1. DIAMORF DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA
Jatmika Nurhadi
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, Bandung, 40600, Indonesia
E-mail: jatmikanurhadi@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki sistem dan struktur tertentu. Sistem tersebut berkaitan dengan
tataran fonologis, tataran gramatikal (morfologis dan sintaksis), serta aspek semantik. Salah
satu subsistem tersebut mengkaji aspek makna, baik makna sebenarnya maupun makna
kiasan. Ilmu yang mempelajari makna disebut semantik. Semantik sangat erat hubungannya
dengan kehidupan manusia karena bahasa yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi
haruslah memiliki makna yang tepat agar terjadi komunikasi yang efektif terhadap teman atau
mitra bicara.
Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa,
bila makna tidak terkandung di dalamnya. Setiap arus ujaran mengandung makna atau tidak,
haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok
masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap
struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian,
terhimpun bermacam-macam susunan bunyi yang satu berbeda dari yang lain, yang masing-
masing mengandung suatu makna tertentu, yang bersama-sama membentuk perbendaharaan
kata dari suatu masyarakat. Sebagai alat untuk penyampaian pengalaman jiwa, pikiran, dan
maksud dalam masyarakat, makna memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa.
Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa, yang memiliki bahasa masing-
masing yang lazim disebut bahasa daerah. Baik melalui proses pembelajaran formal maupun
informal, membuat tidak sedikit warga Indonesia yang mampu berbahasa Indonesia sekaligus
berbahasa daerah. Hal ini membuka peluang bagi banyak masyarakat yang berada di
Indonesia menjadi masyarakat bilingualis. Dalam masyarakat bilingualis terdapat kontak
bahasa. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan pada dwibahasawan untuk mempersamakan
hal-hal pada bahasa yang satu dengan hal-hal pada bahasa yang lain (Rusyana, 1988: 5).
2. Sebuah kata yang sama penulisannya maupun pengucapannya dalam sebuah bahasa
bisa juga terdapat dalam bahasa lain yang memiliki kata dengan penulisan dan pengucapan
yang sama. Persamaan tersebut apabila memiliki makna yang sama maka tidak akan
membingungkan masing-masing pengguna bahasa tersebut. Namun, apabila makna yang
terkandung dalam kata-kata tersebut terdapat perbedaan hal ini akan menimbulkan
kebingungan atau salah persepsi. Dalam masyarakat biligualis, hal semacam ini bisa saja
terjadi.
Dwibahasawan melakukan identifikasi antarbahasa. Identifikasi itu dapat terjadi
dalam berbagai bidang, seperti bidang bunyi bahasa, morfologi, hubungan ketatabahasaan,
dan bidang isi. Menurut Rusyana (1988: 5) identifikasi yang terjadi di dalam bidang
morfologi salah satunya adalah diamorf.
Kajian terhadap diamorf jarang sekali dilakukan. Dengan demikian, diperlukan suatu
penelitian mengenai diamorf-diamorf yang terdapat dalam masyarakat bilingualis. Hal ini
dilakukan dengan tujuan mencari persamaan dan perbedaan yang terdapat pada morfem-
morfem yang digunakan dalam bahasa-bahasa tersebut. Dengan demikian, masyarakat tidak
salah dalam memaknai sebuah kata. Selain itu, dwibahasawan-dwibahasawan secara sadar
maupun tidak menghindarkan terjadinya identifikasi tersebut, sehingga proses
mempersamakan bahasa satu dengan bahasa lain menyebabkan dwibahasawan-
dwibahasawan tersebut salah mengidentifikasi makna sebuah kata.
Untuk menyelidiki hal tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap diamorf homofoni
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda perlu dilaksanakan sehingga morfem-morfem apa saja
yang terdapat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang memiliki kesamaan bentuk
fonemiknya, tetapi memiliki perbedaan makna dapat diketahui.
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan paparan diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, terdapat dua masalah yang perlu dirumuskan. Rumusan masalah itu disenaraikan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.
(1) Bagaimana wujud diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?
(2) Bagaimana perbedaan makna yang terkandung dalam diamorf homofoni dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda?
(3) Bagaimana keterkaitan makna yang terkandung dalam diamorf-diamorf homofoni
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?
3. 1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Sunda. Tujuan penelitian ini meliputi tiga hal, yakni:
(1) mendeskripsikan wujud diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda;
(2) mendeskripsikan perbedaan makna yang terkandung dalam diamorf homofoni
morfem bebas dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, dan
(3) mendeskripsikan keterkaitan makna yang terkandung dalam diamorf-diamorf
homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang memaparkan diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda ini mempunyai dua manfaat utama, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Kedua manfaat penelitian ini masing-masing disajikan sebagai berikut.
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, deskripsi diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda ini memiliki empat manfaat, yakni:
1) sebagai bahan pengembangan teori linguistik;
2) sebagai bahan untuk melengkapi kajian linguistik dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda;
3) sebagai informasi bagi para pengkaji bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, dan
4) sebagai acuan bahan ajar bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, deskripsi diamorf homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda
ini memiliki dua manfaat, yakni:
1) sebagai bahan pengajaran dan pembinaan bahasa Sunda dan bahasa Sunda, dan
2) sebagai motivasi tumbuh kembangnya kajian lebih lanjut mengenai diamorf,
bilingualisme, morfologi dan semantik dalam bahasa Sunda.
1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data
4. Di dalam penelitian ini akan digunakan metode deskriptif analitis. Perluasan makna
akan dideskripsikan berdasarkan makna sebelum dan sesudah terjadinya proses perluasan.
Pengumpulan data akan dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
(a) membaca leksem-leksem yang terdapat dalam Kamus Sunda-Indonesia;
(b) menandai leksem-leksem yang terdapat dalam Kamus Sunda-Indonesia;
(c) menyalin leksem-leksen yang terdapat dalam Kamus Sunda-Indonesia yang telah
ditandai ke dalam kartu data. Setiap kartu data diberi nomor kode.
Misalnya:
KARTU DATA
Data 001
Kata dalam BI:amat Kata dalam BS:amat
Makna : sangat Makna : hari sesudah
esok, lusa
Keterkaitan makna:
Tidak mengandung keterkaitan makna.
1.5.2 Teknik Pengolahan Data
Setelah selesai pengumpulan data, selanjutnya pengolahan data yang dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Pengkajian dan analisis data secara semantis untuk menghasilkan deskripsi diamorf
homofoni dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dilihat jenis morfemnya dan
perbedaan maknanya.
2) Penafsiran atau interpretasi data melalui hasil analisis diamorf homofoni dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda untuk menghasilkan simpulan penelitian.
3) Penyajian atau deskripsi data melalui kalimat yang efektif mengenai diamorf homofoni
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
1.6 Sumber Data dan Korpus
1.7 Penentuan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah ragam bahasa tulis. Penentuan sumber data
itu didasari oleh pertimbangan bahwa ragam bahasa tulis lebih terpelihara daripada ragam
5. bahasa lisan sehingga mencerminkan bahasa yang terencana, mantap, dan baku (Ochs, 1972)
dan prosedur ini dibenarkan karena bahasa yang diteliti telah memiliki sistem tulisan
(Samsuri, 1983: 169). Untuk keperluan itu digunakan sumber data bahasa Indonesia yang
dipakai dalam Kamus Sunda-Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Data yang
digunakan adalah morfem bebas berupa kata dasar. Kata turunan dan sebagainya tidak
digunakan.
Bahan tersebut dipilih sebagai sumber data utama atas pertimbangan, yakni (1)
memenuhi syarat kebahasaan dalam arti memperagakan pemakaian bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda baku, (2) cukup mewakili pemakaian bahasa Indonesia dalam berbagai bidang
kehidupan, dan (3) berada dalam jangkauan peneliti.
1.6.2 Penentuan Korpus Data
Penentuan dan pengambilan data seperti itu diharapkan cukup representatif bagi
penelitian ini. Selanjutnya, secara acak akan diambil sejumlah morfem bebas berupa kata
dasar, kemudian dicatat dalam kartu data. Korpus data inilah yang dijadikan bahan kajian
data.
Dari sumber data tersebut ditentukan seluruh kalimat majemuk sebagai populasi.
Selanjutnya, seluruh populasi yang dijadikan sampel itu ditentukan sesuai dengan keperluan
penelitian. Jadi, penelitian ini menggunakan sampel purposif. Seluruh data kata dasar tersebut
dianalisis dari makna dan hubungan semantisnya.
6. BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
(http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Kata morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti
ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul
diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya
itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk
kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas
kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam
morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah
morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk
beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna
(arti) dan kelas kata.
2.1.1 Morfem
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang
mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
7. Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa
(Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka
unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang paling
kecil.
Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan
dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan.
Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan
kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
(http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah
satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal.
2.1.2 Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem ada yang bersifat bebas dan ada yang bersifat terikat. Dikatakan morfem
bebas karena ia dapat berdiri sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat berdiri
sendiri.Misalnya:
1. Morfem bebas – “saya”, “buku”, dsb.
2. Morfem terikat – “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.
2.1.3 Kata
Para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya
tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata
itu. Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan gramatikal.
Kata adalah satuan terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai
makna. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui sebagai
kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna.
Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai
satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Perhatikan kata-kata di
bawah ini.
1. Mobil
2. Rumah
3. Sepeda
4. Ambil
5. Dingin
8. 6. Kuliah.
Keenam kata yang kita ambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata
mempunyai makna. Kita pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma,
ninggib, haklab bukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang
bermofem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata yang bermorfem tunggal
disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya
berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan
perubahan kata dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.
2.2 Semantik
Semantik (dari Bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata
sema, tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu
bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, Semantik adalah pembelajaran
tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan
simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis
simbol oleh komunitas pada konteks tertentu. (http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik)
2.2.1 Jenis Makna
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.
Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal.
Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna
referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat
dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat
dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Selain pembagian
tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal
dan (b) makna kontekstual.
a. Makna Leksikal
Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah
makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks
(turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Makna
9. leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang meliputi
makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna idiomatik.
b. Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai
dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun. Makna
konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau makna
deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap komunikasi.
2.3 Diamorf
Menurut Rusyana (1988: 6) diamorf merupakan varian morfem atau varian kelompok
morfem yang diidentifikasikan secara antarbahasa. Diamorf yang terjadi karena identifikasi
bentuk fonemiknya disebut diamorf homofoni, sedangkan diamorf yang terjadi karena
identifikasi arti disebut diamorf sinonimi. Diamorf yang sekaligus homofoni dan sinonimi
disebut diamorf homologi.
Menurut Kridalaksana (2008: 49) diamorf merupakan satuan morfologis abstrak yang
dirumuskan untuk menandai kesepadanan antara satuan-satuan morfologis di antara pelbagai
dialek atau bahasa.
10. BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Diamorf Homofoni dalam BI dan BS
Untuk mendeksripsikan diamorf homofoni bahasa Indonesia dan bahasa Sunda,
peneliti melakukan langkah analisis terhadap morfem bebas yang berupa kata yang terdapat
dalam BI dan BS. Analisis yang dilakukan adalah analisis terhadap makna yang terkandung
pada masing-masing kata tersebut, kemudian dicari tahu keterkaitan maknanya. Terdapat 71
kata yang dianalisis. Hasil dari analisis data-data itu sebagai berikut.
Data 001
Kata dalam BI:amat Kata dalam BS:amat
Makna : sangat Makna : hari sesudah esok, lusa
Keterkaitan makna:
Tidak mengandung keterkaitan makna.
Data 002
Kata dalam BI:amis Kata dalam BS:amis
Makna : bau asam, anyir Makna : manis
Keterkaitan makna:
Ada keterkaitan makna, yakni berkaitan dengan persepsi indrawi.
11. Data 003
Kata dalam BI:anti Kata dalam BS:anti
Makna : tidak mendukung Makna : tunggu; tidak mendukung
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata anti memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna tidak
berkaitan sama sekali.
Data 004
Kata dalam BI:arah Kata dalam BS:arah
Makna : tujuan Makna : harap, cari, peroleh
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna. Dalam BI arah termasuk nomina, sedangkan dalam BS
termsuk verba.
Data 005
Kata dalam BI:arang Kata dalam BS:arang
Makna : sisa pembakaran kayu Makna : jarang, langka
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna. Dalam BI arah termasuk nomina, sedangkan dalam BS
termasuk adjektiva.
Data 005
Kata dalam BI:awas Kata dalam BS:awas
Makna : peringatan Makna : jelas, kelihatan, peringatan
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata awas memiliki tiga makna, satu makna homologis, tetapi makna lain tidak
berkaitan sama sekali.
Data 006
Kata dalam BI:bakat Kata dalam BS:bakat
Makna : pembawaan Makna : pembawaan; saking
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
12. Data 007
Kata dalam BI:bangga Kata dalam BS:bangga
Makna : perasaan kagum Makna : amat sulit, amat sukar
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna. Terkesan memiliki makna yang berkontradiktif.
Data 008
Kata dalam BI:baya Kata dalam BS:baya
Makna : tua Makna : bahaya
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna sama sekali.
Data 009
Kata dalam BI:bayangan Kata dalam BS:bayangan
Makna : proyeksi gelap suatu Makna : menjadi ganas karena sudah
benda terluka
Keterkaitan makna:
Ada keterkaitan makna mengenai persepsi dalam pikiran.
Data 010
Kata dalam BI:bekas Kata dalam BS:bekas
Makna : mantan, habis pakai Makna : tembak
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 011
Kata dalam BI:burung Kata dalam BS:burung
Makna : nama binatang yang Makna : gila
Berbulu dan bisa terbang
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
13. Data 012
Kata dalam BI:cocok Kata dalam BS:cocok
Makna : pas, tepat Makna : sumbat; suap
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 013
Kata dalam BI:duka Kata dalam BS:duka
Makna : susah, prihatin Makna : kata yang menyatakan tidak
tahu; prihatin, susah
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
Data 014
Kata dalam BI:era Kata dalam BS:éra
Makna : zaman Makna : malu, zaman
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali. Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata era dari BI.
Data 015
Kata dalam BI:gaduh Kata dalam BS:gaduh
Makna : bising, ribut Makna : punya, memiliki
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 016
Kata dalam BI:gaji Kata dalam BS:gajih
Makna : upah Makna : lemak; upah
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata gaji dari BI.
14. Data 017
Kata dalam BI:ganja Kata dalam BS:ganja
Makna : tanaman madat Makna : bagian keris yang agak
memanjang horizontal
antara gagang dengan
kerisnya
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata ganja dari BI.
Data 018
Kata dalam BI:garap Kata dalam BS:garap
Makna : mengerjakan Makna : gagap; mengerjakan
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
Data 019
Kata dalam BI:gelap Kata dalam BS:gelap
Makna : tidak terang, tidak ada Makna : halilintar
cahaya
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 020
Kata dalam BI:gelar Kata dalam BS:gelar
Makna : pangkat, sebutan Makna : hidang; pangkat, sebutan
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata gelar dari BI.
15. Data 021
Kata dalam BI:gempar Kata dalam BS:gempar
Makna : sesuatu yang dahsyat Makna : banyak yang berbaring
biasanya karena sakit
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 022
Kata dalam BI:gemuk Kata dalam BS:gemuk
Makna : gendut, berbadan besar Makna : pupuk tanaman
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 023
Kata dalam BI:gigih Kata dalam BS:gigih
Makna : teguh, pantang menyerah Makna : nasi setengah matang
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna
Data 024
Kata dalam BI:gila Kata dalam BS:gila
Makna : tidak waras, hilang ingatan Makna : jijik
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 025
Kata dalam BI:girang Kata dalam BS:girang
Makna : banyak gaya; senang Makna : barat; hulu
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
16. Data 026
Kata dalam BI:goreng Kata dalam BS:goréng
Makna : cara memasak dengan Makna : jelek; memasak dengan
minyak minyak
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
Data 027
Kata dalam BI:gugah Kata dalam BS:gugah
Makna : menarik Makna : bangun tidur
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 028
Kata dalam BI:gugur Kata dalam BS:gugur
Makna : wafat, mati untuk Makna : guntur, guruh
Ppahlawan/orang berjasa
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 029
Kata dalam BI:gusar Kata dalam BS:gusar
Makna : perasaan gelisah Makna : dipotong gigi
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 030
Kata dalam BI:hilang Kata dalam BS:hilang
Makna : ada jadi tidak ada Makna : mati, meninggal
Keterkaitan makna:
Ada keterkaitan makna, dari ada menjadi tiada. Meninggal dari hidup menjadi mati.
17. Data 031
Kata dalam BI:hirup Kata dalam BS:hirup
Makna : mengambil udara lewat Makna : hidup
hidung
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 032
Kata dalam BI:indah Kata dalam BS:indah
Makna : bagus Makna : mencret (bayi)
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 033
Kata dalam BI:intip Kata dalam BS:intip
Makna : melihat sembunyi- Makna : kerak nasi, intai
sembunyi lewat lubang;
intai
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
Data 034
Kata dalam BI:intip Kata dalam BS:intip
Makna : melihat sembunyi- Makna : kerak nasi, intai
sembunyi lewat lubang;
intai
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
Data 035
Kata dalam BI:juru Kata dalam BS:juru
Makna : ahli, tukang Makna : sudut; ahli, tukang
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata juru dari BI.
18. Data 036
Kata dalam BI:kalem Kata dalam BS:juru
Makna : tenang, sabar Makna : tenang, sabar; tenggelam
ke dalam air
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata kalem dari BS.
Data 037
Kata dalam BI:juru Kata dalam BS:juru
Makna : ahli, tukang Makna : sudut; ahli, tukang
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata juru dari BI.
Data 038
Kata dalam BI:kami Kata dalam BS:juru
Makna : kata ganti orang pertama Makna : kata ganti orang pertama
jamak tunggal; saya, aku yang
yang digunakan orang tua
Keterkaitan makna:
Ada persamaan, tetapi berbeda dalam penggunaan.
Data 039
Kata dalam BI:kanda Kata dalam BS:kanda
Makna : kependekan dari kakanda Makna : janji, versi, rekaan cerita
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
19. Data 040
Kata dalam BI:kasir Kata dalam BS:kasir
Makna : pemegang kas Makna : jangkrik besar; pemegang
kas
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata kasir dari BI.
Data 041
Kata dalam BI:kelar Kata dalam BS:kelar
Makna : selesai Makna : ingar kesenangan yang
sudah dialami; selesai
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BI itu disebabkan oleh serapan
kata kelardari BS.
Data 042
Kata dalam BI:kenyang Kata dalam BS:kenyang
Makna : puas makan Makna : tarik
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterikatan makna.
Data 043
Kata dalam BI: kerok Kata dalam BS:kérok
Makna : penyebab gangguan Makna : sala hitung tidak disengaja
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterikatan makna.
Data 044
Kata dalam BI:kiat Kata dalam BS:kiat
Makna : cara jitu, trik Makna : kuat
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterikatan makna.
20. Data 045
Kata dalam BI:kodok Kata dalam BS:kodok
Makna : binatang amfibi, katak Makna : memasukkan tangan ke
dalam saku atau lubang
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 046
Kata dalam BI:kokoh Kata dalam BS:kokoh
Makna : kuat Makna : kuah
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterikatan makna.
Data 047
Kata dalam BI:kop Kata dalam BS:kop
Makna : kepala surat Makna : penegas untuk kata ambil;
kepala surat
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata kop dari BI.
Data 048
Kata dalam BI:koyo Kata dalam BS:koyo
Makna : obat plester Makna : tidak masuk akal; obat
plester
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata koyo dari BI.
Data 049
Kata dalam BI:lantas Kata dalam BS:lantas
Makna : lalu Makna : panjang ruasnya (bambu)
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
21. Data 050
Kata dalam BI:lestari Kata dalam BS:lestari
Makna : jaga Makna : meninggal
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 051
Kata dalam BI:layang Kata dalam BS:layang
Makna : terbang Makna : surat, tulian, lakon; terbang
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
Data 052
Kata dalam BI:lebah Kata dalam BS:lebah
Makna : tawon, binatang penghasil Makna : dekat, tidak jauh
madu
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna
Data 053
Kata dalam BI:lembur Kata dalam BS:lembur
Makna : kerja di luar waktu kerja Makna : kampung di luar kota;
Kerja di luar waktu kerja
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata lembur dari BI.
Data 054
Kata dalam BI:lenggang Kata dalam BS:lénggang
Makna : goyang dengan gemulai Makna : jernih
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
22. Data 055
Kata dalam BI:liar Kata dalam BS:liar
Makna : tidak jinak Makna : berpergian, keluar rumah
Keterkaitan makna:
Tidsk ada keterkaitan makna.
Data 056
Kata dalam BI:luang Kata dalam BS:luang
Makna : kosong Makna : pengalaman
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 057
Kata dalam BI:mangga Kata dalam BS:mangga
Makna : nama buah berbiji tunggal Makna : silakan; ucapan
manis asam rasanya
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 058
Kata dalam BI:mani Kata dalam BS:mani
Makna : sperma Makna : sperma; sampai jadi
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata mani dari BI.
Data 059
Kata dalam BI:mesum Kata dalam BS:mesum
Makna : pornografis Makna : wajah muram; pornografis
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata mesum dari BI.
23. Data 060
Kata dalam BI:muka Kata dalam BS:muka
Makna : wajah Makna : wajah; membuka
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
Data 061
Kata dalam BI:muntah Kata dalam BS:muntah
Makna : makanan yang keluar lagi Makna : luntur
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 062
Kata dalam BI:mutu Kata dalam BS:mutu
Makna : kualitas Makna : alat pelumat/penumbuk;
kualitas
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata mutu dari BI.
Data 063
Kata dalam BI:paling Kata dalam BS:paling
Makna : yang ter- Makna : curi
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 064
Kata dalam BI:palung Kata dalam BS:palung
Makna : bagian laut yang dalam Makna : gila
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
24. Data 065
Kata dalam BI:pamor Kata dalam BS:pamor
Makna : daya tarik, wibawa Makna : garis-garis menyerupai
gambar dalam keris
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
Data 066
Kata dalam BI:pesat Kata dalam BS:pesat
Makna : signifikan Makna : mencabut golok dari
Sarungnya; signifikan
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.Makna yang homologis dalam BS itu disebabkan oleh
serapan kata pesat dari BI.
Data 067
Kata dalam BI:pocong Kata dalam BS:pocong
Makna : bungkus mayat Makna : bungkus mayat; ukuran padi
Keterkaitan makna:
Dalam BS kata bakat memiliki dua makna, satu makna homologis, tetapi satu makna
tidak berkaitan sama sekali.
Data 068
Kata dalam BI:poros Kata dalam BS:poros
Makna : sumbu Makna : terperosok
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 069
Kata dalam BI:pucat Kata dalam BS:pucat
Makna : muka putih pasi Makna : lepas, copot
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
25. Data 070
Kata dalam BI:semi Kata dalam BS:semi
Makna : tidak terlalu; setengah Makna : jagung muda
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
Data 071
Kata dalam BI:susut Kata dalam BS:susut
Makna : mengecil, menciut Makna : seka, usap, membersihkan
Keterkaitan makna:
Tidak ada keterkaitan makna.
3.2 Pembahasan Diamorf Homofoni BI dan BS
Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda terdapat diamorf homofoni. Diamorf ini
terjadi karena identifikasi bentuk fonemik yang terdapat dari kata-kata yang sama, tetapi
memiliki makna yang berbeda.
Setelah dianalisis dapat diketahui bahwa diamorf yang terdapat dalam BI dan BS
lebih banyak yang tidak mengandung keterikatan makna. Selain itu, terdapat pula kata dalam
BI dan BS yang bermakna ganda, sehingga kata tersebut ada yang memiliki keterikatan
makna ada yang tidak. Keterikatan makna tersebut ada yang terjadi karena proses penyerapan
kata dan ada yang terjadi karena kehomologisan kata. Dengan kata lain, terdapat kata yang
berhomonim dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda.
Di samping itu, ditemukan pula makna yang berkaitan seperti pada kata amis yang
dalam bahasa Indonesia bermakna anyir, sedangkan di bahasa Sunda bermakna manis.
Keterikatannya terdapat pada makna yang berkaitan dengan persepsi indra. Selain itu, ada
juga makna yang berkontradiktif seperti pada kata bangga. Kata bangga dalam BI memiliki
arti positif, yakni hal yang mengagumkan. Namun, dalam BS bermakana susah, berat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
26. Dari hasil analisis dan pembahasan data dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut.
(1) Dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda terdapat diamorf homofoni.
(2) Diamorf ini terjadi karena identifikasi bentuk fonemik yang terdapat dari kata-kata
yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
(3) Diamorf homofoni terdapat dalam kata dasar BS dan BI.
(4) Diamorf yang terdapat dalam BI dan BS lebih banyak yang tidak mengandung
keterikatan makna.
(5) Diamorf dalam BI dan BS terdapat yang bermakna ganda, sehingga kata tersebut
ada yang memiliki keterikatan makna ada yang tidak.
(6) Keterikatan makna pada diamorf yang bermakna ganda tersebut terjadi karena
proses penyerapan kata atau kehomologisan kata. Dengan kata lain, terdapat kata
yang berhomonim dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda.
(7) Terdapat keterikatan makna yang berkaitan dengan persepsi indra.
(8) Terdapat keterikatan makna yang kontradiktif.
4.2 Saran
Dari simpulan terdapat beberapa saran untuk penelitian berikutnya, di antaranya:
(1) Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti diamorf tidak hanya diamorf homofoni
tetapi juga diamorf sinonimi dan diamorf homologi.
(2) Peneliti selanjutnya diharapkan tidak hanya meneliti diamorf pada morfem bebas
berupa kata dasar, tetapi juga meneliti morfem-morfem lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
27. Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
I.G.N. Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Ochs, Elinor. 1979. “Planned and Unplanned Discourse” dalam Givon (Ed.) Syntax and
Semantics. Vol 12. New York: Academic Press.
Rusyana, Yus. 1988. Perihal Kedwibahasaan(Bilingualisme). Jakarta: Depdikbud.
Samsuri. 1983. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik
http://id.wikipedia.org/wiki/semantik