SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Peran Perawat di Bidang Politik




       Kontroversi Strategi Pendidikan Keperawatan di Era Globalisasi Institusi pendidikan
keperawatan sangat bertanggung jawab dan berperan penting dalam rangka melahirkan generasi
perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Sejalan dengan berkembangnya institusi pendidikan
keperawatan di Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Motivasi dari pendirian institusi
pendidikan keperawatan pun sangat bervariasi dari alasan "Bisnis" sampai dengan "Sosial". Dan
yang kemudian menjadi pertanyaan dan keganjilan adalah banyaknya pemilik dan pengelola
institusi pendidikan keperawatan ini yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup
tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi. Ini menjadi penyebab rendahnya
mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia dan tidak siap untuk bersaing.
Salah satu tolok ukur kualitas dari perawat di percaturan Internasional adalah kemampuan untuk
dapat lulus dalam Ujian Kompetensi Keperawatan seperti ujian NCLFX-RN dan CGFNS sebagai
syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas dan
kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Di Kuwait pernah terjadi fakta
yang memalukan sekaligus menjatuhkan kredibilitas bangsa terutama sistem pendidikan
keperawatan yang ada di Indonesia memiliki permasalahan yang berkaitan dengan High
Educatio        bagi        perawat        Indonesia       yang          bekerja           di       Kuwait.
Hal tersebut lebih disebabkan karena sistem pendidikan keperawatan kita yang sangat bervariasi.
Efek yang paling buruk dari hal tersebut adalah tidak diakuinya perawat yang memiliki ijazah S1
Keperawatan (S.Kep) dan mereka hanya disamakan dengan D3 Keperawatan. Institusi
pendidikan     keperawatan     harus   dilakukan       perubahan   secara     total        antara   lain   :
Standarisasi     jenjang,     kualitas/mutu,       dari    institusi      pendidikan            keperawatan
Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan bahasa Inggris
Menutup        institusi      pendidikan        keperawatan            yang        tidak         berkualitas
Institusi pendidikan keperawatan harus dipimpin oleh seseorangyang memiliki latar belakang
pendidikan                                                                                      keperawatan
Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di institusi pendidikan
keperawatan
Semua dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus berbahasa Inggris aktif
Memberantas segala jenis KKN di institusi pendidikan dimulai dari perizinan penerimaan
mahasiswa,       proses   pendidikan        dan      akreditasi    serta       proses       kelulusan      mahasiswa.
Strategi            Pelayanan               Keperawatan                   di              Era              Globalisasi


Praktek keperawatan sebagai tindakan profesional harus didasarkan pada penggunaan
pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan
dijadikan sebagai landasan untuk melakukan pengkajia, menegakkan diagnostic, menyusun
perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil dari tindakan
keperawatan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, perawat juga harus
mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab,
dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan
mengatur dirinya sendiri. Tapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-
rekan perawat yang melakukan "Praktik Pelayanan Medis / Kedokteran dan Pengobatan" yang
sangat tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi
perawat              dipandang                  rendah                oleh                   profesi              lain.
Banyak     hal    yang    menyebabkan          hal     ini   berlangsung         berlarut-larut     antara      lain   :
Kurangnya        kesadaran     diri   dan      pengetahuan         dari        individu      perawt     itu     sendiri
Tidak jelasnya aturan yang ada seperti belum ditetapkannya RUU Keperawatan serta tidak
tegasnya            komitmen                penegakan                 hukum                   di              Indonesia
Minimnya         penghargaan       financial         dari    pihak-pihak          terkait       terhadap       perawat
Kurang            optimalnya          perannya                 organisasi            profesi            keperawatan
Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perawat dan keperawatan yang lebih disebabkan
karena kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat berkaitan tentang profesi perawat
dan keperawatan terutama di daerah yang masih menganggap bahwa "perawat" juga tidak
berbeda                                               dengan                                                  "dokter".
Sementara itu, dunia pelayanan keperawatan di Rumah Sakit juga masih sangat jauh dari
nyaman, rekan-rekan perawat bekerja selama 24 jam 1 hari dalam 2-3 shift, sedangkan
pendapatan mereka masih sangat jauh dari memadai. Sebagai perbandingan perawat Indonesia
yang bekerja di Kuawait mendapatkan gaji berkisar Rp.15 juta-Rp.24 juta/bulan, sedangkan
rekan-rekan perawat yang bekerja di Indonesia jauh dibawah kebutuhan hidup mereka.
Beberapa contoh diatas lebih disebabkan karena selama ini kita dianggap kecil oleh profesi lain.
Perawat mutlak sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Kita harus sudah
mulai berani untuk berbicara karena keadilan itu harus ditegakkan, yang harus segera
dilaksanakan                                               adalah                                           :
Penentuan      standarisasi   gaji     untuk    perawat      tentu    setelah   melalui   uji    kompetensi
Menciptakan sistem sirkulasi dalam penempatan perawat Indonesia ke luar negeri sehingga pada
jangka panjang akan terjadi peningkatan penghargaan dan kesetaran terhadap profesi
keperawatan                                           di                                           Indonesia
Memberikan sanksi kepada Rumah Sakit atau Institusi pelayanan kesehatan yang tidak memberi
gaji                          sesuai                             dengan                             standard
Penataan                                         Praktik                                        Keperawatan


Dalam suatu penataan praktik keperawatan perlu adanya Undang-Undang, maka semua itu harus
sesuai dengan standar kompetensi profesi, salah satunya kompetensi perawat (SKP) yang sudah
diakui secara nasional. SKP Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil
Keperawatan Internasional (ICN, 2003) yang menekankan pada perawat generalis yang bekerja
dengan klien individu, keluarga, dan komunitas dalam tatanan asuhan keperawatan di Rumah
Sakit dan komunitas serta bekerja sama dengan pemberi asuhan kesehatan dan sosial lainnya.
Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi perawat generalis dikelompokkan menjadi 3 judul
kompetensi,                              utama,                             yaitu                           :
Praktik                                        keperawatan                                       profesional,
Pemberian                            Asuhan                          Keperawatan,                        dan
Management                    keperawatan                      pengembangan                      profesional
Peran profesional perawat tidak akan bisa dicapai, kalau model pratik keperawatan di pelayanan
belum ditata secara profesional. Model praktik keperawatan profesional yang dilaksanakan oleh
perawat di tatanan pelayanan keperawatan masih menjadi suatu abstraksi. Pelayanan asuhan
keperawatan yang optimal akan terus digunakan sebagai tuntutan bagi organisasi pelayanan
kesehatan, sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap pelayanan
keperawatan               berdasarkan             pada            isu             di              masyarakat.
Ada 4 model praktik keperawatan profesional yang diharapkan ada yaitu : model praktik di
Rumah Sakit, rumah, berkelompok, dan individual. Akan tetapi pelaksanaan PERMENKES
tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan.


Etika                   Politik                  dalam                    Merawat                      Pasien


Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain serta kepedulian terhadap perasaan.
"Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan mereka, membantu mengembalikan
otonomi mereka, membantu mereka untuk mencapai potensi penuh mereka, mencapai tujuan
hidup                   mereka                 dan                pemenuha                        kebutuhan".
Dalam pengalaman menderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati, tapi mungkin
juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati adalah perasaan yang
timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki. Empati adalah kemampuan untuk
meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain, dalam suatu seni yang dapat dipelajari, latihan
imajinasi yang dapat dilatih. Perasaan ini dapat menjadi motivator yang kuat, yang juga dapat
diperoleh        dalam            melakukan          tanggung          jawab           profesional       kita.
Dari suatu pandangan yang lazim, perawat juga merupakan pegawai yang melakukan pekerjaan
tertentu    seefisien    dan      seefektif   mungkin.     Hasilnya,     pembatasan-pembatasan          layak
dipertimbangkan batasan praktik dapat dilakukan pada waktu yang tersedia untuk hubungan
perawatan         dan           perhatian       terhadap         kebutuhan             tertentu       pasien.
Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan kekuasaan dalam bekerja dengan pasien
dan dokter berarti bahwa mereka mengetahui bahwa etika harus dilakukan dengan kekuasaan dan
pembagian kekuasaan dalam hubungan langsung antar pribadi. Bagaimana pun, tantangan adalah
untuk memahami sifat alami hubungan kekuasaan dan etika pembagian kekuasaan, dalam
mengajar, dalam management, dalam pendidikan kesehatan dan riset, dalam mempengaruhi
sumber        daya,       dan        dalam      politik      kesehatan         lokal       dan       nasional.
Pearawat tidak hanya belajar merawat pasien, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan pasien
secara umum. Ini berati memperhatikan standard dan management pelayanan, kemampuan staff,
efisiensi, dan efektifitasprosedur yang digunakan, peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit, dan kesehatan masyarakat. Jika kepedulian terhadap kesehatn dipahami dari arti perspektif
luas, perawat cepat mengetahui bahwa politik dan etika keperawatan berlanjut satu sama lain,
pembagian dan kepedulian, menghormati orang, dan keadilan kaitan kekuasaan dan nilai-nilai
adalah saling berhubungan, dan memaksakan tanggung jawab politis pada mereka. Pada
akhirnya perjuangan menjadi lebih baik dan kondisi yang lebih patut untuk pasien dan perawat
serta       petugas       kesehatn      lain          yang         tidak        dapat       dipisahkan.
Bukan tidak mungkin menggabungkan kualitas personal yang sensitif dan peduli dengan yang
kompeten dan efisiensi dalam management, atau empati kepada orang lain dengan orang yang
keras        dalam          susunan        staff          atau             perundingan        bersama.


Perbedaan        Model          Zaman          Sekarang           untuk         Etika       Profesional


Sulit untuk menyatukan kembali etika personal yang peduli dengan tipe etika yang diperlukan
untuk management sistem pemberian pelayanan kesehatan modern yang kompleks. Hal ini
muncul karena tekanan antara perbedaan jenis kompetisi etik dalam kehidupan profesional,
perbedaan antara : etika keperawatan, etika pelayanan, etika pelayanan publik dan etika bisnis.


Saatnya               Perawat           Terjun               ke                Dunia             Politik


Arti "Politik" secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional                   maupun                          non                     konstitusional.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif amupun pasif
dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam bidang politik hingga
talenta yang harus dimiliki mengenai "Sense of Politic". Dalam Wilkipedia Indonesia disebutkan
bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak menjadi insan politik dengan mengikuti suatu
partai politik, mengikuti ormas atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Dari hal tersebut
maka seseorang berkewajiabn untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik
guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan perundangan
hukum                                          yang                                            berlaku.
Dari hal tersebut perawat ayng merupakan bagain dari insan perpolitikan di Indonesia juga
berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan demi terwujudnya regulasi
profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat bahwa perawat dapat
memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib perawat itu sendiri.
Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia politik bukanlah
dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin akan terasa asing bagi profesi
keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan seorang perawat dalam kancah
perpolitikan                                                                           Indonesia.
Tidak dipungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga memiliki hak pilih
dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-wakilnya sebagai anggota legislatif
namun seakan tidak ada satu pun suara yang menyuarakan hati nurani profesi keperawatan.
Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena profesi kita pun membutuhkan
penyampaian aspirasi yang patut untuk didengar dan diselesaikannya permasalahan yang ada,
yang tentunya akan membawa kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan. Sulitnya
menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan seorang
perawat                    di                 Badan                 Legislatif              sana.
Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat mampu
mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di profesi keperawatan
salah satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi pendidikan
keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kulitas perawat bisa dipertanggung
jawabkan.
Regulasi pendidikan akan menjadikan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan
keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak melakukan
penjaminan mutu akan output perawat yang diluluskan setiap periodenya. Dengan regulasi
pendidikan keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi keperawatan yang mempunyai
nilai     tawar,   nilai        jual,   dan     menjadi   profesi       yang     dipertimbangkan.
Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik tidak kalah pentingnya dengan regulasi
pendidikan. Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik akan menjadikan profesi keperawatan
semakin mantap dalam langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah
yang jelas akan menjadikan perawat semakin profesional dan proporsional sesuai dengan
tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini diharapkan tidak
terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari terjadinya
malpraktik                yang             kemungkinan                   dapat                terjadi.


Organisasi                                                                               Keperawatan


Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat nasional
yang merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret
1974.
Menurut catatan ayng ada sebelum PPNI, telah terdapat beberapa macam organisasi
keperawatan. PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi
keperawatan,                                        seperti                                          :
IPI                        (Ikatan                      Perawat                            Indonesia)
PPI                       (Persatuan                      Perawat                          Indonesia)
IGPI                  (Ikatan              Guru                Perawat                     Indonesia)
IPWI                  (Ikatan             Perawat                   Wanita                 Indonesia)
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dan mendaftarkan diri
sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut
calon                                                                                        anggota.
PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam musyawarah ini
selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang. Berbagai masalah
keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian memberikan hasil yang berupa
rekomendasi                      atau                    keputusan                         organisasi.
Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi keperawatan
harus             melakukan                5              fungsi,                yaitu               :
Definisi dan pengaturan profesional melalui penyusunan dan penentuan standar pendidikan dan
praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh melalui pemberian izin
praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga dapat dilakukan melalui adopsi kode
etik            dan              norma              perilaku             (Styles,               1983)
Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit. Sumbangan
utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh berbagai ahli teori. Tujuan
utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu keperawatan. Tantangan bagi perawat di masa
depan adalah menggerakkan pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori yang telah di
publikasiakn ini dan kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian keperawatan. Karena
hanya penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian memberikan sumbangan
utama            bagi               pengembangan               pengetahuan              keperawatan
Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi untuk
diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat dan berbagai
proses                                                                                        sosialisasi
Komonikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada masyarakat
dan                konstitusi.                Fungsi                    ini                   menuntut
organisasi perawat untuk berbicara pada perawat dari suatu posisi kesepakatan luas. Penting bagi
perawat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan UU dan kebijakan pemerintah
Memperhatikan kesejahteraan umum dan sosial anggota. Fungsi ini dilakukan oleh organisasi
perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan sosial bagi anggota
untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga profesional dan mengatasi masalah profesional
anggotanya.
Kesimpulan


Pada akhir diskusi presentasi ini kami ingin lebih menegaskan bahwasanya politik harusnya
disikapi secara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan lebih siap untuk
berkompetisi di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus segera bersinergi dalam rangka
menciptakan perbaikan dan perubahan untuk menciptakan sistem yang lebih baik, pihak-pihak
tersebut                   antara                  lain                       adalah                    :
Pemerintah
Swasta
Organisasi                                    Profesi                                            (PPNI)
Lembaga                                                                                  Pendidikan
Perawat                          dan                           Calon                            Perawat
Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan keperawatan di
Indonesia         dapat             segera         tercapai,           antara          lain             :
Pengesahan                          UU                    Praktik                      Keperawatan
Pembentukan                 Nursing            Council                 (Nursing                  Board)
Reformasi               sistem           pendidikan               keperawatan                 Indonesia
Peningkatan                   fungsi                   organisasi                  profesi
Saran


Fakta yang ada pada masyarakat, bahwa lulusan perawat masih belum diakui sebagai sosok
profesional yang akan mampu memberikan kontribusi yang hebat dalam sistem pelayanan.
Pandangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada dan sekaligus sebagai pemicu
adrenalin kita untuk membuktikan jati diri kita, bahwa seorang perawat adalah profesional
dengan              segala             atribut            yang               menyertainya.
Hal yang harus dan terus kita lakukan adalah memperbaiki citra perawat dengan menunjukkan
jati                diri                perawat                     dengan                :
Komunikasi,
Organisatoris,
Responsif                                 and                                 Responsible,
Efisiensi                                   dan                                    Efektif,
Komitmen,
Serta                                     tunjukkan                                       :
Aktualisasi,
Produktif,                                                                             dan
Inovatif.




Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik

BAB                                                                                       I
PENDAHULUAN
1.1                                    Latar                                     Belakang
Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus-
menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan
metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan berarti
berbicara tentang keperawatan pada satu waktu tertentu, dan dalam hal ini, bab ini akan
membicarakan               tentang            “Peran         Perawat             di            Bidang            Politik”.
Satu trend dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik
keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan dasar di sekolah dan Universitas.
Organisasi keperawatan professional terus-menerus menekankan pentingnya pendidikan bagi
perawat           dalam             mendapatkan             dan              memperluas            peran            baru.
Trend praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus-menerus meningkatkan otonomi
dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya                              focus                           asuhan                             keperawatan.
Trend dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-sapek dari keperawatan
yang mengkarakteristikkan keperawatan sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan menggambarkan
seluruh      trend        dalam        pendidikan          dan       praktik          keperawatan        kontemporer.
1.2                                                 Rumusan                                                      Masalah
1) Bagaimana kontroversi strategi pendidikan keperawatan di era globalisasi ini?
2)     Bagaimana           strategi         pelayanan      keperawatan           di      era      globalisasi        ini?
3)     Bagaimana            sistem           penataan       praktek           keperawatan          di       Indonesia?
4)        Bagaimana           etika           politik       perawat            dalam           merawat           pasien?
5)    Bagaimana           perbedaan         model       zaman       sekarang        dalam       etika     profesional?
6)        Apa        yang         dilakukan             seorang        perawat           di       dunia          politik?
7)                                    Apa                                    PPNI                                    itu?


1.3                                                                                                               Tujuan
1)        Untuk           mengetahui            politik         keperawatan             di       era        globalisasi
2)    Agar      perawat     dapat      mengaplikasikan        etika     politiknya       dalam      merawat        pasien
3)        Untuk            mengetahui            trend            politik        keperawatan              saat         ini
4)        Untuk           mengetahui           tatanan           pelayanan            keperawatan          profesional
5)         Untuk            mengetahui              organisasi              keperawatan           di         Indonesia
BAB                                                                                        II
PEMBAHASAN


2.1    Kontroversi     Strategi    Pendidikan     Keperawatan       di    Era     Globalisasi
Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan yang telah
terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi
dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap
sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Profesi
keperawatan, profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk
mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalamsistem pelayanan kesehatan di
Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan
pengakuan tersebut, maka perawat masih memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme
sesuai dengan keadaan dan lingkungan social di Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi
perawat Indonesia dan perlu dipersiapkan dengan baik, berencana, berkelanjutan dan tentunya
memerlukan                        waktu                      yang                      lama.
Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggung jawab dan berperan penting dalam rangka
melahirkan generasi perawat yang berkwalitas dan berdedikasi. Sejalan dengan berkembangnya
institusi pendidikan keperawatan di Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Motivasi dari
pendirian institusi pendidikan keperawatanpun sangat bervariasi dari alasan “Bisnis” sampai
dengan “Sosial”. Dan yang kemudian menjadi pertanyaan dan keganjilan adalah banyaknya
pemilik dan pengelola institusi pendidikan keperawatan ini yang sama sekali tidak memiliki
pemahaman                                                 yang                                                cukup
tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi. Ini menjadi penyebab rendahnya
mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia dan tidak siap untuk bersaing.
Salah satu tolok ukur kwalitas dari perawat dipercaturan Internasional adalah kemampuanuntuk
dapat lulus dalam Ujian Kompetensi Keperawatan seperti ujian NCLEX-RN dan CGFNS
sebagai syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas
dan kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Di Kuwait pernah terjadi
fakta yang memalukan sekaligus menjatuhkan kredibilitas bangsa terutama system pendidikan
keperawatan yang ada di Indonesia memiliki permasalahan yang berkaitan dengan Higher
Education          bagi        perawat         Indonesia          yang           bekerja           di        Kuwait
Hal tersebut lebih disebabkan karena system pendidikan keperawatan kita yang sangat bervariasi.
Efek yang paling buruk dari hal tersebut adalah tidak diakuinya perawat yang memiliki ijazah S1
Keperawatan (S.Kep) dan mereka hanya disamakan dengan D3 Keperawatan. Institusi
pendidikan     keperawatan           harus    dilakukan     perubahan          secara      total    antara      lain:
a.    Standarisasi        jenjang,     kualitas/mutu,      dari    institusi      pendidikan            keperawatan.
b. Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan bahasa
Inggris.
c.       Menutup       Institusi       pendidikan         keperawatan          yang        tidak         berkualitas.
d. Institusi pendidikan keperawatan harus di pimpin oleh seseorang yang memiliki latar belakang
pendidikan                                                                                              keperawatan.
e. Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di Institusi pendidikan
keperawatan.
f. Semua dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus berbahasa Inggris
secara                                                                                                         aktif.
g. Memberantas segala jenis KKN di Institusi pendidikan dimulai dari perizinan penerimaan
mahasiswa,     proses       pendidikan       dan   akreditasi     serta   proses        kelulusan        mahasiswa.
2.2         Strategi           Pelayanan            Keperawatan            di            Era             Globalisasi
Praktek keperawatan sebagai tindakan professional harus didasarkan pada penggunaan
pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan di
jadikan sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostic, menyusun
perencanaan, malaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil dari tindakan
keperawatan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, dan teknikal, perawat juga harus
mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab
dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan
mengatur dirinya sendiri. Tapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-
rekan perawat yang melakukan “Praktek Pelayanan Medis/Kedokteran dan Pengobatan” yang
sangat tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi
perawat            di           pandang             rendah           oleh              profesi              lain.
Banyak     hal     yang     menyebabkan       hal    ini   berlangsung      berlarut-larut       antara     lain:
a. Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawat itu sendiri.
b. Tidak jelasnya aturan yang ada seperti belum di tetapkannya RUU Keperawatan serta tidak
tegasnya            komitmen               penegakan             hukum                di            Indonesia.
c.   Minimnya       penghargaan        financial    dari   pihak-pihak      terkait    terhadap      perawat.
d.        Kurang          optimalnya        perannya         organisasi        profesi           keperawatan.
e. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perawat dan keperawatan yang lebih disebabkan
karena kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat berkaitan tentang profesi perawat
dan keperawatan terutama di daerah yang masih menganggap bahwa perawat juga tidak berbeda
denagn                                                                                               “dokter”.
Sementara itu, dunia Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit juga masih sangat jauh dari
nyaman, rekan-rekan perawat bekerja selama 24 jam 1 hari dalam 2 atau 3 shift, sedangkan
pendapatan mereka masih sangat jauh dari memadai. Sebagai perbandingan perawat Indonesia
yang bekerja di Kuwait mendapatkan gaji berkisar Rp.15 juta s/d Rp.24 juta sebulan, sedangkan
rekan-rekan perawat yang bekerja di Indonesia jauh dibawah kebutuhan hidup mereka.
Beberapa contoh diatas lebih disebabkan karena selama ini kita dianggap kecil oleh profesi lain.
Perawat mutlak sangat di perlukan dan dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Kita harus sudah
mulai berani untuk berbicara karena keadilan itu harus ditegakkan, yang harus segera
dilaksanakan                                                                                              adalah:
a. Penentuan standarisasi gaji untuk perawat tentu setelah melalui uji kompetensi.
b. Menciptakan system sirkulasi dalam penempatan perawat Indonesia ke luar negeri sehingga
pada jangka panjang akan terjadi peningkatan penghargaan dan kesetaraan terhadap profesi
keperawatan                                        di                               Indonesia.
c. Memberikan sanksi kepada Rumah Sakit atau Institusi pelayanan kesehatan yang tidak
memberi                gaji                 sesuai                  dengan           standard.
2.3                    Penataan                           Praktek                 Keperawatan
Dalam suatu penataan praktek keperawatan perlu adanya undang-undang, maka semua itu harus
sesuai dengan standar kompetensi profesi, salah satunya kompetensi perawat ( SKP ) yang sudah
diakui secara nasional. Penetapan SKP telah Konvensi Nasional antara BNSP, PPNI, dan Depkes
pada tanggal 1-2 Juni 2006 di Gedung Depkes JL. HR Rasuna Said,Kuningan Jakarta Selatan.
SKP Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil Keperawatan Internasional ( ICN,
2003 ) yang menekankan pada perawat generalis yang bekerka dengan klie individu, keluarga
dan komunitas dalam tatanan asuha keperawatan di rumah sakit dan komunitas serta bekerja
sama dengan pemberi asuhan kesehatan dan social lainnya. Dalam kerangka kerja ICN,
kompetensi perawat generalis dikelompokkan menjajedi 3 judulkompetensi utama, yaitu Praktek
keperawatan profesional, Pemberian asuhan keperawatan dan menejemen keperawatan
Pengembangan                                                                      professional.
Peran profesional perawat tidak akan bisa di capai, kalau model praktik keperawatan di
pelayanan belum ditata secara professional. Model praktik keperawatan professional yang
dilaksanaka oleh perawat di tatanan pelayanan keperawatan masih mejadi suatu abstraksi.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus digunakan sebagai tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatansistem pemberian pelayanan kesehatan ke system desentralisasi.
Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap
pelayanan       keperawatan       berdasarkan             pada      issue    di    masyarakat.
Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditumbuhkannya Pendidikan Tinggi
Keperawatan (D3 Keperawatan) dan berlakunya UU No.23 Tahun 1992,dan PERMENKES
No.1239/2000; proses registrasi dan legislasi keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya
kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan professional. Ada 4 model praktik yang
diharapkan ada yaitu: model praktik di Rumah Sakit, rumah, berkelompok, dan individual. Akan
tetapi pelaksanaan PERMENKES tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal
oleh                                     profesi                                  keperawatan.
2.4            Etika           Politik                  dalam           Merawat         Pasien
Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain, kepedulian terhadap perasaan, banyak
sumber praktis. “Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan mereka, membantu
mengembalikan otonomi mereka, membantu mereka untuk mencapai potensi penuh mereka.
Mencapai           tujuan       hidup      mereka           dan       pemenuhan           kebutuhan”.
Dalam pengalaman menderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati, tapi mungkin
juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati adalah perasaan yang
timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki. Empati adalah kemampuan untuk
meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain, dalam suatu seni yang dapat dipelajari, latihan
imajinasi yang dapat dilatih. Perasaan ini dapat menjadi motivator yang kuat, yang juga dapat
diperoleh          dalam       melakukan         tanggung         jawab    professional          kita.
Jika kita memilih menjadi perawat untuk memenuhi kebutuhan pribadi, atau hanya sebagai
aututerapi tanpa disadari, untuk menghadapimasalah dan kecemasan sendiri, pasien akan
menderita karena pekerjaan kita yang akan menjadi catatan bagi mereka. (Eadie 1975, Shimpson
et                                           all                                               1983).
Merawat bisa menjadi merusak orang lain jika kita tidak mengerti dinamika aslinya, yaitu seperti
dorongan psikologis yang kompleks yang muncul dalam operasi ketika kita dalam posisi tangguh
sebagai penolong terhadap pasien yang relative tidak mandiri dan lemah. Inilah, mengapa
psikiater dalam pelatihan dan perawat psikiatri didukung untuk mengalami psikoanalisis pribadi
atau terlibat dalam terapi kelompok, sebagai proses untuk mengungkapkan perasaan yang
terdalam           dan         sering      tersembunyi            dengan         maksud          lain.
Ketika pengawasan dan perhatian dari perawat yang baik dapat melakukan kekuasaannya dengan
baik, over protektif, menguasai atau mengganggu dan pengawasan seperti pada bayi, seperti
pengasuhan yang jelek, juga bias menjadi sangat merusak, ini dapat dikatakan bahwa “kebaikan
terbesar    kita   juga     merupakan   sumber     potensial   kelemahan   dan    kejahatan     kita”.
Beberapa praktik dan sikap perawat dapat membawa mereka kepada konfliklangsung dengan tim
kesehatan yang terkait dalam merehabilitasi kesehatan pasien,dengan fisioterapis dan ahli terapi
yang menjabat. Konflik disini bukan hanya dalam persaingan profesionalitas atau ketidak jelasan
batasan kerja, tapi juga perbedaan dalam interpretasi tentang perawatan dandalam praktik
perawatan.
Dari suatu pandangan yang lazim, perawat juga merupakan pegawai yang melakukan pekerjaan
tertentu seefisien dan seefektif mungkin. Hasilnya, pembatasan-pembatasan layak di
pertimbangkandan batasan praktik dapat dilakukan pada waktu yang tersedia untuk hubungan
perawatan         dan     dan       perhatian        terhadap         kebutuhan          tertentu       pasien.
Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan kekuasaan dalam bekerja dengan pasien
dan dokter,berarti bahwa mereka mengetahui bahwa etika harus dilakukan dengan kekuasaan dan
pembagian kekuasaan dalam hubungan langsung antar pribadi. Bagaimanapun, tantangan adalah
untuk memahami sifat alami hubungan kekuasaan dan etika pembagian kekuasaan, dalam
mengajar, dalam management, dalam pendidikan kesehatan dan riset, dalam mempengaruhi
sumber         daya,     dan      dalam         politik       kesehatan        local       dan        nasional.
Perawat tidak hanya belajar merawat pasien, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan pasien
secara umum. Ini berarti memperhatikan standard dan management pelayanan, kemampuan staff,
efisiensi dan efektifitas prosedur yang digunakan, peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit, dan kesehatan masyarakat. Jika kepedulian terhadap kesehatan dipahami dari arti
perspektif luas, perawat cepat mengetahui bahwa politik dan etika perawatan berlanjut satu sama
lain, pembagian dan kepedulian, menghormati orang dan keadilan, kaitan kekuasaan dan nilai-
nilai adalah saling berhubungan, dan memaksakan tanggung jawab politis pada mereka. Pada
akhirnya perjuangan menjadi lebih baik dan kondisi yang lebih patut untuk pasien dan perawat
serta         petugas     kesehatan         lain           yang       tidak        dapat            dipisahkan.
Bukan tidak mungkin menggabungkan kualitas personal yang sensitive dan peduli dengan yang
kompeten dan efisiensi dalam management, atau empati kepada orang lain dengan orang yang
keras          dalam           susunan          staff,         atau           perundingan             bersama.
2.5         Perbedaan     Model          Zaman           Sekarang      untuk           Etika        Profesional
Adalah sulit untuk menyatukan kembali etika personal yang peduli dengan tipe etika yang
diperlukan untuk management sistem pemberian pelayanan kesehatan modern yang kompleks.
Hal ini muncul karena tekanan antara perbedaan jenis kompetisi etik dalam kehidupan
professional, perbedaan antara: etika keperawatan, etika pelayanan, etika pelayanan public dan
etika                                                                                                   bisnis.
2.6            Saatnya           Perawat             Terjun            ke              Dunia            Politik
Akhir – akhir ini banyak masalah yang melanda profesi keperawatan ini berkaitan dengan tidak
adanya seseorang perawat yang menjadi pemegang kebijakan baik di eksekutif maupun
legislative.disamping itu juga disinggung mengenai undang – undang keperawatan yang sampai
kini belum juga terselesaikan karena tidak adanya keterwakilan seorang perawat dalam posisi
tersebut.
Arti politik secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.
Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional. Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk
membuat        orang   lain     melakukan      sesuatu     yang     tidak     dikehendakinya.
Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan perangkat
structural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa menjadi
pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya
baru bias dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh Negara untuk
bias teraktualisasikan, saat tiap individu lain sesuai dengan normadan hukum yang berlaku.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif maupun pasif
dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam bidang politik hingga
talenta yang harus dimiliki mengenai “Sense of Politic”. Dalam wilkipedia Indonesia disebutkan
bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak menjadi insane politik dengan mengikuti suatu
partai politik , mengikuti ormas atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Maka dari hal
tersebut seseorang berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik
guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan perundangan
hukum                                       yang                                      berlaku.
Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan perpolitikan di Indonesia juga
berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan demi terwujudnya regulasi
profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat bahwa perawat dapat
memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib perawat itu sendiri.
Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia politik bukanlah
dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin akan terasa asing bagi profesi
keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan seorang perawat dalam kancah
perpolitikan                                                                        Indonesia.
Tidak dipungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga memiliki hak pilih
dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-wakilnya sebagai anggota legislative
namun seakan tidak ada satu pun suara yang menyuarakan hati nurani profesi keperawatan.
Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena profesi kita pun membutuhkan
penyampaian aspirasi yang patut untuk didengar dan diselesaikannya permasalahan yang ada,
yang tentunya akan membawa kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan. Sulitnya
menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan seorang
perawat                di                badan                legislative               sana.
Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat mampu
mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di profesi keperawatan
salah satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi pendidikan
keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kualitas perawat bias dipertanggung
jawabkan.
Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan keperawatan
yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak melakukan penjaminan mutu
akan output perawat yang di luluskan setiap periodenya. Dengan regulasi pendidikan
keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi keperawatan yang mempunyai nilai tawar,
nilai        jual,     dan        menjadi        profesi        yang        dipertimbangkan.
Regulasi kewenangan perawat di lahan kliniktidak kalah pentingnya dengan regulasi pendidikan,
dimana regulasi pendidikan merupakan bagaimana kita melakukan persiapan yang matang
sebelum membuat dan memulai (perencanaan), dimana kita melakukan pembangunan fondasi
yang kokoh dan system yang mensupport akan terbentuknya generasi perawat-perawat yang siap
tempur. Regulasi kewenangan perawat dilahan klinik akan menjadiakan profesi keperawatan
semakin mantap dalam langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah
yang jelas akan menjadikan perawat semakin professional dan proporsional sesuai dengan
tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini di harapkan
tidak terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari terjadinya
malpraktik             yang              kemungkinan               dapat              terjadi.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun ke dunia politik.
Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah satu partai politik. Partai
politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di kancah perpolitikan Indonesia. Banyak
partai yang menawarkan posisi legislative, ada partai yang melakukan pengkaderan dari awal
yang mampu menyiapkan calon-calon legislative dari embrio yang akan diberikan suntikan
ideology dari partai tersebut, ada juga partai yang memberikan kesempatan kepada siapa saja
yang siap untuk berjuang bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislative.
2.7                                 Organisasi                                  Keperawatan
Partai Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat nasional yang
merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974.
Menurut catatan yang ada sebelum PPNI, telah terdapat beberapa macam organisasi
keperawatan. PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi
keperawatan,                                                                               seperti:
•                IPI                    (Ikatan                 Perawat                Indonesia),
•                PPI                (Persatuan                   Perawat               Indonesia),
•             IGPI            (Ikatan             Guru              Perawat            Indonesia),
•           IPWI             (Ikatan              Perawat               Wanita         Indonesia).
Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dapat mendaftarkan
diri sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut
calon                                                                                     anggota.
PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam musyawarah ini
selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang. Berbagai masalah
keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian memberikan hasil yang berupa
rekomendasi                     atau                        keputusan                   organisasi.
Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi keperawatan
harus                  melakukan                   5                    fungsi,              yaitu:
1. Definisi dan pengaturan professional melalui penyusunan dan penentuan standar pendidikan
dan praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh melalui pemberian izin
praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga dapat dilakukan melalui adopsi kode
etik            dan             norma               perilaku               (Styles,         1983).
2. Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit.
Sumbangan utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh berbagai ahli
teori. Tujuan utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu keperawatan. Tantangan bagi para
perawat di masa depan adalah menggerakkan pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori
yang telah dipublikasikan ini dan kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian
keperawatan. Karena hanya penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian
memberikan      sumbangan      utama       bagi   pengembangan          pengetahuan   keperawatan.
3. Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi untuk
diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat dan berbagai
proses                                                                                       sosialisasi.
4. Komunikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada masyarakat
dan konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara pada perawat dari suatu
posisi kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan
UU                          dan                         kebijakan                           pemerintah.
5. Memperhatikan kesejahteraan umum dan social anggota. Fungsi ini dilakukan oleh organisasi
perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan social bagi anggota
untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga professional dan mengatasi masalah professional
anggotanya.
BAB                                                                                                   III
PENUTUP


3.1                                                                                           Simpulan
Pada akhir makalah ini kami ingin lebih menegaskan bahwasannya politik harusnya disikapi
sacara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan lebih siap umtuk berkompetisi
di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus segera bersinergi dalam rangka menciptakan
perbaikan dan perubahan untuk menciptakan sistem yang lebih baik, pihak – pihak tersebut
antara                                           lain                                           adalah:
Pemerintah
Swasta
Organisasi                    profesi                   (                   PPNI                      )
Lembaga                                                                                    pendidikan
Perawat                           dan                          calon                          perawat
Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan keperawatan di
Indonesia           dapat               segera              tercapai,            antara            lain:
Pengesahan                        UU                        Pratek                        Keperawatan
Pembentukan                 Nursing              Council                (Nursing               Board)
Reformasi            system                pendidikan              keperawatan              Indonesia
Peningkatan                       fungsi                       organisasi                      profesi
3.2                                                                                  Saran
Fakta yang ada pada masyarakat, bahwa lulusan perawat masih belum di akui sebagai sosok
profesional yang akan mampu memberikan kontribusi yang hebat dalam system pelayanan.
Pandangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada dan sekaligus sebagai pemicu
adrenalin kita untuk membuktikan jati diri kita, bahwa seorang perawat adalah profesional
dengan              segala             atribut             yang              menyertainya.
Hal yang harus dan terus kita lakukan adalah memperbaiki citra perawat dengan menunjukkan
jati diri perawat dengan KOREK API (Komunikasi, Organisatoris, Responsif and Responsible,
Efisiensi dan Efectif, Komitmen serta tunjukkan API : Aktualisasi, Produktif,dan Inovatif).




DAFTAR                                                                          PUSTAKA
M. Muhammad, Siswanto. 2009. Trend dan Perkenbangan Kebutuhan Pelayanan Keperawatan
dalam Persaingan Global. Dalam Simposium Nasional Keperawatan Universitas Airlangga
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2007. Manajement Keperawatan. Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta. Salemba
Medika
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba                                                                                     Medika
Reformasi      Keperawatan       Indonesia.   Website     URL:    http:        //www.inna-ppni.or.id
Priharjo, Robert. 1995. Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar Dan Hukum. Jakarta:
EGC
Menyiapkan Perawat yang Siap Berkompetisi di Era Pasar Global. Website URL: http:                      //
io.ppi-jepang.org
Lowenberg      & Dolgoff. 1988. Ethical Decisions for Social Work Practice. F.E. Peacock
Publishers,                                                                                       Inc
Lancaster, J. 1999. Nursing Issues. In Leading and Managing Change. St. Louis: Mosby
Company
    Lindberg, JB., Hunter, ML., Kruszewski, AZ. 1990. Introduction to Nursing: Concept, Issues
&               Opportunities.                Philadelphia:               JB               Lippincott
Bartels, JE. 2005. Educating Nurses for the 21st Century. Nursing and Health Sciences
Burns     & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co
    Buchan, J. & Calman, L. 2007. Summary of The Global Shortage of Registered Nurses: An
Overview of Issues and Action. International Council of Nurses. Dalam www.icn.ch
Chitty, K.K. 1997. Proffesional Nursing. Concepts         & Challenges . 2ed. Philadelphia: W.B.
Saunder                                                                                     Company




     Magnusdottir H. 2005. Overcoming Strangeness and Communication Barriers: A
Phenomenological Study of Becoming a Foreign Nurse. International Nursing Review
http://pioners07.blogspot.com/2009/02/saatnya-perawat-terjun-ke-dunia-politik.html
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. 2 edition
Diposkan oleh lulu di 23:55

More Related Content

What's hot

Ltm kolaborasi
Ltm kolaborasiLtm kolaborasi
Ltm kolaborasiayudewik
 
Ppt mi 2 perumahsakitan 1
Ppt mi 2 perumahsakitan 1Ppt mi 2 perumahsakitan 1
Ppt mi 2 perumahsakitan 1Khudhori kh
 
Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan KesehatanSistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan Kesehatanpjj_kemenkes
 
sistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesiasistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesiarisdiana21
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanCsii M'py
 
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaAnalisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaFuad Amsyari
 
Kolaborasi tim kesehatan
Kolaborasi tim kesehatanKolaborasi tim kesehatan
Kolaborasi tim kesehatanSandyHarlistika
 
Kb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitasKb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitaspjj_kemenkes
 
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitasRini Ambarwati Rachmadi
 
Kolaborasi Tim Kesehatan
Kolaborasi Tim KesehatanKolaborasi Tim Kesehatan
Kolaborasi Tim KesehatanKirana Suciati
 
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm iIpe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm iayudewik
 
Jasa pelayanan kesehatan
Jasa pelayanan kesehatan Jasa pelayanan kesehatan
Jasa pelayanan kesehatan Hell Rohmika
 

What's hot (20)

Filsafat keperawatan maternitas jiwa anak
Filsafat keperawatan maternitas jiwa anakFilsafat keperawatan maternitas jiwa anak
Filsafat keperawatan maternitas jiwa anak
 
MI 3
MI 3MI 3
MI 3
 
Tren dan isu keperawatan keluarga
Tren dan isu keperawatan keluargaTren dan isu keperawatan keluarga
Tren dan isu keperawatan keluarga
 
Ltm kolaborasi
Ltm kolaborasiLtm kolaborasi
Ltm kolaborasi
 
Ppt mi 2 perumahsakitan 1
Ppt mi 2 perumahsakitan 1Ppt mi 2 perumahsakitan 1
Ppt mi 2 perumahsakitan 1
 
Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan KesehatanSistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan Kesehatan
 
Peran perawat dalam mensukseskan muna sehat
Peran perawat dalam mensukseskan muna sehatPeran perawat dalam mensukseskan muna sehat
Peran perawat dalam mensukseskan muna sehat
 
sistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesiasistem pelayanan kesehatan di indonesia
sistem pelayanan kesehatan di indonesia
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
 
Etika perawatan lansia
Etika perawatan lansiaEtika perawatan lansia
Etika perawatan lansia
 
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan IndonesiaAnalisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Analisis Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
 
Makalah pengaruh politik terhadap kesehatan
Makalah pengaruh politik terhadap kesehatanMakalah pengaruh politik terhadap kesehatan
Makalah pengaruh politik terhadap kesehatan
 
Kolaborasi tim kesehatan
Kolaborasi tim kesehatanKolaborasi tim kesehatan
Kolaborasi tim kesehatan
 
Ruang lingkup keperawatan
Ruang lingkup  keperawatanRuang lingkup  keperawatan
Ruang lingkup keperawatan
 
Kb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitasKb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitas
 
Kolaborasi Kesehatan
Kolaborasi KesehatanKolaborasi Kesehatan
Kolaborasi Kesehatan
 
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
68473878 sejarah-keperawatan-komunitas-konsep-model-keperawatan-komunitas
 
Kolaborasi Tim Kesehatan
Kolaborasi Tim KesehatanKolaborasi Tim Kesehatan
Kolaborasi Tim Kesehatan
 
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm iIpe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
Ipe40 1306414311-ayudewi komala -ltm i
 
Jasa pelayanan kesehatan
Jasa pelayanan kesehatan Jasa pelayanan kesehatan
Jasa pelayanan kesehatan
 

Similar to PERAN PERAWAT

KODE ETIK KEPERAWATAN
 KODE ETIK KEPERAWATAN KODE ETIK KEPERAWATAN
KODE ETIK KEPERAWATANpjj_kemenkes
 
KODE ETIK KEPERAWATAN
 KODE ETIK KEPERAWATAN KODE ETIK KEPERAWATAN
KODE ETIK KEPERAWATANpjj_kemenkes
 
Profesi keperawatan oleh Kelompok 3
Profesi keperawatan oleh Kelompok 3Profesi keperawatan oleh Kelompok 3
Profesi keperawatan oleh Kelompok 3yesica trs
 
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATANETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATANpjj_kemenkes
 
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATANETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATANpjj_kemenkes
 
Sahkan RUU Keperawatan
Sahkan RUU KeperawatanSahkan RUU Keperawatan
Sahkan RUU KeperawatanLintang Diah Y
 
tantangan dalam profesi keperawatan (4th meeting)
tantangan dalam profesi keperawatan (4th meeting)tantangan dalam profesi keperawatan (4th meeting)
tantangan dalam profesi keperawatan (4th meeting)Ade Rahman
 
Advance nursing vero
Advance nursing veroAdvance nursing vero
Advance nursing veroArmy Of God
 
Makalah pelanggaran etika yang terjadi di masyarakat
Makalah pelanggaran etika yang terjadi di masyarakatMakalah pelanggaran etika yang terjadi di masyarakat
Makalah pelanggaran etika yang terjadi di masyarakatSeptian Muna Barakati
 
Standar Pelayanan KMB.pdfokmantap kai hhdh
Standar Pelayanan KMB.pdfokmantap kai hhdhStandar Pelayanan KMB.pdfokmantap kai hhdh
Standar Pelayanan KMB.pdfokmantap kai hhdhMahruriSaputra
 
3. keperawatan sebagai profesi
3. keperawatan sebagai profesi3. keperawatan sebagai profesi
3. keperawatan sebagai profesiAgusDwiPranata
 
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoma...
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoma...Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoma...
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoma...Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah praktik keperawatan profesional.
Makalah praktik keperawatan profesional.Makalah praktik keperawatan profesional.
Makalah praktik keperawatan profesional.Viliansyah Viliansyah
 
Sistem Informasi Asuh Keperawatan _Materi Training SIMRS
Sistem Informasi Asuh Keperawatan _Materi Training SIMRSSistem Informasi Asuh Keperawatan _Materi Training SIMRS
Sistem Informasi Asuh Keperawatan _Materi Training SIMRSKanaidi ken
 
Case manajement @Manajemen Keperawatan
Case manajement @Manajemen KeperawatanCase manajement @Manajemen Keperawatan
Case manajement @Manajemen KeperawatanSulistia Rini
 

Similar to PERAN PERAWAT (20)

Menjadi Perawat Yang baik
Menjadi Perawat Yang baikMenjadi Perawat Yang baik
Menjadi Perawat Yang baik
 
KODE ETIK KEPERAWATAN
 KODE ETIK KEPERAWATAN KODE ETIK KEPERAWATAN
KODE ETIK KEPERAWATAN
 
Vitamin
 Vitamin Vitamin
Vitamin
 
KODE ETIK KEPERAWATAN
 KODE ETIK KEPERAWATAN KODE ETIK KEPERAWATAN
KODE ETIK KEPERAWATAN
 
Profesi keperawatan oleh Kelompok 3
Profesi keperawatan oleh Kelompok 3Profesi keperawatan oleh Kelompok 3
Profesi keperawatan oleh Kelompok 3
 
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATANETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
 
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATANETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
 
Modul 1 kb 2
Modul 1 kb 2Modul 1 kb 2
Modul 1 kb 2
 
Sahkan RUU Keperawatan
Sahkan RUU KeperawatanSahkan RUU Keperawatan
Sahkan RUU Keperawatan
 
tantangan dalam profesi keperawatan (4th meeting)
tantangan dalam profesi keperawatan (4th meeting)tantangan dalam profesi keperawatan (4th meeting)
tantangan dalam profesi keperawatan (4th meeting)
 
Advance nursing vero
Advance nursing veroAdvance nursing vero
Advance nursing vero
 
Makalah pelanggaran etika yang terjadi di masyarakat
Makalah pelanggaran etika yang terjadi di masyarakatMakalah pelanggaran etika yang terjadi di masyarakat
Makalah pelanggaran etika yang terjadi di masyarakat
 
Standar Pelayanan KMB.pdfokmantap kai hhdh
Standar Pelayanan KMB.pdfokmantap kai hhdhStandar Pelayanan KMB.pdfokmantap kai hhdh
Standar Pelayanan KMB.pdfokmantap kai hhdh
 
3. keperawatan sebagai profesi
3. keperawatan sebagai profesi3. keperawatan sebagai profesi
3. keperawatan sebagai profesi
 
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoma...
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoma...Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoma...
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoma...
 
Kdk final AKPER PEMKAB MUNA
Kdk final  AKPER PEMKAB MUNA Kdk final  AKPER PEMKAB MUNA
Kdk final AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah praktik keperawatan profesional.
Makalah praktik keperawatan profesional.Makalah praktik keperawatan profesional.
Makalah praktik keperawatan profesional.
 
Sistem Informasi Asuh Keperawatan _Materi Training SIMRS
Sistem Informasi Asuh Keperawatan _Materi Training SIMRSSistem Informasi Asuh Keperawatan _Materi Training SIMRS
Sistem Informasi Asuh Keperawatan _Materi Training SIMRS
 
Case manajement @Manajemen Keperawatan
Case manajement @Manajemen KeperawatanCase manajement @Manajemen Keperawatan
Case manajement @Manajemen Keperawatan
 

PERAN PERAWAT

  • 1. Peran Perawat di Bidang Politik Kontroversi Strategi Pendidikan Keperawatan di Era Globalisasi Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggung jawab dan berperan penting dalam rangka melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Sejalan dengan berkembangnya institusi pendidikan keperawatan di Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Motivasi dari pendirian institusi pendidikan keperawatan pun sangat bervariasi dari alasan "Bisnis" sampai dengan "Sosial". Dan yang kemudian menjadi pertanyaan dan keganjilan adalah banyaknya pemilik dan pengelola institusi pendidikan keperawatan ini yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi. Ini menjadi penyebab rendahnya mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia dan tidak siap untuk bersaing. Salah satu tolok ukur kualitas dari perawat di percaturan Internasional adalah kemampuan untuk dapat lulus dalam Ujian Kompetensi Keperawatan seperti ujian NCLFX-RN dan CGFNS sebagai syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas dan kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Di Kuwait pernah terjadi fakta yang memalukan sekaligus menjatuhkan kredibilitas bangsa terutama sistem pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia memiliki permasalahan yang berkaitan dengan High Educatio bagi perawat Indonesia yang bekerja di Kuwait. Hal tersebut lebih disebabkan karena sistem pendidikan keperawatan kita yang sangat bervariasi. Efek yang paling buruk dari hal tersebut adalah tidak diakuinya perawat yang memiliki ijazah S1 Keperawatan (S.Kep) dan mereka hanya disamakan dengan D3 Keperawatan. Institusi pendidikan keperawatan harus dilakukan perubahan secara total antara lain : Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, dari institusi pendidikan keperawatan Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan bahasa Inggris Menutup institusi pendidikan keperawatan yang tidak berkualitas Institusi pendidikan keperawatan harus dipimpin oleh seseorangyang memiliki latar belakang pendidikan keperawatan Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan
  • 2. Semua dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus berbahasa Inggris aktif Memberantas segala jenis KKN di institusi pendidikan dimulai dari perizinan penerimaan mahasiswa, proses pendidikan dan akreditasi serta proses kelulusan mahasiswa. Strategi Pelayanan Keperawatan di Era Globalisasi Praktek keperawatan sebagai tindakan profesional harus didasarkan pada penggunaan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan dijadikan sebagai landasan untuk melakukan pengkajia, menegakkan diagnostic, menyusun perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, perawat juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab, dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan mengatur dirinya sendiri. Tapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan- rekan perawat yang melakukan "Praktik Pelayanan Medis / Kedokteran dan Pengobatan" yang sangat tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi perawat dipandang rendah oleh profesi lain. Banyak hal yang menyebabkan hal ini berlangsung berlarut-larut antara lain : Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawt itu sendiri Tidak jelasnya aturan yang ada seperti belum ditetapkannya RUU Keperawatan serta tidak tegasnya komitmen penegakan hukum di Indonesia Minimnya penghargaan financial dari pihak-pihak terkait terhadap perawat Kurang optimalnya perannya organisasi profesi keperawatan Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perawat dan keperawatan yang lebih disebabkan karena kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat berkaitan tentang profesi perawat dan keperawatan terutama di daerah yang masih menganggap bahwa "perawat" juga tidak berbeda dengan "dokter". Sementara itu, dunia pelayanan keperawatan di Rumah Sakit juga masih sangat jauh dari nyaman, rekan-rekan perawat bekerja selama 24 jam 1 hari dalam 2-3 shift, sedangkan pendapatan mereka masih sangat jauh dari memadai. Sebagai perbandingan perawat Indonesia
  • 3. yang bekerja di Kuawait mendapatkan gaji berkisar Rp.15 juta-Rp.24 juta/bulan, sedangkan rekan-rekan perawat yang bekerja di Indonesia jauh dibawah kebutuhan hidup mereka. Beberapa contoh diatas lebih disebabkan karena selama ini kita dianggap kecil oleh profesi lain. Perawat mutlak sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Kita harus sudah mulai berani untuk berbicara karena keadilan itu harus ditegakkan, yang harus segera dilaksanakan adalah : Penentuan standarisasi gaji untuk perawat tentu setelah melalui uji kompetensi Menciptakan sistem sirkulasi dalam penempatan perawat Indonesia ke luar negeri sehingga pada jangka panjang akan terjadi peningkatan penghargaan dan kesetaran terhadap profesi keperawatan di Indonesia Memberikan sanksi kepada Rumah Sakit atau Institusi pelayanan kesehatan yang tidak memberi gaji sesuai dengan standard Penataan Praktik Keperawatan Dalam suatu penataan praktik keperawatan perlu adanya Undang-Undang, maka semua itu harus sesuai dengan standar kompetensi profesi, salah satunya kompetensi perawat (SKP) yang sudah diakui secara nasional. SKP Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil Keperawatan Internasional (ICN, 2003) yang menekankan pada perawat generalis yang bekerja dengan klien individu, keluarga, dan komunitas dalam tatanan asuhan keperawatan di Rumah Sakit dan komunitas serta bekerja sama dengan pemberi asuhan kesehatan dan sosial lainnya. Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi perawat generalis dikelompokkan menjadi 3 judul kompetensi, utama, yaitu : Praktik keperawatan profesional, Pemberian Asuhan Keperawatan, dan Management keperawatan pengembangan profesional Peran profesional perawat tidak akan bisa dicapai, kalau model pratik keperawatan di pelayanan belum ditata secara profesional. Model praktik keperawatan profesional yang dilaksanakan oleh perawat di tatanan pelayanan keperawatan masih menjadi suatu abstraksi. Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus digunakan sebagai tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan, sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap pelayanan
  • 4. keperawatan berdasarkan pada isu di masyarakat. Ada 4 model praktik keperawatan profesional yang diharapkan ada yaitu : model praktik di Rumah Sakit, rumah, berkelompok, dan individual. Akan tetapi pelaksanaan PERMENKES tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Etika Politik dalam Merawat Pasien Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain serta kepedulian terhadap perasaan. "Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan mereka, membantu mengembalikan otonomi mereka, membantu mereka untuk mencapai potensi penuh mereka, mencapai tujuan hidup mereka dan pemenuha kebutuhan". Dalam pengalaman menderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati, tapi mungkin juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati adalah perasaan yang timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki. Empati adalah kemampuan untuk meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain, dalam suatu seni yang dapat dipelajari, latihan imajinasi yang dapat dilatih. Perasaan ini dapat menjadi motivator yang kuat, yang juga dapat diperoleh dalam melakukan tanggung jawab profesional kita. Dari suatu pandangan yang lazim, perawat juga merupakan pegawai yang melakukan pekerjaan tertentu seefisien dan seefektif mungkin. Hasilnya, pembatasan-pembatasan layak dipertimbangkan batasan praktik dapat dilakukan pada waktu yang tersedia untuk hubungan perawatan dan perhatian terhadap kebutuhan tertentu pasien. Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan kekuasaan dalam bekerja dengan pasien dan dokter berarti bahwa mereka mengetahui bahwa etika harus dilakukan dengan kekuasaan dan pembagian kekuasaan dalam hubungan langsung antar pribadi. Bagaimana pun, tantangan adalah untuk memahami sifat alami hubungan kekuasaan dan etika pembagian kekuasaan, dalam mengajar, dalam management, dalam pendidikan kesehatan dan riset, dalam mempengaruhi sumber daya, dan dalam politik kesehatan lokal dan nasional. Pearawat tidak hanya belajar merawat pasien, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan pasien secara umum. Ini berati memperhatikan standard dan management pelayanan, kemampuan staff, efisiensi, dan efektifitasprosedur yang digunakan, peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, dan kesehatan masyarakat. Jika kepedulian terhadap kesehatn dipahami dari arti perspektif
  • 5. luas, perawat cepat mengetahui bahwa politik dan etika keperawatan berlanjut satu sama lain, pembagian dan kepedulian, menghormati orang, dan keadilan kaitan kekuasaan dan nilai-nilai adalah saling berhubungan, dan memaksakan tanggung jawab politis pada mereka. Pada akhirnya perjuangan menjadi lebih baik dan kondisi yang lebih patut untuk pasien dan perawat serta petugas kesehatn lain yang tidak dapat dipisahkan. Bukan tidak mungkin menggabungkan kualitas personal yang sensitif dan peduli dengan yang kompeten dan efisiensi dalam management, atau empati kepada orang lain dengan orang yang keras dalam susunan staff atau perundingan bersama. Perbedaan Model Zaman Sekarang untuk Etika Profesional Sulit untuk menyatukan kembali etika personal yang peduli dengan tipe etika yang diperlukan untuk management sistem pemberian pelayanan kesehatan modern yang kompleks. Hal ini muncul karena tekanan antara perbedaan jenis kompetisi etik dalam kehidupan profesional, perbedaan antara : etika keperawatan, etika pelayanan, etika pelayanan publik dan etika bisnis. Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik Arti "Politik" secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non konstitusional. Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif amupun pasif dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam bidang politik hingga talenta yang harus dimiliki mengenai "Sense of Politic". Dalam Wilkipedia Indonesia disebutkan bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak menjadi insan politik dengan mengikuti suatu partai politik, mengikuti ormas atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Dari hal tersebut maka seseorang berkewajiabn untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan perundangan hukum yang berlaku. Dari hal tersebut perawat ayng merupakan bagain dari insan perpolitikan di Indonesia juga
  • 6. berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan demi terwujudnya regulasi profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat bahwa perawat dapat memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib perawat itu sendiri. Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia politik bukanlah dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin akan terasa asing bagi profesi keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan seorang perawat dalam kancah perpolitikan Indonesia. Tidak dipungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga memiliki hak pilih dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-wakilnya sebagai anggota legislatif namun seakan tidak ada satu pun suara yang menyuarakan hati nurani profesi keperawatan. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena profesi kita pun membutuhkan penyampaian aspirasi yang patut untuk didengar dan diselesaikannya permasalahan yang ada, yang tentunya akan membawa kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan. Sulitnya menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan seorang perawat di Badan Legislatif sana. Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat mampu mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di profesi keperawatan salah satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi pendidikan keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kulitas perawat bisa dipertanggung jawabkan. Regulasi pendidikan akan menjadikan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak melakukan penjaminan mutu akan output perawat yang diluluskan setiap periodenya. Dengan regulasi pendidikan keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi keperawatan yang mempunyai nilai tawar, nilai jual, dan menjadi profesi yang dipertimbangkan. Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik tidak kalah pentingnya dengan regulasi pendidikan. Regulasi kewenangan perawat di lahan klinik akan menjadikan profesi keperawatan semakin mantap dalam langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah yang jelas akan menjadikan perawat semakin profesional dan proporsional sesuai dengan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini diharapkan tidak terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari terjadinya
  • 7. malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi. Organisasi Keperawatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat nasional yang merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974. Menurut catatan ayng ada sebelum PPNI, telah terdapat beberapa macam organisasi keperawatan. PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi keperawatan, seperti : IPI (Ikatan Perawat Indonesia) PPI (Persatuan Perawat Indonesia) IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia) IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia) Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dan mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut calon anggota. PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam musyawarah ini selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang. Berbagai masalah keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian memberikan hasil yang berupa rekomendasi atau keputusan organisasi. Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi keperawatan harus melakukan 5 fungsi, yaitu : Definisi dan pengaturan profesional melalui penyusunan dan penentuan standar pendidikan dan praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh melalui pemberian izin praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga dapat dilakukan melalui adopsi kode etik dan norma perilaku (Styles, 1983) Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit. Sumbangan utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh berbagai ahli teori. Tujuan utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu keperawatan. Tantangan bagi perawat di masa depan adalah menggerakkan pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori yang telah di
  • 8. publikasiakn ini dan kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian keperawatan. Karena hanya penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian memberikan sumbangan utama bagi pengembangan pengetahuan keperawatan Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi untuk diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat dan berbagai proses sosialisasi Komonikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada masyarakat dan konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara pada perawat dari suatu posisi kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan UU dan kebijakan pemerintah Memperhatikan kesejahteraan umum dan sosial anggota. Fungsi ini dilakukan oleh organisasi perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan sosial bagi anggota untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga profesional dan mengatasi masalah profesional anggotanya. Kesimpulan Pada akhir diskusi presentasi ini kami ingin lebih menegaskan bahwasanya politik harusnya disikapi secara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan lebih siap untuk berkompetisi di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus segera bersinergi dalam rangka menciptakan perbaikan dan perubahan untuk menciptakan sistem yang lebih baik, pihak-pihak tersebut antara lain adalah : Pemerintah Swasta Organisasi Profesi (PPNI) Lembaga Pendidikan Perawat dan Calon Perawat Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan keperawatan di Indonesia dapat segera tercapai, antara lain : Pengesahan UU Praktik Keperawatan Pembentukan Nursing Council (Nursing Board) Reformasi sistem pendidikan keperawatan Indonesia
  • 9. Peningkatan fungsi organisasi profesi Saran Fakta yang ada pada masyarakat, bahwa lulusan perawat masih belum diakui sebagai sosok profesional yang akan mampu memberikan kontribusi yang hebat dalam sistem pelayanan. Pandangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada dan sekaligus sebagai pemicu adrenalin kita untuk membuktikan jati diri kita, bahwa seorang perawat adalah profesional dengan segala atribut yang menyertainya. Hal yang harus dan terus kita lakukan adalah memperbaiki citra perawat dengan menunjukkan jati diri perawat dengan : Komunikasi, Organisatoris, Responsif and Responsible, Efisiensi dan Efektif, Komitmen, Serta tunjukkan : Aktualisasi, Produktif, dan Inovatif. Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak berubah tetapi profesi yang secara terus- menerus berkembang dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah, karena gaya hidup berubah. Berbicara tentang keperawatan berarti
  • 10. berbicara tentang keperawatan pada satu waktu tertentu, dan dalam hal ini, bab ini akan membicarakan tentang “Peran Perawat di Bidang Politik”. Satu trend dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik keperawatan yang menerima pendidikan keperawatan dasar di sekolah dan Universitas. Organisasi keperawatan professional terus-menerus menekankan pentingnya pendidikan bagi perawat dalam mendapatkan dan memperluas peran baru. Trend praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus-menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Trend dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-sapek dari keperawatan yang mengkarakteristikkan keperawatan sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori, pelayanan, otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan menggambarkan seluruh trend dalam pendidikan dan praktik keperawatan kontemporer. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana kontroversi strategi pendidikan keperawatan di era globalisasi ini? 2) Bagaimana strategi pelayanan keperawatan di era globalisasi ini? 3) Bagaimana sistem penataan praktek keperawatan di Indonesia? 4) Bagaimana etika politik perawat dalam merawat pasien? 5) Bagaimana perbedaan model zaman sekarang dalam etika profesional? 6) Apa yang dilakukan seorang perawat di dunia politik? 7) Apa PPNI itu? 1.3 Tujuan 1) Untuk mengetahui politik keperawatan di era globalisasi 2) Agar perawat dapat mengaplikasikan etika politiknya dalam merawat pasien 3) Untuk mengetahui trend politik keperawatan saat ini 4) Untuk mengetahui tatanan pelayanan keperawatan profesional 5) Untuk mengetahui organisasi keperawatan di Indonesia
  • 11. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kontroversi Strategi Pendidikan Keperawatan di Era Globalisasi Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Profesi keperawatan, profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalamsistem pelayanan kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan social di Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia dan perlu dipersiapkan dengan baik, berencana, berkelanjutan dan tentunya memerlukan waktu yang lama. Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggung jawab dan berperan penting dalam rangka melahirkan generasi perawat yang berkwalitas dan berdedikasi. Sejalan dengan berkembangnya institusi pendidikan keperawatan di Indonesia semakin bertambah jumlahnya. Motivasi dari pendirian institusi pendidikan keperawatanpun sangat bervariasi dari alasan “Bisnis” sampai dengan “Sosial”. Dan yang kemudian menjadi pertanyaan dan keganjilan adalah banyaknya pemilik dan pengelola institusi pendidikan keperawatan ini yang sama sekali tidak memiliki
  • 12. pemahaman yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi. Ini menjadi penyebab rendahnya mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia dan tidak siap untuk bersaing. Salah satu tolok ukur kwalitas dari perawat dipercaturan Internasional adalah kemampuanuntuk dapat lulus dalam Ujian Kompetensi Keperawatan seperti ujian NCLEX-RN dan CGFNS sebagai syarat mutlak bagi seorang perawat untuk dapat bekerja di USA. Dalam hal ini kualitas dan kemampuan perawat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Di Kuwait pernah terjadi fakta yang memalukan sekaligus menjatuhkan kredibilitas bangsa terutama system pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia memiliki permasalahan yang berkaitan dengan Higher Education bagi perawat Indonesia yang bekerja di Kuwait Hal tersebut lebih disebabkan karena system pendidikan keperawatan kita yang sangat bervariasi. Efek yang paling buruk dari hal tersebut adalah tidak diakuinya perawat yang memiliki ijazah S1 Keperawatan (S.Kep) dan mereka hanya disamakan dengan D3 Keperawatan. Institusi pendidikan keperawatan harus dilakukan perubahan secara total antara lain: a. Standarisasi jenjang, kualitas/mutu, dari institusi pendidikan keperawatan. b. Merubah bahasa pengantar dalam pendidikan keperawatan dengan menggunakan bahasa Inggris. c. Menutup Institusi pendidikan keperawatan yang tidak berkualitas. d. Institusi pendidikan keperawatan harus di pimpin oleh seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan keperawatan. e. Standarisasi kurikulum dan evaluasi bertahan terhadap staf pengajar di Institusi pendidikan keperawatan. f. Semua dosen dan staf pengajar di institusi pendidikan keperawatan harus berbahasa Inggris secara aktif. g. Memberantas segala jenis KKN di Institusi pendidikan dimulai dari perizinan penerimaan mahasiswa, proses pendidikan dan akreditasi serta proses kelulusan mahasiswa. 2.2 Strategi Pelayanan Keperawatan di Era Globalisasi Praktek keperawatan sebagai tindakan professional harus didasarkan pada penggunaan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar serta ilmu keperawatan di jadikan sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, menegakkan diagnostic, menyusun perencanaan, malaksanakan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil dari tindakan
  • 13. keperawatan serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, dan teknikal, perawat juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan mengatur dirinya sendiri. Tapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan- rekan perawat yang melakukan “Praktek Pelayanan Medis/Kedokteran dan Pengobatan” yang sangat tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi perawat di pandang rendah oleh profesi lain. Banyak hal yang menyebabkan hal ini berlangsung berlarut-larut antara lain: a. Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawat itu sendiri. b. Tidak jelasnya aturan yang ada seperti belum di tetapkannya RUU Keperawatan serta tidak tegasnya komitmen penegakan hukum di Indonesia. c. Minimnya penghargaan financial dari pihak-pihak terkait terhadap perawat. d. Kurang optimalnya perannya organisasi profesi keperawatan. e. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perawat dan keperawatan yang lebih disebabkan karena kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat berkaitan tentang profesi perawat dan keperawatan terutama di daerah yang masih menganggap bahwa perawat juga tidak berbeda denagn “dokter”. Sementara itu, dunia Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit juga masih sangat jauh dari nyaman, rekan-rekan perawat bekerja selama 24 jam 1 hari dalam 2 atau 3 shift, sedangkan pendapatan mereka masih sangat jauh dari memadai. Sebagai perbandingan perawat Indonesia yang bekerja di Kuwait mendapatkan gaji berkisar Rp.15 juta s/d Rp.24 juta sebulan, sedangkan rekan-rekan perawat yang bekerja di Indonesia jauh dibawah kebutuhan hidup mereka. Beberapa contoh diatas lebih disebabkan karena selama ini kita dianggap kecil oleh profesi lain. Perawat mutlak sangat di perlukan dan dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Kita harus sudah mulai berani untuk berbicara karena keadilan itu harus ditegakkan, yang harus segera dilaksanakan adalah: a. Penentuan standarisasi gaji untuk perawat tentu setelah melalui uji kompetensi. b. Menciptakan system sirkulasi dalam penempatan perawat Indonesia ke luar negeri sehingga pada jangka panjang akan terjadi peningkatan penghargaan dan kesetaraan terhadap profesi
  • 14. keperawatan di Indonesia. c. Memberikan sanksi kepada Rumah Sakit atau Institusi pelayanan kesehatan yang tidak memberi gaji sesuai dengan standard. 2.3 Penataan Praktek Keperawatan Dalam suatu penataan praktek keperawatan perlu adanya undang-undang, maka semua itu harus sesuai dengan standar kompetensi profesi, salah satunya kompetensi perawat ( SKP ) yang sudah diakui secara nasional. Penetapan SKP telah Konvensi Nasional antara BNSP, PPNI, dan Depkes pada tanggal 1-2 Juni 2006 di Gedung Depkes JL. HR Rasuna Said,Kuningan Jakarta Selatan. SKP Nasional Indonesia mengacu pada kerangka kerja Konsil Keperawatan Internasional ( ICN, 2003 ) yang menekankan pada perawat generalis yang bekerka dengan klie individu, keluarga dan komunitas dalam tatanan asuha keperawatan di rumah sakit dan komunitas serta bekerja sama dengan pemberi asuhan kesehatan dan social lainnya. Dalam kerangka kerja ICN, kompetensi perawat generalis dikelompokkan menjajedi 3 judulkompetensi utama, yaitu Praktek keperawatan profesional, Pemberian asuhan keperawatan dan menejemen keperawatan Pengembangan professional. Peran profesional perawat tidak akan bisa di capai, kalau model praktik keperawatan di pelayanan belum ditata secara professional. Model praktik keperawatan professional yang dilaksanaka oleh perawat di tatanan pelayanan keperawatan masih mejadi suatu abstraksi. Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus digunakan sebagai tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatansistem pemberian pelayanan kesehatan ke system desentralisasi. Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan pada issue di masyarakat. Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditumbuhkannya Pendidikan Tinggi Keperawatan (D3 Keperawatan) dan berlakunya UU No.23 Tahun 1992,dan PERMENKES No.1239/2000; proses registrasi dan legislasi keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan praktik keperawatan professional. Ada 4 model praktik yang diharapkan ada yaitu: model praktik di Rumah Sakit, rumah, berkelompok, dan individual. Akan tetapi pelaksanaan PERMENKES tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. 2.4 Etika Politik dalam Merawat Pasien Etika adalah mengenai pengawasan bagi orang lain, kepedulian terhadap perasaan, banyak
  • 15. sumber praktis. “Merawat seseorang berarti bertindak untuk kebaikan mereka, membantu mengembalikan otonomi mereka, membantu mereka untuk mencapai potensi penuh mereka. Mencapai tujuan hidup mereka dan pemenuhan kebutuhan”. Dalam pengalaman menderita mungkin tidak hanya membuat kita lebih simpati, tapi mungkin juga membantu kita untuk lebih empati terhadap pasien kita. Simpati adalah perasaan yang timbul secara spontan yang kita miliki atau tidak dimiliki. Empati adalah kemampuan untuk meletakkan diri kita dalam sesuatu orang lain, dalam suatu seni yang dapat dipelajari, latihan imajinasi yang dapat dilatih. Perasaan ini dapat menjadi motivator yang kuat, yang juga dapat diperoleh dalam melakukan tanggung jawab professional kita. Jika kita memilih menjadi perawat untuk memenuhi kebutuhan pribadi, atau hanya sebagai aututerapi tanpa disadari, untuk menghadapimasalah dan kecemasan sendiri, pasien akan menderita karena pekerjaan kita yang akan menjadi catatan bagi mereka. (Eadie 1975, Shimpson et all 1983). Merawat bisa menjadi merusak orang lain jika kita tidak mengerti dinamika aslinya, yaitu seperti dorongan psikologis yang kompleks yang muncul dalam operasi ketika kita dalam posisi tangguh sebagai penolong terhadap pasien yang relative tidak mandiri dan lemah. Inilah, mengapa psikiater dalam pelatihan dan perawat psikiatri didukung untuk mengalami psikoanalisis pribadi atau terlibat dalam terapi kelompok, sebagai proses untuk mengungkapkan perasaan yang terdalam dan sering tersembunyi dengan maksud lain. Ketika pengawasan dan perhatian dari perawat yang baik dapat melakukan kekuasaannya dengan baik, over protektif, menguasai atau mengganggu dan pengawasan seperti pada bayi, seperti pengasuhan yang jelek, juga bias menjadi sangat merusak, ini dapat dikatakan bahwa “kebaikan terbesar kita juga merupakan sumber potensial kelemahan dan kejahatan kita”. Beberapa praktik dan sikap perawat dapat membawa mereka kepada konfliklangsung dengan tim kesehatan yang terkait dalam merehabilitasi kesehatan pasien,dengan fisioterapis dan ahli terapi yang menjabat. Konflik disini bukan hanya dalam persaingan profesionalitas atau ketidak jelasan batasan kerja, tapi juga perbedaan dalam interpretasi tentang perawatan dandalam praktik perawatan. Dari suatu pandangan yang lazim, perawat juga merupakan pegawai yang melakukan pekerjaan tertentu seefisien dan seefektif mungkin. Hasilnya, pembatasan-pembatasan layak di pertimbangkandan batasan praktik dapat dilakukan pada waktu yang tersedia untuk hubungan
  • 16. perawatan dan dan perhatian terhadap kebutuhan tertentu pasien. Pengalaman perawat menghadapi kenyataan hubungan kekuasaan dalam bekerja dengan pasien dan dokter,berarti bahwa mereka mengetahui bahwa etika harus dilakukan dengan kekuasaan dan pembagian kekuasaan dalam hubungan langsung antar pribadi. Bagaimanapun, tantangan adalah untuk memahami sifat alami hubungan kekuasaan dan etika pembagian kekuasaan, dalam mengajar, dalam management, dalam pendidikan kesehatan dan riset, dalam mempengaruhi sumber daya, dan dalam politik kesehatan local dan nasional. Perawat tidak hanya belajar merawat pasien, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan pasien secara umum. Ini berarti memperhatikan standard dan management pelayanan, kemampuan staff, efisiensi dan efektifitas prosedur yang digunakan, peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, dan kesehatan masyarakat. Jika kepedulian terhadap kesehatan dipahami dari arti perspektif luas, perawat cepat mengetahui bahwa politik dan etika perawatan berlanjut satu sama lain, pembagian dan kepedulian, menghormati orang dan keadilan, kaitan kekuasaan dan nilai- nilai adalah saling berhubungan, dan memaksakan tanggung jawab politis pada mereka. Pada akhirnya perjuangan menjadi lebih baik dan kondisi yang lebih patut untuk pasien dan perawat serta petugas kesehatan lain yang tidak dapat dipisahkan. Bukan tidak mungkin menggabungkan kualitas personal yang sensitive dan peduli dengan yang kompeten dan efisiensi dalam management, atau empati kepada orang lain dengan orang yang keras dalam susunan staff, atau perundingan bersama. 2.5 Perbedaan Model Zaman Sekarang untuk Etika Profesional Adalah sulit untuk menyatukan kembali etika personal yang peduli dengan tipe etika yang diperlukan untuk management sistem pemberian pelayanan kesehatan modern yang kompleks. Hal ini muncul karena tekanan antara perbedaan jenis kompetisi etik dalam kehidupan professional, perbedaan antara: etika keperawatan, etika pelayanan, etika pelayanan public dan etika bisnis. 2.6 Saatnya Perawat Terjun ke Dunia Politik Akhir – akhir ini banyak masalah yang melanda profesi keperawatan ini berkaitan dengan tidak adanya seseorang perawat yang menjadi pemegang kebijakan baik di eksekutif maupun legislative.disamping itu juga disinggung mengenai undang – undang keperawatan yang sampai kini belum juga terselesaikan karena tidak adanya keterwakilan seorang perawat dalam posisi tersebut.
  • 17. Arti politik secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara. Disebutkan juga bahwa politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya. Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan perangkat structural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa menjadi pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang sesungguhnya baru bias dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh Negara untuk bias teraktualisasikan, saat tiap individu lain sesuai dengan normadan hukum yang berlaku. Ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang perawat dalam berperan secara aktif maupun pasif dalam dunia politik. Mulai dari kemampuan yang harus dimiliki dalam bidang politik hingga talenta yang harus dimiliki mengenai “Sense of Politic”. Dalam wilkipedia Indonesia disebutkan bahwa seseorang dapat mengikuti dan berhak menjadi insane politik dengan mengikuti suatu partai politik , mengikuti ormas atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Maka dari hal tersebut seseorang berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh UUD dan perundangan hukum yang berlaku. Dari hal tersebut, perawat yang merupakan bagian dari insan perpolitikan di Indonesia juga berhak dan berkewajiban ikut serta dan mengambil sebuah kekuasaan demi terwujudnya regulasi profesi keperawatan yang nyata. Dari hal tersebut juga terlihat bahwa perawat dapat memperjuangkan banyak hal terkait dengan umat maupun nasib perawat itu sendiri. Pentingnya dunia politik bagi profesi keperawatan adalah bahwasanya dunia politik bukanlah dunia yang asing, namun terjun dan berjuang bersamanya mungkin akan terasa asing bagi profesi keperawatan. Hal ini ditunjukkan belum adanya keterwakilan seorang perawat dalam kancah perpolitikan Indonesia. Tidak dipungkiri lagi bahwa seorang perawat juga rakyat Indonesia yang juga memiliki hak pilih dan tentunya telah melakukan haknya untuk memilih wakil-wakilnya sebagai anggota legislative namun seakan tidak ada satu pun suara yang menyuarakan hati nurani profesi keperawatan. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena profesi kita pun membutuhkan penyampaian aspirasi yang patut untuk didengar dan diselesaikannya permasalahan yang ada,
  • 18. yang tentunya akan membawa kesejahteraan rakyat seluruh profesi keperawatan. Sulitnya menjadikan RUU Keperawatan seringkali dikaitkan dengan tidak adanya keterwakilan seorang perawat di badan legislative sana. Menjadi bagian dari dunia perpolitikan di Indonesia, diharapkan seorang perawat mampu mewakili banyaknya aspirasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di profesi keperawatan salah satunya seperti yang disebutkan diatas yaitu mengenai bagaimana meregulasi pendidikan keperawatan yang hasil akhirnya diharapkan tercapainya kualitas perawat bias dipertanggung jawabkan. Regulasi pendidikan akan menjadikan tidak bermunculnya institusi pendidikan keperawatan yang hanya mencari untung, politik uang, dan institusi yang tidak melakukan penjaminan mutu akan output perawat yang di luluskan setiap periodenya. Dengan regulasi pendidikan keperawatan, semua menjadi terstandarisasi, profesi keperawatan yang mempunyai nilai tawar, nilai jual, dan menjadi profesi yang dipertimbangkan. Regulasi kewenangan perawat di lahan kliniktidak kalah pentingnya dengan regulasi pendidikan, dimana regulasi pendidikan merupakan bagaimana kita melakukan persiapan yang matang sebelum membuat dan memulai (perencanaan), dimana kita melakukan pembangunan fondasi yang kokoh dan system yang mensupport akan terbentuknya generasi perawat-perawat yang siap tempur. Regulasi kewenangan perawat dilahan klinik akan menjadiakan profesi keperawatan semakin mantap dalam langkahnya. Kewenangan perawat yang mandiri, terstruktur dan ranah yang jelas akan menjadikan perawat semakin professional dan proporsional sesuai dengan tanggung jawab yang harus dipenuhi. Selain itu, dalam regulasi kewenangan ini di harapkan tidak terjadi adanya overlap dan salah satu yang paling penting adalah menghindari terjadinya malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang perawat sehingga mampu terjun ke dunia politik. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah mendukung salah satu partai politik. Partai politik ini akan menjadi motor penggerak pembawa di kancah perpolitikan Indonesia. Banyak partai yang menawarkan posisi legislative, ada partai yang melakukan pengkaderan dari awal yang mampu menyiapkan calon-calon legislative dari embrio yang akan diberikan suntikan ideology dari partai tersebut, ada juga partai yang memberikan kesempatan kepada siapa saja yang siap untuk berjuang bersama-sama mendukung partainya dan menjadi calon legislative. 2.7 Organisasi Keperawatan
  • 19. Partai Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi keperawatan tingkat nasional yang merupakan wadah bagi semua perawat Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1974. Menurut catatan yang ada sebelum PPNI, telah terdapat beberapa macam organisasi keperawatan. PPNI pada awalnya terbentuk dari penggabungan beberapa organisasi keperawatan, seperti: • IPI (Ikatan Perawat Indonesia), • PPI (Persatuan Perawat Indonesia), • IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia), • IPWI (Ikatan Perawat Wanita Indonesia). Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang syah dapat mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI dan semua mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut calon anggota. PPNI setiap 4 tahun sekali menyelenggarakan musyawarah nasional. Dalam musyawarah ini selain pengurus pusat juga hadir para pejabat dan pengurus cabang. Berbagai masalah keperawatan dibahas dalam MUNAS tersebut yang kemudian memberikan hasil yang berupa rekomendasi atau keputusan organisasi. Untuk mempertahankan dan mengembangkan profesi, maka organisasi profesi keperawatan harus melakukan 5 fungsi, yaitu: 1. Definisi dan pengaturan professional melalui penyusunan dan penentuan standar pendidikan dan praktik bagi perawat umum dan spesialis. Pengaturan dapat ditempuh melalui pemberian izin praktik (lisensi), sertifikat, dan akreditasi. Pengaturan juga dapat dilakukan melalui adopsi kode etik dan norma perilaku (Styles, 1983). 2. Pengembangan dasar pengetahuan untuk praktik dalam komponen luas dan sempit. Sumbangan utama untuk pengembangan ilmu keperawatan telah diberikan oleh berbagai ahli teori. Tujuan utama teori keperawatan adalah netralisasi ilmu keperawatan. Tantangan bagi para perawat di masa depan adalah menggerakkan pertanyaan dan memformulasikan teori dari teori yang telah dipublikasikan ini dan kemudian melakukan uji hipotesa melalui penelitian keperawatan. Karena hanya penelitian yang dapat menentukan manfaat suatu teori, penelitian memberikan sumbangan utama bagi pengembangan pengetahuan keperawatan. 3. Transmisi nilai-nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan kepada anggota profesi untuk diterapkan dalam praktik. Fungsi ini dilakukan melalui pendidikan para perawat dan berbagai
  • 20. proses sosialisasi. 4. Komunikasi dan advokasi tentang nilai-nilai dan sumbangsih bidang garap kepada masyarakat dan konstitusi. Fungsi ini menuntut organisasi perawat untuk berbicara pada perawat dari suatu posisi kesepakatan luas. Penting bagi perawat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyusunan UU dan kebijakan pemerintah. 5. Memperhatikan kesejahteraan umum dan social anggota. Fungsi ini dilakukan oleh organisasi perawat dimana organisasi perawat ini memberikan dukungan moral dan social bagi anggota untuk menjalankan peranannya sebagai tenaga professional dan mengatasi masalah professional anggotanya. BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Pada akhir makalah ini kami ingin lebih menegaskan bahwasannya politik harusnya disikapi sacara serius oleh semua pihak agar perawat Indonesia ke depan lebih siap umtuk berkompetisi di era globalisasi. Semua pihak yang terkait harus segera bersinergi dalam rangka menciptakan perbaikan dan perubahan untuk menciptakan sistem yang lebih baik, pihak – pihak tersebut antara lain adalah: Pemerintah Swasta Organisasi profesi ( PPNI ) Lembaga pendidikan Perawat dan calon perawat Ada beberapa hal yang menurut kami perlu segera dilakukan agar perbaikan keperawatan di Indonesia dapat segera tercapai, antara lain: Pengesahan UU Pratek Keperawatan Pembentukan Nursing Council (Nursing Board) Reformasi system pendidikan keperawatan Indonesia Peningkatan fungsi organisasi profesi
  • 21. 3.2 Saran Fakta yang ada pada masyarakat, bahwa lulusan perawat masih belum di akui sebagai sosok profesional yang akan mampu memberikan kontribusi yang hebat dalam system pelayanan. Pandangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada dan sekaligus sebagai pemicu adrenalin kita untuk membuktikan jati diri kita, bahwa seorang perawat adalah profesional dengan segala atribut yang menyertainya. Hal yang harus dan terus kita lakukan adalah memperbaiki citra perawat dengan menunjukkan jati diri perawat dengan KOREK API (Komunikasi, Organisatoris, Responsif and Responsible, Efisiensi dan Efectif, Komitmen serta tunjukkan API : Aktualisasi, Produktif,dan Inovatif). DAFTAR PUSTAKA
  • 22. M. Muhammad, Siswanto. 2009. Trend dan Perkenbangan Kebutuhan Pelayanan Keperawatan dalam Persaingan Global. Dalam Simposium Nasional Keperawatan Universitas Airlangga Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. 2007. Manajement Keperawatan. Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Reformasi Keperawatan Indonesia. Website URL: http: //www.inna-ppni.or.id Priharjo, Robert. 1995. Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar Dan Hukum. Jakarta: EGC Menyiapkan Perawat yang Siap Berkompetisi di Era Pasar Global. Website URL: http: // io.ppi-jepang.org Lowenberg & Dolgoff. 1988. Ethical Decisions for Social Work Practice. F.E. Peacock Publishers, Inc Lancaster, J. 1999. Nursing Issues. In Leading and Managing Change. St. Louis: Mosby Company Lindberg, JB., Hunter, ML., Kruszewski, AZ. 1990. Introduction to Nursing: Concept, Issues & Opportunities. Philadelphia: JB Lippincott Bartels, JE. 2005. Educating Nurses for the 21st Century. Nursing and Health Sciences Burns & Grove. 1999. The Practice of Nursing Research. Philadelphia: W.B. Saunders Co Buchan, J. & Calman, L. 2007. Summary of The Global Shortage of Registered Nurses: An Overview of Issues and Action. International Council of Nurses. Dalam www.icn.ch Chitty, K.K. 1997. Proffesional Nursing. Concepts & Challenges . 2ed. Philadelphia: W.B. Saunder Company Magnusdottir H. 2005. Overcoming Strangeness and Communication Barriers: A Phenomenological Study of Becoming a Foreign Nurse. International Nursing Review http://pioners07.blogspot.com/2009/02/saatnya-perawat-terjun-ke-dunia-politik.html Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. 2 edition
  • 23. Diposkan oleh lulu di 23:55