TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
Kinetika adsorpsi
1. INTISARI
KINETIKA ADSORPSI
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Kinetika Adsorpsi”. Dalam percobaan ini
akan dilakukan kajian kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dalam larutan.
Terdapat dua macam konsentrasi larutan CH₃COOH yang diuji yaitu 0,5 N dan 1 N.
Larutan CH₃COOH berperan sebagai adsorbat, sedangkan karbon aktif berperan sebagai
adsorben. Terdapat lima sampel CH₃COOH 0,5 N dan 1 N. Karbon aktif ini ditambahkan ke
dalam masing-masing sampel larutan CH₃COOH dan kemudian diaduk dan didiamkan pada
selang waktu 15, 30, 45, 60, dan 1440 menit. Setelah itu larutan disaring untuk diambil
filtratnya dan dititrasi menggunakan NaOH 0,5 N.
Berdasarkan volume NaOH 0,5 N maka dapat diketahui konsentrasi CH₃COOH
setelah mengalami adsorpsi. Pada CH₃COOH 0,5 N saat didiamkan 15 menit konsentrasi
CH₃COOH yaitu 0,4 N, saat didiamkan 30 menit konsentrasi CH₃COOH yaitu 0,31 N, saat
didiamkan 45 menit konsentrasi CH₃COOH yaitu 0,365 N, saat didiamkan 60 menit
konsentrasi CH₃COOH yaitu 0,3125 N, dan saat didiamkan 1440 menit konsentrasi CH₃COOH
yaitu 0,2375 N. Sedangkan, pada larutan CH₃COOH 1 N, saat didiamkan 15 menit
konsentrasi CH₃COOH yaitu 1,5 N, saat didiamkan 30 menit konsentrasi CH₃COOH yaitu 1,45
N, saat didiamkan 45 menit konsentrasi CH₃COOH yaitu 1,35 N, saat didiamkan 60 menit
konsentrasi CH₃COOH yaitu 1,2 N, dan saat didiamkan 1440 menit konsentrasi CH₃COOH
yaitu 1,01 N. Berdasakan hasil tersebut dibuat grafik orde satu, dua, dan tiganya, dan
diperoleh hasil baik pada CH₃COOH 0,5 N dan 1 N mengikuti orde tiga.
Kata kunci: kinetika, adsorpsi, adsorben, adsorbat, titrasi
2. KINETIKA ADSORPSI
TUJUAN PERCOBAAN
Dalam percobaan ini akan dilakukan kajian kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam
asetat dalam larutan
TINJAUAN PUSTAKA
Adsorpsi atau penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan
padatan atau kadang-kadang cairan. Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada
suatu permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat
menyerap zat lain disebut adsorben. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi, sebab pada proses
absorpsi zat yang terserap menembus ke dalam zat penyerap (Daintith, 1994).
Peristiwa adsorpsi yang terjadi jika berada pada permukaan dua fasa yang bersih
ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan sangat mempengaruhi sifat
permukaan. Komponen yang ditambahkan adalah molekul yang teradsorpsi pada
permukaan (dan karenanya dinamakan surface aktif). Jumlah zat yang terserap setiap berat
adsorbens, tergantung konsentrasi dari zat terlarut. Namun demikian, bila adsorbens sudah
jenuh, konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Adsorpsi dan desorpsi (pelepasan) merupakan
kesetimbangan (Atkins, 1990).
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben
dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik
atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat
atau zat cair mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang
mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya
adsorpsi (Sukardjo, 1985).
Adsorben merupakan zat yang dapat menyerap atau menarik gas lembapan atau
cairan ke dalam pori-porinya. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat
tertentu. Dalam memilih adsorben disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan
diadsorpsi. Sedangkan adsorbat merupakan zat yang terserap ke dalam pori-pori zat padat
(Pudjaatmaka, 1999).
Terdapat dua macam adsorbsi, yaitu dalam fisisorpsi dan kimisorpsi. Dalam fisisorpsi
(adsorbsi fisika), terdapat interaksi Van der Waals antara adsorbat dan substrat. Antaraksi
Van der Waals mempunyai jarak jauh tetapi lemah, dan energi yang dilepaskan jika partikel
terfisisorpsi mempunyai orde besaran yang sama dengan entalpi kondensasi. Entalpi
fisisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperature sampel dengan kapasitas
kalor yang diketahui dan nilai khas berada sekitar 20 kJ/mol. Sementara itu, dalam
kimisorpsi (adsorpsi kimia), partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan
kimia (biasanya ikatan kovalen). Entalpi kimisorpsi jauh lebih besar dibandingkan fisisorpsi,
dan nilai khasnya sekitar -200 kJ/mol (Atkins, 1990).
Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu orde satu, dua
dan tiga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat dipelajari hubungan konsentrasi spesies terhadap
3. perubahan waktu. Kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dapat ditentukan
dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat sebagai fungsi waktu dan
menganalisisnya dengan analisis harga k (konstanta kesetimbangan adsorpsi) atau dengan
grafik. Orde satu menyatakan grafik hubungan antara ln C dengan t yang merupakan garis
lurus dengan slope k dan intersep ln Co. Orde dua menyatakan grafik hubungan antara 1/C
dengan t yang merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep 1/Co. Orde tiga
menyatakan grafik hubungan antara 1/C2 dengan t yang merupakan garis lurus dengan slope
2 k dan intersep 1/Co2 (Tony, 1987).
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan dalam percobaan ini meliputi buret, Erlenmeyer,
gelas ukur, labu ukur, corong gelas, gelas beker, statif, gelas arloji, timbangan
analitik, dan magnetic stirrer.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi larutan NaOH 0,5
N, larutan CH₃COOH 1 N, indicator PP, karbon aktif, dan kertas saring.
Cara Kerja
Lima buah Erlenmeyer masing-masing diisi dengan larutan CH₃COOH 1 N
sebanyak 25 ml dan lima buah Erlenmeyer lain diisi masing-masing dengan larutan
CH₃COOH 0,5 N (100 ml CH₃COOH 1 N diencerkan ke dalam 200 ml akuades)
sebanyak 25 ml pula. Pada setiap Erlenmeyer lalu ditambahkan 2 gram karbon aktif
dan diaduk selama 1 menit. Setelah itu, dibiarkan dalam selang waktu masingmasing 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, dan 24 jam (1440 menit). Kemudian,
larutan tersebut disaring dan diambil 10 ml filtratnya, ditambah 3 tetes indicator PP,
dan dititrasi dengan NaOH 0,5 N.
HASIL PERCOBAAN
Adsorpsi CH₃COOH 0,5 N
t (menit)
ln C
15
30
45
60
1440
C (N)
0,4 N
0,31 N
0,365 N
0,3125 N
0,2375 N
-0,904
-1,171
-1,008
-1,163
-1,438
C (N)
ln C
Adsorpsi CH₃COOH 1 N
t (menit)
2,469
3,226
2,740
3,200
4,21
6,097
10,406
7,506
10,240
17,728
4. 15
30
45
60
1440
1,5 N
1,45 N
1,35 N
1,2 N
1,01 N
0,405
0,372
0,300
0,182
0,010
0,667
0,690
0,741
0,833
0,99
0,444
0,476
0,549
0,694
0,98
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini akan ditentukan kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap
CH₃COOH (asam asetat) dalam larutan. Terdapat dua macam konsentrasi larutan CH₃COOH
yang digunakan, yaitu CH₃COOH 0,5 N dan CH₃COOH 1 N.
Dalam percobaan ini dilakukan proses kinetika adsorpsi, di mana kinetika adsorpsi
sendiri merupakan suatu proses penyerapan suatu zat adsorbat pada permukaan adsorben
dalam fungsi waktu. Di mana pada percobaan ini digunakan adsorbat berupa larutan
CH₃COOH, sedangkan yang berfungsi sebagai adsorben yaitu karbon aktif/norit.
Karbon aktif merupakan karbon yang mempunyai rumus kimia C dan berbentuk
amorf, di mana telah mengalami perubahan baik sifat-sifat fisik maupun kimianya.
Hal ini menjadikan permukaan karbon aktif lebih luas (300-2000 m²/gram) yang
mana berhubungan dengan struktur poriinternal yang menjadikan karbon aktif bersifat
sebagai adsorben.
Karbon aktif yang digunakan di percobaan ini yakni dalam bentuk serbuk di
mana memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dalam bentuk
bongkahan atau batangan. Karbon aktif ini memiliki struktur berpori dan luas permukaan yang
besar, sehingga diharapkan efektif untuk melakukan penyerapan terhadap adsorbat. Luas permukaan
adsorban akan berpengaruh terhadap banyaknya substansi adsorbat yang nantinya dapat melekat
pada adsorban. Sehingga, dengan luas permukaan karbon aktif yang luas inilah diharapkan semakin
banyaknya CH₃COOH yang akan melekat pada permukaan karbon aktif tersebut.
Saat larutan CH₃COOH telah ditambah dengan karbon aktif, larutan perlu diaduk
selama satu menit menggunakan magnetic stirrer. Penggunaan magnetic stirrer yakni agar
kapasitas (kekuatan) pengadukan pada setiap larutan sama. Sementara itu, pengadukan
bertujuan untuk menjadikan larutan homogen dan juga untuk lebih mengaktifkan karbon
aktif sehingga pori-pori karbon menjadi lebih besar dan memperluas permukaan karbon
yang mana dapat mempermudah proses adsorpsi.
Larutan yang telah diaduk kemudian perlu didiamkan terlebih dahulu dengan
rentang waktu 15, 30, 45, 60, dan 1440 menit. Tujuan pendiaman ini yaitu agar proses
adsorpsi yang terjadi pada permukaan zat bisa berlangsung sempurna dan tercapai
kesetimbangan antara adsorben dan adsorbatnya. Perbedaan waktu pada proses
pendiaman ini tentu akan memberikan pengaruh terhadap proses adsorpsinya. Semakin
lama waktu pendiamannya, maka jumlah yang teradsorpsi juga semakin banyak, di mana
ditunjukkan dengan konsentrasi larutan CH₃COOH dalam larutan yang semakin rendah. Hal
ini disebabkan karena semakin lama waktu pendiaman berarti semakin lama terjadinya
5. proses adsorpsinya yang mana dapat memungkinkan proses difusi dan penyerapan molekul
adsorbat CH₃COOH berlangsung lebih baik terhadap ardsorbennya.
Saat larutan didiamkan terjadi proses kinetika adsorpsi, di mana dengan adanya
karbon aktif menyebabkan adsorben dan adsorbat membentuk gaya tarik menarik antar
molekul (terjadi ikatan kimia fisika). Dikarenakan tidak adanya gaya lain yang mengimbangi
gaya tersebut, sehingga molekul-molekul tersebut mengalami gaya tarik ke dalam. Partikelpartikel kecil adsorban yang dilepaskan pada adsorpsi kimia merupakan ikatan kuat antara
adsorban dengan adsorbat, sehingga tidak memungkinkan terjadi proses bolak-balik.
Larutan yang telah didiamkan dengan selang waktu tertentu tersebut kemudian di
disaring sehingga diperoleh filtrat yang berwarna bening. Penyaringan dapat dilakukan tidak
hanya sekali, karena apabila diperoleh filtrat yang masih mengandung karbon aktif (larutan
bening tapi masih mengandung sedikit serbuk hitam) maka larutan perlu disaring ulang
hinga benar-benar diperoleh filtrat yang benar-benar bening.
Filtrate yang diperoleh kemudian dititrasi dengan NaOH 0,5 N. Titrasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui konsentrasi CH₃COOH setelah mengalami adsorpsi oleh
karbon aktif. Sebelumnya, ke dalam larutan CH₃COOH ditambahkan indicator PP.
Penggunaan indicator PP ini dikarenakan reaksi yang terjadi yakni antara asam lemah
(CH₃COOH) dengan basa kuat (NaOH), sehingga dimungkinkan saat mencapai titik ekivalen
larutan akan cenderung bersifat basa. Seperti yang telah diketahui bahwa indicator PP
memiliki range pH antara 8,2 – 10 (pH basa). Indicator ini akan menunjukkan perubahan
warna dari bening menjadi merah muda saat mencapai titik ekivalen.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa pada larutan CH₃COOH 0,5 N saat
didiamkan 15 menit konsentrasi CH₃COOH yaitu 0,4 N, saat didiamkan 30 menit konsentrasi
CH₃COOH yaitu 0,31 N, saat didiamkan 45 menit konsentrasi CH₃COOH yaitu 0,365 N, saat
didiamkan 60 menit konsentrasi CH₃COOH yaitu 0,3125 N, dan saat didiamkan 1440 menit
konsentrasi CH₃COOH yaitu 0,2375 N.
Sementara itu, pada larutan CH₃COOH 1 N diperoleh hasil saat didiamkan 15 menit
konsentrasi CH₃COOH yaitu 1,5 N, saat didiamkan 30 menit konsentrasi CH₃COOH yaitu 1,45
N, saat didiamkan 45 menit konsentrasi CH₃COOH yaitu 1,35 N, saat didiamkan 60 menit
konsentrasi CH₃COOH yaitu 1,2 N, dan saat didiamkan 1440 menit konsentrasi CH₃COOH
yaitu 1,01 N.
Data hasil percobaan di atas menunjukkan bahwa semakin lama waktu larutan
didiamkan, maka konsentrasi larutan CH₃COOH semakin kecil. Hal ini sesuai dengan yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin lama waktu pendiamannya, maka jumlah yang
teradsorpsi juga semakin banyak yang mana dapat memungkinkan proses difusi dan
penyerapan molekul adsorbat CH₃COOH berlangsung lebih baik terhadap ardsorbennya.
Namun, terdapat kejanggalan pada hasil konsentrasi CH₃COOH pada larutan CH₃COOH 0,5 N
dengan waktu pendiaman 30 menit, di mana konsentrasi CH₃COOH diperoleh 0,31 N,
sedangkan pada waktu pendiaman 45 menit konsentrasi CH₃COOH diperoleh 0,365 N. Hal
ini dimungkinkan karena karbon aktif yang digunakan telah mengalami kejenuhan sehingga
daya serapnya berkurang.
6. Sementara itu, apabila dibandingkan antara nilai konsentrasi pada larutan CH₃COOH
0,5 N dan larutan CH₃COOH 1 N, diketahui bahwa hasil konsentrasi CH₃COOH pada waktu
pendiaman yang sama, misalnya saat didiamkan selama 15 menit konsentrasi CH₃COOH
yang sebelumnya 0,5 N menjadi 0,4 N, artinya jumlah CH₃COOH yang teradsorpsi sebanyak
0,1 N. Sedangkan konsentrasi CH₃COOH yang sebelumnya 1 N menjadi 1,5 N menunjukkan
jumlah CH₃COOH yang teradsorpsi sebanyak 0,5 N. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi CH₃COOH maka jumlah CH₃COOH yang teradsorpsi oleh karbon aktif
pada waktu yang sama akan semakin banyak pula sesuai dengan daya adsorpsi optimum
karbon aktif pada konsentrasi tersebut.
Sebenarnya, pada percobaan adsorpsi CH₃COOH 1 N terjadi banyak kejanggalan.
Hasil percobaan menunjukkan konsentrasi CH₃COOH setelah diadsorpsi justru menjadi lebih
tinggi dibandingkan sebelum diadsorpsi. Padahal, seharusnya jika telah mengalami adsorpsi
maka konsentrasinya harus lebih rendah dari konsentrasi awal, karena beberapa molekul
adsorbat (CH₃COOH) teradsorpsi ke dalam adsorben (karbon aktif). Hal ini jelas dapat terjadi
karena besar volume NaOH 0,5 N yang digunakan untuk titrasi melebihi 10 ml, padahal
volume CH₃COOH yang digunakan hanya 10 ml. Sehingga, menyebabkan terjadi kelebihan
NaOH yang tentu akan mempengaruhi hasil konsentrasi CH₃COOH yang diperoleh menjadi
lebih tinggi dari konsentrasi awalnya.
Persamaan yang terjadi pada saat titrasi antara CH₃COOH dan NaOH adalah sebagai
berikut.
Berdasarkan hasil percobaan di atas maka dapat ditentukan kinetika adsorpsinya, di
mana berdasarkan tinjauan pustaka di atas menyatakan bahwa analisis kinetika adsorpsi
terbagi atas tiga bagian yaitu orde satu, dua dan tiga dengan menggunakan grafik hubungan
antara waktu (t) dan konsentrasi (C) setelah diadsorpsi.
Pada adsorpsi CH₃COOH 0,5 N diperoleh konsentrasi CH₃COOH setelah didiamkan
dalam waktu tertentu, maka kemudian dibuat grafik yang akan membentuk garis lurus (R² =
1), di mana grafik hubungan antara ln C dengan t untuk orde satu, grafik hubungan antara
1/C dengan t untuk orde dua, dan grafik hubungan antara 1/C 2 dengan t untuk orde tiga.
Setelah dibuat grafik diperoleh nilai R² pada grafik orde satu yaitu R² = 0,708, pada orde dua
R² = 0,781, dan pada orde tiga R² = 0,844. Nilai R² pada orde tiga merupakan yang paling
mendekati 1 (hampir lurus) diantara yang lainnya, sehingga pada adsorpsi CH₃COOH 0,5 N
mengikuti orde tiga.
Sementara itu, pada adsorpsi CH₃COOH 1 N juga dibuat grafik orde satu, dua, dan
tiga seperti pada konsentrasi 0,5 N. Setelah dibuat grafik diperoleh nilai R² pada grafik orde
satu yaitu R² = 0,740, pada orde dua R² = 0,786, dan pada orde tiga R² = 0,882. Nilai R² pada
orde tiga merupakan yang paling mendekati 1 (hampir lurus) diantara yang lainnya,
sehingga pada adsorpsi CH₃COOH 1 N mengikuti orde tiga.
KESIMPULAN
7. Peristiwa adsorpsi asam asetat (CH₃COOH) dalam larutan oleh karbon aktif baik pada
konsentrasi 0,5 N maupun 1 N mengikuti orde tiga.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W., 1990, Kimia Fisika, Jilid 2, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
Daintith, J., 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Pudjaatmaka, A. H., 1999, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta.
Sukardjo, 1990, Kimia Anorganik, Penerbit Rineke Cipta, Jakarta.
Tony, B., 1987, Kimia Fisika Untuk Universitas, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
GRAFIK
Adsorpsi CH₃COOH 0,5 N
Grafik diatas merupakan grafik orde satu yang menunjukkan hubungan
antara waktu (t) dan ln C dengan slope k dan intersep ln Co. Berdasarkan grafik
tersebut diperoleh persamaan garisnya yaitu y = -0,000x-1,050. Nilai R²
(regresi/kemiringan) diperoleh 0,708, di mana nilai tersebut sudah hampir
mendekati 1 berarti hampir lurus. Sementara itu, untuk nilai k (konstanta laju)
terlihat sangat kecil sekali, sehingga tidak dapat diketahui.
8. Grafik diatas merupakan grafik orde dua yang menunjukkan hubungan antara
waktu (t) dan 1/C dengan slope k dan intersep 1/Co. Berdasarkan grafik tersebut
diperoleh persamaan garisnya yaitu y = -0,000x+2,871. Nilai R² (regresi/kemiringan)
diperoleh 0,781, di mana nilai tersebut sudah hampir mendekati 1 berarti hampir
lurus. Sementara itu, untuk nilai k (konstanta laju) terlihat sangat kecil sekali,
sehingga tidak dapat diketahui.
Grafik diatas merupakan grafik orde tiga yang menunjukkan hubungan antara
waktu (t) dan 1/C² dengan slope k dan intersep 1/Co². Berdasarkan grafik tersebut
diperoleh persamaan garisnya yaitu y = -0,006x+8,304. Nilai R² (regresi/kemiringan)
diperoleh 0,844, di mana nilai tersebut sudah hampir mendekati 1 berarti hampir
lurus. Sementara itu, untuk nilai k (konstanta laju) diperoleh 0,006.
9. Jika dibandingkan dari grafik orde satu, dua, dan tiga, nilai R² yang paling
besar (paling mendekati 1) yaitu grafik orde tiga. Sehingga, kinetika adsorpsi larutan
CH₃COOH o,5 N mengikuti orde tiga.
Adsorpsi CH₃COOH 1 N
Grafik diatas merupakan grafik orde satu yang menunjukkan hubungan
antara waktu (t) dan ln C dengan slope k dan intersep ln Co. Berdasarkan grafik
tersebut diperoleh persamaan garisnya yaitu y = -0,000x+0,324. Nilai R²
(regresi/kemiringan) diperoleh 0,740, di mana nilai tersebut sudah hampir
mendekati 1 berarti hampir lurus. Sementara itu, untuk nilai k (konstanta laju)
terlihat sangat kecil sekali, sehingga tidak dapat diketahui.
Grafik diatas merupakan grafik orde satu yang menunjukkan hubungan
antara waktu (t) dan 1/C dengan slope k dan intersep 1/Co. Berdasarkan grafik
10. tersebut diperoleh persamaan garisnya yaitu y = -0,000x+0,725. Nilai R²
(regresi/kemiringan) diperoleh 0,786, di mana nilai tersebut sudah hampir
mendekati 1 berarti hampir lurus. Sementara itu, untuk nilai k (konstanta laju)
terlihat sangat kecil sekali, sehingga tidak dapat diketahui.
Grafik diatas merupakan grafik orde satu yang menunjukkan hubungan
antara waktu (t) dan 1/C² dengan slope k dan intersep 1/Co². Berdasarkan grafik
tersebut diperoleh persamaan garisnya yaitu y = -0,000x-+0,525. Nilai R²
(regresi/kemiringan) diperoleh 0,822, di mana nilai tersebut sudah hampir
mendekati 1 berarti hampir lurus. Sementara itu, untuk nilai k (konstanta laju)
terlihat sangat kecil sekali, sehingga tidak dapat diketahui.
Jika dibandingkan dari grafik orde satu, dua, dan tiga, nilai R² yang paling
besar (paling mendekati 1) yaitu grafik orde tiga. Sehingga, kinetika adsorpsi larutan
CH₃COOH mengikuti orde tiga.
MSDS CH₃COOH
Sifat fisik dan kimia CH₃COOH
bentuk fisik: cair
bau/aroma: berbau tajam, seperti cuka, asam (kuat)
rasa: seperti cuka, asam (kuat)
berat molekul: 60.05 g/mol
warna: tidak berwarna / bening
pH (1% solven/air): 2 (bersifat asam)
titik didih: 118.1°C (244.6°F)
titik leleh: 16.6°C (61.9°F)
temperature kritis: 321.67°C (611°F)
gravinitas spesifik: 1.049 (air = 1)
11.
tekanan uap: 1.5 kPa (@ 20°C)
densitas uap: 2.07 (udara = 1)
sifat dispersi: terlihat kelarutannya dalam air, dietil eter, aseton
kelarutan: mudah larut dalam air dingin, air panas. Larut dalam dietil eter, aseton. Dapat
bercampur dengan gliserol, alcohol, benzene, karbon tetraklorida. Tidak larut dalam karbon
disulfide.