SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 8
DARI PALIMBUNGAN ACEH BARAT UNTUK INDONESIA
     RAPAI CEBREK BERUSIA 400 TAHUN, WARISAN BUDAYA BANGSA


                       *) Kris Bheda Somerpes (blogger)



                                    BAB I:
                                 PENDAHULUAN




LATAR BELAKANG

Sejarah adalah ruang organis, sesuatu yang hidup. Sebagai kesatuan organis, sejarah
tidak hanya menjadi storia (kisah) tetapi juga menjadi Geschichte (yang
didokumentasikan dan diceritakan, serta diinterpretasikan). Sejarah tidak hanya
berhubungan dengan fakta-fakta historis yang terungkap dalam dokumen-dokumen dan
peninggalan masa lampau, yang dipelajari, ditafsirkan dan diberi arti demi membantu
pemahaman manusia tentang dirinya, tetapi juga menjadi proses. Sejarah patut
dipahami juga sebagai proses perkembangan yang menandai hakikat manusia yang
hidup dalam ruang dan waktu yang terarah ke masa depan, tetapi senantiasa berakar
pada masa lampau dan berlangsung pada masa kini.

Berangkat dari makna sejarah di atas penelitian sejarah, secara khusus
pendokumentasian atas peninggalan budaya yang hampir punah menjadi penting untuk
dilakukan. Hal ini bertujuan selain memberikan gambaran yang utuh tentang
perkembangan sejarah sebuah wilayah atau daerah juga dimaksudkan untuk
memberikan makna atas pekembangan peradaban sebuah bangsa.

Penulis melihat bahwa Nanggroe Aceh Darusallam, secara khusus Aceh Barat
menyimpan banyak potensi sejarah dan warisan budaya, salah satu di antaranya
adalah, yang selanjutnya akan menjadi fokus pembahasan makalah ini adalah Sejarah
Rapai Cebrek di desa Palimbungan Kawai XVI yang berusia hampir 400 tahun. Melalui
dan dalam penelitian kecil ini, di bawah judul “RAPAI CEBREK BERUSIA 400
TAHUN, WARISAN BUDAYA BANGSA DARI PALIMBUNGAN ACEH BARAT
UNTUK INDONESIA” penulis berharap bahwa potensi dan kekayaan budaya Aceh
Barat dapat memberikan sumbangsih sekaligus makna yang lebih atas penguatan
pilar/sendi budaya dan perkembangan peradaban bangsa kita.


RUMUSAN MASALAH

1|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
Titik tolak pertama dalam pembahasan makalah ini berangkat dari kecemasan penulis
atas perkembangan dan sejarah serta warisan budaya daerah yang hampir punah,
lantaran pengaruh masuknya budaya-budaya asing/barat yang tidak disari-cerna secara
bijak. Di tengah pusaran arus modernisasi, tanpa sadar sebenarnya kekayaan nilai
kelokalan kita tercerabut akar-akarnya, selanjutnya kita secara diam-diam dihasut untuk
mengatut system nilai yang sebenarnya bertentangan dengan jati diri kita. Padahal jika
diteliti secara cermat, potensi budaya dan tradisi daerah kita masing-masing
mengandung banyak keutamaan-keutamaan yang dapat dijadikan rujukan dan
pegangan untuk menata kehidupan yang lebih baik.

Hal kedua yang mau dijelaskan secara panjang lebar dalam makalah ini adalah secara
khusus tentang sejarah Rapai Cebrek yang berusia 400 tahun. Apa kekhasan dan
kekhususan Rapai Cebrek dalam perjalanan sejarahnya, bagaimana Rapai Cebrek
berpengaruh dalam membentuk system nilai, menguatkan sendi-sendi sosial, moral dan
peradaban, serta selanjutnya bagaimana seharusnya warisan budaya seperti Rapai
Cebrek ini dijaga dan dirawat: siapa dan seperti apa?

TUJUAN PENULISAN DAN PENELITIAN

Seperti yang sudah disinggung secara sepintas pada bagian lantar belakang bahwa
penelitian sederhana ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh atas
potensi dan kekayaan warisan budaya di Aceh Barat. Penulis berharap bahwa potensi
dan kekayaan budaya Aceh Barat dapat memberikan sumbangsih sekaligus makna yang
lebih atas penguatan pilar/sendi budaya dan perkembangan peradaban bangsa kita

Di bawah tujuan umum di atas sebenarnya ada dua tujuan khusus yang mau dicapai
penulis, yakni pertama, secara teoretis penelitian ini dapat menjadi bagian dari sebuah
catatan dan atau pendokumentasian sejarah, yang diharapkan dapat diketahui, dibaca
dan ditafsirkan secara kontekstual oleh para peneliti sejarah dan budaya. Kedua,
secara praktis mau menunjukkan kepada kita semua, sebagai missal sebuah promosi
budaya, bahwa ada warisan budaya di Aceh Barat yang berusia ratusan tahun yang
hingga kini masih ada dan dijaga secara baik, walaupun maksimal untuk dikmbangkan
dan dipromosikan.



                                    BAB II:
                           RAPAI BERUSIA 400 TAHUN




DESA PALIMBUNGAN

2|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
Rapai Cebrek sekarang berada di desa Palimbungan, Kecamatan Kawai XVI Kabupaten
Aceh Barat propinsi Nanggroe Aceh Darusallam yang dijaga dan dirawat oleh Syech
Usman. Sebagaimana halnya mayoritas penduduk Palimbungan yang sehari-harinya
bekerja sebagai petani sawah dan ladang, Syech kelahiran 1 Juli 1960 ini juga adalah
seorang petani. Namun demikian sebagai pewaris Rapai Cebrek yang memiliki makna
sejarah, nilai pemersatu gampoeng (kampong), Syech Usman adalah juga seorang
sesepuh di desa Palimbungan.

ASAL MULA RAPAI CEBREK

Syech Usman, generasi kelima pewaris tunggal Rapai Cebrek mengisahkan bahwa
beliau diamanatkan ayahnya yang bernama Syech Basah untuk menjaga Rapai Cebrek
dan mewariskan sejarah tarian rapai duablah (dua belas) yang nyaris punah.

Pada mulanya, menurut Syech Usman. Di Palimbungan terdapat sebatang pohon
Cebrek tua yang tumbang melintang membelah krueng (sungai) Palimbungan. Haji Ben,
yang kebetulan melintas di tepi krueng tidak membiarkan Cebrek itu hanyut. Beliau
memotong selanjutnya membentuknya menjadi kerangka rapai. Kulit rapai diambilnya
dari kulit seekor kambing jantan dengan „bule seribe‟ warna (berbulu seribu).
Maksudnya kambing yang memiliki bulu bercorak banyak atau banyak warna.

Sudah sejak Haji Ben membuat rapai dari pohon Cebrek dan dipentaskan dalam setiap
tarian rapai dua blah, grup tari Haji Ben tidak pernah kalah, selalu menang, sehingga
membuatnya sangat terkenal di Aceh Barat. Lantaran itu, Rapai Cebrek diyakini
memiliki kekuatan tersendiri secara supranatural. Karena selain selalu menang dalam
setiap perlombaan, juga memberikan makna pemersatu dan kekuatan moral bagi
penduduk Palimbungan.

Namun, ketika rapai Cebrek sampai ke generasi Syech Usman, Syech Usman tidak
pernah menggunakannya lagi untuk ditabuh. “Kecuali kalau ada hajatan di
gampoeng, maka saya akan menggunakannya. Dan itu pun ditabuh secara perlahan
sebanyak tujuh kali di telinga orang yang melaksanakan hajatan seperti penikahan atau
sunatan‟ kata Syech Usman.

KEUNIKAN RAPAI CEBREK

Kekhasan dan keunikan sejarah rapai Cebrek dapat penulis gambarkan dalam tabel
tokoh-tokoh pewaris berikut ini:


Gene-      Penemu/         Posisi Dalam
 rasi       Pewaris          Keluarga          Usia            Keturunan
I         Haji Ben        Anak laki-laki      +/- 80     Aceh Utara, selanjutnya

3|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
sulung               thn           menetap di Palimbungan
                             Anak laki-laki       +/- 90        Lahir dan dibesarkan di
 II          Sulaiman Pase
                            sulung               thn           Palimbungan
                             Anak laki-laki       +/- 70        Lahir dan dibesarkan di
 III         Khalifah Ben
                            sulung               thn           Palimbungan
                             Anak laki-laki       +/- 80        Lahir dan dibesarkan di
 IV          Syech Basah
                            sulung               thn           Palimbungan
                             Anak laki-laki       Msh           Lahir dan dibesarkan di
 V           Shech Usman
                            sulung               hidup         Palimbungan
             Tiga anak perempuan Syech Usman     - Lahir dan   dibesarkan di
 VI
            Palimbungan

Seperti yang tercatat dalam tabel di atas bahwa Haji Ben merupakan penemu Rapai
Cebrek. Beliau merupakan keturunan dari Aceh Utara yang datang ke Palimbungan
Kawai XVI untuk membuka lahan dan berkebun. Dalam keluarga, Haji Ben adalah anak
laki-laki sulung dan anak sulung. Inilah kekhasan dalam pewarisan Rapai Cebrek dari
Haji Ben sampai Syech Usman bahwa rapai Cebrek diwariskan oleh anak laki-laki dalam
keluarga yang secara bersamaan merupakan anak sulung.

Namun baru setelah generasi kelima memasuki generasi keenam, Rapai Cebrek seperti
berhenti, lantaran anak-anak Syech Usman semuanya adalah perempuan. Menurut
Syech Usman, ini menjadi tanda seperti berakhirnya sebuah sejarah pewarisan. Namun
di tengah kecemasan tersebut Syech Usman masih percaya kedua putrinya masih bisa
meneruskan dan mewariskan warisan budaya tersebut.

MAKNA KEBERADAAN RAPAI CEBREK

Ada tiga makna dan nilai yang hendak disampaikan dari dan dalam keberadaan Rapai
Cebrek. Yakni sebagai berikut:

      •   Makna Historis dan Cultural (sejarah dan budaya)
          Rapai Cebrek telah melewati sejarah yang panjang. Sebagai satu-satunya
          warisan budaya yang langka, Rapai Cebrek tidak hanya selamat dari gempuran
          arus modernisasi yang kian secular dan tidak bermakna, tetapi juga selamat dari
          konflik Aceh yang berkepanjangan. Jika dihitung secara matematis, itu artinya
          sudah sejak zaman belanda sampai dengan masa pemberontakan Gerakan Aceh
          Merdeka, Rapai Cebrek tetap dijaga sebagai pusaka.

          Perjalanan panjang sejarah Rapai Cebrek ini menunjukkan secara jelas kekuatan
          sejarah, tradisi dan budaya bahwa keutamaan dan jati diri budaya dan
          peradaban tidak akan pernah musnah sekalipun diterjang oleh arus zaman dan
          konflik yang berkepanjangan. Sejarah dan tradisi serta budaya selalu keluar
          menjadi pemenang, bukan hanya untuk menunjukkan martabat sebuah daerah
          atau wilayah, tetapi juga martabat sebuah keberadaan dan peradaban.

4|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
•   Makna Moral dan Sosial
       Rapai Cebrek juga diyakini memberikan kekuatan social yakni memberikan
       persatuan dan perdamaian. Rapai Cebrek dalam perjalanan sejarahnya tidak
       hanya mengangkat moral social penduduk desa Palimbungan akan tarian rapai
       dua blah-nya tetapi juga menjadi pengikat dan pengerat jalinan social
       masyarakat Aceh Barat pada zamannya.

       Inilah sesungguhnya peran dari sejarah, makna dari sebuah tradisi dan nilai dari
       sebuah warisan budaya. Bahwa selain meletakan sebuah wilayah dan atau
       daerah pada tempat yang bermartabat dan beradab, juga pada saat yang sama
       memancarkan nilai-nilai social, seperti persatuan, perdamaian, kesetaraan,
       keharmonisan dan juga penghargaan atas budaya. Rapai Cebrek dengan
       demikian secara tidak langsung mengajarkan kepada generasi penerus perihal
       pernghargaan terhadap budaya dan jati diri bangsa.

   •   Makna Religius (keagamaan)
       Menurut Syech Usman, Rapai Cebrek selalu menjadi medium perjumpaan antara
       manusia dengan Allah. Rapai Cebrek selalu hadir dalam setiap hajatan
       masyarakat Palimbungan baik dalam upacara penikahan, turun anak maupun
       sunatan. Hal ini selain memberikan kekuatan kepada masyarakat perihal
       keharmonisan kedekatan manusia dengan Allah, juga pada saat yang sama
       memberikan makna bahwa Allah Swt adalah segala-galanya, empunya kehidupan
       dan penciptaan semesta.

KECEMASAN DAN KENDALA DALAM UPAYA PEWARISAN

Kecemasan dan kendala terbesar yang dihadapi Syech Usman dalam upaya pewarisan
Rapai Cebrek mencakup tiga hal penting yakni:

   •   Penerus atau Pewaris
       Menurut Syech Usman, perjalanan sejarah Rapai Cebrek sepertinya berhenti
       pada generasinya. Dalam berbagai kesempatan Rapai Cebrek yang dipentas-
       tarikan dalam rapai dua blah jarang ditampilkan. Lantaran usianya yang sudah
       tua dan penyakit mata yang dideritanya. Menurut Syech Usman, ketika Rapai
       Cebrek sampai di tangannya, dia lebih banyak mengistirahatkan Rapai Cebrek.
       Rapai Cebrek baru akan keluar dari rumahnya apabila ada hajatan gampoeng
       (kampong).

       Kecemasan dan kendala lain yang dihadapi Syech Usman dalam pewarisan Rapai
       Cebrek adalah ketika Rapai Cebrek akan sampai ke tangan anak-anaknya. “Tapi,
       saya tidak punya anak laki-laki. Tiga anak saya adalah perempuan. Apakah ini
       artinya sudah habis masanya?” keluhnya ketika penulis mewawancarainya.


5|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
•   Minat Generasi Muda
       Tantangan lain yang sudah menjadi rahasia umum dan tantangan budaya secara
       luas adalah minat generasi muda yang kian berkurang terhadap tradisi dan
       budaya sendiri. Terbukanya arus komunikasi dan informasi serta pengaruh-
       pengaruh pop yang datang dari luar yang selanjutnya diterima secara
       serampangan, menegaskan bahwa budaya dan tradisi sendiri sebagai yang tidak
       berguna dan dipandang kolot.

       Menurut Syech Usman, generasi muda sudah tidak lagi berminat berlatih rapai
       dua blah apalagi menabuh Rapai Cebrek karena dianggap bukan tarian modern.
       Banyak generasi muda, termasuk generasi muda Palimbungan lebih tertarik
       dengan music dan tradisi popular seperti tarian kreasi baru dan music pop.
       Kalaupun ada generasi muda yang berlatih tarian rapai dua blah, itu pun kalau
       ada perlombaan, bukan untuk dihayati dan dimaknai. “Banyak anak-anak muda
       sekarang yang berlatih rapai, tetapi semangat dan roh yang ada di dalam rapai
       belum seluruhnya diserap” keluh Syech Usman.


   •   Kurangnya Dukungan
       Selain minat generasi muda yang kurang terhadap tradisi dan budaya sendiri,
       sebenarnya tantangan lain yang dihadapi Syech Usman adalah tidak adanya
       dukungan dari pegiat seni, pelaku seni dan juga pemerintah dalam mengangkat
       tradisi-tradisi yang hamper punah seperti Rapai Cebrek.

       Dalam berbagai kesempatan seperti pameran datau promosi budaya, Rapai
       Cebrek tidak pernah diikutsertakan. Hal ini tidak hanya menjadi pukulan
       tersendiri bagi Syech Usman, tetapi juga menjadi pukulan berat bagi nilai,
       khasanah dan potensi budaya sebuah budaya.

UPAYA PEWARISAN YANG TELAH DILAKUKAN

Di tengah kecemasan dan kendala yang dihadapi, Syech Usman sesungguhnya yakin
dan optimis bahwa keutamaan sebuah warisan budaya, kesakralan sebuah sejarah
tidak akan musnah begitu saja. Lantaran itu, sampai hari ini Syech Usman, walaupun
menghadapi banyak tantangan terus berjuang mewariskan dan memperkenalkan Rapai
Cebrek.

Tiga hal yang sudah dilakukan sebagai upaya menjaga dan mewariskan sejarah Rapai
Cebrek adalah sebagai berikut:

   •   Mengajarkan kepada anak-anaknya tentang makna dan nilai
       Syech Usman optimis bahwa Rapai Cebrek akan tetap menjadi nyawa bagi warga
       dan gampoeng (kampong) Palimbungan. “Saya yakin, tentang rapai Cebrek,
       walaupun sampai ke tangan anak-anak saya yang perempuan, saya yakin

6|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
mereka bisa melanjutkan dan meneruskan kekuatan Rapai Cebrek ini. Mereka
       bisa menjaga kedewasaan gampoeng Palimbungan ini”.
       Lantaran itu dalam berbagai kesempatan hajatan gampoeng, Syech Usman tidak
       hanya mengikutsertakan anak-anaknya tetapi juga mengajarkan kepada anak-
       anakknya perihal ritualisasi penggunaan Rapai Cebrek. “Anak-anak saya sudah
       bisa berjalan sendiri dan membuat upacara sendiri” demikian kata Syech Usman.
   •   Sanggar seni
       Selain mengajarkan kepada anak-anaknya perihal fungsi dan keutamaan Rapai
       Cebrek, Syech Usman dan kawan-kawannya yang tergabung dalam rapai grup
       dua blah tetap berusaha mengajarkan tarian rapai dua blah kepada generasi
       muda Palimbungan. Dalam dan melalui sanggar seni yang mereka dirikan
       diharapkan generasi muda Palimbungan dapat meneruskan roh dan nilai sejarah
       kampung mereka.

   •   Ikut serta dalam pementasan
       Pada tahun 2008, Rapai Cebrek pernah diikutsertakan dalam perjalanan promosi
       perdamaian yang diselenggarakan oleh Komunitas Seni Damee Meulaboh
       bekerjasama dengan Lembada Swadaya Masyarakat SUNSPIRIT, For Justice and
       Peace ke Jakarta. Dalam pementasan teater tari yang berjudul „She Lagee‟ yang
       dimainkan oleh gabungan para seniman dari 20 gampoeng (kampong) di Aceh
       Barat di taman Ismail Marzuki Jakarta, Rapai Cebrek dijadikan mascot utama
       sebagai „Panulang Pusaka‟.

       Syech Usman berharap bahwa melalui kegiatan-kegiatan seperti promosi budaya,
       selain memperkenalkan tentang tradisi sebuah daerah juga mengampanyekan
       tentang nilai-nilai budaya yang bisa dimaknai secara bersama-sama untuk
       kepentingan bangsa dan Negara.


RAPAI CEBREK, DARI PALIMBUNGAN UNTUK INDONESIA

Menelusuri perjalanan sejarah, makna keberadaannya, tantangan dan peluang yang
dihadapi Syech Usman dalam menerus-wariskan tradisi dan sejarah Rapai Cebrek,
penulis berkeyakinan bahwa sejarah dan tradisi sebuah daerah tidak hanya
menegaskan kekhasan dan keberadaan sebuah wilayah budaya tertentu tetapi juga
memiliki makna dan nilai universal yang bisa dijadikan pegangan sebagai sebuah
bangsa, tetapi juga pembelajaran bagi generasi bangsa akan pentingnya sejarah.

Hal ini tentu saja menjadi pertimbangan tersendiri segenap kita sebagai bangsa. Bukan
merupakan suatu gejala yang baru untuk dikemukakan bahwa warisan budaya dan
seharah bangsa harus diwariskan dengan cara yang baik. Hal ini dimaksudkan sebagai
pengingat untuk generasi yang akan datang akan pentinganya warisan budaya bangsa,
juga sebagai bentuk penghargaan kita terhadap masa depan seharag bangsa.


7|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
Bukan tidak mungkin bahwa wariasan budaya bangsa yang sementara ini bertebaran
hampir di sleuruh peunjuru tanaj air tidak dijaga-wariskan secara bijaksana oleh
segenap bangsa. Hal ini disebabkan selain karena keteledoran kita sebagai generasi
penerus bangsa, juga karena kesadaran kita atas makna kebudayaan yang rencah.




8|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun

Mais conteúdo relacionado

Destaque

PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at WorkGetSmarter
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...DevGAMM Conference
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationErica Santiago
 

Destaque (20)

PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
 
Barbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy PresentationBarbie - Brand Strategy Presentation
Barbie - Brand Strategy Presentation
 

Warisan Budaya Aceh

  • 1. DARI PALIMBUNGAN ACEH BARAT UNTUK INDONESIA RAPAI CEBREK BERUSIA 400 TAHUN, WARISAN BUDAYA BANGSA *) Kris Bheda Somerpes (blogger) BAB I: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Sejarah adalah ruang organis, sesuatu yang hidup. Sebagai kesatuan organis, sejarah tidak hanya menjadi storia (kisah) tetapi juga menjadi Geschichte (yang didokumentasikan dan diceritakan, serta diinterpretasikan). Sejarah tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta historis yang terungkap dalam dokumen-dokumen dan peninggalan masa lampau, yang dipelajari, ditafsirkan dan diberi arti demi membantu pemahaman manusia tentang dirinya, tetapi juga menjadi proses. Sejarah patut dipahami juga sebagai proses perkembangan yang menandai hakikat manusia yang hidup dalam ruang dan waktu yang terarah ke masa depan, tetapi senantiasa berakar pada masa lampau dan berlangsung pada masa kini. Berangkat dari makna sejarah di atas penelitian sejarah, secara khusus pendokumentasian atas peninggalan budaya yang hampir punah menjadi penting untuk dilakukan. Hal ini bertujuan selain memberikan gambaran yang utuh tentang perkembangan sejarah sebuah wilayah atau daerah juga dimaksudkan untuk memberikan makna atas pekembangan peradaban sebuah bangsa. Penulis melihat bahwa Nanggroe Aceh Darusallam, secara khusus Aceh Barat menyimpan banyak potensi sejarah dan warisan budaya, salah satu di antaranya adalah, yang selanjutnya akan menjadi fokus pembahasan makalah ini adalah Sejarah Rapai Cebrek di desa Palimbungan Kawai XVI yang berusia hampir 400 tahun. Melalui dan dalam penelitian kecil ini, di bawah judul “RAPAI CEBREK BERUSIA 400 TAHUN, WARISAN BUDAYA BANGSA DARI PALIMBUNGAN ACEH BARAT UNTUK INDONESIA” penulis berharap bahwa potensi dan kekayaan budaya Aceh Barat dapat memberikan sumbangsih sekaligus makna yang lebih atas penguatan pilar/sendi budaya dan perkembangan peradaban bangsa kita. RUMUSAN MASALAH 1|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
  • 2. Titik tolak pertama dalam pembahasan makalah ini berangkat dari kecemasan penulis atas perkembangan dan sejarah serta warisan budaya daerah yang hampir punah, lantaran pengaruh masuknya budaya-budaya asing/barat yang tidak disari-cerna secara bijak. Di tengah pusaran arus modernisasi, tanpa sadar sebenarnya kekayaan nilai kelokalan kita tercerabut akar-akarnya, selanjutnya kita secara diam-diam dihasut untuk mengatut system nilai yang sebenarnya bertentangan dengan jati diri kita. Padahal jika diteliti secara cermat, potensi budaya dan tradisi daerah kita masing-masing mengandung banyak keutamaan-keutamaan yang dapat dijadikan rujukan dan pegangan untuk menata kehidupan yang lebih baik. Hal kedua yang mau dijelaskan secara panjang lebar dalam makalah ini adalah secara khusus tentang sejarah Rapai Cebrek yang berusia 400 tahun. Apa kekhasan dan kekhususan Rapai Cebrek dalam perjalanan sejarahnya, bagaimana Rapai Cebrek berpengaruh dalam membentuk system nilai, menguatkan sendi-sendi sosial, moral dan peradaban, serta selanjutnya bagaimana seharusnya warisan budaya seperti Rapai Cebrek ini dijaga dan dirawat: siapa dan seperti apa? TUJUAN PENULISAN DAN PENELITIAN Seperti yang sudah disinggung secara sepintas pada bagian lantar belakang bahwa penelitian sederhana ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh atas potensi dan kekayaan warisan budaya di Aceh Barat. Penulis berharap bahwa potensi dan kekayaan budaya Aceh Barat dapat memberikan sumbangsih sekaligus makna yang lebih atas penguatan pilar/sendi budaya dan perkembangan peradaban bangsa kita Di bawah tujuan umum di atas sebenarnya ada dua tujuan khusus yang mau dicapai penulis, yakni pertama, secara teoretis penelitian ini dapat menjadi bagian dari sebuah catatan dan atau pendokumentasian sejarah, yang diharapkan dapat diketahui, dibaca dan ditafsirkan secara kontekstual oleh para peneliti sejarah dan budaya. Kedua, secara praktis mau menunjukkan kepada kita semua, sebagai missal sebuah promosi budaya, bahwa ada warisan budaya di Aceh Barat yang berusia ratusan tahun yang hingga kini masih ada dan dijaga secara baik, walaupun maksimal untuk dikmbangkan dan dipromosikan. BAB II: RAPAI BERUSIA 400 TAHUN DESA PALIMBUNGAN 2|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
  • 3. Rapai Cebrek sekarang berada di desa Palimbungan, Kecamatan Kawai XVI Kabupaten Aceh Barat propinsi Nanggroe Aceh Darusallam yang dijaga dan dirawat oleh Syech Usman. Sebagaimana halnya mayoritas penduduk Palimbungan yang sehari-harinya bekerja sebagai petani sawah dan ladang, Syech kelahiran 1 Juli 1960 ini juga adalah seorang petani. Namun demikian sebagai pewaris Rapai Cebrek yang memiliki makna sejarah, nilai pemersatu gampoeng (kampong), Syech Usman adalah juga seorang sesepuh di desa Palimbungan. ASAL MULA RAPAI CEBREK Syech Usman, generasi kelima pewaris tunggal Rapai Cebrek mengisahkan bahwa beliau diamanatkan ayahnya yang bernama Syech Basah untuk menjaga Rapai Cebrek dan mewariskan sejarah tarian rapai duablah (dua belas) yang nyaris punah. Pada mulanya, menurut Syech Usman. Di Palimbungan terdapat sebatang pohon Cebrek tua yang tumbang melintang membelah krueng (sungai) Palimbungan. Haji Ben, yang kebetulan melintas di tepi krueng tidak membiarkan Cebrek itu hanyut. Beliau memotong selanjutnya membentuknya menjadi kerangka rapai. Kulit rapai diambilnya dari kulit seekor kambing jantan dengan „bule seribe‟ warna (berbulu seribu). Maksudnya kambing yang memiliki bulu bercorak banyak atau banyak warna. Sudah sejak Haji Ben membuat rapai dari pohon Cebrek dan dipentaskan dalam setiap tarian rapai dua blah, grup tari Haji Ben tidak pernah kalah, selalu menang, sehingga membuatnya sangat terkenal di Aceh Barat. Lantaran itu, Rapai Cebrek diyakini memiliki kekuatan tersendiri secara supranatural. Karena selain selalu menang dalam setiap perlombaan, juga memberikan makna pemersatu dan kekuatan moral bagi penduduk Palimbungan. Namun, ketika rapai Cebrek sampai ke generasi Syech Usman, Syech Usman tidak pernah menggunakannya lagi untuk ditabuh. “Kecuali kalau ada hajatan di gampoeng, maka saya akan menggunakannya. Dan itu pun ditabuh secara perlahan sebanyak tujuh kali di telinga orang yang melaksanakan hajatan seperti penikahan atau sunatan‟ kata Syech Usman. KEUNIKAN RAPAI CEBREK Kekhasan dan keunikan sejarah rapai Cebrek dapat penulis gambarkan dalam tabel tokoh-tokoh pewaris berikut ini: Gene- Penemu/ Posisi Dalam rasi Pewaris Keluarga Usia Keturunan I Haji Ben Anak laki-laki +/- 80 Aceh Utara, selanjutnya 3|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
  • 4. sulung thn menetap di Palimbungan Anak laki-laki +/- 90 Lahir dan dibesarkan di II Sulaiman Pase sulung thn Palimbungan Anak laki-laki +/- 70 Lahir dan dibesarkan di III Khalifah Ben sulung thn Palimbungan Anak laki-laki +/- 80 Lahir dan dibesarkan di IV Syech Basah sulung thn Palimbungan Anak laki-laki Msh Lahir dan dibesarkan di V Shech Usman sulung hidup Palimbungan Tiga anak perempuan Syech Usman - Lahir dan dibesarkan di VI Palimbungan Seperti yang tercatat dalam tabel di atas bahwa Haji Ben merupakan penemu Rapai Cebrek. Beliau merupakan keturunan dari Aceh Utara yang datang ke Palimbungan Kawai XVI untuk membuka lahan dan berkebun. Dalam keluarga, Haji Ben adalah anak laki-laki sulung dan anak sulung. Inilah kekhasan dalam pewarisan Rapai Cebrek dari Haji Ben sampai Syech Usman bahwa rapai Cebrek diwariskan oleh anak laki-laki dalam keluarga yang secara bersamaan merupakan anak sulung. Namun baru setelah generasi kelima memasuki generasi keenam, Rapai Cebrek seperti berhenti, lantaran anak-anak Syech Usman semuanya adalah perempuan. Menurut Syech Usman, ini menjadi tanda seperti berakhirnya sebuah sejarah pewarisan. Namun di tengah kecemasan tersebut Syech Usman masih percaya kedua putrinya masih bisa meneruskan dan mewariskan warisan budaya tersebut. MAKNA KEBERADAAN RAPAI CEBREK Ada tiga makna dan nilai yang hendak disampaikan dari dan dalam keberadaan Rapai Cebrek. Yakni sebagai berikut: • Makna Historis dan Cultural (sejarah dan budaya) Rapai Cebrek telah melewati sejarah yang panjang. Sebagai satu-satunya warisan budaya yang langka, Rapai Cebrek tidak hanya selamat dari gempuran arus modernisasi yang kian secular dan tidak bermakna, tetapi juga selamat dari konflik Aceh yang berkepanjangan. Jika dihitung secara matematis, itu artinya sudah sejak zaman belanda sampai dengan masa pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka, Rapai Cebrek tetap dijaga sebagai pusaka. Perjalanan panjang sejarah Rapai Cebrek ini menunjukkan secara jelas kekuatan sejarah, tradisi dan budaya bahwa keutamaan dan jati diri budaya dan peradaban tidak akan pernah musnah sekalipun diterjang oleh arus zaman dan konflik yang berkepanjangan. Sejarah dan tradisi serta budaya selalu keluar menjadi pemenang, bukan hanya untuk menunjukkan martabat sebuah daerah atau wilayah, tetapi juga martabat sebuah keberadaan dan peradaban. 4|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
  • 5. Makna Moral dan Sosial Rapai Cebrek juga diyakini memberikan kekuatan social yakni memberikan persatuan dan perdamaian. Rapai Cebrek dalam perjalanan sejarahnya tidak hanya mengangkat moral social penduduk desa Palimbungan akan tarian rapai dua blah-nya tetapi juga menjadi pengikat dan pengerat jalinan social masyarakat Aceh Barat pada zamannya. Inilah sesungguhnya peran dari sejarah, makna dari sebuah tradisi dan nilai dari sebuah warisan budaya. Bahwa selain meletakan sebuah wilayah dan atau daerah pada tempat yang bermartabat dan beradab, juga pada saat yang sama memancarkan nilai-nilai social, seperti persatuan, perdamaian, kesetaraan, keharmonisan dan juga penghargaan atas budaya. Rapai Cebrek dengan demikian secara tidak langsung mengajarkan kepada generasi penerus perihal pernghargaan terhadap budaya dan jati diri bangsa. • Makna Religius (keagamaan) Menurut Syech Usman, Rapai Cebrek selalu menjadi medium perjumpaan antara manusia dengan Allah. Rapai Cebrek selalu hadir dalam setiap hajatan masyarakat Palimbungan baik dalam upacara penikahan, turun anak maupun sunatan. Hal ini selain memberikan kekuatan kepada masyarakat perihal keharmonisan kedekatan manusia dengan Allah, juga pada saat yang sama memberikan makna bahwa Allah Swt adalah segala-galanya, empunya kehidupan dan penciptaan semesta. KECEMASAN DAN KENDALA DALAM UPAYA PEWARISAN Kecemasan dan kendala terbesar yang dihadapi Syech Usman dalam upaya pewarisan Rapai Cebrek mencakup tiga hal penting yakni: • Penerus atau Pewaris Menurut Syech Usman, perjalanan sejarah Rapai Cebrek sepertinya berhenti pada generasinya. Dalam berbagai kesempatan Rapai Cebrek yang dipentas- tarikan dalam rapai dua blah jarang ditampilkan. Lantaran usianya yang sudah tua dan penyakit mata yang dideritanya. Menurut Syech Usman, ketika Rapai Cebrek sampai di tangannya, dia lebih banyak mengistirahatkan Rapai Cebrek. Rapai Cebrek baru akan keluar dari rumahnya apabila ada hajatan gampoeng (kampong). Kecemasan dan kendala lain yang dihadapi Syech Usman dalam pewarisan Rapai Cebrek adalah ketika Rapai Cebrek akan sampai ke tangan anak-anaknya. “Tapi, saya tidak punya anak laki-laki. Tiga anak saya adalah perempuan. Apakah ini artinya sudah habis masanya?” keluhnya ketika penulis mewawancarainya. 5|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
  • 6. Minat Generasi Muda Tantangan lain yang sudah menjadi rahasia umum dan tantangan budaya secara luas adalah minat generasi muda yang kian berkurang terhadap tradisi dan budaya sendiri. Terbukanya arus komunikasi dan informasi serta pengaruh- pengaruh pop yang datang dari luar yang selanjutnya diterima secara serampangan, menegaskan bahwa budaya dan tradisi sendiri sebagai yang tidak berguna dan dipandang kolot. Menurut Syech Usman, generasi muda sudah tidak lagi berminat berlatih rapai dua blah apalagi menabuh Rapai Cebrek karena dianggap bukan tarian modern. Banyak generasi muda, termasuk generasi muda Palimbungan lebih tertarik dengan music dan tradisi popular seperti tarian kreasi baru dan music pop. Kalaupun ada generasi muda yang berlatih tarian rapai dua blah, itu pun kalau ada perlombaan, bukan untuk dihayati dan dimaknai. “Banyak anak-anak muda sekarang yang berlatih rapai, tetapi semangat dan roh yang ada di dalam rapai belum seluruhnya diserap” keluh Syech Usman. • Kurangnya Dukungan Selain minat generasi muda yang kurang terhadap tradisi dan budaya sendiri, sebenarnya tantangan lain yang dihadapi Syech Usman adalah tidak adanya dukungan dari pegiat seni, pelaku seni dan juga pemerintah dalam mengangkat tradisi-tradisi yang hamper punah seperti Rapai Cebrek. Dalam berbagai kesempatan seperti pameran datau promosi budaya, Rapai Cebrek tidak pernah diikutsertakan. Hal ini tidak hanya menjadi pukulan tersendiri bagi Syech Usman, tetapi juga menjadi pukulan berat bagi nilai, khasanah dan potensi budaya sebuah budaya. UPAYA PEWARISAN YANG TELAH DILAKUKAN Di tengah kecemasan dan kendala yang dihadapi, Syech Usman sesungguhnya yakin dan optimis bahwa keutamaan sebuah warisan budaya, kesakralan sebuah sejarah tidak akan musnah begitu saja. Lantaran itu, sampai hari ini Syech Usman, walaupun menghadapi banyak tantangan terus berjuang mewariskan dan memperkenalkan Rapai Cebrek. Tiga hal yang sudah dilakukan sebagai upaya menjaga dan mewariskan sejarah Rapai Cebrek adalah sebagai berikut: • Mengajarkan kepada anak-anaknya tentang makna dan nilai Syech Usman optimis bahwa Rapai Cebrek akan tetap menjadi nyawa bagi warga dan gampoeng (kampong) Palimbungan. “Saya yakin, tentang rapai Cebrek, walaupun sampai ke tangan anak-anak saya yang perempuan, saya yakin 6|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
  • 7. mereka bisa melanjutkan dan meneruskan kekuatan Rapai Cebrek ini. Mereka bisa menjaga kedewasaan gampoeng Palimbungan ini”. Lantaran itu dalam berbagai kesempatan hajatan gampoeng, Syech Usman tidak hanya mengikutsertakan anak-anaknya tetapi juga mengajarkan kepada anak- anakknya perihal ritualisasi penggunaan Rapai Cebrek. “Anak-anak saya sudah bisa berjalan sendiri dan membuat upacara sendiri” demikian kata Syech Usman. • Sanggar seni Selain mengajarkan kepada anak-anaknya perihal fungsi dan keutamaan Rapai Cebrek, Syech Usman dan kawan-kawannya yang tergabung dalam rapai grup dua blah tetap berusaha mengajarkan tarian rapai dua blah kepada generasi muda Palimbungan. Dalam dan melalui sanggar seni yang mereka dirikan diharapkan generasi muda Palimbungan dapat meneruskan roh dan nilai sejarah kampung mereka. • Ikut serta dalam pementasan Pada tahun 2008, Rapai Cebrek pernah diikutsertakan dalam perjalanan promosi perdamaian yang diselenggarakan oleh Komunitas Seni Damee Meulaboh bekerjasama dengan Lembada Swadaya Masyarakat SUNSPIRIT, For Justice and Peace ke Jakarta. Dalam pementasan teater tari yang berjudul „She Lagee‟ yang dimainkan oleh gabungan para seniman dari 20 gampoeng (kampong) di Aceh Barat di taman Ismail Marzuki Jakarta, Rapai Cebrek dijadikan mascot utama sebagai „Panulang Pusaka‟. Syech Usman berharap bahwa melalui kegiatan-kegiatan seperti promosi budaya, selain memperkenalkan tentang tradisi sebuah daerah juga mengampanyekan tentang nilai-nilai budaya yang bisa dimaknai secara bersama-sama untuk kepentingan bangsa dan Negara. RAPAI CEBREK, DARI PALIMBUNGAN UNTUK INDONESIA Menelusuri perjalanan sejarah, makna keberadaannya, tantangan dan peluang yang dihadapi Syech Usman dalam menerus-wariskan tradisi dan sejarah Rapai Cebrek, penulis berkeyakinan bahwa sejarah dan tradisi sebuah daerah tidak hanya menegaskan kekhasan dan keberadaan sebuah wilayah budaya tertentu tetapi juga memiliki makna dan nilai universal yang bisa dijadikan pegangan sebagai sebuah bangsa, tetapi juga pembelajaran bagi generasi bangsa akan pentingnya sejarah. Hal ini tentu saja menjadi pertimbangan tersendiri segenap kita sebagai bangsa. Bukan merupakan suatu gejala yang baru untuk dikemukakan bahwa warisan budaya dan seharah bangsa harus diwariskan dengan cara yang baik. Hal ini dimaksudkan sebagai pengingat untuk generasi yang akan datang akan pentinganya warisan budaya bangsa, juga sebagai bentuk penghargaan kita terhadap masa depan seharag bangsa. 7|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun
  • 8. Bukan tidak mungkin bahwa wariasan budaya bangsa yang sementara ini bertebaran hampir di sleuruh peunjuru tanaj air tidak dijaga-wariskan secara bijaksana oleh segenap bangsa. Hal ini disebabkan selain karena keteledoran kita sebagai generasi penerus bangsa, juga karena kesadaran kita atas makna kebudayaan yang rencah. 8|Rapai Cebrek, Rapai Berusia 400 Tahun