SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 27
PENGUATAN KETAHANAN PANGAN
DAERAH
UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN
PANGAN NASIONAL
Oleh : Mewa Ariani
Bagi Indonesia dengan jumlah penduduk yang
sangat besar (215 juta orang), masalah pangan
selalu merupakan masalah yang sensitif. Sering
terjadi gejolak politik karena dipicu oleh
kelangkaan dan naiknya harga pangan. Oleh
karena itu tidaklah mengherankan jika pangan
bukan sekedar komoditas ekonomi tetapi juga
menjadi komoditas politik yang memiliki dimensi
sosial yang luas (Sambutan Menko
Perekonomian, 2005) Ketahanan pangan telah
menjadi komitmen nasional berdasarkan pada
pemahaman atas peran strategis dalam
pembangunan nasional.
Ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau.
Berkaitan dengan ketahanan pangan
juga terdapat dalam Peraturan
Presiden No. 7 tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah yang salah satunya
bertujuan untuk mewujudkan
ketahanan pangan baik pada tingkat
rumah tangga, daerah maupun
nasional. Pada tanggal 11 Juni
2005, pemerintah mencanangkan
strategi kebijakan yang disebut
Revitalisasi Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan (RPPK). Strategi
tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan
petani, nelayan dan petani-hutan;
Kami setuju dengan Komitmen Indonesia untuk mewujudkan
ketahanan pangan dalam peraturan pemerintah RI yang trtulis
dalm jurnal Mewa Ariani, karena Ketersediaan pangan
merupakan hal penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan
pangan masyarakat, khususnya kebutuhan makanan sebagai
kebutuhan dasar manusia. Seiring dengan perkembangan
penduduk dan kondisi masyarakat, kebutuhan akan ketersediaan
pangan yang cukup, aman dan berkualitas semakin menjadi
tuntutan.
Oleh karena itu, peningkatan ketahanan pangan
harus dilakukan secara terus menerus.
Komentar
Menurut Pribadi (2005) cakupan
ketahanan pangan adalah :
1)Ketersediaan pangan yang mencakup
produksi, cadangan dan pemasukan,
2)Distribusi/aksesibilitas mencakup
fisik (mudah dijangkau) dan ekonomi
(terjangkau daya beli), serta
3)Konsumsi mencakup mutu dan keamanan
serta kecukupan gizi individu.
.
4 E L E M E N U N T U K M E N C A P A I
K E T A H A N A N P A N G A N
Tersedianya pangan yang cukup yang sebagian besar
berasal dari produksi sendiri;
Stabilitas ketersediaan pangan sepanjang tahun,
tanpa pengaruh musim;
Akses atau keterjangkauan terhadap pangan
yang dipengaruhi oleh aksesf isik dan ekonomi terhadap
pangan, dan
Kualitas konsumsi pangan serta keamanan
pangan.
Sistem ketahanan pangan di Indonesia secara komprehensif meliputi empat
sub-sistem, yaitu:
(i) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh
penduduk,
(ii) distribusi pangan yang lancar dan merata, serta dapat diakses oleh
masyarakat,
(iii) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi
seimbang dan aman, yang berdampak pada
(iv) status gizi masyarakat.
(Nuhfil Hanani AR)
.
Komentar
Tambahan
Dengan demikian, sistem ketahanan pangan dan gizi tidak hanya
menyangkut soal produksi, distribusi, dan penyediaan pangan ditingkat makro
(nasional dan regional), tetapi juga menyangkut aspek mikro, yaitu akses pangan di
tingkat rumah tangga dan individu serta status gizi anggota rumah tangga, terutama
anak dan ibu hamil dari rumah tangga miskin. Konsep ketahanan pangan yang luas
bertolak pada tujuan akhir dari ketahanan pangan yaitu tingkat kesejahteraan
manusia. Oleh karena itu, sasaran pertama Millenium Development Goals (MGDs)
bukanlah tercapainya produksi atau penyediaan pangan, tetapi menurunkan
kemiskinan dan kelaparan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu dalam rangka mencpai Indonesia tahan pangan, maka
keempat aspek tesebut harus menjadi acuan. Berdasarkan kondisi dan capaian
ketahanan pangan, maka isu strategis yang harus dipertahatikan adalah :
(1) sistem produksi pangan nasional,
(2) ketersediaan pangan dan keterjangkaun pangan di seluruh daerah,
(3) kecukupan konsumsi pangan dan gizi,
(4) diversifikasi pangan yang berkaitan dengan konsumsi pangan beragam dan bergi
zi seimbang,
(5) keamanan pangan segar dan pangan olahan,
(6) kerawanan pangan berkaitan erat dengan kemiskinan, dan masalah
(7) beban ganda status gizi masyarakat.
PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN KEMANDIRIAN
PANGAN
Ketersediaan pangan merupakan prasyarat
penting bagi keberlanjutanmkonsumsi, namun dinilai
belum mencukupi (necessary but not sufficient) dalam
konteks ketahanan pangan, karena masih banyak
variabel yang berpengaruh untuk mencapai ketahanan
pangan tingkat daerah dan rumah tangga.
Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan
dalam negeri (domestik). Bila terjadi kelebihan (surplus),
pangan tersebut dapat diperdagangkan antar wilayah
terutama bagi wilayah yang mengalami defisit pangan
dan ekspor.
Sebaliknya bila terjadi defisit, sebagian pangan
untuk konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi dari pasar
luar negeri atau impor.
Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar waktu
merupakan tantangan dalam menjamin distribusi pangan agar tetap lancar
sampai ke seluruh wilayah konsumen sepanjang waktu. Pada beberapa
daerah kepedulian dan kemampuan mengelola
kelancaran distribusi masih terbatas, sehingga sering terjadi ketidak stabilan
pasokan dan harga pangan yang berdampak pada gangguan ketahanan
pangan wilayah bersangkutan. Masalah dan tantangan dalam sistem
distribusi pangan mencakup terbatasnya prasarana dan
sarana perhubungan untuk menjangkau seluruh wilayah terutama daerah
terpencil, keterbatasan sarana dan kelembagaan pasar, banyaknya pungutan
resmi dan tidak resmi, tingginya biaya angkutan dibandingkan negara
lain, gangguan keamanan serta pengaturan dan kebijakan.
Komentar
PERKEMBANGAN TINGKAT DAN KUALITAS
KONSUMSI PANGAN
 persyaratan kecukupan untuk keberlanjutan
konsumsi pangan adalah adanya aksesibilitas fisik
& ekonomi terhadap pangan.
 Dengan demikian data kosumsi pangan secara rill
menunjukkan kemampuan rumah tangga dalam
mengakses pangan.
 Pendapatan tingkat konsumsi pangan secara
emplisit merefleksikan variabel pendapatan atau
daya beli masyarakat.
 Variabel ini sbgai fktor utama dlm menentukan
jmlah dn jnis pngan yg dikonsumsi oleh rumah
tangga.
Kualitas konsumsi pangan penduduk dapat digambarkan melalui keragaman
konsumsi pangan penduduk (gram/kap/hari dan kgram/kap/tahun), konsumsi
energi penduduk (kkal/kap/hari) dan konsumsi protein penduduk
(gram/kap/hari). Salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kualitas
konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH). PPH merupakan
susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan
energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik
jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima,
ketersediaan pangan, ekonomi dan agama. Komposisi kelompok pangan
tersebut mencakup: padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan
lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta
kelompok pangan lainnya.
Komentar
Aspek penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan
meliputi:
1) Tingkat Konsumsi Pangan Nasional Berdasarkan Pola Pangan
Harapan;
2) Perkembangan Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein;
3) Rata-rata Konsumsi Kelompok Pangan Rumah Tangga;
4) Konsumsi Penduduk Indonesia Terhadap Berbagai Kelompok
Makanan;
5) Sasaran Pola Pangan Harapan Lima Tahun kedepan;
6) Perkembangan Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia
dalam Lima Tahun;
7) Perkembangan Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan
8) Data Kejadian Keracunan Pangan;
9) Hasil Uji Laboratorium Keamanan Pangan Beberapa Komoditas
dari 11 Propinsi.
PERLUNYA PENGUATAN KETAHANAN PANGAN
DAERAH
 Situasi ketahanan pangan scr nasional dri wktu
kwaktu tlh mmbaik.
 Sbgian bsar produksi pangan mngalami pningkatan
& rasio impor pangan trhdap ktersdiaan pngan dlm
negri jg reltif kcil.
 Bahkan ktersediaan pngan dlm bntuk energi &
protein sdh mlbihi dri yg tlh dianjurkan.
 Namun, dgn mmperhatikn kinerja ketahann pngan
scr nasional tdklah ckup.
 Kenyataannya prmasalhan kurng gizi & kualitas
SDM muncul dmana-mana...
 Gizi butuk atau dlm masyrkt biasa dsbut busung
lapar adlh bntuk terprah dri proses trjadinya
kkurangan gizi mnahun. Gizi bruk yg dsertai dgn
tanda2 klinis dsbut marasmus & kwashiorkor.
 Gizi buruk scr lngsung maupun tdk lngsung dpat
mmpengaruhi kecerdasan anak, mnganggu
pertumbuhn & prkembangan serta mnurunkn
produktivitas, yg akhirnya mnurunkn kualitas SDM.
 Dari aspek pnyebab, gizi buruk sngat terkait dgn
kondisi daya beli kluarga, tngkat pendidikn & pola
asupan kluarga serta keadaan ksehatan.
 IPM mrupkn indeks komposit yg trdiri dri umur harapan
hdup, tingkt melek huruf & pndaptn perkapita.
 Kondisi ini mnunjukkn bahwa dsetiap daerah mmpunyai
prmasalhan yg brbeda-beda sbgai akibat prbedaan
penguasaan teknologi, klembagaan pndukung, SDA,
SDM, & infrastruktur fisik yg brbeda.
 Adanya prbedaan2 prmsalhan & potensi atau
sumberdaya dstiap daerah trsbut hrus mnghruskan
kbijakan pngan trutama trkait dgn ktahann pngn tdk bisa
lg dlhat scra general atau nasional, ttpi hrus spesifik
daerah agr program2 dpt dlaksankn dgn baik, tpat
sasaran, & brdampk nyata.
 Apalagi Indonesia tlh brkomitmen untk mnrunkn kmiskinn
sprti yg tlh diamati MDG, jmlh kmiskinn yg hrus dtuntskan
adlh 7jt org/thn slma 10 thn. (Dewan Ketahanan Pangan
& FAO,2005)
Dalam rangka penguatan ketahanan pangan, pemerintah daerah Provinsi
Jambi telah menetapkan beberapa kebijakan daerah guna mengakselerasi
penguatan ketahanan pangan. Beberapa kebijakan tersebut tidak hanya
bersifat teknis, namun bersifat penguatan kepada masyarakat, antara lain:
enterpreneurship (pengembangan kewirausahaan dan peningkatan skala
usaha bagai para pelaku),
networking (pengembangan jejaring kerja melalui penciptaan dan penguatan
jejaring iv kerja baik secara internal provinsi, mauapun antar
instansi, komunitas bisnis dan kerjasama internasional; teknologi dan
inovasi; empowering (pemberdayaan
masyarakat agar mampu menentukan pilihan yang terbaik dalam
memanfaatkan sumberdaya menuju kemandirian dan kesejahteraan);
penguatan kelembagaan kelompok masyarakat (penguatan kelompok
masyarakat untuk dapat memanfaatkan akses ekonomi, sosial, politik bagi
peningkatan keSejahteraan masyarakat). Beberapa kebijakan tersebut
diharapkan dapat benar-benar ditindaklanjuti dengan
langkah riil untuk mendorong peningkatan kemampuan masyarakat, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Komentar
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
 Prevalensi gizi buruk dan berkualitas SDM adalh
brbeda dstiap daerah sesuai dengan
permasalahan dan potensi daerahnya.
 Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketahann
pangan nasional harus dimulai dengan
penguatan ketahanan pangan daerah, yaitu
dengan melakukan advokasi kembali yang lebih
kepada pemerintah daerah.
 Penguatan ketahanan pangan daerah dilakukan
dengan melakukan advokasi kembali yg lbih
intensif kpd pemerintah daerah karena sesuai PP
No. 68 tentang ketahann pangan, pemerintah
daerah mmpunyai tugas dn tanggung jawab untuk
mewujudkan kethann pangn daerah.
 Bersamaan dgn hal tersbut, pemerintah daerah
harus terus berupaya untuk mensosialisasi
kelembagaan ketahanan pangan daerah yang
terbentuk & mndorong ke ikutsertaan swasta &
masyarakat turut berperan dlm mewujudkn
ketahanan pangan daerah.
 Bagaimana pendapat anda tentang kosumsi pangan pada
saat krisis moneter ?
Jawab ::
Pada saat sebelum krisis moneter, tingkat kosumsi pangan
mengalami peningkatan, namun pada waktu krisis ekonomi
semua berbagai jenis pangan mengalami penurunan. Pada
masa krisis in terjadi penyesuaian startegi dalam
pencapaian pemenuhan kebutuhan pangan. Dengan daya
beli yang menurun, masyarakat telah mengurangi jenis
pangan yang harganya mahal dengan mensibtitusi dengan
jenis pangan dengan harga yang relatif murah seperti
ditunjukkan oleh penurunan kosumsi pangan hewani dan
peningkatan kosumsi tahu dan tempe. Sehingga pada
kondisi tersebut kosumsi pangan hewani yang harganya
relatif mahal menurun, dan sebaliknya kosumsi tahu dan
tempe terjadi peningkatan.
Kumpulan Pertanyaan dan Jawabannya
 Tolong jelaskan perbedaan kerawanan dan ketahanan
pangan dan bagaimana mengatasi keduanya ?
Jawab ::
Rawan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi
ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang cukup
dan sesuai utnuk hidup sehat dan beraktivitas dengan baik
utnuk sementara waktu dalam jangka panjang
Sedangkan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1)
tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah
maupun mutunya; (2) aman; (3)merata; dan (4) terjangkau.
(Undang-undang No. 7 Tahun 1996)
 Untuk mengatasi masalah keduanya (meningkatkan
ketahann pangan dan mengurangi kerawanan pangan)
maka hal2 yang perlu diwujudkan adlah:
a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang
cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas,
mencakup pangan yang berasal dari tanaman,ternak, dan
ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang
bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan
bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.
c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan
pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh
tanah air.
d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan
pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang
terjangkau.
 Apa arti dari revitalisasi pertanian ?
Jawab :
Revitalisasi pertanian dalam arti luas dilakukan untuk mendukung
pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di
perdesaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
 Bagaimana pendapat anda terhadap PPH (Pola Pangan Harapan)
terhadap penguatan ketahanan pangan daerah ?
Jawab :
kita ketahui bersama, bahwa Pola Pangan Harapan (PPH) adalah
jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi berdasarkan kontribusi zat gizi energi
masing-masing kelompok pangan. Dengan demikian, dengan
adanya pendekatan Pola Pangan Harapan, keadaan perencanaan
penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diharapkan dapat
memenuhi tidak hanya kecukupan gizi (nutritional adequency), akan
tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi
(nutritional balance) yang didukung oleh citarasa (palatability), daya
guna (digestability),daya terima masyarakat
(acceptability), kuantitas, dan kemampuan daya beli (affortablity).
KELOMPOK IV
 Lilik Sofiatus Sholeha
 Ucy oktaviani
 Mukaramah
 Padli
 Ronawati
 Wicky widianto

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Diversifikasi pangan pendorong konsumsi b2 sa
Diversifikasi pangan  pendorong konsumsi b2 saDiversifikasi pangan  pendorong konsumsi b2 sa
Diversifikasi pangan pendorong konsumsi b2 sa
BP4K
 
Memahami konsep neraca bahan makanan
Memahami konsep neraca bahan makananMemahami konsep neraca bahan makanan
Memahami konsep neraca bahan makanan
riri_hermana
 
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
Imo Priyanto
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpadu
Ieke Ayu
 

Mais procurados (20)

Diversifikasi pangan pendorong konsumsi b2 sa
Diversifikasi pangan  pendorong konsumsi b2 saDiversifikasi pangan  pendorong konsumsi b2 sa
Diversifikasi pangan pendorong konsumsi b2 sa
 
Memahami konsep neraca bahan makanan
Memahami konsep neraca bahan makananMemahami konsep neraca bahan makanan
Memahami konsep neraca bahan makanan
 
BUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptxBUDIDAYA MAGOT.pptx
BUDIDAYA MAGOT.pptx
 
[SMAN 1 JEMBER-XI IPS 1] Ketahanan pangan
[SMAN 1 JEMBER-XI IPS 1] Ketahanan pangan[SMAN 1 JEMBER-XI IPS 1] Ketahanan pangan
[SMAN 1 JEMBER-XI IPS 1] Ketahanan pangan
 
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
 
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak
 
2. neraca bahan makanan april 2017
2. neraca bahan makanan april 20172. neraca bahan makanan april 2017
2. neraca bahan makanan april 2017
 
Hutan adat
Hutan adat Hutan adat
Hutan adat
 
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)
 
Kearifan lokal dan kemandirian pangan di aras desa 101112021
Kearifan lokal dan  kemandirian pangan di aras desa 101112021Kearifan lokal dan  kemandirian pangan di aras desa 101112021
Kearifan lokal dan kemandirian pangan di aras desa 101112021
 
PANDEMI COVID-19 DAN KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA
PANDEMI COVID-19 DAN KETAHANAN PANGAN DI INDONESIAPANDEMI COVID-19 DAN KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA
PANDEMI COVID-19 DAN KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA
 
Blak Blakan Soal Ketahanan Pangan di Indonesia
Blak Blakan Soal Ketahanan Pangan di IndonesiaBlak Blakan Soal Ketahanan Pangan di Indonesia
Blak Blakan Soal Ketahanan Pangan di Indonesia
 
Konsep ketahanan
Konsep ketahananKonsep ketahanan
Konsep ketahanan
 
Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Pangan
Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Pangan
Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Pangan
 
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada GiziSistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
 
Kebijakan Pangan dan Gizi
Kebijakan Pangan dan GiziKebijakan Pangan dan Gizi
Kebijakan Pangan dan Gizi
 
MATERI GAP.pptx
MATERI GAP.pptxMATERI GAP.pptx
MATERI GAP.pptx
 
Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi
 
Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2Materi pertemuan 2
Materi pertemuan 2
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpadu
 

Semelhante a Keamanan dan Ketahanan Pangan

Kompendium ketahanan-pangan
Kompendium ketahanan-panganKompendium ketahanan-pangan
Kompendium ketahanan-pangan
ade_pitra
 
DFDDB4F5-3371-4181-A758-6077FE06E5AB.pdf
DFDDB4F5-3371-4181-A758-6077FE06E5AB.pdfDFDDB4F5-3371-4181-A758-6077FE06E5AB.pdf
DFDDB4F5-3371-4181-A758-6077FE06E5AB.pdf
AbrielEka
 
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasionalKebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Herry Mulyadie
 
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan panganPeranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Herry Mulyadie
 
Kertas karya diversifikasi pangan
Kertas karya diversifikasi panganKertas karya diversifikasi pangan
Kertas karya diversifikasi pangan
Edi Suryadi
 
89902346KebijakanKetahananPangan_StafAhliGub.pdf
89902346KebijakanKetahananPangan_StafAhliGub.pdf89902346KebijakanKetahananPangan_StafAhliGub.pdf
89902346KebijakanKetahananPangan_StafAhliGub.pdf
AriesMIqbal
 
copyofketahananpangan2-130330115935-phpapp01.pdf
copyofketahananpangan2-130330115935-phpapp01.pdfcopyofketahananpangan2-130330115935-phpapp01.pdf
copyofketahananpangan2-130330115935-phpapp01.pdf
NuriantiL
 
Epg kelompKAITAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA & PENDIDIKAN YANG MEMPENGARUHI GIZI BU...
Epg kelompKAITAN  FAKTOR SOSIAL BUDAYA & PENDIDIKAN YANG MEMPENGARUHI GIZI BU...Epg kelompKAITAN  FAKTOR SOSIAL BUDAYA & PENDIDIKAN YANG MEMPENGARUHI GIZI BU...
Epg kelompKAITAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA & PENDIDIKAN YANG MEMPENGARUHI GIZI BU...
Mutia Rizqa Ofir
 

Semelhante a Keamanan dan Ketahanan Pangan (20)

Bulog
BulogBulog
Bulog
 
Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Menuju Pengembangan Wilayah Berbasis Komo...
Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Menuju Pengembangan Wilayah Berbasis Komo...Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Menuju Pengembangan Wilayah Berbasis Komo...
Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Menuju Pengembangan Wilayah Berbasis Komo...
 
Kompendium ketahanan-pangan
Kompendium ketahanan-panganKompendium ketahanan-pangan
Kompendium ketahanan-pangan
 
Ketersediaan pangan kelompok 2
Ketersediaan pangan kelompok 2Ketersediaan pangan kelompok 2
Ketersediaan pangan kelompok 2
 
Kapus kap forum anti korupsi indonesia 2014
Kapus kap   forum anti korupsi indonesia 2014Kapus kap   forum anti korupsi indonesia 2014
Kapus kap forum anti korupsi indonesia 2014
 
DFDDB4F5-3371-4181-A758-6077FE06E5AB.pdf
DFDDB4F5-3371-4181-A758-6077FE06E5AB.pdfDFDDB4F5-3371-4181-A758-6077FE06E5AB.pdf
DFDDB4F5-3371-4181-A758-6077FE06E5AB.pdf
 
3 MATERI PEPPGBM PERTEMUAN 9 TGL 6-4-2022 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PANG...
3 MATERI PEPPGBM  PERTEMUAN 9 TGL 6-4-2022 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PANG...3 MATERI PEPPGBM  PERTEMUAN 9 TGL 6-4-2022 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PANG...
3 MATERI PEPPGBM PERTEMUAN 9 TGL 6-4-2022 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PANG...
 
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasionalKebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
Kebijakan pangan dan ketahanan pangan nasional
 
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan panganPeranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
Peranan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan
 
Kertas karya diversifikasi pangan
Kertas karya diversifikasi panganKertas karya diversifikasi pangan
Kertas karya diversifikasi pangan
 
292793778-KETAHANAN-PANGAN.pptx
292793778-KETAHANAN-PANGAN.pptx292793778-KETAHANAN-PANGAN.pptx
292793778-KETAHANAN-PANGAN.pptx
 
majalah
majalahmajalah
majalah
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdf
 
89902346KebijakanKetahananPangan_StafAhliGub.pdf
89902346KebijakanKetahananPangan_StafAhliGub.pdf89902346KebijakanKetahananPangan_StafAhliGub.pdf
89902346KebijakanKetahananPangan_StafAhliGub.pdf
 
Food security
Food securityFood security
Food security
 
copyofketahananpangan2-130330115935-phpapp01.pdf
copyofketahananpangan2-130330115935-phpapp01.pdfcopyofketahananpangan2-130330115935-phpapp01.pdf
copyofketahananpangan2-130330115935-phpapp01.pdf
 
Hand Out Pip
Hand Out PipHand Out Pip
Hand Out Pip
 
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptxAyumie valencia(ppt 3).pptx
Ayumie valencia(ppt 3).pptx
 
Epg kelompKAITAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA & PENDIDIKAN YANG MEMPENGARUHI GIZI BU...
Epg kelompKAITAN  FAKTOR SOSIAL BUDAYA & PENDIDIKAN YANG MEMPENGARUHI GIZI BU...Epg kelompKAITAN  FAKTOR SOSIAL BUDAYA & PENDIDIKAN YANG MEMPENGARUHI GIZI BU...
Epg kelompKAITAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA & PENDIDIKAN YANG MEMPENGARUHI GIZI BU...
 
kompleksitas penguatan ketahanan pangan
kompleksitas penguatan ketahanan pangankompleksitas penguatan ketahanan pangan
kompleksitas penguatan ketahanan pangan
 

Mais de Lilik Sholeha

Mais de Lilik Sholeha (10)

Kadarzi
KadarziKadarzi
Kadarzi
 
Distribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam TubuhDistribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam Tubuh
 
ADM Rumah Sakit
ADM Rumah SakitADM Rumah Sakit
ADM Rumah Sakit
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Sistem pencernaan
Sistem pencernaanSistem pencernaan
Sistem pencernaan
 
Sistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuhSistem pertahanan tubuh
Sistem pertahanan tubuh
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Konsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagaiKonsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagai
 
Bj. habibie
Bj. habibieBj. habibie
Bj. habibie
 
Epidemiologi Penyakit Menular
Epidemiologi Penyakit MenularEpidemiologi Penyakit Menular
Epidemiologi Penyakit Menular
 

Keamanan dan Ketahanan Pangan

  • 1.
  • 2. PENGUATAN KETAHANAN PANGAN DAERAH UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL Oleh : Mewa Ariani
  • 3. Bagi Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar (215 juta orang), masalah pangan selalu merupakan masalah yang sensitif. Sering terjadi gejolak politik karena dipicu oleh kelangkaan dan naiknya harga pangan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pangan bukan sekedar komoditas ekonomi tetapi juga menjadi komoditas politik yang memiliki dimensi sosial yang luas (Sambutan Menko Perekonomian, 2005) Ketahanan pangan telah menjadi komitmen nasional berdasarkan pada pemahaman atas peran strategis dalam pembangunan nasional.
  • 4. Ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
  • 5. Berkaitan dengan ketahanan pangan juga terdapat dalam Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang salah satunya bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan baik pada tingkat rumah tangga, daerah maupun nasional. Pada tanggal 11 Juni 2005, pemerintah mencanangkan strategi kebijakan yang disebut Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Strategi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan petani-hutan;
  • 6. Kami setuju dengan Komitmen Indonesia untuk mewujudkan ketahanan pangan dalam peraturan pemerintah RI yang trtulis dalm jurnal Mewa Ariani, karena Ketersediaan pangan merupakan hal penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, khususnya kebutuhan makanan sebagai kebutuhan dasar manusia. Seiring dengan perkembangan penduduk dan kondisi masyarakat, kebutuhan akan ketersediaan pangan yang cukup, aman dan berkualitas semakin menjadi tuntutan. Oleh karena itu, peningkatan ketahanan pangan harus dilakukan secara terus menerus. Komentar
  • 7. Menurut Pribadi (2005) cakupan ketahanan pangan adalah : 1)Ketersediaan pangan yang mencakup produksi, cadangan dan pemasukan, 2)Distribusi/aksesibilitas mencakup fisik (mudah dijangkau) dan ekonomi (terjangkau daya beli), serta 3)Konsumsi mencakup mutu dan keamanan serta kecukupan gizi individu. .
  • 8. 4 E L E M E N U N T U K M E N C A P A I K E T A H A N A N P A N G A N Tersedianya pangan yang cukup yang sebagian besar berasal dari produksi sendiri; Stabilitas ketersediaan pangan sepanjang tahun, tanpa pengaruh musim; Akses atau keterjangkauan terhadap pangan yang dipengaruhi oleh aksesf isik dan ekonomi terhadap pangan, dan Kualitas konsumsi pangan serta keamanan pangan.
  • 9. Sistem ketahanan pangan di Indonesia secara komprehensif meliputi empat sub-sistem, yaitu: (i) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh penduduk, (ii) distribusi pangan yang lancar dan merata, serta dapat diakses oleh masyarakat, (iii) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi seimbang dan aman, yang berdampak pada (iv) status gizi masyarakat. (Nuhfil Hanani AR) . Komentar Tambahan
  • 10. Dengan demikian, sistem ketahanan pangan dan gizi tidak hanya menyangkut soal produksi, distribusi, dan penyediaan pangan ditingkat makro (nasional dan regional), tetapi juga menyangkut aspek mikro, yaitu akses pangan di tingkat rumah tangga dan individu serta status gizi anggota rumah tangga, terutama anak dan ibu hamil dari rumah tangga miskin. Konsep ketahanan pangan yang luas bertolak pada tujuan akhir dari ketahanan pangan yaitu tingkat kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, sasaran pertama Millenium Development Goals (MGDs) bukanlah tercapainya produksi atau penyediaan pangan, tetapi menurunkan kemiskinan dan kelaparan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka mencpai Indonesia tahan pangan, maka keempat aspek tesebut harus menjadi acuan. Berdasarkan kondisi dan capaian ketahanan pangan, maka isu strategis yang harus dipertahatikan adalah : (1) sistem produksi pangan nasional, (2) ketersediaan pangan dan keterjangkaun pangan di seluruh daerah, (3) kecukupan konsumsi pangan dan gizi, (4) diversifikasi pangan yang berkaitan dengan konsumsi pangan beragam dan bergi zi seimbang, (5) keamanan pangan segar dan pangan olahan, (6) kerawanan pangan berkaitan erat dengan kemiskinan, dan masalah (7) beban ganda status gizi masyarakat.
  • 11. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN KEMANDIRIAN PANGAN Ketersediaan pangan merupakan prasyarat penting bagi keberlanjutanmkonsumsi, namun dinilai belum mencukupi (necessary but not sufficient) dalam konteks ketahanan pangan, karena masih banyak variabel yang berpengaruh untuk mencapai ketahanan pangan tingkat daerah dan rumah tangga. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (domestik). Bila terjadi kelebihan (surplus), pangan tersebut dapat diperdagangkan antar wilayah terutama bagi wilayah yang mengalami defisit pangan dan ekspor. Sebaliknya bila terjadi defisit, sebagian pangan untuk konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi dari pasar luar negeri atau impor.
  • 12. Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan antar waktu merupakan tantangan dalam menjamin distribusi pangan agar tetap lancar sampai ke seluruh wilayah konsumen sepanjang waktu. Pada beberapa daerah kepedulian dan kemampuan mengelola kelancaran distribusi masih terbatas, sehingga sering terjadi ketidak stabilan pasokan dan harga pangan yang berdampak pada gangguan ketahanan pangan wilayah bersangkutan. Masalah dan tantangan dalam sistem distribusi pangan mencakup terbatasnya prasarana dan sarana perhubungan untuk menjangkau seluruh wilayah terutama daerah terpencil, keterbatasan sarana dan kelembagaan pasar, banyaknya pungutan resmi dan tidak resmi, tingginya biaya angkutan dibandingkan negara lain, gangguan keamanan serta pengaturan dan kebijakan. Komentar
  • 13. PERKEMBANGAN TINGKAT DAN KUALITAS KONSUMSI PANGAN  persyaratan kecukupan untuk keberlanjutan konsumsi pangan adalah adanya aksesibilitas fisik & ekonomi terhadap pangan.  Dengan demikian data kosumsi pangan secara rill menunjukkan kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan.  Pendapatan tingkat konsumsi pangan secara emplisit merefleksikan variabel pendapatan atau daya beli masyarakat.  Variabel ini sbgai fktor utama dlm menentukan jmlah dn jnis pngan yg dikonsumsi oleh rumah tangga.
  • 14. Kualitas konsumsi pangan penduduk dapat digambarkan melalui keragaman konsumsi pangan penduduk (gram/kap/hari dan kgram/kap/tahun), konsumsi energi penduduk (kkal/kap/hari) dan konsumsi protein penduduk (gram/kap/hari). Salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kualitas konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH). PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi dan agama. Komposisi kelompok pangan tersebut mencakup: padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta kelompok pangan lainnya. Komentar
  • 15. Aspek penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan meliputi: 1) Tingkat Konsumsi Pangan Nasional Berdasarkan Pola Pangan Harapan; 2) Perkembangan Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein; 3) Rata-rata Konsumsi Kelompok Pangan Rumah Tangga; 4) Konsumsi Penduduk Indonesia Terhadap Berbagai Kelompok Makanan; 5) Sasaran Pola Pangan Harapan Lima Tahun kedepan; 6) Perkembangan Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia dalam Lima Tahun; 7) Perkembangan Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan 8) Data Kejadian Keracunan Pangan; 9) Hasil Uji Laboratorium Keamanan Pangan Beberapa Komoditas dari 11 Propinsi.
  • 16. PERLUNYA PENGUATAN KETAHANAN PANGAN DAERAH  Situasi ketahanan pangan scr nasional dri wktu kwaktu tlh mmbaik.  Sbgian bsar produksi pangan mngalami pningkatan & rasio impor pangan trhdap ktersdiaan pngan dlm negri jg reltif kcil.  Bahkan ktersediaan pngan dlm bntuk energi & protein sdh mlbihi dri yg tlh dianjurkan.  Namun, dgn mmperhatikn kinerja ketahann pngan scr nasional tdklah ckup.  Kenyataannya prmasalhan kurng gizi & kualitas SDM muncul dmana-mana...
  • 17.  Gizi butuk atau dlm masyrkt biasa dsbut busung lapar adlh bntuk terprah dri proses trjadinya kkurangan gizi mnahun. Gizi bruk yg dsertai dgn tanda2 klinis dsbut marasmus & kwashiorkor.  Gizi buruk scr lngsung maupun tdk lngsung dpat mmpengaruhi kecerdasan anak, mnganggu pertumbuhn & prkembangan serta mnurunkn produktivitas, yg akhirnya mnurunkn kualitas SDM.  Dari aspek pnyebab, gizi buruk sngat terkait dgn kondisi daya beli kluarga, tngkat pendidikn & pola asupan kluarga serta keadaan ksehatan.
  • 18.  IPM mrupkn indeks komposit yg trdiri dri umur harapan hdup, tingkt melek huruf & pndaptn perkapita.  Kondisi ini mnunjukkn bahwa dsetiap daerah mmpunyai prmasalhan yg brbeda-beda sbgai akibat prbedaan penguasaan teknologi, klembagaan pndukung, SDA, SDM, & infrastruktur fisik yg brbeda.  Adanya prbedaan2 prmsalhan & potensi atau sumberdaya dstiap daerah trsbut hrus mnghruskan kbijakan pngan trutama trkait dgn ktahann pngn tdk bisa lg dlhat scra general atau nasional, ttpi hrus spesifik daerah agr program2 dpt dlaksankn dgn baik, tpat sasaran, & brdampk nyata.  Apalagi Indonesia tlh brkomitmen untk mnrunkn kmiskinn sprti yg tlh diamati MDG, jmlh kmiskinn yg hrus dtuntskan adlh 7jt org/thn slma 10 thn. (Dewan Ketahanan Pangan & FAO,2005)
  • 19. Dalam rangka penguatan ketahanan pangan, pemerintah daerah Provinsi Jambi telah menetapkan beberapa kebijakan daerah guna mengakselerasi penguatan ketahanan pangan. Beberapa kebijakan tersebut tidak hanya bersifat teknis, namun bersifat penguatan kepada masyarakat, antara lain: enterpreneurship (pengembangan kewirausahaan dan peningkatan skala usaha bagai para pelaku), networking (pengembangan jejaring kerja melalui penciptaan dan penguatan jejaring iv kerja baik secara internal provinsi, mauapun antar instansi, komunitas bisnis dan kerjasama internasional; teknologi dan inovasi; empowering (pemberdayaan masyarakat agar mampu menentukan pilihan yang terbaik dalam memanfaatkan sumberdaya menuju kemandirian dan kesejahteraan); penguatan kelembagaan kelompok masyarakat (penguatan kelompok masyarakat untuk dapat memanfaatkan akses ekonomi, sosial, politik bagi peningkatan keSejahteraan masyarakat). Beberapa kebijakan tersebut diharapkan dapat benar-benar ditindaklanjuti dengan langkah riil untuk mendorong peningkatan kemampuan masyarakat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Komentar
  • 20. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN  Prevalensi gizi buruk dan berkualitas SDM adalh brbeda dstiap daerah sesuai dengan permasalahan dan potensi daerahnya.  Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketahann pangan nasional harus dimulai dengan penguatan ketahanan pangan daerah, yaitu dengan melakukan advokasi kembali yang lebih kepada pemerintah daerah.
  • 21.  Penguatan ketahanan pangan daerah dilakukan dengan melakukan advokasi kembali yg lbih intensif kpd pemerintah daerah karena sesuai PP No. 68 tentang ketahann pangan, pemerintah daerah mmpunyai tugas dn tanggung jawab untuk mewujudkan kethann pangn daerah.  Bersamaan dgn hal tersbut, pemerintah daerah harus terus berupaya untuk mensosialisasi kelembagaan ketahanan pangan daerah yang terbentuk & mndorong ke ikutsertaan swasta & masyarakat turut berperan dlm mewujudkn ketahanan pangan daerah.
  • 22.
  • 23.  Bagaimana pendapat anda tentang kosumsi pangan pada saat krisis moneter ? Jawab :: Pada saat sebelum krisis moneter, tingkat kosumsi pangan mengalami peningkatan, namun pada waktu krisis ekonomi semua berbagai jenis pangan mengalami penurunan. Pada masa krisis in terjadi penyesuaian startegi dalam pencapaian pemenuhan kebutuhan pangan. Dengan daya beli yang menurun, masyarakat telah mengurangi jenis pangan yang harganya mahal dengan mensibtitusi dengan jenis pangan dengan harga yang relatif murah seperti ditunjukkan oleh penurunan kosumsi pangan hewani dan peningkatan kosumsi tahu dan tempe. Sehingga pada kondisi tersebut kosumsi pangan hewani yang harganya relatif mahal menurun, dan sebaliknya kosumsi tahu dan tempe terjadi peningkatan. Kumpulan Pertanyaan dan Jawabannya
  • 24.  Tolong jelaskan perbedaan kerawanan dan ketahanan pangan dan bagaimana mengatasi keduanya ? Jawab :: Rawan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai utnuk hidup sehat dan beraktivitas dengan baik utnuk sementara waktu dalam jangka panjang Sedangkan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3)merata; dan (4) terjangkau. (Undang-undang No. 7 Tahun 1996)
  • 25.  Untuk mengatasi masalah keduanya (meningkatkan ketahann pangan dan mengurangi kerawanan pangan) maka hal2 yang perlu diwujudkan adlah: a. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman,ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama. c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air. d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.
  • 26.  Apa arti dari revitalisasi pertanian ? Jawab : Revitalisasi pertanian dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja terutama di perdesaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.  Bagaimana pendapat anda terhadap PPH (Pola Pangan Harapan) terhadap penguatan ketahanan pangan daerah ? Jawab : kita ketahui bersama, bahwa Pola Pangan Harapan (PPH) adalah jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi berdasarkan kontribusi zat gizi energi masing-masing kelompok pangan. Dengan demikian, dengan adanya pendekatan Pola Pangan Harapan, keadaan perencanaan penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diharapkan dapat memenuhi tidak hanya kecukupan gizi (nutritional adequency), akan tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi (nutritional balance) yang didukung oleh citarasa (palatability), daya guna (digestability),daya terima masyarakat (acceptability), kuantitas, dan kemampuan daya beli (affortablity).
  • 27. KELOMPOK IV  Lilik Sofiatus Sholeha  Ucy oktaviani  Mukaramah  Padli  Ronawati  Wicky widianto