Dokumen tersebut membahas tentang akulturasi dan kenakalan remaja. Akulturasi adalah proses penerimaan unsur budaya dari budaya lain yang dapat berdampak positif seperti modernisasi atau negatif seperti hilangnya identitas. Kenakalan remaja disebabkan faktor internal dan eksternal seperti gangguan keluarga atau tekanan sosial yang dapat berujung pada tindakan kriminal. Untuk mencegahnya diperlukan peran kelu
2. ANGGOTA
KELOMPOK
1. Elisyane S B XII IS 1/ 10
2. Jesica Grace XII IS 1/ 17
3. Joshepine C N XII IS 1/ 18
4. Melisa S XII IS 1/ 22
5. Regina G XII IS 1/ 27
6. Yudith Aprila XII IS 1/ 34
5. DAMPAK POSITIF
1. Terjadi perubahan kebudayaan kearah yang
lebih maju
2. Pembauran kebudayaan
3. Modernisasi
4. Memperkaya keberagaman budaya
6. KONSEP
satu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentudihadapkan
unsur berbeda dari orang lain
diterima dan diolah dalam
kebudayaan sendiri.
proses akulturasi tidak menyebabkan
kehilangan identitas asal masyarakat
penerima.
7. FAKTOR-FAKTOR
FAKTOR INTERNAL (DALAM) :
•Pengaruh kebudayaan lain melalui
difusi(penyebaran kebudayaan),
•Sikap mudah menerima hal baru
•Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang
kehidupan tertentu
•Orientasi ke masa depan
9. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya
akulturasi pada masuyarakat Indonesia,
diantaranya sebagai berikut :
•Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya
kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan
kebudayaan Indonesia.
•Kecakapan istimewa. Bangsa Indonesia memiliki apa yang
disebut dengan istilah local genius, yaitu kecakapan suatu
bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan
mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia.
10. CONTOH RIIL
1) Upacara Nyepi di BALI
2) Dalam pemerintahan
3)Bidang pengetahuan
4)Peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni
bangunan Candi
14. DAMPAK NEGATIF
•dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak
orang.
•mengalami gangguan
•keluarga yang harus menanggung malu
•masa depan yang suram dan tidak menentu
•Kriminalitas
15. KONSEP
Menurut ahli sosiologi Kartono, istilah kenakalan remaja adalah
Juvenile delinquency.
Kenakalan remaja adalah pelampiasan masalah yang dihadapi oleh
kalangan remaja yang tindakannya menyimpang. dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala
patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial.
16. FAKTOR-FAKTOR
• reaksi frustasi diri
• gangguan berpikir dan intelegensia
• kurang kasih sayang orang tua
• kurangnya pengawasanorang tua
• dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
• dasar-dasar agama yang kurang
• tidak adanya media penyalur bakat/hobi
• masalah yang dipendam
• keluarga broken home
• pengaruh kawan sepermainan
17. CONTOH RIIL
1. Tawuran antar pelajar
2. Mencoret coret dinding sekolah
3. Mencuri
4. Bolos
5. Merusak fasilitas sekolah
18.
19.
20.
21. VIVAbola - Korban berjatuhan saat terjadi bentrokan antara
suporter Persis Solo versi LPIS dan PSS Sleman di Stadion
Manahan, Solo, Rabu, 4 September 2013. Ada tujuh suporter
yang mengalami luka dan dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Brayat
Minulyo, Solo.
23. Cara mengatasi KENAKALAN
REMAJA
• perlu adanya perhatian khusus serta
pemahaman yang baik serta penanganan
yang tepat terhadap remaja
• perlu adanya kerjasama dari remaja itu
sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain
yang terkait agar perkembangan remaja di
bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya
dapat dilalui secara terarah, sehat dan
bahagia
24. Tiga Langkah Membangun
Remaja Bebas Narkoba
Pertama, dalam lingkungan keluarga, orangtua berkewajiban
memberikan kasih sayang yang cukup terhadap para remajanya. Mereka
tidak boleh cepat marah dan main pukul tatkala sang remaja melakukan
kesalahan baik dalam tutur kata, sikap, maupun perbuatannya, tanpa
diberi kesempatan untuk membela diri. sebaliknya, orangtua harus
bersikap demokratis terhadap anaknya. Anak harus diposisikan sebagai
insan yang juga membutuhkan penghargaan dan perhatian. Tidak cukup
hanya diperhatikan kebutuhan fisiknya, tetapi juga kebutuhan psikisnya.
Sehingga komunikasi yang hangat antara orangtua dan anak-anaknya
menjadi langkah utama yang jitu untuk menjalin hubungan yang harmonis
agar sang remaja menjadi tenteram dan nyaman tinggal di rumah. Jadi
mereka tidak membutuhkan pelampiasan atau pelarian di luar rumah
tatkala menghadapi persoalan yang rumit.
25. Kedua, dalam lingkungan sekolah, pihak sekolah berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang narkoba
sebagai bentuk antisipasi terhadap informasi serba sedikit namun
salah tentang narkoba yang selama ini diterima dari pihak lain. Pihak
sekolah juga perlu mengembangkan kegiatan yang berhubungan
dengan penanggulangan narkoba dalam rangka mencegah dan
mengatasi meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar,
seperti melakukan pembinaan dan pengawasan secara rutin terhadap
siswa baik dengan melibatkan pihak lain (kepolisian, komite sekolah,
orangtua), menggiatkan kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat,
serta mengembangkan suasana yang nyaman dan aman bagi remaja
untuk belajar.
Di samping itu pihak sekolah perlu berupaya keras "mensterilkan"
lingkungan sekolah dari peredaran dan penyalahgunaan narkoba,
dengan tidak membolehkan sembarang orang memasuki lingkungan
sekolah tanpa kepentingan yang jelas dan mencurigakan sekolah dari
peredaran dan penyalahgunaan narkoba, dengan tidak
memperbolehkan sembarangan orang memasuki lingkungan sekolah
tanpa kepentingan yang jelas dan mencurigakan.
26. Ketiga, dalam lingkungan masyarakat, para tokoh agama,
perangkat pemerintahan di semua tingkatan mulai dari
Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Lurah, hingga RT dan RW
perlu bersikap tegas dan konsisten terhadap upaya
pencegahan penyalahgunaan narkoba dilingkungannya
masing-masing yang didukung penuh oleh phak keamanan
dan kepolisian. Mereka perlu terus menerus memberi
penyadaran pada seluruh warga masyarakat akan bahaya
mengkonsumsi narkoba tanpa indikasi medik dan pengawasan
ketat dari dokter dalam rangka penyembuhan. Khusus para
tokoh masyarakat dan tokoh agama tidak boleh mengenal
lelah dan bosan menanamkan norma-norma dan kebiasaan
yang baik sebagai warga masyarakat, baik dalam
hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan
Tuhannya.
27. Remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan
menentukan masa depan keluarga, masyarakat dan negara.
Sebagai generasi penerus, remaja harus memiliki motivasi
kuat untuk belajar dan terus belajar agar kelak akan mampu
menjadi generasi yang tidak saja sehat, cerdas dan terampil,
tetapi juga bertaqwa. Kita harus mengambil langkah, agar
keterbelakangan dan keterpurukan bangsa ini tidak semakin
dalam ke depannya karena remaja yang nantinya menjadi
pilar tak lagi punya harapan.