1. Di sebuah pulau tanpa nama, tepatnya di Jawa Timur. Berdirilah sebuah kerajaan yang dipimpin
oleh raja Singka. Raja Singka punya seorang anak laki-laki yang tampan dan perkasa. Anak lakilaki itu bernama JIRA
Suatu hari raja Singka bermimpi, dalam mimpi itu berkata, “wahai Singka suatu hari
kerajaamu akan hancur dan rakyatmu akan mati. Carilah madu berwarna merah dan putih yang
dipegang oleh seorang gadis berambut hitam legam, bibirnya merah seperti darah dan kulitnya
putih nan awan”. Raja Singka terbangun.
“Siapakah dia ? dan apakah maksud dari mimpiku ini??” pagi harinya, Raja Singka
menyuruh pengawalnya untuk memanggil Ciek Piek. Dia adalah peramal kerajaan yang
mandragun.
“Ada gerangan apa Raja memanggil saya?”
Lalu raja singka menceritakan semua mimpinya..
“apa yang harus aku lakukan??”, Tanya Raja Singka
“Raja harus memenuhi permintaan dalam mimpi itu jika tidak, itu akan benar-benar
terjadi”, jawab Ciek Piek.
Raja
Singka
benar-benar
khawatir
mendengar
perkataan
peramalnya
itu,
karena
ramalannya selalu benar. Raja singka lalu mengadakan sayembara secara besar-besaran, bahkan
Raja Singka ikut turun tangan dalam sayembara itu.
“Siapa saja gadis yang memiliki madu berwarna merah dan putih, akan saya angkat
menjadi putri kerajaan dan akan saya nikahkan dengan putra saya sendiri, Pangeran Jira”, kata
Raja Singka panjang lebar. Semua gadis tertarik untuk mengikuti sayembara itu baik gadis-gadis
dalam kerajaan hingga rakyat jelata. Tapi semua itu sia-sia, tak ada satu gadispun yang memiliki
madu berwarna merah dan putih itu. Jikapun ada, tapi madu berwarna merah dan putih yang
palsu.
Terpaksa pangeran Jira harus turun tangan. Pangeran Jira keluar dari kerajaan tanpa pamit,
ia berusaha mencari madu berwarna merah dan putih itu.
Pangeran Jira terus berkelana tanpa arah, hingga akhirnya tiba di sebuah sungai. Di sungai
itulah pangeran Jira berhenti untuk menghilangkan rasa lelahnya dan juga untuk membasuh
mukanya.
“Hai manusia! Tolong bantu aku”, seru seekor ikan mas
“Siapa itu??”, tanya Pangeran Jira.
“Ini aku, ikan emas di depanmu!”, jawab ikan itu.
“Hah, kamu bisa bicara?”, kata pangeran jira.
“Tentu saja, sekarang tolong singkirkan jala ini dari tubuhku. Aku berjanji akan
mengabulkan segala permintaanmu dengan syarat hanya satu permintaan saja”, kata ikan emas.
“Baiklah ”, jawab pangeran Jira seraya menyingkirkan jala menjauh dari tubuh ikan emas
itu.
“Terimakasih, lalu apa yang akan kau minta dari aku?”, tanya ikan itu
“Apakah kamu tau seorang gadis berambut hitam legam, bibirnya merah seperti darah, dan
kulitnya putih nan awan yang memiliki madu berwarna merah dan putih??”, kata pangeran Jira
panjang lebar.
“Ya tentu saja. Tapi untuk menuju tempatnya itu, kamu harus melewati beberapa
rintangan”, jawab ikan emas
“Apa rintangan itu??”, tanya pangeran Jira penuh penasaran.
“Kamu harus melewati sungai berduri dan dua ular raksasa yang melindungi gadis itu”,
jawab ikan emas.
“Terimakasih, sekarang aku harus pergi”, kata pangeran Jira kepada ikan emas.
2. “Tunggu! Hti-hati!!”, kata ikan emas.
Pangeran Jira lalu melanjutkan perjalanannya. Hingga akhirnya dia sampai di sungai berduri
yang dikatakan ikan emas kepadanya.
“Hah, bagaimana aku bisa melewati sungai ini??”, kata Pangeran Jira.
“Hei, siapa itu??”, kata kakek-kakek tua tua keluar dari goa yang tak jauh dari sungai
berduri itu.
“Aku adala Jira”, jawab pangeran
“Kenapa kau ingin melewati sungai berduri ini?”, tanya kakek tua itu
“Saya ingin mencari madu berwarna merah dan putih”, jawab pangeran Jira.
“Untuk apa kau mencari madu itu ??”, tanya kakek tua itu
“Saya harus menyelamatkan kerajaan dan rakyat, karena ayah handa bermimpi jika tidak
mendapatkan madu itu. Kerajaan kami akan hancur dan rakyat akan mati,” kata Pangeran Jira
“Walaupun itu akan merenggut nyawamu sendiri?,” tanya kakek tua
“Ya, tentu saja demi rakyat dan kerajaan kami,” jawab pangeran
“Kau benar-benar tulus, baiklah aku akan membantu,” kata kakek tua itu, lalu dia pergi
menuju goa.
“Peganglah keris ajaib ini, jika kau bertemu dengan 2 ular raksasa yang melindung gadis itu
keluarkanlah keris ini! Dan untuk melewati sungai berduri ini, tetap jalan seperti biasa tapi kau
harus tetap melihat keris itu. Jika ada yang memanggilmu jangan kau menoleh hingga kau tiba di
tepi sebrang sana. Jika kau menoleh kaki kudamu akan merasa kesakitan,” kata kakek tua itu
panjang lebar.
“Terimakasih kek,” kata pangeran Jira
Pangeran
Jira
melanjutkan
perjalanannya,dia
terus
berjalan
walaupun
ada
yang
memanggilnya. Hingga ia tiba di tepi sebrang sungai berduri itu. Dan melanjutkan perjalanannya,
ia melihat rumah mungil yang di jaga oleh dua ular raksasa. Ia mendekati rumah mungil itu.
“Hai ular raksasa bolehkah aku menemui gadis yang kau lindungi itu?” tanya pangeran jira
“Siapa kau,?” Kata ular jantan raksasa balik bertanya.
Pangeran Jira lalu mengeluarkan keris pemberian kakek tua itu. Dan tanpa bertanya lagi
ular itu mempersilahkan pangeran Jira masuk. Pangeran Jira bertemu dengan Putri Rara yang
dimaksud mimpi itu, berambut hitam legam, bibirnya merah seperti darah dan kulitnya putih nan
awan. Dan sejak pertama kali melihat putri Rara, Pangeran Jira jatuh cinta kepadanya.
“Kenalkan saya Jira, apakah benar anda yang memiliki madu berwarna merah dan putih
itu??,” Tanya Pangeran Jira.
“Sya Rara, ya benar saya yang memilik madu itu. Untuk apa anda mencari madu itu, dan
dari mana anda tau bahwa sayalah yang memilikinya??,” Tanyan Putri Rara
“Saya tau itu dari mimpi ayah handa saya, dalam mimpi itu berkata agar mencari madu
yang berwarna merah dan putih jika tidak kerajaan kami akan hancur dan rakyat kami juga akan
mati,” Kata Pangeran Jira panjang lebar. Putri Rara lalu menuju kamarnya untuk mengambil madu
itu.
“Ambillah madu ini,” kata Putri Rara seraya menyuruh Pangeran Jira untuk mengambilnya.
“Terimakasih, maukah kamu ikut dengan ku menuju kerajaanku dan menjadi istriku??,”
kata Pangeran Jira.
“Aku tidak mau menolak jika madu ini yang mempertemukan kita,” jawab putri Rara.
Pangeran Jira lalu membawa putri Rara menuju kerajaan. Sesampainya di kerajaan,
Pangeran Jira dan Putri Rara pun menikah.
3. “Karena yang menemukan dan memberi madu ini adalah putraku Jira dan Putri Rara,
hingga kita semua selamat. Maka aku memberi nama Kerajaan dan Pulau iniMADURA”