Dokumen tersebut membahas dua model pengembangan kurikulum, yaitu model administratif dan model grass roots. Model administratif mengikuti pendekatan top-down di mana inisiatif berasal dari atasan, sedangkan model grass roots mengikuti pendekatan dari bawah ke atas di mana inisiatif berasal dari guru. Kedua model memiliki kelebihan dan kekurangan dalam implementasinya.
1. APLIKASI MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM : GRASS ROOTS DAN
ADMINISTRATIF MODEL
Disusun guna memenuhi tugas terstruktur
Mata kuliah: Pengembangan Kurikulum
Dosen pengampu: M. Nurhalim
Oleh:
Nama: Aji Febrianto
Nim: 102332081
Jurusan/smtr/prodi: tarbiyah/V/PBA2
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2012
2. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum secara umum didefinisikan sebagai rencana (plan) yang dikembangkan untuk
memperlancar proses belajar dan mengajar dengan arahan dan bimbingan sekolah serta anggota
stafnya.
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran
yang ingin dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititikberatkan
untuk meningkatkan kualiatas pendidikan. Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan
model yang dijadikan lambang teroritis untuk melaksanakan suatu kegiatan. Model atau konstruksi
merupakan ulasan teroritis tentang suatu konsepsi dasar.
Dalam makalah ini akan dikemukakan dua model pengembangan kurikulum, yang hendaknya
bisa dipergunakan untuk mengembangkan kurikulum menuju proses belajar mengajar untuk mencapai
dan meningkatkan kualitas pendidikan. Model pengembangan kurikulum tersebut adalah administrative
model dan Grass-Roots
3. PEMBAHASAN
Model pengembangan kurikulum menurut Robert s. Zails dalam bukunya yang berjudul
curriculum principles and foundation. Zails mengemukakan 8 model pengembangan kurikulum tetapi
dalam makalah ini hanya dua model pengembangan kurikulum yang akan dibahas.
A. Model Administratif
Model ini dikenal dengan adanya garis staf atau model dari atas ke bawah (top down).
Kerja model ini adalah: Pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah yang biasanya terdiri atas
pengawas pendidikan, kepala sekolah dan staf pengajar inti. Pantiia pengarah ini bertugas
merencanakan, memberi pengarahan tentang garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah
dan tujuan umum pendidikan.
Selesai pekerjaan tersebut, mereka menunjuk kelompok-kelompok kerja sesuai dengan
keperluan anggota-anggota. Kelompok kerja umumnya terdiri atas staf pengajar dan spesialis
kurikulum. Tugasnya adalah menyusun tujuan khusus, isi dan kegiatan belajar. Hasil pekerjaan
direfisi oleh panitia pengarah. Bila dipandang perlu dan meskipun hal ini jarang terjadi, akan
diadakan uji coba untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya. Hal ini dikerjakan oleh suatu komisi
lainnya yang ditunjuk oleh panitia pengarah dan anggotanya terdiri atas sebagian besar kepala-
kepala sekolah. setelah selesai maka pekerjaan itu diserahkan kembali kepada pantia pengarah
untuk ditelaah sekali lagi kemudian diimplementasikan.1
Model administratif diistilahkan juga model garis staf atau top down, dari atas ke
bawah.
Pengembangan kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
a. Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang (pengawas
pendidikan, kepsek, dan pengajar inti).
b. Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum an rumusan falsafah yang diikuti.
1Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 70
4. c. Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para spesialis kurikulum
dan staf pengajar yang bertugas untuk merumuskan tujuan khusus, GBPP, dan kegiatan
belajar.
d. Hasil kerja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil dari try out.
e. Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah direvisi seperlunya,
baru kurikulum tersebut diimplementasikan.2
Kelemahan model ini terdapat pada tiga hal, yakni :
1) Pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak demokratis,
Karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari atas ke
bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke atas;
2) Pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan
kurikulum secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan
masyarakat, melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukkan
macam-macamkepanitian.
3) Kelemahan utama dari model administratif adalah diterapkannya konsep dua fase, yakni
konsep yang mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem
sekolah dalam dua fase sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru, dan fase
pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut.
B. Model dari Bawah atau (Grass-Roots)
Sejarah Grass Roots
Dilihat dari cakupan pengembangannya ada dua pendekatan yang dapat diterapkan.
Pertama, pendekatan top down atau pendekatan administrative, yaitu pendekatan dengan sistem
komando dari atas ke bawah; dan kedua adalah pendekatan grass root, atau pengembangan
kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat atau skala
2 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 96
5. yang lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah
ke atas.
Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para
pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model
grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru
sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya
pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena
sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan
kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga
digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction).
Dalam kondisi yang bagaimana kiri-kira guru dapat berinisiatif memperbarui dan atau
menyempurnakan kurikulum dengan pendekatan semacam ini ? Ya, minimal ada syarat sebagai
kondisi yang memungkinkan pendekatan grass roots dapat berlangsung. Pertama, manakala
kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru
secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang
diberlakukan. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan
teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini.
Kedua, pendekatan grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap
professional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai. Sikap professional itu biasanya
ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya untuk
meningkatkan kinerjanya. Seorang professional itu akan selalu berusaha menambah
pengetahuan dan wawasannya dengan menggali sumber-sumber pengetahuan. Ia juga akan
selalu mencoba dan mencoba untuk mencapai kesempurnaan. Ia tidak akan puas dengan hasil
yang minimal. Ia akan bisa tenang manakala hasil kinerjanya sesuai dengan target maksimalnya.
Dalam kondisi yang demikianlah grass roots akan terjadi.
6. Kemudian bagaimana dengan kenyataan di Indonesia ? banyakkah guru-guru yang mempunyai
kemauan dan kemampuan seperti ini ? Baiklah sekarang jangan terlalu hiraukan keadaan itu
secara berlebihan, yang terpenting adalah kita harus mulai memahami bagaimana pelaksanaan
pendekatan grass roots ini dilakukan. Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang
dapat kita lakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini.
Pertama, menyadari adanya masalah. Pendekatan grass roots biasanya diawali dari keresahan
guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi
pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi
belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebaginya. Pemahaman dan kesadaran
guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran
masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung. Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita
merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya
masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan
membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan
pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat
mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa
harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menentukan pengalaman
pembelajaran.
Kedua, setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa.
Ketiga, Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. Keempat,
mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda. Terdapat beberapa
bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam
mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan
7. sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.
Untuk lebih merinci, penulis akan mengulas kembali secara rinci, bahwa inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang
dari seorang guru sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Hal itu didasarkan
atas pertimbangan bahwa guru adalah : Perencana, pelaksana, penyempurna dari pengajaran di
kelasnya. Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model
yaitu :
1.Guru memiliki kemampuan yang professional.
2.Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan
evaluasi.
3.Muncul konsensus tujuan, prinsip – prinsip maupun rencana – rencana diantara
para guru.
4.Bersifat desentralisasi dan demokratis.3
Dari model ini yang disebut model dari bawah, maka inisiatif pengembangan kurikulum
model ini berada di tangan staf pengajar sebagai pelaksana pada suatu sekolah atau pada beberapa
sekolah sekaligus. Model ini didasarkan pada pandangan bahwa implementasi kurikulum akan lebih
berhasil jika staf pengajar sebagai pelaksanaa sudah sejak semula diikutsertakan dalam
pengembangan kurikulum.
Kegiatan pengembangan kurikulum cara ini sangat memperhatikan kerjasama dengan orang
tua, peserta didik, dan masyarakat. Kerjasama diantara sesama pengajar dengan sendirinya
merupakan bagian yang penting dalam model ini. Kedudukan administrator hanyalah cukup
memberikan bimbingan dan dorongan saja. Dan staf pengajar akan melaksanakan tugas
pengembangan kurikulumnya secara demokratis.
3http://agunkscape.blogspot.com/2012/03/model-pengembangan-kurikulum-grass.html/
8. Biasanya, pada langkah-langkah tertentu diselenggarakan lokakarya untuk membahas
langkah-langkah selanjutnya. Lokakarya akan melibatkan staf pengajar, kepala sekolah, orang tua
peserta didik, orang awam lainnya, para konsultan dan narasumber lainnya. 4
Langkah-langkahnya:
a. Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar)
b. Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah nara sumber lain dari orang tua peserta didik
atau masayarakat luas yang relevan
c. Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan
d. Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan lokakarya untuk
mencari input yang diperlukan5
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatian dalam menerapkan model pengembangan grass
roots ini, yaitu:
a. guru harus memiliki kemampuan yang professional,
b. guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum dan penyelesaian masalah kurikulum,
c. guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evalusi,
d. seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum yang akan berdampak terhadap
pemaham guru dan akan menghasilkan konsesus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana.
Model pengambangan kurikulum ini dapat dikembangakan pada lingkup luas maupun dalam lingkup
yang sempit. Dapat berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi dapat pula
digunakan untuk beberapa bidang studi maupun pada beberapa sekolah yang lebih luas. dalam
prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja operasional dalam pengembangan kurikulum
secara kooperatif sehingga dapat menghasilkan suatu kurikulum yang sistemik.
Oleh karena itu pengembangan kurikulum model ini sangat membutuhkan dukungan moril maupun
4Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 71
5Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 96
9. materil yang bersifat kondusif dari pihak pimpinan. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam
model ini, di antaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan
partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada
kendali mutu), maka cenderung banyak mengabaikan kebijakan pusat.6
Fungsi Model Pengembangan Kurikulum Bagi Guru
Menurut pendapat Oemar Hamalik Pengembangan kurikulum adalah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah peubahan-
perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri
siswa. Sedangkan kesempatan belajar yang dimaksud adalah hubungan yang telah direncanakan dan
terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan
diharapkan terjadi. Ini terjadi bahwa semua kesempatan belajar direncanakan oleh guru, bagi para
siswa sesungguhnya adalah ”kurikulum itu sendiri”. Oleh karena itu dalam memahami pengembangan
kurikulum dengan lebih baik lagi guru dapat terlebih dahulu mempelajari model-model pengembangan
kurikulum agar lebih mudah mempelajari bagaimana cara mengembangkan kurikulum tersebut.
Menurut Nadler model yang baik adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk mengerti dan
memahami suatu proses secara mendasar dan menyuluruh. Hal ini berarti model pengembangan
kurikulum yang baik adalah model yang dapat membantu para pengembang kurikulum dalam
mengembangkan kurikulum dilapangan. Berkenaan dengan model-model pengembangan kurikulum,
maka fungsi model pengembangan kurikulum bagi guru adalah:
1. Sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang sesuai dengan
pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan.
2. . Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum tercipta dari
mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan, yang mungkin selama ini guru hanya
6http://agunkscape.blogspot.com/2012/03/model-pengembangan-kurikulum-grass.html/
10. mengetahui bahwa kurikulum itu sebagai sesuatu yang siap saji., padahal melalui proses yang
panjang sesuai dengan model mana yang dipilih oleh pengembang kurikulum atau pengambil
kebijaksanaan.
3. Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi, karakteristik, dan
sesuai dengan pengalaman belajar yang diharapkan atau dibutuhkan oleh siswa.
4. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang merupakan bagian tugas profesional guru
yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
5. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model pengembangaan
kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya diharapkan untuk memperbaiki
kurikulum yang dilaksanakan.
11. DAFTAR PUSTAKA
Subandijah,Pengembangan dan Iovasi Kurikulum,1996 Jakarta:Pt RajaGrafindo Persada
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, 2004 Jakarta: Pt Rineka Cipta
Sanjaya Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, 2010, Jakarta: Kencana
Sukmadinata Syaodih Nana, Pengembangan Kurikulum, 2001, Bandung : Pt Remaja
http://soegiartho.cybermq.com/post/detail/9925/model-model-pengembangan-kurikulum (anggal unduh
12 Januari 2013)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/model-pengembangan-kurikulum/ (tanggal unduh 12
januari 2013)
http://agunkscape.blogspot.com/2012/03/model-pengembangan-kurikulum-grass.html/ (tanggal unduh
12 januari 2013)