Dokumen tersebut membahas tentang distosia bahu yang merupakan komplikasi persalinan dimana bahu janin tersangkut setelah kepala janin dilahirkan. Dokumen tersebut menjelaskan penyebab, gejala, komplikasi, penatalaksanaan, dan manajemen distosia bahu.
2. referensi
Sokol RJ, Blackwell SC, for the American College of
Obstetricians and Gynecologists. Committee on Practice
Bulletins-Gynecology. ACOG practice bulletin no. 40: shoulder
dystocia. November 2002 (replaces practice pattern no. 7,
October 1997). Int J Gynaecol Obstet 2003;80:87-92.
Mocanu EV, Greene RA, Byrne BM, Turner MJ. Obstetric and
neonatal outcomes of babies weighing more than 4.5 kg: an
analysis by parity. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol
2000;92:229-33.
Sandmire HF, DeMott RK. Erb's palsy: concepts of causation.
Obstet Gynecol 2000;95(6 pt 1):941-2.
Lam MH, Wong GY, Lao TT. Reappraisal of neonatal clavicular
fracture: relationship between infant size and neonatal
morbidity. Obstet Gynecol 2002;100:115-9.
Irion O, Boulvain M. Induction of labour for suspected fetal
macrosomia. Cochrane Database Syst Rev 2003;(2):CD000938.
3. pendahuluan
Terdapat sejumlah bukti bahwa insidensi
distosia bahu meningkat sejak tahun 1960
sampai 1980 (Hopwood, 1982). Hal ini
tampaknya disebabkan oleh peningkatan
berat lahir. Modanlou dan rekan (1982)
menyatakan bahwa neonatus yang
mengalami distosia bahu memiliki disproporsi
bahu-kepala dan dada-kepala yang secara
nyata lebih besar dibanding dengan bayi lain
yang sama-sama makrosomik yang
dilahirkan tanpa distosia.
4. Definisi
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin
dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat
masuk ke dalam panggul
Distosia bahu adalah peristiwa dimana
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
5. Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu
adalah bila dalam persalinan pervaginam
untuk melahirkan bahu harus dilakukan
maneuver khusus.
Spong dkk (1995) menggunakan sebuah
kriteria objektif untuk menentukan adanya
distosia bahu yaitu interval waktu antara
lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai
normal interval waktu antara persalinan
kepala dengan persalinan seluruh tubuh
adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik.
6. KESUKARAN PADA DISTOSIA BAHU
Anak besar
Badan anak relatif
besar(anencephalus)
Abdomen Bayi Besar (tumor
abdomen)
Bayi kembar
7. PENYEBAB DISTOSIA BAHU
Posisi kedua
Besarnya bahu
bahu
Kelainan bentuk
panggul/deformitas
panggul
12. KONSEKUENSI PADA IBU.
Perdarahan pospartum , biasanya disebabkan
oleh atonia uteri, tapi bisa juga akibat laserasi
vagina dan serviks, merupakan risiko utama
kematian ibu (Benedetti dan Gabbe, 1978;
Parks dan Ziel, 1978). Infeksi masa nifas
setelah seksio sesarea tetap merupakan
suatu masalah.
13. KONSEKUENSI PADA JANIN.
Distosia bahu dapat dihubungkan dengan
morbiditas dan bahkan mortalitas janin yang
signifikan. Gherman dan rekan (1998)
meninjau 285 kasus distosia bahu dan 25%
dihubungkan dengan cedera pada janin.
Kecacatan pleksus brakhialis sesaat adalah
jenis cedera yang paling sering, mencapai
dua pertiga kasus; 38% mengalami fraktur
klavikula, dan 17% menderita fraktur
humerus
14. Cedera Pleksus Brakhialis.
Cedera pada pleksus brakhialis dapat
terletak di bagian atas atau bawah
dari pleksus tersebut. Hal ini biasanya
terjadi akibat traksi pleksus brakhialis
ke bawah pada pelahiran bahu depan.
15. Fraktur Klavikula.
Fraktur klavikula relatif sering terjadi dan
telah didiagnosis pada 0,4 persen bayi yang
dilahirkan per vaginam di Parkland Hospital
(Roberts et al, 1995). Fraktur jenis ini, meski
terkadang dihubungkan dengan distosia
bahu, sering terjadi tanpa kejadian klinis
apapun yang mencurigakan
16. PERKIRAAN DAN PENCEGAHAN DISTOSIA
BAHU.
Terjadi evolusi pemikiran yang cukup besar di
bidang obstetrik mengenai kemampuan untuk
mencegah distosia bahu selama dua dekade
terakhir. Selama tahun 1970an, saat praktek
seksio sesarea meningkat dengan cepat,
diharapkan sejumlah faktor risiko pada
kehamilan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi wanita yang membutuhkan
seksio sesarea untuk mengatasi distosia
bahunya. Namun, selama tahun 1980an, tampak
jelas bahwa angka persalinan sesar cenderung
berlebihan.
17. FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor risiko pada ibu,
termasuk obesitas, multiparitas,
dan diabetes, berpengaruh
terhadap distosia bahu akibat
hubungannya dengan
peningkatan berat lahir.
18. Penyulit intrapartum yang dihubungkan
dengan distosia bahu adalah pelahiran
dengan forseps tengah (midforceps) serta
persalinan kala satu dan kala dua yang
memanjang (Baskett dan Allen, 1995; Nocon
et al, 1993). Namun, McFarland dan rekan
(1995), dengan menggunakan kelompok
kontrol yang setara, menemukan bahwa
kelainan pada persalinan kala satu dan kala
dua bukan merupakan petanda klinis yang
berguna untuk meramalkan terjadinya
distosia bahu.
19. Faktor Resiko
- Kehamilan - Maternal
Post-Term obesitas
- Riwayat
- Makrosomia
distosia bahu
janin
sebelumnya
- Kencing manis
- Persalinan
yang kurang
yang prolonged
terkontrol
20. Tabel Insidensi Distosia Bahu Berdasarkan
Pengelompokan Berat Lahir pada Bayi Tunggal yang
Dilahirkan Per Vaginam tahun 2001 di Parkland
Hospital
21. Riwayat Distosia Bahu
Sebelumnya.
Smith dan rekan (1994) mengidentifikasi
kasus distosia bahu rekuren pada 5 dari 42
wanita (12 persen). Tujuh dari para wanita ini
melahirkan bayi yang lebih berat
dibandingkan sebelumnya, tapi hanya dua
yang mengalami distosia bahu
22. The American College of Obstetricians and
Gynecologists (1997, 2000) meninjau
penelitian-penelitian yang diklasifikasikan
menurut metode evidence-based yang
dikeluarkan oleh the United States Preventive
Services Task Force. Hasilnya menyimpulkan
bahwa sebagian besar bukti-bukti terbaru
sejalan dengan pandangan bahwa:
23. Sebagian besar kasus distosia bahu tidak
dapat diramalkan atau dicegah karena tidak
ada metode yang akurat untuk
mengidentifikasi janin mana yang akan
mengalami komplikasi ini.
Pengukuran ultrasonik untuk memperkirakan
makrosomia memiliki akurasi yang terbatas.
24. Seksio sesarea elektif yang didasarkan atas
kecurigaan adanya makrosomia bukan
merupakan strategi yang beralasan.
Seksio sesarea elektif dapat dibenarkan pada
wanita non-diabetik dengan perkiraan berat
lahir janin lebih dari 5000 g atau wanita
diabetik yang berat lahir janinnya
diperkirakan akan melebihi 4500 g.
25. PATOFISIOLOGI
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran
paksi luar yang menyebabkan kepala berada
pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu
miring (oblique) di bawah ramus pubis.
Dorongan pada saat ibu meneran akan
meyebabkan bahu depan (anterior) berada di
bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring
dan tetap berada pada posisi anteroposterior,
pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu
depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak
bisa lahir mengikuti kepala.
26. ETIOLOGI
Distosia bahu terutama disebabkan oleh
deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
“melipat” ke dalam panggul (misal : pada
makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
persalinan kala II yang pendek pada multipara
sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat
melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu
tengah panggul setelah mengalami
pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil
melipat masuk ke dalam panggul.
27. PENILAIAN KLINIK
1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap
perineum sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.
5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang
terperangkap di belakang symphisis.
28. Manajemen Distosia Bahu
Jangan menarik bayi karena hal ini akan berdampak
bahu semakin tertahan. Ini adalah kesalahan yang
paling umum orang membuat karena mereka panik.
Traksi dapat menyebabkan cedera pleksus brakialis
pada bayi (lihat film di atas).
Jangan memotong tali pusat jika sudah di sekitar leher
bayi. Karena tali pusat yang utuh masih ada
kemungkinan bayi menerima oksigen yang memberi
Anda lebih banyak waktu dan membantu dengan
melakukan resusitasi sesudahnya.
Berkomunikasi dengan ibu . Anda selalu punya waktu
untuk menjelaskan apa yang terjadi dan mengapa
Anda melakukan apa yang Anda lakukan, atau
meminta dia untuk melakukan sesuatu.
29. Syarat-Syarat Dapat Dilakukan Tindakan
Untuk Menangani Distosia Bahu
1. Kondisi vital ibu cukup
3. Jalan lahir dan pintu
memadai sehingga dapat 2. Masih mampu bawah panggul memadai
bekerjasama untuk
untuk mengejan untuk akomodasi tubuh
menyelesaikan
bayi
persalinan
4. Bayi masih 5. Bukan monstrum
hidup atau atau kelainan
congenital yang
diharapkan dapat menghalangi keluarnya
bertahan hidup bayi
30. PENATALAKSANAAN.
Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan,
pelaku praktek obstetrik harus mengetahui betul
prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang
terkadang dapat sangat melumpuhkan ini.
Pengurangan interval waktu antara pelahiran
kepala sampai pelahiran badan amat penting
untuk bertahan hidup. Usaha untuk melakukan
traksi ringan pada awal pelahiran, yang dibantu
dengan gaya dorong ibu, amat dianjurkan.
31. 1. Penekanan suprapubik sedang dilakukan oleh
seorang asisten sementara dilakukan traksi
ke bawah terhadap kepala bayi.
32. 2. Manuver McRoberts yang ditemukan oleh
Gonik dan rekan (1983) dan dinamai sesuai
nama William A. McRoberts, Jr., yang
mempopulerkan penggunaannya di
University of Texas di Houston. Manuver ini
terdiri atas mengangkat tungkai dari pijakan
kaki pada kursi obstetris dan
memfleksikannya sejauh mungkin ke
abdomen
33.
34. 3. Woods (1943) melaporkan bahwa, dengan
memutar bahu belakang secara progresif
sebesar 180 derajat dengan gerakan seperti
membuka tutup botol, bahu depan yang terjepit
dapat dibebaskan. Tindakan ini sering disebut
sebagai manuver corkscrew Woods.
35.
36. 4. Pelahiran bahu belakang meliputi
penyusuran lengan belakang janin secara
hati-hati hingga mencapai dada, yang diikuti
dengan pelahiran lengan tersebut. Cingulum
pektorale kemudian diputar ke arah salah
satu diameter oblik panggul yang diikuti
pelahiran bahu depan.
37.
38. 5. Rubin (1964) merekomendasikan dua
manuver. Pertama, kedua bahu janin diayun
dari satu sisi ke sisi lain dengan memberikan
tekanan pada abdomen. Bila hal ini tidak
berhasil, tangan yang berada di panggul
meraih bahu yang paling mudah diakses,
yang kemudian didorong ke permukaan
anterior bahu.
39.
40.
41. 6. Hibbard (1982) menganjurkan untuk menekan
dagu dan leher janin ke arah rektum ibu, dan
seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu
depan dibebaskan. Penekanan kuat pada fundus
yang dilakukan pada saat yang salah akan
mengakibatkan semakin terjepitnya bahu
depan. Gross dan rekan (1987) melaporkan
bahwa penekanan fundus tanpa disertai
manuver lain akan "menyebabkan angka
komplikasi sebesar 77 persen dan erat
dihubungkan dengan kerusakan ortopedik dan
neurologik (janin)."
42. 7. Sandberg (1985) melaporkan penggunaan
manuver Zavanelli untuk mengembalikan
kepala ke dalam rongga panggul dan
kemudian melahirkan secara sesar. Bagian
pertama dari manuver ini adalah
mengembalikan kepala ke posisi oksiput
anterior atau oksiput posterior bila kepala
janin telah berputar dari posisi tersebut
43. 8. Fraktur klavikula yang dilakukan secara
sengaja dengan cara menekan klavikula
anterior terhadap ramus pubis dapat
dilakukan untuk membebaskan bahu yang
terjepit. Namun, pada praktiknya, sulit
mematahkan klavikula secara sengaja pada
bayi besar. Fraktur klavikula biasanya akan
sembuh dengan cepat, dan tidak seserius
cedera nervus brakhialis, asfiksia atau
kematian.
44. 9.Kleidotomi, yaitu memotong klavikula
dengan gunting atau benda tajam lain, dan
biasanya dilakukan pada janin mati
(Schramm, 1983).
45. 10. Simfisiotomi tampaknya
juga dapat diterapkan
dengan sukses, seperti
dijelaskan oleh Hartfield
(1986). Goodwin dan
rekan (1997) melaporkan
tiga kasus yang
mengerjakan
simfisiotomi setelah
manuver Zavanelli gagal
ketiga bayi mati dan
terdapat morbiditas ibu
yang signifikan akibat
cedera traktus urinarius.
46. Manajemen Alarmer :
A Ask for help (Minta bantuan)
L Lift/hyperflex Legs
Hyperflexi kedua kaki ( McRobert's Manoeuver)
Distosia Bahu umumnya dapat tertanggulangi sampai
dengan 70%
kasus oleh manoeuver ini.
A Anterior shoulder disimpaction (disimpaksi bahu depan
Pendekatan secara abdominal penekanan suprapubic
terhadap bahu depan (Mazzanti Manuver)
Pendekatan pervaginal Adduction bahu depan dengan
tekanan untuk mempermudah aspek bahu belakang( yaitu.
bahu didorong ke arah dada)
dimana hal Ini menghasilkan diameter tekecil ( Rubin
Manuver)
47. R Rotation of the posterior shoulder (Pemutaran bahu
belakang)
Seperti sekrup manoeuver. Bahu belakang diputar 180°
menjadi bahu depan.
M Manual removal posterior arm (mengeluarkan bahu
belakang secara manual)
E Episiotomy
R Roll over onto ‘all fours’(knee-chest position)
48. Hindari :
Panik
Menarik
Mendorong
Pivot(mengalungasi kepala secara paksa
menggunakan coxy sebagai fulcrum)
49. Jika cara-cara tersebut diatas telah dicoba
berulang kali namun tidak berhasil, ada cara-
cara lain yang diusulkan, yaitu:
1. Patahkan tulang klavikula atau humerus
2. Symphysiotomy
3. Zavenelli manoeuver sesarea
50. Yang harus dikerjakan setelah distosia bahu
terjadi :
Selalu ingat akan adanya resiko perlukaan jalan
lahir ibu dan perdarahan postpartum.
Penanganan aktif kala tiga. Meriksa dan
memperbaiki laserasi jalan lahir.
51. Lakukan resusitasi bayi yang sesuai dan
benar. Mencari adanya trauma pada bayi.
Setiap kejadian distosia bahu harus
didokumentasikan dan manoeuvers apa yang
digunakan untuk mengatasinya harus
diuraikan sepenuhnya.
Informed consent kepada pasien dan
keluarga.
52. The American College of Obstetricians and
Gynecologists (1991) merekomendasikan
langkah-langkah berikut ini urutannya
bergantung pada pengalaman dan pilihan
pribadi masing-masing operator:
53. Panggil bantuan mobilisasi asisten, anestesiolog,
dan dokter anak. Pada saat ini dilakukan upaya
untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan
kandung kemih bila penuh.
Lakukan episiotomi luas (mediolateral atau
episioproktotomi) untuk memperluas ruangan di
posterior.
Penekanan suprapubik digunakan pada saat awal
oleh banyak dokter karena alasan kemudahannya.
Manuver McRoberts memerlukan dua asisten. Tiap
asisten memegangi satu tungkai dan
memfleksikannya paha ibu tajam ke arah
abdomen.
54. Manuver corkscrew Woods
Pelahiran lengan belakang dapat dicoba,
tapi bila lengan belakang dalam posisi
ekstensi sempurna, hal ini biasanya sulit
dilakukan.
Teknik-teknik lain sebaiknya hanya
dilakukan pada kasus-kasus ketika
manuver lain telah gagal. Yang termasuk
dalam teknik ini adalah fraktur klavikula
atau humerus depan dengan sengaja
dan manuver Zavanelli.
55. Kesimpulan
Selalu antisipasi dan siap-siap akan kemungkinan
terjadinya suatu distosia bahu karna sebagian
besar kasus terjadi tanpa diduga sebelumnya dan
tanpa adanya suatu faktor resiko.
Selalu ingat akan tatalaksana distosia bahu
(ALARMER)
Bila distosia bahu terjadi, jangan panik, jangan
menarik, jangan mendorong dan jangan memutar
kepala bayi dengan menggunakan leher atau
kepala bayi.