1. Disusun Oleh :
Hensika Sindi Setiawan
(40312001)
Indra Gunawan
(40312002)
Slamet Riyadi
( 40312010)
Pendidikan Matematika/1
2. Menurut Etimologi
kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu carier
yang artinya “pelari” dan curare yang berarti “tempat
berpacu”. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia
olah raga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis
finish.
3. 1.
Crow and Crow
Kurikulum adalah Rancangan Pengajaran atau
sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk
memperoleh ijazah.
2. Ronald C. Doll
Kurikulum sekolah adalah konten dan proses formal
maupun non formal di mana pebelajar memperoleh
pengetahuan dan pemahaman, perkembangan skil,
perubahan tingkah laku, apresiasi, dan nilai-nilai di bawah
bantuan sekolah.
4. 3. Abert I. Oliver
Kurikulum dalam program pendidikan dibagi menjadi
empat elemen yaitu program belajar, program
pengalaman, program pelayanan, dan kurikulum
tersembunyi.
4. Dr. Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil
Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang
disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di
luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah
tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan
pendidikan.
5. 1.
Dalam arti sempit
kurikulum adalah semua pelajaran baik teori
maupun praktek yang diberikan kepada siswa-siswa
selama mengikuti suatu proses pendidikan
tertentu. Kurikulum dalam pengertian ini terbatas
pada
pembarian
bekal
pengetahuan
dan
keterampilan pada siswa untuk kepentingan
mereka melanjutkan pembelajaran maupun terjun
ke dunia kerja. Dalam melihat pada kurikulum
sebagai suatu lembaga pendidikan maka dapat di
lihat apakah lulusannya mempunyai keahlian
dalam level apa.
6. 2. Dalam Arti Luas
kurikulum adalah semua pengalaman yang
diberikan oleh lembaga pendidikan kepada
anak didik selama mengikuti proses
pendidikan. Dengan pengertian ini maka
pengaturan halaman sekolah, penempatan
keranjang sampah atau kedisiplinan di
sekolah di jalankan termasauk dalam
cakupan kurikulum karena semua itu akan
menghasilkan sesuatu yang tercermin dalam
lulusan.
7. Rencana Pelajaran 1947
Susunan Rencana Pelajaran 1947 hanya
memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata
pelajaran dan jam pengajarannya, serta
garis-garis besar pengajarannya. Rencana
Pelajaran 1947 lebih mengutamakan
pendidikan watak, kesadaran bernegara,
dan bermasyarakat, daripada pendidikan
pikiran. Materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani
8. • Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata
pelajaran yangdisebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas
sekali. seorang guru mengajar satu mata
pelajaran. Pada masa itu juga dibentuk Kelas
Masyarakat, yaitu sekolah khusus bagi
lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan
ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian,
pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar
anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa
langsung bekerja
9. Kurikulum 1964
muncul Rencana Pendidikan 1964 atau
Kurikulum 1964. Fokusnya pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (Pancawardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
10. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Materi ini hanya memuat
mata pelajaran pokok-pokok saja tidak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja
yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan
11. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di
bidang manejemen, yaitu MBO (management
by objective) yang terkenal saat itu, Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi
12. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL).
13. Kurikulum 1994
mengkombinasikan antara Kurikulum 1975
dan Kurikulum 1984, antara pendekatan
proses,” Kritik bertebaran, lantaran beban
belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari
muatan nasional hingga lokal. Materi
muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing, misalnya
bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain.
14. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi
apakah yang harus dicapai siswa. Sayangnya,
kerancuan muncul bila dikaitkan dengan
alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian.
Ujian akhir sekolah maupun nasional masih
berupa soal pilihan ganda. Bila target
kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya
tentu lebih banyak pada praktik atau soal
uraian yang mampu mengukur seberapa
besar pemahaman dan kompetensi siswa.
15. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Hampir sama dengan KBK, bedanya
yaitu guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada.
16. menurut Puskur (Pusat Kurikulum)
menyatakan bahwa KBK merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar, serta
pemberdayaan sumber daya pendidikan.
Batasan tersebut menyertakan bahwa KBK
dikembangkan dengan tujuan agar peserta
didik memperoleh kompetensi dan
kecerdasan yang mumpuni dalam
membangun identitas budaya dan bangsanya.
17. kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan dan silabus. Sedangkan silabus
sendiri merupakan penjabaran standar kompetensi
dasar kedalam materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
18. Berpusat pada paserta didik yaitu dalam kegiatan
belajar-mengajar, peserta didik ditempatkan sebagai
subjek, yang artinya memperhatikan bakat, minat,
kemampuan, cara dan strategi belajar.
Belajar dengan melakukan, maksudnya ada contohcontoh aktual dalam kehidupan sehari-hari yang
terkait dengan penerapan konsep, kaidah, dan prinsip
disiplin ilmu yang dipelajari.
Mengembangkan kemampuan sosial, karena peserta
didik membutuhkan interaksi dengan guru, teman,
orang tua, masyarakat sekitar dalam membangun
kerangka pemikiran tentang prinsip-prinsip disiplin
ilmu yang dipelajari.
19. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah
ber-Tuhan. Artinya, dalam proses belajar-mengajar
peserta didik dapat menumbuhkan rasa ingin tahu,
mengembangkan imajinasi, dan memelihara fitrah
ber-Tuhan.
Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
Artinya, peserta didik dapat menggunakan pemikiran
ilmiah untuk dapat mencari jawaban atas
permasalahannya.
Mengembangkan kreativitas peserta didik. Artinya,
kegiatan belajar-mengajar dapat memberikan ruang
untuk berkreasi secara berkesinambungan untuk
mengembangkan dan mengoptimalkan kreativitas
peserta didik.
20. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu
dan teknologi. Artinya, kegiatan belajar-mengajar
perlu memberikan peluang agar peserta didik
memperoleh informasi dari multi media, setidaknya
dalam penyajian materi dan penggunaan media
pembelajaran.
Menumbuhkan kesadaran peserta didik sebagai warga
negara yang baik. Dalam kegiatan belajar-mengajar
peserta didik diberikan wawasanm moral dan sosial
yang dapat membekalinya agar menjadi warga
masyarakat dan warga negara yang bertanggung
jawab.
21. Belajar sepanjang hayat. Artinya, kegiatan belajar-
mengajar dapat mendorong peserta didik untuk
mengukur kemampuan dirinya baik secara fisik
maupun mental.
Perpaduan kompetisi, kerja sama, dan solidaritas.
Artinya, kegiatan belajar-mengajar harus dapat
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan semangat berkompetisi sehat untuk
memperoleh insentif.
22. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta
kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungannya
2. Beragam dan terpadu, Kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan keragaman peserta didik
yang meliputi substansi komponen muatan wajib,
muatan lokal, dan pengembangan diri secara
terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Karena kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang
secara dinamis.
1.
23. 4. Relevan dengan kehidupan,
Pengembangan kurikulum harus
mempertimbngkan dan memperhatikan
pengembangan integritas pribadi,
kecerdasan spiritual, keterampilan
berpikir, kreatifitas sosial, kemampuan
akademik, dan keterampilan vokasional.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan,
Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi dan
disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan
24. 6. Belajar sepanjang hayat, Kurikulum
diarahkan kepada proses
pengembanga, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan global,
nasional dan lokal untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
25. KBK maupun KTSP memilki tujuan yang
sama terhadap kemajuan dunia pendidikan
di indonesia yaitu sama-sama bertujuan
untuk menciptakan sumber daya manusia
indonesia yang berkompeten dan cerdas
dalam membangun identitas budaya dan
bangsa, berbudi pengerti yang luhur, serta
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
26. Perbedaan KBK dengan KTSP dapat dilihat dari
karakteristik kurikulumnya, karekteristik dari KBK
dan KTSP adalah sebagai berikut :
27. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pencapaian kompetensi siswa (individual/klasikal
Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
Penyampaian pembelajaran dengan pendekatan dan
metode bervariasi
Sumber belajar guru dan sumber lainnya yang
memenuhi unsur edukatif
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar
(penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi)
Menggunakan sistem sentralisasil penuh dari pusat
28. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak
manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan
kreativitasnya dalam penyelenggaraan programprogram pendidikan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah
untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata
pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan
siswa.
1.
29. 4. KTSP akan mengurangi beban belajar
siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih 20%.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas
kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan.
30.
31. Mengembangkan kompetensi-kompetensi
siswa pada setiap aspek mata pelajaran dan
bukan pada penekanan penguasaan konten
mata pelajaran itu sendiri
Mengembangkan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student oriented).
Guru diberi kewenangan untuk menyusun
silabus yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di sekolah/daerah masing-masing
32. Guru diberi kewenangan untuk
menyusun silabus yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi di
sekolah/daerah masing-masing
Penilaian yang menekankan pada
proses memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara
optimal, dibandingkan dengan
penilaian yang terfokus pada konten
33. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan
pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah
adanya penyeragaman kurikulum di seluruh
Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di
lapangan, dan kurang menghargai potensi
keunggulan lokal.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak
manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
1.
34. Sekolah dapat menitikberatkan pada mata
pelajaran tertentu yang dianggap paling
dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah
kawasan wisata dapat mengembangkan
kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai
keterampilan hidup.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang
sangat padat. Karena menurut ahli beban belajar
yang berat dapat mempengaruhi perkembangan
jiwa anak.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada
sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
6. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan
pengembang kurikulum.
3.
35. 7. memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai
dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa dan
kondisi daerahnya masing-masing.
8. Menggunakan pendekatan kompetensi yang
menekankan pada pemahaman, kemampuan
atau kompetensi terutama di sekolah yang
berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
9. Standar kompetensi yang memperhatikan
kemampuan individu, baik kemampuan,
kecakapan belajar, maupun konteks social
budaya.
36. 10. Pengembangan kurikulum di laksanakan secara
desentralisasi (pada satuan tingkat pendidikan)
sehingga pemerintah dan masyarakat bersamasama menentukan standar pendidikan yang
dituangkan dalam kurikulum
11. Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk
menyususn dan mengembangkan silabus mata
pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan
potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan
peserta didik, serta kebutuhan masyarakat
sekitar sekolah.
12. Guru sebagai fasilitator yang bertugas
mengkondisikan lingkungan untuk memberikan
kemudahan belajar siswa.
37. 13. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan
14.
15.
16.
17.
ketrampilan berdasarkan pemahaman yang akan
membentuk kompetensi individual.
Pembelajaran yang dilakukan mendorong
terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat,
dan dunia kerja yang membentuk kompetensi
peserta didik.
Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada
proses dan hasil belajar.
Menggunakan berbagai sumber belajar.
kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis
dan menyenangkan.