SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang telah banyak perkembangan yang terjadi baik
dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi maupun yang lainnya. Di dalam
bidang pendidikan saat ini telah begitu banyak perubahan yang terjadi baik
dalam komponen pendidikan, fasilitas pendidikan dan lainnya. Dengan
berbagai macam perubahan yang terjadi didalam pendidikan adalah untuk
memberikan pendidikan yang berkualitas kepeda peserta didik sehingga
nantinya akan membawa kontribusi kemajuan negara.
Untuk mencapai tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 maka pemerintah menyediakan sekolah yang
dapat menunjang pelaksanaan pendidikan seperti halnya Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dimana peserta didik diberikan ilmu
pengetahuan sekaligus peserta didik diberikan ketrampilan untuk nantinya
sebagai bekal untuk memasuki dunia industri ataupun dunia kerja,
olehkarena itu pemerintah berusaha memberikan fasilitas yang memadai
guna menunjang ketercapaian tujuan pendidikan seperti yang tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Pemerintah pun telah
mengadakan berbagai pengawasan untuk memantau kemajuan pendidikan
yang ada di Indonesia, agar nantinya dapat dievaluasi untuk dijadikan
bahan pertimbangan kedepannya dalam mengambil keputusan guna
memajukan pendidikan.
Olehkarena itu kegiatan supervisi adalah kegiatan pengawasan
dalam pendidikan, hal ini dilakukan agar pendidik, lembaga pendidikan
maupun pemerintah dapat mengawasi pelaksanaan maupun kualitas
pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Sedangkan evaluasi adalah
mengulas baik itu dalam pelaksanaan pendidikan, fasilitas pendidikan, dan
hal lainnya.
Dengan adanya supervisi dan evaluasi di dalam pendidikan
diharapkan dapat memberikan langkah yang tepat untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan, sehingga pelaksanaan
pendidikan akan tepat guna untuk peserta didik, dan didukung dengan
fasilitas yang memadai oleh pemerintah. Dengan pelaksanaan pendidikan
yang tepat dan didukung fasilitas yang memadai maka peserta didik akan
semakin berkembang dan kreatif dalam mengembangkan ketrampilan
peserta didik sekaligus dapat semakin meningkatkan wawasan peserta
didik karena akses informasi dan didukung fasilitas yang memadai.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan supervisi pendidikan?
b. Bagaimana landasan konsep dari supervisi pendidikan ?
c. Apa permasalahan dan asas dan asumsi supervisi ?
d. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan ?
e. Apa tujuan dari evaluasi pendidikan ?
f. Bagaimana proses evaluasi dalam lembaga pendidikan ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian supervisi dalam pendidikan.
b. Untuk mengetahui konsep dari supervisi pendidikan.
c. Untuk mengetahui permasalahan dan asas dan asumsi supervisi
d. Untuk mengetahui pengertian evaluasi pendidikan.
e. Untuk mengetahui tujuan dari evaluasi pendidikan.
f. Untuk mengetahui proses evaluasi dalam lembaga pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Supervisi Pendidikan
1. Sejarah Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi dikatakan baru dikenal pada awal tahun 60-an,
atau pada dasawarsa terakhir ini (Arikunto, 1988 : 152).
Diperkenalkannya istilah supervisi seiring dengan diberikannya mata
kuliah administrasi pendidikan di beberapa IKIP di Indonesia, yang
kemudian disusul pula dengan dijadikannya administrasi pendidikan
sebagai mata pelajaran dan bahan ujian pada SGA/SPG pada tahun
ajaran 1965-1966, jadi tidaklah mengherankan jika terdapat kalangan
pendidik sendiri yang asing dengan istilah supervisi.
Di Indonesia, sebenarnya aktivitas semacam supervisi sudah lama
dikenal, tapi sayang sekali kesannya memang agak kurang enak,
karena pelaksanaannya yang lebih cenderung hanya untuk mencari
kesalahan dan kekurangan guru dalam mengajar. Pada waktu itu
aktivitas itu dikenal dengan istilah inspeksi, yang diwariskan oleh
Belanda sewaktu menjajah Indonesia selama lebih kurang 3,5 abad.
Pada zaman penjajahan Belanda, orang yang memeriksa sekolah
dasar (SD) mereka sebut dengan "Schoolopziener", yaitu bertugas
memeriksa seluruh mata pelajaran di sekolah dasar yang menggunakan
pengantar bahasa Belanda, sedangkan mata pelajaran lain diperiksa
oleh petugas yang mereka sebut inspektur, yang juga orang belanda
sendiri.
Menurut Harahap (1983:6) bahwa pada zaman penjajahan Jepang
ada sebutan Shigaku, yaitu istilah yang dipakai tugas penilik sekolah
dasar, namun istilah tersebut tidak begitu melekat dikalang pendidik
Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, istilah Inspektur pernah dipakai
untuk beberapa waktu, tetapi kemudian diubah dengan sebutan
pengawas untuk tingkat sekolah lanjutan dan penilik untuk sekolah
dasar. Seiring dengan munculnya istilah tersebut, muncul pula istilah
baru yang disebut supervisi yang berasal dari bahasa Inggris “
supervision “ yang diperkenalkan oleh orang-orang yang pernah
belajar di Amerika Serikat.
Menurut Soetopo (1984: 63), di Amerika Serikat aktivitas supervisi
baru muncul pada permulaan zaman kolonial, yaitu pada sekitar tahun
1654. “The General Court of Chusetts Bay Coloni” menyatakan bahwa
pemuka-pemuka kota bertanggungjawab atas seleksi dan pengaturan
kerja guru-guru, gerakan dapat dianggap sebagai cikal bakal lahirnya
konsep paling mendasar untuk perkembangan supervisi modern.
Kemudian pada tahun 1709, di Boston, a comite of laymen
mengunjungi sekolah-sekolah untuk mengetahui penggunaan metode
pengajar oleh guru-guru, kecakapan siswa, dan merumuskan usaha-
usaha memajukan pengajaran dan organisasi-organisasi sekolah yang
baik.
Selanjutnya, perkembangan dan pertumbuhan sekolah dipengaruhi
pula oleh bertambahnya jumlah penduduk, yang membuat
dibutuhkannya tambahan tenaga guru yang lebih besar, yang ada
diantara mereka di pilih menjadi kepala sekolah, tetapi kepala sekolah
pada waktu itu belum berfungsi sebagai supervisor. Namun pada
perkembangan selanjutnya terutama bertambahnya aktivitas sekolah,
maka didirikanlah kantor superintendent di sekolah-sekolah, yang
mengakibatkan adanya dua unsur pimpinan di setiap sekolah.
Kewenangan kedua unsur pimpinan sekolah tidak begitu cepat
berkembang, tetapi baru setelah awal abad ke-19, dimana terjadi
pengurangan beban pengajar kepala sekolah, supaya mereka lebih
banyak mencurahkan waktu membantu pekerjaan guru di kelas.
Sehingga dari sinilah dua fungsi kepala sekolah yaitu sebagai
administrator dan supervisor.
Di dunia pendidikan Indonesia, diterapkannya secara formal
konsep supervisi diperkirakan sejak diberlakukannya Keputusan
Menteri P dan K, RI. Nomor: 0134/1977, yang menyebutkan siapa saja
yang berhak disebut supervisor di sekolah, yaitu kepala sekolah,
penilik sekolah untuk tingkat kecamatan, dan para pengawas di tingkat
kabupaten/ Kotamadya serta staf kantor bidang yang ada disetiap
propinsi. Di dalam PP Nomor 38/Tahun 1992, terdapat perubahan
penggunaan istilah pengawas dan penilik. Istilah pengawas
dikhususkan untuk supervisor pendidikan di sekolah sedangkan penilik
khusus untuk pendidikan luar sekolah.
Kedudukan pengawas semakin penting setelah keluar UU. Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; PP Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota; Semua
Permendiknas tentang 8 Standar Nasional Pendidikan; Permendiknas
No.12 Th. 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas
Sekolah/Madrasah, SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan
fungsional pengawas dan angka kreditnya; Keputusan bersama
Mendikbud nomor 0322/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk
pelaksanaan jabatan fungsional pengawas; Keputusan Mendikbud
nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan
fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya; Permendiknas
Nomor 39/Tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan
pengawas satuan pendidikan.
Standar mutu pengawas yang telah ditetapkan oleh
DirektoratJenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
KependidikanDirektorat Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional (Sudjana, Nana, 2006) bahwa pengawas sekolah
berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun
supervisor manajerial. Semua produk hukum itu mengarahkan bahwa
kedudukan pengawas bukan hanya sebagai jabatan buangan dan
pajangan dikantor dinas pendidikan, tetapi mempunyai fungsi
penggerak kemajuan pendidikan di sekolah. Sebagaimana guru,
pengawas juga harus memulai pekerjaan dengan perencanaan,
pelaksanaan dan diakhir dengan pelaporan tertulis yang akan dibicara
dalam bagian tersendiri.
2. Pengertian Supervisi Pendidikan
Supervisi adalah suatu usaha atau kegiatan pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah atau
lembaga pendidikan lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka
secara efektif dan efisien. Berbagai macam usaha atau kegiatan dapat
dilakukan berkaitan dengan supervisi antara lain, pertemuan
kelompok, pembicaraan perorangan, kunjungan kelas, ceramah,
lokakarya, demostrasi tentang teknik-teknik dan metode-metode
mengajar yang baru. Semua ini bermaksud untuk membimbing guru,
dalam meningkatkan kesanggupan dan memperluas pandangan
mereka.
Supervisi dalam hal ini mempunyai pengertian yang luas, yaitu
segala macam bentk bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju
kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan para pegawai
sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Bantuan
tersebut berupa bimbingan, dorongan, dan kesempatan bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakpan guru-guru. Sebagai ontoh,
misalnya bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaruan dalam
pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode
mengajar yang baik terhdap fase dari sleuruh proses pengajaran.
Supervisi sebagai suatu bentuk pengawasan langsung biasanya
dilakukan secara berhadap-hadapan antara pengawas dan para guru.
Supervisi termasuk kewajiban terpokok dalam administrasi dan
merupakan pusat perhatian bagi perkembangan para siswa dan
perbaikan pengajaran dengan segala aspek-aspeknya.
Sesungguhnya para guru itu memiliki potensi yang lebih besar
daripada mereka perlihatkan. Hal ini dsebabkan beberapa faktor yang
lazimnya merintangi para guru dalam mempergunakan potensinya atau
daya kemampuannya secara maksimal, antara lain :
a. Kekurangan pandangan dan tidak jelasnya sasaran pekerjaan.
b. Pengalaman pada waktu sebelumnya yang lebih tradisional.
c. Tekanan-tekanan dalam penyelarasan diri dengan lingkungan
kemanusiaan.
d. Ketidakmampuan untuk menilai tugas dan pekerjaannya sendiri
dan adanya administrasi perorangan yang kurang baik.
Oleh sebab itu supervisi ini dimaksudkan untuk membimbing
para guru dalam meningkatkan kesanggupan dan kecakapan serta
memperluas pendangan mereka.
3. Landasan dan Konsep Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris “supervision”, yang
artinya pengawasan atau pengendalian. Supervisi adalah kata benda,
berasal dari kata to supervise atau to oversee in order to direct,
terjemahannya mengawasi atau mengendalikan.
Pada mulanya menurut pendapat Irwin dan Humphrey dalam
bukunya yang berjudul Principles and Techniques of Supervision on
Physical Education, menjelaskan bahwa di Amerika yang dimaksud
dengan supervisi ialah suatu usaha atau kegiatan yang hanya berurusan
dengan inspeksi atau pemeriksaan. Dengan demikian supervisi hanya
berpusat pada pemeriksaan saja, hkususnya terhadap guru.
Selanjutnya terjadi perkembangan tentang maksud supervisi ialah
suatu usaha atau kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki cara
mengajar. Berdasarkan pandangan Burton, supervisi adalah suatu
usaha untuk memperbaiki cara mengajar dan membantu guru dalam
caea mengajar. Dengan demikian juga bermaksud untuk membimbing
perkembangan para siswa.
Perkembangan berikunya, apa yang dimaksud dengan supervisi
adalah suatu fungsi yang tidak hanya ditujukan kepada guru saja, tetapi
juga kepada masalah-masalah mengajar dan perkembangannya.
Peranan supervisi dalam kegiatan pendidikan, antara lain :
a. Supervisi sebagai program yang berencana untuk memajukan
pengajaran.
b. Supervisi sebagai inspeksi.
c. Supervisi sebagai kepemimpinan yang koperatif.
4. Permasalahan Supervisi
Terdapat dua permasalahan mendasar yang terkait dengan kegiatan
supervisi pendidikan, yaitu :
a. Bagaimana cara supervisor bekerja di lingkungan pendidikan
b. Bagaimana pendekatan masalah yang dilakukan oleh mereka
dalam kegiatan supervisi
Masalah terbesar bagi kegiatan supervisi pengajaran di sekolah-
sekolah sekarang ini adalah untuk menemukan cara-cara kerja secara
koperatif, terkoodinasi dengan menggunakan prosedur-prosedur yang
demokratis dan meliputi semua orang yang berkepentingan seperti
guru, orang tua, dan para siswa sendiri. Mengajar adalah hasil dari
keseluruhan pengalaman-pengalaman yang diperoleh guru. Olehkarena
itu untuk memajukan pengajaran, supervisi harus mampu memajukan :
a. Kepemimpinan yang dapat mengembangkan program sekolah dan
memperkaya lingkungan sekolah.
b. Kondisi-kondisi yang memungkinkan orang-orang bermufakat
tentang tujuan-tujuan dan cara-cara pelaksanaannya, serta dapat
memperoleh sumber-sumber yang mendorong (pendangan) dan
kecakapan-kecakapan.
c. Iklim dan suasana yang membuat ornag merasa diterima dan
dihargai sebagai pribadi dan anggota keluarga yang sama penting.
Untuk hal tersebut, harus tersedia suatu program kegiatan supervisi
yang dibangun untuk menghadapi permasalahan itu meliputi :
a. Bantuan perorangan kepada guru-guru dalam memecahkan
masalah mereka masing-masing.
b. Koordinasi program pengajaran yang menyeluruh.
c. Penyelenggaraan program latihan dalam jabatan, secara
berkesinambungan bagi pengembangan guru.
d. Cara memperoleh alat-alat pengajaran yang bermutu dan cukup.
e. Menjalin hubungan yang baik dan kerjasama yang produktif antara
sekolah dan masyarakat.
Setiap program supervisi terdapat dua cara pendekatan masalah
yang berlainan akan tetapi harus dikembangkan bersama-sama, karena
keduanya sangat esensial.
a. Supervisi bersifat luas, untuk itu pendekatannya secara umum dan
berjangka panjang, tertuju kepada perbaikan keseluruhan pekerjaan
dari semua guru secara serentak (kooperatif).
b. Supervisi secara memusat, ialah supervisi pada bidang yang sangat
terbatas, mungkin satu kelas atau satu sekolah. Ini merupakan
kegiatan pengawas dari hari ke hari sebagai bantuan khusus kepada
guru atau sekolah tertentu.
5. Asas dan Asumsi Supervisi Modern
Irwin dan Humphrey mengemukakan bahwa asas-asas supervisi
modern meliputi :
a. Supervisi hendaknya berfungsi yang terpusat pada siswa.
b. Supervisi hendaknya dilakukan secara efektif.
c. Supervisi itu harus direncanakan sesuai dengan tujuan.
d. Supervisi mengutamakan hubungan manusia.
e. Supervisi hendaknya berdasarkan atas kepimpinan yang koperatif.
f. Supervisi memberi kemungkinan fleksibilitas.
g. Supervisi hendaknya mendasarkan atas penemuan ilmiah.
h. Supervisi hendaknya mendasarkan atas evaluasi yang sedang
berlangsung.
B. Evaluasi Pendidikan
1. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Pengertian evaluasi telah banyak dikemukan oleh para ahli, antara
lain didefinisikan oleh Ralp Tyler (1950) yang menyatakan bahwa evaluasi
ialah proses menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat
diapai. Evaluasi diartikan sebagai menyediakan informasi untuk pemuat
keputusan (Cronbach, 1963: Stufflebeam,1971 dan Alkin,1969).
Sementara itu Provus (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan
apa yang ada dengan suatu standar tertentu yakni untuk mengetahui
apakah terdapat selisih atau tidak.
Akhir-akhir ini telah dicapai sejumlah konsensus antara rvaluator
tentang arti evaluasi, antara lain yaitu penilaian atas manfaat atau
kegunaan (Scriven, 1967: Glas, 1969: Stuffebeam, 1974). Komite untuk
standar evaluasi yang terdiri dari 17 anggota yang mewakili 12 organisasi
tentang evaluasi, mendefinisikan evaluasi sebagai penelitian yang
sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau kegunaan beberapa
objek (Joint Committee, 1981).
2. Tujuan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi formal telah memegang peranan penting dalam
pendidikan, antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar
untuk mencapai beberapa tujuan seperti :
a. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
b. Menilai hasil yang dicapai para pelajar.
c. Menilai kurikulum.
d. Memberi kepercayaan kepada sekolah.
e. Memonitor dana yang telah diberikan.
f. Memperbaiki materi dan program pendidikan.
Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi
teori yang dianut, namun evaluasi paling tidak harus memasukkan
ketentuan dan tindakan dengan fungsi evaluasi, yaitu :
a. Memfokuskan evaluasi.
b. Mendesain evaluasi.
c. Mengumpulkan informasi.
d. Menganalisis informasi.
e. Melaporkan hasil evaluasi.
f. Mengelola evaluasi.
g. Mengevaluasi evaluasi.
3. Model Pendekatan Evaluasi
a. Model Evaluasi CIPP
Stufflebeam (1985( adalah ahli yang mengusulkan
pendekatan yang berorientasi kepada pemegang keputusan untuk
menolong administrator membuat keputusan. Ia merumuskan evaluasi
sebagai suatu proses mengambarkan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Dalam
menghadapi keputusan pendidikan, membagi evaluasi menjadi empat
macam yaitu :
1) Contect evaluation to serve planning decision. Konteks
evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan
kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan
tujuan program.
2) Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong
mengatur keputusan, menentukan sumbersumber yang ada,
alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai kebutuhan.
3) Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi
proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan.
4) Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi
produk untuk menolong keputusan selanjutnya.
b. Model UCLA
Alkin (1969) menulis tentang kerangka kerja evaluasi yang
hampir sama dengan model CIPP. Alkin mendefinisikan evaluasi
sebagai suatu proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang
tepat, mengumpulkan, dan menganalisis informasi sehingga dapat
melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan
dalam memilih beberapa alternatif. Ia mengemukakan lima macam
evaluasi, yaitu :
1) Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang
keadaan atau posisi sistem.
2) Program planning, membantu pemilihan program tertentu
yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
3) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah
program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang
tepat seperti direncanakan.
4) Program improvement, yang memberikan informasi tentang
bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja,
atau berjalan ?
c. Model Brinkerhoff
Setiap desain evaluasi umumnya terdiri atas elemen-elemen
yang sama, ada banyak cara untuk mengabungkan elemen tersebut,
masing-masing ahli atau evaluator mempunyai konsep yang berbeda
dalam hal ini. Brinkerhoff & Cs (1983) mengemukakan tiga golongan
evalausi yang disusun berdasarkan pengabungan elemen-elemen yang
sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi da
versi mereka seperti berikut :
1) Fixed vs emergent evaluation design. Dapatkah masalah
evaluasi dan kriteria akhirnya dipertemukan ?
2) Formative vs summative evaluation. Apakah evaluasi akan
dipakai untuk perbaikan atau untuk melaporkan kegunaan atau
manfaat suatu program ? Atau keduanya ?
3) Experimental and quasi experimental design vs
natural/unobstruksive unquiry. Apakah evaluasi akan
melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program/mencoba
memanipulasi kondisi, orang diperlakukan, variabel
dipengaruhi dan sebagainya, atau hanya diamati, ataukah
keduanya ?
d. Model Stake atau Countenance
Stake (1967) menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam
evaluasi yaitu descriptions dan judgement, dan membedakan adanya
tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu : antecedents (context),
transaction (proses), dan observation (effect) atau yang sebenarnya
terjadi. Judgement mempunyai dua aspek, yiatu stadard dan
judgement. Stake menyatakan bahwa apabila kita menilai suatu
program pendidikan kita, maka berarti kita melakukan perbandingan
yang relatif antara satu program dengan yang lainnya, atau
perbandingan yang absolut (suatu program dengan standar).
Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model
ini ialah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program
yang dievaluasi. Stake menyatakan bahwa description disatu pihak
berbeda dengan judgement atau menilai. Dalam model ini,
antecendents (masukan), transaction (proses), dan outcomes ( hasil)
data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada
perbedaan tujuan dengan keadaan sebenarnya, tetapi juga
dibandingkan dengan standar absolut, untuk menilai manfaat program.
Stake mengatakan bahwa tidak ada penelitian yang dapat diandalkan
apabila tidak dinilai.
4. Pendekatan Dalam Evaluasi
Istilah pendekatan evaluasi diartikan sebagai ebberapa pendapat
tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana evaluasi dilakukan, dengan kata
lain sebenarnya tujuan dan prosedur evaluasi.
a. Experimental Approach
Pendekatan eksperimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada
penggunaan eksperimental science dalam program evaluasi.
Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya
dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuan evaluator yaitu untuk
memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu
program tertentu yang mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan
mengisolasi pengaruh program. Keuntungan dari pendekatan
eksperimen ini yaitu kemampuannya dalam menarik kesimpulan yang
relatif objektif, generalisasi jawaban terhadap pertanyaan program
yang bersangkutan. Hal ini membuat pendekatan ini lebih populer,
terpercaya, dan disukai pemakai serta pembuat keputusan.
b. Goal Oriented Approach
Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai
dimana pencapaian tujuan telah dicapai. Pendekatan evaluasi semacam
ini merupakan pendekatan yang amat wajar dan praktis untuk desain
dan pengembangan program, menjelaskan hubungan antara kegiatan
khusus yang ditawarkan dan hasil yang akan dicapai.
Pada pendekatan itu harus juga ditentukan hasil yang diinginkan
dengan rumusan yang dapat diukur. Kelebihan pendekatan yang
berorientasi pada tujuan ini ialah terletak pada hubungan antara tujuan
kegiatan dan penekanan pada elemen yang penting dalam program
yang melibatkan individu pada elemen khusus. Namun keterbatasan
pendekatan ini adalah kemungkinan evaluasi ini melewati konsekuensi
yang sebenarnya tidak diharapkan akan terjadi.
c. The Decision Focused Approach
Pendekatan evaluasi yang berfokus pada keputusan, menekankan
pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program
dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi
akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola sesuai
dengan kebutuhan untuk keputusan program.
Keunggulan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan
pembuat keputusan yang khusus dan pengaruh yang makin besar pada
keputusan program yang relevan. Sedangkan keterbatasan pendekatan
ini yaitu banyak keputusan tidak dibuat berdasarkan data, tetapi
tergantung pada impresi perorangan, politik, perasaan, kebutuhan
pribadi, dan lain-lain.
d. The User Oriented Approach
Pada pendekatan ini, evaluator menyadari sejumlah elemen yang
cenderung akan mempengaruhi kegunaan evaluasi, diantaranya adalah
elemen-elemen yang mencakup cara-cara pendekatan dengan klien,
kepekaan, faktor kondisi, dan situasi seperti kondisi yang telah ada,
keadaan organisasi dan pengaruh masyarakat, serta situasi dimana
evaluasi dilakukan dan dilaporkan. Kelebihan pendekatan ini ialah
perhatiaannya terhadap individu yang berurusan dengan program dan
perhtaiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu tersebut.
Hal ini tidak hanya membuat evaluasi menjadi lebih berguna, tetapi
juga dapat menciptakan rasa talah berbuat bagi individu tersebut dan
hasil evaluasi akan selalu terpakai. Kelemahan pendekatan ini yaitu
ketergantungannya terhadap kelompok yang sama dan kelemahan ini
bertambah besar pengaruhnya sehingga hal-hal lain diluar itu kurang
mendapat perhatian.
e. The Responsive Approach
Pendekatan ini merupakan evaluasi responsif dimana diyakini
bhawa evaluasi yang berarti adalah yang mencari pengertian suatu isu
dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang
berminat, dan yang berkepentingan dengan program. Dalam
pendekatan ini evaluator berusaha memahami urusan program melalui
berbagai sudut pandangan yang berbeda. Evaluator juga mengadopsi
pendekatan yang bermacam-macam antara lain ditandai oleh ciri-ciri
penelitian yang kualitatfi, naturalistik, bukan teknik kuantitatif.
Kelebihan pendekatan responsif ialah kepekaannya terhadap
berbagai titik pandangan dan kemampuannya mengakomodasi
pendapat yang ambigis dan tidak fokus. Keterbatasan pendekatan ini
adalah keengganannya membuat prioritas atau penyerdehanaan
informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang praktis tidak
mungkin menampung semua sudut pandangan dari berbagai keompok.
f. Goal Free Evaluation
Fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi bias dan
menambah objektivitas. Beberapa ciri evaluasi bebas tujuan
diantaranya:
1) Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan
program.
2) Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan
menyempitkan fokus evaluasi.
3) Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya,
bukan pada hasil yang direncanakan.
4) Hubungan evaluator dan manager atau dengan karyawan
proyek dibuat seminimal mungkin.
5) Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang
tidak diramalkan.
5. Beberapa Konsep dalam Evaluasi
a. Evaluasi Formatif dan Sumatif
Sriven (1967) yang pertama kali membedakan evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan selama program
berjalan untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin
program untuk perbaikan program. Misalnya, selama pengembangan
program paket kurikulum, evaluasi formatif akan melibatkan
pemeriksaan konten leh ahli, ujicoba tes terhadap sejumlah siswa, tes
lapangan terhadap siswa yang lebih banyak dan dengan guru di
beberapa sekolah dan sebagainya.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk
memberi informasi kepada konsumen yang potensial tentang manfaat
atau kegunaan program. Misalnya, sesudah paket kurikulum
dikembangkan, evaluasi sumatif mungkin dilaksanakan untuk
menentukan efektivitas paket tersebut pada tingkat nasional atau
sampel sekolah khusus, guru, dan siswa pada tingkat perkembangan
tertentu. Pada evaluasi formatif, audiensinya adalah personalia
program yakni mereka yang bertanggungajawab atas perkembangan
kurikulum. Untuk evaluasi sumatif, audiensinya termasuk konsumen
yang potensial seperti siswa, guru dll. Evaluasi formatif mengarah
kepada keputusan tentang perkembangan program termasuk
perbaikan, revisi, dan semacamnya. Sedangkan evaluasi sumatif
mengarah pada keputusan tentang kelanjutan program, berhenti atau
program diteruskan, pengadopsian dan selanjutnya.
b. Evaluasi Internal dan Eksternal
Selain evaluasi formatif dan sumatif, ada pembagian lain yaitu
evaluasi internal dan evaluasi eksternal. Evaluasi internal dilakukan
oleh evaluator dari dalam proyek, dan evaluasi eksternal dilakukan
oleh evaluator dari luar proyek. Evaluator internal tentu mengetahui
lebih banyak tentang programnya daripada orang luar atau evaluator
eksternal, tetapi mungkin ia begitu dekat dengan program sehingga
mungkin agak sulit untuk menjadi objektif 100%. Sebaliknya, sulit
bagi seorang evaluator eksternal untuk mengetahui tentang program
sebanyak apa yang diketahui evaluator. Evaluator internal cenderung
lebih banyak tahu tentang hal-hal yang bersifat kontekstual.
6. Fokus dan Desain Evaluasi
Memfokuskan evaluasi yaitu mengkhususkan apa dan bagaimana
evaluasi akan dilakukan. Bila evaluasi sudah terfokus, maka ini berarti
proses dan desain dimulai. Ada tiga elemen dalam proses pemfokusan,
yaitu:
a. Mempertemukan pengetahuan dan harapan
b. Mengumpulkan informasi
c. Merumuskan rencana evaluasi.
Desain evaluasi program adalah rencana atau informasi akan
dikumpulkan selama proses evaluasi. Alasan utama memakai desain yaitu
untuk menyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi
yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Pada dasarnya suatu
desain ialah bagaimana mengumpulkan informasi yang komparatif
sehingga hasil program yang dievaluasi dapat dipakai untuk menilai
manfaat dan apakah program diperlukan atau tidak. Desain evaluasi
mencakup desain evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Sumber pendanaan pendidikan
Sumber pendanaan pendidikan Sumber pendanaan pendidikan
Sumber pendanaan pendidikan Abdulr0hman
 
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum20133.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013Deir Irhamni
 
Pengelolaan Tenaga Pendidikdan Tenaga Kependidikan
Pengelolaan Tenaga Pendidikdan Tenaga KependidikanPengelolaan Tenaga Pendidikdan Tenaga Kependidikan
Pengelolaan Tenaga Pendidikdan Tenaga KependidikanSherly Anggraini
 
7. peran personil sekolah dalam layanan bk
7. peran personil sekolah dalam layanan bk7. peran personil sekolah dalam layanan bk
7. peran personil sekolah dalam layanan bkkomisariatimmbpp
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)universitas negeri padang
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasaraudiasls
 
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan PembelajaranInovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan PembelajaranJujun Muhamad Jubaerudin
 
Model Evaluasi Kualitatif dan Kuantitatif
Model Evaluasi Kualitatif dan KuantitatifModel Evaluasi Kualitatif dan Kuantitatif
Model Evaluasi Kualitatif dan KuantitatifR. Herawati Suryanegara
 
Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran Abad 21
Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran Abad 21Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran Abad 21
Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran Abad 21Fitri Yusmaniah
 
Penilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifPenilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifEdi Candra
 
Power point pengelolaan kelas
Power point pengelolaan kelasPower point pengelolaan kelas
Power point pengelolaan kelasremintha
 
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanModel ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanAmbar Fidianingsih
 
Ppt evaluasi pembelajaran
Ppt evaluasi pembelajaranPpt evaluasi pembelajaran
Ppt evaluasi pembelajaranrizka_pratiwi
 
Anotasi Bibliografi 10 Buku 10 Jurnal
Anotasi Bibliografi 10 Buku 10 JurnalAnotasi Bibliografi 10 Buku 10 Jurnal
Anotasi Bibliografi 10 Buku 10 JurnalDedy Wiranto
 
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi PendidikanInovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi PendidikanYamanto Isa
 

Mais procurados (20)

Sumber pendanaan pendidikan
Sumber pendanaan pendidikan Sumber pendanaan pendidikan
Sumber pendanaan pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum20133.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
 
Pengelolaan Tenaga Pendidikdan Tenaga Kependidikan
Pengelolaan Tenaga Pendidikdan Tenaga KependidikanPengelolaan Tenaga Pendidikdan Tenaga Kependidikan
Pengelolaan Tenaga Pendidikdan Tenaga Kependidikan
 
7. peran personil sekolah dalam layanan bk
7. peran personil sekolah dalam layanan bk7. peran personil sekolah dalam layanan bk
7. peran personil sekolah dalam layanan bk
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
 
Konsep Pendidikan Inklusif
Konsep Pendidikan InklusifKonsep Pendidikan Inklusif
Konsep Pendidikan Inklusif
 
Makalah supervisi pendidikan
Makalah supervisi pendidikanMakalah supervisi pendidikan
Makalah supervisi pendidikan
 
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan PembelajaranInovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
 
Model Evaluasi Kualitatif dan Kuantitatif
Model Evaluasi Kualitatif dan KuantitatifModel Evaluasi Kualitatif dan Kuantitatif
Model Evaluasi Kualitatif dan Kuantitatif
 
Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran Abad 21
Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran Abad 21Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran Abad 21
Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran Abad 21
 
Penilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifPenilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektif
 
Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
 
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUMLANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
 
Power point pengelolaan kelas
Power point pengelolaan kelasPower point pengelolaan kelas
Power point pengelolaan kelas
 
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanModel ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
 
Ppt evaluasi pembelajaran
Ppt evaluasi pembelajaranPpt evaluasi pembelajaran
Ppt evaluasi pembelajaran
 
Anotasi Bibliografi 10 Buku 10 Jurnal
Anotasi Bibliografi 10 Buku 10 JurnalAnotasi Bibliografi 10 Buku 10 Jurnal
Anotasi Bibliografi 10 Buku 10 Jurnal
 
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi PendidikanInovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
 

Destaque

Makalah
MakalahMakalah
MakalahAyybee
 
Supervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanSupervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanMaman_Lukman
 
Supervisi, evaluasi, monitoring dan pelaporan
Supervisi, evaluasi, monitoring dan pelaporanSupervisi, evaluasi, monitoring dan pelaporan
Supervisi, evaluasi, monitoring dan pelaporanelpiputriyanti
 
Supervisi pendidikan
Supervisi pendidikanSupervisi pendidikan
Supervisi pendidikanAnita Rahman
 
Makalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsyaMakalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsyaarsyazahra
 
Supervisi dan monitoring
Supervisi dan monitoring Supervisi dan monitoring
Supervisi dan monitoring muhammad hamdi
 
Peran guru dalam supervisi pendidikan
Peran guru dalam supervisi pendidikanPeran guru dalam supervisi pendidikan
Peran guru dalam supervisi pendidikanIndah Lestari
 
SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI  AKADEMIKSUPERVISI  AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIKAfdan Rojabi
 
Prinsip dan teknik supervisi pendidikan
Prinsip dan teknik supervisi pendidikanPrinsip dan teknik supervisi pendidikan
Prinsip dan teknik supervisi pendidikanMaya Sy
 
106458025 pengertian-tujuan-ruang-lingkup-fungsi-dan-jenis-supervisi
106458025 pengertian-tujuan-ruang-lingkup-fungsi-dan-jenis-supervisi106458025 pengertian-tujuan-ruang-lingkup-fungsi-dan-jenis-supervisi
106458025 pengertian-tujuan-ruang-lingkup-fungsi-dan-jenis-supervisiProfesure Rezky Jihanudin
 
Metode dan teknik supervisi pendidikan
Metode dan teknik supervisi pendidikanMetode dan teknik supervisi pendidikan
Metode dan teknik supervisi pendidikanDadang Arifin
 
Teori monitoring dan evaluasi
Teori monitoring dan evaluasiTeori monitoring dan evaluasi
Teori monitoring dan evaluasiArfan Fahmi
 
Presentasi supervisor competency
Presentasi supervisor competencyPresentasi supervisor competency
Presentasi supervisor competencyAri Winarno
 
Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah
Kompetensi Supervisi Kepala SekolahKompetensi Supervisi Kepala Sekolah
Kompetensi Supervisi Kepala SekolahNASuprawoto Sunardjo
 
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikanPelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikanJerry Makawimbang
 

Destaque (19)

Evaluasi supervisi bk 1
Evaluasi supervisi bk 1Evaluasi supervisi bk 1
Evaluasi supervisi bk 1
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Supervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanSupervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikan
 
Supervisi, evaluasi, monitoring dan pelaporan
Supervisi, evaluasi, monitoring dan pelaporanSupervisi, evaluasi, monitoring dan pelaporan
Supervisi, evaluasi, monitoring dan pelaporan
 
Supervisi pendidikan
Supervisi pendidikanSupervisi pendidikan
Supervisi pendidikan
 
Buku pedomanpkg
Buku pedomanpkgBuku pedomanpkg
Buku pedomanpkg
 
Makalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsyaMakalah_Pengawasan_TehArsya
Makalah_Pengawasan_TehArsya
 
Supervisi dan monitoring
Supervisi dan monitoring Supervisi dan monitoring
Supervisi dan monitoring
 
Peran guru dalam supervisi pendidikan
Peran guru dalam supervisi pendidikanPeran guru dalam supervisi pendidikan
Peran guru dalam supervisi pendidikan
 
Jurnal pembimbing supervisor 2 pkp
Jurnal pembimbing  supervisor 2 pkpJurnal pembimbing  supervisor 2 pkp
Jurnal pembimbing supervisor 2 pkp
 
SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI  AKADEMIKSUPERVISI  AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIK
 
Prinsip dan teknik supervisi pendidikan
Prinsip dan teknik supervisi pendidikanPrinsip dan teknik supervisi pendidikan
Prinsip dan teknik supervisi pendidikan
 
106458025 pengertian-tujuan-ruang-lingkup-fungsi-dan-jenis-supervisi
106458025 pengertian-tujuan-ruang-lingkup-fungsi-dan-jenis-supervisi106458025 pengertian-tujuan-ruang-lingkup-fungsi-dan-jenis-supervisi
106458025 pengertian-tujuan-ruang-lingkup-fungsi-dan-jenis-supervisi
 
Metode dan teknik supervisi pendidikan
Metode dan teknik supervisi pendidikanMetode dan teknik supervisi pendidikan
Metode dan teknik supervisi pendidikan
 
Teori monitoring dan evaluasi
Teori monitoring dan evaluasiTeori monitoring dan evaluasi
Teori monitoring dan evaluasi
 
Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaranEvaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
 
Presentasi supervisor competency
Presentasi supervisor competencyPresentasi supervisor competency
Presentasi supervisor competency
 
Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah
Kompetensi Supervisi Kepala SekolahKompetensi Supervisi Kepala Sekolah
Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah
 
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikanPelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan
 

Semelhante a PENDAHULUAN PENDIDIKAN

Implementasi KTSP pada Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Ciawigebang
Implementasi KTSP pada Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 CiawigebangImplementasi KTSP pada Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Ciawigebang
Implementasi KTSP pada Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 CiawigebangRahasty Cinthia Devi
 
Strategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
Strategi Peningkatan Profesionalisme BerkelanjutanStrategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
Strategi Peningkatan Profesionalisme BerkelanjutanFitri Yusmaniah
 
Tugas kurikulum Pembelajaran
Tugas kurikulum PembelajaranTugas kurikulum Pembelajaran
Tugas kurikulum Pembelajaranpidiani
 
Kurikulum Pembelajaran
Kurikulum PembelajaranKurikulum Pembelajaran
Kurikulum Pembelajaranpidiani
 
Resume proses perencanaan pendidikan
Resume proses perencanaan pendidikanResume proses perencanaan pendidikan
Resume proses perencanaan pendidikanMuaz Rozak
 
Resume proses perencanaan pendidikan
Resume proses perencanaan pendidikanResume proses perencanaan pendidikan
Resume proses perencanaan pendidikanMuaz Rozak
 
pdfcoffee.com_analisis-jabatan-pengawas-sekolah-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_analisis-jabatan-pengawas-sekolah-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_analisis-jabatan-pengawas-sekolah-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_analisis-jabatan-pengawas-sekolah-pdf-free.pdfAbdurrahman Musaba
 
MATERI 1 PRADIGMA.pptxvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
MATERI 1 PRADIGMA.pptxvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvMATERI 1 PRADIGMA.pptxvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
MATERI 1 PRADIGMA.pptxvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvgualbertusmeo
 
Uas pengembangan kurikulum
Uas pengembangan kurikulumUas pengembangan kurikulum
Uas pengembangan kurikulumYudi Hamdani
 
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi KurikulumPermendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi KurikulumAbdul Hafifudin
 
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum -garuda1
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum -garuda1Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum -garuda1
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum -garuda1Nayantaka Husna Hartono
 
Landasan Pendi Tugas Kelomp
Landasan Pendi Tugas KelompLandasan Pendi Tugas Kelomp
Landasan Pendi Tugas Kelompherdisaksul
 
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptxAKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptxVinkaSriKembarawati
 
PPT_Pembaharuan_Kurikulum.pptx
PPT_Pembaharuan_Kurikulum.pptxPPT_Pembaharuan_Kurikulum.pptx
PPT_Pembaharuan_Kurikulum.pptxMaulidaturRohmah6
 
Save ulang
Save ulangSave ulang
Save ulangamriani
 
Pa' didik pengembangan kurikulum 2
Pa' didik pengembangan kurikulum 2Pa' didik pengembangan kurikulum 2
Pa' didik pengembangan kurikulum 2Bali D'gunners
 

Semelhante a PENDAHULUAN PENDIDIKAN (20)

Implementasi KTSP pada Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Ciawigebang
Implementasi KTSP pada Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 CiawigebangImplementasi KTSP pada Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Ciawigebang
Implementasi KTSP pada Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Ciawigebang
 
Strategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
Strategi Peningkatan Profesionalisme BerkelanjutanStrategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
Strategi Peningkatan Profesionalisme Berkelanjutan
 
Tugas kurikulum Pembelajaran
Tugas kurikulum PembelajaranTugas kurikulum Pembelajaran
Tugas kurikulum Pembelajaran
 
Kurikulum Pembelajaran
Kurikulum PembelajaranKurikulum Pembelajaran
Kurikulum Pembelajaran
 
Resume proses perencanaan pendidikan
Resume proses perencanaan pendidikanResume proses perencanaan pendidikan
Resume proses perencanaan pendidikan
 
MAKALAH
MAKALAHMAKALAH
MAKALAH
 
Resume proses perencanaan pendidikan
Resume proses perencanaan pendidikanResume proses perencanaan pendidikan
Resume proses perencanaan pendidikan
 
Makalah kurikulum
Makalah kurikulumMakalah kurikulum
Makalah kurikulum
 
pdfcoffee.com_analisis-jabatan-pengawas-sekolah-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_analisis-jabatan-pengawas-sekolah-pdf-free.pdfpdfcoffee.com_analisis-jabatan-pengawas-sekolah-pdf-free.pdf
pdfcoffee.com_analisis-jabatan-pengawas-sekolah-pdf-free.pdf
 
MATERI 1 PRADIGMA.pptxvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
MATERI 1 PRADIGMA.pptxvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvMATERI 1 PRADIGMA.pptxvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
MATERI 1 PRADIGMA.pptxvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
 
Uas pengembangan kurikulum
Uas pengembangan kurikulumUas pengembangan kurikulum
Uas pengembangan kurikulum
 
tugas 2.pptx
tugas 2.pptxtugas 2.pptx
tugas 2.pptx
 
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi KurikulumPermendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
Permendikbud 2013 ttg Evaluasi Kurikulum
 
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum -garuda1
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum -garuda1Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum -garuda1
Lampiran v-pedoman-evaluasi-kurikulum -garuda1
 
Landasan Pendi Tugas Kelomp
Landasan Pendi Tugas KelompLandasan Pendi Tugas Kelomp
Landasan Pendi Tugas Kelomp
 
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptxAKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
AKSI NYATA KURIKULUM MERDEKA.pptx
 
Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
PPT_Pembaharuan_Kurikulum.pptx
PPT_Pembaharuan_Kurikulum.pptxPPT_Pembaharuan_Kurikulum.pptx
PPT_Pembaharuan_Kurikulum.pptx
 
Save ulang
Save ulangSave ulang
Save ulang
 
Pa' didik pengembangan kurikulum 2
Pa' didik pengembangan kurikulum 2Pa' didik pengembangan kurikulum 2
Pa' didik pengembangan kurikulum 2
 

Último

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 

Último (20)

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 

PENDAHULUAN PENDIDIKAN

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang telah banyak perkembangan yang terjadi baik dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi maupun yang lainnya. Di dalam bidang pendidikan saat ini telah begitu banyak perubahan yang terjadi baik dalam komponen pendidikan, fasilitas pendidikan dan lainnya. Dengan berbagai macam perubahan yang terjadi didalam pendidikan adalah untuk memberikan pendidikan yang berkualitas kepeda peserta didik sehingga nantinya akan membawa kontribusi kemajuan negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 maka pemerintah menyediakan sekolah yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan seperti halnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dimana peserta didik diberikan ilmu pengetahuan sekaligus peserta didik diberikan ketrampilan untuk nantinya sebagai bekal untuk memasuki dunia industri ataupun dunia kerja, olehkarena itu pemerintah berusaha memberikan fasilitas yang memadai guna menunjang ketercapaian tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Pemerintah pun telah mengadakan berbagai pengawasan untuk memantau kemajuan pendidikan yang ada di Indonesia, agar nantinya dapat dievaluasi untuk dijadikan bahan pertimbangan kedepannya dalam mengambil keputusan guna memajukan pendidikan. Olehkarena itu kegiatan supervisi adalah kegiatan pengawasan dalam pendidikan, hal ini dilakukan agar pendidik, lembaga pendidikan maupun pemerintah dapat mengawasi pelaksanaan maupun kualitas pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Sedangkan evaluasi adalah mengulas baik itu dalam pelaksanaan pendidikan, fasilitas pendidikan, dan hal lainnya. Dengan adanya supervisi dan evaluasi di dalam pendidikan diharapkan dapat memberikan langkah yang tepat untuk mengatasi
  • 2. masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan, sehingga pelaksanaan pendidikan akan tepat guna untuk peserta didik, dan didukung dengan fasilitas yang memadai oleh pemerintah. Dengan pelaksanaan pendidikan yang tepat dan didukung fasilitas yang memadai maka peserta didik akan semakin berkembang dan kreatif dalam mengembangkan ketrampilan peserta didik sekaligus dapat semakin meningkatkan wawasan peserta didik karena akses informasi dan didukung fasilitas yang memadai. B. Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan supervisi pendidikan? b. Bagaimana landasan konsep dari supervisi pendidikan ? c. Apa permasalahan dan asas dan asumsi supervisi ? d. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan ? e. Apa tujuan dari evaluasi pendidikan ? f. Bagaimana proses evaluasi dalam lembaga pendidikan ? C. Tujuan a. Untuk mengetahui pengertian supervisi dalam pendidikan. b. Untuk mengetahui konsep dari supervisi pendidikan. c. Untuk mengetahui permasalahan dan asas dan asumsi supervisi d. Untuk mengetahui pengertian evaluasi pendidikan. e. Untuk mengetahui tujuan dari evaluasi pendidikan. f. Untuk mengetahui proses evaluasi dalam lembaga pendidikan.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Supervisi Pendidikan 1. Sejarah Supervisi Pendidikan Istilah supervisi dikatakan baru dikenal pada awal tahun 60-an, atau pada dasawarsa terakhir ini (Arikunto, 1988 : 152). Diperkenalkannya istilah supervisi seiring dengan diberikannya mata kuliah administrasi pendidikan di beberapa IKIP di Indonesia, yang kemudian disusul pula dengan dijadikannya administrasi pendidikan sebagai mata pelajaran dan bahan ujian pada SGA/SPG pada tahun ajaran 1965-1966, jadi tidaklah mengherankan jika terdapat kalangan pendidik sendiri yang asing dengan istilah supervisi. Di Indonesia, sebenarnya aktivitas semacam supervisi sudah lama dikenal, tapi sayang sekali kesannya memang agak kurang enak, karena pelaksanaannya yang lebih cenderung hanya untuk mencari kesalahan dan kekurangan guru dalam mengajar. Pada waktu itu aktivitas itu dikenal dengan istilah inspeksi, yang diwariskan oleh Belanda sewaktu menjajah Indonesia selama lebih kurang 3,5 abad. Pada zaman penjajahan Belanda, orang yang memeriksa sekolah dasar (SD) mereka sebut dengan "Schoolopziener", yaitu bertugas memeriksa seluruh mata pelajaran di sekolah dasar yang menggunakan pengantar bahasa Belanda, sedangkan mata pelajaran lain diperiksa oleh petugas yang mereka sebut inspektur, yang juga orang belanda sendiri. Menurut Harahap (1983:6) bahwa pada zaman penjajahan Jepang ada sebutan Shigaku, yaitu istilah yang dipakai tugas penilik sekolah dasar, namun istilah tersebut tidak begitu melekat dikalang pendidik Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, istilah Inspektur pernah dipakai
  • 4. untuk beberapa waktu, tetapi kemudian diubah dengan sebutan pengawas untuk tingkat sekolah lanjutan dan penilik untuk sekolah dasar. Seiring dengan munculnya istilah tersebut, muncul pula istilah baru yang disebut supervisi yang berasal dari bahasa Inggris “ supervision “ yang diperkenalkan oleh orang-orang yang pernah belajar di Amerika Serikat. Menurut Soetopo (1984: 63), di Amerika Serikat aktivitas supervisi baru muncul pada permulaan zaman kolonial, yaitu pada sekitar tahun 1654. “The General Court of Chusetts Bay Coloni” menyatakan bahwa pemuka-pemuka kota bertanggungjawab atas seleksi dan pengaturan kerja guru-guru, gerakan dapat dianggap sebagai cikal bakal lahirnya konsep paling mendasar untuk perkembangan supervisi modern. Kemudian pada tahun 1709, di Boston, a comite of laymen mengunjungi sekolah-sekolah untuk mengetahui penggunaan metode pengajar oleh guru-guru, kecakapan siswa, dan merumuskan usaha- usaha memajukan pengajaran dan organisasi-organisasi sekolah yang baik. Selanjutnya, perkembangan dan pertumbuhan sekolah dipengaruhi pula oleh bertambahnya jumlah penduduk, yang membuat dibutuhkannya tambahan tenaga guru yang lebih besar, yang ada diantara mereka di pilih menjadi kepala sekolah, tetapi kepala sekolah pada waktu itu belum berfungsi sebagai supervisor. Namun pada perkembangan selanjutnya terutama bertambahnya aktivitas sekolah, maka didirikanlah kantor superintendent di sekolah-sekolah, yang mengakibatkan adanya dua unsur pimpinan di setiap sekolah. Kewenangan kedua unsur pimpinan sekolah tidak begitu cepat berkembang, tetapi baru setelah awal abad ke-19, dimana terjadi pengurangan beban pengajar kepala sekolah, supaya mereka lebih banyak mencurahkan waktu membantu pekerjaan guru di kelas. Sehingga dari sinilah dua fungsi kepala sekolah yaitu sebagai administrator dan supervisor.
  • 5. Di dunia pendidikan Indonesia, diterapkannya secara formal konsep supervisi diperkirakan sejak diberlakukannya Keputusan Menteri P dan K, RI. Nomor: 0134/1977, yang menyebutkan siapa saja yang berhak disebut supervisor di sekolah, yaitu kepala sekolah, penilik sekolah untuk tingkat kecamatan, dan para pengawas di tingkat kabupaten/ Kotamadya serta staf kantor bidang yang ada disetiap propinsi. Di dalam PP Nomor 38/Tahun 1992, terdapat perubahan penggunaan istilah pengawas dan penilik. Istilah pengawas dikhususkan untuk supervisor pendidikan di sekolah sedangkan penilik khusus untuk pendidikan luar sekolah. Kedudukan pengawas semakin penting setelah keluar UU. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota; Semua Permendiknas tentang 8 Standar Nasional Pendidikan; Permendiknas No.12 Th. 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah, SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya; Keputusan bersama Mendikbud nomor 0322/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas; Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya; Permendiknas Nomor 39/Tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan. Standar mutu pengawas yang telah ditetapkan oleh DirektoratJenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga KependidikanDirektorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Sudjana, Nana, 2006) bahwa pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun
  • 6. supervisor manajerial. Semua produk hukum itu mengarahkan bahwa kedudukan pengawas bukan hanya sebagai jabatan buangan dan pajangan dikantor dinas pendidikan, tetapi mempunyai fungsi penggerak kemajuan pendidikan di sekolah. Sebagaimana guru, pengawas juga harus memulai pekerjaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan diakhir dengan pelaporan tertulis yang akan dibicara dalam bagian tersendiri. 2. Pengertian Supervisi Pendidikan Supervisi adalah suatu usaha atau kegiatan pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah atau lembaga pendidikan lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Berbagai macam usaha atau kegiatan dapat dilakukan berkaitan dengan supervisi antara lain, pertemuan kelompok, pembicaraan perorangan, kunjungan kelas, ceramah, lokakarya, demostrasi tentang teknik-teknik dan metode-metode mengajar yang baru. Semua ini bermaksud untuk membimbing guru, dalam meningkatkan kesanggupan dan memperluas pandangan mereka. Supervisi dalam hal ini mempunyai pengertian yang luas, yaitu segala macam bentk bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan para pegawai sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Bantuan tersebut berupa bimbingan, dorongan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakpan guru-guru. Sebagai ontoh, misalnya bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaruan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang baik terhdap fase dari sleuruh proses pengajaran. Supervisi sebagai suatu bentuk pengawasan langsung biasanya dilakukan secara berhadap-hadapan antara pengawas dan para guru.
  • 7. Supervisi termasuk kewajiban terpokok dalam administrasi dan merupakan pusat perhatian bagi perkembangan para siswa dan perbaikan pengajaran dengan segala aspek-aspeknya. Sesungguhnya para guru itu memiliki potensi yang lebih besar daripada mereka perlihatkan. Hal ini dsebabkan beberapa faktor yang lazimnya merintangi para guru dalam mempergunakan potensinya atau daya kemampuannya secara maksimal, antara lain : a. Kekurangan pandangan dan tidak jelasnya sasaran pekerjaan. b. Pengalaman pada waktu sebelumnya yang lebih tradisional. c. Tekanan-tekanan dalam penyelarasan diri dengan lingkungan kemanusiaan. d. Ketidakmampuan untuk menilai tugas dan pekerjaannya sendiri dan adanya administrasi perorangan yang kurang baik. Oleh sebab itu supervisi ini dimaksudkan untuk membimbing para guru dalam meningkatkan kesanggupan dan kecakapan serta memperluas pendangan mereka. 3. Landasan dan Konsep Supervisi Pendidikan Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris “supervision”, yang artinya pengawasan atau pengendalian. Supervisi adalah kata benda, berasal dari kata to supervise atau to oversee in order to direct, terjemahannya mengawasi atau mengendalikan. Pada mulanya menurut pendapat Irwin dan Humphrey dalam bukunya yang berjudul Principles and Techniques of Supervision on Physical Education, menjelaskan bahwa di Amerika yang dimaksud dengan supervisi ialah suatu usaha atau kegiatan yang hanya berurusan dengan inspeksi atau pemeriksaan. Dengan demikian supervisi hanya berpusat pada pemeriksaan saja, hkususnya terhadap guru. Selanjutnya terjadi perkembangan tentang maksud supervisi ialah suatu usaha atau kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki cara
  • 8. mengajar. Berdasarkan pandangan Burton, supervisi adalah suatu usaha untuk memperbaiki cara mengajar dan membantu guru dalam caea mengajar. Dengan demikian juga bermaksud untuk membimbing perkembangan para siswa. Perkembangan berikunya, apa yang dimaksud dengan supervisi adalah suatu fungsi yang tidak hanya ditujukan kepada guru saja, tetapi juga kepada masalah-masalah mengajar dan perkembangannya. Peranan supervisi dalam kegiatan pendidikan, antara lain : a. Supervisi sebagai program yang berencana untuk memajukan pengajaran. b. Supervisi sebagai inspeksi. c. Supervisi sebagai kepemimpinan yang koperatif. 4. Permasalahan Supervisi Terdapat dua permasalahan mendasar yang terkait dengan kegiatan supervisi pendidikan, yaitu : a. Bagaimana cara supervisor bekerja di lingkungan pendidikan b. Bagaimana pendekatan masalah yang dilakukan oleh mereka dalam kegiatan supervisi Masalah terbesar bagi kegiatan supervisi pengajaran di sekolah- sekolah sekarang ini adalah untuk menemukan cara-cara kerja secara koperatif, terkoodinasi dengan menggunakan prosedur-prosedur yang demokratis dan meliputi semua orang yang berkepentingan seperti guru, orang tua, dan para siswa sendiri. Mengajar adalah hasil dari keseluruhan pengalaman-pengalaman yang diperoleh guru. Olehkarena itu untuk memajukan pengajaran, supervisi harus mampu memajukan : a. Kepemimpinan yang dapat mengembangkan program sekolah dan memperkaya lingkungan sekolah. b. Kondisi-kondisi yang memungkinkan orang-orang bermufakat tentang tujuan-tujuan dan cara-cara pelaksanaannya, serta dapat
  • 9. memperoleh sumber-sumber yang mendorong (pendangan) dan kecakapan-kecakapan. c. Iklim dan suasana yang membuat ornag merasa diterima dan dihargai sebagai pribadi dan anggota keluarga yang sama penting. Untuk hal tersebut, harus tersedia suatu program kegiatan supervisi yang dibangun untuk menghadapi permasalahan itu meliputi : a. Bantuan perorangan kepada guru-guru dalam memecahkan masalah mereka masing-masing. b. Koordinasi program pengajaran yang menyeluruh. c. Penyelenggaraan program latihan dalam jabatan, secara berkesinambungan bagi pengembangan guru. d. Cara memperoleh alat-alat pengajaran yang bermutu dan cukup. e. Menjalin hubungan yang baik dan kerjasama yang produktif antara sekolah dan masyarakat. Setiap program supervisi terdapat dua cara pendekatan masalah yang berlainan akan tetapi harus dikembangkan bersama-sama, karena keduanya sangat esensial. a. Supervisi bersifat luas, untuk itu pendekatannya secara umum dan berjangka panjang, tertuju kepada perbaikan keseluruhan pekerjaan dari semua guru secara serentak (kooperatif). b. Supervisi secara memusat, ialah supervisi pada bidang yang sangat terbatas, mungkin satu kelas atau satu sekolah. Ini merupakan kegiatan pengawas dari hari ke hari sebagai bantuan khusus kepada guru atau sekolah tertentu. 5. Asas dan Asumsi Supervisi Modern Irwin dan Humphrey mengemukakan bahwa asas-asas supervisi modern meliputi : a. Supervisi hendaknya berfungsi yang terpusat pada siswa.
  • 10. b. Supervisi hendaknya dilakukan secara efektif. c. Supervisi itu harus direncanakan sesuai dengan tujuan. d. Supervisi mengutamakan hubungan manusia. e. Supervisi hendaknya berdasarkan atas kepimpinan yang koperatif. f. Supervisi memberi kemungkinan fleksibilitas. g. Supervisi hendaknya mendasarkan atas penemuan ilmiah. h. Supervisi hendaknya mendasarkan atas evaluasi yang sedang berlangsung. B. Evaluasi Pendidikan 1. Pengertian Evaluasi Pendidikan Pengertian evaluasi telah banyak dikemukan oleh para ahli, antara lain didefinisikan oleh Ralp Tyler (1950) yang menyatakan bahwa evaluasi ialah proses menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat diapai. Evaluasi diartikan sebagai menyediakan informasi untuk pemuat keputusan (Cronbach, 1963: Stufflebeam,1971 dan Alkin,1969). Sementara itu Provus (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar tertentu yakni untuk mengetahui apakah terdapat selisih atau tidak. Akhir-akhir ini telah dicapai sejumlah konsensus antara rvaluator tentang arti evaluasi, antara lain yaitu penilaian atas manfaat atau kegunaan (Scriven, 1967: Glas, 1969: Stuffebeam, 1974). Komite untuk standar evaluasi yang terdiri dari 17 anggota yang mewakili 12 organisasi tentang evaluasi, mendefinisikan evaluasi sebagai penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau kegunaan beberapa objek (Joint Committee, 1981). 2. Tujuan Evaluasi Pendidikan Evaluasi formal telah memegang peranan penting dalam pendidikan, antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk mencapai beberapa tujuan seperti :
  • 11. a. Membuat kebijaksanaan dan keputusan. b. Menilai hasil yang dicapai para pelajar. c. Menilai kurikulum. d. Memberi kepercayaan kepada sekolah. e. Memonitor dana yang telah diberikan. f. Memperbaiki materi dan program pendidikan. Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut, namun evaluasi paling tidak harus memasukkan ketentuan dan tindakan dengan fungsi evaluasi, yaitu : a. Memfokuskan evaluasi. b. Mendesain evaluasi. c. Mengumpulkan informasi. d. Menganalisis informasi. e. Melaporkan hasil evaluasi. f. Mengelola evaluasi. g. Mengevaluasi evaluasi. 3. Model Pendekatan Evaluasi a. Model Evaluasi CIPP Stufflebeam (1985( adalah ahli yang mengusulkan pendekatan yang berorientasi kepada pemegang keputusan untuk menolong administrator membuat keputusan. Ia merumuskan evaluasi sebagai suatu proses mengambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Dalam menghadapi keputusan pendidikan, membagi evaluasi menjadi empat macam yaitu : 1) Contect evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program.
  • 12. 2) Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumbersumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan. 3) Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan. 4) Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. b. Model UCLA Alkin (1969) menulis tentang kerangka kerja evaluasi yang hampir sama dengan model CIPP. Alkin mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisis informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Ia mengemukakan lima macam evaluasi, yaitu : 1) Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem. 2) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. 3) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti direncanakan. 4) Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan ? c. Model Brinkerhoff Setiap desain evaluasi umumnya terdiri atas elemen-elemen yang sama, ada banyak cara untuk mengabungkan elemen tersebut,
  • 13. masing-masing ahli atau evaluator mempunyai konsep yang berbeda dalam hal ini. Brinkerhoff & Cs (1983) mengemukakan tiga golongan evalausi yang disusun berdasarkan pengabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi da versi mereka seperti berikut : 1) Fixed vs emergent evaluation design. Dapatkah masalah evaluasi dan kriteria akhirnya dipertemukan ? 2) Formative vs summative evaluation. Apakah evaluasi akan dipakai untuk perbaikan atau untuk melaporkan kegunaan atau manfaat suatu program ? Atau keduanya ? 3) Experimental and quasi experimental design vs natural/unobstruksive unquiry. Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program/mencoba memanipulasi kondisi, orang diperlakukan, variabel dipengaruhi dan sebagainya, atau hanya diamati, ataukah keduanya ? d. Model Stake atau Countenance Stake (1967) menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu descriptions dan judgement, dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu : antecedents (context), transaction (proses), dan observation (effect) atau yang sebenarnya terjadi. Judgement mempunyai dua aspek, yiatu stadard dan judgement. Stake menyatakan bahwa apabila kita menilai suatu program pendidikan kita, maka berarti kita melakukan perbandingan yang relatif antara satu program dengan yang lainnya, atau perbandingan yang absolut (suatu program dengan standar). Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini ialah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake menyatakan bahwa description disatu pihak berbeda dengan judgement atau menilai. Dalam model ini,
  • 14. antecendents (masukan), transaction (proses), dan outcomes ( hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar absolut, untuk menilai manfaat program. Stake mengatakan bahwa tidak ada penelitian yang dapat diandalkan apabila tidak dinilai. 4. Pendekatan Dalam Evaluasi Istilah pendekatan evaluasi diartikan sebagai ebberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana evaluasi dilakukan, dengan kata lain sebenarnya tujuan dan prosedur evaluasi. a. Experimental Approach Pendekatan eksperimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada penggunaan eksperimental science dalam program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuan evaluator yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program. Keuntungan dari pendekatan eksperimen ini yaitu kemampuannya dalam menarik kesimpulan yang relatif objektif, generalisasi jawaban terhadap pertanyaan program yang bersangkutan. Hal ini membuat pendekatan ini lebih populer, terpercaya, dan disukai pemakai serta pembuat keputusan. b. Goal Oriented Approach Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai dimana pencapaian tujuan telah dicapai. Pendekatan evaluasi semacam ini merupakan pendekatan yang amat wajar dan praktis untuk desain dan pengembangan program, menjelaskan hubungan antara kegiatan khusus yang ditawarkan dan hasil yang akan dicapai.
  • 15. Pada pendekatan itu harus juga ditentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Kelebihan pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini ialah terletak pada hubungan antara tujuan kegiatan dan penekanan pada elemen yang penting dalam program yang melibatkan individu pada elemen khusus. Namun keterbatasan pendekatan ini adalah kemungkinan evaluasi ini melewati konsekuensi yang sebenarnya tidak diharapkan akan terjadi. c. The Decision Focused Approach Pendekatan evaluasi yang berfokus pada keputusan, menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program. Keunggulan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan pembuat keputusan yang khusus dan pengaruh yang makin besar pada keputusan program yang relevan. Sedangkan keterbatasan pendekatan ini yaitu banyak keputusan tidak dibuat berdasarkan data, tetapi tergantung pada impresi perorangan, politik, perasaan, kebutuhan pribadi, dan lain-lain. d. The User Oriented Approach Pada pendekatan ini, evaluator menyadari sejumlah elemen yang cenderung akan mempengaruhi kegunaan evaluasi, diantaranya adalah elemen-elemen yang mencakup cara-cara pendekatan dengan klien, kepekaan, faktor kondisi, dan situasi seperti kondisi yang telah ada, keadaan organisasi dan pengaruh masyarakat, serta situasi dimana evaluasi dilakukan dan dilaporkan. Kelebihan pendekatan ini ialah perhatiaannya terhadap individu yang berurusan dengan program dan perhtaiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu tersebut.
  • 16. Hal ini tidak hanya membuat evaluasi menjadi lebih berguna, tetapi juga dapat menciptakan rasa talah berbuat bagi individu tersebut dan hasil evaluasi akan selalu terpakai. Kelemahan pendekatan ini yaitu ketergantungannya terhadap kelompok yang sama dan kelemahan ini bertambah besar pengaruhnya sehingga hal-hal lain diluar itu kurang mendapat perhatian. e. The Responsive Approach Pendekatan ini merupakan evaluasi responsif dimana diyakini bhawa evaluasi yang berarti adalah yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dengan program. Dalam pendekatan ini evaluator berusaha memahami urusan program melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda. Evaluator juga mengadopsi pendekatan yang bermacam-macam antara lain ditandai oleh ciri-ciri penelitian yang kualitatfi, naturalistik, bukan teknik kuantitatif. Kelebihan pendekatan responsif ialah kepekaannya terhadap berbagai titik pandangan dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigis dan tidak fokus. Keterbatasan pendekatan ini adalah keengganannya membuat prioritas atau penyerdehanaan informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang praktis tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari berbagai keompok. f. Goal Free Evaluation Fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektivitas. Beberapa ciri evaluasi bebas tujuan diantaranya: 1) Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program. 2) Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi.
  • 17. 3) Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang direncanakan. 4) Hubungan evaluator dan manager atau dengan karyawan proyek dibuat seminimal mungkin. 5) Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tidak diramalkan. 5. Beberapa Konsep dalam Evaluasi a. Evaluasi Formatif dan Sumatif Sriven (1967) yang pertama kali membedakan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan selama program berjalan untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan program. Misalnya, selama pengembangan program paket kurikulum, evaluasi formatif akan melibatkan pemeriksaan konten leh ahli, ujicoba tes terhadap sejumlah siswa, tes lapangan terhadap siswa yang lebih banyak dan dengan guru di beberapa sekolah dan sebagainya. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk memberi informasi kepada konsumen yang potensial tentang manfaat atau kegunaan program. Misalnya, sesudah paket kurikulum dikembangkan, evaluasi sumatif mungkin dilaksanakan untuk menentukan efektivitas paket tersebut pada tingkat nasional atau sampel sekolah khusus, guru, dan siswa pada tingkat perkembangan tertentu. Pada evaluasi formatif, audiensinya adalah personalia program yakni mereka yang bertanggungajawab atas perkembangan kurikulum. Untuk evaluasi sumatif, audiensinya termasuk konsumen yang potensial seperti siswa, guru dll. Evaluasi formatif mengarah kepada keputusan tentang perkembangan program termasuk perbaikan, revisi, dan semacamnya. Sedangkan evaluasi sumatif mengarah pada keputusan tentang kelanjutan program, berhenti atau program diteruskan, pengadopsian dan selanjutnya.
  • 18. b. Evaluasi Internal dan Eksternal Selain evaluasi formatif dan sumatif, ada pembagian lain yaitu evaluasi internal dan evaluasi eksternal. Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari dalam proyek, dan evaluasi eksternal dilakukan oleh evaluator dari luar proyek. Evaluator internal tentu mengetahui lebih banyak tentang programnya daripada orang luar atau evaluator eksternal, tetapi mungkin ia begitu dekat dengan program sehingga mungkin agak sulit untuk menjadi objektif 100%. Sebaliknya, sulit bagi seorang evaluator eksternal untuk mengetahui tentang program sebanyak apa yang diketahui evaluator. Evaluator internal cenderung lebih banyak tahu tentang hal-hal yang bersifat kontekstual. 6. Fokus dan Desain Evaluasi Memfokuskan evaluasi yaitu mengkhususkan apa dan bagaimana evaluasi akan dilakukan. Bila evaluasi sudah terfokus, maka ini berarti proses dan desain dimulai. Ada tiga elemen dalam proses pemfokusan, yaitu: a. Mempertemukan pengetahuan dan harapan b. Mengumpulkan informasi c. Merumuskan rencana evaluasi. Desain evaluasi program adalah rencana atau informasi akan dikumpulkan selama proses evaluasi. Alasan utama memakai desain yaitu untuk menyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Pada dasarnya suatu desain ialah bagaimana mengumpulkan informasi yang komparatif sehingga hasil program yang dievaluasi dapat dipakai untuk menilai manfaat dan apakah program diperlukan atau tidak. Desain evaluasi mencakup desain evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.