SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 44
BAB II
HIMPUNAN
2.1 Definisi
Himpunan didefinisikan sebagai kumpulan objekobjek yang berbeda dan tidak memperhatikan
urutan penulisan
2.2 Penyajian himpunan
a. Tabulasi atau enumerasi
b. Notasi pembentuk himpunan (set builder)
c. Diagram Venn
a. Tabulasi atau enumerasi
Contoh 2.1
Misal B adalah himpunan bilangan genap positif yang
tidak lebih dari seribu.
B = { 0, 2, 4, … , 1000}
Contoh 2.2
Misal C adalah himpunan bilangan ganjil positif yang
lebih kecil dari 100.
C = { 1, 3, 5, … , 97, 99}

b. Notasi pembentuk himpunan (set builder)
Contoh 2.3
A adalah himpunan bilanganb ril lebih kecil dari 100
dan lebih besar dari 1.
A = { x | x ∈ R, 1 < x < 100}
c. Diagram Venn
Misal A = {1, 2, 3, 4}
B = { 3, 4, 5, 6, 7, 8}
S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,9, 10}
Diagram Venn
S
1
2
9

A

3
4

B

5 6
7 8
10
2.3 Kardinalitas
Kardinalitas menunjukkan jumlah anggota himpunan.
Jika terdapat himpunan A, maka kardinalitas A ditulis
n(A) atau |A|
Contoh 2.4
Jika A = { x | x bilangan prima, x ≤ 10}
Maka dapat ditulis A = {2, 3, 5, 7}
Jadi |A| = 4
Contoh 2.5
Jika B = {x|x2 – 6x + 9 = 0 }
Maka dapat ditulis B = { 3 }
Jadi |B| = 1
2.4 Himpunan kosong
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunya
anggota. Jadi untuk hiompunan kosong |A| = 0.
Himpunan kosong dilambangkan dengan Ø
atau { }.
Contoh 2.6

K = { x | x bilangan ril, x 2 + 1 = 0 }
Maka |K| = Ø atau { }.
2. 5. Himpunan bagian (subset)

Misal terdapat himpunan A dan B. Jika seluruh anggota
himpunan A merupakan anggota himpunan B, maka
dikatakan bahwa A merupakan himpunan bagian B, dan dit
A ⊆ B.

Jika setidak-tidaknya terdapat satu anggota himpunan B tid
termasuk anggota himpunan A, maka ditulis
A⊂B

Lambang ⊆ adalah lambang himpunan bagian tak sebenarn
(improper set). Sedangkan lambang ⊂ adalah lambang
himpunan bagian sebenarnya (proper set)
Jika A ⊆ B dan B ⊆ A, maka A = B
2.6 Kesamaan himpunan
Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan
hanya jika A adalah himpunan bagian B dan B merupakan
himpunan bagian A.

Dengan menggunakan lambang
matematika
kita dapat
menulisnya dalam bentuk A = B ↔ A ⊆ B dan
B ⊆ A.
Contoh 2.7

L = { x | x bilangan prima, x < 5} dan M = { x | x 2 – 5x + 6
Agar lebih jelas, tulis kedua himpunan tersebut
diatas dalam
bentuk enumerasi.
L = { 2,3}
M = { 2,3}
Jadi L = M
Contoh 2.8

A={2}
B = { x | x2 = 4 }
Karena B = { -2 , 2 }
Maka A ≠ B.

.7. Ekivalensi himpunan
Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan
hanya jika kardinal A = kardinal B.
Dalam bentuk lambang matematika dapat ditulis
menjadi
A ~ B ⇔ |A| = |B|
Contoh 2.9
Jika A = { x | x = P , 1 ≤ x ≤ 5} dan
B = { Ani, Ali, Badu, Hasan, Wati }
Karena |A| = |B|, maka A ~ B .
2.8. Himpunan saling lepas

Himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika keduanya
tidak mempunyai anggota yang sama.
Dalam bentuk
lambang dapat ditulis dengan
A//B.
Jika digambarkan dengan diagram Venn maka
bentuknya seperti gambar berikut.
S

Contoh 2.10

A

B

A = { x | 1 ≤ x ≤ 5} dan B = { Ani, Ali, Badu, Hasan, Wati }
Karena anggota A tidak ada satupun yang sama dengan
anggota B, maka A // B.
2.9. Himpunan kuasa

Himpunan kuasa (power set) adalah suatu himpunan A yan
anggota-anggotanya merupakan semua himpunan bagian A
termasuk himpunan kosong dan dan himpunan A itu sendi
Himpunan kuasa dari himpunan A dilambangkan dengan
P(A) atau 2 A .
Contoh 2.11

Jika M = { 1,2,3 }, maka himpunan kuasa dari M adalah
2 A = { Ø, {1} , {2} , {3} , {1,2} , {1,3} , {2,3} , {1,2,3}}
.10. Operasi himpunan

2.10.1 Irisan
Irisan (intersection) dari himpunan A dan B
adalah himpunan yang anggota-anggotanya
merupakan
anggota
himpunan
A
dan
himpunan B.
Dalam bentuk notasi A ∩ B = { x | x ∈ A dan
x ∈ B}. Venn operasi irisan adalah
Diagram
seperti gambar berikut. Bidang yang
diarsir adalah irisan A dan B atau A ∩ B.
S

A

B
Contoh 2.12

Jika A = { 2 , 3 , 6 , 7 }
B = { 2 , 7 , 9 , 10 }
Maka A ∩ B = { 2 , 7 }

S

A
3
6

B
7
2 9
7 10

Contoh 2.13

Jika K = { x ,y | x + y = 4, x,y ∈ R }
L = { x ,y | x − y = 2, x,y ∈ R }
Maka K ∩ L = { 3 , 1 }
L
S K
3
1
2.10.2
Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah
Gabungan
himpunan yang setiap anggotanya merupakan anggota
himpunan A atau B. Dalam bentuk notasi ditulis sebaga
A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B}.

Diagram Venn operasi gabungan adalah seperti gambar
berikut. Bidang yang diwarnai adalah gabungan A dan B
atau A ∪ B
S

A

B
Contoh 2.14

Jika A = { 1 , 2 , 3 , 6 , 7 , 9 }
B = { 2 , 3 , 4 , 7 , 9 , 10 }
Maka A ∪ B = { 2 , 3 , 7 , 9 }.
S

A

1
6

2
3
7
9

B
4
10
2.10.3 Komplemen

Komplemen suatu himpunan A terhadap suatu himpunan
semesta adalah suatu himpunan yang anggota-anggotan
merupakan anggota himpunan semesta tapi bukan anggo
himpunan A.
Dalam bentuk notasi ditulis Ā = { x | x ∈ S dan x ∉ A}.
Diagram Venn untuk Ā seperti gambar berikut.
Bidang yang diarsir adalah Ā.
S

A
S
A
Contoh 2.15

ika S = { 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , 9 }
A ={2,3,4,5}
Maka Ā = { 1 , 6 , 7 , 8 , 9 }.
S

A
2

3

4 5

1 6
7 8
8 9
A
2.10.4 Selisih

Jika terdapat himpunan A dan himpunan B, maka A – B
adalah himpunan yang anggota-anggotanya hanya
merupakan anggota himpunan A saja . Dalam bentuk nota
ditulis sebagai ,
A – B = { x | x ∈ A dan x ∉ B}.

Diagram Venn dari operasi ini adalah bidang yang diars
pada gambar berikut.
S

A

B
Contoh 2.16

Jika A = { 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , 9 }
B = { 3 , 4 , 5, 10 }
Maka A – B = { 6 , 7 , 8 , 9 }.
S

B

A
6

7

3

8

9

5

4

10
.10.5 Beda setangkup
Beda
setangkup
(symmetric
difference)
himpunan A
dan himpunan B adalah himpunan yang anggotaanggotanya
hanya
merupakan
anggota
himpunan A saja
atau himpunan B saja.
A ⊕ B = (A ∪ B) – ( A ∩B) = ( A – B ) ∪ ( B
–A).
Diagram Venn dari operasi ini adalah bidang
yang diarsir
pada gambar berikut.
S

A

B
Contoh 2.17

ka A = { 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 }
B = { 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , 9 , 10 }
Maka A ⊕ B = { 1 , 9 , 10 }.
S

A

1

2
4
6

B

8

3
5
7

9
10
2.10.6 Perkalian Kartesian

Jika terdapat himpunan A dan himpunan B maka perkalia
Kartesian A x B adalah himpunan yang anggota-anggotan
merupakan pasangan terurut (ordered pairs) dengan
komponen pertama berasal dari himpunan A dan kompon
kedua berasal dari himpunan B.
Dalam bentuk notasi dapat ditulis
sebagai ,
A x B = { (a,b) | a ∈ A dan b ∈ B}.
Hal yang perlu diingat :

• Jika A dan B ≠ Ø, maka A x B ≠ B x A
• Jika A = Ø atau B = Ø maka A x B = B x A = Ø
• |A x B| = |A| . |B|
Contoh 2.18

Misal C = { 1 , 2 , 3 }
D={a,b}
C x D = { (1,a) , (1,b) , ( 2,a) , (2,b) , (3,a) ,
(3,b)}

10.7 Prinsip Inklusi-Eksklusi

| A∪B| = |A| + |B| - |A ∩B|

|A∪B∪C| = |A| + |B| + |C| – |A ∩B| – |B∩C| – |A∩C| + |A∩B
|A ⊕ B| = |A| + |B| - 2|A ∩B|
2.10.8 Sifat-sifat operasi himpunan dan prinsip
dualitas
Misal F adalah suatu sifat yang melibatkan sejumlah
himpunan dan operasinya, maka kita akan mendapatkan
dual dari sifat F (ditulis dengan lambang F*) dengan
cara mengganti:
∪
∩
Ø
S

dengan
dengan
dengan
dengan

∩
∪
S
Ø

Berikut disajikan beberapa sifat dari
operasi himpunan dan dualnya.
Hukum

1. Identitas
2. Null

:A ∪Ø=A

:A ∩Ø=Ø

3. Komplemen : A ∪ Ā = S
4. Idempoten

:A ∪A=A

5. Penyerapan : A ∪ ( A ∩ B)
6. Komutatif

7. Asosiatif
=A

Dual

A∩S=A
A∪S=S

A∩Ā=Ø
A∩A=A

A ∩ ( A ∪ B) = A

: A ∪B=B∪ A∩B=B∩A

A∪ B = A ∩ B
:A ∪(B∪

A∩ B = A ∪ B
A∩(B∩C)=
1. Himpunan ganda (multiset) dan operasinya

Pada himpunan ganda, setidak-tidaknya terdapat
satu
anggota yang muncul lebih dari satu kali. Selain
itu kita
juga mengenal istilah multiplisitas , yaitu jumlah
Sebagai contoh, jika = { 1 , 1 2 , 2 , 2 , , 7 , 8
kemunculan anggotaQdari suatu, himpunan4ganda.
, 8 , 9 },
maka multiplisitas 2 adalah 3, sedangkan
multipilisitas 8 adalah 2 dst.
.11.1 Operasi Gabungan

Misal S dan T adalah multiset. Operasi gabungan
antara keduanya akan menghasilkan multiset yang
multiplisitas anggota-anggotanya sama dengan
multiplisitas maksimum anggota-anggota pada
himpunan ganda S dan T.
Contoh 2.19

Jika S = { Ani, Ani, Karim, Karim, Karim, Ali }
T = { Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Ali, Ali,
Gani }
S ∪ T = { Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Karim,
Ali, Ali, Gani }
2.11.2 Operasi Irisan

Misal S dan T adalah multiset. Operasi irisan antara
keduanya akan menghasilkan multiset yang multiplisit
anggota-anggotanya sama dengan multiplisitas minimu
anggota-anggota pada himpunan ganda S dan T.
Contoh 2.20
Jika

S = { Ani, Ani, Karim, Karim, Karim, Ali }
T = { Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Ali,
Ali, Gani }
S ∩ T = { Ani, Ani, Karim, Karim, Ali }
2.11.3 Operasi selisih

Misal S dan T adalah multiset. Operasi selisih
S – T akan
menghasilkan multiset yang multiplisitas
anggota- Jika anggotanya ditentukan dengan cara:
multiplisitas anggota yang sama antara S dan T leb
besar pada S, maka cari S–T
- Jika multiplisitas anggota yang sama antara S dan T leb
besar pada T, maka multiplisitas anggota yang sama
tersebut sama dengan 0.
Contoh 2.21
Jika

S = { Ani, Ani, Karim, Karim, Karim, Ali }
T = { Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Ali, Ali,
Gani }
S – T = { Karim, Karim }
2.11.4 Operasi jumlah

Misal S dan T adalah multiset. Operasi penjumlahan S +
akan menghasilkan multiset yang multiplisitas anggotaanggotanya merupakan jumlah dari multiplisitas masing
masing anggota yang sama.
Contoh 2.21

Jika S = { Ani, Karim, Karim, Karim, Ali }
T = { Ani, Ani, Karim, Ali, Ali, Gani }
S+T= {Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Karim,
Karim, Ali,
Ali, Ali, Gani }

12. Pembuktian pernyataan himpunan
Pernyataan himpunan dapat dibuktikan dengan menggunaka
diagram Venn, tabel keanggotaan, sifat operasi himpunan at
definisi.
2.12.1
Pembuktian dengan menggunakan
diagram Venn
Untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan himpun
dengan menggunakan diagram Venn, pertama-tama
Gambarkan diagram Venn untuk ruas kiri dan ruas kanan
kesamaan.
Jika ternyata kedua gambar dari diagram Venn
tersebut sama maka kesamaan tersebut
terbukti benar.

Contoh 2.21

Buktikan bahwa : A ∪ ( B ∩ C) = ( A ∪ B) ∩ (A ∪ C)
Penyelesaian
A ∪ ( B ∩ C)

=

S

( A ∪ B) ∩ (A ∪ C)
S

A

A

B

B

=
C
Terbuktikan bahwa
(A ∪ C)

C
A ∪ ( B ∩ C) = ( A ∪ B) ∩
2.2 Pembuktian dengan menggunakan tabel keanggotaan

Selain diagram Venn kita juga dapat menggunakan
tabel
keanggotaan untuk membuktikan kebenaran dari
pernyataan himpunan.
Contoh 2.22
Buktikan bahwa A ∪ ( B ∩ C) = ( A ∪ B) ∩
(A ∪ C)
Bukti
A

B

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C

)

(A∪B) ∩

( A∪C)
A
0

B
0

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C
0

0

0

0

0
)

(A∪B) ∩
0

( A∪C)
A
0
0

B
0
0

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C
0
1

0
0

0
1

0
0

0
0
)

(A∪B) ∩
0
0

( A∪C)
A

B

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C

0

1

0

0
0

0
0

0
1

0
0
1

0
1
0

0
0
0

0
0
0
)

(A∪B) ∩
0
0

0
( A∪C)
A

B

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C

0

1

0

0
0
0

0
0
1

0
1
1

0
0
1
1

0
1
0
1

0
0
0
1

0
0
0
)
1

(A∪B) ∩
0
0

0
( A∪C)
1
A

B

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C

0

1

0

0
0
0
1

0
0
1
0

0

0

0

0

0

0

1

1

0

1

1
1

0
1
1

1
0
1

0
0
1

0
0
)
1

(A∪B) ∩
0
0

0
( A∪C)
1
1
A

B

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C

0

1

0

0
0
0
1
1

0
0
1
0
0

0

0

0

0

0

0

1

1

0

1

1
1
1

0
1
1
1

1
0
1
1

0
0
1
0

0
0
)
1
1

(A∪B) ∩
0
0

0
( A∪C)
1
1
1
A

B

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C

0

1

0

0
0
0
1
1
1

0
0
1
0
0
1

0

0

0

0

0

0

1

1

0

1

1
1
1
0

0
1
1
1
1

1
0
1
1
1

0
0
1
0
0

0
0
)
1
1
1

(A∪B) ∩
0
0

0
( A∪C)
1
1
1
1
A

B

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C

0

1

0

0
0
0
1
1
1
1

0
0
1
0
0
1
1

0

0

0

0

0

0

1

1

0

1

1
1
1
0
1

0
1
1
1
1
1

1
0
1
1
1
1

0
0
1
0
0
1

0

(A∪B) ∩
0
0

0
)
1

0
( A∪C)
1

1

1

1
1

1
1
1
A

B

C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C

0

1

0

0
0
0
1
1

0
0
1
0
0

0

0

0

0

0

0

1

1

0

1

1
1
1

0
1
1
1

1
0
1
1

0
0
1
0

0
0
)
1
1

1 1 0
1
1
Perhatikan bahwa kolom 0 dan 81sama,
7
artinya 1
A∪(B∩C) 1 = 1
(A∪B)∩(A∪C)
1 1
1
1
(terbukti).

(A∪B) ∩
0
0

0
( A∪C)
1
1
1
1
1
2.12.3 Pembuktian dengan menggunakan sifat operasi
himpunan
Cara lain untuk membuktikan kebenaran pernyataan
himpunan adalah dengan menggunkan sifat operasi
himpunan.
Contoh 2.23

Buktikan bahwa : (Ā ∪ B) ∩ (A ∪ B)
=B
Bukti
(Ā ∪ B) ∩ (A ∪
distributif
B ∪ (Ā ∩ A)
komplemen
B ∪ ∅
identitas
B

B)

gunakan hukum

gunakan hukum

gunakan hukum

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklik
StepanyCristy
 

Mais procurados (20)

Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 07
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 07Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 07
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 07
 
Bab 2 aljabar himpunan
Bab 2 aljabar himpunanBab 2 aljabar himpunan
Bab 2 aljabar himpunan
 
Review himpunan
Review himpunanReview himpunan
Review himpunan
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 05
 
1 himpunan - logika
1   himpunan - logika1   himpunan - logika
1 himpunan - logika
 
Himpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskritHimpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskrit
 
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
16. modul peluang (probabilitas) pak sukani
 
Soal Peluang dan Penjelasanya
Soal Peluang dan Penjelasanya Soal Peluang dan Penjelasanya
Soal Peluang dan Penjelasanya
 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklik
 
GRUP STRUKTUR ALJABAR
GRUP STRUKTUR ALJABARGRUP STRUKTUR ALJABAR
GRUP STRUKTUR ALJABAR
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Bab 6 relasi
Bab 6 relasiBab 6 relasi
Bab 6 relasi
 
Operasi biner
Operasi binerOperasi biner
Operasi biner
 
3.himpunan 3
3.himpunan 33.himpunan 3
3.himpunan 3
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Pengantar Teori Peluang
Pengantar Teori PeluangPengantar Teori Peluang
Pengantar Teori Peluang
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 

Destaque (6)

Pertemuan 02 teori dasar himpunan
Pertemuan 02   teori dasar himpunanPertemuan 02   teori dasar himpunan
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
 
Matematika himpunan
Matematika himpunanMatematika himpunan
Matematika himpunan
 
Matematika Ekonomi : Himpunan
Matematika Ekonomi : HimpunanMatematika Ekonomi : Himpunan
Matematika Ekonomi : Himpunan
 
Himpunan dan sistem bilangan (pertemuan 1)
Himpunan dan sistem bilangan (pertemuan 1)Himpunan dan sistem bilangan (pertemuan 1)
Himpunan dan sistem bilangan (pertemuan 1)
 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
 
Modul 6 spl
Modul 6 splModul 6 spl
Modul 6 spl
 

Semelhante a Himpunan (20)

Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Ppt himpunan
Ppt himpunanPpt himpunan
Ppt himpunan
 
Matematika Diskret 1.ppt
Matematika Diskret 1.pptMatematika Diskret 1.ppt
Matematika Diskret 1.ppt
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
03 Himpunan Lanjutan _For Live Course.pdf
03 Himpunan Lanjutan _For Live Course.pdf03 Himpunan Lanjutan _For Live Course.pdf
03 Himpunan Lanjutan _For Live Course.pdf
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Abstrak
AbstrakAbstrak
Abstrak
 
Matematika-Himpunan
Matematika-HimpunanMatematika-Himpunan
Matematika-Himpunan
 
R5a kelompok 3
R5a kelompok 3R5a kelompok 3
R5a kelompok 3
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
Himpunan
HimpunanHimpunan
Himpunan
 
PERTEMUAN KE II HIMPUNAN.pptx
PERTEMUAN KE II HIMPUNAN.pptxPERTEMUAN KE II HIMPUNAN.pptx
PERTEMUAN KE II HIMPUNAN.pptx
 
Pertemuan ke ii himpunan
Pertemuan ke ii himpunanPertemuan ke ii himpunan
Pertemuan ke ii himpunan
 
1. himpunan.ppt
1. himpunan.ppt1. himpunan.ppt
1. himpunan.ppt
 
3 himpunan
3 himpunan3 himpunan
3 himpunan
 
R5a kelompok 3
R5a kelompok 3R5a kelompok 3
R5a kelompok 3
 
R5a kelompok 3
R5a kelompok 3R5a kelompok 3
R5a kelompok 3
 
1268850 himpunan joniwarman.wordpress
1268850 himpunan joniwarman.wordpress1268850 himpunan joniwarman.wordpress
1268850 himpunan joniwarman.wordpress
 
Matematika diskrit adiwijaya
Matematika diskrit adiwijayaMatematika diskrit adiwijaya
Matematika diskrit adiwijaya
 

Mais de Ong Lukman (7)

MATRIKS DAN DETERMINAN
MATRIKS DAN DETERMINANMATRIKS DAN DETERMINAN
MATRIKS DAN DETERMINAN
 
SISTEM PERSAMAAN LINIER
SISTEM PERSAMAAN LINIERSISTEM PERSAMAAN LINIER
SISTEM PERSAMAAN LINIER
 
INTEGRAL TENTU DAN PENERAPANNYA
INTEGRAL TENTU DAN PENERAPANNYAINTEGRAL TENTU DAN PENERAPANNYA
INTEGRAL TENTU DAN PENERAPANNYA
 
PENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASIPENERAPAN DIFFERENSIASI
PENERAPAN DIFFERENSIASI
 
DIFFERENSIASI
DIFFERENSIASIDIFFERENSIASI
DIFFERENSIASI
 
Fungsi
FungsiFungsi
Fungsi
 
Sistem Bilangan
Sistem BilanganSistem Bilangan
Sistem Bilangan
 

Último

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Último (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 

Himpunan

  • 2. 2.1 Definisi Himpunan didefinisikan sebagai kumpulan objekobjek yang berbeda dan tidak memperhatikan urutan penulisan 2.2 Penyajian himpunan a. Tabulasi atau enumerasi b. Notasi pembentuk himpunan (set builder) c. Diagram Venn
  • 3. a. Tabulasi atau enumerasi Contoh 2.1 Misal B adalah himpunan bilangan genap positif yang tidak lebih dari seribu. B = { 0, 2, 4, … , 1000} Contoh 2.2 Misal C adalah himpunan bilangan ganjil positif yang lebih kecil dari 100. C = { 1, 3, 5, … , 97, 99} b. Notasi pembentuk himpunan (set builder) Contoh 2.3 A adalah himpunan bilanganb ril lebih kecil dari 100 dan lebih besar dari 1. A = { x | x ∈ R, 1 < x < 100}
  • 4. c. Diagram Venn Misal A = {1, 2, 3, 4} B = { 3, 4, 5, 6, 7, 8} S = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,9, 10} Diagram Venn S 1 2 9 A 3 4 B 5 6 7 8 10
  • 5. 2.3 Kardinalitas Kardinalitas menunjukkan jumlah anggota himpunan. Jika terdapat himpunan A, maka kardinalitas A ditulis n(A) atau |A| Contoh 2.4 Jika A = { x | x bilangan prima, x ≤ 10} Maka dapat ditulis A = {2, 3, 5, 7} Jadi |A| = 4 Contoh 2.5 Jika B = {x|x2 – 6x + 9 = 0 } Maka dapat ditulis B = { 3 } Jadi |B| = 1
  • 6. 2.4 Himpunan kosong Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak mempunya anggota. Jadi untuk hiompunan kosong |A| = 0. Himpunan kosong dilambangkan dengan Ø atau { }. Contoh 2.6 K = { x | x bilangan ril, x 2 + 1 = 0 } Maka |K| = Ø atau { }.
  • 7. 2. 5. Himpunan bagian (subset) Misal terdapat himpunan A dan B. Jika seluruh anggota himpunan A merupakan anggota himpunan B, maka dikatakan bahwa A merupakan himpunan bagian B, dan dit A ⊆ B. Jika setidak-tidaknya terdapat satu anggota himpunan B tid termasuk anggota himpunan A, maka ditulis A⊂B Lambang ⊆ adalah lambang himpunan bagian tak sebenarn (improper set). Sedangkan lambang ⊂ adalah lambang himpunan bagian sebenarnya (proper set) Jika A ⊆ B dan B ⊆ A, maka A = B
  • 8. 2.6 Kesamaan himpunan Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika A adalah himpunan bagian B dan B merupakan himpunan bagian A. Dengan menggunakan lambang matematika kita dapat menulisnya dalam bentuk A = B ↔ A ⊆ B dan B ⊆ A. Contoh 2.7 L = { x | x bilangan prima, x < 5} dan M = { x | x 2 – 5x + 6 Agar lebih jelas, tulis kedua himpunan tersebut diatas dalam bentuk enumerasi. L = { 2,3} M = { 2,3} Jadi L = M
  • 9. Contoh 2.8 A={2} B = { x | x2 = 4 } Karena B = { -2 , 2 } Maka A ≠ B. .7. Ekivalensi himpunan Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal A = kardinal B. Dalam bentuk lambang matematika dapat ditulis menjadi A ~ B ⇔ |A| = |B| Contoh 2.9 Jika A = { x | x = P , 1 ≤ x ≤ 5} dan B = { Ani, Ali, Badu, Hasan, Wati } Karena |A| = |B|, maka A ~ B .
  • 10. 2.8. Himpunan saling lepas Himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika keduanya tidak mempunyai anggota yang sama. Dalam bentuk lambang dapat ditulis dengan A//B. Jika digambarkan dengan diagram Venn maka bentuknya seperti gambar berikut. S Contoh 2.10 A B A = { x | 1 ≤ x ≤ 5} dan B = { Ani, Ali, Badu, Hasan, Wati } Karena anggota A tidak ada satupun yang sama dengan anggota B, maka A // B.
  • 11. 2.9. Himpunan kuasa Himpunan kuasa (power set) adalah suatu himpunan A yan anggota-anggotanya merupakan semua himpunan bagian A termasuk himpunan kosong dan dan himpunan A itu sendi Himpunan kuasa dari himpunan A dilambangkan dengan P(A) atau 2 A . Contoh 2.11 Jika M = { 1,2,3 }, maka himpunan kuasa dari M adalah 2 A = { Ø, {1} , {2} , {3} , {1,2} , {1,3} , {2,3} , {1,2,3}}
  • 12. .10. Operasi himpunan 2.10.1 Irisan Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota himpunan A dan himpunan B. Dalam bentuk notasi A ∩ B = { x | x ∈ A dan x ∈ B}. Venn operasi irisan adalah Diagram seperti gambar berikut. Bidang yang diarsir adalah irisan A dan B atau A ∩ B. S A B
  • 13. Contoh 2.12 Jika A = { 2 , 3 , 6 , 7 } B = { 2 , 7 , 9 , 10 } Maka A ∩ B = { 2 , 7 } S A 3 6 B 7 2 9 7 10 Contoh 2.13 Jika K = { x ,y | x + y = 4, x,y ∈ R } L = { x ,y | x − y = 2, x,y ∈ R } Maka K ∩ L = { 3 , 1 } L S K 3 1
  • 14. 2.10.2 Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah Gabungan himpunan yang setiap anggotanya merupakan anggota himpunan A atau B. Dalam bentuk notasi ditulis sebaga A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B}. Diagram Venn operasi gabungan adalah seperti gambar berikut. Bidang yang diwarnai adalah gabungan A dan B atau A ∪ B S A B
  • 15. Contoh 2.14 Jika A = { 1 , 2 , 3 , 6 , 7 , 9 } B = { 2 , 3 , 4 , 7 , 9 , 10 } Maka A ∪ B = { 2 , 3 , 7 , 9 }. S A 1 6 2 3 7 9 B 4 10
  • 16. 2.10.3 Komplemen Komplemen suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta adalah suatu himpunan yang anggota-anggotan merupakan anggota himpunan semesta tapi bukan anggo himpunan A. Dalam bentuk notasi ditulis Ā = { x | x ∈ S dan x ∉ A}. Diagram Venn untuk Ā seperti gambar berikut. Bidang yang diarsir adalah Ā. S A S A
  • 17. Contoh 2.15 ika S = { 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , 9 } A ={2,3,4,5} Maka Ā = { 1 , 6 , 7 , 8 , 9 }. S A 2 3 4 5 1 6 7 8 8 9 A
  • 18. 2.10.4 Selisih Jika terdapat himpunan A dan himpunan B, maka A – B adalah himpunan yang anggota-anggotanya hanya merupakan anggota himpunan A saja . Dalam bentuk nota ditulis sebagai , A – B = { x | x ∈ A dan x ∉ B}. Diagram Venn dari operasi ini adalah bidang yang diars pada gambar berikut. S A B
  • 19. Contoh 2.16 Jika A = { 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , 9 } B = { 3 , 4 , 5, 10 } Maka A – B = { 6 , 7 , 8 , 9 }. S B A 6 7 3 8 9 5 4 10
  • 20. .10.5 Beda setangkup Beda setangkup (symmetric difference) himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang anggotaanggotanya hanya merupakan anggota himpunan A saja atau himpunan B saja. A ⊕ B = (A ∪ B) – ( A ∩B) = ( A – B ) ∪ ( B –A). Diagram Venn dari operasi ini adalah bidang yang diarsir pada gambar berikut. S A B
  • 21. Contoh 2.17 ka A = { 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 } B = { 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 , 9 , 10 } Maka A ⊕ B = { 1 , 9 , 10 }. S A 1 2 4 6 B 8 3 5 7 9 10
  • 22. 2.10.6 Perkalian Kartesian Jika terdapat himpunan A dan himpunan B maka perkalia Kartesian A x B adalah himpunan yang anggota-anggotan merupakan pasangan terurut (ordered pairs) dengan komponen pertama berasal dari himpunan A dan kompon kedua berasal dari himpunan B. Dalam bentuk notasi dapat ditulis sebagai , A x B = { (a,b) | a ∈ A dan b ∈ B}. Hal yang perlu diingat : • Jika A dan B ≠ Ø, maka A x B ≠ B x A • Jika A = Ø atau B = Ø maka A x B = B x A = Ø • |A x B| = |A| . |B|
  • 23. Contoh 2.18 Misal C = { 1 , 2 , 3 } D={a,b} C x D = { (1,a) , (1,b) , ( 2,a) , (2,b) , (3,a) , (3,b)} 10.7 Prinsip Inklusi-Eksklusi | A∪B| = |A| + |B| - |A ∩B| |A∪B∪C| = |A| + |B| + |C| – |A ∩B| – |B∩C| – |A∩C| + |A∩B |A ⊕ B| = |A| + |B| - 2|A ∩B|
  • 24. 2.10.8 Sifat-sifat operasi himpunan dan prinsip dualitas Misal F adalah suatu sifat yang melibatkan sejumlah himpunan dan operasinya, maka kita akan mendapatkan dual dari sifat F (ditulis dengan lambang F*) dengan cara mengganti: ∪ ∩ Ø S dengan dengan dengan dengan ∩ ∪ S Ø Berikut disajikan beberapa sifat dari operasi himpunan dan dualnya.
  • 25. Hukum 1. Identitas 2. Null :A ∪Ø=A :A ∩Ø=Ø 3. Komplemen : A ∪ Ā = S 4. Idempoten :A ∪A=A 5. Penyerapan : A ∪ ( A ∩ B) 6. Komutatif 7. Asosiatif =A Dual A∩S=A A∪S=S A∩Ā=Ø A∩A=A A ∩ ( A ∪ B) = A : A ∪B=B∪ A∩B=B∩A A∪ B = A ∩ B :A ∪(B∪ A∩ B = A ∪ B A∩(B∩C)=
  • 26. 1. Himpunan ganda (multiset) dan operasinya Pada himpunan ganda, setidak-tidaknya terdapat satu anggota yang muncul lebih dari satu kali. Selain itu kita juga mengenal istilah multiplisitas , yaitu jumlah Sebagai contoh, jika = { 1 , 1 2 , 2 , 2 , , 7 , 8 kemunculan anggotaQdari suatu, himpunan4ganda. , 8 , 9 }, maka multiplisitas 2 adalah 3, sedangkan multipilisitas 8 adalah 2 dst.
  • 27. .11.1 Operasi Gabungan Misal S dan T adalah multiset. Operasi gabungan antara keduanya akan menghasilkan multiset yang multiplisitas anggota-anggotanya sama dengan multiplisitas maksimum anggota-anggota pada himpunan ganda S dan T. Contoh 2.19 Jika S = { Ani, Ani, Karim, Karim, Karim, Ali } T = { Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Ali, Ali, Gani } S ∪ T = { Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Karim, Ali, Ali, Gani }
  • 28. 2.11.2 Operasi Irisan Misal S dan T adalah multiset. Operasi irisan antara keduanya akan menghasilkan multiset yang multiplisit anggota-anggotanya sama dengan multiplisitas minimu anggota-anggota pada himpunan ganda S dan T. Contoh 2.20 Jika S = { Ani, Ani, Karim, Karim, Karim, Ali } T = { Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Ali, Ali, Gani } S ∩ T = { Ani, Ani, Karim, Karim, Ali }
  • 29. 2.11.3 Operasi selisih Misal S dan T adalah multiset. Operasi selisih S – T akan menghasilkan multiset yang multiplisitas anggota- Jika anggotanya ditentukan dengan cara: multiplisitas anggota yang sama antara S dan T leb besar pada S, maka cari S–T - Jika multiplisitas anggota yang sama antara S dan T leb besar pada T, maka multiplisitas anggota yang sama tersebut sama dengan 0. Contoh 2.21 Jika S = { Ani, Ani, Karim, Karim, Karim, Ali } T = { Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Ali, Ali, Gani } S – T = { Karim, Karim }
  • 30. 2.11.4 Operasi jumlah Misal S dan T adalah multiset. Operasi penjumlahan S + akan menghasilkan multiset yang multiplisitas anggotaanggotanya merupakan jumlah dari multiplisitas masing masing anggota yang sama. Contoh 2.21 Jika S = { Ani, Karim, Karim, Karim, Ali } T = { Ani, Ani, Karim, Ali, Ali, Gani } S+T= {Ani, Ani, Ani, Karim, Karim, Karim, Karim, Ali, Ali, Ali, Gani } 12. Pembuktian pernyataan himpunan Pernyataan himpunan dapat dibuktikan dengan menggunaka diagram Venn, tabel keanggotaan, sifat operasi himpunan at definisi.
  • 31. 2.12.1 Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn Untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan himpun dengan menggunakan diagram Venn, pertama-tama Gambarkan diagram Venn untuk ruas kiri dan ruas kanan kesamaan. Jika ternyata kedua gambar dari diagram Venn tersebut sama maka kesamaan tersebut terbukti benar. Contoh 2.21 Buktikan bahwa : A ∪ ( B ∩ C) = ( A ∪ B) ∩ (A ∪ C) Penyelesaian
  • 32. A ∪ ( B ∩ C) = S ( A ∪ B) ∩ (A ∪ C) S A A B B = C Terbuktikan bahwa (A ∪ C) C A ∪ ( B ∩ C) = ( A ∪ B) ∩
  • 33. 2.2 Pembuktian dengan menggunakan tabel keanggotaan Selain diagram Venn kita juga dapat menggunakan tabel keanggotaan untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan himpunan. Contoh 2.22 Buktikan bahwa A ∪ ( B ∩ C) = ( A ∪ B) ∩ (A ∪ C) Bukti
  • 34. A B C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C ) (A∪B) ∩ ( A∪C)
  • 35. A 0 B 0 C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C 0 0 0 0 0 ) (A∪B) ∩ 0 ( A∪C)
  • 36. A 0 0 B 0 0 C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 ) (A∪B) ∩ 0 0 ( A∪C)
  • 37. A B C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 ) (A∪B) ∩ 0 0 0 ( A∪C)
  • 38. A B C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 ) 1 (A∪B) ∩ 0 0 0 ( A∪C) 1
  • 39. A B C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 ) 1 (A∪B) ∩ 0 0 0 ( A∪C) 1 1
  • 40. A B C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 ) 1 1 (A∪B) ∩ 0 0 0 ( A∪C) 1 1 1
  • 41. A B C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 ) 1 1 1 (A∪B) ∩ 0 0 0 ( A∪C) 1 1 1 1
  • 42. A B C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 (A∪B) ∩ 0 0 0 ) 1 0 ( A∪C) 1 1 1 1 1 1 1 1
  • 43. A B C A∪B A∪C B∩C A∪(B∩C 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 ) 1 1 1 1 0 1 1 Perhatikan bahwa kolom 0 dan 81sama, 7 artinya 1 A∪(B∩C) 1 = 1 (A∪B)∩(A∪C) 1 1 1 1 (terbukti). (A∪B) ∩ 0 0 0 ( A∪C) 1 1 1 1 1
  • 44. 2.12.3 Pembuktian dengan menggunakan sifat operasi himpunan Cara lain untuk membuktikan kebenaran pernyataan himpunan adalah dengan menggunkan sifat operasi himpunan. Contoh 2.23 Buktikan bahwa : (Ā ∪ B) ∩ (A ∪ B) =B Bukti (Ā ∪ B) ∩ (A ∪ distributif B ∪ (Ā ∩ A) komplemen B ∪ ∅ identitas B B) gunakan hukum gunakan hukum gunakan hukum