SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
PPh Pemotongan
dan Pemungutan
Psl 4 (2), 15, 22,
23, dan 26
Martini, SE, M.Akt
PPh Pasal 4 (2) atau PPh FINAL atau
Schedular Taxation
 Merupakan pajak yang bersifat Final (rampung), jenis
penghasilan yang dikenakan PPh ini ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2)
No
1

PP

Objek PPh Final Psl 4 (2) Tarif dan DPP

PP

Penghasilan

131/2000

bunga

berupa 20% x jml bunga

deposito

dan

tabungan lainnya
2

PP 16/2009 Penghasilan

berupa

bunga obligasi
Diatas tahun 2014

15% x jml bunga

Tahun 2011-2013

5% x jml bunga

Tahun 2009-2010

0% x jml bunga
Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2)
No
3

PP

Objek PPh Final Psl 4 (2) Tarif dan DPP

PP 15/2009 Bunga

simpanan

yang 10% x jml bunga

dibayarkan oleh koperasi 0% x jml bunga
kepada anggota koperasi
orang pribadi
4

PP

Penghasilan

132/2000

hadiah undian

berupa 25% x
penghasilan
bruto

5

PP 41/1994 Penghasilan dari transaksi 0,1% x nilai jual
jo.
14/1997

PP saham
lainnya

dan

sekuritas 0,5%

x

perdana

harga
Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2)
No

PP

Objek PPh Final Pasal 4

Tarif dan DPP

(2)
6

PP 17/2009 Transaksi derivatif yang 2,5% x margin
diperdagangkan di bursa

7

PP 4/1995

Transaksi
saham

atau

penjualan 0,1% x nilai jual
pengalihan

penyertaan modal pada
perusahaan pasangannya
yang

awal

diterima

oleh

perusahaan modal ventura
Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2)
No
8

PP
PP

Objek PPh Final Psl 4 (2)

Tarif dan DPP

48/1994 Penghasilan dari transaksi 5% x harga jual

stdtd.
71/2008

PP pengalihan

harta

berupa atau NJOP PBB,

tanah dan/atau bangunan

mana yang lebih
tinggi

9

PP

51/2008 Penghasilan

jo.
40/2009

PP jasa konstruksi

dari

usaha 2% x nilai kontrak
3% x nilai kontrak
4% x nilai kontrak
6% x nilai kontrak
Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2)
No

PP

10 PP

48/1994 Penghasilan dari usaha real 5% x harga jual

stdtd.

Objek PPh Final Psl 4 (2)
PP estate

Tarif dan DPP
atau NJOP PBB,

71/2008

mana yang lebih
tinggi

11 PP

29/1996 Persewaan tanah dan/atau 10% x nilai sewa

jo. PP 5/2002 bangunan
12 PP 19/2009

Deviden yang diterima oleh 10%

x

jumlah

Wajib Pajak orang pribadi deviden
dalam negeri
13 PP 27/2008

Penghasilan

dari

Surat 20%

Perbendaharaan Negara

bunga

x

jumlah
Pajak Penghasilan Pasal 15
 Merupakan PPh yang dipotong atas penghasilan yang
diterima/diperoleh perusahaan pelayaran atau penerbangan
internasional, pengeboran minyak, gas dan panas bumi,
perusahaan dagang asing serta yang melakukan investasi
dalam bentuk Built Operate Transfer
Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15
1. Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
Penghasilan neto WP perusahaan pelayaran dalam negeri
sebesar 4% dari peredaran bruto, sedangkan besarnya tarif
efektif yang berlaku adalah sebesar 1,2% dan bersifat final.
Norma penghasilan neto
: 4%
Tarif PPh (maksimal)
: 30%
Jumlah PPh Pasal 15 (4% x 30%) : 1,2%
Pajak Penghasilan Pasal 15
Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15
2. Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
Penghasilan neto WP perusahaan penerbangan dalam negeri
adalah sebesar 6% dari peredaran bruto, sedangkan tarif
efektif yang berlaku adalah sebesar 1,8% bersifat tidak final
Norma penghasilan neto
: 6%
Tarif PPh (maksimal)
: 30%
Jumlah PPh Pasal 15 (6% x 30%)
: 1,8%
Pajak Penghasilan Pasal 15
Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15
3. Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri yang
melakukan Usaha melalui BUT di Indonesia
Penghasilan neto perusahaan pelayaran/penerbangan luar
negeri adalah sebesar 6% dari peredaran bruto, sedangkan
tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 2,64% dan bersifat
final.
Norma penghasilan neto
Tarif PPh (maksimal)
Jumlah PPh Pasal 15 (6% x 30%
Laba setelah PPh Pasal 15 (6%-1,8%)
Tarif PPh Pasal 26 ayat (4)
Jumlah PPh Pasal 26 (4) ayat (4,2% x 20%)
Tarif Efektif (0,84% + 1,8%)

: 6%
: 30%
: 1,8%
: 4,2%
: 20%
: 0,84%
: 2,64%
Pajak Penghasilan Pasal 15
Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15
4. Wajib Pajak Luar Negeri yang Mempunyai BUT Perwakilan
Dagang Asing di Indonesia
Penghasilan neto WP perwakilan dagang asing di Indonesia
adalah 1% dari nilai ekspor bruto, sedangkan tarif efekif
yang berlaku adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto
dan bersifat final
Norma penghasilan neto
Tarif PPh (maksimal)
Jumlah PPh Pasal 15 (1% x 30%
Laba setelah PPh Pasal 15 (1%-0,3%
Tarif PPh Pasal 26 ayat (4)
Jumlah PPh Pasal 26 (4) ayat (0,7% x 20%)
Tarif Efektif (0,14% + 0,3%)

: 1%
: 30%
: 0,3%
: 0,7%
: 20%
: 0,14%
: 0,44%
Pajak Penghasilan Pasal 15
 Penyetoran PPh terutang paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya dan
pelaporannya paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya.
Pajak Penghasilan Pasal 22
 Merupakan PPh yang dipungut oleh Bendaharawan
Pemerintah terkait dengan pembelian barang dan badanbadan tertentu terkait dengan kegiatan di bidang impor dan
kegiatan usaha di bidang lainnya dan Barang yang
Tergolong Sangat Mewah.
 Pemungutan pajak berdasarkan pasal 22 UU PPh
dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran pajak
dan untuk tujuan kesederhanaan, kemudahan, dan
pengenaan pajak yang tepat waktu. Dalam kaitannya dengan
impor barang, pengenaan PPh Pasal 22 impor didasarkan
pada Nilai Impor (Cost Insurance Freight/CIF) + Bea
Masuk.
Pajak Penghasilan Pasal 22
Contoh :
 PT Nasional Impor Indonesia (memiliki Angka Pengenal
Impor atau API yang diterbitkan oleh Departemen
Perdagangan) mengimpor sebuah mesin dengan Harga
Mesin USD500.000. Bea Masuk (BM) 20%, Insurance
sebesar USD10.000 dan Feight sebesar USD40.000. Untuk
menghitung pajak terutang dalam mata uang rupiah, nilai
kurs yang digunakan untuk mengkonversi mata uang Dolar
Amerika Serikat tersebut adalah kurs yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan setiap pekanya (selanjutnya disebut kurs
KMK). Dalam kasus ini dimisalkan kurs KMK-nya sebesar
Rp8.000,00 per USD.
Uraian

Mata Uang

Nilai

a. Cost

USD

500.000

a. Insurance

USD

10.000

a. Freight

USD

40.000

a. CIF (a+b+b)

USD

550.000

a. Bea Masuk 20%

USD

110.000

a. Nilai Impor (d+e)

USD

660.000

a. Kurs KMK

Rp

8.000

a. Nilai Impor (f x g)

Rp

5.280.000.000

a. PPh Pasal 22 (2,5% x h)

Rp

132.000.000

Berdasarkan contoh di atas, misalnya PT Nasional Indah
tidak memiliki API mengimpor mesin yang sama lagi, PPh
Pasal yang terutang sebesar 7,5% x Rp 5.280.000.000 =
Rp396.000.000
Cara Menghitung PPh Pasal 22
1.

PPh Pasal 22 ini merupakan PPh yang wajib dipungut oleh :
– Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
baik ditingkat pusat ataupun tingkat Daerah
– Bendahara Pengeluaran untuk pembayaran dengan
mekanisme uang persediaan (UP)
– KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
diberi delegasi KPA untuk mekanisme pembayaran langsung
(LS)
– Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh
pihak-pihak tersebut di atas, wajib dipungut PPh Pasal 22 dari
Wajib Pajak penjual dengan tarif 1,5% x harga jual (belum
termasuk PPN)
Catatan : Sejak 1 Januari 2004, Bulog dikecualikan dari
pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian gula pasir dan tepung
terigu
Cara Menghitung PPh Pasal 22
2. PPh Pasal 22 Impor (PMK-154/PMK.03/2010)
Besarnya PPh Pasal 22 atas Impor adalah :
– Atas impor yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API) sebesar

2,5% x Nilai Impor
– Atas impor yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API)
sebesar 7,5% x Nilai Impor
– Atas impor yang tidak dikuasai (dilelang oleh Ditjen Bea Cukai) sebesar
7,5% x Harga Jual Lelang

Nilai impor = Harga Patokan Impor (CIF) + Pungutan
berdasarkan UU Pabean (Bea Masuk).
Untuk menghitung nilai impor, digunakan kurs berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan (kurs KMK, bukan kurs
Bank Indonesia)
Cara Menghitung PPh Pasal 22
3. Produk Barang Bakar Minyak, Gas dan Pelumas
– Produsen dan Importir BBM, Gas dan Pelumas wajib menyetor PPh

Pasal 22 Final melalui bank persepsi sebelum penebusan DO (Delivery
Order) ke Pertamina atau Importir tersebut
– PPh Pasal 22 yang terutang :
Jenis Produk

SPBU Pertamina

SPBU Non Pertamina atau
Non SPBU

Bahan

Bakar 0,25% x Harga Jual

0,30% x Harga Jual

Gas

0,30% x Harga Jual

0,30% x Harga Jual

Pelumas

0,30% x Harga Jual

0,30% x Harga Jual

Minyak

– PPh Pasal 22 yang terutang tersebut bersifat final bagi penyalur/agen

dan bersifat tidak final bagi selain penyalur atau agen
Cara Menghitung PPh Pasal 22
4. Produk Semen, Baja, Otomotif, dan Kertas
– Pabrikan produk berupa semen, baja, dan kertas wajib memungut PPh

Pasal 22 dari distributor/penyalurnya pada saat transaksi penjualan
produk-produk tersebut
– PPh Pasal 22 yang terutang :
Pemungut PPh

Dasar Hukum

PPh Pasal 22 Terutang
Tidak Final

Pabrikan Kertas

KEP-69/PJ/1995

0,10% x Harga Jual

Pabrikan Semen

KEP-401/PJ/2001

0.25% x Harga Jual

Pabrikan Baja

KEP-01/PJ/1996

0,30% x Harga Jual

Pabrikan Otomotif

KEP-32/PJ/1995

0,45% x Harga Jual
Cara Menghitung PPh Pasal 22
5. PPh Pasal 22 atas Pedagang Pengumpul (PMK154/PMK.03/2010 jo. PER-32/PJ/2010)
– Mekanisme Pemungutan Pasal 22
• Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib
dipungut atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri atau ekspor oleh pemungut sebesar
0,5% x harga pembelian. Sejak 12 Maret 2009, tarif
tersebut turun menjadi 0,25% x Harga pembelian
• PPh Pasal 22 tersebut terutang dan dipungut pada
saat pembelian dan disetor ke kas negara paling
lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya
Cara Menghitung PPh Pasal 22
– Dalam melaksanakan Pemungutan Pajak Pasal 22, badan

usaha industri dan eksportir selaku Pemungut Pajak
wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22
Final dalam rangkap 3, yaitu :
• Lembar pertama, untuk penjual
• Lembar kedua, untuk disampaikan kepada Kantor
Pelayanan Pajak (dilampirkan pada SPT Masa PPh
Pasal 22)
• Lembar ketiga, sebagai arsip Pemungut Pajak yang
bersangkutan
Cara Menghitung PPh Pasal 22
 Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang
ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lebih tinggi 100% dari
pada tarif yang dikenakan terhadap Wajib Pajak yang dapat
menunjukkan NPWP (SE-02/PJ.03/2009)
Pajak Penghasilan Pasal 23
 Merupakan PPh yang dipotong atas penghasilan
sehubungan dengan penggunaan Harta/Modal (sewa,
royalti, bunga dan deviden) serta jasa atau kegiatan
(jasa teknik, manajemen, konsultasi dll) kepada Subjek
Pajak dalam negeri dan BUT.
 PPh pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dipotong
atas penghasilan yang diterima oleh WP dalam negeri
dan BUT yang berasal dari modal, penyerahan jasa,
atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21.
Pajak Penghasilan Pasal 23
 Pemotong PPh Pasal 23
– Badan Pemerintah
– Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
– Penyelenggara Kegiatan
– Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau perwakilan perusahaan
luar negeri
– Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang
ditunjuk Ditjen Pajak, yaitu :
• Akuntan, arsitek, dokter, notaris/PPAT (kecuali
Camat), penilai, aktuaris, pengacara, dan konsultan
yang melakukan pekerjaan bebas
• Orang pribadi yang menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran
berupa sewa
Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23
1.

Dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah
bruto (tidak final) atas :
– Deviden
– Bunga
– Royalti
– Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya
selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
huruf.
Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23
2.

Dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah
bruto (tidak final) atas :
– Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan persewaan tanah atau
bangunan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat
2 yang bersifat final
– Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21
Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23
2.

Dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah
bruto (tidak final) atas :
– Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan persewaan tanah atau
bangunan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat
2 yang bersifat final
– Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21
Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23
PPh atas Jasa Konstruksi

2% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil

4% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha

3% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 dan angka 2

4% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi usaha

6% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi usaha
Tabel Perbandingan Tarif Pajak
Jenis Jasa

Kualifikasi

Menengah

Tidak

Konstruksi

Kecil

dan Besar

berkualifikasi

2%

3%

4%

4%

4%

6%

4%

4%

6%

Jasa
Pelaksanaan
Jasa
Pengawasan
Jasa
Perencanaan
Jenis PPh

PPh Final
Cara Menghitung PPh Pasal 23
 Terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23
dari jumlah bruto, besarnya pajak dihitung dengan
mengalikan jumlah Penghasilan Bruto (tidak termasuk
PPN) dengan tarif PPh Pasal 23 (15% atau 2%)

Contoh Penghitungan PPh Pasal 23
 PT Adinda adalah pemilik saham di PT Kita sebanyak
10.000 lembar saham. Jika pada akhir tahun 2009 PT Kita
membagikan deviden sebesar 1.000 per lembar saham, atas
pembagian deviden kepada PT Adinda, PT Kita harus
memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x 10.000 x Rp1.000 =
Rp1.500.000. Dengan demikian, nilai yang diterima PT
Adinda atas pembayaran deviden tersebut adalah
Rp10.000.000 – Rp1.500.000 = Rp8.500.000
Contoh Penghitungan PPh Pasal 23
 PT Ingin Maju mempunyai pinjaman kepada PT X (bukan
Bank) sebesar Rp1.000.000.000 dengan bunga 20%. Jika
pada akhir tahun 2009 PT Ingin Maju
membayar/mengakui/membiayakan bunga sebesar
Rp200.000.000, PT Ingin Maju harus memotong PPh Pasal
23 sebesar 15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000. Dengan
demikian, uang yang diserahkan ke PT X atas pembayaran
bunga tersebut adalah Rp170.000.000.
 PT Utama dalam melaksanakan pembukuannya
menggunakan jasa dari KAP Cermat & Rekan dengan nilai
imbalan Rp100.000.000 pertahun. Atas
pembayaran/pengakuan biaya jasa pembukuan tersebut PT
Utama harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 2% x
Rp100.000.000 = Rp2.000.000
Pajak Penghasilan Pasal 23
Saat Pemotongan PPh Pasal 23
 Berdasarkan UU PPh yang baru, Pasal 23 ayat (1)
pemotongan dilakukan pada saat :
 Dibayarkan
 Disediakan untuk dibayar, atau
 Telah jatuh tempo
Pemotongan terhadap WP yang Tidak Mempunyai NPWP
 Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan yang menjadi objek PPh Pasal 23, tidak
memiliki NPWP, besarnya tarif pemotongan menjadi lebih
tinggi 100% daripada tarif normal.
Pajak Penghasilan Pasal 26
 Merupakan PPh yang dipotong atas penghasilan yang
diterima/diperoleh Subjek Pajak Luar Negeri selain Bentuk
Usaha Tetap dari Indonesia.
Pemotong PPh Pasal 26
 Pihak yang ditunjuk sebagai Pemotong PPh Pasal 26 adalah
pihak yang membayarkan penghasilan ke luar negeri atas :
 Badan Pemerintah
 Subjek pajak badan pemerintah yang dimaksud disini adalah
setiap unit tertentu dari Pemerintah baik Pusat maupun
Daerah termasuk BUMN/D
 Subjek Pajak Dalam Negeri (Badan DN maupon Orang
Pribadi DN)
 Penyelenggara kegiatan
 Bentuk Usaha Tetap atau Perwakilan Perusahaan Luar
Negeri Lainnya
Pajak Penghasilan Pasal 26
Subjek PPh Pasal 26
 Pihak yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 26 adalah WP
luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia. WP luar
negeri tersebut berupa WP badan LN maupun WP orang
pribadi LN.
Objek PPh Pasal 26
 Yang menjadi Objek PPh Pasal 26 adalah semua
penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh WP luar
negeri selain BUT dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang bersumber dari Indonesia
Pajak Penghasilan Pasal 26
Untuk memudahkan memahami PPh Pasal 26, maka
mekanisme pemotongannya dapat diklasifikasikan berdasarkan
tarif dan dasar pengenaan pajaknya, yaitu :
1.PPh Pasal 26 dengan tarif 20% dari Penghasilan Bruto
2.Untuk deviden, bunga, royalti, sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta, imbalan, hadiah dan
penghargaan, pensiun dan pembayaran berkala lainnya
PPh Pasal 26 dengan tarif 20% dari Perkiraan Penghasilan
Neto
b. Atas penghasilan dari penjualan saham = 20% x 25% x harga
jual
a.
Pajak Penghasilan Pasal 26
c. Penghasilan berupa premi asuransi = 20% x perkiraan

penghasilan neto
• Premi asuransi dibayar tertanggung kepada
perusahaan asuransi di luar negeri = 20% x 50% x
jumlah premi
• Premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan
asuransi di luar negeri = 20% x 10% x jumlah premi
• Premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan
asuransi yang berkedudukan di luar negeri = 20% x
5% x jumlah premi
Pajak Penghasilan Pasal 26
3. PPh Pasal 26 dengan tarif 20% dari Penghasilan Kena
Pajak Setelah Dikurangi PPh Terutang
Atas penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh dari
suatu BUT di Indonesia dikenakan PPh Pasal 26 sebesar
20%
4. PPh Pasal 26 dengan tarif sesuai P3B (Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda)
PPh Pasal 22

More Related Content

What's hot

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSujatmiko Wibowo
 
Psak 24 imbalan kerja (ias 19 employee benefit) 08022015
Psak 24 imbalan kerja (ias 19 employee benefit) 08022015Psak 24 imbalan kerja (ias 19 employee benefit) 08022015
Psak 24 imbalan kerja (ias 19 employee benefit) 08022015PPA FEUI
 
Akuntansi Pembiayaan PEMDA
Akuntansi Pembiayaan PEMDAAkuntansi Pembiayaan PEMDA
Akuntansi Pembiayaan PEMDAMahyuni Bjm
 
Konstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiKonstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiSujatmiko Wibowo
 
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasionalTiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasionalFuturum2
 
REKONSILIASI FISKAL (1).pptx
REKONSILIASI FISKAL (1).pptxREKONSILIASI FISKAL (1).pptx
REKONSILIASI FISKAL (1).pptxSitiNurza
 
Akuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDAAkuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDAMahyuni Bjm
 
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaanHubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaanandiirwan777
 
Akuntansi Firma
Akuntansi Firma Akuntansi Firma
Akuntansi Firma findira
 
Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah Yudi Pratama
 
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24mas karebet
 
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGAAKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGADesy Ratna
 
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
Kerangka Konseptual Akuntansi PemerintahanKerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
Kerangka Konseptual Akuntansi PemerintahanSujatmiko Wibowo
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhMahyuni Bjm
 
Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerjaPengukuran kinerja
Pengukuran kinerjaUlfa Defrana
 
financial shenanigans
financial shenanigansfinancial shenanigans
financial shenanigansketutferry
 
Akuntansi perpajakan 1
Akuntansi perpajakan 1Akuntansi perpajakan 1
Akuntansi perpajakan 1aris armunanto
 
LAPORAN ARUS KAS Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung
LAPORAN ARUS KAS Metode Langsung dan Metode Tidak LangsungLAPORAN ARUS KAS Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung
LAPORAN ARUS KAS Metode Langsung dan Metode Tidak LangsungRiki Ardoni
 

What's hot (20)

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
 
Psak 24 imbalan kerja (ias 19 employee benefit) 08022015
Psak 24 imbalan kerja (ias 19 employee benefit) 08022015Psak 24 imbalan kerja (ias 19 employee benefit) 08022015
Psak 24 imbalan kerja (ias 19 employee benefit) 08022015
 
Akuntansi Pembiayaan PEMDA
Akuntansi Pembiayaan PEMDAAkuntansi Pembiayaan PEMDA
Akuntansi Pembiayaan PEMDA
 
Konstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiKonstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori Akuntansi
 
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasionalTiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
Tiga ilustrasi struktur perencanaan pajak pada perusahaan multinasional
 
REKONSILIASI FISKAL (1).pptx
REKONSILIASI FISKAL (1).pptxREKONSILIASI FISKAL (1).pptx
REKONSILIASI FISKAL (1).pptx
 
Akuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDAAkuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDA
 
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaanHubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
Hubungan struktur pengendalian intern dengan ruang lingkup pemeriksaan
 
Akuntansi Firma
Akuntansi Firma Akuntansi Firma
Akuntansi Firma
 
Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah
 
Analisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasiAnalisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasi
 
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
Perpajakan PPh Pasal 23 dan 24
 
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGAAKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
 
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
Kerangka Konseptual Akuntansi PemerintahanKerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
 
Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerjaPengukuran kinerja
Pengukuran kinerja
 
Akuntansi pajak
Akuntansi pajakAkuntansi pajak
Akuntansi pajak
 
financial shenanigans
financial shenanigansfinancial shenanigans
financial shenanigans
 
Akuntansi perpajakan 1
Akuntansi perpajakan 1Akuntansi perpajakan 1
Akuntansi perpajakan 1
 
LAPORAN ARUS KAS Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung
LAPORAN ARUS KAS Metode Langsung dan Metode Tidak LangsungLAPORAN ARUS KAS Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung
LAPORAN ARUS KAS Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung
 

Similar to PPh Pasal 22

Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24Sidik Abdullah
 
Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Asep suryadi
 
3.3. penghasilan final
3.3. penghasilan final3.3. penghasilan final
3.3. penghasilan finalDuni Rusnercih
 
Bagian 5 selvi
Bagian 5 selviBagian 5 selvi
Bagian 5 selvienjiem
 
Tax Planning Atas Kredit Pajak
Tax Planning Atas Kredit PajakTax Planning Atas Kredit Pajak
Tax Planning Atas Kredit Pajakpuspa
 
RESUME MATERI PERPAJAKAN DALAM PENGELOLAAN DANA APBN - 5 MEI 2015 BY NEEA NIIO
RESUME MATERI PERPAJAKAN DALAM PENGELOLAAN DANA APBN - 5 MEI 2015 BY NEEA NIIORESUME MATERI PERPAJAKAN DALAM PENGELOLAAN DANA APBN - 5 MEI 2015 BY NEEA NIIO
RESUME MATERI PERPAJAKAN DALAM PENGELOLAAN DANA APBN - 5 MEI 2015 BY NEEA NIIONeea Niio
 
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptxHukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptxMSULTHANALVI1
 
Resume materi pajak dalam pengelolaan dana APBN
Resume materi pajak dalam pengelolaan dana APBNResume materi pajak dalam pengelolaan dana APBN
Resume materi pajak dalam pengelolaan dana APBNNeea Niio
 
Tabel PPh Pasal 22
Tabel PPh Pasal 22Tabel PPh Pasal 22
Tabel PPh Pasal 22Dudi Wahyudi
 
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).pptPPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).pptDipoTriMartiano
 
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMIakutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMInoval dwi ridzkiana
 
Tarif pajak penghasilan pasal 22 impor
Tarif pajak penghasilan pasal 22 imporTarif pajak penghasilan pasal 22 impor
Tarif pajak penghasilan pasal 22 imporAhsan Fauzi
 

Similar to PPh Pasal 22 (20)

Pph pasal 22
Pph pasal 22Pph pasal 22
Pph pasal 22
 
Pphpasal22
Pphpasal22Pphpasal22
Pphpasal22
 
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
Bab 5 pajak penghasilan pasal 22 & pasal 24
 
Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22
 
P ph pasal 22
P ph pasal 22P ph pasal 22
P ph pasal 22
 
3.3. penghasilan final
3.3. penghasilan final3.3. penghasilan final
3.3. penghasilan final
 
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22PPh Pasal 22
PPh Pasal 22
 
Pph Potong Pungut PPT
Pph Potong Pungut PPTPph Potong Pungut PPT
Pph Potong Pungut PPT
 
Bagian 5 selvi
Bagian 5 selviBagian 5 selvi
Bagian 5 selvi
 
Tax Planning Atas Kredit Pajak
Tax Planning Atas Kredit PajakTax Planning Atas Kredit Pajak
Tax Planning Atas Kredit Pajak
 
RESUME MATERI PERPAJAKAN DALAM PENGELOLAAN DANA APBN - 5 MEI 2015 BY NEEA NIIO
RESUME MATERI PERPAJAKAN DALAM PENGELOLAAN DANA APBN - 5 MEI 2015 BY NEEA NIIORESUME MATERI PERPAJAKAN DALAM PENGELOLAAN DANA APBN - 5 MEI 2015 BY NEEA NIIO
RESUME MATERI PERPAJAKAN DALAM PENGELOLAAN DANA APBN - 5 MEI 2015 BY NEEA NIIO
 
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptxHukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
Hukum Pajak Kel 1 Materi 4.pptx
 
Resume materi pajak dalam pengelolaan dana APBN
Resume materi pajak dalam pengelolaan dana APBNResume materi pajak dalam pengelolaan dana APBN
Resume materi pajak dalam pengelolaan dana APBN
 
Ukin
UkinUkin
Ukin
 
Tabel PPh Pasal 22
Tabel PPh Pasal 22Tabel PPh Pasal 22
Tabel PPh Pasal 22
 
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).pptPPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
PPh PotPut (Dipo Tri Martiano).ppt
 
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMIakutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
akutansi pajak, Noval Dwi Ridzkiana, Suryanih, Institut STIAMI
 
Pph psl 22
Pph psl 22Pph psl 22
Pph psl 22
 
Tarif pajak penghasilan pasal 22 impor
Tarif pajak penghasilan pasal 22 imporTarif pajak penghasilan pasal 22 impor
Tarif pajak penghasilan pasal 22 impor
 
Pph 25
Pph 25Pph 25
Pph 25
 

More from Maiya Maiya

Ch11_Accounting Intermediate_IND
Ch11_Accounting Intermediate_INDCh11_Accounting Intermediate_IND
Ch11_Accounting Intermediate_INDMaiya Maiya
 
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting IntermediateCh10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting IntermediateMaiya Maiya
 
Ch02_Accounting Intermediate_ENG
Ch02_Accounting Intermediate_ENGCh02_Accounting Intermediate_ENG
Ch02_Accounting Intermediate_ENGMaiya Maiya
 
Ch01-ENG accounting intermediate
Ch01-ENG accounting intermediateCh01-ENG accounting intermediate
Ch01-ENG accounting intermediateMaiya Maiya
 
Perkalian matriks
Perkalian matriksPerkalian matriks
Perkalian matriksMaiya Maiya
 
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalananPresentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalananMaiya Maiya
 
Ch12 - accounting intermediate - IND
Ch12 - accounting intermediate - INDCh12 - accounting intermediate - IND
Ch12 - accounting intermediate - INDMaiya Maiya
 
Ch08 - accounting intermediate - IND
Ch08 - accounting intermediate - INDCh08 - accounting intermediate - IND
Ch08 - accounting intermediate - INDMaiya Maiya
 
Ch07 - accounting intermediate - IND
Ch07 - accounting intermediate - INDCh07 - accounting intermediate - IND
Ch07 - accounting intermediate - INDMaiya Maiya
 
Ch05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - INDCh05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - INDMaiya Maiya
 
Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Maiya Maiya
 
Ch04_ IND_ accounting intermediate
Ch04_ IND_ accounting intermediateCh04_ IND_ accounting intermediate
Ch04_ IND_ accounting intermediateMaiya Maiya
 
Ch03 _ IND _ accounting intermediate
Ch03 _ IND _ accounting intermediateCh03 _ IND _ accounting intermediate
Ch03 _ IND _ accounting intermediateMaiya Maiya
 
Ch02 _ IND accounting intermediate
Ch02 _ IND accounting intermediateCh02 _ IND accounting intermediate
Ch02 _ IND accounting intermediateMaiya Maiya
 
Ch01_ IND_ accounting intermediate
Ch01_ IND_ accounting intermediateCh01_ IND_ accounting intermediate
Ch01_ IND_ accounting intermediateMaiya Maiya
 
Manajemen Perubahan dalam Organisasi
Manajemen Perubahan dalam OrganisasiManajemen Perubahan dalam Organisasi
Manajemen Perubahan dalam OrganisasiMaiya Maiya
 

More from Maiya Maiya (18)

Ch11_Accounting Intermediate_IND
Ch11_Accounting Intermediate_INDCh11_Accounting Intermediate_IND
Ch11_Accounting Intermediate_IND
 
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting IntermediateCh10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
Ch10 11.ppt revisi_IND_accounting Intermediate
 
Ch02_Accounting Intermediate_ENG
Ch02_Accounting Intermediate_ENGCh02_Accounting Intermediate_ENG
Ch02_Accounting Intermediate_ENG
 
Ch01-ENG accounting intermediate
Ch01-ENG accounting intermediateCh01-ENG accounting intermediate
Ch01-ENG accounting intermediate
 
Myob 18
Myob 18Myob 18
Myob 18
 
Perkalian matriks
Perkalian matriksPerkalian matriks
Perkalian matriks
 
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalananPresentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
Presentation sosio-penelitian tentang anak jalanan
 
Ch12 - accounting intermediate - IND
Ch12 - accounting intermediate - INDCh12 - accounting intermediate - IND
Ch12 - accounting intermediate - IND
 
Ch08 - accounting intermediate - IND
Ch08 - accounting intermediate - INDCh08 - accounting intermediate - IND
Ch08 - accounting intermediate - IND
 
Ch07 - accounting intermediate - IND
Ch07 - accounting intermediate - INDCh07 - accounting intermediate - IND
Ch07 - accounting intermediate - IND
 
Ch05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - INDCh05 - accounting intermediate - IND
Ch05 - accounting intermediate - IND
 
Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6
 
Ch04_ IND_ accounting intermediate
Ch04_ IND_ accounting intermediateCh04_ IND_ accounting intermediate
Ch04_ IND_ accounting intermediate
 
Ch03 _ IND _ accounting intermediate
Ch03 _ IND _ accounting intermediateCh03 _ IND _ accounting intermediate
Ch03 _ IND _ accounting intermediate
 
Ch02 _ IND accounting intermediate
Ch02 _ IND accounting intermediateCh02 _ IND accounting intermediate
Ch02 _ IND accounting intermediate
 
Ch01_ IND_ accounting intermediate
Ch01_ IND_ accounting intermediateCh01_ IND_ accounting intermediate
Ch01_ IND_ accounting intermediate
 
Kewirausahaan
KewirausahaanKewirausahaan
Kewirausahaan
 
Manajemen Perubahan dalam Organisasi
Manajemen Perubahan dalam OrganisasiManajemen Perubahan dalam Organisasi
Manajemen Perubahan dalam Organisasi
 

PPh Pasal 22

  • 1. PPh Pemotongan dan Pemungutan Psl 4 (2), 15, 22, 23, dan 26 Martini, SE, M.Akt
  • 2. PPh Pasal 4 (2) atau PPh FINAL atau Schedular Taxation  Merupakan pajak yang bersifat Final (rampung), jenis penghasilan yang dikenakan PPh ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
  • 3. Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2) No 1 PP Objek PPh Final Psl 4 (2) Tarif dan DPP PP Penghasilan 131/2000 bunga berupa 20% x jml bunga deposito dan tabungan lainnya 2 PP 16/2009 Penghasilan berupa bunga obligasi Diatas tahun 2014 15% x jml bunga Tahun 2011-2013 5% x jml bunga Tahun 2009-2010 0% x jml bunga
  • 4. Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2) No 3 PP Objek PPh Final Psl 4 (2) Tarif dan DPP PP 15/2009 Bunga simpanan yang 10% x jml bunga dibayarkan oleh koperasi 0% x jml bunga kepada anggota koperasi orang pribadi 4 PP Penghasilan 132/2000 hadiah undian berupa 25% x penghasilan bruto 5 PP 41/1994 Penghasilan dari transaksi 0,1% x nilai jual jo. 14/1997 PP saham lainnya dan sekuritas 0,5% x perdana harga
  • 5. Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2) No PP Objek PPh Final Pasal 4 Tarif dan DPP (2) 6 PP 17/2009 Transaksi derivatif yang 2,5% x margin diperdagangkan di bursa 7 PP 4/1995 Transaksi saham atau penjualan 0,1% x nilai jual pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang awal diterima oleh perusahaan modal ventura
  • 6. Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2) No 8 PP PP Objek PPh Final Psl 4 (2) Tarif dan DPP 48/1994 Penghasilan dari transaksi 5% x harga jual stdtd. 71/2008 PP pengalihan harta berupa atau NJOP PBB, tanah dan/atau bangunan mana yang lebih tinggi 9 PP 51/2008 Penghasilan jo. 40/2009 PP jasa konstruksi dari usaha 2% x nilai kontrak 3% x nilai kontrak 4% x nilai kontrak 6% x nilai kontrak
  • 7. Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2) No PP 10 PP 48/1994 Penghasilan dari usaha real 5% x harga jual stdtd. Objek PPh Final Psl 4 (2) PP estate Tarif dan DPP atau NJOP PBB, 71/2008 mana yang lebih tinggi 11 PP 29/1996 Persewaan tanah dan/atau 10% x nilai sewa jo. PP 5/2002 bangunan 12 PP 19/2009 Deviden yang diterima oleh 10% x jumlah Wajib Pajak orang pribadi deviden dalam negeri 13 PP 27/2008 Penghasilan dari Surat 20% Perbendaharaan Negara bunga x jumlah
  • 8. Pajak Penghasilan Pasal 15  Merupakan PPh yang dipotong atas penghasilan yang diterima/diperoleh perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan dagang asing serta yang melakukan investasi dalam bentuk Built Operate Transfer Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15 1. Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri Penghasilan neto WP perusahaan pelayaran dalam negeri sebesar 4% dari peredaran bruto, sedangkan besarnya tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 1,2% dan bersifat final. Norma penghasilan neto : 4% Tarif PPh (maksimal) : 30% Jumlah PPh Pasal 15 (4% x 30%) : 1,2%
  • 9. Pajak Penghasilan Pasal 15 Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15 2. Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri Penghasilan neto WP perusahaan penerbangan dalam negeri adalah sebesar 6% dari peredaran bruto, sedangkan tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 1,8% bersifat tidak final Norma penghasilan neto : 6% Tarif PPh (maksimal) : 30% Jumlah PPh Pasal 15 (6% x 30%) : 1,8%
  • 10. Pajak Penghasilan Pasal 15 Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15 3. Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri yang melakukan Usaha melalui BUT di Indonesia Penghasilan neto perusahaan pelayaran/penerbangan luar negeri adalah sebesar 6% dari peredaran bruto, sedangkan tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 2,64% dan bersifat final. Norma penghasilan neto Tarif PPh (maksimal) Jumlah PPh Pasal 15 (6% x 30% Laba setelah PPh Pasal 15 (6%-1,8%) Tarif PPh Pasal 26 ayat (4) Jumlah PPh Pasal 26 (4) ayat (4,2% x 20%) Tarif Efektif (0,84% + 1,8%) : 6% : 30% : 1,8% : 4,2% : 20% : 0,84% : 2,64%
  • 11. Pajak Penghasilan Pasal 15 Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal 15 4. Wajib Pajak Luar Negeri yang Mempunyai BUT Perwakilan Dagang Asing di Indonesia Penghasilan neto WP perwakilan dagang asing di Indonesia adalah 1% dari nilai ekspor bruto, sedangkan tarif efekif yang berlaku adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat final Norma penghasilan neto Tarif PPh (maksimal) Jumlah PPh Pasal 15 (1% x 30% Laba setelah PPh Pasal 15 (1%-0,3% Tarif PPh Pasal 26 ayat (4) Jumlah PPh Pasal 26 (4) ayat (0,7% x 20%) Tarif Efektif (0,14% + 0,3%) : 1% : 30% : 0,3% : 0,7% : 20% : 0,14% : 0,44%
  • 12. Pajak Penghasilan Pasal 15  Penyetoran PPh terutang paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dan pelaporannya paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
  • 13. Pajak Penghasilan Pasal 22  Merupakan PPh yang dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah terkait dengan pembelian barang dan badanbadan tertentu terkait dengan kegiatan di bidang impor dan kegiatan usaha di bidang lainnya dan Barang yang Tergolong Sangat Mewah.  Pemungutan pajak berdasarkan pasal 22 UU PPh dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengumpulan dana melalui sistem pembayaran pajak dan untuk tujuan kesederhanaan, kemudahan, dan pengenaan pajak yang tepat waktu. Dalam kaitannya dengan impor barang, pengenaan PPh Pasal 22 impor didasarkan pada Nilai Impor (Cost Insurance Freight/CIF) + Bea Masuk.
  • 14. Pajak Penghasilan Pasal 22 Contoh :  PT Nasional Impor Indonesia (memiliki Angka Pengenal Impor atau API yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan) mengimpor sebuah mesin dengan Harga Mesin USD500.000. Bea Masuk (BM) 20%, Insurance sebesar USD10.000 dan Feight sebesar USD40.000. Untuk menghitung pajak terutang dalam mata uang rupiah, nilai kurs yang digunakan untuk mengkonversi mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut adalah kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan setiap pekanya (selanjutnya disebut kurs KMK). Dalam kasus ini dimisalkan kurs KMK-nya sebesar Rp8.000,00 per USD.
  • 15. Uraian Mata Uang Nilai a. Cost USD 500.000 a. Insurance USD 10.000 a. Freight USD 40.000 a. CIF (a+b+b) USD 550.000 a. Bea Masuk 20% USD 110.000 a. Nilai Impor (d+e) USD 660.000 a. Kurs KMK Rp 8.000 a. Nilai Impor (f x g) Rp 5.280.000.000 a. PPh Pasal 22 (2,5% x h) Rp 132.000.000 Berdasarkan contoh di atas, misalnya PT Nasional Indah tidak memiliki API mengimpor mesin yang sama lagi, PPh Pasal yang terutang sebesar 7,5% x Rp 5.280.000.000 = Rp396.000.000
  • 16. Cara Menghitung PPh Pasal 22 1. PPh Pasal 22 ini merupakan PPh yang wajib dipungut oleh : – Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) baik ditingkat pusat ataupun tingkat Daerah – Bendahara Pengeluaran untuk pembayaran dengan mekanisme uang persediaan (UP) – KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi KPA untuk mekanisme pembayaran langsung (LS) – Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut di atas, wajib dipungut PPh Pasal 22 dari Wajib Pajak penjual dengan tarif 1,5% x harga jual (belum termasuk PPN) Catatan : Sejak 1 Januari 2004, Bulog dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian gula pasir dan tepung terigu
  • 17. Cara Menghitung PPh Pasal 22 2. PPh Pasal 22 Impor (PMK-154/PMK.03/2010) Besarnya PPh Pasal 22 atas Impor adalah : – Atas impor yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API) sebesar 2,5% x Nilai Impor – Atas impor yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API) sebesar 7,5% x Nilai Impor – Atas impor yang tidak dikuasai (dilelang oleh Ditjen Bea Cukai) sebesar 7,5% x Harga Jual Lelang Nilai impor = Harga Patokan Impor (CIF) + Pungutan berdasarkan UU Pabean (Bea Masuk). Untuk menghitung nilai impor, digunakan kurs berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (kurs KMK, bukan kurs Bank Indonesia)
  • 18. Cara Menghitung PPh Pasal 22 3. Produk Barang Bakar Minyak, Gas dan Pelumas – Produsen dan Importir BBM, Gas dan Pelumas wajib menyetor PPh Pasal 22 Final melalui bank persepsi sebelum penebusan DO (Delivery Order) ke Pertamina atau Importir tersebut – PPh Pasal 22 yang terutang : Jenis Produk SPBU Pertamina SPBU Non Pertamina atau Non SPBU Bahan Bakar 0,25% x Harga Jual 0,30% x Harga Jual Gas 0,30% x Harga Jual 0,30% x Harga Jual Pelumas 0,30% x Harga Jual 0,30% x Harga Jual Minyak – PPh Pasal 22 yang terutang tersebut bersifat final bagi penyalur/agen dan bersifat tidak final bagi selain penyalur atau agen
  • 19. Cara Menghitung PPh Pasal 22 4. Produk Semen, Baja, Otomotif, dan Kertas – Pabrikan produk berupa semen, baja, dan kertas wajib memungut PPh Pasal 22 dari distributor/penyalurnya pada saat transaksi penjualan produk-produk tersebut – PPh Pasal 22 yang terutang : Pemungut PPh Dasar Hukum PPh Pasal 22 Terutang Tidak Final Pabrikan Kertas KEP-69/PJ/1995 0,10% x Harga Jual Pabrikan Semen KEP-401/PJ/2001 0.25% x Harga Jual Pabrikan Baja KEP-01/PJ/1996 0,30% x Harga Jual Pabrikan Otomotif KEP-32/PJ/1995 0,45% x Harga Jual
  • 20. Cara Menghitung PPh Pasal 22 5. PPh Pasal 22 atas Pedagang Pengumpul (PMK154/PMK.03/2010 jo. PER-32/PJ/2010) – Mekanisme Pemungutan Pasal 22 • Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 22 yang wajib dipungut atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh pemungut sebesar 0,5% x harga pembelian. Sejak 12 Maret 2009, tarif tersebut turun menjadi 0,25% x Harga pembelian • PPh Pasal 22 tersebut terutang dan dipungut pada saat pembelian dan disetor ke kas negara paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya
  • 21. Cara Menghitung PPh Pasal 22 – Dalam melaksanakan Pemungutan Pajak Pasal 22, badan usaha industri dan eksportir selaku Pemungut Pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 Final dalam rangkap 3, yaitu : • Lembar pertama, untuk penjual • Lembar kedua, untuk disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (dilampirkan pada SPT Masa PPh Pasal 22) • Lembar ketiga, sebagai arsip Pemungut Pajak yang bersangkutan
  • 22. Cara Menghitung PPh Pasal 22  Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) lebih tinggi 100% dari pada tarif yang dikenakan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP (SE-02/PJ.03/2009)
  • 23. Pajak Penghasilan Pasal 23  Merupakan PPh yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan penggunaan Harta/Modal (sewa, royalti, bunga dan deviden) serta jasa atau kegiatan (jasa teknik, manajemen, konsultasi dll) kepada Subjek Pajak dalam negeri dan BUT.  PPh pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima oleh WP dalam negeri dan BUT yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
  • 24. Pajak Penghasilan Pasal 23  Pemotong PPh Pasal 23 – Badan Pemerintah – Subjek Pajak Badan Dalam Negeri – Penyelenggara Kegiatan – Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau perwakilan perusahaan luar negeri – Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang ditunjuk Ditjen Pajak, yaitu : • Akuntan, arsitek, dokter, notaris/PPAT (kecuali Camat), penilai, aktuaris, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas • Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran berupa sewa
  • 25. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23 1. Dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto (tidak final) atas : – Deviden – Bunga – Royalti – Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf.
  • 26. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23 2. Dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto (tidak final) atas : – Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah atau bangunan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 yang bersifat final – Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
  • 27. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23 2. Dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto (tidak final) atas : – Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah atau bangunan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 yang bersifat final – Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
  • 28. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23 PPh atas Jasa Konstruksi  2% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil  4% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha  3% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2  4% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha  6% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha
  • 29. Tabel Perbandingan Tarif Pajak Jenis Jasa Kualifikasi Menengah Tidak Konstruksi Kecil dan Besar berkualifikasi 2% 3% 4% 4% 4% 6% 4% 4% 6% Jasa Pelaksanaan Jasa Pengawasan Jasa Perencanaan Jenis PPh PPh Final
  • 30. Cara Menghitung PPh Pasal 23  Terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23 dari jumlah bruto, besarnya pajak dihitung dengan mengalikan jumlah Penghasilan Bruto (tidak termasuk PPN) dengan tarif PPh Pasal 23 (15% atau 2%) Contoh Penghitungan PPh Pasal 23  PT Adinda adalah pemilik saham di PT Kita sebanyak 10.000 lembar saham. Jika pada akhir tahun 2009 PT Kita membagikan deviden sebesar 1.000 per lembar saham, atas pembagian deviden kepada PT Adinda, PT Kita harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x 10.000 x Rp1.000 = Rp1.500.000. Dengan demikian, nilai yang diterima PT Adinda atas pembayaran deviden tersebut adalah Rp10.000.000 – Rp1.500.000 = Rp8.500.000
  • 31. Contoh Penghitungan PPh Pasal 23  PT Ingin Maju mempunyai pinjaman kepada PT X (bukan Bank) sebesar Rp1.000.000.000 dengan bunga 20%. Jika pada akhir tahun 2009 PT Ingin Maju membayar/mengakui/membiayakan bunga sebesar Rp200.000.000, PT Ingin Maju harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000. Dengan demikian, uang yang diserahkan ke PT X atas pembayaran bunga tersebut adalah Rp170.000.000.  PT Utama dalam melaksanakan pembukuannya menggunakan jasa dari KAP Cermat & Rekan dengan nilai imbalan Rp100.000.000 pertahun. Atas pembayaran/pengakuan biaya jasa pembukuan tersebut PT Utama harus memotong PPh Pasal 23 sebesar 2% x Rp100.000.000 = Rp2.000.000
  • 32. Pajak Penghasilan Pasal 23 Saat Pemotongan PPh Pasal 23  Berdasarkan UU PPh yang baru, Pasal 23 ayat (1) pemotongan dilakukan pada saat :  Dibayarkan  Disediakan untuk dibayar, atau  Telah jatuh tempo Pemotongan terhadap WP yang Tidak Mempunyai NPWP  Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan yang menjadi objek PPh Pasal 23, tidak memiliki NPWP, besarnya tarif pemotongan menjadi lebih tinggi 100% daripada tarif normal.
  • 33. Pajak Penghasilan Pasal 26  Merupakan PPh yang dipotong atas penghasilan yang diterima/diperoleh Subjek Pajak Luar Negeri selain Bentuk Usaha Tetap dari Indonesia. Pemotong PPh Pasal 26  Pihak yang ditunjuk sebagai Pemotong PPh Pasal 26 adalah pihak yang membayarkan penghasilan ke luar negeri atas :  Badan Pemerintah  Subjek pajak badan pemerintah yang dimaksud disini adalah setiap unit tertentu dari Pemerintah baik Pusat maupun Daerah termasuk BUMN/D  Subjek Pajak Dalam Negeri (Badan DN maupon Orang Pribadi DN)  Penyelenggara kegiatan  Bentuk Usaha Tetap atau Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya
  • 34. Pajak Penghasilan Pasal 26 Subjek PPh Pasal 26  Pihak yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 26 adalah WP luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia. WP luar negeri tersebut berupa WP badan LN maupun WP orang pribadi LN. Objek PPh Pasal 26  Yang menjadi Objek PPh Pasal 26 adalah semua penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh WP luar negeri selain BUT dengan nama dan dalam bentuk apapun yang bersumber dari Indonesia
  • 35. Pajak Penghasilan Pasal 26 Untuk memudahkan memahami PPh Pasal 26, maka mekanisme pemotongannya dapat diklasifikasikan berdasarkan tarif dan dasar pengenaan pajaknya, yaitu : 1.PPh Pasal 26 dengan tarif 20% dari Penghasilan Bruto 2.Untuk deviden, bunga, royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, imbalan, hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembayaran berkala lainnya PPh Pasal 26 dengan tarif 20% dari Perkiraan Penghasilan Neto b. Atas penghasilan dari penjualan saham = 20% x 25% x harga jual a.
  • 36. Pajak Penghasilan Pasal 26 c. Penghasilan berupa premi asuransi = 20% x perkiraan penghasilan neto • Premi asuransi dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri = 20% x 50% x jumlah premi • Premi yang dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri = 20% x 10% x jumlah premi • Premi yang dibayar oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi yang berkedudukan di luar negeri = 20% x 5% x jumlah premi
  • 37. Pajak Penghasilan Pasal 26 3. PPh Pasal 26 dengan tarif 20% dari Penghasilan Kena Pajak Setelah Dikurangi PPh Terutang Atas penghasilan kena pajak setelah dikurangi PPh dari suatu BUT di Indonesia dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 20% 4. PPh Pasal 26 dengan tarif sesuai P3B (Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda)