SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 20
Baixar para ler offline
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
1
BAB – II
DIFRAKSI SINAR-X OLEH KRISTAL
Pendahuluan
Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir satu abad ketika
tulisan ini disusun. Tahun 1912 adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi
sinar-x. Dimulai dari pertanyaan M. van Laue kepada salah seorang kandidat
doktor P.P. Ewald yang dibimbing A.Sommerfeld, W. Friedrich (asisten riset
Sommerfeld) menawarkan dilakukannya eksperimen mengenai 'difraksi sinar-x'.
Pada saat itu eksperimen mengenai hamburan sinar-x sudah dilakukan oleh
Barkla.
Laue mengawali pekerjaannya dengan menuliskan hasil pemikiran
teoretiknya dengan mengacu pada hasil eksperimen Barkla. Laue berargumentasi,
ketika sinar-x melewati sebuah kristal, atom-atom pada kristal bertindak sebagai
sumber-sumber gelombang sekunder, layaknya garis-garis pada geritan optik
(optical grating). Efek-efek difraksi bisa jadi menjadi lebih rumit karena atom-
atom tersebut membentuk pola tiga dimensi. Eksperimen difraksi sinar-x yang
pertama dilakukan oleh Herren Friedrich dan Knipping menggunakan kristal
tembaga sulfat dan berhasil memberikan hasil pola difraksi pertama yang
kemudian menjadi induk perkembangan difraksi sinar-x selanjutnya Difraksi
sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal.
Pembahasan mengenai difraksi sinar-x mencakup pengetahuan yang
berhubungan dengan hal-hal berikut ini:
1. pembentukan sinar-x
2. hamburan (scattering) gelombang elektromagnetik
3. sifat kekristalan bahan (kristalografi)
Dengan demikian, difraksi sinar-x adalah topik lanjut di bidang fisika (atau
kimia) yang memerlukan pengetahuan dasar yang cukup banyak dan komplek.
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
2
Interaksi Sinar X dengan Material
Ada dua proses yang terjadi bila seberkas sinar-x ditembakkan ke sebuah atom
yaitu:
(1) Energi berkas sinar-x terserap oleh atom, atau
(2) sinar-x dihamburkan oleh atom.
Dalam proses yang pertama, berkas sinar-x terserap atom melalui Efek
Fotolistrik yang mengakibatkan tereksitasinya atom dan/atau terlemparnya elektron-
elektron dari atom. Atom akan kembali ke keadaan dasarnya dengan (1) memancarkan
elektron (melalui Auger effect), atau (2) memancarkan sinar-x floresen yang memiliki
panjang gelombang karakteristik atom tereksitasinya. Pada proses yang kedua, ada
bagian berkas yang mengalami hamburan tanpa kehilangan kehilangan energi (panjang
gelombangnya tetap) dan ada bagian yang terhambur dengan kehilangan sebagian energi
(Hamburan Compton).
Jadi serapan total sinar-x terjadi karena efek fotolistrik dan hamburan Compton.
Namun, hamburan Compton memiliki efek menyeluruh yang dapat diabaikan, kecuali
untuk radiasi dengan panjang gelombang pendek yang mengenai material dengan berat
atom rendah.
Dalam interaksinya dengan material, sinar-x juga dapat mengalami polarisasi
linier (seperti halnya cahaya tampak), baik parsial maupun total. Dengan demikian
berkas sinar-x terpolarisasi dapat diperoleh dengan cara hamburan dan untuk sudut
hamburan 90°, polarisasi lengkap terjadi, yaitu komponen vektor medan listrik
tegaklurus bidang yang dibentuk berkas datang dan berkas terhambur.
Berkas hamburan sinar-x oleh material yang dapat diukur adalah intensitas.
Intensitas berkas sinar-x yang mendekati paralel adalah fluks energi yang melewati satu
satuan luasan tertentu per satuan waktu. Untuk gelombang planar monokromatik,
intensitas sebanding dengan kuadrat amplitudo getaran. Intensitas radiasi yang dihasilkan
oleh sumber titik (atau sumber kuasi-titik) pada arah tertentu adalah energi yang
dipancarkan per detik per satuan sudut ruang pada arah itu. Dalam pengukuran intensitas
mutlak, cara termudah adalah dengan menentukan jumlah foton teremisi atau tertangkap
(detektor) per satuan waktu, bisa per satuan luas atau per satuan sudut ruang.
Berikut ini uraian ringkas mengenai penentuan intensitas hamburan yang
dihitung dari hamburan oleh sebuah elektron. Intensitas total dari sebuah sampel adalah
perkalian jumlah elektron dalam sampel dengan intensitas hamburan per elektron.
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
3
Generator sinar-x :
Spektrum sinar-X :
 Kontinyu
 Diskrit
Hubungan antara frekuensi maksimum dengan beda potensial V dapat dituliskan
sebagai berikut :
h
eV
QheV


0
0


Dimana :
e : muatan elektron
V : beda potensial
eV : Energi kinetik
h : Konstanta Planck
Panjang gelombang   sinar-X 1 Ǻ
Energinya  

c
hE 
 
 
  eVE
atau
ergE
cm
cm
erg
E
4
9
10
8
27
10
108,19
det
103
10
det.106,6








Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
4
Cara memonokromatisasi sinar-X
Hukum Bragg
Selisih lintasan (Δ) :


sin2
sinsin
d
dd
BCAB



Hasil interferensi pada detektor adalah bergantung pada beda fase  antara dua
sinar difraksi yang berurutan.







sin2
2
2
d

Hasil dari interferensi akan maksimum jika n 2
Sifat-sifat sinar X
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
5
a. Tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam lintasan lurus dan dapat
mempengaruhi film fotografi sama seperti cahaya tampak
b. Daya tembusnya lebih tinggi daripada cahaya tampak dan dapat
menembus tubuh manusia, kayu, dan beberapa lapis logam tebal
c. Dapat digunakan untuk membuat gambar bayangan sebuah objek pada
film fotografi (radiograf)
d. Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi E = h f
e. Orde panjang gelombang sinar X adalah 0,5 Ǻ – 2,5 Ǻ
(sedangkan orde panjang gelombang ubtuk cahaya tampak = 6000 Ǻ, jadi
letak sinar X dalam diagram spektrum gelombang elektromagnetik adalah
antara sinar ultraviolet dan sinar gamma)
f. Satuan panjang gelombang sinar X sering dinyatakan dalam dua jenis
satuan yaitu angstrom (Ǻ) dan satuan sinar X ( X unit = XU )
1 kXU = 1000 XU = 1,00202 Ǻ
g. Persamaan gelombang untuk medan listrik sinar X yaitu terpolarisasi
bidang adalah E = A sin 2Π ( ft
x


) = A sin ( kx-ωt )
Intensitas sinar X adalah dE/dt ( rata-rata aliran energi per satuan waktu ),
nilai rata-rata intensitas sinar X ini berbanding lurus dengan A2
Satuan intensitas adalah ergs/dt.cm2
Sumber-sumber sinar X
Komponen utama
- Filamen : sumber e yang dihubungkan ke kutub (-) tegangan tinggi
- Penarik e
- Disatukan dengan filamen
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
6
Munculnya sinar X karena adanya perubahan energi kinetik yang dihentikan
anoda menjadi cahaya ( gelombang elektromagnetik )
Grafik intensitas foton terhadap panjang gelombangnya :
V1
V2>V1
V3>V2>V1
λ
intensitas
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
7
Tingkat energi menurut teori atom Bohr :
Alat dalam eksperimen sinar X (bagian utama)
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
8
Sinar yang keluar dari sumber sinar X bersifat polikromatik ( terdiri dari
bermacam-macam λ )
Proses terjadinya sinar X dalam anoda dijelaskan dengan menggunakan mekanika
kuantum.
Kaitan n dengan l adalah l = 0, 1, 2, 3, ... (n-1)
Dengan n = bilangan kuantum utama
L = bilangan kuantum orbital
s = bilangan kuantum spin (±
2
1
)
m = bilangan kuantum magnetik ( -L, 0, L )
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
9
Menurut mekanika kuantum kulit k, L memiliki 3 garis / 3 tingkat energi
karena elektron disamping bergerak sendisri elektron tersebut melekukan spin
L = momentum sudut orbital
s = momentum sudut intrinsic (akibat putaran electron relatif terhadap sumbu
electron sendiri
j = momentum sudut total
L
 j

S

sLsLsLsLj  ,...2,1,
Contoh 1
Untuk kulit M
n = 3
L = 0, 1, 2
s = ½
untuk L = 2, maka j =
2
3
,
2
5
j =
2
5
m =
2
1
,
2
3
,
2
5
 ,
2
5
,
2
3
,
2
1
j =
2
3
m =
2
1
,
2
3
 ,
2
3
,
2
1
Untuk L = 1, maka j =
2
1
,
2
3
j =
2
3
m =
2
1
,
2
3
 ,
2
3
,
2
1
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
10
j =
2
1
m =
2
1
 ,
2
1
Untuk L = 0, maka j =
2
1
j =
2
1
m =
2
1
 ,
2
1
Maka nilai m berjumlah 8 macam
Contoh 2
Untuk kulit L
n = 2
L = 0, 1
S = ½
Untuk L = 1, maka j =
2
1
,
2
3
j =
2
3
m =
2
1
,
2
3
 ,
2
3
,
2
1
j =
2
1
m =
2
1
 ,
2
1
Untuk L = 0, maka j =
2
1
j =
2
1
m =
2
1
 ,
2
1
Maka nilai m berjumlah 8 macam
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
11
M
L
K
M1
M2
M3
M4
M5
L1
L2
L3
Sinar X terjadi akibat adanya perlambatan / pengereman elektron,
perubahan energi menjadi gelombang elektromagnetik. Sinar X merupakan
peristiwa eksitasi elektron dalam logam anoda oleh elektron yang mempunyai
energi kinetik tinggi. Besar atau kecilnya λ atau energi hanya bergantung pada
jenis bahan anoda (sinar x karakteristik ).
Hasil interferensi pada detektor adalah bergantung pada beda fase (δ)
antara 2 sinar difraksi yang berurutan
δ = .
2


= 2d sin
hasil interferensi maksimum jika δ = 2πn , n = bilangan bulat
2πn = 


sin2
2
d
2d sin θ = nλ Hk. Bragg
Intensitas gelombang terdifraksi adalah bergantung pada distribusi elektron
dalam setiap sel
Kerapatan jumlah elektron = n ( r ) fungsi periodik
n (r ) = n ( Tr  )
T = vektor translasi kristal
= 332211 auauau 
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
12
Soal
Kristal dengan jarak antar bidang (d) = 2Ǻ, Kα dari logam tembaga. Energi = 8
kev, berapa sudutnya?
Solusi

834
10.3.10.6,6. 

ch
E

834
193 10.3.10.6,6
10.602,1.10.8



m10
10.5449,1 

λ = 1,54 Ǻ
2d sin θ = nλ
Sin θ =
2,2
54,1
θ = 22,64 Ǻ
berapa λ minimal bremstahlung jika V = 20 kV dan V = 30 kV
solusi
λ minimal = 6,010.21,6
10.20.10.602,1
10.3.10.634,6 11
319
834
 


m
eV
hc
Ǻ
atau
λ minimal =
ev
msdtev
20000
10.3..10.125,4 1815 
= 0,6 Ǻ
λ minimal =
ev
msdtev
30000
10.3..10.125,4 1815 
= 0,4 Ǻ
Jumlah elektron menuju luar dari inti ternyata tidak sama, semakin dekat ke inti
maka semakin banyak elektron.
Jumlah elektron pada x1 dan x1 + a adalah sama
n (x) = n (x+a), a = perioda
bukti = misalkan ŋp = eiα
= cos α + I sin α
ŋ*
p = e-iα
= cos α - I sin α
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
13
untuk fungsi periodik 3 dimensi n ( r ), deret fourier dapat ditulis dengan cara
yang sama, yaitu:
n (r ) = ∑ nG exp ( i G r )
tugas kita adalah menentukan vektor G sedemikian rupa sehingga persamaan
diatas tidak berubah oleh vektor translasi kristal
Vektor Kisi Resiprok
332211 bVbVbVG 
V = bilangan bulat
Untuk menentukan G terlebih dahulu kita definisikan sumbu-sumbu vektor
lattice resiprok 321 ,, bbb
32
32
1
1
2
aaa
aa
b


 
32
13
2
1
2
aaa
aa
b


 
32
21
3
1
2
aaa
aa
b


 
Dari persamaan (3)
n (x+a) = 



















0
0 2sin2
2
cos
P
pP
a
x
pcp
a
px
cn 

= )(2sin2cos
0
0 xn
a
x
pc
a
x
pcn
P
PP 





 

n (x+a) = n (x)
persamaan (2) dapat ditulis dalam bentuk
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
14
 






a
x
pixn P  2exp)( ................. (4)
Dimana 















a
x
pi
a
x
p
a
x
pi  2sin2cos2exp
P = semua bilangan bulat
P = koefisien fourier = bilangan kompleks untuk menjadikan n(α)=
fungsi riil, syaratnya adalah:
Bukti
Misalkan :
a
x
p 2
Untuk p dan –p, persamaan (4) menjadi
         sincossincossincos PPPPPP irr  
Jika PP  
*
    riili pPPP  



 sincos
Dari persamaan (7) kita perolah
ijjab 21  dimana δij = fungsi kroneker
= 1, jika i = j
= 0, jika i ≠ j
Contoh
1
1
1 2
a
a
b  , misal 132`  aaa
jiaaab   22 1111
Atau  22
321
321



aaa
aaa
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
15
jiaaab  02 2121 
= 02
321
321



aaa
aaa

Kita dapat menandai setiap titik dalam ruang resiprok oleh sebuah vektor lattice
resiprok G , yang didefinisikan:
332211 bvbvbvG  ............ (8)
Sebuah struktur kristal mempunyai dua jenis lattice yaitu
- Lattice kristal
- Lattice reciprok
Jadi G pada persamaan 6 didefinisikan oleh persamaan 8
Bukti bahwa persamaan 6 tidak berubah oleh T
      
G
G TGirGinTrn expexp ............... (9)
      332211332211expexp auauaubvbvbviTGi 
= exp i   3322112 uvuvuv 
Jadi persamaan (9) menjadi    rnTrn 
Kondisi difraksi
Teorema : sebuah vektor-vektor lattice resiprok untuk menentukan kemungkinan
arah pantulan sinar X
Perhatikan gambar berikut
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
16
Selisih lintasan Δ antara kedua sinar datang a adalah Δ = r sin φ
Beda sudut fase antara kedua sinar datang adalah
δ = kΔ = 


sin
2
r
 
 
 
cos 90
2
cos 90
cos 90 sin
2
sin
k r kr
k r r
k r r
k r




 

 


   
  
  
  
  
 
 
 
 
Dengan cara yang sama, beda sudu faseuntuk kedua sinar difraksi (sinar-sinar 1
dan 2) adalah
   
' ' '
' '
2
sin sin
2
cos 90 sin
k k r r
k r k r r
k r

  


 


    
      
   
 
 
 
 
Beda sudut fase total antara kedua berkas sinar adalah
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
17




  rkrk 11

 '
k k r  
 
Sehingga gelombang / sinar difraksi dari elemen volume dv mempunyai factor
fase : exp iβ = exp





 



  rkki 1
Relatif terhadap sinar difraksi dari titik 0
Amplitude gelombang yang terdifraksi dari element volume dv adalah
berbanding lurus dengan konsentrasi e local n r dan elemen volume dv.
Amplitudo total (F) dari gelombang terdifraksi dalam arah 1
k adalah
F =   


 



  rkkirdvn 1
exp ……………. (10)
Jika kkk  1
, maka :
Substitusi persamaan 6 ke persamaan 10
F =      






 rkirGidv
G
G expexp
=    
G
G rkGidv exp ………… (11)
Jika vector hamburan (ΔK) sama dengan vector kisi
resiprok,
KG  …….. (12)
Maka F = Vdv G
G
G   )0exp(
Dimana V = volume kristal
Untuk hamburan / difraksi elastic, energi foton (ћω) dating sama dengan energi
foton terdifraksi (ћω1
)
2
1
2
kk 
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
18
Dengan demikian kondisi difraksi dapat ditulis
kkGGK  1
Sehingga   22
KkG 
Catatan:
2
12
2
2 KGKKG 

2
2 GGK kondisi difraksi
Apabila didalam suatu kristal terdapat N buah cell dan kondisi difraksi  GK 
Tercapai, maka amplitudo sinar difraksi dapat ditulis
   rkirdvnNF
cell
  exp
    
cell
rGirdvnNF exp
Jika     
cell
G rGirdvnS exp maka
F = N SG, dimana SG = factor struktur
n(r) dapat dituliskan sebagai berikut:
Jika j = vektor posisi dari atom j, maka atom j akan menyumbang konsentrasi e
ke konsentrasi e di titik r sebesar  jj rr  yang merupakan suatu fungsi
Sehingga konsentrasi e total di titik r ,  rn adalah jumlah sumbangan
konsentrasi e dari semua atom (s) dalam cell tersebut
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
19
      

rGinrrnrn Gj
j
j exp
1
Dimana s = jumlah atom dalam sebuah basis
Factor struktur  GS dapat ditulis sebagai berikut:
         







cell
s
ij
jjG rGirrdvrGirdvnS expexp 
Jika kita definisikan jrr  , maka
       
j
jjG rGirrrGipdvnS expexp
  
Fj = faktor struktur atom
  
j
jjG frGiS exp
Dimana       Gidvnf j exp = faktor bentuk atom
Karena 321 azayaxr jjjj  , maka
  332211 bvbvbvrG j 321 azayax jjj 
Karena ijjba 21  , maka
 
 
1 2 3
1 2 3
2 2 2
2
j j j j
j j j j
G r v x v y v z
G r v x v y v z
  

      
   
 
 
Sehingga  1 2 3exp 2G j j j j
j
S f i v x v y v z     
Atau  exp 2G j j j j
j
S f hx ky lz     
Contoh :
Kristal bcc mempunyai atom-atom identik pada koordinat-koordinat
   1 1 1, , 0,0,0x y z  dan    2 2 2
1 1 1, , , ,
2 2 2
x y z 
Sehingga :
Difraksi Sinar-X Oleh Kristal
20
 
 
31 2
1 2 3
2
2 2 2
1
1
vv v
i
G
v v v
G
S f e e
S f e


 
   
 
  
  
   
  
 
Jika 1 2 3v v v   bilangan ganjil, 0GS   tidak terdifraksi
1 2 3v v v  bilangan genap, 2GS f  terdifraksi
Aplikasi Metode difraksi sinar-x dalam bentuk pola difraksi karakteristik
- Penentuan struktur kristal, fase-fase atau senyawa yang ada dalam suatu
bahan atau campuran seperti batuan, lempung, bahan keramik, paduan logam,
produk korosi dll.
- Dalam bidang kimia, metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
fasa-fasa atau senyawa dalam campuran. Analisis kualitatif dengan
mengidentifikasi pola difraksi, analisis kuantitatif dengan menentukan
intensitas puncaknya dimana intensitas lebih tinggi menunjukkan konsentrasi
lebih tinggi.
- Bahan logam antara lain analisis struktur kristal produk korosi, tegangan sisa
dan tekstur.
- Dalam bahan polimer, dapat memberikan informasi untuk menentukan derajat
kristalinitas, orientasi dan menentukan aditif secara kualitatif dan kuantitatif.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energiElika Bafadal
 
Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014Erva Eriezt
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom HidrogenKhotim U
 
Penerapan defrensial
Penerapan defrensialPenerapan defrensial
Penerapan defrensialFKIP UHO
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikwindyramadhani52
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatAhmad Faisal Harish
 
Sumur potensial persegi tak terhingga
Sumur potensial persegi tak terhinggaSumur potensial persegi tak terhingga
Sumur potensial persegi tak terhinggaFani Diamanti
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika IntiFKIP UHO
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonKira R. Yamato
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)SMP IT Putra Mataram
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracAyuShaleha
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenDwi Karyani
 
Fisika Inti
Fisika Inti Fisika Inti
Fisika Inti FKIP UHO
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatRisdawati Hutabarat
 

Mais procurados (20)

Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi7.bab vii -pita_energi
7.bab vii -pita_energi
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014Efek hall ugm2014
Efek hall ugm2014
 
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogenteori Bohr tentang Atom Hidrogen
teori Bohr tentang Atom Hidrogen
 
Penerapan defrensial
Penerapan defrensialPenerapan defrensial
Penerapan defrensial
 
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balikPpt 2 difraksi kristal dan kisi balik
Ppt 2 difraksi kristal dan kisi balik
 
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat PadatIkatan Kristal - Fisika Zat Padat
Ikatan Kristal - Fisika Zat Padat
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
Sumur potensial persegi tak terhingga
Sumur potensial persegi tak terhinggaSumur potensial persegi tak terhingga
Sumur potensial persegi tak terhingga
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamilton
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
 
Statistik Fermi dirac
Statistik Fermi diracStatistik Fermi dirac
Statistik Fermi dirac
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogen
 
9 semikonduktor
9 semikonduktor9 semikonduktor
9 semikonduktor
 
Fisika Inti
Fisika Inti Fisika Inti
Fisika Inti
 
Partikel Elementer
Partikel ElementerPartikel Elementer
Partikel Elementer
 
Model-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat PadatModel-model Energi dalam Zat Padat
Model-model Energi dalam Zat Padat
 

Semelhante a 2.difraksi sinar x

Difraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-XDifraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-Xnail fisika
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentationhafizona
 
PPT Tugas 3 fzp AziaRizkikaAwalia-20034002.pptx
PPT Tugas 3 fzp AziaRizkikaAwalia-20034002.pptxPPT Tugas 3 fzp AziaRizkikaAwalia-20034002.pptx
PPT Tugas 3 fzp AziaRizkikaAwalia-20034002.pptxritaayu559
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetiknurwani
 
Bab 3 Optika Fisis.pptx
Bab 3 Optika Fisis.pptxBab 3 Optika Fisis.pptx
Bab 3 Optika Fisis.pptxnurazulfia1
 
Optical instrumentation system
Optical instrumentation systemOptical instrumentation system
Optical instrumentation systemayu bekti
 
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planckLaporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planckLatifatul Hidayah
 
gelombang-elektromagnetik-x21 (1).ppt
gelombang-elektromagnetik-x21 (1).pptgelombang-elektromagnetik-x21 (1).ppt
gelombang-elektromagnetik-x21 (1).pptuptsdn104laba
 
Gel Elektromagnetik
Gel ElektromagnetikGel Elektromagnetik
Gel Elektromagnetikguestda115d9
 
Analisis kristal tugas pak ong
Analisis kristal tugas pak ongAnalisis kristal tugas pak ong
Analisis kristal tugas pak ongEva Musifa
 
STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA kelas XI SMAN 5 Yogyakarta
STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA kelas XI SMAN 5 YogyakartaSTRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA kelas XI SMAN 5 Yogyakarta
STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA kelas XI SMAN 5 YogyakartaResma Puspitasari
 
S T R U K T U R A T O M
S T R U K T U R  A T O MS T R U K T U R  A T O M
S T R U K T U R A T O MIwan Setiawan
 
Bab 7 Struktur Elektron Atom
Bab 7 Struktur Elektron AtomBab 7 Struktur Elektron Atom
Bab 7 Struktur Elektron AtomJajang Sulaeman
 

Semelhante a 2.difraksi sinar x (20)

Difraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-XDifraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-X
 
Struktur Atom Presentation
Struktur Atom PresentationStruktur Atom Presentation
Struktur Atom Presentation
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
RUMUSAN BAB 13 FIZIK KUANTUM.pptx
RUMUSAN BAB 13 FIZIK KUANTUM.pptxRUMUSAN BAB 13 FIZIK KUANTUM.pptx
RUMUSAN BAB 13 FIZIK KUANTUM.pptx
 
PPT Tugas 3 fzp AziaRizkikaAwalia-20034002.pptx
PPT Tugas 3 fzp AziaRizkikaAwalia-20034002.pptxPPT Tugas 3 fzp AziaRizkikaAwalia-20034002.pptx
PPT Tugas 3 fzp AziaRizkikaAwalia-20034002.pptx
 
Sifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombangSifat partikel dan gelombang
Sifat partikel dan gelombang
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
Gel elektromagnetik
Gel elektromagnetikGel elektromagnetik
Gel elektromagnetik
 
Bab 3 cahaya KELAS XII
Bab 3 cahaya KELAS XII Bab 3 cahaya KELAS XII
Bab 3 cahaya KELAS XII
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik
 
Bab 3 Optika Fisis.pptx
Bab 3 Optika Fisis.pptxBab 3 Optika Fisis.pptx
Bab 3 Optika Fisis.pptx
 
Optical instrumentation system
Optical instrumentation systemOptical instrumentation system
Optical instrumentation system
 
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planckLaporan Resmi Percobaan Konstanta planck
Laporan Resmi Percobaan Konstanta planck
 
gelombang-elektromagnetik-x21 (1).ppt
gelombang-elektromagnetik-x21 (1).pptgelombang-elektromagnetik-x21 (1).ppt
gelombang-elektromagnetik-x21 (1).ppt
 
Gel Elektromagnetik
Gel ElektromagnetikGel Elektromagnetik
Gel Elektromagnetik
 
Analisis kristal tugas pak ong
Analisis kristal tugas pak ongAnalisis kristal tugas pak ong
Analisis kristal tugas pak ong
 
STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA kelas XI SMAN 5 Yogyakarta
STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA kelas XI SMAN 5 YogyakartaSTRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA kelas XI SMAN 5 Yogyakarta
STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK DAN IKATAN KIMIA kelas XI SMAN 5 Yogyakarta
 
S T R U K T U R A T O M
S T R U K T U R  A T O MS T R U K T U R  A T O M
S T R U K T U R A T O M
 
Bab 7 Struktur Elektron Atom
Bab 7 Struktur Elektron AtomBab 7 Struktur Elektron Atom
Bab 7 Struktur Elektron Atom
 
Fsk atom lengkap
Fsk atom lengkapFsk atom lengkap
Fsk atom lengkap
 

Último

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 

Último (20)

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 

2.difraksi sinar x

  • 1. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 1 BAB – II DIFRAKSI SINAR-X OLEH KRISTAL Pendahuluan Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini disusun. Tahun 1912 adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi sinar-x. Dimulai dari pertanyaan M. van Laue kepada salah seorang kandidat doktor P.P. Ewald yang dibimbing A.Sommerfeld, W. Friedrich (asisten riset Sommerfeld) menawarkan dilakukannya eksperimen mengenai 'difraksi sinar-x'. Pada saat itu eksperimen mengenai hamburan sinar-x sudah dilakukan oleh Barkla. Laue mengawali pekerjaannya dengan menuliskan hasil pemikiran teoretiknya dengan mengacu pada hasil eksperimen Barkla. Laue berargumentasi, ketika sinar-x melewati sebuah kristal, atom-atom pada kristal bertindak sebagai sumber-sumber gelombang sekunder, layaknya garis-garis pada geritan optik (optical grating). Efek-efek difraksi bisa jadi menjadi lebih rumit karena atom- atom tersebut membentuk pola tiga dimensi. Eksperimen difraksi sinar-x yang pertama dilakukan oleh Herren Friedrich dan Knipping menggunakan kristal tembaga sulfat dan berhasil memberikan hasil pola difraksi pertama yang kemudian menjadi induk perkembangan difraksi sinar-x selanjutnya Difraksi sinar-x merupakan proses hamburan sinar-x oleh bahan kristal. Pembahasan mengenai difraksi sinar-x mencakup pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal berikut ini: 1. pembentukan sinar-x 2. hamburan (scattering) gelombang elektromagnetik 3. sifat kekristalan bahan (kristalografi) Dengan demikian, difraksi sinar-x adalah topik lanjut di bidang fisika (atau kimia) yang memerlukan pengetahuan dasar yang cukup banyak dan komplek.
  • 2. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 2 Interaksi Sinar X dengan Material Ada dua proses yang terjadi bila seberkas sinar-x ditembakkan ke sebuah atom yaitu: (1) Energi berkas sinar-x terserap oleh atom, atau (2) sinar-x dihamburkan oleh atom. Dalam proses yang pertama, berkas sinar-x terserap atom melalui Efek Fotolistrik yang mengakibatkan tereksitasinya atom dan/atau terlemparnya elektron- elektron dari atom. Atom akan kembali ke keadaan dasarnya dengan (1) memancarkan elektron (melalui Auger effect), atau (2) memancarkan sinar-x floresen yang memiliki panjang gelombang karakteristik atom tereksitasinya. Pada proses yang kedua, ada bagian berkas yang mengalami hamburan tanpa kehilangan kehilangan energi (panjang gelombangnya tetap) dan ada bagian yang terhambur dengan kehilangan sebagian energi (Hamburan Compton). Jadi serapan total sinar-x terjadi karena efek fotolistrik dan hamburan Compton. Namun, hamburan Compton memiliki efek menyeluruh yang dapat diabaikan, kecuali untuk radiasi dengan panjang gelombang pendek yang mengenai material dengan berat atom rendah. Dalam interaksinya dengan material, sinar-x juga dapat mengalami polarisasi linier (seperti halnya cahaya tampak), baik parsial maupun total. Dengan demikian berkas sinar-x terpolarisasi dapat diperoleh dengan cara hamburan dan untuk sudut hamburan 90°, polarisasi lengkap terjadi, yaitu komponen vektor medan listrik tegaklurus bidang yang dibentuk berkas datang dan berkas terhambur. Berkas hamburan sinar-x oleh material yang dapat diukur adalah intensitas. Intensitas berkas sinar-x yang mendekati paralel adalah fluks energi yang melewati satu satuan luasan tertentu per satuan waktu. Untuk gelombang planar monokromatik, intensitas sebanding dengan kuadrat amplitudo getaran. Intensitas radiasi yang dihasilkan oleh sumber titik (atau sumber kuasi-titik) pada arah tertentu adalah energi yang dipancarkan per detik per satuan sudut ruang pada arah itu. Dalam pengukuran intensitas mutlak, cara termudah adalah dengan menentukan jumlah foton teremisi atau tertangkap (detektor) per satuan waktu, bisa per satuan luas atau per satuan sudut ruang. Berikut ini uraian ringkas mengenai penentuan intensitas hamburan yang dihitung dari hamburan oleh sebuah elektron. Intensitas total dari sebuah sampel adalah perkalian jumlah elektron dalam sampel dengan intensitas hamburan per elektron.
  • 3. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 3 Generator sinar-x : Spektrum sinar-X :  Kontinyu  Diskrit Hubungan antara frekuensi maksimum dengan beda potensial V dapat dituliskan sebagai berikut : h eV QheV   0 0   Dimana : e : muatan elektron V : beda potensial eV : Energi kinetik h : Konstanta Planck Panjang gelombang   sinar-X 1 Ǻ Energinya    c hE        eVE atau ergE cm cm erg E 4 9 10 8 27 10 108,19 det 103 10 det.106,6        
  • 4. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 4 Cara memonokromatisasi sinar-X Hukum Bragg Selisih lintasan (Δ) :   sin2 sinsin d dd BCAB    Hasil interferensi pada detektor adalah bergantung pada beda fase  antara dua sinar difraksi yang berurutan.        sin2 2 2 d  Hasil dari interferensi akan maksimum jika n 2 Sifat-sifat sinar X
  • 5. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 5 a. Tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam lintasan lurus dan dapat mempengaruhi film fotografi sama seperti cahaya tampak b. Daya tembusnya lebih tinggi daripada cahaya tampak dan dapat menembus tubuh manusia, kayu, dan beberapa lapis logam tebal c. Dapat digunakan untuk membuat gambar bayangan sebuah objek pada film fotografi (radiograf) d. Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi E = h f e. Orde panjang gelombang sinar X adalah 0,5 Ǻ – 2,5 Ǻ (sedangkan orde panjang gelombang ubtuk cahaya tampak = 6000 Ǻ, jadi letak sinar X dalam diagram spektrum gelombang elektromagnetik adalah antara sinar ultraviolet dan sinar gamma) f. Satuan panjang gelombang sinar X sering dinyatakan dalam dua jenis satuan yaitu angstrom (Ǻ) dan satuan sinar X ( X unit = XU ) 1 kXU = 1000 XU = 1,00202 Ǻ g. Persamaan gelombang untuk medan listrik sinar X yaitu terpolarisasi bidang adalah E = A sin 2Π ( ft x   ) = A sin ( kx-ωt ) Intensitas sinar X adalah dE/dt ( rata-rata aliran energi per satuan waktu ), nilai rata-rata intensitas sinar X ini berbanding lurus dengan A2 Satuan intensitas adalah ergs/dt.cm2 Sumber-sumber sinar X Komponen utama - Filamen : sumber e yang dihubungkan ke kutub (-) tegangan tinggi - Penarik e - Disatukan dengan filamen
  • 6. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 6 Munculnya sinar X karena adanya perubahan energi kinetik yang dihentikan anoda menjadi cahaya ( gelombang elektromagnetik ) Grafik intensitas foton terhadap panjang gelombangnya : V1 V2>V1 V3>V2>V1 λ intensitas
  • 7. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 7 Tingkat energi menurut teori atom Bohr : Alat dalam eksperimen sinar X (bagian utama)
  • 8. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 8 Sinar yang keluar dari sumber sinar X bersifat polikromatik ( terdiri dari bermacam-macam λ ) Proses terjadinya sinar X dalam anoda dijelaskan dengan menggunakan mekanika kuantum. Kaitan n dengan l adalah l = 0, 1, 2, 3, ... (n-1) Dengan n = bilangan kuantum utama L = bilangan kuantum orbital s = bilangan kuantum spin (± 2 1 ) m = bilangan kuantum magnetik ( -L, 0, L )
  • 9. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 9 Menurut mekanika kuantum kulit k, L memiliki 3 garis / 3 tingkat energi karena elektron disamping bergerak sendisri elektron tersebut melekukan spin L = momentum sudut orbital s = momentum sudut intrinsic (akibat putaran electron relatif terhadap sumbu electron sendiri j = momentum sudut total L  j  S  sLsLsLsLj  ,...2,1, Contoh 1 Untuk kulit M n = 3 L = 0, 1, 2 s = ½ untuk L = 2, maka j = 2 3 , 2 5 j = 2 5 m = 2 1 , 2 3 , 2 5  , 2 5 , 2 3 , 2 1 j = 2 3 m = 2 1 , 2 3  , 2 3 , 2 1 Untuk L = 1, maka j = 2 1 , 2 3 j = 2 3 m = 2 1 , 2 3  , 2 3 , 2 1
  • 10. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 10 j = 2 1 m = 2 1  , 2 1 Untuk L = 0, maka j = 2 1 j = 2 1 m = 2 1  , 2 1 Maka nilai m berjumlah 8 macam Contoh 2 Untuk kulit L n = 2 L = 0, 1 S = ½ Untuk L = 1, maka j = 2 1 , 2 3 j = 2 3 m = 2 1 , 2 3  , 2 3 , 2 1 j = 2 1 m = 2 1  , 2 1 Untuk L = 0, maka j = 2 1 j = 2 1 m = 2 1  , 2 1 Maka nilai m berjumlah 8 macam
  • 11. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 11 M L K M1 M2 M3 M4 M5 L1 L2 L3 Sinar X terjadi akibat adanya perlambatan / pengereman elektron, perubahan energi menjadi gelombang elektromagnetik. Sinar X merupakan peristiwa eksitasi elektron dalam logam anoda oleh elektron yang mempunyai energi kinetik tinggi. Besar atau kecilnya λ atau energi hanya bergantung pada jenis bahan anoda (sinar x karakteristik ). Hasil interferensi pada detektor adalah bergantung pada beda fase (δ) antara 2 sinar difraksi yang berurutan δ = . 2   = 2d sin hasil interferensi maksimum jika δ = 2πn , n = bilangan bulat 2πn =    sin2 2 d 2d sin θ = nλ Hk. Bragg Intensitas gelombang terdifraksi adalah bergantung pada distribusi elektron dalam setiap sel Kerapatan jumlah elektron = n ( r ) fungsi periodik n (r ) = n ( Tr  ) T = vektor translasi kristal = 332211 auauau 
  • 12. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 12 Soal Kristal dengan jarak antar bidang (d) = 2Ǻ, Kα dari logam tembaga. Energi = 8 kev, berapa sudutnya? Solusi  834 10.3.10.6,6.   ch E  834 193 10.3.10.6,6 10.602,1.10.8    m10 10.5449,1   λ = 1,54 Ǻ 2d sin θ = nλ Sin θ = 2,2 54,1 θ = 22,64 Ǻ berapa λ minimal bremstahlung jika V = 20 kV dan V = 30 kV solusi λ minimal = 6,010.21,6 10.20.10.602,1 10.3.10.634,6 11 319 834     m eV hc Ǻ atau λ minimal = ev msdtev 20000 10.3..10.125,4 1815  = 0,6 Ǻ λ minimal = ev msdtev 30000 10.3..10.125,4 1815  = 0,4 Ǻ Jumlah elektron menuju luar dari inti ternyata tidak sama, semakin dekat ke inti maka semakin banyak elektron. Jumlah elektron pada x1 dan x1 + a adalah sama n (x) = n (x+a), a = perioda bukti = misalkan ŋp = eiα = cos α + I sin α ŋ* p = e-iα = cos α - I sin α
  • 13. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 13 untuk fungsi periodik 3 dimensi n ( r ), deret fourier dapat ditulis dengan cara yang sama, yaitu: n (r ) = ∑ nG exp ( i G r ) tugas kita adalah menentukan vektor G sedemikian rupa sehingga persamaan diatas tidak berubah oleh vektor translasi kristal Vektor Kisi Resiprok 332211 bVbVbVG  V = bilangan bulat Untuk menentukan G terlebih dahulu kita definisikan sumbu-sumbu vektor lattice resiprok 321 ,, bbb 32 32 1 1 2 aaa aa b     32 13 2 1 2 aaa aa b     32 21 3 1 2 aaa aa b     Dari persamaan (3) n (x+a) =                     0 0 2sin2 2 cos P pP a x pcp a px cn   = )(2sin2cos 0 0 xn a x pc a x pcn P PP          n (x+a) = n (x) persamaan (2) dapat ditulis dalam bentuk
  • 14. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 14         a x pixn P  2exp)( ................. (4) Dimana                 a x pi a x p a x pi  2sin2cos2exp P = semua bilangan bulat P = koefisien fourier = bilangan kompleks untuk menjadikan n(α)= fungsi riil, syaratnya adalah: Bukti Misalkan : a x p 2 Untuk p dan –p, persamaan (4) menjadi          sincossincossincos PPPPPP irr   Jika PP   *     riili pPPP       sincos Dari persamaan (7) kita perolah ijjab 21  dimana δij = fungsi kroneker = 1, jika i = j = 0, jika i ≠ j Contoh 1 1 1 2 a a b  , misal 132`  aaa jiaaab   22 1111 Atau  22 321 321    aaa aaa
  • 15. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 15 jiaaab  02 2121  = 02 321 321    aaa aaa  Kita dapat menandai setiap titik dalam ruang resiprok oleh sebuah vektor lattice resiprok G , yang didefinisikan: 332211 bvbvbvG  ............ (8) Sebuah struktur kristal mempunyai dua jenis lattice yaitu - Lattice kristal - Lattice reciprok Jadi G pada persamaan 6 didefinisikan oleh persamaan 8 Bukti bahwa persamaan 6 tidak berubah oleh T        G G TGirGinTrn expexp ............... (9)       332211332211expexp auauaubvbvbviTGi  = exp i   3322112 uvuvuv  Jadi persamaan (9) menjadi    rnTrn  Kondisi difraksi Teorema : sebuah vektor-vektor lattice resiprok untuk menentukan kemungkinan arah pantulan sinar X Perhatikan gambar berikut
  • 16. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 16 Selisih lintasan Δ antara kedua sinar datang a adalah Δ = r sin φ Beda sudut fase antara kedua sinar datang adalah δ = kΔ =    sin 2 r       cos 90 2 cos 90 cos 90 sin 2 sin k r kr k r r k r r k r                                    Dengan cara yang sama, beda sudu faseuntuk kedua sinar difraksi (sinar-sinar 1 dan 2) adalah   ' ' ' ' ' 2 sin sin 2 cos 90 sin k k r r k r k r r k r                                 Beda sudut fase total antara kedua berkas sinar adalah
  • 17. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 17       rkrk 11   ' k k r     Sehingga gelombang / sinar difraksi dari elemen volume dv mempunyai factor fase : exp iβ = exp             rkki 1 Relatif terhadap sinar difraksi dari titik 0 Amplitude gelombang yang terdifraksi dari element volume dv adalah berbanding lurus dengan konsentrasi e local n r dan elemen volume dv. Amplitudo total (F) dari gelombang terdifraksi dalam arah 1 k adalah F =             rkkirdvn 1 exp ……………. (10) Jika kkk  1 , maka : Substitusi persamaan 6 ke persamaan 10 F =              rkirGidv G G expexp =     G G rkGidv exp ………… (11) Jika vector hamburan (ΔK) sama dengan vector kisi resiprok, KG  …….. (12) Maka F = Vdv G G G   )0exp( Dimana V = volume kristal Untuk hamburan / difraksi elastic, energi foton (ћω) dating sama dengan energi foton terdifraksi (ћω1 ) 2 1 2 kk 
  • 18. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 18 Dengan demikian kondisi difraksi dapat ditulis kkGGK  1 Sehingga   22 KkG  Catatan: 2 12 2 2 KGKKG   2 2 GGK kondisi difraksi Apabila didalam suatu kristal terdapat N buah cell dan kondisi difraksi  GK  Tercapai, maka amplitudo sinar difraksi dapat ditulis    rkirdvnNF cell   exp      cell rGirdvnNF exp Jika      cell G rGirdvnS exp maka F = N SG, dimana SG = factor struktur n(r) dapat dituliskan sebagai berikut: Jika j = vektor posisi dari atom j, maka atom j akan menyumbang konsentrasi e ke konsentrasi e di titik r sebesar  jj rr  yang merupakan suatu fungsi Sehingga konsentrasi e total di titik r ,  rn adalah jumlah sumbangan konsentrasi e dari semua atom (s) dalam cell tersebut
  • 19. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 19         rGinrrnrn Gj j j exp 1 Dimana s = jumlah atom dalam sebuah basis Factor struktur  GS dapat ditulis sebagai berikut:                  cell s ij jjG rGirrdvrGirdvnS expexp  Jika kita definisikan jrr  , maka         j jjG rGirrrGipdvnS expexp    Fj = faktor struktur atom    j jjG frGiS exp Dimana       Gidvnf j exp = faktor bentuk atom Karena 321 azayaxr jjjj  , maka   332211 bvbvbvrG j 321 azayax jjj  Karena ijjba 21  , maka     1 2 3 1 2 3 2 2 2 2 j j j j j j j j G r v x v y v z G r v x v y v z                    Sehingga  1 2 3exp 2G j j j j j S f i v x v y v z      Atau  exp 2G j j j j j S f hx ky lz      Contoh : Kristal bcc mempunyai atom-atom identik pada koordinat-koordinat    1 1 1, , 0,0,0x y z  dan    2 2 2 1 1 1, , , , 2 2 2 x y z  Sehingga :
  • 20. Difraksi Sinar-X Oleh Kristal 20     31 2 1 2 3 2 2 2 2 1 1 vv v i G v v v G S f e e S f e                          Jika 1 2 3v v v   bilangan ganjil, 0GS   tidak terdifraksi 1 2 3v v v  bilangan genap, 2GS f  terdifraksi Aplikasi Metode difraksi sinar-x dalam bentuk pola difraksi karakteristik - Penentuan struktur kristal, fase-fase atau senyawa yang ada dalam suatu bahan atau campuran seperti batuan, lempung, bahan keramik, paduan logam, produk korosi dll. - Dalam bidang kimia, metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi fasa-fasa atau senyawa dalam campuran. Analisis kualitatif dengan mengidentifikasi pola difraksi, analisis kuantitatif dengan menentukan intensitas puncaknya dimana intensitas lebih tinggi menunjukkan konsentrasi lebih tinggi. - Bahan logam antara lain analisis struktur kristal produk korosi, tegangan sisa dan tekstur. - Dalam bahan polimer, dapat memberikan informasi untuk menentukan derajat kristalinitas, orientasi dan menentukan aditif secara kualitatif dan kuantitatif.