maupun sintaksis. Namun demikian terdapat
perbedaan perlakuan di antara dua bidang tersebut. Yang ditinjau sintaksis …
a. kata itu sendiri
b. hubungan antarkata dalam kelompok kata
c. hubungan morfem ikat dengan kata
d.bentuk-bentuk kata
e. arti dan fungsi kata
10. Ayah melambaikan tangannya berulang-ulang. Kalimat tersebut berpola SPOK. Pernyataan
tersebut merupakan hasil analisis bidang …
a. sintaksis
b. morfologi
c. leksikologi
d. semantik
e. etimologi
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secarasingkat dan tepat ! jawaban anda kerjakan di
rumah dan hasilnya anda kumpulkan satu minggu kemudian.
1) a. Apa yang dimaksud dengan morfologi?
b. Sebutkan satuan gramatik yang menjadi garapan morfologi !
c. Sebutkan pula rincian lingkup bahasan morfologi?
2) Apa perbedaan dan persamaan morfologi dengan:
7. a. leksikologi;
b. etimologi; dan
c. sintaksis.
Penjelasan yang anda berikan hendaknya disertai dengan contoh.
BAB 7 MORFOFONEMIK
Pada bagian ini, akan ditemukan paparan tentang:
1) pengertian morfofonemik;
2) penghilangan bunyi:
3) penambahan bunyi;
4) perubahan bunyi;
5) perubahan dan penambahan bunyi:
6) perubahan dan penghilangan bunyi;
7) peloncatan bunyi; serta
8) asimilasi dan desimilasi.
A. Apakah Morfofonemik Itu?
Morfofonemik adalah cabang linguistic yang mempelajari perubahan bunyi yang
diakibatkanoleh adanya pengelompokkan morfem. Nelson Francis (1958) mengatakan bahwa
morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf
sebagai akibatpengelompokkan menjadi kata (Ahmadslamet, 1982:69). Penegertian lain dilontarkan
oleh Samsuri (1982:201) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan
fonem yang disebabkan hubungan dua morfematau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan
morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan bentuk
belajar. Pada proses morfologis ini terjadi perubahan /r/ menjadi /l/. pertemuan morfem meN-
dengan lihat menjadi melihat. Disini tampak bunyi /N/ hilang menjadi me-. Perubahan-perubahan
bunyi akibat pertemuan dua morfem atau lebih disebut morfofonemis, sedangkan tanda huruf besar
pada meN- yang pada ralitas fonemis bisa berupa beberapa macam bunyi/fonem disebut
morfofonem, dan ilmu yang mempelajarinya disebut morfofonemik.
Morfofonernis bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu: (1)
penghilangan bunyi; (2) penambahan bunyi; (3) perubahan bunyi; (4) perubahan dan pe nambahan
bunyi; (5) perubahan dan penghilangan bunyi; dan (6) peloncatan bunyi.
B. Penghilangan Bunyi
Proses penghilangan bunyi dapat terjadi atas:
8. 1) Bunyi /N/ pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem
tersebut dengan bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan
nasal.
Misalnya:
meN- + ramu → meramu
meN- + lucu → melucu
meN- + yakini (?) → meyakini
meN- + wangi → mewangi
meN- + nyanyi → menyanyi
meN- + minyak → meminyak
meN- + ngeong → mengeong
meN- + nanti → menanti
peN- + rusak → perusak
peN- + lacak → pelacak
peN- + yakin → peyakin
peN- + wajib → pewajib
peN- + nyala → penyala
peN- + mabuk → pemabuk
peN- + nanti → penanti
1) Fonem /r/ pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau
berfonem awal /r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/.
misalnya:
9. ber- + rambut → berambut
ber- + serta → beserta
ber- + kerja → bekerja
ter- + rasa → terasa
ter- + pedaya → terpedaya
ter- + rayu → terayu
ter- + ramal → peramal
ter- + ramai → peramai
ter- + serta → peserta
C. Penambahan Bunyi
Proses penambahan bunyi terjadi pada:
1) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya
fonem atau bunyi /?/ bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.
Misalnya:
-an + sapa → sapaan
ke-an + sama → kesamaan
per-an + kata → perkataan
Catatan
Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan
diakhiri oleh vocal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan
penambahan bunyi.
Contoh:
peN-an + tanda → penandaan
peN-an + padu → pemaduan
10. peN-an + kaji → pengajian
peN-an + sampai → penyampaian
2) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/.
Misalnya:
-an + hari → harian
ke-an + serasi → keserasian
per-an + api → perapian
3) Pertemuan antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
berkhir dengan fonem /u, o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/.
Misalnya:
-an + jamu → Jamuan
ke-an + lucu → kelucuan
per-an + sekutu → persekutuan
-an + kilo → kiloan
ke-an + loyo → keloyoan
per-an + toko → pertokoan
D. Perubahan Bunyi
Perubahan bunyi akan terjadi pada:
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai
oleh fonem atau bunyi /d/ dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang
berasal dari bahasa asing akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/.
meN- + datang → mendatang
11. meN- + survai → mensurvei
peN- + damar → pedamar
peN- + supply → pensupply
2) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal
dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /m/.
Misalnya:
meN- + buru → memburu
meN- + fitnah → memfitnah
peN- + buang → pembuang
peN- + fitnah → pemfitnah
3) Pertemuan morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal
dengan fonem /c, j/, maka fonem /N/ akan berubeh menadi /n/
Misalnya:
meN- + cakar → mencakar
meN- + jajal → menjajal
peN- + ceramah → penceramah
peN- + jamu → penjamu
4) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi
awal /g, h, x/ dan voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/.
Misalnya:
12. meN- + garap → menggarap
meN- + hasut → menghasut
meN- + khayal → mengkhayal
meN- + ambil → mengambil
meN- + intip → mengintip
meN- + ukur → mengukur
meN- + ekor → mengekor
meN- + orbit → mengorbit
peN- + garis → penggaris
peN- + harum → pengharum
peN- + khianat → pengkhianat
peN- + angkat → pengangkat
peN- + isap → pengisap
peN- + umpat → pengumpat
peN- + olah → pengolah
5) Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar
mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini
sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanyac terjadi pada bentuk
dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”.
Perhatikanlah:
ber- + ajar → belajar
per- + ajar → pelajar
13. 6) Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/
menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/.
Misalnya:
duduk /dudu?/ + ke-an → kedudukan
bedak /beda?/ + -i → bedaki
E. Perubahan dan Penambahan Bunyi
Proses perubahan dan penambahan fonem doat terjadi pads:
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang terdiri atas
satu suku kata menyebabkan perubahan bunyi /N/ menjadi /η/ dan
penambahan bunyi /∂/.
Misalnya:
meN- + bel → mengebel
meN- + cat → mengecat
meN- + tik → mengetik
2) Pertenuan morfem peN-an pada bentuk dasar berfonem awal /d, c, j/ dan
berfonem akhir /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan
bertambahnya /?, y, w/.
Contonnya:
peN-an + data → pendataan
peN-an + dahulu → pendahuluan
peN-an + cahaya → pencahayaan
peN-an + cari → pencarian
peN-an + calo → pencaloan
peN-an + jaga → penjagaan
peN-an + juri → penjurian
14. 3) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /b, f/ dan
berfonem akhir vokal /a, i, u, dan o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m/ dan
bertambahnya bunyi /?, y, w/.
Contohnya:
peN-an + buka → pembukaan
peN-an + beri → pemberian
peN-an + buku → pembukuan
peN-an + blangko → pemblangkoan
peN-an + fakta → fakta
peN-an + foto → foto
4) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang berfonem awal /g, h, kh/ dan
berfonem akhir vocal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi /m / dan
bertaoibahnya bunyi /?, Y, w/.
Contohnya:
peN-an + guna → penggunaan
peN-an + gali → penggalian
peN-an + gadai → penggadaian
peN-an + ganggu → penggangguan
peN-an + harga → penghargaan
peN-an + hijau → penghijauan
5) Pertemuan morfem peN-an pada bentuk dasar yang dimulai oleh vokal dan
diakhiri oleh vokal /a, i, u, o/ menyebabkan perubahan /N/ menjadi / / dan
bertambahnya bunyi /?, y, w/.
Contohnya:
peN-an + ada → pengadaan
15. peN-an + adu → pengaduan
peN-an + andai → pengandaian
peN-an + utama → pengutamaan
peN-an + urai → penguraian
peN-an + intai → pengintaian
peN-an + operasi → pengoprasian
F. Perubahan dan Penghilangan Bunyi
Proses perubahan dan penghilangan bunyi terjadi pandai:
1) Pertemuan peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /p/ akan
perubahan /N/ menjadi /m/ dan fonem awal bentuk dasar hilang.
Contohnya:
peN- + peras → pemeras
meN- + paksa → memaksa
2) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang dimulai oleh fonem /t/
akan mengakibatkan perubahan /N/ menjadi /n/ dan hilangnya fonem awal bentuk
dasar.
Contohnya:
peN- + tari → penari
meN- + tendang → menendang
3) Pertemuan morfem peN- dan meN- pada bentuk dasar yang diawali fonem /k/
akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal
bentuk dasar.
Contohnya:
peN- + karang → pengarang
meN- + kurung → mengurung
16. 4) Pertemuan morfem peN— dan meN— pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/
akan mengakibatkan perubahan fonem /N/ menjadi /η/ dan hilangnya fonem awal
bentuk dasar yang bersangkutan.
Contohnya:
peN- + sayang → penyayang
meN- + saring → menyaring
G. Peloncatan Bunyi
Prawirasumantri (1986:40) menambahkan satu lagi bentuk morfofonemik bahasa Indonesia
yaitu peloncatan burnyi. Peloncatan fonem ini terjadi apabi1a dua atau 1ebih bertukar tempat akibat
petemuan morfem-morfem dalam bahasa Indonesia ditemukan sebuah gejala ini, yakni peloncatan
fonem /a/ dan /m/ pada kata padma dalam merah padam.
H. Mengapa Asimilasi dan Disimilasi?
Setelah kita memaparkan masalah morofonemik yang dalam bahasa Indonesia, kita
mengetahui bahwa apabila dua morfem berkombinasi sering terjadi perubanan fonem, fonem yang
berdampingan akan menjadi sama atau lebih bersaingan. Yang dimaksud dengan bersamaan di sini
ialah bersamaan dalam ciri-ciri artikulatisnya. Kalau /N/ berubah menjadi /m/ karena morfem awal
bentuk dasar yang dilekatinya ialah /p/ maka terjadilah persamaan ciri-ciri artikumatoris yakni
sama-sama bunyi bilabial. Proses yang menyebabkan dua fonem yang berbeda itu menjadi sama
atau bersamaan disebut (Ahmadslamet, 1982:74). Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi,
yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1982:37).
1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan.
Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi
progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya.
a. Asimilasi progresif
Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak
sesudah bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya: colnis (latin kuno) → collis (latin)
peN- + sabar → penyabar
meN- + pugar → memugar
b. Asimilasi regresif
17. Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan
mendahului bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya: in- + possible → impossible
en- + power → empower
peN- + bela → pembela
meN- + dengar → mendengar
2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan
parsial.
a. Asimilasi Total
Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar
serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa
betul.
Contohnya:
Dalam Bahasa
Proses Asimilasi Hasil Asimilasi
Indonesia
ad + salam (Arab) assalam asalam
in + moral (Ingg.) immoral imoral
ad + similatino (Lat) assimilasi asimilasi
meN- + periksa (Ind) memeriksa memeriksa
b. Asimilasi Parsial
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak
persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.
Contohnya: in- + possible → impossible
meN- + bawa → membawa
en + bitter → embitter
peN- + dengar → pendengar
Kebalikan dan asimilasi adalah disimilasi yakni prosa dua fonem yang sama atau bersamaan
menjadi tidak sama.
18. Contohnya:
in + noble → ignoble
saj + jana (skt) → sarjana
sayur + sayur → sayur mayor
I. Uji Pemahaman Materi
A.1 Untuk soal nomor 1 sampai dengan nomor 7, silanglah huruf yang berada di depan
alternatif jawaban yang paling tepat!
1) Cabang ilmu bahasa yang mempelajari perubahan-perubahan fonem akibat pertemuan
morfem dengan morfem lain, disebut …
a, morfofonemis
b. morfofonemik
c. morfofonem
d. morfologi
2) Berikut ini, kata yang mengandung morfofonemis hjan.—an hnypenghilangan bunyi
ialah
a. melerai
b. penarikan
c. pendatangan
d. pengekor
3) Kata penundaan merupakan kata yang mengandung morfofonemis berupa …
a. perubahan dan penghilangan bunyi
b. perubahan dan penambahan bunyi
c. perubahan bunyi
d, perubahan, penghilanan, dan penambahan bunyi
19. 4) Morfofonemis yang terjadi pada kata pembudayaan ialah …
a. perubahan /N/ menjadi /m/
b, penambahan fonem /?/
c. penabahan /ya/
d. a dan b
5) Perubahan fonem /N/ menjadi /η/ serta pertambahan fonem /∂/ terdapat pada kata …
a. pengepel
b. pengelola.
c. pengemudi
d. pengendap
6) Contoh asimilasi progresif terdapat pada kata …
a. pembeda
b. assalam
c. penyaji
d. collis
7) Assalam berdasarkan sifat asimilasinya, termasuk …
a. asimilasi progresif
b. asimilasi regresif
c. asimilasi total
d. asimilasi parsial
A. 2 Untuk soal nomor 8 sampai dengan nomor 12, pilihlah:
a. jika 1, 2, dan 3 benar;
b. jika 1 dan 2 benar;
c. jika 1 dan 3 benar; dan
d. jika 1 benar
20. 8) Berikut ini merupakan kata yang mengandung morfofonemis berupa perubahan dan
penghilangan bunyi …
1. memarkir
2. menyeret
3. mengangkut
9) Perubahan dan penambahan bunyi terdapat pada …
1. pengelas
2. pengemis
3. pengesah
10) Berikut ini yang termasuk asimilasi regresif …
1. pendatang
2. immoral
3. pemungut
11) Perubahan, penhilangan, dan penambahan fonem terdapat pada …
1. penyatuan
2. penarikan
3. penjelasan
12) Berikut ini merupakan contoh desimilasi …
1. lauk-pauk
2. sarjana
3. embiter
13) Kata penyusutan mengandung morfofonemis berupa …
1. perubahan bunyi
2. penambanan bunyi
3. penghilangan bunyi
21. B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat. Hasil pekerjaan
anda, anda kumpulkan minggu yang akan datang.
1) Apa yang dimaksud dengan morfofonemik, morfofonemis, dan morfofonem?
2) Ada berapa macam morfofenemis dalam bahasa Indonesia? Sebutkan, kemudian
jelaskan dengan disertai contoh!
3) Apa yang dimaksud dengan asimilasi dan desimilasi? Ada berapa macam bentuk
asimilasi? Sebutkan dengan disertaij contoh!
4) Morfofonemis apakah yang terdapat pada kata-kata berikut?
a. mewajibkan
b. uraian
c. penyajian
d. penindasan
e. pemalsuan
1. keadaan
g. penyamaran
h. pengumpat
i. pelempar
j. pencabutan
k. penggali
1. pengubur
m. pelawak
n. menakjubkan