SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 130
Baixar para ler offline
KATA PENGANTAR 
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK 
Kerjasama 
Katalog BPS : 4407001 
Badan 
Perencanaan 
dan 
Pembangunan 
Nasional 
dengan 
Badan 
Pusat 
Statistik 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
KATA PENGANTAR 
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK 
INDEKS 
PERILAKU 
ANTI 
KORUPSI 
(IPAK) 
2013 
ISBN 
: 
978-­‐979-­‐064-­‐608-­‐7 
Nomor 
Publikasi 
: 
04330.1301 
Katalog 
BPS 
: 
4407001 
Ukuran 
Buku 
: 
17 
x 
24 
cm 
Jumlah 
Halaman 
: 
xxi 
+105 
Naskah: 
Sub 
Direktorat 
Statistik 
Politik 
dan 
Keamanan 
Penyunting 
: 
Sub 
Direktorat 
Statistik 
Politik 
dan 
Keamanan 
Gambar 
Kulit: 
Sub 
Direktorat 
Statistik 
Politik 
dan 
Keamanan 
Diterbitkan 
Oleh 
: 
Badan 
Pusat 
Statistik, 
Jakarta-­‐Indonesia 
Boleh 
dikutip 
dengan 
menyebutkan 
sumbernya 
ii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
KATA PENGANTAR 
KATA 
PENGANTAR 
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK 
KEPALA 
BADAN 
PUSAT 
STATISTIK 
KATA 
PENGANTAR 
KEPALA 
BADAN 
PUSAT 
STATISTIK 
Pemberantasan 
korupsi 
menjadi 
salah 
satu 
fokus 
utama 
pemerintah 
Indonesia. 
Berbagai 
upaya 
telah 
dilakukan 
pemerintah, 
baik 
yang 
berupa 
pencegahan 
maupun 
pemberantasan. 
Dalam 
rangka 
mempercepat 
upaya 
pencegahan 
dan 
pemberantasan 
korupsi, 
pemerintah 
telah 
mengeluarkan 
Peraturan 
Presiden 
Republik 
Indonesia 
Nomor 
55 
Tahun 
2012 
tentang 
Strategi 
Nasional 
Pencegahan 
dan 
Pemberantasan 
Korupsi 
(Stranas 
PPK) 
jangka 
menengah 
tahun 
2012-­‐2014 
dan 
jangka 
panjang 
tahun 
2012-­‐2025. 
Visi 
dan 
Misi 
Stranas 
PPK 
tersebut 
diturunkan 
ke 
dalam 
enam 
strategi, 
yakni: 
(1) 
melaksanakan 
upaya-­‐upaya 
pencegahan; 
(2) 
melaksanakan 
langkah-­‐langkah 
strategis 
di 
bidang 
penegakan 
hukum; 
(3) 
melaksanakan 
upaya-­‐upaya 
harmonisasi 
penyusunan 
peraturan 
perundang-­‐undangan 
di 
bidang 
pemberantasan 
korupsi 
dan 
sektor 
terkait 
lain; 
(4) 
melaksanakan 
kerjasama 
internasional 
dan 
penyelamatan 
aset 
hasil 
tipikor; 
(5) 
meningkatkan 
upaya 
pendidikan 
dan 
budaya 
anti 
korupsi; 
dan 
(6) 
meningkatkan 
koordinasi 
dalam 
rangka 
mekanisme 
pelaporan 
pelaksanaan 
upaya 
pemberantasan 
korupsi. 
Presiden 
RI 
menugaskan 
Badan 
Pusat 
Statistik 
(BPS) 
secara 
eksplisit 
untuk 
mengukur 
indikator 
pada 
strategi 
5 
yaitu 
meningkatkan 
upaya 
pendidikan 
dan 
budaya 
anti 
korupsi. 
Strategi 
kelima 
ini 
dianggap 
penting 
karena 
salah 
satu 
akar 
penyebab 
berkembangnya 
praktik 
korupsi 
patut 
diduga 
berasal 
dari 
rendahnya 
integritas 
para 
pelakunya 
dan 
masih 
kentalnya 
budaya 
permisif 
terhadap 
tindakan 
korupsi. 
Untuk 
mendukung 
strategi 
tersebut 
diperlukan 
dukungan 
data 
hasil 
survei, 
termasuk 
publikasi 
yang 
dapat 
memberikan 
gambaran 
tentang 
perilaku 
anti 
korupsi. 
Hasil 
survei 
diharapkan 
dapat 
memberikan 
peta 
permasalahan 
dan 
petunjuk 
arah 
bagi 
penyusunan 
program 
transformasi 
budaya 
dari 
yang 
permisif 
ke 
anti 
korupsi. 
Untuk 
memenuhi 
kebutuhan 
tersebut, 
BPS 
bekerjasama 
dengan 
Badan 
Perencanaan 
Pembangunan 
Nasional 
(Bappenas) 
menyelenggarakan 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(SPAK) 
2013. 
SPAK 
2013 
merupakan 
kelanjutan 
dari 
survei 
baseline 
yang 
telah 
dilaksanakan 
pada 
tahun 
2012. 
Semoga 
laporan 
hasil 
survei 
ini 
bermanfaat 
bagi 
pemerintah, 
khususnya 
untuk 
menyusun 
perencanaan 
kebijakan 
meningkatkan 
upaya 
pendidikan 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 iii
KATA PENGANTAR 
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK 
dan 
budaya 
anti 
korupsi 
dan 
juga 
untuk 
masyarakat 
penggiat 
anti 
korupsi. 
Ucapan 
terima 
kasih 
disampaikan 
kepada 
semua 
pihak 
yang 
terlibat 
dalam 
pelaksanaan 
dan 
penyusunan 
laporan 
ini. 
Semoga 
Allah 
SWT, 
Tuhan 
Yang 
Maha 
Esa 
meridhai 
kita 
semua. 
iv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
Jakarta, 
Januari 
2014 
Kepala 
Badan 
Pusat 
Statistik 
Dr. 
Suryamin, 
M.Sc
KATA 
PENGANTAR 
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS 
MENTERI 
PERENCANAAN 
PEMBANGUNAN 
NASIONAL/ 
KEPALA 
BADAN 
PERENCANAAN 
PEMBANGUNAN 
NASIONAL 
KATA 
PENGANTAR 
MENTERI 
PPN 
/ 
KEPALA 
BAPPENAS 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 v
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS 
vi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
RINGKASAN EKSEKUTIF 
RINGKASAN 
EKSEKUTIF 
RINGKASAN 
EKSEKUTIF 
Perpres 
No. 
55 
tahun 
2012 
tentang 
Strategi 
Nasional 
Pencegahan 
dan 
Pemberantasan 
Korupsi 
(Stranas 
PPK), 
menugaskan 
BPS 
untuk 
melaksanakan 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(SPAK) 
2013. 
Survei 
ini 
dilakukan 
antara 
1-­‐15 
November 
2013 
di 
33 
provinsi, 
170 
kabupaten/kota 
(49 
kota 
dan 
121 
kabupaten) 
dengan 
sampel 
10.000 
rumah 
tangga 
(response 
rates: 
90,3 
persen). 
Survei 
yang 
merupakan 
kelanjutan 
dari 
survei 
baseline 
yang 
telah 
dilaksanakan 
pada 
tahun 
2012 
ini 
mengukur 
tingkat 
permisifitas 
masyarakat 
Indonesia 
terhadap 
perilaku 
korupsi. 
Laporan 
ini 
menyajikan 
Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(IPAK) 
dan 
berbagai 
indikator 
tunggal 
yang 
menggambarkan 
perilaku 
anti 
korupsi. 
Indikator 
tunggal 
yang 
dikumpulkan 
mencakup 
pengetahuan, 
pendapat 
dan 
pengalaman 
terhadap 
kebiasaan 
di 
masyarakat 
berhubungan 
dengan 
layanan 
publik 
dalam 
hal 
perilaku 
penyuapan 
(bribery), 
pemerasan 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 vii 
(extortion), 
dan 
nepotisme 
(nepotism). 
Berdasarkan 
penghitungan 
indeks 
komposit, 
IPAK 
Indonesia 
2013 
sebesar 
3,63 
dalam 
skala 
0 
sampai 
5. 
Angka 
ini 
naik 
0,08 
poin 
dibandingkan 
dengan 
IPAK 
2012 
sebesar 
3,55. 
Meski 
demikian 
kenaikan 
ini 
belum 
merubah 
kategori 
indeks, 
karena 
masih 
dalam 
kategori 
yang 
sama 
yakni 
anti 
korupsi. 
(catatan: 
nilai 
indeks 
0–1,25 
sangat 
permisif 
terhadap 
korupsi, 
1,26–2,50 
permisif, 
2,51–3,75 
anti 
korupsi, 
3,76–5,00 
sangat 
anti 
korupsi). 
Laporan 
ini 
juga 
memperlihatkan 
IPAK 
2013 
untuk 
masyarakat 
yang 
tinggal 
di 
wilayah 
perkotaan 
sedikit 
lebih 
tinggi 
sebesar 
3,71 
dibanding 
di 
wilayah 
perdesaan 
sebesar 
3,55. 
Kemudian, 
IPAK 
2013 
lebih 
tinggi 
pada 
penduduk 
usia 
kurang 
dari 
60 
tahun 
dibanding 
penduduk 
usia 
60 
tahun 
ke 
atas. 
IPAK 
penduduk 
usia 
kurang 
dari 
40 
tahun 
sebesar 
3,63, 
usia 
40 
sampai 
59 
tahun 
sebesar 
3,65, 
dan 
usia 
60 
tahun 
ke 
atas 
sebesar 
3,55. 
Pendidikan 
berpengaruh 
cukup 
kuat 
pada 
semangat 
anti 
korupsi. 
Semakin 
tinggi 
pendidikan 
maka 
semakin 
tinggi 
IPAK. 
IPAK 
2013 
untuk 
responden 
berpendidikan 
SLTP 
ke 
bawah 
sebesar 
3,55, 
SLTA 
sebesar 
3,82 
dan 
di 
atas 
SLTA 
sebesar 
3,94. 
Berdasarkan 
indikator 
tunggal 
terlihat 
walau 
masih 
ada 
sebagian 
masyarakat 
yang 
menyatakan 
permisif 
terhadap 
penyuapan, 
pemerasan 
dan 
nepostime 
tetapi 
masih 
lebih 
besar 
persentase 
masyarakat 
yang 
tidak 
permisif.
RINGKASAN EKSEKUTIF 
viii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR 
DAFTAR ISI 
ISI 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 ix 
DAFTAR 
ISI 
KATA 
PENGANTAR 
KEPALA 
BADAN 
PUSAT 
STATISTIK ................................ iii 
KATA 
PENGANTAR 
MENTERI 
PPN 
/ 
KEPALA 
BAPPENAS ............................... v 
RINGKASAN 
EKSEKUTIF ............................................................................... vii 
DAFTAR 
ISI .................................................................................................... ix 
DAFTAR 
TABEL ............................................................................................ xiii 
DAFTAR 
GAMBAR ....................................................................................... xvii 
DAFTAR 
LAMPIRAN ..................................................................................... xxi 
DAFTAR 
SINGKATAN ................................................................................. xxiii 
I. 
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 
1.1. 
Latar 
Belakang 
................................................................................................................. 
1 
1.2. 
Maksud 
dan 
Tujuan 
....................................................................................................... 
2 
1.3. 
Ruang 
Lingkup 
................................................................................................................. 
2 
1.4. 
Sistematika 
Penulisan 
.................................................................................................. 
2 
II. 
METODOLOGI 
DAN 
KONSEP 
DEFINISI ........................................................ 5 
2.1. 
Metodologi 
Survei 
.......................................................................................................... 
5 
2.1.1. 
Kerangka 
Sampel 
............................................................................................... 
5 
2.1.2. 
Desain 
Sampel 
..................................................................................................... 
5 
2.1.3. 
Cakupan 
dan 
Jumlah 
Sampel 
......................................................................... 
6 
2.1.4. 
Pembentukan 
Paket 
Sampel 
Blok 
Sensus 
dan 
Kelompok 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
.................................................................................... 
6 
2.1.5. 
Pemilihan 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
.............................................................. 
7 
2.1.6. 
Penggantian 
Sampel 
.......................................................................................... 
7 
2.1.7. 
Teknik 
Estimasi 
.................................................................................................. 
8 
2.2. 
Metodologi 
Perhitungan 
Indeks 
........................................................................... 
10 
2.3. 
Konsep 
dan 
Definisi 
................................................................................................... 
12 
III. 
PROFIL 
RESPONDEN ................................................................................ 15 
3.1. 
Response 
Rate 
Pencacahan 
..................................................................................... 
15
DAFTAR ISI 
3.2. 
Profil 
Demografis 
Responden 
............................................................................... 
17 
3.3. 
Tingkat 
Pendidikan 
Responden 
........................................................................... 
19 
3.4. 
Jenis 
Kegiatan 
Utama 
Responden 
....................................................................... 
20 
3.5. 
Status 
dalam 
Pekerjaan 
Utama 
Responden 
.................................................... 
21 
3.6. 
Tingkat 
Pengeluaran 
Rumah 
Tangga 
Sebulan 
Responden 
...................... 
22 
IV. 
INDEKS 
PERILAKU 
ANTI 
KORUPSI ........................................................... 25 
4.1. 
IPAK 
Menurut 
Jenis 
Kelamin 
.................................................................................. 
26 
4.2. 
IPAK 
Menurut 
Umur 
.................................................................................................. 
27 
4.3. 
IPAK 
Menurut 
Pendidikan 
....................................................................................... 
28 
4.5. 
IPAK 
Menurut 
Hubungan 
Kepala 
Rumah 
Tangga 
......................................... 
29 
4.6. 
IPAK 
Menurut 
Tingkat 
Pengeluaran 
Rumah 
Tangga 
................................... 
30 
4.7. 
IPAK 
Menurut 
Urban 
-­‐ 
Rural 
.................................................................................. 
31 
4.8. 
IPAK 
Menurut 
Zona 
Waktu 
..................................................................................... 
32 
V. 
INDIKATOR 
TUNGGAL 
SPAK 
2013 ............................................................ 33 
5.1. 
Pendapat 
terhadap 
Kebiasaan 
di 
Masyarakat 
................................................ 
33 
5.1.1. 
Perilaku 
di 
Tingkat 
Keluarga 
..................................................................... 
33 
5.1.2. 
Perilaku 
di 
Tingkat 
Komunitas 
.................................................................. 
40 
5.1.3. 
Perilaku 
di 
Tingkat 
Publik 
........................................................................... 
46 
5.2. 
Pengalaman 
Berhubungan 
dengan 
Layanan 
Publik 
.................................... 
64 
5.2.1. 
Akses 
terhadap 
Pelayanan 
Publik 
............................................................ 
65 
5.2.2. 
Pengetahuan 
Masyarakat 
akan 
Prosedur 
dan 
Biaya 
yang 
Berlaku 
................................................................................................................ 
68 
5.2.3. 
Pengalaman 
Membayar 
Melebihi 
Ketentuan 
...................................... 
69 
5.2.4. 
Waktu 
Pembayaran 
yang 
Melebihi 
Ketentuan 
................................... 
72 
5.2.5. 
Bentuk 
Pembayaran 
yang 
Melebihi 
Ketentuan 
.................................. 
73 
5.2.6. 
Penyebab 
Pembayaran 
Melebihi 
Ketentuan 
....................................... 
74 
5.2.7. 
Pola 
Tanggapan 
Ketika 
Diminta 
Membayar 
Melebihi 
Ketentuan 
........................................................................................................... 
75 
5.2.8. 
Alasan 
Pembayaran 
Melebihi 
Ketentuan 
.............................................. 
76 
5.2.9. 
Pelaporan 
Kejadian 
........................................................................................ 
77 
5.3. 
Pengalaman 
Mendapatkan 
Tawaran/Permintaan 
Tertentu 
.................... 
78 
x INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR ISI 
5.4. 
Pengetahuan/Pemahaman 
tentang 
Perilaku 
Korupsi 
................................ 
81 
5.5. 
Media 
Sosialisasi 
Pengetahuan 
Anti 
Korupsi 
.................................................. 
85 
VI. 
REKOMENDASI ........................................................................................ 89 
LAMPIRAN .................................................................................................... 93 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xi
DAFTAR ISI 
xii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR 
DAFTAR TABEL 
DAFTAR 
TABEL 
Tabel 
2.1. 
Kelompok 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
dalam 
Paket 
Sampel 
Blok 
Sensus 
........................................................................................................... 
6 
Tabel 
2.1. 
Kelompok 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
2012 
-­‐ 
2016 
................................... 
7 
Tabel 
3.1. 
Persentase 
Response 
Rate 
dan 
Non 
Response 
Rate 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(SPAK) 
2013 
........................................................ 
16 
Tabel 
3.2. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Hubungan 
dengan 
Kepala 
Rumah 
Tangga 
dan 
Jenis 
Kelamin, 
2013 
.............................................. 
17 
Tabel 
3.3. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Status 
Perkawinan 
dan 
Jenis 
Kelamin 
Tahun 
2013 
......................................................................... 
18 
Tabel 
3.4. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Tingkat 
Pendidikan 
yang 
Ditamatkan 
dan 
Jenis 
Kelamin, 
2013 
.................................................... 
20 
Tabel 
3.5. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Kegiatan 
Utama 
dan 
Jenis 
Kelamin, 
2013 
.................................................................................................. 
21 
Tabel 
3.6. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Status 
Pekerjaan 
Utama 
dan 
Jenis 
Kelamin, 
2013 
.............................................................................. 
22 
Tabel 
5.1. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Sikap 
Istri 
yang 
Menerima 
Uang 
Pemberian 
Suami 
di 
Luar 
Penghasilan 
Suami 
Tanpa 
Mempertanyakan 
Asal 
Usul 
Uang 
Tersebut 
Menurut 
Jenis 
Kelamin, 
2012-­‐2013 
........................ 
35 
Tabel 
5.2. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Pegawai 
Negeri 
yang 
Bepergian 
Bersama 
Keluarga 
dengan 
Menggunakan 
Kendaraan 
Dinas 
untuk 
Keperluan 
Pribadi 
Menurut 
Jenis 
Kelamin, 
2012-­‐2013 
........................................................ 
36 
Tabel 
5.3. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Orang 
Tua 
yang 
Mengajak 
Anaknya 
dalam 
Kampanye 
Pemilu/Pilkada 
Demi 
Mendapatkan 
Uang 
Saku 
yang 
Lebih 
Banyak 
Menurut 
Wilayah 
Domisili, 
2012-­‐2013 
........ 
38 
Tabel 
5.4. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Seseorang 
yang 
Mengetahui 
Saudaranya 
Mengambil 
Uang 
Orang 
Tuanya 
Tetapi 
Tidak 
Melaporkannya 
Menurut 
Jenis 
Kelamin, 
2012-­‐2013 
...................................................................................... 
39 
Tabel 
5.5. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/Barang 
kepada 
Tokoh 
Informal 
Ketika 
Suatu 
Keluarga 
Melaksanakan 
Hajatan 
(Pernikahan, 
Khitanan, 
Kematian) 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012-­‐2013 
.................................................................... 
42 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xiii
DAFTAR TABEL 
Tabel 
5.6. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Memberi 
Uang/Barang 
Kepada 
Tokoh 
Formal 
Ketika 
Suatu 
Keluarga 
Melaksanakan 
Hajatan 
(Pernikahan, 
Khitanan, 
Kematian) 
Menurut 
Domisili 
Wilayah. 
2012-­‐ 
2013 
...................................................................................................................... 
43 
Tabel 
5.7. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/Barang 
kepada 
Tokoh 
Informal 
Ketika 
Menjelang 
Hari 
Raya 
Keagamaan 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012-­‐2013 
................................................ 
44 
Tabel 
5.8. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Memberi 
Uang/Barang 
kepada 
Tokoh 
Formal 
Ketika 
Menjelang 
Hari 
Raya 
Keagamaan 
Menurut 
Domisili 
Wilayah. 
2012-­‐2013 
...................................................................................... 
46 
Tabel 
5.9. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Menjamin 
Keluarga/Saudara/Teman 
agar 
Diterima 
Menjadi 
Pegawai 
Negeri/Swasta 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012-­‐2013 
................ 
48 
Tabel 
5.10. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/Barang 
dalam 
Proses 
Penerimaan 
Menjadi 
Pegawai 
Negeri/Swasta 
Menurut 
Domisili 
Wilayah. 
2012-­‐2013 
................................................ 
50 
Tabel 
5.11. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang 
Lebih 
kepada 
Petugas 
untuk 
Mempercepat 
Urusan 
Administrasi 
(KTP 
Dan 
KK) 
Menurut 
Domisili 
Wilayah. 
2012-­‐2013 
.............................. 
51 
Tabel 
5.12. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang 
Lebih 
kepada 
Polisi 
untuk 
Mempercepat 
Pengurusan 
SIM 
dan 
STNK 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012-­‐2013 
................................................ 
52 
Tabel 
5.13. 
Perkembangan 
Persentasae 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang 
Damai 
kepada 
Polisi 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012-­‐2013 
.................................... 
54 
Tabel 
5.14. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Petugas 
KUA 
yang 
Meminta 
Uang 
Tambahan 
untuk 
Transpor 
ke 
Tempat 
Acara 
Akad 
Nikah 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012-­‐2013 
................................................................... 
55 
Tabel 
5.15. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
Guru 
yang 
Mendapatkan 
Jaminan 
(Jatah) 
agar 
Anaknya 
Diterima 
di 
Sekolah 
Tempatnya 
Mengajar 
Menurut 
Jenis 
Kelamin, 
2012-­‐2013 
................................... 
57 
xiv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR TABEL 
Tabel 
5.16. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
Guru 
yang 
Meminta 
Uang/Barang 
dari 
Orang 
Tua 
Murid 
Ketika 
Kenaikan 
Kelas/Penerimaan 
Rapor 
Menurut 
Jenis 
Kelamin, 
2012-­‐2013 
........................................................ 
58 
Tabel 
5.17. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/Barang 
kepada 
Pihak 
Sekolah 
agar 
Anaknya 
Diterima 
di 
Sekolah 
Tersebut 
Menurut 
Jenis 
Kelamin. 
2012-­‐2013 
........................................................ 
59 
Tabel 
5.18. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
Pegawai 
yang 
Melakukan 
Pekerjaan/Usaha 
Sampingan 
di 
Luar 
Tugasnya 
pada 
Saat 
Jam 
Kerja 
Menurut 
Domisili 
Wilayah. 
2012-­‐2013 
........................... 
60 
Tabel 
5.19. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Seseorang 
yang 
Membagikan 
Uang/Barang 
kepada 
Calon 
Pemilih 
pada 
Pelaksanaan 
Pilkades/Pilkada/Pemilu 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012-­‐2013 
................................................ 
62 
Tabel 
5.20. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Seseorang 
yang 
Mengharapkan 
Uang/Barang 
pada 
Pelaksanaan 
Pilkades/Pilkada/Pemilu 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012-­‐2013 
...................................................................................... 
63 
Tabel 
5.21. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik 
Selama 
Setahun 
Terakhir, 
2012-­‐ 
2013 
...................................................................................................................... 
66 
Tabel 
5.22. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
Sendiri 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik 
dan 
Mengetahui 
Prosedur 
dan 
Biaya 
Resmi 
yang 
Berlaku 
.................................................................. 
69 
Tabel 
5.23. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
Sendiri 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik 
menurut 
Pernah 
atau 
Tidaknya 
Membayar 
Melebihi 
Ketentuan 
............................................ 
70 
Tabel 
5.24. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
Sendiri 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik 
dan 
Tidak 
Pernah 
Membayar 
Melebihi 
Ketentuan 
menurut 
Alasan, 
2012-­‐ 
2013 
...................................................................................................................... 
71 
Tabel 
5.25. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
Sendiri 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik 
dan 
Pernah 
Membayar 
Melebihi 
Ketentuan 
menurut 
Waktu 
Pembayaran 
......................... 
72 
Tabel 
5.26. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
Sendiri 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik 
dan 
Pernah 
Membayar 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xv
DAFTAR TABEL 
Melebihi 
Ketentuan 
menurut 
Bentuk 
Pengeluaran 
yang 
Dilakukan, 
2012-­‐2013 
.................................................................................. 
73 
Tabel 
5.27. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
Sendiri 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik 
dan 
Pernah 
Membayar 
Melebihi 
Ketentuan 
menurut 
Cara 
Mengetahui 
Bahwa 
Harus 
Membayar 
Lebih 
................................................................................ 
74 
Tabel 
5.28. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
Sendiri 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik 
dan 
Pernah 
Diminta 
oleh 
Petugas/Pihak 
Ketiga 
menurut 
Tanggapan 
Ketika 
Dimintai 
Tidak 
Sesuai 
Ketentuan 
................................................................................ 
76 
Tabel 
5.29. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
Sendiri 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik 
dan 
Pernah 
Membayar 
Melebihi 
Ketentuan 
menurut 
Tujuan, 
2012-­‐2013 
........................... 
77 
Tabel 
5.30. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Membayar 
Melebihi 
Ketentuan 
dan 
Tidak 
Melaporkan, 
2012-­‐2013 
................................. 
78 
Tabel 
5.31. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Mendapatkan 
Tawaran 
Tertentu 
Selama 
Setahun 
Terakhir 
.................................... 
79 
Tabel 
5.32. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Mendapatkan 
Tawaran 
Tertentu 
Selama 
Setahun 
Terakhir 
menurut 
Tanggapannya, 
2012-­‐2013 
......................................................................... 
80 
Tabel 
5.33. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Memberikan 
Pendapat 
tentang 
Beberapa 
Perilaku 
Tertentu 
di 
Masyarakat 
sebagai 
Perilaku 
Korupsi 
............................................................................................. 
82 
Tabel 
5.34. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Memberikan 
Pendapat 
tentang 
Beberapa 
Perilaku 
Tertentu 
di 
Masyarakat 
sebagai 
Tidak 
Tahu 
dan 
Bukan 
Perilaku 
Korupsi 
............................................. 
83 
Tabel 
5.35. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Memberikan 
Pendapat 
tentang 
Beberapa 
Perilaku 
Tertentu 
di 
Masyarakat 
sebagai 
Perilaku 
Korupsi 
menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012–2013 
.......... 
84 
xvi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR 
DAFTAR GAMBAR 
GAMBAR 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xvii 
DAFTAR 
GAMBAR 
Gambar 
3.1. 
Persentase 
Non-­‐Respon 
SPAK 
2013 
Menurut 
Alasannya 
........ 
15 
Gambar 
3.2. 
Persentase 
Responden 
menurut 
Kelompok 
Umur 
(Tahun), 
2013 
.............................................................................................. 
19 
Gambar 
3.3. 
Persentase 
Responden 
menurut 
Pengeluaran 
Rumah 
Tangga 
Sebulan, 
2013 
.............................................................................. 
23 
Gambar 
4.1. 
Perkembangan 
Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(IPAK) 
Indonesia, 
2012–2013 
............................................................................. 
26 
Gambar 
4.2. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Jenis 
Kelamin. 
2012–2013 
.................................................................................................... 
27 
Gambar 
4.3. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Umur 
(Tahun), 
2012-­‐2013 
..................................................................................................... 
28 
Gambar 
4.4. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Pendidikan 
Tertinggi, 
2012-­‐2013 
............................................................................... 
29 
Gambar 
4.5. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Hubungan 
dengan 
Kepala 
Rumah 
Tangga, 
2012–2013 
................................... 
29 
Gambar 
4.6. 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Tingkat 
Pengeluaran 
Rumah 
Tangga 
Sebulan 
(dalam 
jutaan 
rupiah), 
2013 
.............................. 
30 
Gambar 
4.7. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012–2013 
................................................................................. 
31 
Gambar 
4.8. 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Zona 
Waktu, 
2013 
................................. 
32 
Gambar 
5.1. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Sikap 
Istri 
yang 
Menerima 
Uang 
Pemberian 
Suami 
di 
Luar 
Penghasilan 
Suami 
Tanpa 
Mempertanyakan 
Asal 
Usul 
Uang 
Tersebut, 
2012-­‐2013 
.......... 
34 
Gambar 
5.2. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Pegawai 
Negeri 
yang 
Bepergian 
Bersama 
Keluarga 
dengan 
Menggunakan 
Kendaraan 
Dinas 
untuk 
Keperluan 
Pribadi. 
2012–2013 
............................................................ 
36 
Gambar 
5.3. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Orang 
Tua 
yang 
Mengajak 
Anaknya 
dalam 
Kampanye 
Pemilu/Pilkada 
Demi 
Mendapatkan 
Uang 
Saku 
yang 
Lebih 
Banyak, 
2012–2013 
................................... 
37
DAFTAR GAMBAR 
Gambar 
5.4. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Seseorang 
yang 
Mengetahui 
Saudaranya 
Mengambil 
Uang 
Orang 
Tuanya 
tetapi 
Tidak 
Melaporkannya, 
2012–2013 
................................................................. 
38 
Gambar 
5.5. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/ 
Barang 
kepada 
Tokoh 
Informal 
Ketika 
Suatu 
Keluarga 
Melaksanakan 
Hajatan 
(Pernikahan, 
Khitanan, 
Kematian) 
2012–2013 
............................................................................. 
41 
Gambar 
5.6. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/Barang 
kepada 
Tokoh 
Formal 
Ketika 
Suatu 
Keluarga 
Melaksanakan 
Hajatan 
(Pernikahan, 
Khitanan, 
Kematian), 
2012–2013 
............................................................................ 
42 
Gambar 
5.7. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/Barang 
kepada 
Tokoh 
Informal 
Ketika 
Menjelang 
Hari 
Raya 
Keagamaan, 
2012–2013 
.................................................................................................... 
44 
Gambar 
5.8. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/Barang 
kepada 
Tokoh 
Formal 
Ketika 
Menjelang 
Hari 
Raya 
Keagamaan, 
2012–2013 
.......................................................................... 
45 
Gambar 
5.9. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Menjamin 
Keluarga/Saudara/Teman 
agar 
Diterima 
Menjadi 
Pegawai 
Negeri/Swasta, 
2012–2013 
................................................ 
47 
Gambar 
5.10. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/Barang 
dalam 
Proses 
Penerimaan 
Menjadi 
Pegawai 
Negeri/Swasta, 
2012–2013 
.................................................................................................... 
49 
Gambar 
5.11. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang 
Lebih 
kepada 
Petugas 
untuk 
Mempercepat 
Urusan 
Administrasi 
(KTP 
dan 
KK), 
2012–2013 
................................................................................. 
50 
Gambar 
5.12. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang 
Lebih 
Kepada 
Polisi 
Untuk 
Mempercepat 
Pengurusan 
SIM 
dan 
STNK, 
2012–2013 
.................................................................................................... 
52 
xviii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR GAMBAR 
Gambar 
5.13. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang 
Damai 
kepada 
Polisi, 
2012-­‐2013 
....................................................................................... 
53 
Gambar 
5.14. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Petugas 
KUA 
yang 
Meminta 
Uang 
Tambahan 
untuk 
Transpor 
ke 
Tempat 
Acara 
Akad 
Nikah, 
2012– 
2013 
................................................................................................................. 
55 
Gambar 
5.15. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
Guru 
yang 
Mendapatkan 
Jaminan 
(Jatah) 
agar 
Anaknya 
Diterima 
di 
Sekolah 
Tempatnya 
Mengajar, 
2012–2013 
.............................................................................. 
56 
Gambar 
5.16. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
Guru 
yang 
Meminta 
Uang/Barang 
dari 
Orang 
Tua 
Murid 
Ketika 
Kenaikan 
Kelas/ 
Penerimaan 
Rapor, 
2012–2013 
.................................................................................................... 
57 
Gambar 
5.17. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
yang 
Memberi 
Uang/Barang 
kepada 
Pihak 
Sekolah 
agar 
Anaknya 
Diterima 
di 
Sekolah 
Tersebut, 
2012–2013 
............................................................................... 
59 
Gambar 
5.18. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Seseorang 
Pegawai 
yang 
Melakukan 
Pekerjaan/Usaha 
Sampingan 
di 
Luar 
Tugasnya 
Pada 
Saat 
Jam 
Kerja, 
2012–2013 
.................................................................... 
60 
Gambar 
5.19. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Seseorang 
yang 
Membagikan 
Uang/Barang 
kepada 
Calon 
Pemilih 
pada 
Pelaksanaan 
Pilkades/Pilkada/Pemilu, 
2012–2013 
............................................ 
61 
Gambar 
5.20. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Seseorang 
yang 
Mengharapkan 
Uang/Barang 
pada 
Pelaksanaan 
Pilkades/Pilkada/Pemilu, 
2012–2013 
.................. 
63 
Gambar 
5.21. 
Persentase 
Masyarakat 
yang 
Pernah 
Berhubungan 
Sendiri 
dengan 
Petugas 
Layanan 
Publik, 
2012-­‐2013 
............... 
67 
Gambar 
5.22. 
Diagram 
Alur 
Pertanyaan 
Pengalaman 
Berhubungan 
dengan 
Layanan 
Publik 
........................................................................... 
68 
Gambar 
5.23. 
Persentase 
Frekuensi 
Masyarakat 
Memperoleh 
Pengetahuan 
Anti 
Korupsi 
Selama 
Setahun 
Terakhir 
Menurut 
Sumber, 
2012–2013 
.............................................................. 
85 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xix
DAFTAR GAMBAR 
Gambar 
5.24. 
Persentase 
Sumber 
Media 
yang 
Menurut 
Masyarakat 
Paling 
Efektif 
dalam 
Memberikan 
Pengetahuan 
Anti 
Korupsi, 
2012–2013 
................................................................................. 
86 
Gambar 
5.25. 
Persentase 
Frekuensi 
Masyarakat 
Memperoleh 
Pengetahuan 
Anti 
Korupsi 
Selama 
Setahun 
Terakhir 
Menurut 
Jenis 
Media, 
2012–2013 
....................................................... 
87 
Gambar 
5.26. 
Persentase 
Jenis 
Media 
yang 
Menurut 
Masyarakat 
Paling 
Efektif 
dalam 
Memberikan 
Pengetahuan 
Anti 
Korupsi, 
2012–2013 
.................................................................................................... 
88 
xx INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR 
LAMPIRAN 
DAFTAR LAMPIRAN 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxi 
DAFTAR 
LAMPIRAN 
Lampiran 
1 
: 
Kuesioner 
SPAK13.K 
................................................................................... 
93 
Lampiran 
2 
: 
Foto-­‐Foto 
Workshop 
Instruktur 
Nasional 
......................................... 
99 
Lampiran 
4 
: 
Foto-­‐Foto 
Pencacahan 
............................................................................. 
102
DAFTAR LAMPIRAN 
xxii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
DAFTAR SINGKATAN 
DAFTAR 
SINGKATAN 
— SPAK 
: 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
— IPAK 
: 
Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
— PBAK 
: 
Pendidikan 
dan 
Budaya 
Anti 
Korupsi 
— Stranas 
PPK 
: 
Strategi 
Nasional 
Pencegahan 
dan 
Pemberantasan 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxiii 
Korupsi 
— EFA 
: 
Explanatory 
Factor 
Analysis 
— PCA 
: 
Principal 
Component 
Analysis 
— KRT 
: 
Kepala 
Rumah 
Tangga 
— ART 
: 
Anggota 
Rumah 
Tangga 
— RT 
: 
Rukun 
Tetangga 
— RW 
: 
Rukun 
Warga 
— KK 
: 
Kartu 
Keluarga 
— KTP 
: 
Kartu 
Tanda 
Pengenal 
— KUA 
: 
Kantor 
Urusan 
Agama 
— Pilkades 
: 
Pemilihan 
Kepala 
Desa 
— Pilkada 
: 
Pemilihan 
Kepala 
Daerah 
— Pemilu 
: 
Pemilihan 
Umum 
DAFTAR 
SINGKATAN
DAFTAR SINGKATAN 
xxiv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
I. PENDAHULUAN 
I. PENDAHULUAN 
I. 
PENDAHULUAN 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 1 
1.1. 
Latar 
Belakang 
Korupsi 
merupakan 
masalah 
semua 
negara 
di 
dunia, 
terutama 
terkait 
korupsi 
di 
lembaga 
eksekutif, 
legislatif, 
dan 
lembaga 
publik 
lainnya. 
Indonesia 
merupakan 
salah 
satu 
negara 
yang 
juga 
sedang 
mengalami 
masalah 
terkait 
perilaku 
korupsi 
yang 
cenderung 
terjadi 
di 
berbagai 
lapisan 
masyarakat. 
Korupsi 
di 
kalangan 
pemerintahan 
telah 
tumbuh 
secara 
vertikal 
dan 
horisontal 
ke 
daerah-­‐daerah. 
Korupsi 
di 
Indonesia 
sudah 
semakin 
meluas, 
tidak 
hanya 
terjadi 
di 
kalangan 
penyelenggara 
pemerintahan, 
pejabat 
publik, 
wakil 
rakyat 
saja 
tetapi 
sudah 
menyebar 
ke 
masyarakat 
bawah. 
Salah 
satu 
akar 
penyebab 
berkembangnya 
praktik 
korupsi 
diduga 
berasal 
dari 
rendahnya 
integritas 
para 
pelakunya 
dan 
masih 
kentalnya 
budaya 
permisif 
terhadap 
tindakan 
korupsi. 
Dalam 
rangka 
mempercepat 
upaya 
pencegahan 
dan 
pemberantasan 
korupsi 
pemerintah 
telah 
mengeluarkan 
Peraturan 
Presiden 
Republik 
Indonesia 
Nomor 
55 
tahun 
2012 
tentang 
Strategi 
Nasional 
Pencegahan 
dan 
Pemberantasan 
Korupsi 
(Stranas 
PPK) 
jangka 
panjang 
tahun 
2012-­‐2025 
dan 
jangka 
menengah 
tahun 
2012-­‐2014. 
Presiden 
RI 
menugaskan 
BPS 
secara 
eksplisit 
untuk 
mengukur 
indikator 
pada 
strategi 
5 
yaitu 
meningkatkan 
upaya 
pendidikan 
dan 
budaya 
anti 
korupsi. 
Strategi 
ini 
diukur 
dengan 
melaksanakan 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi. 
Strategi 
kelima 
ini 
dianggap 
penting 
karena 
salah 
satu 
akar 
penyebab 
berkembangnya 
praktik 
korupsi 
patut 
diduga 
berasal 
dari 
rendahnya 
integritas 
para 
pelakunya 
dan 
masih 
kentalnya 
budaya 
permisif 
terhadap 
tindakan 
korupsi. 
Untuk 
mendukung 
strategi 
tersebut 
diperlukan 
sebuah 
survei 
yang 
dapat 
memberikan 
gambaran 
tentang 
pendapat-­‐pendapat 
yang 
berkembang 
di 
masyarakat 
terkait 
dengan 
korupsi. 
Hasil 
survei 
diharapkan 
dapat 
memberikan 
peta 
bagi 
penyusunan 
program-­‐program 
yang 
dapat 
meningkatkan 
imunitas 
masyarakat 
terhadap 
praktek-­‐praktek 
koruptif, 
dan 
peran 
aktif 
mereka 
dalam 
mendukung 
tercapainya 
kondisi 
tersebut.
I. PENDAHULUAN 
Dalam 
rangka 
memenuhi 
kebutuhan 
tersebut, 
Badan 
Pusat 
Statistik 
menyelenggarakan 
kegiatan 
dalam 
bentuk 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(SPAK) 
2013 
yang 
merupakan 
kelanjutan 
dari 
survei 
yang 
sama 
pada 
tahun 
2012. 
1.2. 
Maksud 
dan 
Tujuan 
Penyusunan 
publikasi 
ini 
secara 
umum 
dimaksudkan 
untuk 
memperoleh 
gambaran 
secara 
lengkap 
mengenai 
situasi 
dan 
kondisi 
perilaku 
anti 
korupsi 
masyarakat 
terkini 
dilihat 
dari 
pendapat, 
pengetahuan, 
perilaku, 
dan 
pengalaman 
individu 
terkait 
perilaku 
anti 
korupsi 
di 
Indonesia. 
Secara 
khusus, 
penyusunan 
publikasi 
ini 
juga 
ditujukan 
untuk 
memperoleh 
gambaran 
secara 
lengkap 
mengenai 
sejauhmana 
budaya 
2 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
zero 
tolerance 
terhadap 
perilaku 
korupsi 
terinternalisasi 
dalam 
setiap 
individu 
khususnya 
terkait 
dengan 
strategi 
kelima 
STRANAS 
PPK 
yakni 
pendidikan 
dan 
budaya 
anti 
korupsi. 
1.3. 
Ruang 
Lingkup 
Kegiatan 
SPAK 
2013 
ini 
dilaksanakan 
di 
seluruh 
wilayah 
Indonesia 
yang 
tersebar 
di 
170 
Kabupaten/Kota 
(49 
kota 
dan 
121 
kabupaten) 
dan 
di 
33 
provinsi. 
Jumlah 
sampel 
seluruhnya 
sebanyak 
10.000 
rumah 
tangga. 
Analisis 
dan 
kajian 
mengenai 
perilaku 
anti 
korupsi 
penduduk 
Indonesia 
dalam 
publikasi 
ini 
secara 
keseluruhan 
hanya 
dilakukan 
untuk 
level 
nasional. 
1.4. 
Sistematika 
Penulisan 
Publikasi 
ini 
disajikan 
dalam 
empat 
bagian 
(bab) 
yang 
disusun 
secara 
sistematis. 
Bab 
1 
(Pendahuluan) 
berisi 
penjelasan 
rinci 
tentang 
latar 
belakang, 
maksud 
dan 
tujuan, 
ruang 
lingkup 
dan 
sistematika 
penulisan. 
Bab 
2 
(Metodologi) 
menjelaskan 
tentang 
metodologi 
termasuk 
metodologi 
sampling 
dan 
konsep/definisi 
yang 
digunakan 
dalam 
penyusunan 
publikasi 
ini. 
Bagian 
berikutnya 
atau 
Bab 
3 
menyajikan 
profil 
responden 
berdasarkan 
berbagai 
struktur 
mulai 
dari 
pendidikan, 
pekerjaan, 
dan 
pengeluaran 
rumah 
tangga. 
Kemudian, 
Bab 
4 
menyajikan 
hasil 
Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(IPAK) 
2013 
dibandingkan 
dengan 
IPAK 
2012. 
Bab 
5 
menyajikan 
data 
indikator
I. PENDAHULUAN 
tunggal 
mengenai 
penilaian 
terhadap 
perilaku 
penduduk 
Indonesia 
dilihat 
dari 
tiga 
aspek 
yakni 
kebiasaan 
di 
tingkat 
keluarga, 
komunitas, 
dan 
publik. 
Analisis 
dilanjutkan 
dengan 
pembahasan 
mengenai 
pengalaman 
masyarakat 
berhubungan 
dengan 
pelayanan 
publik 
dilihat 
dari 
aspek 
perilaku 
korupsi 
dan 
anti 
korupsi 
yang 
terjadi. 
Kemudian 
bagian 
berikutnya 
menyajikan 
pengetahuan 
terkait 
perilaku 
korupsi 
dan 
anti 
korupsi 
penduduk 
Indonesia. 
Bab 
6 
menyajikan 
rekomendasi 
terkait 
dengan 
stranas 
PPK 
secara 
umum 
maupun 
hasil 
SPAK. 
Bagian 
terakhir 
atau 
(lampiran) 
menyajikan 
data-­‐data 
yang 
kuesioner 
dan 
foto-­‐foto 
pencacahan. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 3
I. PENDAHULUAN 
4 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
II. 
METODOLOGI 
DAN 
KONSEP 
DEFINISI 
II. 
METODOLOGI 
DAN 
KONSEP 
DEFINISI 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 5 
2.1. 
Metodologi 
Survei 
2.1.1. 
Kerangka 
Sampel 
Kerangka 
sampel 
yang 
digunakan 
pada 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
2013 
terdiri 
dari 
empat 
jenis, 
yaitu 
: 
1. Kerangka 
sampel 
penarikan 
tahap 
pertama 
adalah 
daftar 
kabupaten/kota 
di 
masing-­‐masing 
provinsi 
dilengkapi 
jumlah 
rumah 
tangga 
hasil 
SP2010 
menurut 
klasifikasi 
perkotaan 
dan 
pedesaan 
2. Kerangka 
sampel 
penarikan 
tahap 
kedua 
adalah 
daftar 
blok 
sensus 
susenas 
triwulan 
3 
2012 
di 
masing-­‐masing 
kabupaten/kota 
terpilih 
3. Kerangka 
sampel 
penarikan 
tahap 
ketiga 
adalah 
daftar 
rumah 
tangga 
hasil 
pemutakhiran 
di 
blok 
sensus 
terpilih 
susenas 
triwulan 
3 
yang 
terpilih 
SPAK 
2012 
4. Kerangka 
sampel 
tahap 
keempat 
adalah 
kepala 
rumah 
tangga 
atau 
suami/istrinya 
di 
setiap 
rumah 
tangga 
terpilih. 
2.1.2. 
Desain 
Sampel 
Sampel 
blok 
sensus 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
2013 
adalah 
subsampel 
dari 
blok 
sensus 
terpilih 
Susenas 
2012 
triwulan 
3. 
Pengambilan 
sampel 
adalah 
Three 
Stages 
Two 
Phase 
Rotation 
Sampling, 
sebagai 
berikut: 
1. Pertama, 
memilih 
sejumlah 
kabupaten/kota 
dengan 
metode 
PPS 
sistematik 
with 
replacement 
size 
jumlah 
rumah 
tangga 
SP2010. 
Dengan 
metode 
ini 
kabupaten/kota 
terpilih 
lebih 
dari 
1 
kali 
akan 
memiliki 
alokasi 
sampel 
blok 
sensus 
lebih 
banyak. 
2. Kedua, 
memilih 
sejumlah 
blok 
sensus 
dari 
blok 
sensus 
terpilih 
Susenas 
triwulan 
3 
2012 
di 
kabupaten 
terpilih 
dengan 
cara 
sistematik. 
Sampel 
blok 
sensus 
dibedakan 
atas 
daerah 
urban 
(perkotaan) 
dan 
rural 
(pedesaan). 
3. Ketiga, 
dari 
sampel 
blok 
sensus 
Susenas 
triwulan 
3, 
dilakukan 
penarikan 
sampel 
rumah 
tangga 
berdasarkan 
hasil 
pemutakhiran
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
sebanyak 
10 
rumah 
tangga. 
Penarikan 
sampel 
menggunakan 
nilai 
angka 
random 
pertama 
(R1) 
yang 
berbeda 
dengan 
R1 
Susenas. 
4. Keempat, 
dari 
setiap 
rumah 
tangga 
terpilih, 
selanjutnya 
dipilih 
responden 
kepala 
rumah 
tangga 
atau 
pasangannya 
menggunakan 
Tabel 
Kish 
2.1.3. 
Cakupan 
dan 
Jumlah 
Sampel 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
2013 
dilaksanakan 
di 
seluruh 
Indonesia. 
Jumlah 
sampel 
blok 
sensus 
adalah 
1000 
blok 
sensus 
sehingga 
jumlah 
sampel 
rumah 
tangga 
adalah 
10.000 
rumah 
tangga. 
Sampel 
1000 
blok 
tersebut 
adalah 
sampel 
pada 
level 
nasional 
yang 
selanjutnya 
didistribusikan 
ke 
dalam 
populasi 
blok 
sensus 
di 
kabupaten/kota 
terpilih 
2.1.4. 
Pembentukan 
Paket 
Sampel 
Blok 
Sensus 
dan 
Kelompok 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
Untuk 
keperluan 
pelaksanaan 
Panel 
Survei 
hingga 
tahun 
2016, 
dilakukan 
sampling 
rotasi. 
Dari 
1.000 
sampel 
blok 
sensus 
terpilih 
SPAK 
2012 
selanjutnya 
dibagi 
menjadi 
4 
paket 
sampel, 
yaitu: 
paket 
sampel 
1, 
paket 
sampel 
2, 
paket 
sampel 
3, 
dan 
paket 
sampel 
4. 
Setiap 
paket 
sampel 
berukuran 
250 
blok 
sensus 
dan 
antar 
paket 
sampel 
tidak 
saling 
tumpang 
tindih. 
Pada 
setiap 
blok 
sensus 
dipilih 
2 
kelompok 
sampel 
rumah 
tangga 
yang 
masing-­‐masing 
berukuran 
10 
rumah 
tangga. 
Antar 
kelompok 
sampel 
rumah 
tangga 
tidak 
saling 
tumpang 
tindih. 
Tabel 
2.1. 
Kelompok 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
dalam 
Paket 
Sampel 
Blok 
Sensus 
Paket 
Sampel 
Blok 
Sensus 
6 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
Kelompok 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
1 
A 
dan 
E 
2 
B 
dan 
F 
3 
C 
dan 
G 
4 
D 
dan 
H 
Setelah 
dilakukan 
pembagian 
kelompok 
sampel 
maka 
selanjutnya 
dilakukan 
pengaturan 
rotasi 
kelompok 
sampel 
setiap 
tahun 
pencacahan 
sebagai 
berikut 
:
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
Tabel 
2.2. 
Kelompok 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
2012 
-­‐ 
2016 
Paket 
Sampel 
Blok 
Sensus 
Kelompok 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
2012 
2013 
2014 
2015 
2016 
! 
dan 
푅! 
! 
dan 
푅! 
! 
dan 
푅! 
! 
dan 
푅! 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 7 
1 
A 
E 
E 
E 
E 
2 
B 
B 
F 
F 
F 
3 
C 
C 
C 
G 
G 
4 
D 
D 
D 
D 
H 
2.1.5. 
Pemilihan 
Sampel 
Rumah 
Tangga 
Misalkan 
jumlah 
rumah 
tangga 
di 
blok 
sensus 
ke-­‐i 
dari 
hasil 
pemutakhiran 
adalah 
푀!, 
maka 
interval 
untuk 
penarikan 
sampel 
sistematik 
adalah 
퐼 = !! 
!". 
Penentuan 
sampel 
rumah 
tangga 
ke-­‐n 
(n=2,3,…,10) 
secara 
sistematik 
menggunakan 
rumus: 
푅! = 푅! + 푛 − 1 퐼 
Sampel 
rumah 
tangga 
yang 
pertama 
푅! 
untuk 
setiap 
paket 
sampel 
ditentukan 
dengan 
rumus: 
1. Paket 
sampel 
1: 
퐴푅! = 푅! 
! = 푅! 
! + 1 
atau 
푅! 
! = 푅! 
! − 1 
2. Paket 
sampel 
2: 
퐴푅! = 푅! 
! = 푅! 
! + 1 
atau 
푅! 
! = 푅! 
! − 1 
3. Paket 
sampel 
3: 
퐴푅! = 푅! 
! = 푅! 
! + 1 
atau 
푅! 
! = 푅! 
! − 1 
4. Paket 
sampel 
4: 
퐴푅! = 푅! 
! = 푅! 
! + 1 
atau 
푅! 
! = 푅! 
! − 1 
2.1.6. 
Penggantian 
Sampel 
• Penggantian 
sampel 
blok 
sensus 
tidak 
diperkenankan. 
• Penggantian 
sampel 
rumah 
tangga 
diperkenankan 
asalkan 
penggantinya 
adalah 
rumah 
tangga 
yang 
menghuni 
bangunan 
sensus 
(dwelling) 
rumah 
tangga 
yang 
diganti.
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
2.1.7. 
Teknik 
Estimasi 
2.1.7.1. 
Design 
Weight 
Design 
Weight 
merupakan 
kebalikan 
dari 
fraksi 
sampling. 
Sehingga 
fraksi 
sampling 
untuk 
blok 
sensus 
SPAK 
dapat 
dijabarkan 
sebagai 
berikut: 
Sampel 
kabupaten/kota 
: b 
p dipilih 
secara 
PPS 
sistematik 
dari 
populasi 
kabupaten/kota 
di 
suatu 
propinsi 
sehingga 
fraksi 
sampling 
kabupaten/kota 
ke-­‐k 
adalah: 
p pk 
b M 
p pk 
f = = 
pk M 
Sampel 
blok 
sensus 
: 
dipilih 
secara 
sistematik 
dari 
sampel 
blok 
sensus 
Susenas 
triwulan 
3, 
sehingga 
fraksi 
sampling 
blok 
sensus 
ke-­‐i 
dibedakan 
urban/rural 
adalah: 
hi 
f h 
= ʹ′ 
n M 
h hi 
n 
hi M 
Jumlah 
sampel 
ruta 
blok 
sensus 
SPAK 
2013 
adalah 
10, 
sehingga 
fraksi 
sampling 
rumah 
tangga 
ke-­‐j 
terpilih 
dibedakan 
urban/rural 
adalah: 
hj i M M 
Overall 
sampling 
fraction 
h 
untuk 
rumah 
tangga 
SPAK 
2013 
ke-­‐j 
blok 
sensus 
ke-­‐i, 
kabupaten 
ke-­‐p 
dibedakan 
urban/rural 
adalah: 
b M 
. . 10 
hpij pk hi hj i M M 
8 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
p 
N 
k 
pk 
b M 
M 
= Σ1 
nʹ′ 
0 
1 Σ 
h 
h 
h 
Nh 
i 
hi 
M 
n 
n 
M 
ʹ′ 
= 
= 
hi hi 
f m 
ʹ′ 
= 
ʹ′ 
= 
10 
| 
hi 
h hi 
h 
p pk 
p 
n M 
M 
f f f f 
ʹ′ 
= = ʹ′ 
0 
|
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
M 
M 
1 0 hi 
w p 
ʹ′ 
ij ij x W Xˆ 
h 
ij ij y W Yˆ 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 9 
Sehingga 
design 
weight 
SPAK 
2013 
per 
kabupaten/kota 
ke-­‐p 
menurut 
urban/rural 
adalah 
: 
dimana 
: 
: 
weight 
rumah 
tangga 
ke-­‐j, 
blok 
sensus 
ke-­‐i, 
propinsi 
ke-­‐p 
strata 
ke-­‐h 
: 
banyaknya 
rumah 
tangga 
propinsi 
ke-­‐p 
: 
banyaknya 
rumah 
tangga 
kabupaten/kota 
ke-­‐k, 
propinsi 
ke-­‐p 
: 
banyaknya 
populasi 
rumah 
tangga 
propinsi 
ke-­‐p, 
strata 
ke-­‐h 
: 
banyaknya 
rumah 
tangga 
blok 
sensus 
ke-­‐i, 
strata 
ke-­‐h 
: 
banyaknya 
rumah 
tangga 
hasil 
pemutakhiran 
blok 
sensus 
ke-­‐i, 
strata 
ke-­‐h 
: 
banyaknya 
sampel 
blok 
sensus, 
strata 
ke-­‐h 
: 
banyaknya 
sampel 
rumah 
tangga 
di 
setiap 
blok 
sensus, 
strata 
ke-­‐h 
2.1.7.2. 
Estimasi 
Karakteristik 
Misalkan 
ij y 
dan 
ij x 
masing-­‐masing 
merupakan 
nilai 
karakteristik 
Y 
dan 
X 
rumah 
tangga 
terpilih 
ke-­‐j 
di 
blok 
sensus 
terpilih 
ke-­‐i 
di 
suatu 
propinsi 
di 
suatu 
strata, 
maka 
estimasi 
total 
karakteristik 
Y, 
X, 
dan 
rasio 
R 
serta 
varians 
rasio 
dirumuskan 
sebagai 
berikut: 
a. Estimasi 
total 
nilai 
karakteristik 
X 
ΣΣ 
= = 
= 
n 
i 1 
m 
j 1 
b. Estimasi 
total 
nilai 
karakteristik 
Y: 
ΣΣ 
= = 
= 
n 
i 1 
m 
j 1 
10 
h hi 
p pk 
hpij 
hpij 
M 
n M 
b M 
f 
ʹ′ 
= = 
hpij w 
p M 
pk M 
h0 M 
hi M 
hi Mʹ′ 
h nʹ′ 
h m
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
c. Estimasi 
rasio 
dan 
varians 
rasio: 
W y 
= = = = = n 
10 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
ΣΣ 
= = 
ΣΣ 
ΣΣ 
ΣΣ 
= = 
= = 
i 1 
m 
j 1 
ij 
n 
i 1 
m 
j 1 
ij 
n 
i 1 
m 
j 1 
ij ij 
n 
i 1 
m 
j 1 
ij ij 
y 
x 
W x 
Xˆ Yˆ 
Rˆ 
푣 푅 = !!! 
!! 
! − !! 
! 
!!! 푍! 
! 
! 
!! 
!! 
푍! = 푌! − 푅 . 푋! 
푍 = 푌 − 푅 . 푋 
Dengan: 
푛 
: 
jumlah 
blok 
sensus 
terpilih 
푌! 
: 
estimasi 
total 
karakteristik 
Y 
dalam 
blok 
sensus 
ke-­‐i 
푋! 
: 
estimasi 
total 
karakteristik 
X 
dalam 
blok 
sensus 
ke-­‐i 
푓 
: 
fraksi 
penarikan 
sampel 
blok 
sensus 
2.2. 
Metodologi 
Perhitungan 
Indeks 
Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(IPAK) 
2013 
adalah 
indikator 
komposit 
yang 
datanya 
diperoleh 
dari 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(SPAK). 
SPAK 
2013 
mencakup 
tiga 
fenomena 
utama 
korupsi 
yaitu 
penyuapan 
(bribery), 
pemerasan 
(extortion), 
dan 
nepotisme. 
Variabel 
penyusun 
IPAK 
dipilih 
dari 
sekumpulan 
pertanyaan 
pada 
kuesioner 
SPAK 
2013 
menggunakan 
explanatory 
factor 
analysis 
IPAK 
disusun 
berdasarkan 
dua 
substansi 
utama 
yakni 
pendapat 
tentang 
kebiasaan 
terkait 
akar 
dan 
perilaku 
anti 
korupsi 
di 
masyarakat 
serta 
pengalaman 
praktek 
korupsi 
terkait 
pelayanan 
publik 
dalam 
kurun 
waktu 
setahun 
terakhir. 
IPAK 
sebagai 
sebuah 
indeks 
komposit 
dihitung 
menggunakan 
beberapa 
variabel 
interdependensi 
yang 
signifikan 
secara 
statistik. 
Dibutuhkan 
metode 
analisis 
statistik 
yang 
mampu 
menangani 
interdependensi 
antar 
variabel 
dan 
sekaligus 
memberikan 
besaran 
bobot 
(penimbang) 
bagi 
setiap 
variabel 
yang 
signifikan 
secara 
statistik. 
Exploratory 
Factor 
Analysis 
merupakan 
metode 
analisis 
statistik 
yang 
dianggap 
paling 
cocok 
digunakan, 
dengan 
keterangan 
sebagai 
berikut 
: 
— Metode 
ekstraksi: 
Principal 
Component 
Analysis 
(PCA)
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 11 
— Model 
Fit: 
— Kaiser-­‐Mayer-­‐Olkin 
Measure 
of 
Sampling 
Adequacy 
≥ 
0,5 
— Eigenvalue 
> 
1 
— Loading 
Factor 
≥ 
0,4 
— Total 
Variance 
Explained 
≥ 
60% 
Berikut 
adalah 
tahapan 
penghitungan 
IPAK 
: 
• Pemilihan 
variabel 
analisis 
dan 
transformasi 
data 
(proses 
recording 
data) 
• Pemilihan 
variabel 
penyusun 
indeks 
didasarkan 
pada 
hasil 
Exploratory 
Factor 
Analysis 
(Principal 
Component 
Analysis) 
• Penghitungan 
indeks 
komposit 
(Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi. 
Penghitungan 
IPAK 
1. Penghitungan 
Bobot 
Setiap 
Variabel 
퐵표푏표푡 퐵! = 
퐿표푎푑푖푛푔 퐹푎푐푡표푟 
푇표푡푎푙 퐿표푎푑푖푛푔 퐹푎푐푡표푟 
푑푎푙푎푚 1 푓푎푘푡표푟 
×푇표푡푎푙 푉푎푟푖푎푠푖 푑푎푙푎푚 1 푓푎푘푡표푟 
2. Penghitungan 
Bobot 
Terstandarisasi 
Setiap 
Variabel 
퐵표푏표푡 푇푒푟푠푡푎푛푑푎푟푖푠푎푠푖 (푏!) = 
퐵! 
퐵! 
3. Penghitungan 
IPAK 
IPAK 
adalah 
rata-­‐rata 
tertimbang 
dari 
seluruh 
jawaban 
pada 
variabel 
penyusun 
indeks 
dengan 
penimbang 
bobot 
terstandardisasi 
masing-­‐ 
masing. 
퐼푃퐴퐾 = 
푏!푋! 
푏! 
bi 
: 
Bobot 
Terstandarisasi; 
Xi 
: 
Variabel 
4. 
Transformasi 
indeks 
ke 
skala 
5 
(sesuai 
Perpres) 
퐼푛푑푒푘푠 (0 − 5) = 
(5×퐼푛푑푒푘푠 1 − 4 − 5) 
3
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
IPAK 
memiliki 
rentang 
nilai 
0–5. 
Nilai 
indeks 
semakin 
mendekati 
5 
menunjukkan 
bahwa 
masyarakat 
berperilaku 
semakin 
anti 
korupsi. 
Dalam 
memaknainya, 
nilai 
IPAK 
bisa 
dikelompokkan 
ke 
dalam 
4 
kategori, 
sebagai 
berikut 
: 
Nilai 
IPAK 
Makna 
Indeks 
0 
– 
1,25 
Sangat 
Permisif 
1,26 
– 
2,50 
Permisif 
2,51 
– 
3,75 
Anti 
Korupsi 
3,76 
– 
5 
Sangat 
Anti 
Korupsi 
2.3. 
Konsep 
dan 
Definisi 
Menurut 
Wertheim 
(1965) 
ada 
tiga 
fenomena 
utama 
yang 
tercakup 
dalam 
istilah 
korupsi 
pada 
negara-­‐negara 
Asia 
Tenggara 
yaitu 
— Penyuapan 
(bribery), 
yakni 
apabila 
seorang 
pegawai 
pemerintah 
menerima 
imbalan 
yang 
disodorkan 
oleh 
seorang 
dengan 
maksud 
mempengaruhinya 
agar 
memberikan 
perhatian 
istimewa 
pada 
kepentingan 
si 
pemberi. 
— Pemerasan 
(extortion), 
yakni 
permintaan 
pemberian-­‐pemberian 
atau 
hadiah 
dalam 
pelaksanaan 
tugas-­‐tugas 
publik, 
termasuk 
pejabat-­‐pejabat 
yang 
menggunakan 
dana 
publik 
yang 
mereka 
urus 
bagi 
keuntungan 
mereka 
sendiri 
atau 
mereka 
yang 
bersalah 
melakukan 
penggelapan 
di 
atas 
harga 
yang 
harus 
dibayar 
oleh 
publik. 
— Nepotisme 
(nepotism) 
yaitu 
pengangkatan 
sanak 
saudara, 
teman-­‐ 
teman 
atau 
rekan-­‐rekan 
politik 
pada 
jabatan-­‐jabatan 
publik 
tanpa 
memandang 
kemampuan 
mereka 
atau 
konsekuensinya 
pada 
kesejahteraan 
publik. 
Akar 
Kultural 
Korupsi 
Menurut 
Scott 
(dalam 
Mas’oed, 
2008: 
170) 
dalam 
setiap 
masyarakat 
terdapat 
desakan 
untuk 
timbulnya 
korupsi 
disebabkan 
karena 
faktor 
kultural 
dan 
struktural. 
Dalam 
masyarakat 
seperti 
Indonesia, 
faktor 
kultural 
yang 
umumnya 
mendorong 
timbulnya 
korupsi, 
misalnya 
adalah 
adanya 
nilai 
atau 
kebiasaan 
sebagai 
berikut: 
12 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
— Adanya 
tradisi 
pemberian 
hadiah, 
oleh-­‐oleh 
atau 
semacam 
itu 
kepada 
pejabat 
pemerintah. 
Tindakan 
seperti 
itu 
di 
Eropa 
atau 
Amerika 
Utara 
bisa 
dianggap 
korupsi 
sebagai 
bentuk 
pemenuhan 
kewajiban 
oleh 
kawula 
kepada 
gustinya. 
— Ikatan 
keluarga 
dan 
kesetiaan 
parokial 
di 
masyarakat 
ketimuran 
seperti 
Indonesia 
masih 
dipandang 
sangat 
penting. 
Kewajiban 
seseorang 
pertama-­‐tama 
adalah 
memperhatikan 
saudara 
terdekat, 
kemudian 
trah 
atau 
sesama 
etniknya. 
Pada 
budaya 
semacam 
ini 
apabila 
ada 
seseorang 
yang 
mendatangi 
saudaranya 
yang 
pejabat 
untuk 
meminta 
perlakuan 
khusus 
sulit 
untuk 
ditolak. 
Penolakan 
bisa 
diartikan 
sebagai 
pengingkaran 
terhadap 
kewajiban 
tradisional, 
tetapi 
menuruti 
permintaan 
berarti 
mengingkari 
norma-­‐norma 
hukum 
formal 
yang 
berlaku. 
Sehingga 
selalu 
terjadi 
konflik 
nilai, 
yaitu 
antara 
norma 
budaya 
atau 
norma 
hukum 
formal. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 13 
Hasil 
diskusi 
dengan 
stakeholder 
dan 
para 
ahli, 
definisi 
perilaku 
korupsi 
dan 
anti 
korupsi 
dalam 
SPAK 
2013 
: 
Perilaku 
korupsi 
adalah 
“Tindakan 
meminta 
(pemerasan)/ 
memperoleh/memberi 
(penyuapan) 
imbalan 
uang, 
barang, 
atau 
keistimewaan 
(nepotisme) 
bagi 
layanan 
yang 
sudah 
seharusnya 
diberikan 
atau 
menggunakan 
kekuasaan/wewenang 
untuk 
mencapai 
tujuan 
yang 
tidak 
sesuai 
dengan 
standar 
etik/moral 
atau 
peraturan 
perundang-­‐undangan 
bagi 
kepentingan 
pribadi 
(personal, 
keluarga 
dekat, 
kawan 
dekat)”. 
Perilaku 
anti 
korupsi 
adalah 
“tindakan 
menolak/tidak 
permisif 
terhadap 
segala 
perilaku 
baik 
yang 
secara 
langsung 
merupakan 
korupsi, 
maupun 
perilaku 
yang 
menjadi 
akar 
atau 
kebiasaan 
pelanggengan 
perilaku 
korupsi 
di 
masyarakat 
yang 
terjadi 
di 
keluarga, 
komunitas, 
maupun 
publik”.
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 
14 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
III. 
PROFIL 
RESPONDEN 
III. PROFIL RESPONDEN 
III. 
PROFIL 
RESPONDEN 
Pindah 
54% 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 15 
3.1. 
Response 
Rate 
Pencacahan 
Responden 
terpilih 
untuk 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
2013 
ini 
adalah 
kepala 
rumah 
tangga 
atau 
pasangannya 
(suami/isteri). 
Penentuan 
ini 
didasarkan 
pada 
pertimbangan 
bahwa 
kepala 
rumah 
tangga 
atau 
pasangannya 
selain 
merupakan 
orang 
yang 
bertanggung-­‐jawab 
atas 
pengelolaan 
rumah 
tangganya, 
juga 
merupakan 
informan 
kunci 
yang 
paling 
mengetahui 
keadaan 
rumah 
tangganya 
dan 
banyak 
berhubungan 
dengan 
pelayanan 
publik. 
Gambar 
3.1. 
Persentase 
Non-­‐Respon 
SPAK 
2013 
Menurut 
Alasannya 
Gila/Sakit/ 
Menolak 
6% 
Tua/ 
lainnya 
16% 
Pergi 
16% 
Tidak 
Ditemukan 
8% 
Dari 
keseluruhan 
sampel 
yang 
berjumlah 
sebanyak 
10.000 
responden, 
sebanyak 
970 
responden 
sampai 
batas 
akhir 
waktu 
pencacahan 
tidak 
berhasil 
dicacah 
dikarenakan 
berbagai 
hal: 
pindah 
sebesar 
54 
persen, 
tidak 
dapat 
ditemukan 
sebesar 
8 
persen, 
tidak 
bersedia 
dicacah 
atau 
menolak 
sebesar 
6 
persen, 
sedang 
pergi 
selama 
periode 
pencacahan 
sebesar 
16 
persen), 
dan 
lainnya 
sebesar 
16 
persen 
tidak 
dapat 
didata 
karena 
berbagai 
hal 
seperti 
sudah 
terlalu 
tua, 
sakit, 
dan 
gila.
III. PROFIL RESPONDEN 
Tingkat 
respon 
pencacahan 
(response 
rate) 
16 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
SPAK 
2013 
ini 
secara 
keseluruhan 
mencapai 
sebesar 
90,3 
persen. 
Secara 
rinci 
response 
rate 
setiap 
provinsi 
dapat 
dilihat 
pada 
Tabel 
3.1. 
Tabel 
3.1. 
Persentase 
Response 
Rate 
dan 
Non 
Response 
Rate 
Survei 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(SPAK) 
2013 
Provinsi 
Respon 
Rate 
Non-­‐Respon 
Rate 
Jumlah 
(1) 
(2) 
(3) 
(4) 
Aceh 
90,00 
10,00 
100,00 
Sumatera 
Utara 
91,04 
8,96 
100,00 
Sumatera 
Barat 
90,00 
10,00 
100,00 
Riau 
89,00 
11,00 
100,00 
Jambi 
93,33 
6,67 
100,00 
Sumatera 
Selatan 
83,33 
16,67 
100,00 
Bengkulu 
85,00 
15,00 
100,00 
Lampung 
93,85 
6,15 
100,00 
Kep. 
Bangka 
Belitung 
90,00 
10,00 
100,00 
Kep. 
Riau 
88,75 
11,25 
100,00 
DKI 
Jakarta 
89,46 
10,54 
100,00 
Jawa 
Barat 
88,68 
11,32 
100,00 
Jawa 
Tengah 
93,24 
6,76 
100,00 
DI 
Yogyakarta 
87,00 
13,00 
100,00 
Jawa 
Timur 
92,26 
7,74 
100,00 
Banten 
89,36 
10,64 
100,00 
Bali 
92,35 
7,65 
100,00 
Nusa 
Tenggara 
Barat 
92,17 
7,83 
100,00 
Nusa 
Tenggara 
Timur 
93,64 
6,36 
100,00 
Kalimantan 
Barat 
92,50 
7,50 
100,00 
Kalimantan 
Tengah 
91,67 
8,33 
100,00 
Kalimantan 
Selatan 
91,67 
8,33 
100,00 
Kalimantan 
Timur 
88,13 
11,88 
100,00 
Sulawesi 
Utara 
88,89 
11,11 
100,00 
Sulawesi 
Tengah 
91,82 
8,18 
100,00 
Sulawesi 
Selatan 
87,62 
12,38 
100,00 
Sulawesi 
Tenggara 
95,00 
5,00 
100,00 
Gorontalo 
92,50 
7,50 
100,00 
Sulawesi 
Barat 
90,00 
10,00 
100,00 
Maluku 
80,00 
20,00 
100,00 
Maluku 
Utara 
76,00 
24,00 
100,00 
Papua 
Barat 
85,00 
15,00 
100,00 
Papua 
82,22 
17,78 
100,00 
INDONESIA 
90,30 
9,70 
100,00
III. PROFIL RESPONDEN 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 17 
3.2. 
Profil 
Demografis 
Responden 
Faktor-­‐faktor 
demografis 
adalah 
faktor 
atau 
atribut 
yang 
melekat 
pada 
seseorang, 
variabel 
demografis 
yang 
dikumpulkan 
dalam 
survei 
ini 
terbatas 
pada 
jenis 
kelamin, 
umur, 
hubungan 
dengan 
kepala 
rumah 
tangga, 
dan 
status 
perkawinan. 
Faktor 
demografis 
ini 
diduga 
berpengaruh 
terhadap 
sikap, 
pandangan 
dan 
perilaku 
seseorang. 
Faktor-­‐faktor 
lainnya 
yang 
juga 
diduga 
berpengaruh 
adalah 
tingkat 
pendidikan, 
status 
dan 
lapangan 
pekerjaan 
dibahas 
pada 
bagian 
berikutnya. 
Berdasarkan 
Tabel 
3.2 
terlihat 
bahwa 
sebagian 
besar 
responden 
yang 
diwawancarai 
adalah 
kepala 
rumah 
tangga 
(KRT). 
Pada 
2013 
responden 
berstatus 
KRT 
sebanyak 
58,48 
persen 
dari 
jumlah 
responden 
secara 
keseluruhan, 
sedangkan 
41,52 
persen 
responden 
lainnya 
adalah 
pasangan 
atau 
suami/isteri 
dari 
KRT. 
Tabel 
3.2. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Hubungan 
dengan 
Kepala 
Rumah 
Tangga 
dan 
Jenis 
Kelamin, 
2013 
Hubungan 
dengan 
Kepala 
Rumah 
Tangga 
Laki-­‐ 
laki 
Perempuan 
Jumlah 
(1) 
(2) 
(3) 
(4) 
KRT 
99,91 
26,26 
58,48 
Isteri/Suami 
0,09 
73,74 
41,52 
Jumlah 
100,00 
100,00 
100,00 
Terdapat 
pola 
yang 
sama 
dengan 
tahun 
sebelumnya 
yakni 
responden 
yang 
berjenis 
kelamin 
laki-­‐laki 
berstatus 
sebagai 
kepala 
rumah 
tangga. 
Sebanyak 
99,91 
persen 
responden 
yang 
berjenis 
kelamin 
laki-­‐laki 
memiliki 
status 
sebagai 
kepala 
rumah 
tangga. 
Sedangkan 
responden 
yang 
berjenis 
kelamin 
laki-­‐laki 
tetapi 
berstatus 
sebagai 
pasangan 
(suami/istri) 
hanya 
berjumlah 
0,09 
persen. 
Selain 
melihat 
pola 
status 
responden 
menurut 
hubungan 
dengan 
KRT, 
dalam 
survei 
ini 
juga 
menanyakan 
mengenai 
status 
perkawinan 
responden, 
yang 
terdapat 
empat 
kategori 
yakni 
tidak 
kawin, 
kawin, 
cerai 
hidup 
dan 
cerai 
mati. 
Tidak 
kawin 
berarti 
responden 
tersebut 
belum 
pernah 
kawin. 
Sementara 
kawin 
adalah 
seseorang 
mempunyai 
istri 
(bagi 
laki-­‐laki) 
atau 
suami 
(bagi 
perempuan) 
pada 
saat 
pencacahan, 
baik 
tinggal 
bersama
III. PROFIL RESPONDEN 
maupun 
terpisah. 
Dalam 
hal 
ini 
yang 
dicakup 
tidak 
saja 
mereka 
yang 
kawin 
sah 
secara 
hukum 
(adat, 
agama, 
negara, 
dan 
sebagainya), 
tetapi 
juga 
mereka 
yang 
hidup 
bersama 
dan 
oleh 
masyarakat 
sekelilingnya 
dianggap 
sebagai 
suami-­‐istri. 
Cerai 
hidup 
adalah 
seseorang 
yang 
telah 
berpisah 
sebagai 
suami-­‐istri 
karena 
bercerai 
dan 
belum 
kawin 
lagi. 
Dalam 
hal 
ini 
termasuk 
mereka 
yang 
mengaku 
cerai 
walaupun 
belum 
resmi 
secara 
hukum. 
Sebaliknya 
tidak 
termasuk 
mereka 
yang 
hanya 
hidup 
terpisah 
tetapi 
masih 
berstatus 
kawin, 
misalnya 
suami/istri 
ditinggalkan 
oleh 
istri/suami 
ke 
tempat 
lain 
karena 
sekolah, 
bekerja, 
mencari 
pekerjaan, 
atau 
untuk 
keperluan 
lain. 
Wanita 
yang 
mengaku 
belum 
pernah 
kawin 
tetapi 
pernah 
hamil, 
dianggap 
cerai 
hidup. 
Selanjutnya 
cerai 
mati 
adalah 
seseorang 
ditinggal 
mati 
oleh 
suami 
atau 
istrinya 
dan 
belum 
kawin 
lagi. 
Komposisi 
responden 
menurut 
status 
perkawinan 
seperti 
yang 
disajikan 
pada 
Tabel 
3.3, 
menunjukkan 
bahwa 
mayoritas 
dari 
keseluruhan 
responden 
status 
perkawinannya 
adalah 
kawin. 
Lebih 
dari 
tiga 
perempat 
dari 
keseluruhan 
responden 
atau 
sebesar 
82,08 
persen 
berstatus 
kawin, 
mempunyai 
istri 
bagi 
laki-­‐laki 
atau 
mempunyai 
suami 
bagi 
yang 
perempuan. 
Responden 
yang 
memiliki 
status 
perkawinan 
cerai 
(mati 
dan 
hidup) 
sebesar 
15,65 
persen. 
Sedangkan 
responden 
yang 
tidak 
kawin 
sebesar 
2,27 
persen. 
Tabel 
3.3. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Status 
Perkawinan 
dan 
Jenis 
Kelamin 
Tahun 
2013 
Status 
Perkawinan 
Laki-­‐Laki 
Perempuan 
Jumlah 
(1) 
(2) 
(3) 
(4) 
Tidak 
Kawin 
3,22 
1,54 
2,27 
Kawin 
88,74 
76,90 
82,08 
Cerai 
Hidup 
2,30 
3,25 
2,84 
Cerai 
Mati 
5,74 
18,31 
12,81 
Jumlah 
100,00 
100,00 
100,00 
Komposisi 
responden 
menurut 
status 
perkawinannya 
untuk 
setiap 
jenis 
kelamin 
memiliki 
polanya 
serupa 
secara 
keseluruhan. 
Persentase 
responden 
laki-­‐laki 
berstatus 
kawin 
90,31 
persen 
sementara 
responden 
perempuan 
bersatus 
kawin 
persentasenya 
mencapai 
76,90 
persen. 
Proporsi 
18 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
III. PROFIL RESPONDEN 
responden 
laki-­‐laki 
yang 
berstatus 
cerai 
hidup 
berjumlah 
paling 
sedikit, 
yakni 
hanya 
2,3 
persen. 
Sementara 
itu 
proporsi 
responden 
tidak 
kawin 
paling 
kecil 
sebesar 
1,54 
persen. 
Gambar 
3.2. 
Persentase 
Responden 
menurut 
Kelompok 
Umur 
(Tahun), 
2013 
0.46 
8.43 
24.59 
26.30 
22.13 
11.59 
6.49 
30.00 
25.00 
20.00 
15.00 
10.00 
5.00 
0.00 
< 
20 
20-­‐29 
30-­‐39 
40-­‐49 
50-­‐59 
60-­‐69 
70 
+ 
Kelompok 
Umur 
(Tahun) 
Struktur 
umur 
responden 
yang 
diperlihatkan 
pada 
Gambar 
3.2, 
modus 
umur 
berkisar 
antara 
40 
-­‐ 
49 
tahun 
dengan 
persentase 
sebesar 
26,30 
persen. 
Sebagian 
besar 
responden 
merupakan 
individu 
dalam 
usia 
produktif 
terlihat 
dari 
gabungan 
kelompok 
umur 
20 
-­‐ 
29, 
30 
– 
39 
dan 
40 
– 
49 
tahun 
yang 
mencapai 
59,32 
persen 
dari 
keseluruhan. 
Untuk 
kelompok 
dengan 
jumlah 
paling 
kecil 
adalah 
penduduk 
dibawah 
20 
tahun, 
yakni 
hanya 
berjumlah 
0,46 
persen. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 19 
3.3. 
Tingkat 
Pendidikan 
Responden 
Seperti 
dijelaskan 
dalam 
UU 
No. 
20 
Tahun 
2003 
tentang 
Sisdiknas, 
pendidikan 
nasional 
diselenggarakan 
pada 
jalur 
formal, 
non 
formal 
dan 
informal. 
Pendidikan 
formal 
adalah 
pendidikan 
yang 
terstruktur 
dan 
berjenjang 
yang 
terdiri 
atas 
pendidikan 
dasar, 
pendidikan 
menengah 
dan 
pendidikan 
tinggi. 
Setiap 
jenjang 
pendidikan 
ditetapkan 
berdasarkan 
tingkat 
perkembangan 
peserta 
didik, 
tujuan 
yang 
akan 
dicapai 
dan 
kemampuan 
yang 
dikembangkan. 
Sejalan 
dengan 
itu, 
tingkat 
pendidikan 
seseorang 
dapat 
merefleksikan 
tingkat 
pengetahuan, 
keterampilan, 
dan 
kedewasaan 
yang 
dimilikinya.
III. PROFIL RESPONDEN 
Dalam 
survei 
ini 
yang 
dimaksud 
jenjang 
pendidikan 
tertinggi 
yang 
pernah 
ditamatkan 
adalah 
jenjang 
pendidikan 
tertinggi 
yang 
pernah 
ditamatkan 
oleh 
seseorang 
yang 
masih 
atau 
sudah 
tidak 
bersekolah 
lagi. 
Terdapat 
delapan 
kategori 
jenjang 
pendidikan 
mulai 
dari 
tidak 
pernah 
sekolah 
sampai 
tamat 
S2 
atau 
S3. 
Tabel 
3.4. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Tingkat 
Pendidikan 
yang 
Ditamatkan 
dan 
Jenis 
Kelamin, 
2013 
Tingkat 
Pendidikan 
yang 
Ditamatkan 
Laki-­‐laki 
Perempuan 
Jumlah 
(1) 
(2) 
(3) 
(4) 
Tidak 
Pernah 
Sekolah 
7,47 
11,48 
9,72 
Tidak 
Tamat 
SD/sedarajat 
21,97 
20,54 
21,16 
SD/Sederajat 
29,77 
31,15 
30,55 
SLTP/Sederajat 
13,57 
14,74 
14,23 
SLTA/Sederajat 
19,31 
16,37 
17,66 
DI/DII/DIII 
1,92 
2,02 
1,98 
S1 
5,21 
3,44 
4,21 
S2/S3 
0,77 
0,26 
0,49 
Jumlah 
100,00 
100,00 
100,00 
Komposisi 
responden 
menurut 
tingkat 
pendidikan 
yang 
ditamatkan 
secara 
rinci 
disajikan 
pada 
Tabel 
3.4. 
Persentase 
yang 
tertinggi 
adalah 
tamat 
SD/sederajat 
(30,55 
persen), 
berikutnya 
berturut-­‐turut 
adalah 
tidak 
tamat 
SD/sederajat 
(21,16 
persen), 
tamat 
SLTA 
(17,66 
persen), 
dan 
tamat 
SLTP 
(14,23 
persen). 
Sedangan 
gabungan 
responden 
tamatan 
Diploma, 
S1, 
S2/S3 
persentasenya 
sebesar 
6,68 
persen. 
Struktur 
tingkat 
pendidikan 
responden 
pada 
masing-­‐masing 
jenis 
kelamin 
serupa 
dengan 
struktur 
tingkat 
pendidikan 
responden 
secara 
keseluruhan. 
Persentase 
tertinggi 
pada 
responden 
laki-­‐laki 
adalah 
tamatan 
SD 
mencapai 
29,77 
persen, 
sementara 
responden 
perempuan 
yang 
tamatan 
SD 
sebesar 
31,15 
persen. 
3.4. 
Jenis 
Kegiatan 
Utama 
Responden 
Kegiatan 
utama 
sehari-­‐hari 
yang 
dilakukan 
seseorang 
akan 
membangun 
suatu 
komunitas 
tersendiri 
yang 
juga 
memiliki 
pola 
interaksi 
sosial 
tersendiri. 
Kondisi 
ini 
pada 
gilirannya 
nanti 
akan 
mempengaruhi 
sikap 
20 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
III. PROFIL RESPONDEN 
dan 
perilakunya. 
Sejalan 
dengan 
itu, 
sikap, 
wawasan 
dan 
perilaku 
seseorang 
yang 
bekerja 
akan 
berbeda 
dengan 
orang 
yang 
mengurus 
rumah 
tangga 
atau 
sekolah 
(tidak 
bekerja). 
Survei 
menanyakan 
apakah 
responden 
bekerja 
atau 
berusaha 
dalam 
seminggu 
terakhir. 
Konsep 
bekerja 
atau 
berusaha 
yang 
dipakai 
dalam 
survei 
ini 
adalah 
kegiatan 
ekonomi 
yang 
dilakukan 
seseorang 
dengan 
maksud 
memperoleh 
atau 
membantu 
memperoleh 
pendapatan 
atau 
keuntungan 
paling 
sedikit 
1 
(satu) 
jam 
secara 
tidak 
terputus 
selama 
seminggu 
yang 
lalu. 
Kegiatan 
bekerja 
ini 
mencakup, 
baik 
yang 
sedang 
bekerja 
maupun 
yang 
punya 
pekerjaan 
tetapi 
dalam 
seminggu 
yang 
lalu 
sementara 
tidak 
bekerja, 
misalnya 
karena 
cuti, 
sakit, 
dan 
sejenisnya. 
Tabel 
3.5. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Kegiatan 
Utama 
dan 
Jenis 
Kelamin, 
2013 
Kegiatan 
Utama 
Laki-­‐Laki 
Perempuan 
Jumlah 
(1) 
(2) 
(3) 
(4) 
Bekerja 
89,82 
60,88 
73,54 
Tidak 
Bekerja 
10,18 
39,12 
26,46 
Jumlah 
100,00 
100,00 
100,00 
Komposisi 
responden 
menurut 
kegiatan 
utama 
sehari-­‐hari 
disajikan 
pada 
Tabel 
3.5. 
Kegiatan 
utama 
mayoritas 
responden 
adalah 
bekerja 
sebesar 
73,54 
persen, 
sedangkan 
responden 
yang 
tidak 
bekerja 
pada 
saat 
dilakukan 
pencacahan 
mencapai 
26,46 
persen. 
Jika 
dilihat 
berdasarkan 
jenis 
kelamin 
maka 
untuk 
responden 
yang 
berjenis 
kelamin 
laki-­‐laki 
yang 
tidak 
bekerja 
ada 
sebanyak 
10,18 
persen. 
Berbeda 
dengan 
responden 
perempuan 
yang 
tidak 
bekerja 
persentasenya 
sebanyak 
39,12 
persen. 
3.5. 
Status 
dalam 
Pekerjaan 
Utama 
Responden 
Status 
dalam 
pekerjaan 
utama 
adalah 
kedudukan 
seseorang 
dalam 
melakukan 
pekerjaan 
di 
suatu 
unit 
usaha/kegiatan. 
Komposisi 
responden 
menurut 
status 
dalam 
pekerjaan 
utama 
dari 
Tabel 
3.6 
terlihat 
bahwa 
persentase 
tertinggi 
adalah 
berusaha 
sendiri 
sebesar 
30,06 
persen. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 21
III. PROFIL RESPONDEN 
Kelompok 
mayoritas 
responden 
berikutnya 
berturut-­‐turut 
adalah 
mereka 
yang 
berusaha 
dibantu 
buruh 
tidak 
dibayar 
(17,89 
persen), 
mereka 
yang 
merupakan 
karyawan/pegawai 
swasta 
(16,21 
persen), 
dan 
pekerja 
bebas 
(14,33 
persen). 
Sedangkan 
untuk 
responden 
yang 
berstatus 
sebagai 
pegawai 
negeri 
sipil 
mencapai 
4,63 
persen. 
Tabel 
3.6. 
Persentase 
Responden 
Menurut 
Status 
Pekerjaan 
Utama 
dan 
Jenis 
Kelamin, 
2013 
Status 
dalam 
Pekerjaan 
Utama 
22 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
Laki-­‐Laki 
Perempuan 
Jumlah 
(1) 
(2) 
(3) 
(4) 
Berusaha 
sendiri 
28,79 
31,51 
30,06 
Berusaha 
dibantu 
buruh 
tidak 
dibayar 
21,82 
13,38 
17,89 
Berusaha 
dibantu 
buruh 
dibayar 
6,94 
3,88 
5,52 
Karyawan/pegawai 
swasta 
19,23 
12,73 
16,21 
Pegawai 
Negeri 
Sipil/ 
Pejabat 
Pemerintah 
4,54 
4,73 
4,63 
TNI/POLRI 
1,09 
0,02 
0,59 
Pegawai 
BUMD/BUMN 
0,33 
0,10 
0,23 
Pekerja 
bebas 
15,76 
12,69 
14,33 
Pekerja 
tidak 
dibayar 
0,75 
20,13 
9,77 
Lainnya 
0,73 
0,83 
0,78 
Jumlah 
100,00 
100,00 
100,00 
Bila 
diklasifikasi 
menjadi 
tiga 
kelompok 
utama 
yaitu: 
1) 
kelompok 
pegawai 
negeri 
(PNS 
dan 
TNI/Polri), 
2) 
kelompok 
pekerja/pegawai 
swasta, 
dan 
3) 
kelompok 
berusaha 
(wiraswasta) 
maka 
data 
yang 
dihasilkan 
menunjukkan 
mayoritas 
responden 
berada 
dalam 
kelompok 
yang 
memiliki 
pekerjaan 
berusaha 
(wiraswasta) 
mencapai 
53,46 
persen, 
diikuti 
kelompok 
pekerja 
pegawai 
swasta 
mencapai 
41,32 
persen 
dan 
kelompok 
pegawai 
negeri 
(PNS 
dan 
TNI 
Polri) 
sebesar 
5,22 
persen 
dari 
keseluruhan 
responden 
yang 
bekerja 
pada 
saat 
pencacahan 
dilaksanakan. 
3.6. 
Tingkat 
Pengeluaran 
Rumah 
Tangga 
Sebulan 
Responden 
Pengeluaran 
rumah 
tangga 
secara 
umum 
dapat 
menggambarkan 
tingkat 
pendapatan. 
Pendapatan 
seseorang 
merupakan 
salah 
satu 
faktor 
yang 
turut 
menentukan 
tingkat 
kesejahteraan 
dalam 
kehidupan 
seseorang. 
Secara 
umum, 
tingkat 
kesejahteraan 
memiliki 
pengaruh 
terhadap 
pola 
pikir 
seseorang. 
Dalam 
kaitannya 
dengan 
perilaku 
anti 
korupsi, 
pola 
pikir 
(mind
III. PROFIL RESPONDEN 
12.28 
1.24 
0.16 
0.09 
3 
-­‐ 
5,9 
juta 
6 
-­‐ 
9,9 
juta 
10 
-­‐ 
14,9 
juta 
> 
15 
juta 
Pengeluaran 
Rumah 
Tangga 
Sebulan 
(Rp) 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 23 
set) 
dapat 
membentuk 
perilaku 
permisif 
atau 
tidaknya 
seseorang 
dalam 
menyikapi 
petty 
corruption 
(korupsi 
sehari-­‐hari). 
Tingkat 
pendapatan 
dalam 
survei 
ini 
diukur 
dengan 
tingkat 
pengeluaran. 
Rata-­‐rata 
pengeluaran 
rumah 
tangga 
per 
bulan 
merupakan 
perkiraan 
berapa 
biaya 
yang 
dikeluarkan 
untuk 
kebutuhan 
hidup 
seluruh 
rumah 
tangga 
setiap 
bulan. 
Gambar 
3.3. 
Persentase 
Responden 
menurut 
Pengeluaran 
Rumah 
Tangga 
Sebulan 
, 
2013 
30.29 
55.94 
60.00 
50.00 
40.00 
30.00 
20.00 
10.00 
0.00 
< 
1 
Juta 
1 
-­‐ 
2,9 
juta 
Tingkat 
pengeluaran 
rumah 
tangga 
(sebulan) 
responden 
seperti 
yang 
perlihatkan 
pada 
Gambar 
3.3 
memperlihatkan 
bahwa 
mayoritas 
responden 
berada 
pada 
tingkat 
pengeluaran 
rumah 
tangga 
sebulan 
berkisar 
antara 
Rp 
1 
juta 
– 
Rp 
2,9 
juta 
mencapai 
lebih 
dari 
separuh 
(55,94 
persen). 
Kemudian 
diikuti 
dengan 
responden 
yang 
memiliki 
pengeluaran 
rumah 
tangga 
dibawah 
Rp 
1 
juta 
sebesar 
30,29 
persen. 
Sedangkan, 
untuk 
kelompok 
dengan 
jumlah 
yang 
paling 
kecil 
yakni 
pengeluaran 
rumah 
tangga 
diatas 
Rp 
15 
juta 
sebulan 
hanya 
berjumlah 
0,09 
persen 
dari 
keseluruhan.
III. PROFIL RESPONDEN 
24 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
IV. 
INDEKS 
PERILAKU 
ANTI 
KORUPSI 
IV. 
INDEKS 
PERILAKU 
ANTI 
KORUPSI 
Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(IPAK) 
Indonesia 
merupakan 
alat 
ukur 
yang 
memiliki 
fungsi 
untuk 
menggambarkan 
dinamika 
perilaku 
masyarakat 
apakah 
berperilaku 
anti 
atau 
permisif 
terhadap 
korupsi. 
Selain 
itu, 
juga 
untuk 
mencerminkan 
intensitas 
dan 
kecenderungan 
perilaku 
yang 
mengambarkan 
kondisi 
perilaku 
masyarakat 
secara 
umum 
(secara 
matematis 
indeks 
masyarakat 
adalah 
rata-­‐rata 
dari 
indeks 
seluruh 
individu). 
Visi 
dari 
strategi 
nasional 
pencegahan 
dan 
pemberantasan 
korupsi 
(Stranas 
PPK) 
yang 
kelima, 
terwujudnya 
masyarakat 
dengan 
budaya 
integritas 
dalam 
berbagai 
lini 
kehidupan 
berbangsa 
dan 
bernegara. 
Strategi 
ini 
diukur 
berdasarkan 
Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
dari 
individu 
di 
Indonesia. 
Semakin 
tinggi 
angka 
indeks 
ini, 
maka 
diyakini 
nilai 
budaya 
anti 
korupsi 
semakin 
terinternalisasi 
dan 
mewujud 
dalam 
perilaku 
nyata 
setiap 
individu 
untuk 
memerangi 
tindak 
pidana 
korupsi. 
IPAK 
2013 
merupakan 
kelanjutan 
dari 
baseline 
IPAK 
pada 
tahun 
2012 
lalu. 
IPAK 
dihitung 
secara 
tahunan 
dapat 
untuk 
menggambarkan 
perkembangan 
dinamika 
perilaku 
masyarakat. 
Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(IPAK) 
Indonesia 
2013 
sebesar 
3,63 
dalam 
skala 
0 
sampai 
5. 
Angka 
ini 
naik 
0,08 
poin 
dibandingkan 
IPAK 
tahun 
2012 
(3,55) 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 25 
IPAK 
Indonesia 
2013 
sebesar 
3,63 
dalam 
skala 
0 
sampai 
5. 
Angka 
ini 
naik 
0,08 
poin 
dibandingkan 
dengan 
IPAK 
2012 
yang 
besarnya 
3,55. 
Meski 
demikian, 
kenaikan 
ini 
belum 
merubah 
posisi 
dalam 
kategori 
indeks, 
karena 
masih 
dalam 
kategori 
yang 
sama 
yakni 
anti 
korupsi. 
Kategori 
IPAK 
dibagi 
ke 
dalam 
empat 
kategori 
yakni 
“sangat 
permisif 
terhadap 
korupsi“ 
dengan 
nilai 
indeks 
0 
sampai 
1,25, 
kategori 
“permisif” 
terhadap 
korupsi 
dengan 
nilai 
indeks 
1,26 
sampai 
2,50, 
kategori 
“anti 
korupsi” 
dengan 
nilai 
indeks 
2,51 
sampai 
3,75, 
dan 
kategori 
”sangat 
anti 
korupsi” 
dengan 
nilai 
indeks 
3,76 
sampai 
5,00.
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
Gambar 
4.1. 
Perkembangan 
Indeks 
Perilaku 
Anti 
Korupsi 
(IPAK) 
Indonesia, 
2012–2013 
Makna 
nilai 
IPAK 
adalah 
semakin 
mendekati 
angka 
lima 
menunjukkan 
bahwa 
masyarakat 
berperilaku 
semakin 
anti 
korupsi, 
yang 
bernilai 
bahwa 
budaya 
zero 
tolerance 
terhadap 
korupsi 
semakin 
mengikat 
dan 
mewujud 
dalam 
perilaku 
di 
masyarakat. 
Dengan 
demikian 
akan 
semakin 
berkembang 
persamaan 
cara 
pandang 
bahwa 
korupsi 
sangat 
merugikan 
masyarakat 
dan 
setiap 
manusia 
Indonesia, 
diharapkan 
akan 
muncul 
perbaikan-­‐perbaikan. 
Pendidikan 
dan 
internalisasi 
budaya 
anti 
korupsi 
di 
segenap 
lapisan 
masyarakat 
merupakan 
salah 
satu 
cari 
untuk 
menyamakan 
cara 
pandang 
tersebut. 
4.1. 
IPAK 
Menurut 
Jenis 
Kelamin 
Secara 
umum, 
IPAK 
2013 
lebih 
tinggi 
pada 
jenis 
kelamin 
laki-­‐laki 
dibanding 
perempuan, 
meski 
perbedaannya 
tidak 
dapat 
dikatakan 
signifikan. 
Berdasarkan 
Gambar 
4.2 
IPAK 
2013 
untuk 
jenis 
kelamin 
laki-­‐laki 
sedikit 
lebih 
tinggi 
sebesar 
3,66 
dibanding 
perempuan 
sebesar 
3,60. 
Hal 
ini 
juga 
terjadi 
pada 
IPAK 
2012 
dimana 
IPAK 
untuk 
jenis 
kelamin 
laki-­‐laki 
sedikit 
lebih 
tinggi 
dibandingkan 
IPAK 
untuk 
jenis 
kelamin 
perempuan. 
26 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
Meski 
tidak 
berbeda 
signifikan, 
IPAK 
laki-­‐laki 
relatif 
lebih 
tinggi 
daripada 
IPAK 
perempuan
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
Pada 
setiap 
kelompok 
jenis 
kelamin 
terjadi 
perubahan 
IPAK 
dari 
2012 
ke 
2013. 
Dibandingkan 
dengan 
IPAK 
2012 
terlihat 
pola 
yang 
sama 
antara 
IPAK 
laki-­‐laki 
dan 
perempuan. 
IPAK 
untuk 
laki-­‐laki 
maupun 
IPAK 
untuk 
perempuan 
masing-­‐masing 
naik 
0,07 
poin. 
Gambar 
4.2. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Jenis 
Kelamin. 
2012–2013 
Lebih 
tingginya 
angka 
IPAK 
2013 
untuk 
laki-­‐laki 
dibandingkan 
dengan 
IPAK 
untuk 
perempuan 
dari 
hasil 
survei 
berbanding 
lurus 
dengan 
tingkat 
pengetahuan 
terkait 
dengan 
perilaku 
korupsi. 
Hal 
ini 
terlihat 
dari 
lebih 
banyak 
laki-­‐laki 
dibandingkan 
perempuan 
yang 
mengetahui/memahami 
jenis-­‐jenis 
perilaku 
yang 
merupakan 
perilaku 
korupsi. 
Hal 
ini 
mencerminkan 
lebih 
rendahnya 
pengetahuan/pemahaman 
perempuan 
terkait 
dengan 
perilaku 
korupsi 
yang 
berimplikasi 
kepada 
kecenderungan 
semakin 
permisifnya 
perempuan 
daripada 
laki-­‐laki. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 27 
4.2. 
IPAK 
Menurut 
Umur 
IPAK 
2013 
lebih 
tinggi 
pada 
penduduk 
usia 
kurang 
dari 
60 
tahun 
dibanding 
penduduk 
usia 
60 
tahun 
ke 
atas. 
IPAK 
penduduk 
usia 
kurang 
dari 
40 
tahun 
sebesar 
3,63, 
usia 
40 
sampai 
59 
tahun 
sebesar 
3,65, 
dan 
usia 
60 
tahun 
ke 
atas 
sebesar 
3,55. 
Seperti 
yang 
disajikan 
pada 
Gambar 
4.3 
memperlihatkan 
pada 
setiap 
kelompok 
umur 
terjadi 
kenaikan 
IPAK 
dari 
2012 
ke 
2013. 
Pada 
kelompok 
umur 
di 
bawah 
40 
tahun 
terjadi 
kenaikan 
dari 
3,57 
menjadi 
3,63. 
Pada 
kelompok 
umur 
40 
sampai 
60 
tahun 
terjadi 
kenaikan 
dari 
3,58 
menjadi 
3,65.
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
Hal 
ini 
juga 
terjadi 
pada 
kelompok 
umur 
di 
atas 
60 
tahun 
yang 
mengalami 
kenaikan 
dari 
3,45 
menjadi 
3,55. 
Gambar 
4.3. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Umur 
(Tahun), 
2012-­‐2013 
4.3. 
IPAK 
Menurut 
Pendidikan 
Pendidikan 
berpengaruh 
cukup 
kuat 
pada 
semangat 
anti 
korupsi. 
Dari 
Gambar 
4.4 
terlihat 
bahwa 
semakin 
tinggi 
pendidikan 
maka 
semakin 
tinggi 
IPAK. 
IPAK 
2013 
untuk 
responden 
berpendidikan 
SLTP 
ke 
bawah 
sebesar 
3,55, 
SLTA 
sebesar 
3,82 
dan 
di 
atas 
SLTA 
sebesar 
3,94. 
Bila 
diliihat, 
terjadi 
peningkatan 
pada 
indeks 
kategori 
SLTP 
ke 
bawah, 
dimana 
pada 
2013 
skornya 
naik 
dibandingkan 
angka 
2012. 
Sementara 
itu, 
pada 
kategori 
SLTA 
pada 
2012 
sebesar 
3,78 
dan 
pada 
2013 
sebesar 
3,82. 
Sementara 
untuk 
kategori 
SLTA 
ke 
atas 
pada 
2012 
sebesar 
3,93 
dan 
pada 
2013 
sebesar 
3,94 
Secara 
umum 
tingkat 
pendidikan 
seseorang 
dapat 
merefleksikan 
tingkat 
pengetahuan, 
keterampilan, 
dan 
kedewasaan 
yang 
dimilikinya. 
Pendidikan 
dan 
internalisasi 
budaya 
anti 
korupsi 
di 
segenap 
lapisan 
masyarakat 
merupakan 
salah 
satu 
cara 
untuk 
meningkatkan 
semangat 
anti 
korupsi. 
28 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
Pendidikan 
berpengaruh 
cukup 
kuat 
pada 
semangat 
anti 
korupsi
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
Gambar 
4.4. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Pendidikan 
Tertinggi, 
2012-­‐2013 
4.5. 
IPAK 
Menurut 
Hubungan 
Kepala 
Rumah 
Tangga 
Secara 
umum 
tidak 
terdapat 
perbedaan 
yang 
signifkan 
skor 
indeks 
bila 
dilihat 
berdasarkan 
hubungan 
dengan 
kepala 
rumah 
tangga. 
Pada 
setiap 
kategori 
hubungan 
dengan 
kepala 
rumah 
tangga 
terjadi 
kenaikan 
IPAK 
dari 
2012 
ke 
2013. 
Gambar 
4.5. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Hubungan 
dengan 
Kepala 
Rumah 
Tangga, 
2012–2013 
Berdasarkan 
Gambar 
4.5 
terlihat 
IPAK 
2013 
untuk 
responden 
yang 
berstatus 
KRT 
naik 
dari 
3,56 
menjadi 
3,62 
dan 
IPAK 
untuk 
responden 
yang 
berstatus 
pasangan 
(suami/istri) 
juga 
naik 
dari 
3,54 
menjadi 
3,63 
pada 
2013. 
Pola 
ini 
sejalan 
dengan 
pola 
yang 
terjadi 
pada 
IPAK 
komposit. 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 29
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
4.6. 
IPAK 
Menurut 
Tingkat 
Pengeluaran 
Rumah 
Tangga 
Apabila 
dilihat 
berdasarkan 
tingkat 
pengeluaran 
maka 
secara 
umum 
terlihat 
bahwa 
tingkat 
pengeluaran 
paling 
rendah 
memiliki 
IPAK 
yang 
paling 
rendah 
pula. 
Secara 
umum 
terlihat 
tingkat 
pengeluaran 
rendah 
memiliki 
IPAK 
yang 
cenderung 
rendah 
Gambar 
4.6. 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Tingkat 
Pengeluaran 
Rumah 
Tangga 
Sebulan 
(dalam 
jutaan 
rupiah), 
2013 
1 
– 
2,9 
5,0 
3,75 
2,50 
1,25 
Seperti 
yang 
disajikan 
pada 
Gambar 
4.6. 
terlihat 
pada 
2013, 
IPAK 
untuk 
masyarakat 
dengan 
tingkat 
pengeluaran 
dibawah 
1 
juta 
perbulan 
sebesar 
3,53 
sementara 
IPAK 
untuk 
masyarakat 
dengan 
tingkat 
pengeluaran 
diatass 
15 
juta 
rupiah 
sebesar 
3,82. 
Selanjutnya, 
IPAK 
2013 
untuk 
masyarakat 
dengan 
tingkat 
pengeluaran 
1 
sampai 
2,9 
juta 
perbulan 
sebesar 
3,64. 
IPAK 
2013 
untuk 
masyarakat 
dengan 
tingkat 
pengeluaran 
3 
sampai 
5,9 
juta 
perbulan 
sebesar 
3,78, 
IPAK 
2013 
untuk 
masyarakat 
dengan 
tingkat 
pengeluaran 
6 
sampai 
9,9 
juta 
perbulan 
sebesar 
3,69. 
Kemudian, 
IPAK 
2013 
untuk 
masyarakat 
dengan 
tingkat 
pengeluaran 
10 
sampai 
14,9 
juta 
perbulan 
sebesar 
3,86. 
30 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
3 
– 
5,9 
6 
– 
9,9 
10 
– 
14,9 
> 
15 
0 
3,64 
< 
1 
2013 
3,53 
3,78 
3,69 
3,86 
3,82
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
Tingkat 
kesejahteraan 
yang 
direfleksikan 
dalam 
tingkat 
pengeluaran 
memiliki 
pengaruh 
terhadap 
pola 
pikir 
seseorang. 
Dalam 
kaitannya 
dengan 
perilaku 
anti 
korupsi, 
pola 
pikir 
(mind 
set) 
dapat 
membentuk 
perilaku 
permisif 
atau 
tidaknya 
seseorang 
terkait 
dengan 
petty 
corruption 
(korupsi 
IPAK 
masyarakat 
di 
wilayah 
perkotaan 
sedikit 
lebih 
tinggi 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 31 
sehari-­‐hari). 
4.7. 
IPAK 
Menurut 
Urban 
-­‐ 
Rural 
Nilai 
IPAK 
berdasarkan 
wilayah 
urban 
-­‐ 
rural 
memiliki 
pola 
yang 
sama 
dengan 
IPAK 
nasional. 
Pada 
Gambar 
4.7 
terlihat 
IPAK 
2013 
untuk 
perkotaan 
cenderung 
lebih 
tinggi 
sebesar 
3,71 
dibandingkan 
IPAK 
perdesaan 
sebesar 
3,55. 
Perbandingan 
serupa 
juga 
telah 
nampak 
pada 
2012, 
IPAK 
perkotaan 
sebesar 
3,63 
dibanding 
perdesaan 
sebesar 
3,43. 
Gambar 
4.7. 
Perkembangan 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Domisili 
Wilayah, 
2012–2013 
Secara 
umum 
pada 
setiap 
kelompok 
wilayah, 
baik 
perkotaan 
maupun 
perdesaan 
terjadi 
peningkatan 
IPAK 
dari 
2012 
ke 
2013.. 
IPAK 
untuk 
perkotaan 
maupun 
IPAK 
untuk 
perdesaan 
masing-­‐masing 
naik 
0,05 
poin 
dan 
0,09 
poin. 
Lebih 
rendahnya 
IPAK 
perdesaan 
dapat 
mencerminkan 
kurangnya 
dampak 
internalisasi 
budaya 
anti 
korupsi 
disana 
ketimbang 
di 
perkotaan. 
Kesenjangan 
tersebut 
perlu 
diantisipasi 
sejak 
dini 
supaya 
tidak 
menjadi 
semakin 
lebar.
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 
Sosialisasi 
untuk 
meningkatkan 
pengetahuan 
terkait 
dengan 
perilaku-­‐ 
perilaku 
yang 
termasuk 
dalam 
perilaku 
korupsi 
penting 
untuk 
dilakukan, 
agar 
masyarakat 
perdesaan 
menjadi 
lebih 
memahami/mengetahui 
bahwa 
perilaku 
yang 
sepertinya 
sudah 
biasa 
dilakukan 
di 
masyarakat 
merupakan 
perilaku 
korupsi 
yang 
tidak 
sepatutnya 
dilakukan. 
4.8. 
IPAK 
Menurut 
Zona 
Waktu 
IPAK 
merupakan 
indeks 
dengan 
level 
estimasi 
nasional 
sehingga 
merinci 
nilai 
IPAK 
berdasarkan 
provinsi 
memang 
tidak 
didesain 
dari 
survei 
perilaku 
anti 
korupsi 
(SPAK) 
untuk 
sekarang 
ini. 
Namun, 
sebagai 
upaya 
untuk 
menjelaskan 
IPAK 
berbasis 
lokasi/wilayah, 
maka 
dilakukan 
penghitungan 
IPAK 
menurut 
zona 
waktu 
Gambar 
4.8. 
IPAK 
Indonesia 
Menurut 
Zona 
Waktu, 
2013 
Secara 
umum, 
IPAK 
2013 
lebih 
tinggi 
pada 
zona 
waktu 
Indonesia 
Tengah 
(WITA) 
daripada 
zona 
waktu 
lainnya, 
meski 
perbedaannya 
tidak 
dapat 
dikatakan 
signifikan. 
Berdasarkan 
Gambar 
4.8. 
terlihat 
IPAK 
untuk 
zona 
waktu 
tengah 
(WITA) 
sebesar 
3,76 
cenderung 
lebih 
tinggi 
dibandingkan 
IPAK 
zona 
waktu 
barat 
(WIB) 
sebesar 
3,60 
dan 
IPAK 
zona 
waktu 
timur 
sebesar 
3,71. 
32 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
V. 
INDIKATOR 
TUNGGAL 
SPAK 
2013 
V. 
INDIKATOR 
TUNGGAL 
SPAK 
2013 
5.1. 
Pendapat 
terhadap 
Kebiasaan 
di 
Masyarakat 
Pertanyaan 
didesain 
untuk 
mengatahui 
bagaimana 
pendapat 
atau 
penilaian 
masyarakat 
terhadap 
beberapa 
perilaku/kebiasaan 
yang 
diduga 
merupakan 
akar 
kultural 
berkembangnya 
perilaku 
korupsi. 
Dalam 
tatanan 
sosial 
perilaku/kebiasaan 
baik 
atau 
buruk 
dapat 
membentuk 
sebuah 
kultur 
dalam 
kehidupan 
sehari-­‐hari. 
Dalam 
tatanan 
inilah 
pada 
penetapan 
variabel 
dirancang 
dalam 
tiga 
tingkatan 
yakni 
keluarga, 
komunitas, 
dan 
publik. 
Pendapat 
dan 
penilaian 
merupakan 
awal 
yang 
membentuk 
perilaku 
individu. 
Perilaku 
yang 
dinilai 
adalah 
perilaku 
sehari-­‐hari 
yang 
merupakan 
perilaku 
korupsi 
(everyday 
corruption) 
maupun 
perilaku 
yang 
diduga 
merupakan 
akar 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 33 
kebiasaan 
perilaku 
koruptif. 
Dengan 
kata 
lain, 
semakin 
permisif 
pendapat 
masyarakat 
terhadap 
perilaku 
korupsi 
dapat 
diduga 
menggambarkan 
perilaku 
anti 
korupsi 
individu 
yang 
semakin 
rendah 
dan 
sebaliknya. 
Bagian 
ini 
diukur 
dari 
tiga 
aspek 
(level) 
yaitu 
keluarga, 
komunitas, 
dan 
publik. 
5.1.1. 
Perilaku 
di 
Tingkat 
Keluarga 
Keluarga 
adalah 
level 
yang 
sangat 
penting 
dalam 
kehidupan 
sosial 
setiap 
individu. 
Keluarga 
merupakan 
agen 
sosialisasi 
yang 
memiliki 
peranan 
yang 
sangat 
besar. 
Peranan 
yang 
sangat 
besar 
itu 
didasarkan 
sebuah 
keyakinan 
bahwa 
keluarga 
mempunyai 
fungsi 
yang 
sangat 
penting 
didalam 
menanamkan 
nilai-­‐nilai 
dalam 
proses 
sosialisasi. 
Sosialisasi 
menjadi 
penting 
dalam 
proses 
belajar 
dimana 
anggota 
masyarakat 
mempelajari 
norma-­‐norma 
dan 
nilai-­‐nilai 
yang 
berkembang 
dalam 
masyarakat. 
Berger 
mendefinisikan 
sosialisasi 
sebagai 
proses 
melalui 
mana 
seseorang 
belajar 
menjadi 
seorang 
anggota 
yang 
berpartisipasi 
dalam 
masyarakat 
(Sunarto, 
2004). 
Dalam 
pendidikan 
dan 
budaya 
anti 
korupsi 
posisi 
keluarga 
dipandang 
memiliki 
peran 
yang 
sangat 
penting 
dalam 
mengajarkan 
nilai-­‐nlai 
luhur 
yang 
merupakan 
dasar 
perilaku 
anti 
korupsi. 
Hal 
ini 
sejalan 
dengan 
sembilan 
nilai 
integritas 
yang 
disampaikan 
oleh 
KPK 
(Komisi 
Pemberantasan
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
Korupsi), 
yaitu 
jujur, 
peduli, 
mandiri, 
disiplin, 
tanggung 
jawab, 
kerja 
keras, 
sederhana, 
berani 
dan 
adil. 
Nilai-­‐nilai 
tersebut 
diyakini 
memiliki 
kaitan 
erat 
dengan 
fungsi 
dan 
peran 
keluarga. 
Dalam 
survei 
ini 
di 
level 
keluarga 
terdiri 
dari 
empat 
variabel, 
yaitu: 
1. Pendapat 
tentang 
sikap 
istri 
yang 
menerima 
uang 
pemberian 
suami 
di 
luar 
penghasilan 
suami 
tanpa 
mempertanyakan 
asal 
usul 
uang 
tersebut 
2. Pendapat 
tentang 
pegawai 
negeri 
yang 
bepergian 
bersama 
keluarga 
dengan 
menggunakan 
kendaraan 
dinas 
untuk 
keperluan 
pribadi 
3. Pendapat 
tentang 
perilaku 
orang 
tua 
yang 
mengajak 
anaknya 
dalam 
kampanye 
Pemilu/Pilkada 
demi 
mendapatkan 
uang 
saku 
yang 
lebih 
banyak 
4. Pendapat 
tentang 
seseorang 
mengetahui 
saudaranya 
mengambil 
uang 
orang 
tuanya 
tetapi 
tidak 
melaporkannya 
Gambar 
5.1. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Sikap 
Istri 
yang 
Menerima 
Uang 
Pemberian 
Suami 
di 
Luar 
Penghasilan 
Suami 
Tanpa 
Mempertanyakan 
Asal 
Usul 
Uang 
Tersebut, 
2012-­‐2013 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
1.20 
30.03 
Sangat 
Wajar 
Wajar 
Kurang 
Wajar 
Tidak 
Wajar 
Hasil 
SPAK 
2013 
seperti 
yang 
disajikan 
pada 
Gambar 
5.1 
menunjukkan 
bahwa 
masih 
terdapat 
76,43 
persen 
masyarakat 
menyatakan 
bahwa 
perilaku 
istri 
yang 
menerima 
uang 
pemberian 
suami 
di 
luar 
34 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
19.56 
49.20 
1.07 
22.50 
22.30 
54.13 
2012 
2013 
Tiga 
dari 
empat 
responden 
menganggap 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
seorang 
istri 
menerima 
uang 
yang 
diberikan 
suami 
tanpa 
harus 
mempertanyakan 
asal 
usulnya
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
penghasilan 
suami 
tanpa 
mempertanyakan 
asal 
usul 
uang 
tersebut 
merupakan 
hal 
yang 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar. 
Jika 
dibandingkan 
dengan 
2012 
sebesar 
68,76 
persen 
mengalami 
peningkatan 
sebesar 
7,67 
persen. 
Sedangkan 
masyarakat 
yang 
menyatakan 
perilaku 
tersebut 
merupakan 
hal 
yang 
wajar 
atau 
sangat 
wajar 
sebesar 
31,24 
persen. 
Artinya 
tiga 
dari 
empat 
masyarakat 
menganggap 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
seorang 
istri 
menerima 
uang 
yang 
diberikan 
suami 
tanpa 
harus 
mempertanyakan 
asal 
usulnya. 
Hal 
ini 
cerminan 
perilaku 
yang 
memiliki 
nilai 
integritas 
untuk 
menjadi 
anti 
korupsi. 
Apabila 
berdasarkan 
jenis 
kelamin, 
Tabel 
5.1 
memperlihatkan 
pola 
yang 
sama 
dengan 
tahun 
sebelumnya. 
Pada 
tahun 
2013 
sebanyak 
73,45 
persen 
laki-­‐laki 
menyatakan 
bahwa 
perilaku 
istri 
yang 
menerima 
uang 
pemberian 
suami 
di 
luar 
penghasilan 
suami 
tanpa 
mempertanyakan 
asal 
usul 
uang 
tersebut 
adalah 
hal 
yang 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar. 
Tabel 
5.1. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Sikap 
Istri 
yang 
Menerima 
Uang 
Pemberian 
Suami 
di 
Luar 
Penghasilan 
Suami 
Tanpa 
Mempertanyakan 
Asal 
Usul 
Uang 
Tersebut 
Menurut 
Jenis 
Kelamin, 
2012-­‐2013 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 35 
Pendapat 
2012 
2013 
Laki-­‐Laki 
Perempuan 
Laki-­‐Laki 
Perempuan 
Sangat 
Wajar 
1,34 
1,09 
1,17 
0,99 
Wajar 
32,35 
28,11 
25,39 
20,26 
Kurang 
Wajar 
20,12 
19,10 
23,15 
21,64 
Tidak 
Wajar 
46,19 
51,69 
50,30 
57,11 
Total 
100,00 
100,00 
100,00 
100,00 
Sedangkan 
perempuan 
yang 
menyatakan 
perilaku 
tersebut 
adalah 
hal 
yang 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
lebih 
besar 
yakni 
78,75 
persen. 
Persentase 
perempuan 
yang 
tidak 
permisif 
terkait 
perilaku 
tersebut 
lebih 
tinggi 
daripada 
laki-­‐laki. 
Komposisi 
masyarakat 
yang 
menilai 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
apabila 
seorang 
pegawai 
negeri 
bepergian 
bersama 
keluarga 
dengan 
menggunakan 
kendaraan 
dinas 
untuk 
keperluan 
pribadi 
mencapai 
76,17 
persen 
atau 
naik 
3,13 
persen 
dibandingkan 
tahun 
2012 
(73,04 
persen). 
Jumlah 
ini 
lebih 
besar 
daripada 
persentase 
masyarakat 
yang 
menyatakan
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
perilaku 
tersebut 
sebagai 
hal 
yang 
wajar 
atau 
sangat 
wajar 
sebesar 
23,83 
persen. 
Hampir 
tiga 
perempat 
masyarakat 
tidak 
permisif 
terkait 
perilaku 
ini. 
Gambar 
5.2. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Pegawai 
Negeri 
yang 
Bepergian 
Bersama 
Keluarga 
dengan 
Menggunakan 
Kendaraan 
Dinas 
untuk 
Keperluan 
Pribadi. 
2012–2013 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
2.20 
25.76 
Sangat 
Wajar 
Wajar 
Kurang 
Wajar 
Tidak 
Wajar 
Secara 
umum 
laki-­‐laki 
lebih 
menganggap 
perilaku 
seorang 
pegawai 
negeri 
yang 
bepergian 
bersama 
keluarga 
dengan 
menggunakan 
kendaraan 
dinas 
untuk 
keperluan 
pribadi 
sebagai 
hal 
yang 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
sebesar 
78,54 
persen 
atau 
naik 
3,85 
persen 
dari 
tahun 
2012 
sebesar 
74,69 
persen. 
Sementara 
perempuan 
yang 
menilai 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
sebesar 
74,31 
persen. 
Persentase 
masyarakat 
yang 
tidak 
permisif 
(kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar) 
lebih 
tinggi 
pada 
laki-­‐laki 
daripada 
perempuan. 
Tabel 
5.2. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Pegawai 
Negeri 
yang 
Bepergian 
Bersama 
Keluarga 
dengan 
Menggunakan 
Kendaraan 
Dinas 
untuk 
Keperluan 
Pribadi 
Menurut 
Jenis 
Kelamin, 
2012-­‐2013 
Pendapat 
2012 
2013 
Laki-­‐Laki 
Perempuan 
Laki-­‐Laki 
Perempuan 
Sangat 
Wajar 
1,43 
1,01 
0,38 
0,47 
Wajar 
23,89 
27,32 
21,08 
25,22 
Kurang 
Wajar 
20,47 
20,89 
21,18 
20,00 
Tidak 
Wajar 
54,22 
50,78 
57,36 
54,31 
Total 
100,00 
100,00 
100,00 
100,00 
36 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
20.70 
52.34 
0.43 
23.41 
20.52 
55.65 
2012 
2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
Berdasarkan 
Gambar 
5.3 
terlihat 
pada 
tahun 
2013, 
sebesar 
82,70 
persen 
masyarakat 
menyatakan 
bahwa 
perilaku 
orang 
tua 
mengajak 
anaknya 
dalam 
kampanye 
Pemilu/Pilkada 
demi 
mendapatkan 
uang 
saku 
yang 
lebih 
banyak 
merupakan 
hal 
yang 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar. 
Angka 
ini 
mengalami 
peningkatan 
tipis 
sebesar 
2,48 
persen 
dibandingkan 
dengan 
tahun 
2012 
sebesar 
80,22 
persen 
Sedangkan 
masyarakat 
yang 
menyatakan 
perilaku 
tersebut 
merupakan 
hal 
yang 
wajar 
atau 
sangat 
wajar 
sebesar 
17,30 
persen. 
Gambar 
5.3. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Orang 
Tua 
yang 
Mengajak 
Anaknya 
dalam 
Kampanye 
Pemilu/Pilkada 
Demi 
Mendapatkan 
Uang 
Saku 
yang 
Lebih 
Banyak, 
2012–2013 
70 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
2.04 
18.74 
18.37 
61.85 
0.45 
16.85 
19.37 
63.33 
Meski 
lebih 
dari 
tiga 
perempat 
masyarakat 
menganggap 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
perilaku 
orang 
tua 
mengajak 
anaknya 
dalam 
kampanye 
Pemilu/Pilkada 
demi 
mendapatkan 
uang 
saku 
yang 
lebih 
banyak, 
ternyata 
masih 
ada 
masyarakat 
yang 
menyatakan 
sebaliknya. 
Hal 
ini 
merupakan 
tantangan 
untuk 
mendorong 
masyarakat 
memiliki 
nol 
toleransi 
(zero 
tolerance) 
terhadap 
perilaku 
yang 
tidak 
hanya 
jelas 
sebagai 
perilaku 
korupsi 
namun 
juga 
perilaku 
yang 
dapat 
dikategorikan 
sebagai 
akar 
dari 
perilaku 
korupsi. 
Apabila 
dilihat 
berdasarkan 
wilayah, 
dari 
Tabel 
5.3 
nampak 
pada 
2013 
persentase 
masyarakat 
yang 
berdomisili 
di 
wilayah 
perkotaan 
lebih 
tinggi 
menyatakan 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
dibanding 
masyarakat 
di 
perdesaan. 
Sekitar 
84,92 
persen 
masyarakat 
di 
perkotaan 
mengatakan 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
apabila 
ada 
orang 
tua 
yang 
mengajak 
anaknya 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 37 
0 
Sangat 
Wajar 
Wajar 
Kurang 
Wajar 
Tidak 
Wajar 
2012 
2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
dalam 
kampanye 
Pemilu/Pilkada 
demi 
mendapatkan 
uang 
saku 
yang 
lebih 
banyak 
Sedangkan 
masyarakat 
yang 
berdomisili 
di 
wilayah 
pedesaan 
yang 
menyatakan 
perilaku 
tersebut 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
sebesar 
80,69 
persen 
Tabel 
5.3. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Perilaku 
Orang 
Tua 
yang 
Mengajak 
Anaknya 
dalam 
Kampanye 
Pemilu/Pilkada 
Demi 
Mendapatkan 
Uang 
Saku 
yang 
Lebih 
Banyak 
Menurut 
Wilayah 
Domisili, 
2012-­‐2013 
Pendapat 
2012 
2013 
Perkotaan 
Perdesaan 
Perkotaan 
Perdesaan 
Sangat 
Wajar 
0,72 
1,33 
0,27 
0,62 
Wajar 
15,47 
21,69 
14,81 
18,69 
Kurang 
Wajar 
17,83 
18,85 
17,36 
21,17 
Tidak 
Wajar 
65,97 
58,13 
67,56 
59,52 
Total 
100,00 
100,00 
100,00 
100,00 
Perilaku 
korupsi 
secara 
umum 
dapat 
diduga 
disebabkan 
dari 
perilaku 
kecil 
yang 
mencerminkan 
ketidakjujuran 
mulai 
dari 
level 
yang 
paling 
awal 
yakni 
keluarga. 
Kejujuran 
merupakan 
salah 
satu 
nilai 
intergritas 
KPK 
yang 
dianggap 
sebagai 
salah 
satu 
cara 
untuk 
melawan 
sikap 
permisif 
terhadap 
perilaku 
korupsi. 
Gambar 
5.4. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Seseorang 
yang 
Mengetahui 
Saudaranya 
Mengambil 
Uang 
Orang 
Tuanya 
tetapi 
Tidak 
Melaporkannya, 
2012–2013 
90 
80 
70 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
2.15 
4.74 
Sangat 
Wajar 
Wajar 
Kurang 
Wajar 
Tidak 
Wajar 
38 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
15.15 
79.97 
0.07 
3.37 
14.19 
82.37 
2012 
2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
Komposisi 
masyarakat 
yang 
menilai 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
tentang 
perilaku 
seseorang 
mengetahui 
saudaranya 
mengambil 
uang 
orang 
tuanya 
dan 
tidak 
melaporkannya 
relatif 
besar 
mencapai 
96,56 
persen. 
Apabila 
dibandingkan 
dengan 
tahun 
2012, 
angka 
ini 
mengalami 
peningkatan 
tipis 
sebesar 
1,44 
persen. 
Sedangkan, 
persentase 
masyarakat 
yang 
menilai 
wajar 
atau 
sangat 
wajar 
relatif 
jauh 
lebih 
kecil 
sebesar 
3,44 
persen 
dari 
keseluruhan 
masyarakat. 
Gambaran 
yang 
serupa 
juga 
secara 
umum 
ditemukan 
baik 
pada 
laki-­‐ 
laki 
maupun 
perempuan, 
dimana 
mayoritas 
responden 
cenderung 
tidak 
permisif. 
Seperti 
yang 
disajikan 
pada 
Tabel 
5.4 
terlihat 
pada 
tahun 
2013 
perempuan 
yang 
berpendapat 
tentang 
perilaku 
seseorang 
yang 
mengetahui 
saudaranya 
mengambil 
uang 
orang 
tuanya 
dan 
tidak 
melaporkannya 
merupakan 
hal 
yang 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
sebesar 
96,66 
persen 
jauh 
lebih 
besar 
daripada 
yang 
menyatakan 
wajar 
atau 
sangat 
wajar 
sebesar 
3,34 
persen. 
Senada 
dengan 
penjelasan 
tersebut, 
pada 
tahun 
2013 
laki-­‐laki 
yang 
menyatakan 
kurang 
wajar 
atau 
tidak 
wajar 
sebesar 
96,44 
persen 
atau 
naik 
1,50 
persen 
dibandingkan 
tahun 
2012 
sebesar 
94,94 
persen. 
Angka 
tersebut 
juga 
jauh 
lebih 
besar 
daripada 
yang 
menyatakan 
wajar 
atau 
sangat 
wajar 
sebesar 
3,56 
persen. 
Tidak 
ada 
perbedaan 
pendapat 
yang 
signifikan 
antara 
laki-­‐laki 
dan 
perempuan 
terkait 
perilaku 
tersebut. 
Tabel 
5.4. 
Perkembangan 
Persentase 
Pendapat 
Masyarakat 
tentang 
Seseorang 
yang 
Mengetahui 
Saudaranya 
Mengambil 
Uang 
Orang 
Tuanya 
Tetapi 
Tidak 
Melaporkannya 
Menurut 
Jenis 
Kelamin, 
2012-­‐2013 
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 39 
Pendapat 
2012 
2013 
Laki-­‐Laki 
Perempuan 
Laki-­‐Laki 
Perempuan 
Sangat 
Wajar 
0,20 
0,11 
0,13 
0,02 
Wajar 
4,86 
4,63 
3,43 
3,32 
Kurang 
Wajar 
15,97 
14,47 
14,31 
14,10 
Tidak 
Wajar 
78,97 
80,79 
82,13 
82,56 
Total 
100,00 
100,00 
100,00 
100,00
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 
5.1.2. 
Perilaku 
di 
Tingkat 
Komunitas 
Dalam 
setiap 
masyarakat 
desakan 
untuk 
melakukan 
perilaku 
korupsi 
bisa 
disebabkan 
karena 
banyak 
faktor, 
diantaranya 
faktor 
kultural 
dan 
struktural. 
Pada 
masyarakat 
patrimonial 
seperti 
Indonesia, 
faktor 
kultural 
yang 
mendorong 
timbulnya 
korupsi 
bisa 
karena 
adanya 
nilai 
atau 
kebiasaan, 
tradisi 
pemberian 
hadiah, 
oleh-­‐oleh 
atau 
semacam 
itu 
kepada 
tokoh 
informal 
maupun 
tokoh 
formal 
dalam 
sebuah 
komunitas. 
Budaya 
upeti 
sebagai 
bentuk 
pemenuhan 
kewajiban 
oleh 
kawula 
kepada 
gustinya 
sudah 
lama 
tertanam 
sejak 
jaman 
kerajaan 
di 
Indonesia. 
Dengan 
kata 
lain, 
aliran 
kekayaan 
(wealth 
flow) 
40 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 
yang 
berasal 
dari 
golongan 
masyarakat 
yang 
memiliki 
status 
sosial 
lebih 
rendah 
kepada 
golongan 
masyarakat 
berstatus 
sosial 
lebih 
tinggi 
sudah 
terinternalisasi 
sejak 
lama. 
Interclass 
wealth 
flow 
tersebut 
meskipun 
tidak 
dapat 
serta 
merta 
dikategorikan 
sebagai 
perilaku 
korupsi, 
namun 
diyakini 
kuat 
merupakan 
sebuah 
akar 
kultural 
perilaku 
korupsi. 
Faktor 
kultural 
yang 
sudah 
terjadi 
sejak 
lama 
seperti 
itu 
diduga 
sebagai 
salah 
satu 
faktor 
yang 
mempengaruhi 
internalisasi 
budaya 
yang 
cenderung 
koruptif. 
Pada 
level 
komunitas 
terdiri 
dari 
empat 
variabel 
yang 
dikaji., 
yaitu: 
• Pendapat 
tentang 
perilaku 
seseorang 
yang 
memberi 
uang/barang 
kepada 
tokoh 
informal 
(adat/agama/masyarakat) 
ketika 
suatu 
keluarga 
melaksanakan 
hajatan 
(pernikahan, 
khitanan, 
kematian) 
• Pendapat 
tentang 
perilaku 
seseorang 
yang 
memberi 
uang/barang 
kepada 
tokoh 
informal 
(adat/agama/masyarakat) 
ketika 
menjelang 
hari 
raya 
keagamaan. 
• Pendapat 
tentang 
perilaku 
seseorang 
yang 
memberi 
uang/barang 
kepada 
tokoh 
formal 
(ketua 
RT/RW/Kades/Lurah) 
ketika 
suatu 
keluarga 
melaksanakan 
hajatan 
(pernikahan, 
khitanan, 
kematian) 
• Pendapat 
tentang 
perilaku 
seseorang 
yang 
memberi 
uang/barang 
kepada 
tokoh 
formal 
(ketua 
RT/RW/Kades/Lurah) 
ketika 
menjelang 
hari 
raya 
keagamaan 
Secara 
umum, 
mayoritas 
masyarakat 
menyatakan 
bahwa 
perilaku 
seseorang 
yang 
memberi 
uang/barang 
kepada 
tokoh 
informal 
(tokoh 
adat/ 
agama/masyarakat) 
ketika 
suatu 
keluarga 
melaksanakan 
hajatan 
(pernikahan, 
khitanan, 
kematian) 
merupakan 
hal 
yang 
wajar/sangat 
wajar.
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013
Buku ipak bps2013

Mais conteúdo relacionado

Destaque (11)

pidato
pidatopidato
pidato
 
Paparan ketua tim pkk teladan tahun 2012
Paparan ketua tim pkk teladan tahun 2012Paparan ketua tim pkk teladan tahun 2012
Paparan ketua tim pkk teladan tahun 2012
 
Administrasi umum dan keuangan pkk
Administrasi umum dan keuangan pkkAdministrasi umum dan keuangan pkk
Administrasi umum dan keuangan pkk
 
Penatausahaan keuangan Desa
Penatausahaan keuangan DesaPenatausahaan keuangan Desa
Penatausahaan keuangan Desa
 
Pedoman administrasi desa
Pedoman administrasi desaPedoman administrasi desa
Pedoman administrasi desa
 
Administrasi desa
Administrasi desaAdministrasi desa
Administrasi desa
 
Tugas pokok-dan-fungsi-pemerintah-desa
Tugas pokok-dan-fungsi-pemerintah-desaTugas pokok-dan-fungsi-pemerintah-desa
Tugas pokok-dan-fungsi-pemerintah-desa
 
Pemerintahan desa
Pemerintahan desaPemerintahan desa
Pemerintahan desa
 
Powerpoint desa
Powerpoint desaPowerpoint desa
Powerpoint desa
 
Presentasi uu desa versi terbaru
Presentasi uu desa versi terbaruPresentasi uu desa versi terbaru
Presentasi uu desa versi terbaru
 
Soal tertulis Ujian Perangkat Desa
Soal tertulis Ujian Perangkat DesaSoal tertulis Ujian Perangkat Desa
Soal tertulis Ujian Perangkat Desa
 

Semelhante a Buku ipak bps2013

Semelhante a Buku ipak bps2013 (20)

Stranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_diani
Stranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_dianiStranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_diani
Stranas ppk ac forum ipk_iph_aksi2014_diani
 
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2017
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2017Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2017
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2017
 
Desain Pencegahan Korupsi di Indonesia
Desain Pencegahan Korupsi di IndonesiaDesain Pencegahan Korupsi di Indonesia
Desain Pencegahan Korupsi di Indonesia
 
Tri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdf
Tri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdfTri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdf
Tri (3) Strategi Pemberantasan Korupsi di Era Digitalisasi.pdf
 
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsimateri dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
 
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti KorupsiSolusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
Solusi Pencegahan korupsi : Formula Vaksin Anti Korupsi
 
Tujuan Global SDGS Ke-16
Tujuan Global SDGS Ke-16Tujuan Global SDGS Ke-16
Tujuan Global SDGS Ke-16
 
804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf
 
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
Analisis Parameter Kependuduk Prov. Papua Tahun 2015
 
(PPT) PEMBENTUKAN KAMPUNG ANTI POLITIK UANG DAN HOAKS-1.pptx
(PPT) PEMBENTUKAN KAMPUNG ANTI POLITIK UANG DAN HOAKS-1.pptx(PPT) PEMBENTUKAN KAMPUNG ANTI POLITIK UANG DAN HOAKS-1.pptx
(PPT) PEMBENTUKAN KAMPUNG ANTI POLITIK UANG DAN HOAKS-1.pptx
 
POLITIK BERINTEGRITAS.pdf
POLITIK BERINTEGRITAS.pdfPOLITIK BERINTEGRITAS.pdf
POLITIK BERINTEGRITAS.pdf
 
Peran Kampus dalam Pemberantasan Korupsi
Peran Kampus dalam Pemberantasan KorupsiPeran Kampus dalam Pemberantasan Korupsi
Peran Kampus dalam Pemberantasan Korupsi
 
POLITIK BERINTEGRITAS.pdf
POLITIK BERINTEGRITAS.pdfPOLITIK BERINTEGRITAS.pdf
POLITIK BERINTEGRITAS.pdf
 
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SULAWESI BARAT DALAM PERSPEKTIF ANTI KORUPSI
 
Ipkm
IpkmIpkm
Ipkm
 
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
 
PENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATAN
PENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATANPENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATAN
PENCEGAHAN KORUPSI PROVINSI SULAWESI SELATAN
 
Fact sheet-hal3-STRANAS PPK
Fact sheet-hal3-STRANAS PPKFact sheet-hal3-STRANAS PPK
Fact sheet-hal3-STRANAS PPK
 
Bonus Demografi (ironi negeri)
Bonus Demografi (ironi negeri)Bonus Demografi (ironi negeri)
Bonus Demografi (ironi negeri)
 
Sosialisasi Sasaran Agenda Pembangunan Nasional
Sosialisasi Sasaran Agenda Pembangunan NasionalSosialisasi Sasaran Agenda Pembangunan Nasional
Sosialisasi Sasaran Agenda Pembangunan Nasional
 

Mais de Indonesia Anti Corruption Forum

Mais de Indonesia Anti Corruption Forum (20)

Korupsi korporasi
Korupsi korporasiKorupsi korporasi
Korupsi korporasi
 
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPI
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPIIACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPI
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ by IAPI
 
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJIACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ
IACF-GTC; Menutup Ruang Korupsi PBJ
 
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
Notulensi hasil PSC INDA 03 Anti Corruption, Bappenas, 1 Sept. 2014
 
Reformasi Regulasi di Korea
Reformasi Regulasi di KoreaReformasi Regulasi di Korea
Reformasi Regulasi di Korea
 
E book-uncac-gap-analysis-3
E book-uncac-gap-analysis-3E book-uncac-gap-analysis-3
E book-uncac-gap-analysis-3
 
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tUu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
Uu nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan t
 
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antikoUu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko
Uu nomor 7 tahun 2006 tentang pengesahan konvensi pbb antiko
 
Uu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
Uu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publikUu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
Uu nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik
 
Uu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
Uu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankanUu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
Uu nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
 
Uncac indonesia
Uncac indonesiaUncac indonesia
Uncac indonesia
 
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsiUu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
Uu nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi
 
Se no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umum
Se no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umumSe no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umum
Se no 9 12 dpnp tentang pelaksanaan gcg bagi bank umum
 
Uu nomor 15 tahun 2002 tentang tppu
Uu nomor 15 tahun 2002 tentang tppuUu nomor 15 tahun 2002 tentang tppu
Uu nomor 15 tahun 2002 tentang tppu
 
Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011
Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011
Peraturan presiden nomor 35 tahun 2011
 
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcgPbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
 
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegahaInstruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
Instruksi presiden nomor 1 tahun 2013 tentang aksi pencegaha
 
Uu nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesia
Uu nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesiaUu nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesia
Uu nomor 23 tahun 1999 tentang bank indonesia
 
Uu nomor 25 tahun 2003 tentang pencucian uang
Uu nomor 25 tahun 2003 tentang pencucian uangUu nomor 25 tahun 2003 tentang pencucian uang
Uu nomor 25 tahun 2003 tentang pencucian uang
 
Uu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak p
Uu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pUu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak p
Uu nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak p
 

Último

Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
InnesKana26
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
ritch4
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
buktifisikskp23
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
sonyaawitan
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
DIGGIVIO2
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
IniiiHeru
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
TaufikTito
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953
 

Último (20)

materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSSMenganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
 
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
Materi Pajak Untuk Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
 
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptxPPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
 
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase FDigital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
 

Buku ipak bps2013

  • 1. KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Kerjasama Katalog BPS : 4407001 Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional dengan Badan Pusat Statistik INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
  • 2. KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2013 ISBN : 978-­‐979-­‐064-­‐608-­‐7 Nomor Publikasi : 04330.1301 Katalog BPS : 4407001 Ukuran Buku : 17 x 24 cm Jumlah Halaman : xxi +105 Naskah: Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Penyunting : Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Gambar Kulit: Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik, Jakarta-­‐Indonesia Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya ii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 3. KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Pemberantasan korupsi menjadi salah satu fokus utama pemerintah Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, baik yang berupa pencegahan maupun pemberantasan. Dalam rangka mempercepat upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka menengah tahun 2012-­‐2014 dan jangka panjang tahun 2012-­‐2025. Visi dan Misi Stranas PPK tersebut diturunkan ke dalam enam strategi, yakni: (1) melaksanakan upaya-­‐upaya pencegahan; (2) melaksanakan langkah-­‐langkah strategis di bidang penegakan hukum; (3) melaksanakan upaya-­‐upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang-­‐undangan di bidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lain; (4) melaksanakan kerjasama internasional dan penyelamatan aset hasil tipikor; (5) meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi; dan (6) meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya pemberantasan korupsi. Presiden RI menugaskan Badan Pusat Statistik (BPS) secara eksplisit untuk mengukur indikator pada strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi. Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi. Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan dukungan data hasil survei, termasuk publikasi yang dapat memberikan gambaran tentang perilaku anti korupsi. Hasil survei diharapkan dapat memberikan peta permasalahan dan petunjuk arah bagi penyusunan program transformasi budaya dari yang permisif ke anti korupsi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, BPS bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyelenggarakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013. SPAK 2013 merupakan kelanjutan dari survei baseline yang telah dilaksanakan pada tahun 2012. Semoga laporan hasil survei ini bermanfaat bagi pemerintah, khususnya untuk menyusun perencanaan kebijakan meningkatkan upaya pendidikan INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 iii
  • 4. KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK dan budaya anti korupsi dan juga untuk masyarakat penggiat anti korupsi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa meridhai kita semua. iv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 Jakarta, Januari 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Dr. Suryamin, M.Sc
  • 5. KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 v
  • 6. KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS vi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 7. RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Perpres No. 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK), menugaskan BPS untuk melaksanakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013. Survei ini dilakukan antara 1-­‐15 November 2013 di 33 provinsi, 170 kabupaten/kota (49 kota dan 121 kabupaten) dengan sampel 10.000 rumah tangga (response rates: 90,3 persen). Survei yang merupakan kelanjutan dari survei baseline yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 ini mengukur tingkat permisifitas masyarakat Indonesia terhadap perilaku korupsi. Laporan ini menyajikan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan berbagai indikator tunggal yang menggambarkan perilaku anti korupsi. Indikator tunggal yang dikumpulkan mencakup pengetahuan, pendapat dan pengalaman terhadap kebiasaan di masyarakat berhubungan dengan layanan publik dalam hal perilaku penyuapan (bribery), pemerasan INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 vii (extortion), dan nepotisme (nepotism). Berdasarkan penghitungan indeks komposit, IPAK Indonesia 2013 sebesar 3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan dengan IPAK 2012 sebesar 3,55. Meski demikian kenaikan ini belum merubah kategori indeks, karena masih dalam kategori yang sama yakni anti korupsi. (catatan: nilai indeks 0–1,25 sangat permisif terhadap korupsi, 1,26–2,50 permisif, 2,51–3,75 anti korupsi, 3,76–5,00 sangat anti korupsi). Laporan ini juga memperlihatkan IPAK 2013 untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi sebesar 3,71 dibanding di wilayah perdesaan sebesar 3,55. Kemudian, IPAK 2013 lebih tinggi pada penduduk usia kurang dari 60 tahun dibanding penduduk usia 60 tahun ke atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60 tahun ke atas sebesar 3,55. Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi IPAK. IPAK 2013 untuk responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,55, SLTA sebesar 3,82 dan di atas SLTA sebesar 3,94. Berdasarkan indikator tunggal terlihat walau masih ada sebagian masyarakat yang menyatakan permisif terhadap penyuapan, pemerasan dan nepostime tetapi masih lebih besar persentase masyarakat yang tidak permisif.
  • 8. RINGKASAN EKSEKUTIF viii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 9. DAFTAR DAFTAR ISI ISI INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK ................................ iii KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS ............................... v RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xxiii I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1 1.2. Maksud dan Tujuan ....................................................................................................... 2 1.3. Ruang Lingkup ................................................................................................................. 2 1.4. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 2 II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI ........................................................ 5 2.1. Metodologi Survei .......................................................................................................... 5 2.1.1. Kerangka Sampel ............................................................................................... 5 2.1.2. Desain Sampel ..................................................................................................... 5 2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel ......................................................................... 6 2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel Rumah Tangga .................................................................................... 6 2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga .............................................................. 7 2.1.6. Penggantian Sampel .......................................................................................... 7 2.1.7. Teknik Estimasi .................................................................................................. 8 2.2. Metodologi Perhitungan Indeks ........................................................................... 10 2.3. Konsep dan Definisi ................................................................................................... 12 III. PROFIL RESPONDEN ................................................................................ 15 3.1. Response Rate Pencacahan ..................................................................................... 15
  • 10. DAFTAR ISI 3.2. Profil Demografis Responden ............................................................................... 17 3.3. Tingkat Pendidikan Responden ........................................................................... 19 3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden ....................................................................... 20 3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden .................................................... 21 3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden ...................... 22 IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI ........................................................... 25 4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin .................................................................................. 26 4.2. IPAK Menurut Umur .................................................................................................. 27 4.3. IPAK Menurut Pendidikan ....................................................................................... 28 4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga ......................................... 29 4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga ................................... 30 4.7. IPAK Menurut Urban -­‐ Rural .................................................................................. 31 4.8. IPAK Menurut Zona Waktu ..................................................................................... 32 V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 ............................................................ 33 5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat ................................................ 33 5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga ..................................................................... 33 5.1.2. Perilaku di Tingkat Komunitas .................................................................. 40 5.1.3. Perilaku di Tingkat Publik ........................................................................... 46 5.2. Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik .................................... 64 5.2.1. Akses terhadap Pelayanan Publik ............................................................ 65 5.2.2. Pengetahuan Masyarakat akan Prosedur dan Biaya yang Berlaku ................................................................................................................ 68 5.2.3. Pengalaman Membayar Melebihi Ketentuan ...................................... 69 5.2.4. Waktu Pembayaran yang Melebihi Ketentuan ................................... 72 5.2.5. Bentuk Pembayaran yang Melebihi Ketentuan .................................. 73 5.2.6. Penyebab Pembayaran Melebihi Ketentuan ....................................... 74 5.2.7. Pola Tanggapan Ketika Diminta Membayar Melebihi Ketentuan ........................................................................................................... 75 5.2.8. Alasan Pembayaran Melebihi Ketentuan .............................................. 76 5.2.9. Pelaporan Kejadian ........................................................................................ 77 5.3. Pengalaman Mendapatkan Tawaran/Permintaan Tertentu .................... 78 x INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 11. DAFTAR ISI 5.4. Pengetahuan/Pemahaman tentang Perilaku Korupsi ................................ 81 5.5. Media Sosialisasi Pengetahuan Anti Korupsi .................................................. 85 VI. REKOMENDASI ........................................................................................ 89 LAMPIRAN .................................................................................................... 93 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xi
  • 12. DAFTAR ISI xii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 13. DAFTAR DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus ........................................................................................................... 6 Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 -­‐ 2016 ................................... 7 Tabel 3.1. Persentase Response Rate dan Non Response Rate Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 ........................................................ 16 Tabel 3.2. Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis Kelamin, 2013 .............................................. 17 Tabel 3.3. Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ......................................................................... 18 Tabel 3.4. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 .................................................... 20 Tabel 3.5. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 .................................................................................................. 21 Tabel 3.6. Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 .............................................................................. 22 Tabel 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut Menurut Jenis Kelamin, 2012-­‐2013 ........................ 35 Tabel 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi Menurut Jenis Kelamin, 2012-­‐2013 ........................................................ 36 Tabel 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak Menurut Wilayah Domisili, 2012-­‐2013 ........ 38 Tabel 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya Tetapi Tidak Melaporkannya Menurut Jenis Kelamin, 2012-­‐2013 ...................................................................................... 39 Tabel 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah, 2012-­‐2013 .................................................................... 42 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xiii
  • 14. DAFTAR TABEL Tabel 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi Uang/Barang Kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah. 2012-­‐ 2013 ...................................................................................................................... 43 Tabel 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah, 2012-­‐2013 ................................................ 44 Tabel 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah. 2012-­‐2013 ...................................................................................... 46 Tabel 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah, 2012-­‐2013 ................ 48 Tabel 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah. 2012-­‐2013 ................................................ 50 Tabel 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP Dan KK) Menurut Domisili Wilayah. 2012-­‐2013 .............................. 51 Tabel 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Polisi untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK Menurut Domisili Wilayah, 2012-­‐2013 ................................................ 52 Tabel 5.13. Perkembangan Persentasae Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada Polisi Menurut Domisili Wilayah, 2012-­‐2013 .................................... 54 Tabel 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah Menurut Domisili Wilayah, 2012-­‐2013 ................................................................... 55 Tabel 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya Mengajar Menurut Jenis Kelamin, 2012-­‐2013 ................................... 57 xiv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 15. DAFTAR TABEL Tabel 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/Penerimaan Rapor Menurut Jenis Kelamin, 2012-­‐2013 ........................................................ 58 Tabel 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut Menurut Jenis Kelamin. 2012-­‐2013 ........................................................ 59 Tabel 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya pada Saat Jam Kerja Menurut Domisili Wilayah. 2012-­‐2013 ........................... 60 Tabel 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-­‐2013 ................................................ 62 Tabel 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-­‐2013 ...................................................................................... 63 Tabel 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Selama Setahun Terakhir, 2012-­‐ 2013 ...................................................................................................................... 66 Tabel 5.22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku .................................................................. 69 Tabel 5.23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan ............................................ 70 Tabel 5.24. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Tidak Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Alasan, 2012-­‐ 2013 ...................................................................................................................... 71 Tabel 5.25. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Waktu Pembayaran ......................... 72 Tabel 5.26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xv
  • 16. DAFTAR TABEL Melebihi Ketentuan menurut Bentuk Pengeluaran yang Dilakukan, 2012-­‐2013 .................................................................................. 73 Tabel 5.27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Cara Mengetahui Bahwa Harus Membayar Lebih ................................................................................ 74 Tabel 5.28. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Diminta oleh Petugas/Pihak Ketiga menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan ................................................................................ 76 Tabel 5.29. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Tujuan, 2012-­‐2013 ........................... 77 Tabel 5.30. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan dan Tidak Melaporkan, 2012-­‐2013 ................................. 78 Tabel 5.31. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu Selama Setahun Terakhir .................................... 79 Tabel 5.32. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu Selama Setahun Terakhir menurut Tanggapannya, 2012-­‐2013 ......................................................................... 80 Tabel 5.33. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi ............................................................................................. 82 Tabel 5.34. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Tidak Tahu dan Bukan Perilaku Korupsi ............................................. 83 Tabel 5.35. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 .......... 84 xvi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 17. DAFTAR DAFTAR GAMBAR GAMBAR INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xvii DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Persentase Non-­‐Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya ........ 15 Gambar 3.2. Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 2013 .............................................................................................. 19 Gambar 3.3. Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan, 2013 .............................................................................. 23 Gambar 4.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013 ............................................................................. 26 Gambar 4.2. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 2012–2013 .................................................................................................... 27 Gambar 4.3. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 2012-­‐2013 ..................................................................................................... 28 Gambar 4.4. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012-­‐2013 ............................................................................... 29 Gambar 4.5. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga, 2012–2013 ................................... 29 Gambar 4.6. IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (dalam jutaan rupiah), 2013 .............................. 30 Gambar 4.7. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 ................................................................................. 31 Gambar 4.8. IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013 ................................. 32 Gambar 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2012-­‐2013 .......... 34 Gambar 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi. 2012–2013 ............................................................ 36 Gambar 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak, 2012–2013 ................................... 37
  • 18. DAFTAR GAMBAR Gambar 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya tetapi Tidak Melaporkannya, 2012–2013 ................................................................. 38 Gambar 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/ Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) 2012–2013 ............................................................................. 41 Gambar 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian), 2012–2013 ............................................................................ 42 Gambar 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013 .................................................................................................... 44 Gambar 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013 .......................................................................... 45 Gambar 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013 ................................................ 47 Gambar 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013 .................................................................................................... 49 Gambar 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP dan KK), 2012–2013 ................................................................................. 50 Gambar 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih Kepada Polisi Untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK, 2012–2013 .................................................................................................... 52 xviii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 19. DAFTAR GAMBAR Gambar 5.13. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada Polisi, 2012-­‐2013 ....................................................................................... 53 Gambar 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah, 2012– 2013 ................................................................................................................. 55 Gambar 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya Mengajar, 2012–2013 .............................................................................. 56 Gambar 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/ Penerimaan Rapor, 2012–2013 .................................................................................................... 57 Gambar 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut, 2012–2013 ............................................................................... 59 Gambar 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya Pada Saat Jam Kerja, 2012–2013 .................................................................... 60 Gambar 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013 ............................................ 61 Gambar 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013 .................. 63 Gambar 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik, 2012-­‐2013 ............... 67 Gambar 5.22. Diagram Alur Pertanyaan Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik ........................................................................... 68 Gambar 5.23. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Sumber, 2012–2013 .............................................................. 85 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xix
  • 20. DAFTAR GAMBAR Gambar 5.24. Persentase Sumber Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013 ................................................................................. 86 Gambar 5.25. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Jenis Media, 2012–2013 ....................................................... 87 Gambar 5.26. Persentase Jenis Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013 .................................................................................................... 88 xx INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 21. DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner SPAK13.K ................................................................................... 93 Lampiran 2 : Foto-­‐Foto Workshop Instruktur Nasional ......................................... 99 Lampiran 4 : Foto-­‐Foto Pencacahan ............................................................................. 102
  • 22. DAFTAR LAMPIRAN xxii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 23. DAFTAR SINGKATAN DAFTAR SINGKATAN — SPAK : Survei Perilaku Anti Korupsi — IPAK : Indeks Perilaku Anti Korupsi — PBAK : Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi — Stranas PPK : Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxiii Korupsi — EFA : Explanatory Factor Analysis — PCA : Principal Component Analysis — KRT : Kepala Rumah Tangga — ART : Anggota Rumah Tangga — RT : Rukun Tetangga — RW : Rukun Warga — KK : Kartu Keluarga — KTP : Kartu Tanda Pengenal — KUA : Kantor Urusan Agama — Pilkades : Pemilihan Kepala Desa — Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah — Pemilu : Pemilihan Umum DAFTAR SINGKATAN
  • 24. DAFTAR SINGKATAN xxiv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 25. I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 1 1.1. Latar Belakang Korupsi merupakan masalah semua negara di dunia, terutama terkait korupsi di lembaga eksekutif, legislatif, dan lembaga publik lainnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang juga sedang mengalami masalah terkait perilaku korupsi yang cenderung terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Korupsi di kalangan pemerintahan telah tumbuh secara vertikal dan horisontal ke daerah-­‐daerah. Korupsi di Indonesia sudah semakin meluas, tidak hanya terjadi di kalangan penyelenggara pemerintahan, pejabat publik, wakil rakyat saja tetapi sudah menyebar ke masyarakat bawah. Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi. Dalam rangka mempercepat upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka panjang tahun 2012-­‐2025 dan jangka menengah tahun 2012-­‐2014. Presiden RI menugaskan BPS secara eksplisit untuk mengukur indikator pada strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi. Strategi ini diukur dengan melaksanakan Survei Perilaku Anti Korupsi. Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi. Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan sebuah survei yang dapat memberikan gambaran tentang pendapat-­‐pendapat yang berkembang di masyarakat terkait dengan korupsi. Hasil survei diharapkan dapat memberikan peta bagi penyusunan program-­‐program yang dapat meningkatkan imunitas masyarakat terhadap praktek-­‐praktek koruptif, dan peran aktif mereka dalam mendukung tercapainya kondisi tersebut.
  • 26. I. PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Pusat Statistik menyelenggarakan kegiatan dalam bentuk Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 yang merupakan kelanjutan dari survei yang sama pada tahun 2012. 1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan publikasi ini secara umum dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara lengkap mengenai situasi dan kondisi perilaku anti korupsi masyarakat terkini dilihat dari pendapat, pengetahuan, perilaku, dan pengalaman individu terkait perilaku anti korupsi di Indonesia. Secara khusus, penyusunan publikasi ini juga ditujukan untuk memperoleh gambaran secara lengkap mengenai sejauhmana budaya 2 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 zero tolerance terhadap perilaku korupsi terinternalisasi dalam setiap individu khususnya terkait dengan strategi kelima STRANAS PPK yakni pendidikan dan budaya anti korupsi. 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan SPAK 2013 ini dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia yang tersebar di 170 Kabupaten/Kota (49 kota dan 121 kabupaten) dan di 33 provinsi. Jumlah sampel seluruhnya sebanyak 10.000 rumah tangga. Analisis dan kajian mengenai perilaku anti korupsi penduduk Indonesia dalam publikasi ini secara keseluruhan hanya dilakukan untuk level nasional. 1.4. Sistematika Penulisan Publikasi ini disajikan dalam empat bagian (bab) yang disusun secara sistematis. Bab 1 (Pendahuluan) berisi penjelasan rinci tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Bab 2 (Metodologi) menjelaskan tentang metodologi termasuk metodologi sampling dan konsep/definisi yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini. Bagian berikutnya atau Bab 3 menyajikan profil responden berdasarkan berbagai struktur mulai dari pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah tangga. Kemudian, Bab 4 menyajikan hasil Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 2013 dibandingkan dengan IPAK 2012. Bab 5 menyajikan data indikator
  • 27. I. PENDAHULUAN tunggal mengenai penilaian terhadap perilaku penduduk Indonesia dilihat dari tiga aspek yakni kebiasaan di tingkat keluarga, komunitas, dan publik. Analisis dilanjutkan dengan pembahasan mengenai pengalaman masyarakat berhubungan dengan pelayanan publik dilihat dari aspek perilaku korupsi dan anti korupsi yang terjadi. Kemudian bagian berikutnya menyajikan pengetahuan terkait perilaku korupsi dan anti korupsi penduduk Indonesia. Bab 6 menyajikan rekomendasi terkait dengan stranas PPK secara umum maupun hasil SPAK. Bagian terakhir atau (lampiran) menyajikan data-­‐data yang kuesioner dan foto-­‐foto pencacahan. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 3
  • 28. I. PENDAHULUAN 4 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 29. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 5 2.1. Metodologi Survei 2.1.1. Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan pada Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 terdiri dari empat jenis, yaitu : 1. Kerangka sampel penarikan tahap pertama adalah daftar kabupaten/kota di masing-­‐masing provinsi dilengkapi jumlah rumah tangga hasil SP2010 menurut klasifikasi perkotaan dan pedesaan 2. Kerangka sampel penarikan tahap kedua adalah daftar blok sensus susenas triwulan 3 2012 di masing-­‐masing kabupaten/kota terpilih 3. Kerangka sampel penarikan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga hasil pemutakhiran di blok sensus terpilih susenas triwulan 3 yang terpilih SPAK 2012 4. Kerangka sampel tahap keempat adalah kepala rumah tangga atau suami/istrinya di setiap rumah tangga terpilih. 2.1.2. Desain Sampel Sampel blok sensus Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 adalah subsampel dari blok sensus terpilih Susenas 2012 triwulan 3. Pengambilan sampel adalah Three Stages Two Phase Rotation Sampling, sebagai berikut: 1. Pertama, memilih sejumlah kabupaten/kota dengan metode PPS sistematik with replacement size jumlah rumah tangga SP2010. Dengan metode ini kabupaten/kota terpilih lebih dari 1 kali akan memiliki alokasi sampel blok sensus lebih banyak. 2. Kedua, memilih sejumlah blok sensus dari blok sensus terpilih Susenas triwulan 3 2012 di kabupaten terpilih dengan cara sistematik. Sampel blok sensus dibedakan atas daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan). 3. Ketiga, dari sampel blok sensus Susenas triwulan 3, dilakukan penarikan sampel rumah tangga berdasarkan hasil pemutakhiran
  • 30. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI sebanyak 10 rumah tangga. Penarikan sampel menggunakan nilai angka random pertama (R1) yang berbeda dengan R1 Susenas. 4. Keempat, dari setiap rumah tangga terpilih, selanjutnya dipilih responden kepala rumah tangga atau pasangannya menggunakan Tabel Kish 2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 dilaksanakan di seluruh Indonesia. Jumlah sampel blok sensus adalah 1000 blok sensus sehingga jumlah sampel rumah tangga adalah 10.000 rumah tangga. Sampel 1000 blok tersebut adalah sampel pada level nasional yang selanjutnya didistribusikan ke dalam populasi blok sensus di kabupaten/kota terpilih 2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel Rumah Tangga Untuk keperluan pelaksanaan Panel Survei hingga tahun 2016, dilakukan sampling rotasi. Dari 1.000 sampel blok sensus terpilih SPAK 2012 selanjutnya dibagi menjadi 4 paket sampel, yaitu: paket sampel 1, paket sampel 2, paket sampel 3, dan paket sampel 4. Setiap paket sampel berukuran 250 blok sensus dan antar paket sampel tidak saling tumpang tindih. Pada setiap blok sensus dipilih 2 kelompok sampel rumah tangga yang masing-­‐masing berukuran 10 rumah tangga. Antar kelompok sampel rumah tangga tidak saling tumpang tindih. Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus Paket Sampel Blok Sensus 6 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 Kelompok Sampel Rumah Tangga 1 A dan E 2 B dan F 3 C dan G 4 D dan H Setelah dilakukan pembagian kelompok sampel maka selanjutnya dilakukan pengaturan rotasi kelompok sampel setiap tahun pencacahan sebagai berikut :
  • 31. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI Tabel 2.2. Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 -­‐ 2016 Paket Sampel Blok Sensus Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 2013 2014 2015 2016 ! dan 푅! ! dan 푅! ! dan 푅! ! dan 푅! INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 7 1 A E E E E 2 B B F F F 3 C C C G G 4 D D D D H 2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga Misalkan jumlah rumah tangga di blok sensus ke-­‐i dari hasil pemutakhiran adalah 푀!, maka interval untuk penarikan sampel sistematik adalah 퐼 = !! !". Penentuan sampel rumah tangga ke-­‐n (n=2,3,…,10) secara sistematik menggunakan rumus: 푅! = 푅! + 푛 − 1 퐼 Sampel rumah tangga yang pertama 푅! untuk setiap paket sampel ditentukan dengan rumus: 1. Paket sampel 1: 퐴푅! = 푅! ! = 푅! ! + 1 atau 푅! ! = 푅! ! − 1 2. Paket sampel 2: 퐴푅! = 푅! ! = 푅! ! + 1 atau 푅! ! = 푅! ! − 1 3. Paket sampel 3: 퐴푅! = 푅! ! = 푅! ! + 1 atau 푅! ! = 푅! ! − 1 4. Paket sampel 4: 퐴푅! = 푅! ! = 푅! ! + 1 atau 푅! ! = 푅! ! − 1 2.1.6. Penggantian Sampel • Penggantian sampel blok sensus tidak diperkenankan. • Penggantian sampel rumah tangga diperkenankan asalkan penggantinya adalah rumah tangga yang menghuni bangunan sensus (dwelling) rumah tangga yang diganti.
  • 32. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 2.1.7. Teknik Estimasi 2.1.7.1. Design Weight Design Weight merupakan kebalikan dari fraksi sampling. Sehingga fraksi sampling untuk blok sensus SPAK dapat dijabarkan sebagai berikut: Sampel kabupaten/kota : b p dipilih secara PPS sistematik dari populasi kabupaten/kota di suatu propinsi sehingga fraksi sampling kabupaten/kota ke-­‐k adalah: p pk b M p pk f = = pk M Sampel blok sensus : dipilih secara sistematik dari sampel blok sensus Susenas triwulan 3, sehingga fraksi sampling blok sensus ke-­‐i dibedakan urban/rural adalah: hi f h = ʹ′ n M h hi n hi M Jumlah sampel ruta blok sensus SPAK 2013 adalah 10, sehingga fraksi sampling rumah tangga ke-­‐j terpilih dibedakan urban/rural adalah: hj i M M Overall sampling fraction h untuk rumah tangga SPAK 2013 ke-­‐j blok sensus ke-­‐i, kabupaten ke-­‐p dibedakan urban/rural adalah: b M . . 10 hpij pk hi hj i M M 8 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 p N k pk b M M = Σ1 nʹ′ 0 1 Σ h h h Nh i hi M n n M ʹ′ = = hi hi f m ʹ′ = ʹ′ = 10 | hi h hi h p pk p n M M f f f f ʹ′ = = ʹ′ 0 |
  • 33. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI M M 1 0 hi w p ʹ′ ij ij x W Xˆ h ij ij y W Yˆ INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 9 Sehingga design weight SPAK 2013 per kabupaten/kota ke-­‐p menurut urban/rural adalah : dimana : : weight rumah tangga ke-­‐j, blok sensus ke-­‐i, propinsi ke-­‐p strata ke-­‐h : banyaknya rumah tangga propinsi ke-­‐p : banyaknya rumah tangga kabupaten/kota ke-­‐k, propinsi ke-­‐p : banyaknya populasi rumah tangga propinsi ke-­‐p, strata ke-­‐h : banyaknya rumah tangga blok sensus ke-­‐i, strata ke-­‐h : banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran blok sensus ke-­‐i, strata ke-­‐h : banyaknya sampel blok sensus, strata ke-­‐h : banyaknya sampel rumah tangga di setiap blok sensus, strata ke-­‐h 2.1.7.2. Estimasi Karakteristik Misalkan ij y dan ij x masing-­‐masing merupakan nilai karakteristik Y dan X rumah tangga terpilih ke-­‐j di blok sensus terpilih ke-­‐i di suatu propinsi di suatu strata, maka estimasi total karakteristik Y, X, dan rasio R serta varians rasio dirumuskan sebagai berikut: a. Estimasi total nilai karakteristik X ΣΣ = = = n i 1 m j 1 b. Estimasi total nilai karakteristik Y: ΣΣ = = = n i 1 m j 1 10 h hi p pk hpij hpij M n M b M f ʹ′ = = hpij w p M pk M h0 M hi M hi Mʹ′ h nʹ′ h m
  • 34. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI c. Estimasi rasio dan varians rasio: W y = = = = = n 10 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 ΣΣ = = ΣΣ ΣΣ ΣΣ = = = = i 1 m j 1 ij n i 1 m j 1 ij n i 1 m j 1 ij ij n i 1 m j 1 ij ij y x W x Xˆ Yˆ Rˆ 푣 푅 = !!! !! ! − !! ! !!! 푍! ! ! !! !! 푍! = 푌! − 푅 . 푋! 푍 = 푌 − 푅 . 푋 Dengan: 푛 : jumlah blok sensus terpilih 푌! : estimasi total karakteristik Y dalam blok sensus ke-­‐i 푋! : estimasi total karakteristik X dalam blok sensus ke-­‐i 푓 : fraksi penarikan sampel blok sensus 2.2. Metodologi Perhitungan Indeks Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 2013 adalah indikator komposit yang datanya diperoleh dari Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK). SPAK 2013 mencakup tiga fenomena utama korupsi yaitu penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme. Variabel penyusun IPAK dipilih dari sekumpulan pertanyaan pada kuesioner SPAK 2013 menggunakan explanatory factor analysis IPAK disusun berdasarkan dua substansi utama yakni pendapat tentang kebiasaan terkait akar dan perilaku anti korupsi di masyarakat serta pengalaman praktek korupsi terkait pelayanan publik dalam kurun waktu setahun terakhir. IPAK sebagai sebuah indeks komposit dihitung menggunakan beberapa variabel interdependensi yang signifikan secara statistik. Dibutuhkan metode analisis statistik yang mampu menangani interdependensi antar variabel dan sekaligus memberikan besaran bobot (penimbang) bagi setiap variabel yang signifikan secara statistik. Exploratory Factor Analysis merupakan metode analisis statistik yang dianggap paling cocok digunakan, dengan keterangan sebagai berikut : — Metode ekstraksi: Principal Component Analysis (PCA)
  • 35. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 11 — Model Fit: — Kaiser-­‐Mayer-­‐Olkin Measure of Sampling Adequacy ≥ 0,5 — Eigenvalue > 1 — Loading Factor ≥ 0,4 — Total Variance Explained ≥ 60% Berikut adalah tahapan penghitungan IPAK : • Pemilihan variabel analisis dan transformasi data (proses recording data) • Pemilihan variabel penyusun indeks didasarkan pada hasil Exploratory Factor Analysis (Principal Component Analysis) • Penghitungan indeks komposit (Indeks Perilaku Anti Korupsi. Penghitungan IPAK 1. Penghitungan Bobot Setiap Variabel 퐵표푏표푡 퐵! = 퐿표푎푑푖푛푔 퐹푎푐푡표푟 푇표푡푎푙 퐿표푎푑푖푛푔 퐹푎푐푡표푟 푑푎푙푎푚 1 푓푎푘푡표푟 ×푇표푡푎푙 푉푎푟푖푎푠푖 푑푎푙푎푚 1 푓푎푘푡표푟 2. Penghitungan Bobot Terstandarisasi Setiap Variabel 퐵표푏표푡 푇푒푟푠푡푎푛푑푎푟푖푠푎푠푖 (푏!) = 퐵! 퐵! 3. Penghitungan IPAK IPAK adalah rata-­‐rata tertimbang dari seluruh jawaban pada variabel penyusun indeks dengan penimbang bobot terstandardisasi masing-­‐ masing. 퐼푃퐴퐾 = 푏!푋! 푏! bi : Bobot Terstandarisasi; Xi : Variabel 4. Transformasi indeks ke skala 5 (sesuai Perpres) 퐼푛푑푒푘푠 (0 − 5) = (5×퐼푛푑푒푘푠 1 − 4 − 5) 3
  • 36. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI IPAK memiliki rentang nilai 0–5. Nilai indeks semakin mendekati 5 menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi. Dalam memaknainya, nilai IPAK bisa dikelompokkan ke dalam 4 kategori, sebagai berikut : Nilai IPAK Makna Indeks 0 – 1,25 Sangat Permisif 1,26 – 2,50 Permisif 2,51 – 3,75 Anti Korupsi 3,76 – 5 Sangat Anti Korupsi 2.3. Konsep dan Definisi Menurut Wertheim (1965) ada tiga fenomena utama yang tercakup dalam istilah korupsi pada negara-­‐negara Asia Tenggara yaitu — Penyuapan (bribery), yakni apabila seorang pegawai pemerintah menerima imbalan yang disodorkan oleh seorang dengan maksud mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada kepentingan si pemberi. — Pemerasan (extortion), yakni permintaan pemberian-­‐pemberian atau hadiah dalam pelaksanaan tugas-­‐tugas publik, termasuk pejabat-­‐pejabat yang menggunakan dana publik yang mereka urus bagi keuntungan mereka sendiri atau mereka yang bersalah melakukan penggelapan di atas harga yang harus dibayar oleh publik. — Nepotisme (nepotism) yaitu pengangkatan sanak saudara, teman-­‐ teman atau rekan-­‐rekan politik pada jabatan-­‐jabatan publik tanpa memandang kemampuan mereka atau konsekuensinya pada kesejahteraan publik. Akar Kultural Korupsi Menurut Scott (dalam Mas’oed, 2008: 170) dalam setiap masyarakat terdapat desakan untuk timbulnya korupsi disebabkan karena faktor kultural dan struktural. Dalam masyarakat seperti Indonesia, faktor kultural yang umumnya mendorong timbulnya korupsi, misalnya adalah adanya nilai atau kebiasaan sebagai berikut: 12 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 37. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI — Adanya tradisi pemberian hadiah, oleh-­‐oleh atau semacam itu kepada pejabat pemerintah. Tindakan seperti itu di Eropa atau Amerika Utara bisa dianggap korupsi sebagai bentuk pemenuhan kewajiban oleh kawula kepada gustinya. — Ikatan keluarga dan kesetiaan parokial di masyarakat ketimuran seperti Indonesia masih dipandang sangat penting. Kewajiban seseorang pertama-­‐tama adalah memperhatikan saudara terdekat, kemudian trah atau sesama etniknya. Pada budaya semacam ini apabila ada seseorang yang mendatangi saudaranya yang pejabat untuk meminta perlakuan khusus sulit untuk ditolak. Penolakan bisa diartikan sebagai pengingkaran terhadap kewajiban tradisional, tetapi menuruti permintaan berarti mengingkari norma-­‐norma hukum formal yang berlaku. Sehingga selalu terjadi konflik nilai, yaitu antara norma budaya atau norma hukum formal. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 13 Hasil diskusi dengan stakeholder dan para ahli, definisi perilaku korupsi dan anti korupsi dalam SPAK 2013 : Perilaku korupsi adalah “Tindakan meminta (pemerasan)/ memperoleh/memberi (penyuapan) imbalan uang, barang, atau keistimewaan (nepotisme) bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan atau menggunakan kekuasaan/wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak sesuai dengan standar etik/moral atau peraturan perundang-­‐undangan bagi kepentingan pribadi (personal, keluarga dekat, kawan dekat)”. Perilaku anti korupsi adalah “tindakan menolak/tidak permisif terhadap segala perilaku baik yang secara langsung merupakan korupsi, maupun perilaku yang menjadi akar atau kebiasaan pelanggengan perilaku korupsi di masyarakat yang terjadi di keluarga, komunitas, maupun publik”.
  • 38. II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI 14 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 39. III. PROFIL RESPONDEN III. PROFIL RESPONDEN III. PROFIL RESPONDEN Pindah 54% INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 15 3.1. Response Rate Pencacahan Responden terpilih untuk Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 ini adalah kepala rumah tangga atau pasangannya (suami/isteri). Penentuan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kepala rumah tangga atau pasangannya selain merupakan orang yang bertanggung-­‐jawab atas pengelolaan rumah tangganya, juga merupakan informan kunci yang paling mengetahui keadaan rumah tangganya dan banyak berhubungan dengan pelayanan publik. Gambar 3.1. Persentase Non-­‐Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya Gila/Sakit/ Menolak 6% Tua/ lainnya 16% Pergi 16% Tidak Ditemukan 8% Dari keseluruhan sampel yang berjumlah sebanyak 10.000 responden, sebanyak 970 responden sampai batas akhir waktu pencacahan tidak berhasil dicacah dikarenakan berbagai hal: pindah sebesar 54 persen, tidak dapat ditemukan sebesar 8 persen, tidak bersedia dicacah atau menolak sebesar 6 persen, sedang pergi selama periode pencacahan sebesar 16 persen), dan lainnya sebesar 16 persen tidak dapat didata karena berbagai hal seperti sudah terlalu tua, sakit, dan gila.
  • 40. III. PROFIL RESPONDEN Tingkat respon pencacahan (response rate) 16 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 SPAK 2013 ini secara keseluruhan mencapai sebesar 90,3 persen. Secara rinci response rate setiap provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Persentase Response Rate dan Non Response Rate Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 Provinsi Respon Rate Non-­‐Respon Rate Jumlah (1) (2) (3) (4) Aceh 90,00 10,00 100,00 Sumatera Utara 91,04 8,96 100,00 Sumatera Barat 90,00 10,00 100,00 Riau 89,00 11,00 100,00 Jambi 93,33 6,67 100,00 Sumatera Selatan 83,33 16,67 100,00 Bengkulu 85,00 15,00 100,00 Lampung 93,85 6,15 100,00 Kep. Bangka Belitung 90,00 10,00 100,00 Kep. Riau 88,75 11,25 100,00 DKI Jakarta 89,46 10,54 100,00 Jawa Barat 88,68 11,32 100,00 Jawa Tengah 93,24 6,76 100,00 DI Yogyakarta 87,00 13,00 100,00 Jawa Timur 92,26 7,74 100,00 Banten 89,36 10,64 100,00 Bali 92,35 7,65 100,00 Nusa Tenggara Barat 92,17 7,83 100,00 Nusa Tenggara Timur 93,64 6,36 100,00 Kalimantan Barat 92,50 7,50 100,00 Kalimantan Tengah 91,67 8,33 100,00 Kalimantan Selatan 91,67 8,33 100,00 Kalimantan Timur 88,13 11,88 100,00 Sulawesi Utara 88,89 11,11 100,00 Sulawesi Tengah 91,82 8,18 100,00 Sulawesi Selatan 87,62 12,38 100,00 Sulawesi Tenggara 95,00 5,00 100,00 Gorontalo 92,50 7,50 100,00 Sulawesi Barat 90,00 10,00 100,00 Maluku 80,00 20,00 100,00 Maluku Utara 76,00 24,00 100,00 Papua Barat 85,00 15,00 100,00 Papua 82,22 17,78 100,00 INDONESIA 90,30 9,70 100,00
  • 41. III. PROFIL RESPONDEN INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 17 3.2. Profil Demografis Responden Faktor-­‐faktor demografis adalah faktor atau atribut yang melekat pada seseorang, variabel demografis yang dikumpulkan dalam survei ini terbatas pada jenis kelamin, umur, hubungan dengan kepala rumah tangga, dan status perkawinan. Faktor demografis ini diduga berpengaruh terhadap sikap, pandangan dan perilaku seseorang. Faktor-­‐faktor lainnya yang juga diduga berpengaruh adalah tingkat pendidikan, status dan lapangan pekerjaan dibahas pada bagian berikutnya. Berdasarkan Tabel 3.2 terlihat bahwa sebagian besar responden yang diwawancarai adalah kepala rumah tangga (KRT). Pada 2013 responden berstatus KRT sebanyak 58,48 persen dari jumlah responden secara keseluruhan, sedangkan 41,52 persen responden lainnya adalah pasangan atau suami/isteri dari KRT. Tabel 3.2. Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis Kelamin, 2013 Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga Laki-­‐ laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) KRT 99,91 26,26 58,48 Isteri/Suami 0,09 73,74 41,52 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Terdapat pola yang sama dengan tahun sebelumnya yakni responden yang berjenis kelamin laki-­‐laki berstatus sebagai kepala rumah tangga. Sebanyak 99,91 persen responden yang berjenis kelamin laki-­‐laki memiliki status sebagai kepala rumah tangga. Sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-­‐laki tetapi berstatus sebagai pasangan (suami/istri) hanya berjumlah 0,09 persen. Selain melihat pola status responden menurut hubungan dengan KRT, dalam survei ini juga menanyakan mengenai status perkawinan responden, yang terdapat empat kategori yakni tidak kawin, kawin, cerai hidup dan cerai mati. Tidak kawin berarti responden tersebut belum pernah kawin. Sementara kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-­‐laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama
  • 42. III. PROFIL RESPONDEN maupun terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-­‐istri. Cerai hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-­‐istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup. Selanjutnya cerai mati adalah seseorang ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi. Komposisi responden menurut status perkawinan seperti yang disajikan pada Tabel 3.3, menunjukkan bahwa mayoritas dari keseluruhan responden status perkawinannya adalah kawin. Lebih dari tiga perempat dari keseluruhan responden atau sebesar 82,08 persen berstatus kawin, mempunyai istri bagi laki-­‐laki atau mempunyai suami bagi yang perempuan. Responden yang memiliki status perkawinan cerai (mati dan hidup) sebesar 15,65 persen. Sedangkan responden yang tidak kawin sebesar 2,27 persen. Tabel 3.3. Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Status Perkawinan Laki-­‐Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak Kawin 3,22 1,54 2,27 Kawin 88,74 76,90 82,08 Cerai Hidup 2,30 3,25 2,84 Cerai Mati 5,74 18,31 12,81 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Komposisi responden menurut status perkawinannya untuk setiap jenis kelamin memiliki polanya serupa secara keseluruhan. Persentase responden laki-­‐laki berstatus kawin 90,31 persen sementara responden perempuan bersatus kawin persentasenya mencapai 76,90 persen. Proporsi 18 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 43. III. PROFIL RESPONDEN responden laki-­‐laki yang berstatus cerai hidup berjumlah paling sedikit, yakni hanya 2,3 persen. Sementara itu proporsi responden tidak kawin paling kecil sebesar 1,54 persen. Gambar 3.2. Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 2013 0.46 8.43 24.59 26.30 22.13 11.59 6.49 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 < 20 20-­‐29 30-­‐39 40-­‐49 50-­‐59 60-­‐69 70 + Kelompok Umur (Tahun) Struktur umur responden yang diperlihatkan pada Gambar 3.2, modus umur berkisar antara 40 -­‐ 49 tahun dengan persentase sebesar 26,30 persen. Sebagian besar responden merupakan individu dalam usia produktif terlihat dari gabungan kelompok umur 20 -­‐ 29, 30 – 39 dan 40 – 49 tahun yang mencapai 59,32 persen dari keseluruhan. Untuk kelompok dengan jumlah paling kecil adalah penduduk dibawah 20 tahun, yakni hanya berjumlah 0,46 persen. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 19 3.3. Tingkat Pendidikan Responden Seperti dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan nasional diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Setiap jenjang pendidikan ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Sejalan dengan itu, tingkat pendidikan seseorang dapat merefleksikan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang dimilikinya.
  • 44. III. PROFIL RESPONDEN Dalam survei ini yang dimaksud jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan oleh seseorang yang masih atau sudah tidak bersekolah lagi. Terdapat delapan kategori jenjang pendidikan mulai dari tidak pernah sekolah sampai tamat S2 atau S3. Tabel 3.4. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Laki-­‐laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak Pernah Sekolah 7,47 11,48 9,72 Tidak Tamat SD/sedarajat 21,97 20,54 21,16 SD/Sederajat 29,77 31,15 30,55 SLTP/Sederajat 13,57 14,74 14,23 SLTA/Sederajat 19,31 16,37 17,66 DI/DII/DIII 1,92 2,02 1,98 S1 5,21 3,44 4,21 S2/S3 0,77 0,26 0,49 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Komposisi responden menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan secara rinci disajikan pada Tabel 3.4. Persentase yang tertinggi adalah tamat SD/sederajat (30,55 persen), berikutnya berturut-­‐turut adalah tidak tamat SD/sederajat (21,16 persen), tamat SLTA (17,66 persen), dan tamat SLTP (14,23 persen). Sedangan gabungan responden tamatan Diploma, S1, S2/S3 persentasenya sebesar 6,68 persen. Struktur tingkat pendidikan responden pada masing-­‐masing jenis kelamin serupa dengan struktur tingkat pendidikan responden secara keseluruhan. Persentase tertinggi pada responden laki-­‐laki adalah tamatan SD mencapai 29,77 persen, sementara responden perempuan yang tamatan SD sebesar 31,15 persen. 3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden Kegiatan utama sehari-­‐hari yang dilakukan seseorang akan membangun suatu komunitas tersendiri yang juga memiliki pola interaksi sosial tersendiri. Kondisi ini pada gilirannya nanti akan mempengaruhi sikap 20 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 45. III. PROFIL RESPONDEN dan perilakunya. Sejalan dengan itu, sikap, wawasan dan perilaku seseorang yang bekerja akan berbeda dengan orang yang mengurus rumah tangga atau sekolah (tidak bekerja). Survei menanyakan apakah responden bekerja atau berusaha dalam seminggu terakhir. Konsep bekerja atau berusaha yang dipakai dalam survei ini adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja, misalnya karena cuti, sakit, dan sejenisnya. Tabel 3.5. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 Kegiatan Utama Laki-­‐Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Bekerja 89,82 60,88 73,54 Tidak Bekerja 10,18 39,12 26,46 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Komposisi responden menurut kegiatan utama sehari-­‐hari disajikan pada Tabel 3.5. Kegiatan utama mayoritas responden adalah bekerja sebesar 73,54 persen, sedangkan responden yang tidak bekerja pada saat dilakukan pencacahan mencapai 26,46 persen. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin maka untuk responden yang berjenis kelamin laki-­‐laki yang tidak bekerja ada sebanyak 10,18 persen. Berbeda dengan responden perempuan yang tidak bekerja persentasenya sebanyak 39,12 persen. 3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden Status dalam pekerjaan utama adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Komposisi responden menurut status dalam pekerjaan utama dari Tabel 3.6 terlihat bahwa persentase tertinggi adalah berusaha sendiri sebesar 30,06 persen. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 21
  • 46. III. PROFIL RESPONDEN Kelompok mayoritas responden berikutnya berturut-­‐turut adalah mereka yang berusaha dibantu buruh tidak dibayar (17,89 persen), mereka yang merupakan karyawan/pegawai swasta (16,21 persen), dan pekerja bebas (14,33 persen). Sedangkan untuk responden yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil mencapai 4,63 persen. Tabel 3.6. Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 Status dalam Pekerjaan Utama 22 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 Laki-­‐Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Berusaha sendiri 28,79 31,51 30,06 Berusaha dibantu buruh tidak dibayar 21,82 13,38 17,89 Berusaha dibantu buruh dibayar 6,94 3,88 5,52 Karyawan/pegawai swasta 19,23 12,73 16,21 Pegawai Negeri Sipil/ Pejabat Pemerintah 4,54 4,73 4,63 TNI/POLRI 1,09 0,02 0,59 Pegawai BUMD/BUMN 0,33 0,10 0,23 Pekerja bebas 15,76 12,69 14,33 Pekerja tidak dibayar 0,75 20,13 9,77 Lainnya 0,73 0,83 0,78 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Bila diklasifikasi menjadi tiga kelompok utama yaitu: 1) kelompok pegawai negeri (PNS dan TNI/Polri), 2) kelompok pekerja/pegawai swasta, dan 3) kelompok berusaha (wiraswasta) maka data yang dihasilkan menunjukkan mayoritas responden berada dalam kelompok yang memiliki pekerjaan berusaha (wiraswasta) mencapai 53,46 persen, diikuti kelompok pekerja pegawai swasta mencapai 41,32 persen dan kelompok pegawai negeri (PNS dan TNI Polri) sebesar 5,22 persen dari keseluruhan responden yang bekerja pada saat pencacahan dilaksanakan. 3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden Pengeluaran rumah tangga secara umum dapat menggambarkan tingkat pendapatan. Pendapatan seseorang merupakan salah satu faktor yang turut menentukan tingkat kesejahteraan dalam kehidupan seseorang. Secara umum, tingkat kesejahteraan memiliki pengaruh terhadap pola pikir seseorang. Dalam kaitannya dengan perilaku anti korupsi, pola pikir (mind
  • 47. III. PROFIL RESPONDEN 12.28 1.24 0.16 0.09 3 -­‐ 5,9 juta 6 -­‐ 9,9 juta 10 -­‐ 14,9 juta > 15 juta Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (Rp) INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 23 set) dapat membentuk perilaku permisif atau tidaknya seseorang dalam menyikapi petty corruption (korupsi sehari-­‐hari). Tingkat pendapatan dalam survei ini diukur dengan tingkat pengeluaran. Rata-­‐rata pengeluaran rumah tangga per bulan merupakan perkiraan berapa biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup seluruh rumah tangga setiap bulan. Gambar 3.3. Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan , 2013 30.29 55.94 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 < 1 Juta 1 -­‐ 2,9 juta Tingkat pengeluaran rumah tangga (sebulan) responden seperti yang perlihatkan pada Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa mayoritas responden berada pada tingkat pengeluaran rumah tangga sebulan berkisar antara Rp 1 juta – Rp 2,9 juta mencapai lebih dari separuh (55,94 persen). Kemudian diikuti dengan responden yang memiliki pengeluaran rumah tangga dibawah Rp 1 juta sebesar 30,29 persen. Sedangkan, untuk kelompok dengan jumlah yang paling kecil yakni pengeluaran rumah tangga diatas Rp 15 juta sebulan hanya berjumlah 0,09 persen dari keseluruhan.
  • 48. III. PROFIL RESPONDEN 24 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 49. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia merupakan alat ukur yang memiliki fungsi untuk menggambarkan dinamika perilaku masyarakat apakah berperilaku anti atau permisif terhadap korupsi. Selain itu, juga untuk mencerminkan intensitas dan kecenderungan perilaku yang mengambarkan kondisi perilaku masyarakat secara umum (secara matematis indeks masyarakat adalah rata-­‐rata dari indeks seluruh individu). Visi dari strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi (Stranas PPK) yang kelima, terwujudnya masyarakat dengan budaya integritas dalam berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Strategi ini diukur berdasarkan Indeks Perilaku Anti Korupsi dari individu di Indonesia. Semakin tinggi angka indeks ini, maka diyakini nilai budaya anti korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata setiap individu untuk memerangi tindak pidana korupsi. IPAK 2013 merupakan kelanjutan dari baseline IPAK pada tahun 2012 lalu. IPAK dihitung secara tahunan dapat untuk menggambarkan perkembangan dinamika perilaku masyarakat. Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2013 sebesar 3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan IPAK tahun 2012 (3,55) INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 25 IPAK Indonesia 2013 sebesar 3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan dengan IPAK 2012 yang besarnya 3,55. Meski demikian, kenaikan ini belum merubah posisi dalam kategori indeks, karena masih dalam kategori yang sama yakni anti korupsi. Kategori IPAK dibagi ke dalam empat kategori yakni “sangat permisif terhadap korupsi“ dengan nilai indeks 0 sampai 1,25, kategori “permisif” terhadap korupsi dengan nilai indeks 1,26 sampai 2,50, kategori “anti korupsi” dengan nilai indeks 2,51 sampai 3,75, dan kategori ”sangat anti korupsi” dengan nilai indeks 3,76 sampai 5,00.
  • 50. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Gambar 4.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013 Makna nilai IPAK adalah semakin mendekati angka lima menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi, yang bernilai bahwa budaya zero tolerance terhadap korupsi semakin mengikat dan mewujud dalam perilaku di masyarakat. Dengan demikian akan semakin berkembang persamaan cara pandang bahwa korupsi sangat merugikan masyarakat dan setiap manusia Indonesia, diharapkan akan muncul perbaikan-­‐perbaikan. Pendidikan dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap lapisan masyarakat merupakan salah satu cari untuk menyamakan cara pandang tersebut. 4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin Secara umum, IPAK 2013 lebih tinggi pada jenis kelamin laki-­‐laki dibanding perempuan, meski perbedaannya tidak dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan Gambar 4.2 IPAK 2013 untuk jenis kelamin laki-­‐laki sedikit lebih tinggi sebesar 3,66 dibanding perempuan sebesar 3,60. Hal ini juga terjadi pada IPAK 2012 dimana IPAK untuk jenis kelamin laki-­‐laki sedikit lebih tinggi dibandingkan IPAK untuk jenis kelamin perempuan. 26 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 Meski tidak berbeda signifikan, IPAK laki-­‐laki relatif lebih tinggi daripada IPAK perempuan
  • 51. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Pada setiap kelompok jenis kelamin terjadi perubahan IPAK dari 2012 ke 2013. Dibandingkan dengan IPAK 2012 terlihat pola yang sama antara IPAK laki-­‐laki dan perempuan. IPAK untuk laki-­‐laki maupun IPAK untuk perempuan masing-­‐masing naik 0,07 poin. Gambar 4.2. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 2012–2013 Lebih tingginya angka IPAK 2013 untuk laki-­‐laki dibandingkan dengan IPAK untuk perempuan dari hasil survei berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan terkait dengan perilaku korupsi. Hal ini terlihat dari lebih banyak laki-­‐laki dibandingkan perempuan yang mengetahui/memahami jenis-­‐jenis perilaku yang merupakan perilaku korupsi. Hal ini mencerminkan lebih rendahnya pengetahuan/pemahaman perempuan terkait dengan perilaku korupsi yang berimplikasi kepada kecenderungan semakin permisifnya perempuan daripada laki-­‐laki. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 27 4.2. IPAK Menurut Umur IPAK 2013 lebih tinggi pada penduduk usia kurang dari 60 tahun dibanding penduduk usia 60 tahun ke atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60 tahun ke atas sebesar 3,55. Seperti yang disajikan pada Gambar 4.3 memperlihatkan pada setiap kelompok umur terjadi kenaikan IPAK dari 2012 ke 2013. Pada kelompok umur di bawah 40 tahun terjadi kenaikan dari 3,57 menjadi 3,63. Pada kelompok umur 40 sampai 60 tahun terjadi kenaikan dari 3,58 menjadi 3,65.
  • 52. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Hal ini juga terjadi pada kelompok umur di atas 60 tahun yang mengalami kenaikan dari 3,45 menjadi 3,55. Gambar 4.3. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 2012-­‐2013 4.3. IPAK Menurut Pendidikan Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi IPAK. IPAK 2013 untuk responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,55, SLTA sebesar 3,82 dan di atas SLTA sebesar 3,94. Bila diliihat, terjadi peningkatan pada indeks kategori SLTP ke bawah, dimana pada 2013 skornya naik dibandingkan angka 2012. Sementara itu, pada kategori SLTA pada 2012 sebesar 3,78 dan pada 2013 sebesar 3,82. Sementara untuk kategori SLTA ke atas pada 2012 sebesar 3,93 dan pada 2013 sebesar 3,94 Secara umum tingkat pendidikan seseorang dapat merefleksikan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang dimilikinya. Pendidikan dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap lapisan masyarakat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat anti korupsi. 28 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi
  • 53. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Gambar 4.4. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012-­‐2013 4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga Secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifkan skor indeks bila dilihat berdasarkan hubungan dengan kepala rumah tangga. Pada setiap kategori hubungan dengan kepala rumah tangga terjadi kenaikan IPAK dari 2012 ke 2013. Gambar 4.5. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga, 2012–2013 Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat IPAK 2013 untuk responden yang berstatus KRT naik dari 3,56 menjadi 3,62 dan IPAK untuk responden yang berstatus pasangan (suami/istri) juga naik dari 3,54 menjadi 3,63 pada 2013. Pola ini sejalan dengan pola yang terjadi pada IPAK komposit. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 29
  • 54. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Apabila dilihat berdasarkan tingkat pengeluaran maka secara umum terlihat bahwa tingkat pengeluaran paling rendah memiliki IPAK yang paling rendah pula. Secara umum terlihat tingkat pengeluaran rendah memiliki IPAK yang cenderung rendah Gambar 4.6. IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (dalam jutaan rupiah), 2013 1 – 2,9 5,0 3,75 2,50 1,25 Seperti yang disajikan pada Gambar 4.6. terlihat pada 2013, IPAK untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran dibawah 1 juta perbulan sebesar 3,53 sementara IPAK untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran diatass 15 juta rupiah sebesar 3,82. Selanjutnya, IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 1 sampai 2,9 juta perbulan sebesar 3,64. IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 3 sampai 5,9 juta perbulan sebesar 3,78, IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 6 sampai 9,9 juta perbulan sebesar 3,69. Kemudian, IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 10 sampai 14,9 juta perbulan sebesar 3,86. 30 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 3 – 5,9 6 – 9,9 10 – 14,9 > 15 0 3,64 < 1 2013 3,53 3,78 3,69 3,86 3,82
  • 55. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Tingkat kesejahteraan yang direfleksikan dalam tingkat pengeluaran memiliki pengaruh terhadap pola pikir seseorang. Dalam kaitannya dengan perilaku anti korupsi, pola pikir (mind set) dapat membentuk perilaku permisif atau tidaknya seseorang terkait dengan petty corruption (korupsi IPAK masyarakat di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 31 sehari-­‐hari). 4.7. IPAK Menurut Urban -­‐ Rural Nilai IPAK berdasarkan wilayah urban -­‐ rural memiliki pola yang sama dengan IPAK nasional. Pada Gambar 4.7 terlihat IPAK 2013 untuk perkotaan cenderung lebih tinggi sebesar 3,71 dibandingkan IPAK perdesaan sebesar 3,55. Perbandingan serupa juga telah nampak pada 2012, IPAK perkotaan sebesar 3,63 dibanding perdesaan sebesar 3,43. Gambar 4.7. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 Secara umum pada setiap kelompok wilayah, baik perkotaan maupun perdesaan terjadi peningkatan IPAK dari 2012 ke 2013.. IPAK untuk perkotaan maupun IPAK untuk perdesaan masing-­‐masing naik 0,05 poin dan 0,09 poin. Lebih rendahnya IPAK perdesaan dapat mencerminkan kurangnya dampak internalisasi budaya anti korupsi disana ketimbang di perkotaan. Kesenjangan tersebut perlu diantisipasi sejak dini supaya tidak menjadi semakin lebar.
  • 56. IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan perilaku-­‐ perilaku yang termasuk dalam perilaku korupsi penting untuk dilakukan, agar masyarakat perdesaan menjadi lebih memahami/mengetahui bahwa perilaku yang sepertinya sudah biasa dilakukan di masyarakat merupakan perilaku korupsi yang tidak sepatutnya dilakukan. 4.8. IPAK Menurut Zona Waktu IPAK merupakan indeks dengan level estimasi nasional sehingga merinci nilai IPAK berdasarkan provinsi memang tidak didesain dari survei perilaku anti korupsi (SPAK) untuk sekarang ini. Namun, sebagai upaya untuk menjelaskan IPAK berbasis lokasi/wilayah, maka dilakukan penghitungan IPAK menurut zona waktu Gambar 4.8. IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013 Secara umum, IPAK 2013 lebih tinggi pada zona waktu Indonesia Tengah (WITA) daripada zona waktu lainnya, meski perbedaannya tidak dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan Gambar 4.8. terlihat IPAK untuk zona waktu tengah (WITA) sebesar 3,76 cenderung lebih tinggi dibandingkan IPAK zona waktu barat (WIB) sebesar 3,60 dan IPAK zona waktu timur sebesar 3,71. 32 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
  • 57. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat Pertanyaan didesain untuk mengatahui bagaimana pendapat atau penilaian masyarakat terhadap beberapa perilaku/kebiasaan yang diduga merupakan akar kultural berkembangnya perilaku korupsi. Dalam tatanan sosial perilaku/kebiasaan baik atau buruk dapat membentuk sebuah kultur dalam kehidupan sehari-­‐hari. Dalam tatanan inilah pada penetapan variabel dirancang dalam tiga tingkatan yakni keluarga, komunitas, dan publik. Pendapat dan penilaian merupakan awal yang membentuk perilaku individu. Perilaku yang dinilai adalah perilaku sehari-­‐hari yang merupakan perilaku korupsi (everyday corruption) maupun perilaku yang diduga merupakan akar INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 33 kebiasaan perilaku koruptif. Dengan kata lain, semakin permisif pendapat masyarakat terhadap perilaku korupsi dapat diduga menggambarkan perilaku anti korupsi individu yang semakin rendah dan sebaliknya. Bagian ini diukur dari tiga aspek (level) yaitu keluarga, komunitas, dan publik. 5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga Keluarga adalah level yang sangat penting dalam kehidupan sosial setiap individu. Keluarga merupakan agen sosialisasi yang memiliki peranan yang sangat besar. Peranan yang sangat besar itu didasarkan sebuah keyakinan bahwa keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting didalam menanamkan nilai-­‐nilai dalam proses sosialisasi. Sosialisasi menjadi penting dalam proses belajar dimana anggota masyarakat mempelajari norma-­‐norma dan nilai-­‐nilai yang berkembang dalam masyarakat. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai proses melalui mana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Sunarto, 2004). Dalam pendidikan dan budaya anti korupsi posisi keluarga dipandang memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan nilai-­‐nlai luhur yang merupakan dasar perilaku anti korupsi. Hal ini sejalan dengan sembilan nilai integritas yang disampaikan oleh KPK (Komisi Pemberantasan
  • 58. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 Korupsi), yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani dan adil. Nilai-­‐nilai tersebut diyakini memiliki kaitan erat dengan fungsi dan peran keluarga. Dalam survei ini di level keluarga terdiri dari empat variabel, yaitu: 1. Pendapat tentang sikap istri yang menerima uang pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut 2. Pendapat tentang pegawai negeri yang bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi 3. Pendapat tentang perilaku orang tua yang mengajak anaknya dalam kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak 4. Pendapat tentang seseorang mengetahui saudaranya mengambil uang orang tuanya tetapi tidak melaporkannya Gambar 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2012-­‐2013 60 50 40 30 20 10 0 1.20 30.03 Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar Hasil SPAK 2013 seperti yang disajikan pada Gambar 5.1 menunjukkan bahwa masih terdapat 76,43 persen masyarakat menyatakan bahwa perilaku istri yang menerima uang pemberian suami di luar 34 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 19.56 49.20 1.07 22.50 22.30 54.13 2012 2013 Tiga dari empat responden menganggap kurang wajar atau tidak wajar seorang istri menerima uang yang diberikan suami tanpa harus mempertanyakan asal usulnya
  • 59. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Jika dibandingkan dengan 2012 sebesar 68,76 persen mengalami peningkatan sebesar 7,67 persen. Sedangkan masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 31,24 persen. Artinya tiga dari empat masyarakat menganggap kurang wajar atau tidak wajar seorang istri menerima uang yang diberikan suami tanpa harus mempertanyakan asal usulnya. Hal ini cerminan perilaku yang memiliki nilai integritas untuk menjadi anti korupsi. Apabila berdasarkan jenis kelamin, Tabel 5.1 memperlihatkan pola yang sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 sebanyak 73,45 persen laki-­‐laki menyatakan bahwa perilaku istri yang menerima uang pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut adalah hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Tabel 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut Menurut Jenis Kelamin, 2012-­‐2013 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 35 Pendapat 2012 2013 Laki-­‐Laki Perempuan Laki-­‐Laki Perempuan Sangat Wajar 1,34 1,09 1,17 0,99 Wajar 32,35 28,11 25,39 20,26 Kurang Wajar 20,12 19,10 23,15 21,64 Tidak Wajar 46,19 51,69 50,30 57,11 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Sedangkan perempuan yang menyatakan perilaku tersebut adalah hal yang kurang wajar atau tidak wajar lebih besar yakni 78,75 persen. Persentase perempuan yang tidak permisif terkait perilaku tersebut lebih tinggi daripada laki-­‐laki. Komposisi masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar apabila seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi mencapai 76,17 persen atau naik 3,13 persen dibandingkan tahun 2012 (73,04 persen). Jumlah ini lebih besar daripada persentase masyarakat yang menyatakan
  • 60. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 perilaku tersebut sebagai hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 23,83 persen. Hampir tiga perempat masyarakat tidak permisif terkait perilaku ini. Gambar 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi. 2012–2013 60 50 40 30 20 10 0 2.20 25.76 Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar Secara umum laki-­‐laki lebih menganggap perilaku seorang pegawai negeri yang bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi sebagai hal yang kurang wajar atau tidak wajar sebesar 78,54 persen atau naik 3,85 persen dari tahun 2012 sebesar 74,69 persen. Sementara perempuan yang menilai kurang wajar atau tidak wajar sebesar 74,31 persen. Persentase masyarakat yang tidak permisif (kurang wajar atau tidak wajar) lebih tinggi pada laki-­‐laki daripada perempuan. Tabel 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi Menurut Jenis Kelamin, 2012-­‐2013 Pendapat 2012 2013 Laki-­‐Laki Perempuan Laki-­‐Laki Perempuan Sangat Wajar 1,43 1,01 0,38 0,47 Wajar 23,89 27,32 21,08 25,22 Kurang Wajar 20,47 20,89 21,18 20,00 Tidak Wajar 54,22 50,78 57,36 54,31 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 36 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 20.70 52.34 0.43 23.41 20.52 55.65 2012 2013
  • 61. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 Berdasarkan Gambar 5.3 terlihat pada tahun 2013, sebesar 82,70 persen masyarakat menyatakan bahwa perilaku orang tua mengajak anaknya dalam kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Angka ini mengalami peningkatan tipis sebesar 2,48 persen dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 80,22 persen Sedangkan masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 17,30 persen. Gambar 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak, 2012–2013 70 60 50 40 30 20 10 2.04 18.74 18.37 61.85 0.45 16.85 19.37 63.33 Meski lebih dari tiga perempat masyarakat menganggap kurang wajar atau tidak wajar perilaku orang tua mengajak anaknya dalam kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak, ternyata masih ada masyarakat yang menyatakan sebaliknya. Hal ini merupakan tantangan untuk mendorong masyarakat memiliki nol toleransi (zero tolerance) terhadap perilaku yang tidak hanya jelas sebagai perilaku korupsi namun juga perilaku yang dapat dikategorikan sebagai akar dari perilaku korupsi. Apabila dilihat berdasarkan wilayah, dari Tabel 5.3 nampak pada 2013 persentase masyarakat yang berdomisili di wilayah perkotaan lebih tinggi menyatakan kurang wajar atau tidak wajar dibanding masyarakat di perdesaan. Sekitar 84,92 persen masyarakat di perkotaan mengatakan kurang wajar atau tidak wajar apabila ada orang tua yang mengajak anaknya INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 37 0 Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar 2012 2013
  • 62. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 dalam kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak Sedangkan masyarakat yang berdomisili di wilayah pedesaan yang menyatakan perilaku tersebut kurang wajar atau tidak wajar sebesar 80,69 persen Tabel 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak Menurut Wilayah Domisili, 2012-­‐2013 Pendapat 2012 2013 Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Sangat Wajar 0,72 1,33 0,27 0,62 Wajar 15,47 21,69 14,81 18,69 Kurang Wajar 17,83 18,85 17,36 21,17 Tidak Wajar 65,97 58,13 67,56 59,52 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Perilaku korupsi secara umum dapat diduga disebabkan dari perilaku kecil yang mencerminkan ketidakjujuran mulai dari level yang paling awal yakni keluarga. Kejujuran merupakan salah satu nilai intergritas KPK yang dianggap sebagai salah satu cara untuk melawan sikap permisif terhadap perilaku korupsi. Gambar 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya tetapi Tidak Melaporkannya, 2012–2013 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2.15 4.74 Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar 38 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 15.15 79.97 0.07 3.37 14.19 82.37 2012 2013
  • 63. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 Komposisi masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar tentang perilaku seseorang mengetahui saudaranya mengambil uang orang tuanya dan tidak melaporkannya relatif besar mencapai 96,56 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun 2012, angka ini mengalami peningkatan tipis sebesar 1,44 persen. Sedangkan, persentase masyarakat yang menilai wajar atau sangat wajar relatif jauh lebih kecil sebesar 3,44 persen dari keseluruhan masyarakat. Gambaran yang serupa juga secara umum ditemukan baik pada laki-­‐ laki maupun perempuan, dimana mayoritas responden cenderung tidak permisif. Seperti yang disajikan pada Tabel 5.4 terlihat pada tahun 2013 perempuan yang berpendapat tentang perilaku seseorang yang mengetahui saudaranya mengambil uang orang tuanya dan tidak melaporkannya merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar sebesar 96,66 persen jauh lebih besar daripada yang menyatakan wajar atau sangat wajar sebesar 3,34 persen. Senada dengan penjelasan tersebut, pada tahun 2013 laki-­‐laki yang menyatakan kurang wajar atau tidak wajar sebesar 96,44 persen atau naik 1,50 persen dibandingkan tahun 2012 sebesar 94,94 persen. Angka tersebut juga jauh lebih besar daripada yang menyatakan wajar atau sangat wajar sebesar 3,56 persen. Tidak ada perbedaan pendapat yang signifikan antara laki-­‐laki dan perempuan terkait perilaku tersebut. Tabel 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya Tetapi Tidak Melaporkannya Menurut Jenis Kelamin, 2012-­‐2013 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 39 Pendapat 2012 2013 Laki-­‐Laki Perempuan Laki-­‐Laki Perempuan Sangat Wajar 0,20 0,11 0,13 0,02 Wajar 4,86 4,63 3,43 3,32 Kurang Wajar 15,97 14,47 14,31 14,10 Tidak Wajar 78,97 80,79 82,13 82,56 Total 100,00 100,00 100,00 100,00
  • 64. V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 5.1.2. Perilaku di Tingkat Komunitas Dalam setiap masyarakat desakan untuk melakukan perilaku korupsi bisa disebabkan karena banyak faktor, diantaranya faktor kultural dan struktural. Pada masyarakat patrimonial seperti Indonesia, faktor kultural yang mendorong timbulnya korupsi bisa karena adanya nilai atau kebiasaan, tradisi pemberian hadiah, oleh-­‐oleh atau semacam itu kepada tokoh informal maupun tokoh formal dalam sebuah komunitas. Budaya upeti sebagai bentuk pemenuhan kewajiban oleh kawula kepada gustinya sudah lama tertanam sejak jaman kerajaan di Indonesia. Dengan kata lain, aliran kekayaan (wealth flow) 40 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 yang berasal dari golongan masyarakat yang memiliki status sosial lebih rendah kepada golongan masyarakat berstatus sosial lebih tinggi sudah terinternalisasi sejak lama. Interclass wealth flow tersebut meskipun tidak dapat serta merta dikategorikan sebagai perilaku korupsi, namun diyakini kuat merupakan sebuah akar kultural perilaku korupsi. Faktor kultural yang sudah terjadi sejak lama seperti itu diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi internalisasi budaya yang cenderung koruptif. Pada level komunitas terdiri dari empat variabel yang dikaji., yaitu: • Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang kepada tokoh informal (adat/agama/masyarakat) ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian) • Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang kepada tokoh informal (adat/agama/masyarakat) ketika menjelang hari raya keagamaan. • Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kades/Lurah) ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian) • Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kades/Lurah) ketika menjelang hari raya keagamaan Secara umum, mayoritas masyarakat menyatakan bahwa perilaku seseorang yang memberi uang/barang kepada tokoh informal (tokoh adat/ agama/masyarakat) ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian) merupakan hal yang wajar/sangat wajar.