4. Karya sastra Melayu Klasik atau karya
sastra Indonesia lama/kuno adalah karya
sastra yang berkembang pada zaman
masyarakat tradisional yang hidup dan
berkembang secara turun-temurun. Dalam
periodisasi sastra Indonesia, karya sastra
Melayu Klasik termasuk karya sastra yang
dihasilkan oleh para sastrawan periode
abad ke-18 hingga paruh pertama abad ke-
19. Namun, sebenarnya, tidak ada ukuran
pasti mengenai tahun lahir dan
berkembangnya. Pada umumnya, karya-
karya sastra Melayu Klasik disampaikan
dari mulut ke mulut dengan bahasa lisan
dalam bentuk “tembang” atau lagu.
6. adalah karya-karya sastra
yang tercipta dan berkembang
pada periode sastra tradisional
atau sastra lama sebelum
periode 1920-an.
7. Jika kita perhatikan, karya sastra pada
masing-masing periode atau angkatan
mempunyai karakter yang berbeda-beda.
Karakter tersebut dipengaruhi oleh
banyak hal, antra lain adat
istiadat, kepercayaan, keadaan
masyarakat, pemerintahan, pendidikan, h
ukum/norma, kebudayaan, bahasa, dan
pengaruh masyarakat lain. Secara
ringkas, karakteristik karya sastra Melayu
Klasik sebagai berikut:
8. 1. Bentuk:
a. Puisi terikat:
Pantun, syair, mantra, bidal, seloka, gurindam
b. Prosa: dongeng, tambo, hikayat, cerita
panji, kaba, legenda
2. Bahasa: arab Melayu, Melayu tradisional, daerah
3. Tema: kaku, istanasentris, adat istiadat, mistis
4. Dipengaruhi: Kehidupan tradisi, kesetiaan terhadap
adat istiadat, kebudayaan daerah, sastra Hindu dan
Islam
5. Sifat masyarakat: statis, perubahan sangat lambat
6. Sifat kaya sastra: statis, baik bentuk maupun
temanya
9. 7. Sifat isi: khayal atau fantasi
8. Pengarang: anonym, tak dikenal
9. Penyajian: lisan dan tertulis, tetapi
sebagian besar secara lisan
10. Gaya: menggunakan bahasa klise
11. Isi/amanat/pesan: pendidikan, pelipur
lara, kepahlawannan, mite, legenda
12. Tokoh: manusia, tumbuhan, binatang
11. - Mantera
adalah puisi yang diresapi oleh
kepercayaan akan dunia gaib.
- Pantun
adalah puisi yang disusun dengan
pedoman tiap baitnya terdiri atas 4 baris
yang sajak akhirnya silang a-b-a-b.
- Talibun
adalah pantun yang jumlah baris tiap
baitnya lebih dari empat dan berjumlah
genap.
12. - Karmina
adalah pantun yang hanya terdiri atas dua
baris dalam tiap baitnya.
- Gurindam
adalah puisi yang ditulis dengan pedoman tiap
baitnya terdiri atas dua baris dengan sajak
akhirnya a-a dimana isinya berupa ajakan atau
nasihat keagamaan.
- Syair
adalah puisi zaman Melayu klasik yang
dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.
13. - Peribahasa
adalah kalimat atau kelompok perkataan yang
susunannya tetap dan isinya berupa nasihat,
sindiran, ataupun pujian.
- Hikayat
adalah bentuk karya sastra prosa yang
berisikan tentang kisah, cerita, dongeng,
maupun sejarah.
15. a. Berbahasa Melayu klasik.
b. Puisi berbentuk terikat dan kaku.
c. Istana sentris (kehidupan istana menduduki
peranan penting dan mendominasi isi cerita).
d. Anonim (nama pengarang tidak diketahui).
e. Pralogis (isi cerita tidak sesuai dengan logika
umum).
f. Statis, bersifat baku atau tetap.
g. Klise (tiruan)
17. 1. Tema, yaitu pokok pikiran yang menjadi jiwa dan dasar
cerita. Tema dibedakan menjadi dua, yaitu tema
mayor dan tema minor.
a Tema mayor: tema yang merupakan pusat pikiran
cerita.
b Tema minor: tema yang merupakan rincian atau
bagian dari tema mayor yang biasanya dapat
dirumuskan dari setiap kejadian dalam cerita.
2. Alur atau plot, yaitu rangkaian peristiwa yang dibuat
dan dijalin dengan teliti untuk membentuk suatu
cerita dalam hubungan sebab akibat. Secara garis
besar, alur dibedakan menjadi alur maju dan alur
mundur.
3. Latar cerita/setting, yaitu sesuatu yang melingkupi
pelaku atau kejadian-kejadian dalam cerita.
18. Latar cerita mencakup:
a. latar waktu (siang, dahulu kala, tahun 1945, dan
sebagainya);
b. latar tempat (di sekolah, di kantor, di suatu kota, di
laut, dan sebagainya);
c. latar suasana/situasi
(sedih, gembira, lengang, sepi, gaduh, dan
sebagainya);
d. latar alat (cangkul, pulpen, televisi, tali, dan
sebagainya).
4. Penokohan, yaitu penentuan dan penciptaan
citra/image (biasanya berupa gambaran watak atau
sifat) pelaku atau tokoh dalam cerita.
5. Sudut pandang/point of view, yaitu cara pandang
pengarang dalam menceritakan suatu cerita. Ada
beberapa sudut pandang.
19. a. Diaan-author observer: pengarang menggunakan
orang ketiga (dia). Pengarang seolah-olah tidak
mengetahui jalan pikiran pelaku.
b. Diaan-author omniscient: pengarang menggunakan
orang ketiga (dia). Pengarang seolah-olah mengetahui
dan mengatur jalan pikiran pelaku.
c. Akuan-author participant: pengarang menggunakan
orang pertama (aku).
d. Campuran: pengarang menggunakan teknik
campuran antara teknik a, b, dan c.
6. Gaya bahasa pengarang (style), yaitu cara pengarang
untuk menggunakan bahasa dalam menyajikan pikiran
dan perasaannya dalam cerita (ciri khas pengarang).
7. Amanat (message), yaitu gagasan yang mendasari
cerita sekaligus pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca.