3. Sambutan Kepala BAPPEDA Kabupaten Pandeglang
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 iii
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan karunia‐Nya publikasi “Indikator Kesejahteraan Rakyat
Pandeglang 2011” dapat diterbitkan. Publikasi ini merupakan hasil
kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Pandeglang dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Pandeglang.
Publikasi ini berisi analisis terhadap data atau indikator yang
menggambarkan aspek kesejahteraan rakyat seperti kependudukan,
kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Data dan indikator yang
terdapat dalam publikasi ini sangat bermanfaat untuk keperluan
perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan di Kabupaten
Pandeglang.
Kami menyadari penyusunan Publikasi ini masih jauh dari
sempurna. Saran dan masukan kami harapkan untuk perbaikan
publikasi sejenis pada masa yang akan datang.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penerbitan publikasi ini. Semoga
publikasi ini dapat bermanfaat.
.
Pandeglang, Oktober 2011
4. Kata Pengantar Kepala BPS Pandeglang
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 v
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT atas terbitnya publikasi “Indikator Kesejahteraan Rakyat
Pandeglang 2011”. Publikasi ini merupakan publikasi yang diterbitkan
dalam rangka kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang
dan Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang
dengan tujuan memberikan gambaran umum tentang keadaan
kesejahteraan masyarakat Pandeglang ditinjau dari berbagai indikator
atau aspek sosialnya.
Indikator dan analisis yang dicakup dalam publikasi ini
menyajikan aspek‐aspek kesejahteraan seperti bidang kependudukan,
kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf kesejahteraan dan
pola konsumsi, perumahan, serta Indeks Pembangunan Manusia berikut
komponen penyusunnya. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada para pengguna data, khususnya kepada para perencana
untuk digunakan sebagai bahan perencanaan dan evaluasi program
pembangunan demi terciptanya masyarakat Pandeglang yang adil dan
makmur.
Penghargaan dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini. Kepada para
pengguna diharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi
penyempurnaan publikasi pada masa yang akan datang.
Pandeglang, Oktober 2011
Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Pandeglang
Tri Tjahjo Purnomo, M.Si
NIP. 19711031 199412 1 001
5. Daftar Isi
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 vii
Halaman
Sambutan Kepala BAPPEDA Kabupaten Pandeglang …............… iii
Kata Pengantar Kepala BPS Kabupaten Pandeglang…......……....... v
Daftar Isi ……………………………………………………………….. vii
Daftar Tabel ……………………………………………………………. ix
Daftar Grafik ...………………………………………………………… xiii
Bab I. Pendahuluan …………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1
1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………... 3
1.3 Sumber Data ………………………………………………... 3
1.4 Konsep dan Definisi ……………………………………….. 5
1.5 Sistematika Penulisan ….…………………………………... 7
Bab II. Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB) ………….. 9
2.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk ……………… 10
2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk …………………... 12
2.3 Struktur Umur ……………………………………………… 15
2.4 Keluarga Berencana dan Usia Perkawinan Pertama …… 18
Bab III. Kesehatan dan Gizi ................................................................ 23
3.1 Derajat dan Status Kesehatan Penduduk……………….... 24
3.2 Pemberian ASI, Imunisasi dan Gizi Balita …………….... 26
3.3 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan ………………………… 28
Bab IV. Pendidikan ............................................................................... 33
4.1 Tingkat Pendidikan................................................................ 34
4.2 Tingkat Partisipasi Sekolah................................................... 39
4.3 Fasilitas Pendidikan .............................................................. 43
Bab V. Ketenagakerjaan ....................................................................... 47
5.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ................................... 49
5.2 Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan ............................... 53
5.3 Jumlah Jam Kerja .................................................................... 60
6. Daftar Isi
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 viii
Bab VI. Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi ........................... 63
6.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ......................... 64
6.2 Pola Konsumsi ........................................................................ 68
Bab VII. Fasilitas Perumahan .............................................................. 71
Bab VIII. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ………………… 79
8.1 Indikator Kesehatan ............................................................... 81
8.2 Indikator Pengetahuan .......................................................... 82
8.2.1. Angka Melek Huruf ..................................................... 82
8.2.2. Rata‐rata Lama Sekolah .............................................. 83
8.2.3. Indeks Pengetahuan .................................................... 85
8.3 Indikator Ekonomi ……...………………………………….. 86
8.4 Indeks Pembangunan Manusia ........................................... 88
Bab IX. Kesimpulan ………………………………………………….. 93
7. Daftar Tabel
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 ix
Halaman
2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di
Kabupaten Pandeglang, Tahun 1990‐2010 ...............................
11
2.2 Kepadatan Penduduk Pandeglang Menurut Kecamatan
Tahun 2010 ………………………………………………………
14
2.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 …………………………
16
2.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok
Umur di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 ………………
17
2.5 Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat
Kontrasepsi di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …
19
3.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup
Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010 ...........
24
3.2 Angka Kesakitan dan Rata‐rata Lamanya Sakit Penduduk
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …….....................
25
3.3 Persentase Balita 2‐4 Tahun yang Pernah Diberi ASI dan
Imunisasi di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010 ……
27
3.4 Persentase Penolong Persalinan Bayi Menurut Jenis Tenaga
Penolong di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …...
29
3.5 Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis
Obat Yang digunakan Di Kabupaten Pandeglang, Tahun
2009‐2010 .......................................................................................
30
3.6 Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat
Berobat di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 ………
31
8. Daftar Tabel
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 x
4.1 Angka Melek Huruf (Latin) Penduduk Usia 10 Tahun Ke
Atas Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang,
Tahun 2009‐2010 ………………………………………………...
35
4.2 Rata‐rata Lama Sekolah Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas
di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 ………………..
36
4.3 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat
Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang,
Tahun 2010 …….………………………………………………...
38
4.4 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah di
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010 …………………...
40
4.5 Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar
Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …………………...
42
4.6 Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid‐Guru
Menurut Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang, Tahun
2010 ……….……………………………………………………...
44
5.1 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten
Pandeglang, Tahun 2008‐2010 …………………………………
48
5.2 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten
Pandeglang Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2010 ...................
52
5.3 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha dan Pembentukan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku,
Tahun 2010 ....................................................................................
54
5.4 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang, Tahun
2010 ................................................................................................
56
9. Daftar Tabel
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 xi
5.5 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010 (%)..
57
5.6 Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pandeglang,
Tahun 2010 (%) ………………………………………………….
59
5.7 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam
Kerja Seminggu dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Pandeglang, Tahun 2010 …………………………
60
6.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten
Pandeglang, Tahun 1993‐2010 …………………………………
65
6.2 Pengeluaran Rata‐rata Perkapita Per Bulan Penduduk
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010 …………………...
69
7.1 Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pandeglang,
Tahun 2009‐2010 (%) ....................................................................
74
8.1 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM .................. 80
8.2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang
dan Komponen Penyusunnya, Tahun 2009‐2010 ....................
88
8.3 Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Komponen
IPM dan Kabupaten/Kota di Provinsi Banten,
Tahun 2010….……………………………………………………
90
10. Daftar Grafik
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 xiii
Halaman
2.1 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 ………………………..
18
2.2 Distribusi Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10
Tahun Ke Atas Menurut Umur Perkawinan Pertama,
Tahun 2008‐2010 ……………………………………………….
21
5.1 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten
Pandeglang Tahun 2008‐2010 (persen) ……………………
51
6.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Nilai Garis Kemiskinan di
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2000 ‐2010………………….
66
8.1 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pandeglang
dan Provinsi Banten, Tahun 2003‐2010 ……………………...
91
11. Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin yang dapat dinikmati
oleh seluruh rakyat adalah merupakan cita‐cita nasional yang selama ini
telah melandasi perjuangan bangsa dalam melaksanakan
pembangunannya. Usaha mewujudkan cita‐cita di atas merupakan
kehendak seluruh rakyat secara nyata tertuang di dalam Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS).
Kondisi masyarakat sejahtera sulit dicapai secara instant,
melainkan melalui proses pembangunan yang fokus dan
berkesinambungan. Dalam proses pembangunan tentu saja diperlukan
data atau indikator terukur yang dapat menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Data atau indikator tersebut dapat dijadikan
sebagai bahan perencanaan, pengawasan maupun evaluasi terhadap
target, skala dan prioritas yang ingin dicapai.
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Pandeglang
Tahun 2011 merupakan publikasi lanjutan dari publikasi tahun
sebelumnya yang menyajikan gambaran mengenai taraf kesejahteraan
rakyat Kabupaten Pandeglang serta perkembangannya antar waktu.
Publikasi ini menyajikan indikator ‐ indikator input, proses dan output
untuk memberikan gambaran tentang investasi dari berbagai program
12. Pendahuluan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 2
peningkatan kesejahteraan rakyat serta proses dan manfaat dari
program tersebut pada tingkat individu, keluarga, dan penduduk. Selain
itu, indikator dampak juga ikut disajikan untuk mengukur taraf
kesejahteraan rakyat. Antara indikator input dan indikator dampak
kadang tidak selalu sejalan. Penjelasannya sederhana, input atau
investasi dalam suatu program hanya akan memberikan dampak yang
diharapkan jika implementasi program berjalan secara benar. Oleh
karena itu, kesenjangan antara input dan dampak dalam suatu
program kesejahteraan rakyat sebaiknya dilihat sebagai pertanda adanya
kekeliruan dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat.
Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks,
sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat (visible)
melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu, dalam publikasi ini
kesejahteraan rakyat diamati dari berbagai aspek yang spesifik, yaitu
kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi
rumah tangga, perumahan, dan sosial lainnya. Setiap aspek disajikan
secara terpisah dalam bab tersendiri. Selain itu, tidak semua
permasalahan kesejahteraan rakyat dapat diamati dan dapat diukur.
Publikasi ini hanya menyajikan permasalahan kesejahteraan rakyat yang
dapat diamati dan terukur (measurable welfare) baik dengan
menggunakan indikator tunggal maupun indikator komposit.
13. Pendahuluan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 3
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Publikasi Indikator Kesejahteraan
Rakyat Pandeglang 2011 adalah untuk memaparkan beberapa data atau
indikator terukur yang dapat mengambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat Pandeglang pada tahun 2010.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah :
a. Memberikan gambaran secara umum kondisi kesejahteraan rakyat
Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010.
b. Memenuhi kebutuhan data bidang sosial, pendidikan, kesehatan,
perumahan dan data lainnya.
c. Memberikan gambaran sejauh mana keberhasilan pembangunan
yang telah dicapai hingga tahun 2010.
d. Memberikan gambaran dan bahan masukan serta evaluasi bagi
pemerintah daerah dalam mengevaluasi dan merencanakan
pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan selanjutnya.
1.3. Sumber Data
Data yang digunakan untuk penyusunan publikasi Indikator
Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 sebagian besar bersumber dari
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) keadaan Juli 2010,
khusus untuk data ketenagakerjaan bersumber dari Survei Angkatan
Kerja Nasional (Sakernas) keadaan Agustus 2010. Selain itu ada
beberapa data yang bersumber dari dinas atau instansi terkait seperti
Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Badan Pemberdayaan
14. Pendahuluan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 4
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pemerintah
Kabupaten Pandeglang
Susenas merupakan kegiatan yang rutin dilakukan BPS sejak
tahun 1963. Pada awalnya tujuan dari susenas ini untuk memperoleh
keterangan tentang karakteristik konsumsi, demografis dan
ketenakerjaan. Susenas dilaksanakan setiap tahun dengan menyertakan
kuesioner Kor (data pokok) yang menanyakan karakteristik demografis
mengenai semua anggota rumah tangga, dan salah satu dari tiga
kuesioner Modul (data rinci) secara bergantian. Ketiga Modul tersebut
adalah: modul konsumsi dan pendapatan rumah tangga, modul
kegiatan sosial budaya dan kesejahteraan rumah tangga, perjalanan dan
kriminalitas dan modul kesehatan, pendidikan, perumahan dan
lingkungan. Sedangkan indikator yang terdapat dalam kuesioner KOR
antara lain:
1. Kesehatan: angka kesakitan, akses pada layanan kesehatan,
pemberian ASI, immunisasi dan penolong kelahiran.
2. Pendidikan: tingkat partisipasi sekolah, tingkat pendidikan
tertinggi, dan angka melek huruf.
3. Keluarga berencana dan fertilitas: prevalensi kontrasepsi, umur
perkawinan pertama, dan angka kelahiran.
4. Perumahan dan sanitasi: luas lantai, jenis atap, jenis dinding,
listrik, air bersih dan.
5. Pengeluaran Rumahtangga: makanan dan non makanan
seminggu, sebulan, dan setahun.
16. Pendahuluan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 6
Angka partisipasi sekolah adalah tingkat partisipasi sekolah penduduk
menurut batas usia sekolah pada setiap jenjang pendidikan.
Angka buta huruf adalah persentase penduduk usia 10 tahun keatas
yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas.
Bekerja adalah melakukan kegiatan atau pekerjaan paling sedikit satu
jam berturut‐turut selama satu minggu dengan maksud untuk
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan/keuntungan.
Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja
atau mencari pekerjaan.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah persentase angkatan
kerja terhadap penduduk usia 15 tahun keatas.
Tingkat pengangguran terbuka adalah persentase penduduk yang
termasuk angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari
pekerjaan.
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah tingkat kematian bayi atau jumlah
bayi meninggal per 1000 kelahiran hidup.
Angka Harapan Hidup (AHH0) adalah peluang lama hidup atau umur
seseorang pada waktu dilahirkan.
17. Pendahuluan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 7
1.4. Sistematika Penulisan
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang Tahun 2011
disusun dalam sembilan bab penulisan, yaitu:
Bab I Pendahuluan, berisi uraian latar belakang, maksud dan
tujuan, sumber data, konsep definisi serta sistematika
penulisan.
Bab II Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB), menyajikan
indikator‐indikator kependudukan, diantaranya berisi
tentang jumlah penduduk, sex rasio, kepadatan, dan laju
pertumbuhan penduduk, serta program Keluarga Berencana
(KB).
Bab III Kesehatan dan Gizi, menyajikan berbagai indikator
kesehatan yang meliputi derajat dan status kesehatan,
pemberian air susu ibu (ASI) dan pemanfaatan fasilitas
kesehatan.
Bab IV Pendidikan, menyajikan berbagai indikator pendidikan yang
meliputi tingkat partisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang
ditamatkan, angka melek huruf dan jumlah fasilitas
pendidikan.
Bab V Ketenagakerjaan, menyajikan data/indikator yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan, seperti tingkat partisipasi angkatan
18. Pendahuluan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 8
kerja, lapangan usaha dan status pekerjaan, tingkat
pengangguran dan rata‐rata jam kerja.
Bab VI Taraf Kesejahteraan dan Pola Konsumsi Masyarakat,
menyajikan persentase jumlah penduduk miskin dan nilai
garis kemiskinan serta data pola konsumsi masyarakat.
Bab VII Perumahan, menyajikan data tentang perumahan dan
fasilitasnya seperti jenis lantai terluas, jenis dinding terluas,
atap terluas, sumber air minum, penerangan dan sebagainya.
Bab VIII Indeks Pembangunan Manusia (IPM), menyajikan tentang
angka indeks pembangunan manusia dan komponen‐
komponen penyusunnya yang dapat menggambarkan
kualitas sumber daya manusia suatu wilayah.
Bab IX Kesimpulan, merupakan kesimpulan secara menyeluruh
terhadap pembahasan dari indikator kesejahteraan rakyat
pada bab‐bab sebelumnya.
19. Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 9
BAB II
KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA (KB)
Penduduk merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan
pembangunan, karena permasalahan kependudukan tidak hanya
menyangkut kelahiran, kematian dan migrasi, tetapi juga menyangkut
masalah sosial budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan
yang sangat berpengaruh dalam upaya peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu data kependudukan yang akurat
dan tepat waktu sangat dibutuhkan dalam upaya penyelesaian masalah‐
masalah tersebut.
Dalam proses pembangunan, disamping sebagai pelaksana
pembangunan, penduduk juga merupakan sasaran akhir dari semua
target program pembangunan seperti peningkatan kesejahteraan,
kesehatan, keamanan, kualitas sumber daya manusia dan sebagainya.
Oleh sebab itu pembangunan bidang kependudukan perlu dimanage
dengan baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia berkualitas
yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan. Karakteristik
penduduk menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan arah
kebijakan dan perencanaan pembangunan. Begitu juga untuk bahan
evaluasi, data mengenai kependudukan dapat dijadikan sebagai dasar
20. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 10
untuk menilai sejauh mana keberhasilan dan dampak dari kebijakan‐
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
2.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang dari tahun ke tahun
terus mengalami kenaikan. Laju pertumbuhan penduduk merupakan
salah satu indikator penting dalam penentuan kebijakan bidang
kependudukan. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2000,
jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang tercatat sebanyak 1.011.788
jiwa. Selama periode tahun 1990‐2000 rata‐rata laju pertumbuhan
penduduk (LPP) menunjukkan angka sekitar 2,14 persen per tahun,
sedangkan pada periode tahun 2000 – 2010 rata‐rata laju pertumbuhan
penduduk mencapai 1,30 persen.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa laju pertumbuhan
penduduk periode tahun 2000‐2010 lebih lambat dibandingkan periode
tahun 1990‐2000. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya angka
laju pertumbuhan penduduk diantaranya adalah keberhasilan program
keluarga berencana, pendewasaan usia perkawinan dan banyaknya
penduduk Kabupaten Pandeglang yang migrasi ke Kota/Kabupaten lain.
Meningkatnya jumlah penduduk akan berdampak pada berbagai
masalah kependudukan yang sangat kompleks. Oleh karena itu sasaran
pembangunan bidang kependudukan disamping berusaha
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mencapai
21. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 11
kesejahteraan, juga harus mampu menekan angka laju pertumbuhan
penduduk tetap pada batas normal.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio
di Kabupaten Pandeglang, Tahun 1990‐2010
Tahun
Penduduk
Total Sex Ratio
Laki‐laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
1990 434.279 424.821 859.100 102,23
2000 518.864 492.924 1.011.788 105,26
2001 531.658 493.430 1.025.088 107,75
2002 533.526 507.345 1.040.871 105,16
2003 553.814 528.198 1.082.012 104,85
2004 567.045 533.866 1.100.911 106,21
2005 568.156 538.632 1.106.788 105,48
2006 577.244 547.253 1.124.497 105,48
2007 578.375 552.139 1.130.514 104,75
2008 584.503 561.564 1.146.067 104,08
2009 588.126 560.938 1.149.064 104,85
2010 589.056 560.554 1.149.610 105,08
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang
Rasio Jenis Kelamin merupakan perbandingan antara penduduk
laki‐laki terhadap penduduk perempuan, dan bila nilai RJK penduduk
di suatu wilayah di atas 100 maka menunjukkan bahwa proporsi
penduduk laki‐laki lebih besar dibandingkan penduduk perempuan.
22. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 12
Angka sex ratio penduduk Pandeglang seperti terlihat pada tabel 2.1
dari tahun ke tahun berada pada posisi di atas 100. Hal ini menunjukan bahwa
jumlah penduduk laki‐laki lebih banyak dibanding perempuan. Pada tahun 2010
sex ratio sebesar 105,08 yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk
perempuan di Pandeglang ada 105 sampai 106 orang penduduk laki‐laki.
2.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Persebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat
perhatian karena berkaitan dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Persebaran penduduk di Kabupaten Paser secara geografis
dapat dikatakan belum merata yang mengakibatkan terjadinya
penumpukkan penduduk pada suatu wilayah. Ketidakmerataan ini
tentunya disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah
potensi wilayah yang dimiliki. Ketidakmerataan persebaran penduduk
di Kabupaten Pandeglang tahun 2010 secara lebih jelas dapat dilihat
pada table 2.2 di bawah.
Contoh nyata adalah perbedaan sebaran penduduk pada daerah
perkotaan (urban) dan pedesaan (rural). Ketidakseimbangan sebaran
penduduk tersebut berakibat pada perbedaan tingkat kemudahan
(akses) penduduk terhadap berbagai fasilitas, baik fisik maupun sosial.
Berbagai fasilitas/sarana biasanya akan tersedia sebagai daya dukung di
suatu daerah yang banyak penduduknya, sehingga penduduk perkotaan
yang lebih padat akan lebih mudah mengakses fasilitas dibandingkan
penduduk desa..
23. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 13
Motif utama dari fenomena di atas terjadi karena meningkatnya
arus perpindahan penduduk dari desa ke kota akibat keterbatasan
lapangan kerja di desa. Selain itu, kemudahan mengakses fasilitas sosial
di kota juga menjadi salah satu daya tarik yang menyebabkan migrasi
penduduk dari desa ke kota. Dari beberapa literatur hasil penelitian,
menyebutkan bahwa mayoritas penduduk yang melakukan migrasi ke
kota mempunyai alasan yang sama, yaitu untuk mencari
pekerjaan/usaha dan menuntut ilmu dalam rangka membuka jalan
mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Dengan luas wilayah sebesar 2.746,89 km2 dan jumlah penduduk
sebanyak 1.149.610 jiwa, maka pada tahun 2010 setiap km2 wilayah di
Kabupaten Pandeglang rata‐rata ditempati oleh 419 jiwa. Seperti
disajikan Tabel 2.2, penyebaran penduduk antar kecamatan di
Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 masih belum merata.
Kepadatan penduduk berbeda sesuai dengan karakteristik wilayah
masing‐masing. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling besar
adalah Kecamatan Labuan, yaitu 3.439 jiwa per km2. Sedangkan
kecamatan paling kecil kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Sumur, yaitu 88 jiwa per km2. Kecamatan‐kecamatan sekitar ibukota
kabupaten lebih padat dibandingkan kecamatan‐kecamatan di wilayah
selatan Kabupaten Pandeglang.
25. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 15
Berbagai kebijakan telah ditempuh Pemerintah Kabupaten
Pandeglang unutk mengatasi penyebaran penduduk yang tidak merata,
yang paling terkenal adalah dengan melakukan pemekaran kecamatan.
Pemekaran kecamatan dilaksanakan dengan tujuan mendekatkan
pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Selain itu pemekaran
merupakan salah satu usaha pemerintah dalam pemerataan program
dan hasil‐hasil pembangunan. Tingginya tingkat kepadatan penduduk
akan berpengaruh pada usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan,
terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan perumahan, kesehatan,
pendidikan dan keamanan. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah‐
daerah yang tinggi tingkat kepadatannya harus mempertimbangkan
daya dukung lingkungan dan dapat menciptakan lapangan kerja yang
luas bagi penduduk setempat, sehingga tingkat pengganguran
penduduk dapat ditekan serendah mungkin untuk menghindari
dampak sosial negatif yang mungkin muncul.
2.3. Struktur Umur
Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat
kelahiran dan besarnya penduduk yang datang. Angka kelahiran yang
tinggi akan mengakibatkan komposisi penduduk cenderung pada
kelompok usia muda. Keberhasilan pembangunan bidang
kependudukan secara umum terlihat pada perubahan komposisi
penduduk menurut umur. Semakin rendah proporsi penduduk tidak
produktif, yaitu penduduk muda usia (0‐14 tahun) dan penduduk usia
26. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 16
lanjut (65 tahun keatas) maka angka beban ketergantungan atau beban
tanggungan (dependency ratio) semakin rendah. Komposisi penduduk
Pandeglang untuk kelompok penduduk usia produktif cukup tinggi,
apabila diimbangi dengan kualitas penduduk yang baik, maka akan
menjadi sumber daya penting bagi pembangunan di Pandeglang.
Tabel 2.3
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010
Kelompok Umur Laki‐laki Perempuan Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5)
0 – 4 62512 59337 121849 10.60
5 – 9 67710 63126 130836 11.38
10 – 14 70633 64828 135461 11.78
15 – 19 60852 51483 112335 9.77
20 – 24 46140 45021 91161 7.93
25 – 29 47762 48016 95778 8.33
30 – 34 41959 42203 84162 7.32
35 – 39 42615 41386 84001 7.31
40 – 44 37536 35749 73285 6.37
45 – 49 32793 30562 63355 5.51
50 – 54 26191 23314 49505 4.31
55 – 59 17177 14966 32143 2.80
60 – 64 12906 13381 26287 2.29
65 ‐ 69 8958 9799 18757 1.63
70 – 74 6749 8364 15113 1.31
75 + 6563 9019 15582 1.36
JUMLAH 589056 560554 1149610
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang
27. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 17
Seperti ditunjukkan pada Tabel 2.4, komposisi umur penduduk
Pandeglang belum menunjukan adanya perubahan yang signifikan
dibanding tahun‐tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, Angka Beban
Ketergantungan atau Beban Tanggungan (Dependency Ratio) sebesar
58,50. Hal ini berarti sekitar 100 penduduk usia produktif (15‐64 tahun)
harus menanggung sekitar 58 sampai 59 penduduk yang tidak produktif
(0‐14 tahun dan 65 tahun ke atas).
Tabel 2.4
Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur
di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010
Kelompok Umur Laki‐laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Anak (0–14)
200.855 187.291 388.146
Produktif (15–64) 365.931 346.081 712.012
Lansia (65 +) 22270 27182 49452
Jumlah 589056 560554 1149610
Dependency Ratio 58.50
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang.
Salah satu potret keberhasilan pembangunan di bidang
kependudukan terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut
kelompok umur yang tercermin melalui angka beban tanggungan.
Semakin kecil Angka Beban Tanggungan akan memberikan kesempatan
pada penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya
28. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 18
dan penduduk pada umumnya. Sebaliknya, semakin besar angka beban
tanggungan akan menghambat proses pembangunan dalam upaya
meningkatkan kualitas SDM baik secara individu maupun kolektif.
Salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan dalam rangka
mengurangi besarnya angka beban ketergantungan adalah dengan
menekan angka kelahiran (fertilitas). dan menghindari usia perkawinan
muda.
Grafik 2.1
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur
di Kabupaten Pandeglang Tahun 2010
61.94%33.76%
4.30%
Anak (0-14) Produktif (15-64) Lansia (65+)
2.4. Keluarga Berencana dan Usia Perkawinan Pertama
Persentase akseptor KB selama dua tahun terakhir terlihat
mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah akseptor KB aktif naik
menjadi 140.284 PUS atau 67,90 persen dari 206.613 PUS menjadi
akseptor KB aktif, sedangkan pada tahun 2010 jumlah akseptor KB aktif
29. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 19
naik menjadi 151.288 PUS atau 69,89 persen dari 216.472 PUS. Diantara
banyak cara/alat kontrasepsi, ternyata suntik dan pil merupakan pilihan
terbanyak para akseptor KB. Lebih 60 persen akseptor KB menggunakan
alat kontrasepsi suntik dan sebayak 22,23 persen menggunakan pil.
Selebihnya akseptor menggunakan alat kontrasepsi IUD, MOP/MOW,
IMPLANT dan KONDOM.
Tabel 2.5
Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi
di Kabupaten Pandeglang. Tahun 2009‐2010
Cara/Alat Kontrasepsi
2009 2010
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(1) (2) (3) (4) (5)
Pil 31.074 22,15 33.635 22.23
AKDR/IUD 6.557 4,67 7.340 4.85
Suntik 85.714 61,10 91.046 60.18
Susuk KB/Norplant 12.804 9,13 14.282 9.44
Tubektomi 2.214 1,58 2.184 1.44
Vasektomi 1.336 0,95 1.588 1.05
Kondom 585 0,42 1.213 0.80
Tradisional/Lainnya 0 0,00 0.00 0.00
T o t a l 140.284 100,00 151.288 100.00
Jumlah PUS 206.613 216.472
% Akseptor KB Aktif 67,90 69.89
Sumber : Badan Pemberdayaan, Perempuan, PA dan KB Kabupaten Pandeglang
Tabel 2.5 menunjukkan bahwa alat kontrasepsi suntik menurun
persentase penggunanya dibanding tahun 2009, yaitu dari sebesar 61,10
persen menjadi 60,18 persen pada tahun 2010. Walaupun persentase
30. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 20
penggunanya menurun, namun alat kontrasepsi suntik tetap menjadi
pililihan utama para akseptor KB. Sebagian besar akseptor KB lebih
memilih cara suntik dan pil dikarenakan harganya relatif murah, mudah
diperoleh, praktis dan faktor resikonya relatif lebih kecil dibanding
dengan menggunakan alat kontrasepsi lainnya.
Disamping Program Keluarga Berencana (KB), hal lain yang juga
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tinggi rendahnya
tingkat fertilitas adalah faktor usia perkawinan pertama. Hal ini
dikarenakan panjangnya masa reproduksi seorang perempuan berkaitan
dengan umur pertama kali perempuan melakukan perkawinan. Semakin
muda usia perkawinan pertama seorang perempuan, maka peluang
untuk memiliki anak lebih banyak semakin besar karena panjangnya
masa reproduksi seorang perempuan yang kawin muda.
Pendewasaan usia kawin merupakan salah satu komponen vital
yang turut menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan
kebahagiaan keluarga termasuk juga kesehatan ibu. Pemerintah
Kabupaten Pandeglang harus lebih serius dalam memberikan
penyuluhan tentang usia perkawinan pertama, seiring dengan masih
besarnya kecenderungan masyarakat Kabupaten Pandeglang yang
melangsungkan perkawinan pada usia muda.
Berdasarkan grafik 2.2, pada tahun 2008 dari jumlah perempuan
yang pernah kawin, persentase perempuan yang melangsungkan
perkawinan pertamanya pada usia ≤ 16 tahun tercatat 31,28 persen.
31. Kependudukan dan KB
Tetapi pada tahun 2009, naik menjadi 38,31 persen walaupun pada
tahun 2010 sempat mengalami penurunan hingga mencapai 35,54
persen. Angka ini tergolong cukup tinggi dan dapat berpengaruh
terhadap tingkat keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan.
Grafik 2.2
Distribusi Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10 Tahun Ke
Atas Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tahun 2008‐2010
31.28 38.31 35.54
15.21 17.61 18.04
12.8 14.69 12.41
40.81 29.39 34
0% 20% 40% 60% 80% 100%
≤ 16 Thn
17 Thn
18 Thn
≥ 19 Thn
2008 2009 2010
Kondisi yang sama juga terjadi pada rata‐rata usia perkawinan
pertama. Pada tahun 2008, rata‐rata usia perkawinan pertama penduduk
Pandeglang berkisar pada usia 18,26 tahun. Tetapi pada tahun 2009
turun menjadi 17,66 tahun sedangkan pada tahun 2010 yaitu usia 17,87
tahun. Dapat disimpulkan bahwa kondisi usia perkawinan pertama
perempuan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 belum mencapai
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 21
32. Kependudukan dan KB
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 22
program (anjuran) pemerintah. Dalam program pemerintah tertuang
bahwa usia perkawinan pertama seorang perempuan minimal 20 tahun,
bahkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) menargetkan usia perkawinan pertama seorang perempuan
minimal 21 tahun sedangkan kondisi di Kabupaten Pandeglang pada
tahun 2010 secara rata‐rata usia perkawinan pertama seorang
perempuan baru mencapai 17,87 tahun. Hal ini perlu mendapat
perhatian serius, mengingat pernikahan pada usia muda cukup beresiko
bagi kesehatan perempuan.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari usia perkawinan yang
terlalu muda adalah belum matangnya kondisi mental dan emosi
seorang wanita, sehingga lebih rentan terhadap perceraian. Selain itu,
wanita yang melangsungkan perkawinan pada usia muda akan memiliki
masa fertilitas yang lebih panjang. Dengan bertambah panjangnya masa
fertilitas seorang ibu maka dapat berdampak pada tingginya laju
pertumbuhan penduduk di suatu daerah karena peluang untuk
mempunyai anak lebih banyak
33. BAB III
KESEHATAN DAN GIZI
Pembangunan bidang kesehatan yang digariskan dalam Sistem
Kesehatan Nasional diarahkan agar jangkauan pelayanan kesehatan
lebih luas dan merata sehingga dapat dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga
memungkinkan masyarakat hidup lebih produktif, baik secara ekonomi
maupun sosial.
Masalah kesehatan merupakan persoalan penduduk selama
hidup, oleh karenanya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan
sangatlah penting. Bahkan pemerintah telah mengarahkan agar
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) lebih
diprioritaskan ke sektor kesehatan selain pendidikan dasar. Faktor‐
faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat antara lain
tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan
mutu makanan yang dikonsumsi. Penanganan faktor tersebut harus
dilakukan terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial
ekonomi yang terkait.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat
kesehatan penduduk adalah angka kematian bayi (AKB) dan angka
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 23
34. Kesehatan dan Gizi
harapan hidup (AHH). Selain itu aspek penting lainnya yang turut
mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan, yang
antara lain diukur melalui angka kesakitan atau tingkat keluhan
kesehatan.
3.1. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk
Indikator AKB dan AHH merupakan indikator utama yang
menggambarkan derajat kesehatan penduduk. Pada tahun 2010 angka
kematian bayi di Kabupaten Pandeglang menunjukan penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 55,4 menjadi 53,8 per 1000
kelahiran hidup. Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten
Pandeglang pada tahun 2010 relatif meningkat dari 63,5 tahun (tahun
2009) menjadi 63,77 tahun (tahun 2010). Angka ini memberi makna
bahwa setiap bayi di kabupaten Pandeglang yang lahir hidup pada
tahun 2010 mempunyai harapan untuk hidup selama 63,77 tahun.
Tabel 3.1
Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010
Indikator Derajat Kesehatan 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Angka Kematian Bayi 55,4 53,8 52,8
Angka Harapan Hidup (tahun) 63,3 63,5 63,77
Sumber : Susenas Tahun 2008‐2010 (data diolah)
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 24
35. Kesehatan dan Gizi
Gambaran mengenai status kesehatan penduduk biasanya dapat
dilihat melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk
yang mengalami gangguan kesehatan atau keluhan kesehatan sehingga
dapat menggangu aktivitas sehari‐hari. Menurut Tabel 3.2, pada tahun
2010 sebanyak 48,06 persen penduduk mengalami keluhan kesehatan
yang mengakibatkan terganggu aktivitasnya. Dibanding keadaan tahun
sebelumnya, angka kesakitan cenderung meningkat dimana pada tahun
2009 angka kesakitan tercatat hanya 22,74 persen. Bila dibedakan
berdasarkan gender, angka kesakitan penduduk laki‐laki sebesar 46,26
persen, lebih kecil dibandingkan penduduk perempuan yang sebesar
49,95 persen.
Tabel 3.2
Angka Kesakitan dan Rata‐rata Lamanya Sakit Penduduk
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010
Indikator Kesehatan
2009 2010
L P Total L P Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Angka Kesakitan (%) 20,69 24,82 22,74 46,26 49,95 48,06
Rata‐rata Lamanya Sakit (hari) 6,25 7,38 6,86 5,09 4,95 5,02
Sumber : Susenas Tahun 2009 dan 2010
Keterangan :
L = Laki‐ laki, P = Perempuan
Rata‐rata jumlah hari sakit atau terganggu aktivitas sehari‐harinya
mengalami penurunan, yaitu dari sekitar 6,86 hari pada tahun 2009
menjadi 5,02 hari pada tahun 2010. Rata‐rata lamanya sakit penduduk
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 25
36. Kesehatan dan Gizi
perempuan relatif lebih pendek dibandingkan penduduk laki‐laki. Rata‐
rata lamanya sakit penduduk perempuan 4,95 hari dan penduduk laki‐
laki 5,09 hari.
3.2. Pemberian ASI, Imunisasi dan Gizi Balita
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang paling penting bagi
pertumbuhan dan kesehatan bayi karena selain mengandung nilai gizi
yang cukup tinggi juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh
terhadap penyakit, untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran
penduduk khususnya kaum ibu akan pentingnya ASI bagi seorang bayi
yang tidak bisa digantikan dengan susu formula apapun. Selain
pemenuhan ASI dan cakupan imunisasi, bayi diharapkan memperoleh
asupan gizi yang cukup. Sejak tahun 2000 di dalam Program
Pembangunan Nasional (Propenas) dan Program Pembangunan Daerah
(Propeda), pemerintah mencanangkan program perbaikan gizi yang
salah satunya bertujuan meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai
status gizi yang baik dengan menurunkan prevalensi gizi kurang dan
gizi lebih. Sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi
kurang pada balita menjadi 20 persen.
Pada tahun 2010 persentase balita di Pandeglang yang pernah
mendapatkan ASI mencapai 96,72 persen dengan rata‐rata disusui
selama 15,90 bulan. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan tahun 2009
dimana persentase balita yang pernah mendapatkan ASI mencapai 96,53
persen dengan rata‐rata lama disusui selama 15,90 bulan. Dengan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 26
37. Kesehatan dan Gizi
semakin tingginya jumlah balita yang mendapatkan ASI diharapkan
balita‐balita tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
sehat dan berkualitas. Rata‐rata balita di Pandeglang mendapatkan ASI
cukup lama, yaitu lebih dari satu setengah tahun walaupun masih
kurang dari yang semestinya (2 tahun).
Tabel 3.3
Persentase Balita 2 ‐ 4 Tahun yang Pernah diberi ASI dan Imunisasi di
Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010
Indikator Kesehatan 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (3)
Pernah diberi ASI 93,01 96,53 96,72
Rata‐rata lamanya diberi ASI (bulan) 20,05 20,22 15,90
Pernah diberi Imunisasi 89,55 96,53 93,53
Sumber : Susenas Tahun 2008 – 2010
Banyaknya balita yang mendapatkan imunisasi (BCG, Polio,
Campak, DPT dsb) di Kabupaten Pandeglang cukup tinggi, yaitu sekitar
93,53 persen dari total balita. Jumlah ini menurun bila dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai 96,53 persen. Bagi balita imunisasi
sangat penting untuk menjaga dan memberikan kekebalan tubuh dari
serangan berbagai jenis penyakit. Tingginya persentase balita yang
mendapatkan imunisasi diharapkan sejalan dengan meningkatnya
derajat kesehatan balita sehingga pada masa depan akan timbul anak‐
anak Pandeglang yang sehat dan kuat untuk menjadi generasi penerus
melanjutkan roda pembangunan.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 27
38. Kesehatan dan Gizi
3.3. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan mencakup peningkatan
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penyediaan
fasilitas kesehatan adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang mudah
dan murah bagi semua lapisan masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas) dan puskesmas pembantu selama ini menjadi ujung
tombak pelayanan kesehatan penduduk karena mudah terjangkau dan
murah, terutama bagi penduduk di daerah pedesaan
Jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu di Kabupaten
Pandeglang pada tahun 2009 sebanyak 94 unit yang tersebar di 35
Kecamatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa penanganan masalah
kesehatan masyarakat di setiap kecamatan rata‐rata dilayani oleh 2
sampai 3 puskesmas/pustu. Hal lain yang tidak kalah penting dalam
pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan reproduksi. Seperti diketahui bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi kematian balita dan ibu
melahirkan adalah persalinan yang tidak aman.
Penanganan proses persalinan sampai dengan pasca persalinan
yang berkualitas dan tepat waktu diharapkan akan mengurangi resiko
kematian bayi dan ibu. Penolong persalinan balita oleh tenaga medis
meliputi dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lain. Dukun yang
membantu proses persalinan (dukun beranak) tidak dicakup dalam
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 28
39. Kesehatan dan Gizi
tenaga kesehatan lain walaupun pelatihan bagi dukun beranak juga
digalakkan oleh Kementrian Kesehatan terutama didaerah pedesaan.
Tabel 3.4
Persentase Penolong Persalinan Bayi Menurut Jenis Tenaga Penolong
di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010
Penolong Persalinan 2009 2010
(1) (2) (3)
Tenaga Medis : 39,72 45,70
‐ Dokter 3,35 2,55
‐ Bidan 36,05 43,15
‐ Tenaga Medis Lainnya 0,32 0
Tenaga Non Medis : 60,28 54,30
‐ Dukun 60,02 54,30
‐ Lainnya 0,26 0
Total 100,00 100,00
Sumber : Susenas Tahun 2009 dan 2010
Berdasarkan Tabel 3.4, pada tahun 2010 penolong persalinan di
Pandeglang masih didominasi oleh tenaga non medis dibandingkan
tenaga medis, yaitu 54,30 persen berbanding 45,70 persen. Sebagian
besar penolong persalinan oleh tenaga medis dilakukan oleh bidan
dibandingkan dokter. Kurang tersedianya dokter hingga pelosok
wilayah dan biaya yang relatif lebih mahal jika dibandingkan
menggunakan jasa bidan menjadi penyebab rendahnya penolong
persalinan oleh dokter. Namun demikian, persentase penolong
persalinan oleh dokter menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu
dari 3,35 persen menjadi 2,55 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 29
40. Kesehatan dan Gizi
Tabel 3.5
Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut
Jenis Obat yang Digunakan di Kabupaten Pandeglang,
Tahun 2009‐2010
Jenis Pengobatan 2009 2010
(1) (2) (3)
Modern 94,96 91,84
Tradisional 30,89 29,23
Lainnya 11,91 11,66
Sumber : Susenas Tahun 2009 dan 2010
Sementara itu, untuk mengatasi gangguan/keluhan kesehatan
penduduk berusaha melakukan upaya pengobatan baik dengan berobat
sendiri maupun berobat jalan pada fasilitas kesehatan. Pada tahun 2010
persentase penduduk yang berobat sendiri dengan menggunakan obat
modern menurun yaitu dari 94,96 persen pada tahun 2009 menjadi 91,84
persen pada tahun 2010. Sedangkan persentase penduduk yang
menggunakan obat tradisional pun menurun dari 30,89 persen pada
tahun 2009 menjadi 29,23 persen pada tahun 2010.
Sedangkan bagi penduduk yang memilih untuk berobat jalan
ketika sakit atau mengalami gangguan kesehatan, lebih memilih
memanfaatkan Puskesmas/Pustu sebagai tempat berobat. Seperti
disajikan pada tabel 3.6, terlihat bahwa jenis fasilitas kesehatan selain
Puskesmas/Pustu yang sering digunakan dan menjadi alternatif pilihan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 30
41. Kesehatan dan Gizi
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 31
penduduk adalah petugas kesehatan lainnya (paramedic/mantri),
praktek dokter/klinik dan rumah sakit.
Tabel 3.6
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat
di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009‐2010
Tempat Berobat 2009 20010
(1) (2) (3)
Rumah Sakit 2,46 5,12
Praktek Dokter 19,87 19,81
Puskesmas (termasuk Pustu) 49,68 52,74
Klinik KIA/BP 0,00 0,00
Petugas Kesehatan Lain 30,95 29,50
Pengobatan Tradisional 0,36 0,42
Lainnya 1,50 1,35
Penderita Sakit yang Berobat Jalan 40,35 38,96
Sumber : Susenas Tahun 2009 dan 2010
Pada tahun 2010 persentase penduduk yang melakukan
kunjungan berobat jalan ke puskesmas meningkat menjadi 52,74 persen
dari 49,68 persen pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas/pustu cenderung
meningkat. Tingginya persentase kunjungan penduduk yang berobat
jalan ke puskesmas antara lain disebabkan oleh akses yang mudah dan
biaya yang relatif lebih murah. Informasi selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 3.6.
42. Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 33
BAB IV
PENDIDIKAN
Peningkatan kualitas sumber daya manusia bertitik tolak pada
upaya pembangunan di bidang pendidikan. Pentingnya pendidikan
bagi warga negara tercermin dalam UUD 1945, dimana dinyatakan
bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Mengingat
pentingnya arti pendidikan bagi setiap warga negara, maka pendidikan
mutlak menjadi salah satu prioritas pembangunan yang harus
dijalankan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
Tujuan pembangunan dalam bidang pendidikan adalah
tersedianya pendidikan yang berkualitas dan terjangkau untuk semua
lapisan masyarakat. Kualitas pendidikan terkait dengan Sumber Daya
Manusia (SDM) dan berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat.
Pemerintah menganggap penting pendidikan sebagai salah satu sarana
untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia Indonesia.
Pentingnya pendidikan tercermin dalam Pasal 31 UUD 1945 ayat (2),
dimana setiap warga negara diwajibkan mengikuti pendidikan dasar
yang dibiayai oleh pemerintah. Bahkan dalam pasal yang sama ayat (4)
pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang‐kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
43. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 34
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Berbagai program digulirkan pemerintah dalam bidang
pendidikan, satu diantaranya adalah pendidikan dasar sembilan tahun.
Dalam rangka mendukung tercapainya pendidikan dasar sembilan
tahun, pemerintah menggratiskan pendidikan pada tingkat sekolah
dasar dan memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Program ini berdampak positif terutama pada daerah terpencil di
pedesaan. Keberhasilan program pendidkan dasar untuk semua antara
lain didukung oleh ketersediaan sekolah dasar, dimana hampir pada
setiap desa telah terdapat sekolah dasar sehingga mudah diakses dan
yang paling penting adalah tidak dipungut biaya sebagaimana
diamanatkan UUD 1945. Berdasarkan ilustrasi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembanguan bidang pendidikan mempunyai andil
besar terhadap kemajuan sosial ekonomi suatu bangsa.
4.1. Tingkat Pendidikan
Indikator pembangunan bidang pendidikan dasar dapat dilihat
melalui tingkat kemampuan membaca dan menulis (angka melek huruf)
penduduk. Kemampuan membaca dan menulis dibedakan terhadap
huruf latin, huruf lainnya, dan tidak dapat membaca dan menulis (buta
huruf). Dengan memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin
akan menjadikan seseorang lebih mudah memahami dan menyerap
berbagai informasi baik dari media cetak maupun elektronik sehingga
44. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 35
akan menambah pengetahuan bagi dirinya. Dalam tulisan ini yang
dimaksud dengan buta huruf adalah penduduk yang tidak dapat
membaca dan menulis huruf latin.
Kemampuan baca tulis tercermin dari indikator angka melek
huruf (AMH). Angka melek huruf merupakan salah satu indikator
pencapaian program pendidikan di Indonesia. Indikator tersebut
penting mengingat melek huruf merupakan pintu dari segala ilmu
pengetahuan. Pada tahun 2010, sekitar 94,32 persen penduduk berusia
10 tahun ke atas di Pandeglang sudah mampu membaca dan menulis
huruf latin, sedangkan sisanya sebanyak 5,68 persen masih belum/tidak
dapat membaca dan menulis (buta huruf).
Tabel 4.1
Angka Melek Huruf (Latin) Penduduk Usia 10 Tahun
Ke Atas Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Pandeglang,
Tahun 2008 ‐ 2010
Jenis Kelamin 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Laki‐laki 97,9 96,23 96,95
Perempuan 95,1 92,18 91,60
Laki‐laki + Perempuan 96,5 94,22 94,32
Sumber : Susenas Tahun 2008‐2010
Bila dibandingkan antara penduduk laki‐laki dan perempuan,
persentase penduduk laki‐laki yang melek huruf lebih tinggi dibanding
45. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 36
perempuan, yaitu 96,95 persen berbanding 91,60 persen seperti terlihat
pada Tabel 4.1.
Indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan adalah angka
rata‐rata lama sekolah (RLS). Rata‐rata lama sekolah menunjukkan
berapa lama rata‐rata penduduk suatu wilayah duduk di bangku
sekolah mengikuti program pendidikan. Rata‐rata lama sekolah
penduduk Pandeglang pada tahun 2010 baru mencapai 6,87 tahun. Hal
ini mengindikasikan bahwa rata‐rata penduduk Pandeglang baru dapat
bersekolah hingga jenjang SMP kelas satu. Jadi secara umum tingkat
pendidikan yang ditamatkan penduduk Pandeglang baru lulus SD dan
sedikit yang melanjutkan ke jenjang SMP. Bila dibandingkan menurut
jenis kelamin, rata‐rata lama sekolah penduduk laki‐laki lebih lama
dibandingkan perempuan, yaitu 7,20 tahun berbanding 6,53 tahun.
Tabel 4.2
Rata‐rata Lama Sekolah Penduduk Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas
Di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009 ‐ 2010
Tahun Laki‐laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
2009 6,77 6,10 6,44
2010 7,20 6,53 6,87
Sumber : Susenas Tahun 2009 ‐ 2010
Untuk mensukseskan program wajib belajar pendidikan dasar
(Wajar Dikdas) 9 tahun di Kabupaten Pandeglang diperlukan kerja
46. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 37
keras, konsistensi, kemauan yang tulus (political will) serta sinergi yang
baik antar stake holder dalam menjalankan berbagai kebijakan yang
terkait dengan program Wajar Dikdas 9 tahun. Program ini dikatakan
berhasil apabila angka partisipasi sekolah anak usia 7‐15 tahun mencapai
100 persen. Atau dengan kata lain seluruh anak usia SD dan SMP di
Pandeglang dalam keadaan bersekolah.
Melihat perkembangan tahun‐tahun sebelumnya, untuk mencapai
rata‐rata lama sekolah 9 tahun akan memerlukan waktu yang cukup
panjang. Pada intinya kebijakan yang dibutuhkan adalah bagaimana
mempermudah akses masyarakat ke sarana pendidikan setingkat SMP,
baik dari segi lokasi geografis maupun biaya pendidikan. Sarana
pendidikan perlu dibangun dengan mempertimbangkan kebutuhan,
yaitu dengan memperhatikan banyaknya penduduk usia sekolah di
suatu wilayah. Hal lain yang dapat dilakukan antara lain dengan
melakukan berbagai sosialisasi kepada masyarakat di wilayah pedesaan
bahwa pemerintah membebaskan biaya pendidikan dasar seperti
dijamin dalam UUD 1945, sekaligus menyadarkan masyarakat akan arti
pentingnya pendidikan dalam rangka memutus rantai kemiskinan
sehingga mereka termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Selain indikator angka melek huruf dan rata‐rata lama sekolah,
gambaran kualitas SDM dapat dilihat juga dari tingkat pendidikan yang
ditamatkan oleh penduduk. Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa pada
47. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 38
tahun 2010 sebagian besar penduduk usia 10 tahun ke atas (41,5 persen)
di Kabupaten Pandeglang hanya mampu menamatkan pendidikan
tertinggi sampai tingkat sekolah dasar (SD)/sederajat. Sedangkan
penduduk yang dapat menamatkan pendidikan tertinggi hingga tingkat
SMP/sederajat baru mencapai 15,1 persen. Yang lebih memprihatinkan
adalah tingginya persentase penduduk yang tidak/belum tamat
SD/sederajat, yaitu sekitar 29,3 persen. Walaupun persentese penduduk
yang yang telah berpendidikan SMP ke atas menunjukkan
kecenderungan meningkat tiap tahunnya, namun data tersebut
mengindikasikan bahwa program pendidikan dasar Sembilan tahun
masih jauh dari sasaran.
Tabel 4.3
Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan
yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Laki‐laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Tidak/Belum Tamat SD/MI/Sederajat 28,1 30,4 29,3
SD/MI/Sederajat 39,6 43,4 41,5
SMP/Sederajat 15,8 14,5 15,1
SMA/SMK/Sederajat 12,8 9,1 11,0
Universitas 3,7 2,6 3,2
J U M L A H 100,0 100,0 100,0
Sumber : Susenas Tahun 2010
48. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 39
Jika dilihat menurut jenis kelamin, maka terlihat bahwa tingkat
pendidikan penduduk laki‐laki sedikit lebih baik dibandingkan
penduduk perempuan. Hal ini terlihat dari lebih tingginya persentase
penduduk laki‐laki yang telah mampu menamatkan pendidikan
tertinggi sampai level SMP ke atas dibandingkan penduduk perempuan.
Kondisi ini antara lain disebabkan oleh faktor budaya pada sebagian
masyarakat yang lebih mementingkan pendidikan untuk anak laki‐laki
dibandingkan anak perempuan.
4.2. Tingkat Partisipasi Sekolah
Partisipasi penduduk dalam mengikuti program pendidikan di
Kabupaten Pandeglang dapat dilihat dari besarnya indikator angka
partisipasi sekolah (APS). APS disajikan dalam tiga tingkatan usia, yaitu
APS anak usia 7‐12 tahun, usia 13‐15 tahun dan usia 16‐18 tahun.
49. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 40
Tabel 4.4
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah
Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun 2008‐2010
Kelompok Umur 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
Usia 7 – 12 tahun
Laki‐laki 98,48 95,82 95,99
Perempuan 97,36 96,95 96,95
Laki‐laki + Perempuan 97,95 96,36 96,42
Usia 13 – 15 tahun
Laki‐laki 70,65 71,02 69,89
Perempuan 79,16 73,22 71,17
Laki‐laki + Perempuan 74,94 72,09 70,54
Usia 16 – 18 tahun
Laki‐laki 34,79 46,49 36,93
Perempuan 28,42 47,62 47,12
Laki‐laki + Perempuan 32,28 46,96 41,34
Sumber : Susenas Tahun 2008 ‐ 2010
Pada tahun 2010 APS Kabupaten Pandeglang untuk anak usia 7‐12
sebesar 96,42 persen. Angka ini menunjukkan bahwa persentase anak
usia 7‐12 tahun yang bersekolah hanya 96,42 persen, sisanya sebesar 3,58
tidak bersekolah. Anak yang tidak bersekolah terdiri dari anak yang
sudah memasuki usia sekolah tetapi belum bersekolah dan anak yang
putus sekolah. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka untuk semua
tingkatan usia partisipasi sekolah anak laki‐laki di Kabupaten
Pandeglang relatif lebih rendah dibanding partisipasi anak perempuan.
50. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 41
Sementara itu, angka partisipasi sekolah anak usia 13‐15 tahun
dan 16‐18 tahun jauh lebih rendah dibanding angka partisipasi sekolah
anak usia 7‐12 tahun. Selain masih rendahnya kemampuan ekonomi
orang tua, masih terbatasnya jumlah sekolah SMP dan SMA di daaerah
pedesaan ditengarai menjadi faktor penyebabnya. APS anak usia 13‐15
tahun sebesar 70,54 persen dan APS anak usia 16‐18 tahun sebesar 41,34
persen. Angka ini menunjukkan terdapat sekitar 70 anak yang sedang
bersekolah dari 100 anak usia 13‐15 tahun. Sedangkan untuk anak usia
16‐18 tahun keadaanya lebih buruk, yaitu dari seratus anak hanya
sekitar 41 anak yang sedang bersekolah
Selain APS, biasanya untuk melihat partisipasi anak/masyarakat
terhadap dunia pendidikan digunakan juga angka partisipasi murni
(APM) dan angka partisipasi kasar (APK). APM merupakan persentase
penduduk usia sekolah yang masih sekolah pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan usianya. Sedangkan APK merupakan persentase
penduduk yang sekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah
penduduk usia pendidikan tertentu.
51. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 42
Tabel 4.5
APM dan APK Kabupaten Pandeglang menurut Jenjang Pendidikan
dan Jenis KelaminTahun 2009 ‐ 2010
Jenjang Pendidikan
2009 2010
APM APK APM APK
(1) (2) (3) (4) (5)
SD/MI/Sederajat)
Laki‐laki 92,01 103,91 93.79 108,92
Perempuan 90,96 108,93 92.41 109,92
Laki‐laki + Perempuan 91,51 106,28 93.18 109,37
SMP/Sederajat)
Laki‐laki 59,25 75,45 53.88 63,47
Perempuan 60,14 79,97 53.15 63,1
Laki‐laki + Perempuan 59,68 77,65 53.51 63,28
SMA/Sederajat
Laki‐laki 31,46 41,29 28,81 42,95
Perempuan 32,98 52,41 41,26 66,77
Laki‐laki + Perempuan 32,09 45,91 34,20 53,27
Sumber : Susenas Tahun 2009 ‐ 2010
Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa pada tahun 2010 angka partisipasi
murni (APM) Kabupaten Pandeglang untuk jenjang pendidikan
SD/sederajat tercatat sebesar 93,18 persen. Angka ini menunjukkan
bahwa dari 100 anak usia 7‐12 tahun di Kabupaten Pandeglang, 94‐94
diantaranya sedang bersekolah pada jenjang pendidikan SD/Sederajat.
Sedangkan APM jenjang pendidikan SMP/Sederajat dan SMA/Sederajat
masing‐masing tercatat sebesar 53,51 persen dan 34,20 persen.
52. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 43
Angka partisipasi kasar (APK) jenjang pendidikan SD/sederajat
tercatat sudah melampaui angka 100, yaitu mencapai angka 109,37
persen. Hal ini menunjukkan bahwa program wajar dikdas 6 tahun di
Kabupaten Pandeglang sudah tercapai. Angka APK yang melebihi 100
persen mengindikasikan masih cukup banyak siswa jenjang SD/sederajat
di Kabupaten Pandeglang yang berusia di luar rentang 7‐12 tahun. APK
jenjang pendidikan SMP dan SMA pada tahun 2010 mengalami pasang
surut dibanding tahun 2009. Pada tahun 2010 APK jenjang pendidikan
SMP tercatat sebesar 63,68 persen turun dibandingkan tahun 2009 yang
mencapai 77,65 persen sedangkan SMA naik dari 45,91 menjadi 53,27
persen.
4.3. Fasilitas Pendidikan
Ketersediaan fasilitas pendidikan merupakan syarat mutlak yang
harus terpenuhi dalam menunjang keberhasilan pembangunan di
bidang pendidikan. Fasilitas pendidikan, terutama gedung sekolah
merupakan hal yang penting karena merupakan tempat di mana
terjadinya proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Hal penting lainnya
adalah ketersediaan tenaga pengajar yang berkualitas dan memenuhi
standar kualifikasi sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Jumlah sarana sekolah, guru dan siswa di Kabupaten Pandeglang
pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Pada Tahun ajaran 2010
rata‐rata tiap sekolah tingkat SD menampung 184 siswa dengan rata‐rata
jumlah guru sebanyak 11,38 orang. Untuk sekolah Tingkat SMP rata‐rata
53. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 44
tiap sekolah menampung 253 siswa dengan rata‐rata jumlah guru
sebanyak 19,86 orang per sekolah. Sedangkan untuk sekolah tingkat
SMA rata‐rata tiap sekolah menampung 241 siswa dengan rata‐rata
jumlah guru sebanyak 24,20 orang.
Sama halnya dengan rasio guru sekolah, rasio murid guru pada
tahun 2010 menunjukan angka yang cukup baik bahkan cenderung
berlebih. Pada tahun ajaran 2010 satu orang guru jenjang pendidikan
SD/sederajat rata‐rata mengajar/mengawasi 16 sampai 17 orang siswa.
Untuk jenjang pendidika SMP/sederajat, satu orang guru
mengajar/mengawasi 12 sampai 13 orang siswa dan satu orang guru
pada jenjang pendidikan SMA/sederajat rata‐rata mengajar/mengawasi 9
sampai 10 orang siswa.
Tabel 4.6
Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid‐Guru Menurut
Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun 2010
Jenjang
Sekolah
Jumlah
Sekolah
Jumlah
Guru
Jumlah
Murid
Rasio
Murid‐
Guru
Rasio
Murid‐
Sekolah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
SD sederajat 1.020 11.616 188.613 16.24 184
SMP sederajat 274 5.442 69.404 12,75 253
SMA
sederajat
144 3.486 34.716 9.96 241
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kemenag. Kab. Pandeglang 2010
54. Pendidikan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 45
Berdasarkan angka rasio guru‐sekolah dan rasio murid‐guru,
ketersediaan fasilitas pendidikan beserta tenaga pendidik di Kabupaten
Pandeglang pada tahun 2010 sudah menunjukan keadaan yang cukup
baik. Namun bila dibandingkan dengan indikator output pendidikan,
terlihat ada hal yang cukup kontradiktif, yaitu masih rendahnya
partisipasi sekolah anak usia sekolah, terutama pada jenjang pendidikan
SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Perlu ditelaah lebih lanjut apa yang
menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan
anaknya disaat fasilitas pendidikan sudah cukup mendukung.
55. BAB V
KETENAGAKERJAAN
Pembangunan bidang ketenagakerjaan memegang peranan
penting dalam mewujudkan masyarakat sejahtera sesuai dengan yang
apa yang dicita‐citakan oleh pemerintah melalui pelaksanaan program
pembangunan. Masalah ketenagakerjaan di Pandeglang masih cukup
memprihatinkan, ditandai antara lain dengan jumlah pengangguran
yang cukup besar dan pendapatan pekerja yang relatif rendah. Tingkat
pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya. Selain
itu, potensi yang ada akan menjadi beban keluarga dan masyarakat,
sumber utama kemiskinan dan dapat mendorong pada peningkatan
keresahan sosial dan kriminal. Hal tersebut pada akhirnya akan
menghambat proses pembangunan dalam jangka panjang.
Penciptaan lapangan pekerjaan sebagai fokus pembangunan
bidang ketenagakerjaan saat ini diharapkan memberikan efek langsung
pada pengurangan jumlah penduduk miskin dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Leo Tolstoy, seorang penulis besar Rusia
mengatakan bahwa bekerja merupakan syarat mutlak dan tidak
dapatdielakkan dalam kehidupan karena bekerja merupakan sumber
kesejahteraan yang nyata. Bahkan dalam kuliah umum di depan
Presiden SBY dan jajarannya di istana negara, Profesor David T.
Ellwood, Dekan Universitas Harvard Kennedy School mengatakan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 47
56. Ketenagakerjaan
bahwa untuk pengentasan kemiskinan tak bisa dilakukan dengan
memberikan sejumlah uang atau makanan, melainkan dengan membuka
sejumlah lapangan kerja baru.
Menurut konsep yang dipakai BPS dalam Sakernas, bekerja
diartikan sebagai kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan
paling sedikit selama satu jam dalam seminggu. Bekerja selama satu jam
tersebut harus dilakukan berturut‐turut dan tidak terputus. Penghasilan
atau keuntungan mencakup upah/gaji termasuk semua tunjangan dan
bonus bagi pekerja/karyawan/pegawai dan hasil usaha berupa sewa atau
keuntungan, baik berupa uang atau barang termasuk bagi pengusaha.
Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Pandeglang digambarkan
melalui beberapa indikator karakteristik ketenagakerjaan. Indikator
ketenagakerjaan tersebut diantaranya adalah tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK), tingkat kesempatan kerja (TKK) dan tingkat
pengangguran terbuka (TPT). Indikator ketenagakerjaan tersebut
merupakan gambaran kegiatan penduduk yang termasuk sebagai
penduduk usia kerja (PUK) dalam bekerja memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan. PUK sebagaimana konsep ILO adalah
penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Berdasarkan kegiatannya
dalam kaitan ketenagakerjaan, penduduk usia kerja dikelompokkan
menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. PUK yang masuk
dalam angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan mencari
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 48
57. Ketenagakerjaan
pekerjaan. Sedangkan kegiatan PUK yang tergolong bukan angkatan
kerja adalah sekolah, mengurus rumahtangga dan lainnya.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun
2010, penduduk Kabupaten Pandeglang yang masuk kategori usia kerja
sebanyak 839.286 jiwa. Angka ini meningkat 9,17 persen dibandingkan
tahun 2009. Meningkatnya jumlah penduduk usia kerja akan
mempengaruhi karakteristik ketenagakerjaan di Kabupaten Pandeglang.
Diharapkan dari setiap penambahan penduduk usia kerja akan diikuti
juga dengan peningkatan partisipasinya untuk masuk dalam angkatan
kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan
masyarakat.
5.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Partisipasi penduduk usia kerja dalam bekerja dan mencari
pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan rumahtangganya
dapat dilihat melalui angka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).
TPAK merupakan indikator untuk melihat perbandingan jumlah
angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja.
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS),
pada tahun 2010 persentase penduduk Kabupaten Pandeglang yang
masuk dalam usia kerja dan aktif dalam bekerja dan mencari pekerjaan
(TPAK) tercatat sebesar 63,76 persen atau mengalami kenaikan bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercat 63,52 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 49
58. Ketenagakerjaan
Angka tersebut sekaligus memberikan gambaran bahwa hanya sekitar
63,76 persen dari penduduk usia kerja di Kabupaten Pandeglang yang
berpotensi untuk mendapatkan pendapatan/penghasilan, walaupun di
dalamnya masih termasuk mereka yang mencari pekerjaan.
Tabel 5.1
Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang
Tahun 2008 ‐ 2010
Karakteristik 2008*) 2009 2010
(1) (2) (3) (4)
1. Penduduk Usia Kerja 749.534 768.797 839.286
2. Angkatan Kerja 490.497 488.347 535.107
a. Bekerja 435.924 434.745 474.401
b. Pengangguran 54.573 53.602 60.706
3. Bukan Angkatan Kerja : 259.037 280.450 304.179
a. Sekolah dan Mengurus RT 214.009 226.918 250.697
b. Lainnya 45.028 53.532 53.482
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65,44 63,52 63,76
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 11,13 10,98 11,34
6. Tingkat Kesempatan Kerja (%) 88,87 89,02 88,66
Sumber : Sakernas Tahun 2008 – 2010. Cat: *) : angka perubahan
Berdasarkan Tabel 5.1 terlihat bahwa kenaikan TPAK tidak diikuti
dengan meningkatnya tingkat kesempatan kerja (TKK) dari 89,02 persen
pada tahun 2009 turun menjadi 88,66 persen di tahun 20109. Secara
otomatis, penurunan tingkat kesempatan kerja akan menaikan level TPT,
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 50
59. Ketenagakerjaan
yaitu dari 10,98 persen pada tahun 2009 menjadi 11,34 persen di tahun
2010. Berdasarkan hal tesebut, secara umum kondisi ketenagakerjaan
Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 sedikit lebih rendah
dibandingkan tahun 2009.
Grafik 5.1
Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang
Tahun 2008 – 2010 (persen)
63.76
11.34
88.66
63.5265.44
10.9811.13
89.0288.87
0
20
40
60
80
100
2008 2009 2010
TPAK
TPT
TKK
Indikator TKK yang sebesar 88,66 persen menunjukkan bahwa
seluruh aktifitas ekonomi di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010
baru mampu menyerap 88,66 persen dari angkatan kerja yang tersedia,
sedangkan sisanya yang tidak terserap menjadi pengangguran. Angka
TPT yang masih berada pada level 2 digit menjadi pekerjaan rumah
yang harus dituntaskan, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Seperti diketahui bahwa selain berdampak langsung terhadap
peningkatan kemiskinan, jumlah penggangguran yang tinggi juga dapat
menimbulkan berbagai permasalahan sosial.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 51
60. Ketenagakerjaan
Tabel 5.2
Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010
Karakteristik Laki‐laki Perempuan
(1) (2) (3)
1. Penduduk Usia Kerja 427.893 411.393
2. Angkatan Kerja 355.125 179.982
a. Bekerja 314.511 159.890
b. Pengangguran 40.614 20.092
3. Bukan Angkatan Kerja : 72.768 231.411
a. Sekolah dan Mengurus RT 36.817 213.880
b. Lainnya 35.951 17.531
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 82,99 43,75
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 11,44 11,16
6. Tingkat Kesempatan Kerja (%) 88,56 88,84
Sumber : Sakernas Tahun 2010
Bila dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara TPAK laki‐laki dengan
perempuan. Pada tahun 2010 TPAK laki‐laki sebesar 82,99 persen
sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 43,75 persen. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa situasi ketenagakerjaan di Kabupaten Pandeglang
masih sangat dipengaruhi gender. Partisipasi laki‐laki yang secara
budaya ketimuran berperan sebagai pemikul beban rumah tangga jauh
lebih besar dibandingkan perempuan dalam hal bekerja mendapatkan
penghasilan /pendapatan baik untuk dirinya maupun rumahtangganya.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 52
61. Ketenagakerjaan
Sedangkan pada indikator TPT berdasarkan Tabel 5.2, ternyata
persentase penduduk perempuan yang termasuk pengangguran lebih
kecil dibanding penduduk laki‐laki, yaitu 11,16 persen berbanding 11,44
persen. Sesuai konsep dan definisi Sakernas, TPT merupakan persentase
penduduk yang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha,
sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan penduduk
yang tidak mencari pekerjaan karena merasa sudah tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan .
5.2. Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan
Tabel 5.3 menunjukkan sebaran penduduk yang bekerja menurut
sektor/lapangan usaha, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan,
perdagangan, hotel dan restoran, jasa‐jasa dan sektor/lapangan usaha
lainnya. Dalam sudut pandang perekonomian, untuk mengetahui sektor
apa yang paling dominan di suatu wilayah biasanya dilihat dari peranan
sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja dan pembentukan nilai
tambah (PDRB). Namun tidak selamanya sektor yang dominan
menyerap tenaga kerja menjadi sektor yang paling banyak menciptakan
nilai tambah. Perbedaan produktifitas tenaga kerja antar sektor dan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi penyebab
terjadinya hal tersebut.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 53
62. Ketenagakerjaan
Tabel 5.3
Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut LapanganUsaha
dan Distribusi PDRB ADH Berlaku, Tahun 2010
Lapangan Usaha
Penyerapan Tenaga
Kerja (%) Distribusi PDRB ADHB
Tahun 2010 (%)
2009 2010
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 46,72 43,94 30,81
2. Industri Pengolahan 7,03 7,65 10,96
3. Perdagangan, HR 25,16 23,25 23,77
4. Jasa‐jasa 9,57 13,01 14,80
5. Lainnya*) 11,52 12,15 19,66
T o t a l 100,00 100,00 100,00
Sumber : Sakernas Tahun 2009‐2010 dan PDRB Kabupaten Pandeglang 2010
*) Lainnya: sektor pertambangan dan penggalian; listrik, gas, air; konstruksi;
angkutan/transportasi; keuangan dan jasa perusahaan
Pada Tahun 2010, sektor ekonomi yang paling banyak menyerap
tenaga kerja adalah sektor pertanian, yaitu sebesar 43,94 persen,
kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
23,25 persen. Sementara kontribusi sektor industri pengolahan dalam hal
penyerapan tenaga kerja hanya sebesar 7,65 persen. Jika diperhatikan,
maka selama periode 2009‐2010 terjadi transformasi atau pergeseran
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor jasa‐jasa dan industri
pengolahan.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa aktifitas perekonomian di
Kabupaten Pandeglang masih didominasi oleh sektor pertanian dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Keadaan ini sesuai dengan
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 54
63. Ketenagakerjaan
kondisi geografis Kabupaten Pandeglang yang memiliki banyak lahan
pertanian dan kawasan dengan potensi wisata yang indah dan cukup
terkenal seperti Pantai Carita, Tanjung Lesung, Pulau Umang dan lain
sebagainya.
Peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor jasa‐jasa dan
perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2010 tidak terlepas dari
turunnya aktifitas ekonomi di sektor lainnya akibat perlambatan
ekonomi regional. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari hal tersebut
adalah banyaknya tenaga kerja yang beralih ke sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang nota bene merupakan sektor informal dan tidak
terlalu membutuhkan tenaga kerja dengan skill/keahlian khusus.
Sedangkan peningkatan daya serap tenaga kerja pada sektor jasa selain
juga tidak membutuhkan keahlian khusus, juga disebabkan oleh
banyaknya penerimaan tenaga pengajar/guru oleh pemerintah daerah.
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka struktur penduduk
bekerja menurut sektor/lapangan usaha menunjukkan komposisi yang
hampir sama antara pekerja laki‐laki dan perempuan. Berdasarkan Tabel
5.4 terlihat bahwa sekitar 47,79 persen pekerja laki‐laki bekerja di sektor
pertanian. Hal yang sama terjadi pada pekerja perempuan, dimana 36,36
persen diantaranya bekerja pada sektor pertanian. Sektor berikutnya
yang menarik bagi pekerja laki‐laki dan perempuan adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran dengan persentase masing‐masing
sebesar 16,76 persen dan 36,01 persen.
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 55
64. Ketenagakerjaan
Tabel 5.4
Komposisi Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan
Jenis Kelamin Tahun di Kabupaten Pandeglang Tahun 2010
Sektor/Lapangan Usaha
Persentase
Laki‐laki Perempuan
(1) (2) (3)
1. Pertanian 47,79 36,36
2. Industri Pengolahan 6,39 10,12
3. Perdagangan, HR 16,76 36,01
4. Jasa – jasa 11,44 16,11
5. Lainnya*) 17,62 1,4
T o t a l 100,00 100,00
Jumlah 314.511 159.890
Sumber : Sakernas Tahun 2010
*) Lainnya: sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor LGA, sektor Konstruksi,
sektor Angkutan/Transportasi serta sektor keuangan dan jasa perusahaan
Sementara itu, sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Pandeglang adhb tahun 2010 diberikan oleh sektor yang
sama dalam hal penyerapan tenaga kerja terbesar, yaitu sektor pertanian
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu dengan kontribusi
masing‐masing sebesar 30,81 persen dan 23,77 persen.
Jika diperhatikan lebih lanjut, maka sektor pertanian dengan
penyerapan tenaga kerja sebesar 46,72 persen ternyata hanya mampu
memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB adhb sebesar
30,81 persen. Sedangkan sektor lain seperti industri pengolahan yang
hanya mampu menyerap tenaga kerja sekitar 7,03 persen, ternyata
Indikator Kesejahteraan Rakyat Pandeglang 2011 56