SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 56
Distosia bahu
KELOMPOK 4
referensi
 Sokol RJ, Blackwell SC, for the American College of
    Obstetricians and Gynecologists. Committee on Practice
    Bulletins-Gynecology. ACOG practice bulletin no. 40: shoulder
    dystocia. November 2002 (replaces practice pattern no. 7,
    October 1997). Int J Gynaecol Obstet 2003;80:87-92.
   Mocanu EV, Greene RA, Byrne BM, Turner MJ. Obstetric and
    neonatal outcomes of babies weighing more than 4.5 kg: an
    analysis by parity. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol
    2000;92:229-33.
   Sandmire HF, DeMott RK. Erb's palsy: concepts of causation.
    Obstet Gynecol 2000;95(6 pt 1):941-2.
   Lam MH, Wong GY, Lao TT. Reappraisal of neonatal clavicular
    fracture: relationship between infant size and neonatal
    morbidity. Obstet Gynecol 2002;100:115-9.
   Irion O, Boulvain M. Induction of labour for suspected fetal
    macrosomia. Cochrane Database Syst Rev 2003;(2):CD000938.
pendahuluan
 Terdapat sejumlah bukti bahwa insidensi
  distosia bahu meningkat sejak tahun 1960
  sampai 1980 (Hopwood, 1982). Hal ini
  tampaknya disebabkan oleh peningkatan
  berat lahir. Modanlou dan rekan (1982)
 menyatakan       bahwa     neonatus    yang
 mengalami distosia bahu memiliki disproporsi
 bahu-kepala dan dada-kepala yang secara
 nyata lebih besar dibanding dengan bayi lain
 yang     sama-sama       makrosomik    yang
 dilahirkan tanpa distosia.
Definisi

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin
dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat
masuk ke dalam panggul


Distosia bahu adalah peristiwa dimana
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
 Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu
  adalah bila dalam persalinan pervaginam
  untuk melahirkan bahu harus dilakukan
  maneuver khusus.
 Spong dkk (1995) menggunakan sebuah
  kriteria objektif untuk menentukan adanya
  distosia bahu yaitu interval waktu antara
  lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai
  normal interval waktu antara persalinan
  kepala dengan persalinan seluruh tubuh
  adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik.
KESUKARAN PADA DISTOSIA BAHU

                  Anak besar

               Badan anak relatif
              besar(anencephalus)
           Abdomen Bayi Besar (tumor
                 abdomen)

                 Bayi kembar
PENYEBAB DISTOSIA BAHU


                    Posisi kedua
 Besarnya bahu
                       bahu


         Kelainan bentuk
        panggul/deformitas
             panggul
KOMPLIKASI DISTOSIA BAHU

  Fetal/Neonatal

 • Kematian
 • Hypoxia/Asphyxia
 • Perlukaan kelahiran
 • Faktur klavikula-humerus
 • kelumpuhan plexus brakhialis
Maternal

•Perdarahan postpartum
•Atonia
•Laseasi jalan lahir
•Ruptur uteri
KONSEKUENSI PADA IBU.

 Perdarahan pospartum , biasanya disebabkan
  oleh atonia uteri, tapi bisa juga akibat laserasi
  vagina dan serviks, merupakan risiko utama
  kematian ibu (Benedetti dan Gabbe, 1978;
  Parks dan Ziel, 1978). Infeksi masa nifas
  setelah seksio sesarea tetap merupakan
  suatu masalah.
KONSEKUENSI PADA JANIN.

 Distosia bahu dapat dihubungkan dengan
 morbiditas dan bahkan mortalitas janin yang
 signifikan. Gherman dan rekan (1998)
 meninjau 285 kasus distosia bahu dan 25%
 dihubungkan dengan cedera pada janin.
 Kecacatan pleksus brakhialis sesaat adalah
 jenis cedera yang paling sering, mencapai
 dua pertiga kasus; 38% mengalami fraktur
 klavikula, dan 17% menderita fraktur
 humerus
Cedera Pleksus Brakhialis.

 Cedera pada pleksus brakhialis dapat
 terletak di bagian atas atau bawah
 dari pleksus tersebut. Hal ini biasanya
 terjadi akibat traksi pleksus brakhialis
 ke bawah pada pelahiran bahu depan.
Fraktur Klavikula.

 Fraktur klavikula relatif sering terjadi dan
  telah didiagnosis pada 0,4 persen bayi yang
  dilahirkan per vaginam di Parkland Hospital
  (Roberts et al, 1995). Fraktur jenis ini, meski
  terkadang dihubungkan dengan distosia
  bahu, sering terjadi tanpa kejadian klinis
  apapun yang mencurigakan
PERKIRAAN DAN PENCEGAHAN DISTOSIA
               BAHU.
 Terjadi evolusi pemikiran yang cukup besar di
  bidang obstetrik mengenai kemampuan untuk
  mencegah distosia bahu selama dua dekade
  terakhir. Selama tahun 1970an, saat praktek
  seksio sesarea meningkat dengan cepat,
  diharapkan sejumlah faktor risiko pada
  kehamilan      dapat     digunakan     untuk
  mengidentifikasi wanita yang membutuhkan
  seksio sesarea untuk mengatasi distosia
  bahunya. Namun, selama tahun 1980an, tampak
  jelas bahwa angka persalinan sesar cenderung
  berlebihan.
FAKTOR RISIKO

 Beberapa faktor risiko pada ibu,
 termasuk obesitas, multiparitas,
 dan diabetes, berpengaruh
 terhadap distosia bahu akibat
 hubungannya dengan
 peningkatan berat lahir.
 Penyulit   intrapartum yang dihubungkan
  dengan distosia bahu adalah pelahiran
  dengan forseps tengah (midforceps) serta
  persalinan kala satu dan kala dua yang
  memanjang (Baskett dan Allen, 1995; Nocon
  et al, 1993). Namun, McFarland dan rekan
  (1995), dengan menggunakan kelompok
  kontrol yang setara, menemukan bahwa
  kelainan pada persalinan kala satu dan kala
  dua bukan merupakan petanda klinis yang
  berguna untuk meramalkan terjadinya
  distosia bahu.
Faktor Resiko
     - Kehamilan       - Maternal
      Post-Term         obesitas


                        - Riwayat
     - Makrosomia
                      distosia bahu
         janin
                      sebelumnya

                     - Kencing manis
      - Persalinan
                       yang kurang
    yang prolonged
                        terkontrol
Tabel     Insidensi Distosia Bahu Berdasarkan
Pengelompokan Berat Lahir pada Bayi Tunggal yang
Dilahirkan Per Vaginam tahun 2001 di Parkland
Hospital
Riwayat Distosia Bahu
Sebelumnya.
 Smith dan rekan (1994) mengidentifikasi
  kasus distosia bahu rekuren pada 5 dari 42
  wanita (12 persen). Tujuh dari para wanita ini
  melahirkan bayi yang lebih berat
  dibandingkan sebelumnya, tapi hanya dua
  yang mengalami distosia bahu
 The American College of Obstetricians and
  Gynecologists (1997, 2000) meninjau
  penelitian-penelitian yang diklasifikasikan
  menurut metode evidence-based yang
  dikeluarkan oleh the United States Preventive
  Services Task Force. Hasilnya menyimpulkan
  bahwa sebagian besar bukti-bukti terbaru
  sejalan dengan pandangan bahwa:
 Sebagian besar kasus distosia bahu tidak
  dapat diramalkan atau dicegah karena tidak
  ada    metode     yang     akurat   untuk
  mengidentifikasi janin mana yang akan
  mengalami komplikasi ini.
 Pengukuran ultrasonik untuk memperkirakan
  makrosomia memiliki akurasi yang terbatas.
 Seksio sesarea elektif yang didasarkan atas
  kecurigaan adanya makrosomia bukan
  merupakan strategi yang beralasan.
 Seksio sesarea elektif dapat dibenarkan pada
  wanita non-diabetik dengan perkiraan berat
  lahir janin lebih dari 5000 g atau wanita
  diabetik yang berat lahir janinnya
  diperkirakan akan melebihi 4500 g.
PATOFISIOLOGI

 Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran
  paksi luar yang menyebabkan kepala berada
  pada sumbu normal dengan tulang belakang
  bahu pada umumnya akan berada pada sumbu
  miring (oblique) di bawah ramus pubis.
  Dorongan pada saat ibu meneran akan
  meyebabkan bahu depan (anterior) berada di
  bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan
  putaran menyesuaikan dengan sumbu miring
  dan tetap berada pada posisi anteroposterior,
  pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu
  depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak
  bisa lahir mengikuti kepala.
ETIOLOGI

 Distosia bahu terutama disebabkan oleh
  deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
  “melipat” ke dalam panggul (misal : pada
  makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan
  persalinan kala II yang pendek pada multipara
  sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
  menyebabkan bahu tidak melipat pada saat
  melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu
  tengah       panggul       setelah     mengalami
  pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil
  melipat masuk ke dalam panggul.
PENILAIAN KLINIK

1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva


2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar


3. Dagu tertarik dan menekan perineum

4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap
perineum sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina.

5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang
terperangkap di belakang symphisis.
Manajemen Distosia Bahu
 Jangan menarik bayi karena hal ini akan berdampak
  bahu semakin tertahan. Ini adalah kesalahan yang
  paling umum orang membuat karena mereka panik.
 Traksi dapat menyebabkan cedera pleksus brakialis
  pada bayi (lihat film di atas).
 Jangan memotong tali pusat jika sudah di sekitar leher
  bayi. Karena tali pusat yang utuh masih ada
  kemungkinan bayi menerima oksigen yang memberi
  Anda lebih banyak waktu dan membantu dengan
  melakukan resusitasi sesudahnya.
 Berkomunikasi dengan ibu . Anda selalu punya waktu
  untuk menjelaskan apa yang terjadi dan mengapa
  Anda melakukan apa yang Anda lakukan, atau
  meminta dia untuk melakukan sesuatu.
Syarat-Syarat Dapat Dilakukan Tindakan
Untuk Menangani Distosia Bahu



1. Kondisi vital ibu cukup
                                                   3. Jalan lahir dan pintu
memadai sehingga dapat       2. Masih mampu      bawah panggul memadai
   bekerjasama untuk
                             untuk mengejan       untuk akomodasi tubuh
     menyelesaikan
                                                              bayi
       persalinan


                 4. Bayi masih        5. Bukan monstrum
                  hidup atau              atau kelainan
                                        congenital yang
               diharapkan dapat      menghalangi keluarnya
                bertahan hidup                bayi
PENATALAKSANAAN.

 Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan,
 pelaku praktek obstetrik harus mengetahui betul
 prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang
 terkadang dapat sangat melumpuhkan ini.
 Pengurangan interval waktu antara pelahiran
 kepala sampai pelahiran badan amat penting
 untuk bertahan hidup. Usaha untuk melakukan
 traksi ringan pada awal pelahiran, yang dibantu
 dengan gaya dorong ibu, amat dianjurkan.
1. Penekanan suprapubik sedang dilakukan oleh
   seorang asisten sementara dilakukan traksi
   ke bawah terhadap kepala bayi.
2. Manuver McRoberts yang ditemukan oleh
  Gonik dan rekan (1983) dan dinamai sesuai
  nama William A. McRoberts, Jr., yang
  mempopulerkan        penggunaannya         di
  University of Texas di Houston. Manuver ini
  terdiri atas mengangkat tungkai dari pijakan
  kaki      pada    kursi    obstetris     dan
  memfleksikannya sejauh mungkin ke
  abdomen
3. Woods (1943) melaporkan bahwa, dengan
   memutar bahu belakang secara progresif
   sebesar 180 derajat dengan gerakan seperti
   membuka tutup botol, bahu depan yang terjepit
   dapat dibebaskan. Tindakan ini sering disebut
   sebagai manuver corkscrew Woods.
4.      Pelahiran bahu belakang meliputi
     penyusuran lengan belakang janin secara
     hati-hati hingga mencapai dada, yang diikuti
     dengan pelahiran lengan tersebut. Cingulum
     pektorale kemudian diputar ke arah salah
     satu diameter oblik panggul yang diikuti
     pelahiran bahu depan.
5.     Rubin (1964) merekomendasikan dua
     manuver. Pertama, kedua bahu janin diayun
     dari satu sisi ke sisi lain dengan memberikan
     tekanan pada abdomen. Bila hal ini tidak
     berhasil, tangan yang berada di panggul
     meraih bahu yang paling mudah diakses,
     yang kemudian didorong ke permukaan
     anterior bahu.
6. Hibbard (1982) menganjurkan untuk menekan
  dagu dan leher janin ke arah rektum ibu, dan
  seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu
  depan dibebaskan. Penekanan kuat pada fundus
  yang dilakukan pada saat yang salah akan
  mengakibatkan semakin terjepitnya bahu
  depan. Gross dan rekan (1987) melaporkan
  bahwa penekanan fundus tanpa disertai
  manuver lain akan "menyebabkan angka
  komplikasi sebesar 77 persen dan erat
  dihubungkan dengan kerusakan ortopedik dan
  neurologik (janin)."
 7. Sandberg (1985) melaporkan penggunaan
 manuver Zavanelli untuk mengembalikan
 kepala ke dalam rongga panggul dan
 kemudian melahirkan secara sesar. Bagian
 pertama dari manuver ini adalah
 mengembalikan kepala ke posisi oksiput
 anterior atau oksiput posterior bila kepala
 janin telah berputar dari posisi tersebut
8. Fraktur klavikula yang dilakukan secara
  sengaja dengan cara menekan klavikula
  anterior terhadap ramus pubis dapat
  dilakukan untuk membebaskan bahu yang
  terjepit. Namun, pada praktiknya, sulit
  mematahkan klavikula secara sengaja pada
  bayi besar. Fraktur klavikula biasanya akan
  sembuh dengan cepat, dan tidak seserius
  cedera nervus brakhialis, asfiksia atau
  kematian.
 9.Kleidotomi, yaitu memotong klavikula
  dengan gunting atau benda tajam lain, dan
  biasanya dilakukan pada janin mati
  (Schramm, 1983).
10. Simfisiotomi tampaknya
  juga dapat diterapkan
  dengan sukses, seperti
  dijelaskan oleh Hartfield
  (1986). Goodwin dan
  rekan (1997) melaporkan
  tiga kasus yang
  mengerjakan
  simfisiotomi setelah
  manuver Zavanelli gagal
  ketiga bayi mati dan
  terdapat morbiditas ibu
  yang signifikan akibat
  cedera traktus urinarius.
Manajemen Alarmer :

A Ask for help (Minta bantuan)
L Lift/hyperflex Legs
 Hyperflexi kedua kaki ( McRobert's Manoeuver)
 Distosia Bahu umumnya dapat tertanggulangi sampai
  dengan 70%
  kasus oleh manoeuver ini.
A Anterior shoulder disimpaction (disimpaksi bahu depan
 Pendekatan secara abdominal  penekanan suprapubic
  terhadap bahu depan (Mazzanti Manuver)
 Pendekatan pervaginal  Adduction bahu depan dengan
  tekanan untuk mempermudah aspek bahu belakang( yaitu.
  bahu didorong ke arah dada)
 dimana hal Ini menghasilkan diameter tekecil ( Rubin
  Manuver)
R Rotation of the posterior shoulder (Pemutaran bahu
  belakang)
 Seperti sekrup manoeuver. Bahu belakang diputar 180°
  menjadi bahu depan.
M Manual removal posterior arm (mengeluarkan bahu
  belakang secara manual)
E Episiotomy
R Roll over onto ‘all fours’(knee-chest position)
 Hindari :
 Panik
 Menarik
 Mendorong
 Pivot(mengalungasi kepala secara    paksa
  menggunakan coxy sebagai fulcrum)
 Jika cara-cara tersebut diatas telah dicoba
  berulang kali namun tidak berhasil, ada cara-
  cara lain yang diusulkan, yaitu:
 1. Patahkan tulang klavikula atau humerus
 2. Symphysiotomy
 3. Zavenelli manoeuver sesarea
 Yang harus dikerjakan setelah distosia bahu
  terjadi :
 Selalu ingat akan adanya resiko perlukaan jalan
  lahir ibu dan perdarahan postpartum.
  Penanganan aktif kala tiga. Meriksa dan
  memperbaiki laserasi jalan lahir.
 Lakukan resusitasi bayi yang sesuai dan
  benar. Mencari adanya trauma pada bayi.
 Setiap kejadian distosia bahu harus
  didokumentasikan dan manoeuvers apa yang
  digunakan untuk mengatasinya harus
  diuraikan sepenuhnya.
 Informed consent kepada pasien dan
  keluarga.
 The American College of Obstetricians and
  Gynecologists (1991) merekomendasikan
  langkah-langkah berikut ini urutannya
  bergantung pada pengalaman dan pilihan
  pribadi masing-masing operator:
 Panggil bantuan mobilisasi asisten, anestesiolog,
  dan dokter anak. Pada saat ini dilakukan upaya
  untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan
  kandung kemih bila penuh.
 Lakukan episiotomi luas (mediolateral atau
  episioproktotomi) untuk memperluas ruangan di
  posterior.
 Penekanan suprapubik digunakan pada saat awal
  oleh banyak dokter karena alasan kemudahannya.
 Manuver McRoberts memerlukan dua asisten. Tiap
  asisten    memegangi      satu     tungkai  dan
  memfleksikannya paha ibu tajam ke arah
  abdomen.
 Manuver corkscrew Woods
 Pelahiran lengan belakang dapat dicoba,
  tapi bila lengan belakang dalam posisi
  ekstensi sempurna, hal ini biasanya sulit
  dilakukan.
 Teknik-teknik lain sebaiknya hanya
  dilakukan pada kasus-kasus ketika
  manuver lain telah gagal. Yang termasuk
  dalam teknik ini adalah fraktur klavikula
  atau humerus depan dengan sengaja
  dan manuver Zavanelli.
Kesimpulan

 Selalu antisipasi dan siap-siap akan kemungkinan
  terjadinya suatu distosia bahu karna sebagian
  besar kasus terjadi tanpa diduga sebelumnya dan
  tanpa adanya suatu faktor resiko.
 Selalu ingat akan tatalaksana distosia bahu
  (ALARMER)
 Bila distosia bahu terjadi, jangan panik, jangan
  menarik, jangan mendorong dan jangan memutar
  kepala bayi dengan menggunakan leher atau
  kepala bayi.
Distosia Bahu

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsiaJoni Iswanto
 
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayiFraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayinor rahmah
 
Janin akhir khmiln
Janin akhir khmilnJanin akhir khmiln
Janin akhir khmilnfikri asyura
 
10. gangguan dalam kala iii persalinan
10. gangguan dalam kala iii persalinan10. gangguan dalam kala iii persalinan
10. gangguan dalam kala iii persalinanfikri asyura
 
Perubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP fPerubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP fharry christama
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibueka f
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
 
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletalPerubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletalRahayu Pratiwi
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOVeranica Widi
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalHendrik Sutopo
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiDokter Tekno
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaFuji Astuti
 
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannyarismaaap
 

Mais procurados (20)

10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia
 
Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisiMalpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisi
 
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayiFraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
 
Janin akhir khmiln
Janin akhir khmilnJanin akhir khmiln
Janin akhir khmiln
 
10. gangguan dalam kala iii persalinan
10. gangguan dalam kala iii persalinan10. gangguan dalam kala iii persalinan
10. gangguan dalam kala iii persalinan
 
Perubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP fPerubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP f
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu
 
Partus Lama final
Partus Lama finalPartus Lama final
Partus Lama final
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 
Kardiotokografi
KardiotokografiKardiotokografi
Kardiotokografi
 
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletalPerubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
Perubahan anatomi fisiologis sistem muculoskeletal
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
 
Ppt plasenta previa
Ppt plasenta previaPpt plasenta previa
Ppt plasenta previa
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan Normal
 
Tugas individu tanda bahaya kehamilan
Tugas individu tanda bahaya kehamilanTugas individu tanda bahaya kehamilan
Tugas individu tanda bahaya kehamilan
 
Kardiotokografi
KardiotokografiKardiotokografi
Kardiotokografi
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
 
Presentasi muka
Presentasi mukaPresentasi muka
Presentasi muka
 
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
228753432 deteksi-dini-komplikasi-pada-masa-nifas-dan-penanganannya
 

Destaque

Persalinan macet Reproduksi
Persalinan macet ReproduksiPersalinan macet Reproduksi
Persalinan macet ReproduksiZarah Dzulhijjah
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan IIKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan IIpjj_kemenkes
 
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)Amanda Putri Utami
 
refrat persalinan normal ( 2-08-2013 RSUD SERANG )
 refrat  persalinan normal ( 2-08-2013 RSUD SERANG ) refrat  persalinan normal ( 2-08-2013 RSUD SERANG )
refrat persalinan normal ( 2-08-2013 RSUD SERANG )Dea Noviana
 
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu HamilPemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamilpjj_kemenkes
 
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam KebidananTeknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidananpjj_kemenkes
 
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Sentra Komputer dan Foto Copy
 
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...Warnet Raha
 
Latihan soal uji kompetensi AKBID PARAMATA RAHA
Latihan soal uji kompetensi AKBID PARAMATA RAHA Latihan soal uji kompetensi AKBID PARAMATA RAHA
Latihan soal uji kompetensi AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinanModul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinanpjj_kemenkes
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVpjj_kemenkes
 
14 langkah sukses oleh nico manggala
14 langkah sukses oleh nico manggala 14 langkah sukses oleh nico manggala
14 langkah sukses oleh nico manggala Nico Manggala Erdi
 

Destaque (20)

Bahu macet power point
Bahu macet power pointBahu macet power point
Bahu macet power point
 
Persalinan macet Reproduksi
Persalinan macet ReproduksiPersalinan macet Reproduksi
Persalinan macet Reproduksi
 
Askep distosia
Askep distosiaAskep distosia
Askep distosia
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan IIKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala I dan II
 
Letak lintang
Letak lintangLetak lintang
Letak lintang
 
Bersalin
BersalinBersalin
Bersalin
 
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
Laporan Tutorial Skenario A Blok 4 (Sindrom Turner)
 
Distocia
DistociaDistocia
Distocia
 
refrat persalinan normal ( 2-08-2013 RSUD SERANG )
 refrat  persalinan normal ( 2-08-2013 RSUD SERANG ) refrat  persalinan normal ( 2-08-2013 RSUD SERANG )
refrat persalinan normal ( 2-08-2013 RSUD SERANG )
 
5. kala ii
5. kala ii5. kala ii
5. kala ii
 
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu HamilPemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Laboratoriun Pada Ibu Hamil
 
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam KebidananTeknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
Teknologi Tepat Guna dalam Kebidanan
 
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
 
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
IDENTIFIKASI INDIKASI INDUKSI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI RUANG DELIMA RU...
 
Ponek dan poned
Ponek dan ponedPonek dan poned
Ponek dan poned
 
Latihan soal uji kompetensi AKBID PARAMATA RAHA
Latihan soal uji kompetensi AKBID PARAMATA RAHA Latihan soal uji kompetensi AKBID PARAMATA RAHA
Latihan soal uji kompetensi AKBID PARAMATA RAHA
 
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinanModul 5 kb 1   penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
Modul 5 kb 1 penyulit komplikasi persalinan kala i dan ii persalinan
 
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVKegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IV
 
Shoulder dystocia
Shoulder dystociaShoulder dystocia
Shoulder dystocia
 
14 langkah sukses oleh nico manggala
14 langkah sukses oleh nico manggala 14 langkah sukses oleh nico manggala
14 langkah sukses oleh nico manggala
 

Semelhante a Distosia Bahu

Distosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.pptDistosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.pptRahmaYk2
 
REFRAT ppt-Adimas crysna-distosia.pptx
REFRAT ppt-Adimas crysna-distosia.pptxREFRAT ppt-Adimas crysna-distosia.pptx
REFRAT ppt-Adimas crysna-distosia.pptxTeofilusDaniP1
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuSeptian Muna Barakati
 
obstetri letak sungsang dan lintang
obstetri letak sungsang dan lintangobstetri letak sungsang dan lintang
obstetri letak sungsang dan lintangKamilatulKhuriyah
 
Kegawat Daruratan Persalinan Kala i dan ii
Kegawat Daruratan Persalinan Kala i dan iiKegawat Daruratan Persalinan Kala i dan ii
Kegawat Daruratan Persalinan Kala i dan iiUFDK
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
DISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptxDISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptxssusere9b521
 
Distosia janin poltekkes surakarta
Distosia janin poltekkes surakartaDistosia janin poltekkes surakarta
Distosia janin poltekkes surakartaYunita Dipra
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)Eny Dika Lestari
 

Semelhante a Distosia Bahu (20)

Distosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.pptDistosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
Distosia & Kelainan Letak Malposisi.ppt
 
REFRAT ppt-Adimas crysna-distosia.pptx
REFRAT ppt-Adimas crysna-distosia.pptxREFRAT ppt-Adimas crysna-distosia.pptx
REFRAT ppt-Adimas crysna-distosia.pptx
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Askep distosia AKPER PEMDA MUNA
Askep distosia AKPER PEMDA MUNA Askep distosia AKPER PEMDA MUNA
Askep distosia AKPER PEMDA MUNA
 
Makalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinanMakalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinan
 
Hiperpituarisme
HiperpituarismeHiperpituarisme
Hiperpituarisme
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
obstetri letak sungsang dan lintang
obstetri letak sungsang dan lintangobstetri letak sungsang dan lintang
obstetri letak sungsang dan lintang
 
Darmina 1 AKBID PARAMATA RAHA
Darmina 1 AKBID PARAMATA RAHA Darmina 1 AKBID PARAMATA RAHA
Darmina 1 AKBID PARAMATA RAHA
 
173719164 refrat-kala-ii-lama
173719164 refrat-kala-ii-lama173719164 refrat-kala-ii-lama
173719164 refrat-kala-ii-lama
 
Kegawat Daruratan Persalinan Kala i dan ii
Kegawat Daruratan Persalinan Kala i dan iiKegawat Daruratan Persalinan Kala i dan ii
Kegawat Daruratan Persalinan Kala i dan ii
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 
DISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptxDISTOSIA PERSALINAN.pptx
DISTOSIA PERSALINAN.pptx
 
Distosia janin poltekkes surakarta
Distosia janin poltekkes surakartaDistosia janin poltekkes surakarta
Distosia janin poltekkes surakarta
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
patologi persalinan.ppt
patologi persalinan.pptpatologi persalinan.ppt
patologi persalinan.ppt
 
Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)Ruang nusa indah (perinatal)
Ruang nusa indah (perinatal)
 

Distosia Bahu

  • 2. referensi  Sokol RJ, Blackwell SC, for the American College of Obstetricians and Gynecologists. Committee on Practice Bulletins-Gynecology. ACOG practice bulletin no. 40: shoulder dystocia. November 2002 (replaces practice pattern no. 7, October 1997). Int J Gynaecol Obstet 2003;80:87-92.  Mocanu EV, Greene RA, Byrne BM, Turner MJ. Obstetric and neonatal outcomes of babies weighing more than 4.5 kg: an analysis by parity. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 2000;92:229-33.  Sandmire HF, DeMott RK. Erb's palsy: concepts of causation. Obstet Gynecol 2000;95(6 pt 1):941-2.  Lam MH, Wong GY, Lao TT. Reappraisal of neonatal clavicular fracture: relationship between infant size and neonatal morbidity. Obstet Gynecol 2002;100:115-9.  Irion O, Boulvain M. Induction of labour for suspected fetal macrosomia. Cochrane Database Syst Rev 2003;(2):CD000938.
  • 3. pendahuluan  Terdapat sejumlah bukti bahwa insidensi distosia bahu meningkat sejak tahun 1960 sampai 1980 (Hopwood, 1982). Hal ini tampaknya disebabkan oleh peningkatan berat lahir. Modanlou dan rekan (1982) menyatakan bahwa neonatus yang mengalami distosia bahu memiliki disproporsi bahu-kepala dan dada-kepala yang secara nyata lebih besar dibanding dengan bayi lain yang sama-sama makrosomik yang dilahirkan tanpa distosia.
  • 4. Definisi Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul Distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
  • 5.  Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus.  Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik.
  • 6. KESUKARAN PADA DISTOSIA BAHU Anak besar Badan anak relatif besar(anencephalus) Abdomen Bayi Besar (tumor abdomen) Bayi kembar
  • 7. PENYEBAB DISTOSIA BAHU Posisi kedua Besarnya bahu bahu Kelainan bentuk panggul/deformitas panggul
  • 8.
  • 9. KOMPLIKASI DISTOSIA BAHU Fetal/Neonatal • Kematian • Hypoxia/Asphyxia • Perlukaan kelahiran • Faktur klavikula-humerus • kelumpuhan plexus brakhialis
  • 11.
  • 12. KONSEKUENSI PADA IBU.  Perdarahan pospartum , biasanya disebabkan oleh atonia uteri, tapi bisa juga akibat laserasi vagina dan serviks, merupakan risiko utama kematian ibu (Benedetti dan Gabbe, 1978; Parks dan Ziel, 1978). Infeksi masa nifas setelah seksio sesarea tetap merupakan suatu masalah.
  • 13. KONSEKUENSI PADA JANIN.  Distosia bahu dapat dihubungkan dengan morbiditas dan bahkan mortalitas janin yang signifikan. Gherman dan rekan (1998) meninjau 285 kasus distosia bahu dan 25% dihubungkan dengan cedera pada janin. Kecacatan pleksus brakhialis sesaat adalah jenis cedera yang paling sering, mencapai dua pertiga kasus; 38% mengalami fraktur klavikula, dan 17% menderita fraktur humerus
  • 14. Cedera Pleksus Brakhialis.  Cedera pada pleksus brakhialis dapat terletak di bagian atas atau bawah dari pleksus tersebut. Hal ini biasanya terjadi akibat traksi pleksus brakhialis ke bawah pada pelahiran bahu depan.
  • 15. Fraktur Klavikula.  Fraktur klavikula relatif sering terjadi dan telah didiagnosis pada 0,4 persen bayi yang dilahirkan per vaginam di Parkland Hospital (Roberts et al, 1995). Fraktur jenis ini, meski terkadang dihubungkan dengan distosia bahu, sering terjadi tanpa kejadian klinis apapun yang mencurigakan
  • 16. PERKIRAAN DAN PENCEGAHAN DISTOSIA BAHU.  Terjadi evolusi pemikiran yang cukup besar di bidang obstetrik mengenai kemampuan untuk mencegah distosia bahu selama dua dekade terakhir. Selama tahun 1970an, saat praktek seksio sesarea meningkat dengan cepat, diharapkan sejumlah faktor risiko pada kehamilan dapat digunakan untuk mengidentifikasi wanita yang membutuhkan seksio sesarea untuk mengatasi distosia bahunya. Namun, selama tahun 1980an, tampak jelas bahwa angka persalinan sesar cenderung berlebihan.
  • 17. FAKTOR RISIKO  Beberapa faktor risiko pada ibu, termasuk obesitas, multiparitas, dan diabetes, berpengaruh terhadap distosia bahu akibat hubungannya dengan peningkatan berat lahir.
  • 18.  Penyulit intrapartum yang dihubungkan dengan distosia bahu adalah pelahiran dengan forseps tengah (midforceps) serta persalinan kala satu dan kala dua yang memanjang (Baskett dan Allen, 1995; Nocon et al, 1993). Namun, McFarland dan rekan (1995), dengan menggunakan kelompok kontrol yang setara, menemukan bahwa kelainan pada persalinan kala satu dan kala dua bukan merupakan petanda klinis yang berguna untuk meramalkan terjadinya distosia bahu.
  • 19. Faktor Resiko - Kehamilan - Maternal Post-Term obesitas - Riwayat - Makrosomia distosia bahu janin sebelumnya - Kencing manis - Persalinan yang kurang yang prolonged terkontrol
  • 20. Tabel Insidensi Distosia Bahu Berdasarkan Pengelompokan Berat Lahir pada Bayi Tunggal yang Dilahirkan Per Vaginam tahun 2001 di Parkland Hospital
  • 21. Riwayat Distosia Bahu Sebelumnya.  Smith dan rekan (1994) mengidentifikasi kasus distosia bahu rekuren pada 5 dari 42 wanita (12 persen). Tujuh dari para wanita ini melahirkan bayi yang lebih berat dibandingkan sebelumnya, tapi hanya dua yang mengalami distosia bahu
  • 22.  The American College of Obstetricians and Gynecologists (1997, 2000) meninjau penelitian-penelitian yang diklasifikasikan menurut metode evidence-based yang dikeluarkan oleh the United States Preventive Services Task Force. Hasilnya menyimpulkan bahwa sebagian besar bukti-bukti terbaru sejalan dengan pandangan bahwa:
  • 23.  Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah karena tidak ada metode yang akurat untuk mengidentifikasi janin mana yang akan mengalami komplikasi ini.  Pengukuran ultrasonik untuk memperkirakan makrosomia memiliki akurasi yang terbatas.
  • 24.  Seksio sesarea elektif yang didasarkan atas kecurigaan adanya makrosomia bukan merupakan strategi yang beralasan.  Seksio sesarea elektif dapat dibenarkan pada wanita non-diabetik dengan perkiraan berat lahir janin lebih dari 5000 g atau wanita diabetik yang berat lahir janinnya diperkirakan akan melebihi 4500 g.
  • 25. PATOFISIOLOGI  Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
  • 26. ETIOLOGI  Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
  • 27. PENILAIAN KLINIK 1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva 2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar 3. Dagu tertarik dan menekan perineum 4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga tampak masuk kembali ke dalam vagina. 5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di belakang symphisis.
  • 28. Manajemen Distosia Bahu  Jangan menarik bayi karena hal ini akan berdampak bahu semakin tertahan. Ini adalah kesalahan yang paling umum orang membuat karena mereka panik.  Traksi dapat menyebabkan cedera pleksus brakialis pada bayi (lihat film di atas).  Jangan memotong tali pusat jika sudah di sekitar leher bayi. Karena tali pusat yang utuh masih ada kemungkinan bayi menerima oksigen yang memberi Anda lebih banyak waktu dan membantu dengan melakukan resusitasi sesudahnya.  Berkomunikasi dengan ibu . Anda selalu punya waktu untuk menjelaskan apa yang terjadi dan mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan, atau meminta dia untuk melakukan sesuatu.
  • 29. Syarat-Syarat Dapat Dilakukan Tindakan Untuk Menangani Distosia Bahu 1. Kondisi vital ibu cukup 3. Jalan lahir dan pintu memadai sehingga dapat 2. Masih mampu bawah panggul memadai bekerjasama untuk untuk mengejan untuk akomodasi tubuh menyelesaikan bayi persalinan 4. Bayi masih 5. Bukan monstrum hidup atau atau kelainan congenital yang diharapkan dapat menghalangi keluarnya bertahan hidup bayi
  • 30. PENATALAKSANAAN. Karena distosia bahu tidak dapat diramalkan, pelaku praktek obstetrik harus mengetahui betul prinsip-prinsip penatalaksanaan penyulit yang terkadang dapat sangat melumpuhkan ini. Pengurangan interval waktu antara pelahiran kepala sampai pelahiran badan amat penting untuk bertahan hidup. Usaha untuk melakukan traksi ringan pada awal pelahiran, yang dibantu dengan gaya dorong ibu, amat dianjurkan.
  • 31. 1. Penekanan suprapubik sedang dilakukan oleh seorang asisten sementara dilakukan traksi ke bawah terhadap kepala bayi.
  • 32. 2. Manuver McRoberts yang ditemukan oleh Gonik dan rekan (1983) dan dinamai sesuai nama William A. McRoberts, Jr., yang mempopulerkan penggunaannya di University of Texas di Houston. Manuver ini terdiri atas mengangkat tungkai dari pijakan kaki pada kursi obstetris dan memfleksikannya sejauh mungkin ke abdomen
  • 33.
  • 34. 3. Woods (1943) melaporkan bahwa, dengan memutar bahu belakang secara progresif sebesar 180 derajat dengan gerakan seperti membuka tutup botol, bahu depan yang terjepit dapat dibebaskan. Tindakan ini sering disebut sebagai manuver corkscrew Woods.
  • 35.
  • 36. 4. Pelahiran bahu belakang meliputi penyusuran lengan belakang janin secara hati-hati hingga mencapai dada, yang diikuti dengan pelahiran lengan tersebut. Cingulum pektorale kemudian diputar ke arah salah satu diameter oblik panggul yang diikuti pelahiran bahu depan.
  • 37.
  • 38. 5. Rubin (1964) merekomendasikan dua manuver. Pertama, kedua bahu janin diayun dari satu sisi ke sisi lain dengan memberikan tekanan pada abdomen. Bila hal ini tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah diakses, yang kemudian didorong ke permukaan anterior bahu.
  • 39.
  • 40.
  • 41. 6. Hibbard (1982) menganjurkan untuk menekan dagu dan leher janin ke arah rektum ibu, dan seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu depan dibebaskan. Penekanan kuat pada fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan mengakibatkan semakin terjepitnya bahu depan. Gross dan rekan (1987) melaporkan bahwa penekanan fundus tanpa disertai manuver lain akan "menyebabkan angka komplikasi sebesar 77 persen dan erat dihubungkan dengan kerusakan ortopedik dan neurologik (janin)."
  • 42.  7. Sandberg (1985) melaporkan penggunaan manuver Zavanelli untuk mengembalikan kepala ke dalam rongga panggul dan kemudian melahirkan secara sesar. Bagian pertama dari manuver ini adalah mengembalikan kepala ke posisi oksiput anterior atau oksiput posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi tersebut
  • 43. 8. Fraktur klavikula yang dilakukan secara sengaja dengan cara menekan klavikula anterior terhadap ramus pubis dapat dilakukan untuk membebaskan bahu yang terjepit. Namun, pada praktiknya, sulit mematahkan klavikula secara sengaja pada bayi besar. Fraktur klavikula biasanya akan sembuh dengan cepat, dan tidak seserius cedera nervus brakhialis, asfiksia atau kematian.
  • 44.  9.Kleidotomi, yaitu memotong klavikula dengan gunting atau benda tajam lain, dan biasanya dilakukan pada janin mati (Schramm, 1983).
  • 45. 10. Simfisiotomi tampaknya juga dapat diterapkan dengan sukses, seperti dijelaskan oleh Hartfield (1986). Goodwin dan rekan (1997) melaporkan tiga kasus yang mengerjakan simfisiotomi setelah manuver Zavanelli gagal ketiga bayi mati dan terdapat morbiditas ibu yang signifikan akibat cedera traktus urinarius.
  • 46. Manajemen Alarmer : A Ask for help (Minta bantuan) L Lift/hyperflex Legs  Hyperflexi kedua kaki ( McRobert's Manoeuver)  Distosia Bahu umumnya dapat tertanggulangi sampai dengan 70% kasus oleh manoeuver ini. A Anterior shoulder disimpaction (disimpaksi bahu depan  Pendekatan secara abdominal  penekanan suprapubic terhadap bahu depan (Mazzanti Manuver)  Pendekatan pervaginal  Adduction bahu depan dengan tekanan untuk mempermudah aspek bahu belakang( yaitu. bahu didorong ke arah dada)  dimana hal Ini menghasilkan diameter tekecil ( Rubin Manuver)
  • 47. R Rotation of the posterior shoulder (Pemutaran bahu belakang)  Seperti sekrup manoeuver. Bahu belakang diputar 180° menjadi bahu depan. M Manual removal posterior arm (mengeluarkan bahu belakang secara manual) E Episiotomy R Roll over onto ‘all fours’(knee-chest position)
  • 48.  Hindari :  Panik  Menarik  Mendorong  Pivot(mengalungasi kepala secara paksa menggunakan coxy sebagai fulcrum)
  • 49.  Jika cara-cara tersebut diatas telah dicoba berulang kali namun tidak berhasil, ada cara- cara lain yang diusulkan, yaitu:  1. Patahkan tulang klavikula atau humerus  2. Symphysiotomy  3. Zavenelli manoeuver sesarea
  • 50.  Yang harus dikerjakan setelah distosia bahu terjadi :  Selalu ingat akan adanya resiko perlukaan jalan lahir ibu dan perdarahan postpartum. Penanganan aktif kala tiga. Meriksa dan memperbaiki laserasi jalan lahir.
  • 51.  Lakukan resusitasi bayi yang sesuai dan benar. Mencari adanya trauma pada bayi.  Setiap kejadian distosia bahu harus didokumentasikan dan manoeuvers apa yang digunakan untuk mengatasinya harus diuraikan sepenuhnya.  Informed consent kepada pasien dan keluarga.
  • 52.  The American College of Obstetricians and Gynecologists (1991) merekomendasikan langkah-langkah berikut ini urutannya bergantung pada pengalaman dan pilihan pribadi masing-masing operator:
  • 53.  Panggil bantuan mobilisasi asisten, anestesiolog, dan dokter anak. Pada saat ini dilakukan upaya untuk melakukan traksi ringan. Kosongkan kandung kemih bila penuh.  Lakukan episiotomi luas (mediolateral atau episioproktotomi) untuk memperluas ruangan di posterior.  Penekanan suprapubik digunakan pada saat awal oleh banyak dokter karena alasan kemudahannya.  Manuver McRoberts memerlukan dua asisten. Tiap asisten memegangi satu tungkai dan memfleksikannya paha ibu tajam ke arah abdomen.
  • 54.  Manuver corkscrew Woods  Pelahiran lengan belakang dapat dicoba, tapi bila lengan belakang dalam posisi ekstensi sempurna, hal ini biasanya sulit dilakukan.  Teknik-teknik lain sebaiknya hanya dilakukan pada kasus-kasus ketika manuver lain telah gagal. Yang termasuk dalam teknik ini adalah fraktur klavikula atau humerus depan dengan sengaja dan manuver Zavanelli.
  • 55. Kesimpulan  Selalu antisipasi dan siap-siap akan kemungkinan terjadinya suatu distosia bahu karna sebagian besar kasus terjadi tanpa diduga sebelumnya dan tanpa adanya suatu faktor resiko.  Selalu ingat akan tatalaksana distosia bahu (ALARMER)  Bila distosia bahu terjadi, jangan panik, jangan menarik, jangan mendorong dan jangan memutar kepala bayi dengan menggunakan leher atau kepala bayi.