SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
HUKUM
MENDEL




Selama abad 19 berkembang konsep tentang
heriditas Lamarck
Hipotesa Darwin ‘Pangenesis”
germ sel mengandung semua komponen sel dari
keseluruhan tubuh, yang artinya materi genetik
pada germ sell sama dengan materi genetik yang
ada pada tubuh
Konsep maternal.>< Paternal
EKsperiment Darwin










fenotif suatu tanaman (Pisum sativoum), yang
memiliki sifat
bentuk biji (bundar& keriput),
Warna Biji (Kuning& hijau),
Warna bungga (Putih &merah-unggu),
Perbedaan Bentuk polong (Mengembung & keriput),
Perbedaan kedudukan bunga (Aksial dan terminal)
serta
perbedaan tinggi Tanaman.






Pada tahap awal Mendel Mengisolasi semua jenis
tanaman tersebut dalam tempat yang terpisah dan
melakukan seleksi fenotif (galur murni)
Kemudian dilakukan uji peryerbukan buatan antar
varietas untuk mendapatkan filial pertamanya
berdasarkan pasangan tetuanya. Selanjutnya F1
tersebut ditanam kembali dan dibiarkan terjadi
peryerbukan secara alami untuk mendapatkan F2.
berdasarkan sifat sifat yang muncul dari F2, sifat F3,
dari perkawinan antar F 2. dsb, Mendel menyusun
teori hereditasnya.








Gregor mendel mengembangkan konsep sistim
hereditas dari suatu ekprimen,
bahwa material heriditas berasal dari kedua
induknya (Maternal-Paternal) dalam bentuk unit
terpisah
dimana akan berekspresi dalam anakan pada
generasi berikutnya.
Dari hasil penemuan tentang konsep hereditas ini
mendel disebut sebagai peletak pertama konsep
genetika
hipotesa mendel






Informasi untuk semua sifat (Warna) adalah
faktor tertentu yang diwariskan oleh (Gen)
Gen berada dalam bentuk berpasangan
yang disebut alel.
Pada organisme diploid, alel dominan suatu
gen mungkin menutupi ekspresi alel resesif









Mc Lord ,Avery dan dan Mc Carty.
Disebut sebagai tonggak kedua perkembangan ilmu
genetik karena penjelasannya bahwa gen itu adalah
DNA.
DNA merupakan senyawa nukleotida yang mampu
mengadakan self reproduktif menghasilkan copi
duplikasi
Struktur DNA berhasil ditemukan seiring dengan
perkembangan miskroskop elektron
Watson dan Crik menunjukkan model heliksrangkap dari DNA.
Sifat Pewarisan materi
genetik

Hukum Mendel I & II
Penjelasan lebih lanjut

Bentuk aksi gen dalam
pewarisan suatu fenotif

Dilihat dari jumlah gen pengaur

Aksi gen Tunggal

fenotif

Aksi dua gen

aditif

komplet

Tidak komnplit

Aksi banyak gen

epistatik
GENETIKA IKAN
Ikan memiliki varisi fenotif yang beragam. Ada dua tipe
variasi fenotif:
 Kuantitati variasi, variasi fenotif yang terukur; panjang,
berat.
 Kualitatif variasi, variasi fenotif yang tidak terukur, disebut
juga sebagai fenotif (warna, spot, miror dll)
Kualitatif fenotif sering disebut sebagai genetik mendel..
 Gen bisa berada dalam autosom maupun kromoson sex,.
 Secara umum Ekspresi gen autosom terdiri atas:
Aditif
: tiap alel menghasilkan efek fenotif yang seimbang
Non adiftif : apabila salah satu alel menghasilkan ekpresi
fenotif yang lebih kuat dari alel yang lain
WARNA IKAN
Pada ikan warna yang muncul merupakan pengabungan dari
beberapa tipe pigmentasi:






pigmen hitam dan melanin ada pada melanophore
pigmen kuning ada pada xanthophore
pigmen merah ada pada erythophore
pigmen silver ada pad iridocyte pada sel ephithel
biru pada guanophore

ikan yang kekurangan pigmen melanin/ hitam, terjadi
reduksi/ pengurangan pigmen yang lain sehingga akan
berwarna putih/pale cream dan ikannya disebut sebagai
albino.
BENTUK AKSI GEN
SINGLE GENOTIF
 COMPLET DOMINAN




Aksi dominan muncul jika suatu alel berekspresi
lebih kuat dari alel lainnya. Alel yang memiliki
ekspresi lebih kuat disebut dominan,
sedang yang ekspresinya lemah disebut resesif.
Jika bentuk aksi gen bersifat komplet dominan,
maka hanya ada dua feotif,


Ikan F1 akan menghasilkan ikan berwarna (heterozigot) dan albino,
apabila dikawinkan sesamannya. F2 terdiri dari 3 genotif dan 2
fenotif, dominasi alel warna terhadap alel resesif albino terlihat pada
genotif heterozigot Aa yan menghasilkan fenotif ikan berwarna .

(warna)

AA
AA

F2 (3:1)

><

aa (albino)
Aa
>< Aa

AA

Aa

(F1)

aa
Non komplit dominan
V gen mmenunjukkan jumlah guanophore yang mempengaruhi warna tubuh,
karena dominasinya yang tidak komplit, genotif heterozigotnya menghasilkan




Adalah bentuk dominasi alel
dominan terhadap alel resesif,
tetapi tidak cukup mempengaruhi
fenotif pada kondisi genotif
hetorozigot. Gen yang memiliki
alel non komplit dominan
menghasilkan 3 genotif dan
fenotif.
Pada kondisi heteozigot kedua
alel saling mempengaruhi
membentuk fenotif baru.
Mendekati gen dominan Contoh:
pada ikan Siamese finging fish.

fenotif yang mendekati warna fenotif dominan, dimana pengaruhnya lebih besar
dari pada fenotid resesif sehingga menghasilkan warna yang khas.
Genotif
VV
Vv
vv

Fenotif
Biru tua
Blue
hijau

Hal menarik lagi dari fenomena non komplit dominan terjadi pada Tilapia aureta
yang memiliki gene S sebagai sekspresi gen lethal dominant. Apabila kita
mengawinkan dua ikan seddle back, maka

rasio genotif dan fenotif yang

diharapkan adalah (1:2:1) karena homozigot dominan akan mati maka yang
terlihat hanya (2S+: 1++)
Genotif
SS
S+
++

Fenotif
death
Saddleback (abnormal Dorsal .fin)
normal
C. Aditif


Sifat ini muncul Jika kedua alel sama sama dominan. Kontribusi
pengaruh kedua alel dalam kondisi seimbang terhadap fenotif.
Fenotif Heterozigot adalah intermediat antara dua fenotif
homozigot.
Contoh fenomena aditif pada rainbow trout. Yang memiliki gen G menghasilkan
fenotif golden, palomonia, normal pigmen
Genotif

Fenotif

G’G’
G G’
GG

Golden
palomonia
Normal pigmen
Aksi Dua Gen pada Autosom
Jika dua atau lebih gen independen (autosom), masing2
gen mempengaruhi fenotif, gen tersebut bisa merupakan
bagian dari fenotif atau kombinasi fenotif. Tiap gen
diwariskan secara independen,
DOMINAN
G menghasilkan grey guppies, resesif alel g menghasilkan gold
gupy. Gen Cu mempengaruhi bentuk spine, Cu alel dominan
untuk normal spine, resesif alel cu menghasilkan bentuk spine
curvatur.
Jika dua heterozigot grey gupy dengan normal spine (Gg,Cucu) dikawinkan:
Jantan-betina

G,Cu

G,cu

G,Cu

g,cu

G,Cu
G,cu
G,Cu
g,cu
G : grey
Cu : normal Spine

g : gold
cu Curve spine

Rasio fenotif (9:3:3:1 (Grey-normal S, grey curve S, gold nolmal S, gold Cuve
S) ) karena aksi gen G dan Cu adalah komplit dominan (lihat tabel punnet).
B.


Aditif
Interaksi gen aditif dengan 2 atau lebih loci yang sama dengan aksi
gen tungal. maka ada lebih banyak kemungkinan fenotif karena ada
banyak kemungkinan genotif.
Contoh , warna tubuh melanistik pada stock domestifikasi dari ikan Moly.
Fenotif dikontol oleh gen M dan N. Fenotif melanistik diatur oleh banyaknya
jumlah alel warna M dan N dari pasangan alel (MM,Mm, mm, NN.Nn.nn).
Genotif

Jumlah

Klas warna

alel warna
MM,NN

4

IV b

MM,Nn; MmNN:

3

IV a

Mm,Nn:

2

IIIb

MM,nn; mm,NN

2

IIIa

Mm,nn; mm,Nn

1

II

mm,nn

0

I
Apabila kita mengawinkan dua heterozigot Mm,Nn, frekwensi
fenotif anaknya adalah (Lihat tabel Punet)
..1: 4: 6: 4:1 ( IVb : Iva: III: II: I)
Genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1

Manual prosedur:
Jantan-betina
MN
Mn
mN
NN

MN

Mn

mN

mn
Epistatik


Epistatic adalah interaksi alel dari dua loci atau lebih yang
menghasilkan fenotif yang berbeda dengan produk gen itu
sendiri. Jika kombinasi spesifik alel dari 2 gen menghasilkan
suatu fenotif, maka interaksi normal antara 2 loci menghasilkan
F2. 9:3:3:1 (Lihat tabel Punnet). Jika ada model interaksi
epistatic jumlah fenotif yang muncul berkurang menjadi 2 atau 3
tergantung tipe epistaticnya.
Dominan epistatik


Jika alel dominan pada satu lokus (lokus epistatik), menghasilkan suatu
fenotif tertentu (Khas), Gen kedua dapat berekspresi menghasilkan fenotif
jika locus pertama(epistatik) resesif homozigot. Gen kedua ini
menghasilkan dua fenotif tambahan. Rasio fenotif dominan epistatic F2.
12:3:1 (tabel punnet)



Contoh: kejadian albino pada ikan Goldfish. Yang di kontrol oleh
dominan epistatic. Gen M adalah lokus epistatik mengekspresikan
“dark goldfish”, jika lokus M homozigot (mm), lokus S dapat
menghasilkan pewarnaan “light”(SS dan Ss) dan albino (ss), jika
dua ikan heretozigot dikawinkan (Mm,Ss) maka:
Jantan-betina

MS

Ms

mS

ms

MS
Ms
mS
ms

Rasio Fenotif
Genotif

:12:3:1 (Drak, light, albino)
: 1:2:2:4:1:2:1:2:1

Normal pigmet

+a >< + a Normal pigmet
+

Jantan

a

Betina
+
a

++
+a

Rasio genotif : 1(++): 2 (+a): 1 (aa)
Rasio fenotif : Normal pigmen (3) : albino (1)

+a
aa







Tipe sisik ikan mas diatur oleh gen S dan N dengan aksi gen
dominan epistatik terhadap gen N, (dominan epistatik lethal). Jika
N lokus homozigot maka ikan mati.
Gen S complet dominan terhadap s. Resesif fenotif diatur oleh alel s
dimana akan terjadi penurunan jumlah sisik dan pembesaran sisik
(miror).
Satu alel N merubah sisik ikan menjadi pola garis (leather).
Satu alel S dan N meyebabkan sisik terbatas pada dorsal, ventral dan
lateral line)
Genotif
SS,nn: Ss,nn
Ss nn
SS,Nn: Ss,Nn
Ss,Nn
SS,NN:Ss,NN: ss NN

Fenotif
Scaled
mirror
Line
Leather
Death
Jika heterozigot saling dikawinkan, maka
Jantan-betina

SN

Sn

SN
Sn
nS
ns
Rasio genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1
Rasio fenotif: 4:6:2:3:1 (death, line, lether, scaled, miror)

nS

ns
C.2. Resesif epistatik


Terjadi jika genotif resesif pada suatu lokus (lokus
epiststik) menekan ekspresi fenotif lokus lain, genotif
pada lokus kedua hanya dapat berekspresi jika ada alel
dominan pada lokus epistatik(pertama)



Contoh pada warna bola mata ikan Mexican, warna
‘black, brown dan pink pada mata ikan ini diatur oleh gen
ab dan bw. ab lokus epistatik, abab menghasilkan genotif
warna mata pink tampa memperdulikan alel bw, suatu
alel dominan ab(+) diikuti bw menghasilkan fenotif
warna mata brown.
Jika heterozigot saling dikawinkan, maka
Jantan-betina

++

+bw

ab+

abbw

++
+bw
ab+
abbw
Rasio genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1 Rasio fenotif: 9:3:4 (black: brown:pink)
Tabel . Punnet square.
Rasio fenotif F2

Tipe gen aksi
Single autosom gene

3:1

Complet dominan

1:2:1

Incomplite dominan: additiv: codominan
Two autosomal genes, each producing different phenotypes

9:3:3:1

Two genes with complete dominan

3:6:3:1:2:1

Two genes : one complete dominance; the other with either
additive, incomplete dominan or codominn gene action
1:2:1:2:4:2:1:2:1 Two genes, any combination of genes with additive,
codominant or incomplete dominan gene action
Two autosomal genes producing the phenotype thraugh additive interaction
1:4:6:4:1

additive

Two autosomal genes producing the phenotype through epistatik interaction
12:3:1

dominan epistasis

9:3:4

recessive epistasis

9:6:1

duplicate genes with cumulative effects

15:1

duplicate dominace genes

9:7

Duplicate recessive

13:3

Dominan and recessive interaction

More Related Content

What's hot

Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewanOrganogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewanLampung University
 
PRESENTASI BIOLOGI BAB Pembelahan sel SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013
PRESENTASI BIOLOGI BAB Pembelahan sel SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013PRESENTASI BIOLOGI BAB Pembelahan sel SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013
PRESENTASI BIOLOGI BAB Pembelahan sel SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013Dhea Rizky
 
RPP Biologi X-KD 3. 2 ( keanakaragaman hayati) almansyahnis sman 8 pku
RPP Biologi X-KD 3. 2 ( keanakaragaman hayati)  almansyahnis sman 8 pkuRPP Biologi X-KD 3. 2 ( keanakaragaman hayati)  almansyahnis sman 8 pku
RPP Biologi X-KD 3. 2 ( keanakaragaman hayati) almansyahnis sman 8 pkualmansyahnis .
 
Bab 6 pewarisan sifat
Bab 6 pewarisan sifatBab 6 pewarisan sifat
Bab 6 pewarisan sifatAan Khoirudin
 
Rancangan acak kelompok (RAK)
Rancangan acak kelompok (RAK)Rancangan acak kelompok (RAK)
Rancangan acak kelompok (RAK)Muhammad Eko
 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakanpoiuytrew
 
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaGoogle
 
Mikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udara
Mikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udaraMikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udara
Mikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udaraAgnescia Sera
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiPPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiAgustin Dian Kartikasari
 
Perkawinan trihibrid
Perkawinan trihibridPerkawinan trihibrid
Perkawinan trihibridJeneng Omega
 
Keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistem
Keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistemKeanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistem
Keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistemAulliya silfiana
 

What's hot (20)

Ppt. fisiologi hewan.
Ppt. fisiologi hewan.Ppt. fisiologi hewan.
Ppt. fisiologi hewan.
 
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewanOrganogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
Organogenesis sistem saraf//perkembangan hewan
 
Genetika
GenetikaGenetika
Genetika
 
PRESENTASI BIOLOGI BAB Pembelahan sel SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013
PRESENTASI BIOLOGI BAB Pembelahan sel SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013PRESENTASI BIOLOGI BAB Pembelahan sel SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013
PRESENTASI BIOLOGI BAB Pembelahan sel SMA KELAS 12 KURIKULUM 2013
 
RPP Biologi X-KD 3. 2 ( keanakaragaman hayati) almansyahnis sman 8 pku
RPP Biologi X-KD 3. 2 ( keanakaragaman hayati)  almansyahnis sman 8 pkuRPP Biologi X-KD 3. 2 ( keanakaragaman hayati)  almansyahnis sman 8 pku
RPP Biologi X-KD 3. 2 ( keanakaragaman hayati) almansyahnis sman 8 pku
 
Bab 6 pewarisan sifat
Bab 6 pewarisan sifatBab 6 pewarisan sifat
Bab 6 pewarisan sifat
 
POLA PEWARISAN SIFAT
POLA PEWARISAN SIFAT POLA PEWARISAN SIFAT
POLA PEWARISAN SIFAT
 
Ekologi Tumbuhan
Ekologi TumbuhanEkologi Tumbuhan
Ekologi Tumbuhan
 
15 contoh rekayasa genetika
15 contoh rekayasa genetika15 contoh rekayasa genetika
15 contoh rekayasa genetika
 
Rancangan acak kelompok (RAK)
Rancangan acak kelompok (RAK)Rancangan acak kelompok (RAK)
Rancangan acak kelompok (RAK)
 
bahan baku pakan
bahan baku pakanbahan baku pakan
bahan baku pakan
 
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
 
Mikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udara
Mikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udaraMikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udara
Mikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udara
 
Ppt materi genetika
Ppt materi genetikaPpt materi genetika
Ppt materi genetika
 
Sistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewanSistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewan
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiPPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
 
Perkawinan trihibrid
Perkawinan trihibridPerkawinan trihibrid
Perkawinan trihibrid
 
KROMOSOM, BERANGKAI dan PINDAH SILANG
KROMOSOM, BERANGKAI dan PINDAH SILANGKROMOSOM, BERANGKAI dan PINDAH SILANG
KROMOSOM, BERANGKAI dan PINDAH SILANG
 
Keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistem
Keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistemKeanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistem
Keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistem
 
Kelompok 6 mamalia prototheria
Kelompok 6 mamalia prototheriaKelompok 6 mamalia prototheria
Kelompok 6 mamalia prototheria
 

Viewers also liked

Viewers also liked (10)

De in
De inDe in
De in
 
Penyimpangan semu hukum mendel
Penyimpangan semu hukum mendelPenyimpangan semu hukum mendel
Penyimpangan semu hukum mendel
 
Penyimpangan semu hukum mendel
Penyimpangan semu hukum mendelPenyimpangan semu hukum mendel
Penyimpangan semu hukum mendel
 
Smoky Gold
Smoky GoldSmoky Gold
Smoky Gold
 
Against Reason Exhibition Cat
Against Reason Exhibition CatAgainst Reason Exhibition Cat
Against Reason Exhibition Cat
 
Guava’s Event Bus
Guava’s Event BusGuava’s Event Bus
Guava’s Event Bus
 
Benign lesions of larynx
Benign lesions of larynxBenign lesions of larynx
Benign lesions of larynx
 
Groundnut
GroundnutGroundnut
Groundnut
 
The gruffalo
The gruffaloThe gruffalo
The gruffalo
 
CoachingForLife Model
CoachingForLife ModelCoachingForLife Model
CoachingForLife Model
 

Similar to Hukum mendel

Similar to Hukum mendel (20)

Pedoman pengkajian fenotip kualitatif
Pedoman pengkajian fenotip kualitatifPedoman pengkajian fenotip kualitatif
Pedoman pengkajian fenotip kualitatif
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptxBab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
Bab 5 Pola-pola Hereditas. coret.pptx
 
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptxBAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
BAB 5 POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL dan BAB 6 POLA-POLA HEREDITAS.pptx
 
Genetika Mendel
Genetika MendelGenetika Mendel
Genetika Mendel
 
Mendelisme1
Mendelisme1Mendelisme1
Mendelisme1
 
Pola pola hereditas
Pola pola hereditasPola pola hereditas
Pola pola hereditas
 
Genetika Dasar.ppt
Genetika Dasar.pptGenetika Dasar.ppt
Genetika Dasar.ppt
 
Pola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas IsmailPola Pola Hereditas Ismail
Pola Pola Hereditas Ismail
 
GENETIKA DAN EVOLUSI.pdf
GENETIKA DAN EVOLUSI.pdfGENETIKA DAN EVOLUSI.pdf
GENETIKA DAN EVOLUSI.pdf
 
Pewarisan sifat
Pewarisan sifatPewarisan sifat
Pewarisan sifat
 
Konsep hereditas mendel
Konsep hereditas mendelKonsep hereditas mendel
Konsep hereditas mendel
 
Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1
 
Pola Hereditas
Pola HereditasPola Hereditas
Pola Hereditas
 
Pewarisan sifat kls.9
Pewarisan sifat kls.9Pewarisan sifat kls.9
Pewarisan sifat kls.9
 
Biologi pertumbuhan
Biologi pertumbuhanBiologi pertumbuhan
Biologi pertumbuhan
 
Pewarisan Sifat
Pewarisan SifatPewarisan Sifat
Pewarisan Sifat
 
Makalah hukum mendel
Makalah hukum mendelMakalah hukum mendel
Makalah hukum mendel
 
Makalah kode genetika
Makalah kode genetikaMakalah kode genetika
Makalah kode genetika
 
Buku Hereditas
Buku HereditasBuku Hereditas
Buku Hereditas
 

More from Annisa Khoerunnisya (20)

Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20
 
Pajak bab 12 13 fix
Pajak bab 12 13 fixPajak bab 12 13 fix
Pajak bab 12 13 fix
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
 
Bab9 kel10 manajemen investasi_akt4
Bab9 kel10 manajemen investasi_akt4Bab9 kel10 manajemen investasi_akt4
Bab9 kel10 manajemen investasi_akt4
 
Bab8 kel10 manajemen investasi_akt4
Bab8 kel10 manajemen investasi_akt4Bab8 kel10 manajemen investasi_akt4
Bab8 kel10 manajemen investasi_akt4
 
Mi bab5 kel10_revisii
Mi bab5 kel10_revisiiMi bab5 kel10_revisii
Mi bab5 kel10_revisii
 
Bab3 kel10 mi
Bab3 kel10 miBab3 kel10 mi
Bab3 kel10 mi
 
kerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangankerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangan
 
Ekop bab15 kel4_akt2.ppt
Ekop bab15 kel4_akt2.pptEkop bab15 kel4_akt2.ppt
Ekop bab15 kel4_akt2.ppt
 
Ekop bab14 kel4_akt2
Ekop bab14 kel4_akt2Ekop bab14 kel4_akt2
Ekop bab14 kel4_akt2
 
Ekop bab12 kel4_akt2.ppt
Ekop bab12 kel4_akt2.pptEkop bab12 kel4_akt2.ppt
Ekop bab12 kel4_akt2.ppt
 
Ekop bab11 kel4_akt2
Ekop bab11 kel4_akt2Ekop bab11 kel4_akt2
Ekop bab11 kel4_akt2
 
Ekop bab9 kel4_akt2.ppt
Ekop bab9 kel4_akt2.pptEkop bab9 kel4_akt2.ppt
Ekop bab9 kel4_akt2.ppt
 
Ekop bab8 kel4_akt2
Ekop bab8 kel4_akt2Ekop bab8 kel4_akt2
Ekop bab8 kel4_akt2
 
Ekop bab6 kel4_akt2
Ekop bab6 kel4_akt2Ekop bab6 kel4_akt2
Ekop bab6 kel4_akt2
 
Ekop bab3 kel4_akt2
Ekop bab3 kel4_akt2Ekop bab3 kel4_akt2
Ekop bab3 kel4_akt2
 
Ekop bab2 kel4_akt2
Ekop bab2 kel4_akt2Ekop bab2 kel4_akt2
Ekop bab2 kel4_akt2
 
Kombis bab16 kel9_akt2
Kombis bab16 kel9_akt2Kombis bab16 kel9_akt2
Kombis bab16 kel9_akt2
 
Kombis bab11 kel9_akt2
Kombis bab11 kel9_akt2Kombis bab11 kel9_akt2
Kombis bab11 kel9_akt2
 
Kombis bab7 kel9_akt2
Kombis bab7 kel9_akt2Kombis bab7 kel9_akt2
Kombis bab7 kel9_akt2
 

Hukum mendel

  • 2.   Selama abad 19 berkembang konsep tentang heriditas Lamarck Hipotesa Darwin ‘Pangenesis” germ sel mengandung semua komponen sel dari keseluruhan tubuh, yang artinya materi genetik pada germ sell sama dengan materi genetik yang ada pada tubuh Konsep maternal.>< Paternal
  • 3. EKsperiment Darwin        fenotif suatu tanaman (Pisum sativoum), yang memiliki sifat bentuk biji (bundar& keriput), Warna Biji (Kuning& hijau), Warna bungga (Putih &merah-unggu), Perbedaan Bentuk polong (Mengembung & keriput), Perbedaan kedudukan bunga (Aksial dan terminal) serta perbedaan tinggi Tanaman.
  • 4.    Pada tahap awal Mendel Mengisolasi semua jenis tanaman tersebut dalam tempat yang terpisah dan melakukan seleksi fenotif (galur murni) Kemudian dilakukan uji peryerbukan buatan antar varietas untuk mendapatkan filial pertamanya berdasarkan pasangan tetuanya. Selanjutnya F1 tersebut ditanam kembali dan dibiarkan terjadi peryerbukan secara alami untuk mendapatkan F2. berdasarkan sifat sifat yang muncul dari F2, sifat F3, dari perkawinan antar F 2. dsb, Mendel menyusun teori hereditasnya.
  • 5.     Gregor mendel mengembangkan konsep sistim hereditas dari suatu ekprimen, bahwa material heriditas berasal dari kedua induknya (Maternal-Paternal) dalam bentuk unit terpisah dimana akan berekspresi dalam anakan pada generasi berikutnya. Dari hasil penemuan tentang konsep hereditas ini mendel disebut sebagai peletak pertama konsep genetika
  • 6. hipotesa mendel    Informasi untuk semua sifat (Warna) adalah faktor tertentu yang diwariskan oleh (Gen) Gen berada dalam bentuk berpasangan yang disebut alel. Pada organisme diploid, alel dominan suatu gen mungkin menutupi ekspresi alel resesif
  • 7.      Mc Lord ,Avery dan dan Mc Carty. Disebut sebagai tonggak kedua perkembangan ilmu genetik karena penjelasannya bahwa gen itu adalah DNA. DNA merupakan senyawa nukleotida yang mampu mengadakan self reproduktif menghasilkan copi duplikasi Struktur DNA berhasil ditemukan seiring dengan perkembangan miskroskop elektron Watson dan Crik menunjukkan model heliksrangkap dari DNA.
  • 8. Sifat Pewarisan materi genetik Hukum Mendel I & II Penjelasan lebih lanjut Bentuk aksi gen dalam pewarisan suatu fenotif Dilihat dari jumlah gen pengaur Aksi gen Tunggal fenotif Aksi dua gen aditif komplet Tidak komnplit Aksi banyak gen epistatik
  • 9. GENETIKA IKAN Ikan memiliki varisi fenotif yang beragam. Ada dua tipe variasi fenotif:  Kuantitati variasi, variasi fenotif yang terukur; panjang, berat.  Kualitatif variasi, variasi fenotif yang tidak terukur, disebut juga sebagai fenotif (warna, spot, miror dll) Kualitatif fenotif sering disebut sebagai genetik mendel..  Gen bisa berada dalam autosom maupun kromoson sex,.  Secara umum Ekspresi gen autosom terdiri atas: Aditif : tiap alel menghasilkan efek fenotif yang seimbang Non adiftif : apabila salah satu alel menghasilkan ekpresi fenotif yang lebih kuat dari alel yang lain
  • 10. WARNA IKAN Pada ikan warna yang muncul merupakan pengabungan dari beberapa tipe pigmentasi:      pigmen hitam dan melanin ada pada melanophore pigmen kuning ada pada xanthophore pigmen merah ada pada erythophore pigmen silver ada pad iridocyte pada sel ephithel biru pada guanophore ikan yang kekurangan pigmen melanin/ hitam, terjadi reduksi/ pengurangan pigmen yang lain sehingga akan berwarna putih/pale cream dan ikannya disebut sebagai albino.
  • 11. BENTUK AKSI GEN SINGLE GENOTIF  COMPLET DOMINAN   Aksi dominan muncul jika suatu alel berekspresi lebih kuat dari alel lainnya. Alel yang memiliki ekspresi lebih kuat disebut dominan, sedang yang ekspresinya lemah disebut resesif. Jika bentuk aksi gen bersifat komplet dominan, maka hanya ada dua feotif,
  • 12.  Ikan F1 akan menghasilkan ikan berwarna (heterozigot) dan albino, apabila dikawinkan sesamannya. F2 terdiri dari 3 genotif dan 2 fenotif, dominasi alel warna terhadap alel resesif albino terlihat pada genotif heterozigot Aa yan menghasilkan fenotif ikan berwarna . (warna) AA AA F2 (3:1) >< aa (albino) Aa >< Aa AA Aa (F1) aa
  • 13. Non komplit dominan V gen mmenunjukkan jumlah guanophore yang mempengaruhi warna tubuh, karena dominasinya yang tidak komplit, genotif heterozigotnya menghasilkan   Adalah bentuk dominasi alel dominan terhadap alel resesif, tetapi tidak cukup mempengaruhi fenotif pada kondisi genotif hetorozigot. Gen yang memiliki alel non komplit dominan menghasilkan 3 genotif dan fenotif. Pada kondisi heteozigot kedua alel saling mempengaruhi membentuk fenotif baru. Mendekati gen dominan Contoh: pada ikan Siamese finging fish. fenotif yang mendekati warna fenotif dominan, dimana pengaruhnya lebih besar dari pada fenotid resesif sehingga menghasilkan warna yang khas. Genotif VV Vv vv Fenotif Biru tua Blue hijau Hal menarik lagi dari fenomena non komplit dominan terjadi pada Tilapia aureta yang memiliki gene S sebagai sekspresi gen lethal dominant. Apabila kita mengawinkan dua ikan seddle back, maka rasio genotif dan fenotif yang diharapkan adalah (1:2:1) karena homozigot dominan akan mati maka yang terlihat hanya (2S+: 1++) Genotif SS S+ ++ Fenotif death Saddleback (abnormal Dorsal .fin) normal
  • 14. C. Aditif  Sifat ini muncul Jika kedua alel sama sama dominan. Kontribusi pengaruh kedua alel dalam kondisi seimbang terhadap fenotif. Fenotif Heterozigot adalah intermediat antara dua fenotif homozigot. Contoh fenomena aditif pada rainbow trout. Yang memiliki gen G menghasilkan fenotif golden, palomonia, normal pigmen Genotif Fenotif G’G’ G G’ GG Golden palomonia Normal pigmen
  • 15. Aksi Dua Gen pada Autosom Jika dua atau lebih gen independen (autosom), masing2 gen mempengaruhi fenotif, gen tersebut bisa merupakan bagian dari fenotif atau kombinasi fenotif. Tiap gen diwariskan secara independen, DOMINAN G menghasilkan grey guppies, resesif alel g menghasilkan gold gupy. Gen Cu mempengaruhi bentuk spine, Cu alel dominan untuk normal spine, resesif alel cu menghasilkan bentuk spine curvatur.
  • 16. Jika dua heterozigot grey gupy dengan normal spine (Gg,Cucu) dikawinkan: Jantan-betina G,Cu G,cu G,Cu g,cu G,Cu G,cu G,Cu g,cu G : grey Cu : normal Spine g : gold cu Curve spine Rasio fenotif (9:3:3:1 (Grey-normal S, grey curve S, gold nolmal S, gold Cuve S) ) karena aksi gen G dan Cu adalah komplit dominan (lihat tabel punnet).
  • 17. B.  Aditif Interaksi gen aditif dengan 2 atau lebih loci yang sama dengan aksi gen tungal. maka ada lebih banyak kemungkinan fenotif karena ada banyak kemungkinan genotif. Contoh , warna tubuh melanistik pada stock domestifikasi dari ikan Moly. Fenotif dikontol oleh gen M dan N. Fenotif melanistik diatur oleh banyaknya jumlah alel warna M dan N dari pasangan alel (MM,Mm, mm, NN.Nn.nn). Genotif Jumlah Klas warna alel warna MM,NN 4 IV b MM,Nn; MmNN: 3 IV a Mm,Nn: 2 IIIb MM,nn; mm,NN 2 IIIa Mm,nn; mm,Nn 1 II mm,nn 0 I
  • 18. Apabila kita mengawinkan dua heterozigot Mm,Nn, frekwensi fenotif anaknya adalah (Lihat tabel Punet) ..1: 4: 6: 4:1 ( IVb : Iva: III: II: I) Genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1 Manual prosedur: Jantan-betina MN Mn mN NN MN Mn mN mn
  • 19. Epistatik  Epistatic adalah interaksi alel dari dua loci atau lebih yang menghasilkan fenotif yang berbeda dengan produk gen itu sendiri. Jika kombinasi spesifik alel dari 2 gen menghasilkan suatu fenotif, maka interaksi normal antara 2 loci menghasilkan F2. 9:3:3:1 (Lihat tabel Punnet). Jika ada model interaksi epistatic jumlah fenotif yang muncul berkurang menjadi 2 atau 3 tergantung tipe epistaticnya.
  • 20. Dominan epistatik  Jika alel dominan pada satu lokus (lokus epistatik), menghasilkan suatu fenotif tertentu (Khas), Gen kedua dapat berekspresi menghasilkan fenotif jika locus pertama(epistatik) resesif homozigot. Gen kedua ini menghasilkan dua fenotif tambahan. Rasio fenotif dominan epistatic F2. 12:3:1 (tabel punnet)  Contoh: kejadian albino pada ikan Goldfish. Yang di kontrol oleh dominan epistatic. Gen M adalah lokus epistatik mengekspresikan “dark goldfish”, jika lokus M homozigot (mm), lokus S dapat menghasilkan pewarnaan “light”(SS dan Ss) dan albino (ss), jika dua ikan heretozigot dikawinkan (Mm,Ss) maka:
  • 21. Jantan-betina MS Ms mS ms MS Ms mS ms Rasio Fenotif Genotif :12:3:1 (Drak, light, albino) : 1:2:2:4:1:2:1:2:1 Normal pigmet +a >< + a Normal pigmet + Jantan a Betina + a ++ +a Rasio genotif : 1(++): 2 (+a): 1 (aa) Rasio fenotif : Normal pigmen (3) : albino (1) +a aa
  • 22.     Tipe sisik ikan mas diatur oleh gen S dan N dengan aksi gen dominan epistatik terhadap gen N, (dominan epistatik lethal). Jika N lokus homozigot maka ikan mati. Gen S complet dominan terhadap s. Resesif fenotif diatur oleh alel s dimana akan terjadi penurunan jumlah sisik dan pembesaran sisik (miror). Satu alel N merubah sisik ikan menjadi pola garis (leather). Satu alel S dan N meyebabkan sisik terbatas pada dorsal, ventral dan lateral line) Genotif SS,nn: Ss,nn Ss nn SS,Nn: Ss,Nn Ss,Nn SS,NN:Ss,NN: ss NN Fenotif Scaled mirror Line Leather Death
  • 23. Jika heterozigot saling dikawinkan, maka Jantan-betina SN Sn SN Sn nS ns Rasio genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1 Rasio fenotif: 4:6:2:3:1 (death, line, lether, scaled, miror) nS ns
  • 24. C.2. Resesif epistatik  Terjadi jika genotif resesif pada suatu lokus (lokus epiststik) menekan ekspresi fenotif lokus lain, genotif pada lokus kedua hanya dapat berekspresi jika ada alel dominan pada lokus epistatik(pertama)  Contoh pada warna bola mata ikan Mexican, warna ‘black, brown dan pink pada mata ikan ini diatur oleh gen ab dan bw. ab lokus epistatik, abab menghasilkan genotif warna mata pink tampa memperdulikan alel bw, suatu alel dominan ab(+) diikuti bw menghasilkan fenotif warna mata brown.
  • 25. Jika heterozigot saling dikawinkan, maka Jantan-betina ++ +bw ab+ abbw ++ +bw ab+ abbw Rasio genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1 Rasio fenotif: 9:3:4 (black: brown:pink)
  • 26. Tabel . Punnet square. Rasio fenotif F2 Tipe gen aksi Single autosom gene 3:1 Complet dominan 1:2:1 Incomplite dominan: additiv: codominan Two autosomal genes, each producing different phenotypes 9:3:3:1 Two genes with complete dominan 3:6:3:1:2:1 Two genes : one complete dominance; the other with either additive, incomplete dominan or codominn gene action 1:2:1:2:4:2:1:2:1 Two genes, any combination of genes with additive, codominant or incomplete dominan gene action Two autosomal genes producing the phenotype thraugh additive interaction 1:4:6:4:1 additive Two autosomal genes producing the phenotype through epistatik interaction 12:3:1 dominan epistasis 9:3:4 recessive epistasis 9:6:1 duplicate genes with cumulative effects 15:1 duplicate dominace genes 9:7 Duplicate recessive 13:3 Dominan and recessive interaction

Editor's Notes

  1. {}