1. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
‘Aisyah Binti Abu Bakar (Wafat 57 H)
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. membuka lembaran kehidupan rumah
tangganya dengan Aisyah yang telah banyak dikenal. Aisyah laksana lautan luas
dalam kedalaman ilmu dan takwa. Di kalangan wanita, dialah sosok yang
banyak menghafal hadits-hadits Nabi, dan di antara istri-istri Nabi, dia memiliki
keistimewaan yang tidak dimiliki istri Nabi yang lain. Ayahnya adalah sahabat
dekat Rasulullah yang menemani beliau hijrah. Berbeda dengan istri Nabi yang
lain, kedua orang tua Aisyah melakukan hijrah bersama Rasulullah.
Ketika wahyu datang kepada Rasulullah, Jibril membawa kabar bahwa Aisyah
adalah istrinya di dunia dan akhirat, sebagaimana diterangkan di dalam hadits
riwayat Tirmidzi dari Aisyah :
‘Jibril datang membawa gambarnya pada sepotong sutera hijau kepada Nabi
Shallallahu alaihi wassalam., lalu berkata, ini adalah istrimu di dunia dan
akhirat.”
Dialah yang menjadi sebab atas turunnya firman Allah yang menerangkan
kesuciannya dan membebaskannya dari fitnah orang-orang munafik.
Nasab dan Masa KeciI Aisyah
Aisyah adalah putri Abdullah bin Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad
bin Tamim bin Marrah bin Ka’ab bin Luay, yang lebih dikenal dengan nama Abu
Bakar ash-Shiddiq dan berasal dari suku Quraisy at-Taimiyah al-Makkiyah.
Ayahnya adalah ash-Shiddiq dan orang pertama yang mempercayai Rasulullah
ketika terjadi Isra’ Mi’raj, saat orang-orang tidak mempercayainya.
Menurut riwayat, ibunya bernama Ummu Ruman. Akan tetapi, riwayat-riwayat
lain mengatakan bahwa ibunya adalah Zainab atau Wa’id binti Amir bin
Uwaimir bin Abdi Syams. Aisyah pun digolongkan sebagai wanita pertama yang
masuk Islam, sebagaimana perkataannya, “Sebelum aku berakal, kedua orang
tuaku sudah menganut Islam.”
Ummu Ruman memberikan dua orang anak kepada Abu Bakar, yaitu
Abdurrahman dan Aisyah. Anak Iainnya, yaitu Abdullah dan Asma, berasal dan
Qatlah binti Abdul Uzza, istri pertama yang dia nikahi pada masa jahiliyah.
Ketika masuk Islam, Abu Bakar menikahi Asma binti Umais yang kemudian
melahirkan Muhammad, juga menikahi Habibah binti Kharijah yang melahirkan
Ummu Kultsum. Aisyah dilabirkan empat tahun sesudah Nabi diutus menjadi
Rasulullah. Ketika dakwah Islam dihambat oleh orang-orang musyrik, Aisyah
melihat bahwa ayahnya menanggung beban yang sangat besar. Semasa kecil dia
bermain- main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah usianya belum
1
2. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan bahwâ
Rasulullah membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya.
Pernikahan yang Penuh Berkah
Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a, datang wahyu kepada Nabi
Shallallahu alaihi wassalam. untuk menikahi Aisyah . Setelah itu Rasulullah
berkata kepada Aisyah, “Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-
turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar
sutera seraya berkata, ‘Ini adalah istrimu.’ Ketika aku membuka tabirnya,
tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya, ‘Jika ini benar dari
Allah, niscaya akan terlaksana.” Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya
sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah setuju menikahi putri mereka,
Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang
penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam. hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri-istri beliau
ditinggalkan di Mekah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus
orang untuk menjemput mereka, termasuk di dalamnya Aisyah . Karena cuaca
buruk yang melanda Madinah, Aisyah sakit keras dan badannya menyusut
seperti juga dialami orang-orang Muhajirin. Menyaksikan hal itu, Rasulullah
berdoa, “Ya Allah, jadikanlah karni sebagai orang yang mencintai Madinah
sebagaimana cinta kami kepada Mekah, atau bahkan lebih lagi. Sembuhkanlah
penghuninya dan penyakit. Berikanlah keberkahan kepada kami dalam
timbangan dan takarannya. Lindungilah kami dan penyakit, dan alihkanlah
penyakit itu ke Juhfah.” Allah mengabulkan doa Rasulullah, dan cuaca
berangsur membaik, sehingga hilanglah penyakit yang melanda kaum
muhajirin. Aisyah pun sembuh dan bersiap-siap menghadapi hari pernikahan
dengan Rasuhillah Shallallahu alaihi wassalam.
Dengan izin Allah menikahlah Aisyah dengan maskawin lima ratus dirham.
Ketika ditanya oleh Abu Salamah bin Abdurrahman tentang jumlah mahar yang
diberikan Rasulullah:
“Aisyab menjawab, Mahar Rasulullah kepada istri-irstrinya adalah dua belas
uqiyah dan satu nasy. Tahukah kamu satu nasy itu? Dijawab, Tidak. Kemudian
lanjut Aisyah. Satu nasy itu sama dengan setengah uqiyah, yaitu lima ratus
dirham. Maka inilah mahar Rasulullah terhadap istri-istri beliau.“ (HR. Muslim)
Istri Kecintaan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam
Aisyah tinggal di kamar yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Di kamar
itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat
turunnya wahyu. Di hati Rasulullah, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan itu
tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Di dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Anas bin Malik dikatakan, “Cinta pertama yang terjadi di dalam Islam
adalah cintanya Rasulullah kepada Aisyah .”
2
3. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
Di dalam riwayat Tirmidzi dikisahkan, “Bahwa ada seseorang yang menghina
Aisyah di hadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya,
‘Sungguh celaka kamu. Kamu telab menyakiti istri kecintaan Rasulullah’.”
Selain itu ada juga kisah lain yang menunjukkan besarnya cinta Nabi kepada
Aisyah, dan itu sudah diketahui oleh kaurn muslimin saat itu. Oleh karena itu,
kaum muslimin senantiasa menanti-nanti datangnya hari giliran Rasulullah pada
Aisyah sebagai hari untuk menghadiahkan sesuatu kepada Nabi Shallallahu
alaihi wassalam. Keadaan seperti itu menimbulkan kecemburuan di kalangan
istri Rasulullah lainnya. Tentang hal itu Aisyah pernah berkata:
“Orang-orang berbondong-bondong memberi hadiah pada hari giliran Rasulullah
padaku. Karena itu, teman-temanku (istri Nabi yang lainnya) berkumpul di
tempat Ummu Salamah. Mereka berkata, ‘Hai Ummu Salamah, demi Allah,
orang-orang berbondong-bondong mernberikan hadiah pada hari
giliranRasulullah di rumah Aisyah, sedangkan kita juga ingin rnemperoleh
kebaikan sebagaimana yang diinginkan oleh Aisyah.’ Melihat reaksi seperti itu,
Rasulullah meminta kaum muslimin untuk memberikan hadiah kepada beliau
pada hari giliran istri Rasulullah yang mana saja. Ummu Salamah pun telah
menyatakan keberatan kepada Rasulullah. Dia berkata, “Rasulullah berpaling
dariiku. Ketika beliau mendatangi aku, akupun kernbali mernperingatkan hal
itu, tetapi beliau berbuat hal yang serupa. Ketika aku rnenginatkan beliau
untuk yang ketiga kalinya, beliau tetap berpaling dariku, sehingga akhirnya
beliau bersabda, ‘Demi Allah, wahyu tidak turun kepadaku selama aku berada
di dekat kalian, kecuali ketika aku dalam satu selimut bersama Aisyah.” (HR.
Muslim)
Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah terhadap Aisyah sangat besar,
mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan
ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, ”Demi Allah, dia adalah manusia
yang paling beliau cintai setelah ayahnya (Abu Bakar).”
Suatu waktu, Rasulullah ditanya oleh Amru bin ‘Aash, “Siapakah manusia yang
paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah!” Amru bertanya lagi, “Dan
dari kalangan laki-laki?” Beliau menjawab, “Ayahnya!” (Hadits muttafaqirn
‘alaihi)
Di antar istri-istri Rasulullah, Saudah binti Zum’ah sangat memahami
keutamaan- keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam
bagiannya untuk Aisyah.
Suatu hari Shafiyah bin Huyay meminta kerelaan Rasulullah melalui Aisyah,
yaitu sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Aisyah.
“Suatu ketika Rasulullah enggan mendekati Shafiyah binti Huyay bin Ahthab.
Karena itu Shafyyah berkata kepada Aisyah, ‘Hai Aisyah, apakah engkau dapat
3
4. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
merelakan Rasulullah kepadaku? Dan engkau akan mendapatkan hari bagianku.
‘Aisyab menjawab, ‘Ya!’ Kernudian Aisyah mengambil kerudung yang ditetesi
za’faran dan disiram dengan air agar lebih harum. Setelah itu dia duduk di
sebelah Rasulullah, narnun beliau bersabda, ‘Ya Aisyah, menjauhlah engkau
dariku. Hari ini bukan hari bagianmu. ‘Aisyab berkata, ‘Ini adalah keutamaan
yang diberiikan Allah kepada dia yang dikehendaki-Nya.’ Aisyah kemudian
menceritakan duduk permasalahannya dan Rasulullah pun rela kepada
Shafyyah.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu
yang menjadikan Rasulullah rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau
menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah
satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias
untuk Rasulullah. Menjelang wafat, Rasulullah meminta izin kepada istri-
istrinya untuk beristirahat di rumah Aisyah selama sakitnya hingga wafatnya.
Dalam hal ini Aisyah berkata, “Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah
wafat di pangkuanku.”
Fitnah Terhadapnya
Aisyah pernah mengalami fitnah yang mengotori lembaran sejarah kehidupan
sucinya, hingga turun ayat Al-Q ur’an yang menerangkan kesucian dirinya.
Kisahnya bermula dari sini. Seperti biasanya, sebelum berangkat perang,
Rasulullah mengundi istrinya yang akan menyertainya berperang. Ternyata
undian jatuh kepada Aisyah, sehingga Aisyah yang menyertai beliau dalam
Perang Bani al-Musthaliq. Saat itu bertepatan dengan turunnya perintah
memakai hijab. Setelah perang selesai dan kaum muslimin memetik
kemenangan, Rasulullah kembali ke Madinah. Ketika tentara Islam tengah
beristirahat di sebuah pelataran, Aisyah masih berada di dalam sekedup
untanya. Pada malam harinya, Rasulullah mengizinkan rombongan berangkat
pulang. Ketika itu Aisyah pergi untuk hajatnya, dan kembali. Ternyata, kalung
di lehernya jatuh dan hilang, sehingga dia keluar dan sekedup dan mencari-cari
kalungnya yang hilang. Ketika pasukan siap berangkat, sekedup yang mereka
angkat ternyata kosong. Mereka mengira Aisyah berada di dalam sekedup.
Setelah kalungnya ditemukan, Aisyah kembali ke pasukan, namun alangkah
kagetnya karena tidak ada seorang pun yang dia temukan. Aisyah tidak
meninggalkan tempat itu, dan mengira bahwa penuntun unta akan tahu bahwa
dirinya tidak berada di dalamnya, sehingga mereka pun akan kembali ke
tempat semula. Ketika Aisyah tertidur, lewatlah Shafwan bin Mu’thil yang
terheran-heran melihat Aisyah tidur. Dia pun mempersilakan Aisyah
menunggangi untanya dan dia menuntun di depannya. Berawal dari kejadian
itulah fitnah tersebar, yang disulut oleh Abdullah bin Ubay bin Salul.
Ketika tuduhan itu sarnpai ke telinga Nabi, beliau mengumpulkan para sahabat
dan meminta pendapat mereka. Usamah bin Zaid berkata, “Ya Rasulullah, dia
adalah keluargamu … yang kau ketahui hanyalah kebaikan semata.“ Ali juga
4
5. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
berpendapat, “Ya Rasulullah, Allah tidak pernah mempersulit engkau. Banyak
wanita selain dia.” Dari perkataan Ali, ada pihak yang memperuncing masalah
sehingga terjadilah pertentangan berkelanjutan antara Aisyah dan Ali.
Mendengar pendapat-pendapat dari para sahabat Nabi, bentambah sedihlah
Aisyah, terlebih setelah dia melihat adanya perubahan sikap pada diri Nabi.
Ketika Aisyah sedang duduk-duduk bersarna orang tuanya, Rasulullah
menghampirinya dan bersabda:
“Wahai Aisyah aku mendengar berita bahwa kau telah begini dan begitu. Jika
engkau benar-benar suci, niscaya Allah akan menyucikanmu. Akan tetapi, jika
engkau telah berbuat dosa, bertobatlah dengan penuh penyesalan, niscaya
Allah akan mengampuni dosamu.” Aisyah menjawab, “Demi Allah, aku tahu
bahwa engkau telah mendengar kabar inmi, dan ternyata engkau
mempercayainya. Seandainya aku katakan bahwa aku tetap suci pun, niscaya
hanya Allahlah yang mengetahui kesucianku, dan tentunya engkau tak akan
mempercayaiku. Akan tetapi, jika aku mengakui perbuatan itu, sedangkan
Allah mengetahui bahwa aku tetap suci, maka kau akan mempercayai
perkataanku. Aku hanya dapat mengatakan apa yang dikatakan Nabi Yusuf,
‘Maka bersabar itu lebih baik’. Dan Allah pula yang akan menolong atas apa
yang engkau gambarkan.”
Aisyah sangat mengharapkan Allah menurunkan wahyu berkaitan dengan
masalahnya, namun wahyu itu tidak kunjung turun. Baru setelah beberapa saat,
sebelum seorang pun meninggalkan rumah Rasulullah, wahyu yang
menerangkan kesucian Aisyah pun turun kepada beliau. Rasulullah segera
menemui Aisyah dan berkata, “Hai Aisyah, Allah telah menyucikanmu dengan
firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi
kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka
mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka
yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar.” (QS. An-Nuur:11)
Demikianlah kemulian yang disandang Aisyah, sehingga bertambahlah
kemuliaan dan keagungannya di hati Rasulullah.
Perjalanan Hidup yang Mulia
Pada hakikatnya, setiap manusia memiliki kelemahan, begitu juga halnya
dengan Aisyah, yang selain memiliki kehormatan dan martabat juga memiliki
kekurangan. Dalam hal ini dia pernah berkata,
5
6. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
“Aku tidak pernah melihat pembuat makanan seperti Shafiyyah. Dia selalu
menghadiahi makanan kepada Rasulullah. Tanpa sadar aku pernah memecahkan
tempat makanan yang dibawa Shafiyyah. Aku bertanya kepada Rasulullah apa
yang dapat dijadikan sebagai tempat yang pecah itu. Rasulullab menjawab,
‘Tempat diganti dengan tempat dan makanan diganti dengan makanan.“ (HR.
Bukhari)
Aisyah pernah berkata:
“Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, meminta izin kepada
Rasulullah. Ketika itu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. merasa bahwa
cara Halah meminta izin sama dengan cara Khadijah meminta izin, dan beliau
merasa senang atas semua itu. Lalu beliau berkata, ‘Ya Allah, inilah Halah binti
Khuwailid.’ Aku berkata, ‘Apa yang engkau sebut itu adalab seorang nenek dari
nenek-nenek kaum Quraisy, yang kedua sudut mulutnya merah. Dia telah tua
renta ditelan masa. Semoga Allah memberi untukmu pengganti yang lebih baik
daripada dia.‘ Mendengar itu Rasulullah menjawab, ‘Allah tidak akan
memberikan pengganti yang lebib baik darpada Khadijah. Dia telah beriman
kepadaku ketika orang lain mengingkariku. Dia telah mempercayaiku ketika
orang lain mendustakanku. Dia telah mendermakan harta bendanya untuk
perjuanganku ketika orang lain menolak memberikan harta mereka. Allah telah
memberkahiku dengan putra-putri lewat Khadijah ketika yang lain tidak
memberiku anak.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Terdapat beberapa pendirian yang tegas dan pemecahan problema hukum yang
penting, baik khusus yang berkaitan dengan wanita maupun secara umum yang
berkaitan dengan kehidupan kaum muslimin secara umum. Diriwayatkan bahwa
pada zaman dahulu seorang laki-laki dapat menceraikan istrinya dengan
sekehendak hati. Wanita itu akan kembali menjadi istrinya jika suaminya
membujuk kembali dalam keadaan iddah, sekalipun dia telah menceraikannya
seratus kali. Bahkan suami itu berkata kepada istrinya, “Demi Allah, aku akan
menceraikanmu sehingga engkau menjadi jelas, dan aku tidak akan memberimu
nafkah selamanya”. Istrinya menemui Aisyah dan menceritakan. Dia menjawab,
Aku menceraikanmu jika iddahmu hampir berakhir, dan jika engkau telah suci
kembali, aku akan merujukmu kembali. Istrinya menemui Aisyah dan
menceritakan masalah yang dihadapinya. Aisyah terdiarn hingga Rasulullah
datang. Beliau pun diam tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut hingga
turunlah ayat:
“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelab itu boleh rujuk lagi dengan cara
yang ma‘ruf atau menceraikannya dengan cara yang baik….” (al-Baqarah: 229)
Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita
yang melanggar syariat Islam. Suatu ketika dia mendengar bahwa kaum wanita
dari Hamash di Syam mandi di tempat pemandian umum. Aisyah mendatangi
mereka dan berkata,
6
7. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda, ‘Perempuan
yang menanggalkan pakaiannya di rumah selain rumah suaminya maka dia telah
membuka tabir penutup antara dia dengan Tuhannya.“ (HR. Ahmad, Abu Daud,
dan Ibnu Majah)
Aisyah pun pernah menyaksikan adanya perubahan pada pakaian yang
dikenakan wanita-wanita Islam setelah Rasulullah wafat. Aisyah menentang
perubahan tersebut seraya berkata, “Seandainya Rasulullah melihat apa yang
terjadi pada wanita (masa kini), niscaya beliau akan melarang mereka
memasuki masjid sebagaimana wanita Israel dilarang memasuki tempat ibadah
mereka.”
Di dalam Thabaqat Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman
menemui Ummul-Mukminin Aisyah . Ketika itu Hafsyah mengenakan kerudung
tipis. Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya
dengan kerudung yang tebal.
Hadist yang Diriwayatkan Aisyah
Aisyah memiliki wawasan ilmu yang luas serta menguasai masalah-masalah
keagamaan, baik yang dikaji dari Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi, maupun ilmi
fikih. Tentang masalah ilmu-ilmu yang dimiliki Aisyah ini, di dalam Al-
Mustadrak, al-Hakim mengatakan bahwa sepertiga dari hukum-hukum syariat
dinukil dan Aisyah. Abu Musa al-Asya’ari berkata, “Setiap kali kami menemukan
kesulitan, kami temukan kemudahannya pada Aisyah.” Para sahabat sering
meminta pendapat jika menemukan masalah yang tidak dapat mereka
selesaikan sendiri. Aisyah pun sering mengoreksi ayat, hadits, dan hukum yang
keliru diberlakukan untuk kemudian dijelaskan kembali maksud yang
sebenarnya. Salah satu contoh adalah perkataan yang diungkapkan oleh Abu
Hurairah. Ketika itu Abu Hurairah merujuk hadits yang diriwayatkan oleh Fadhi
ibnu Abbas bahwa barang siapa yang masih dalam keadaan junub pada terbit
fajar, maka dia dilarang berpuasa. Ketika Abu Hurairah bertanya kepada
Aisyah, Aisyah menjawab, “Rasulullah pernah junub (pada waktu fajar) bukan
karena mimpi, kemudian beliau meneruskan puasanya.” Setelah mengetahui
hal itu, Abu Hurairah berkata, “Dia lebih mengetahui tentang keluarnya hadits
tersebut.” Kamar Aisyah lebih banyak berfungsi scbagai sekolah, yang murid-
muridnya berdatangan dari segala penjuru untuk menuntut ilmu. Bagi murid
yang bukan mahramnya, Aisyah senantiasa membentangkan kain hijab di antara
mereka. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas
dalilnya dari A1-Qur’an dan Sunnah.
Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah sehingga banyak
menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau, sebagairnana perkataannya ini:
7
8. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
“Aku pernah melihat wahyu turun kepada Rasulullah pada suatu hari yang
sangat dingin sehingga beliau tidak sadarkan diri, sementara keringat
bercucuran dari dahi beliau.“ (HR. Bukhari)
Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah
jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dia memperoleh ilmu langsung dan Rasulullah
sebagaimana ungkapannya ini:
“Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ‘Dan orang-orang yang
memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut….’ (QS. Al-
Mu’minun: 60). Apakah yang dimaksud dengan ayat di atas adalah para
peminum khamar dan pencuri?” Beliau menjawab, ‘Bukan, putri ash-Shiddiq!
Mereka adalah orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, tetapi takut (amal
mereka tidak diterima). Mereka menyegerakan diri dalam kebaikan, tetapi
mendahului (menentukan sendiri) kebaikan tersebut.” (HR. Ibnu Majah dan
Tirmidzi).
Aisyah berkata lagi: “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang firman Allah:
‘Yauma tabdalul-ardhu ghairal-ardha was-samawati. Di manakah manusia
berada, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Manusia berada di atas shirath.“
(HR. Muslim)
Aisyah termasuk wanita yang banyak menghafalkan hadits-hadits Nabi
Shallallahu alaihi wassalam, sehingga para ahli hadits menernpatkan dia pada
urutan kelima dari para penghafal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar,
Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas. Aisyah memiliki keistimewaan yang tidak
dimiliki siapa pun, yaitu meriwayatkan hadits yang langsung dia peroleh dan
Rasulullah dan menghafalkannya di rumah. Karena itu, sering dia meriwayatkan
hadits yang tidak pernah diriwayatkan oleh perawi hadits lain. Para sahabat
penghafal hadits sering mengunjungi rurnah Aisyah untuk langsung memperoleh
hadits Rasulullah karena kualitas kebenarannya sangat terjamin. Jika berselisih
pendapat tentang suatu masalah, tidak segan-segan mereka meminta
penyelesaian dari Aisyah. Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, anak saudara
laki-laki Aisyah, mengatakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar,
dan Utsman, Aisyah rnenjadi penasihat pemerintah hingga wafat.
Aisyah dikenal sebagai perawi hadits yang mengistinbath hukum sendiri ketika
kejelasan hukumnya tidak ditemukan dalam Al-Qur’an dan hadits lain. Dalam
hal ini, Abu Salamah berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih
mengetahui Sunnah Rasulullah, lebih benar pendapatnya jika dia berpendapat,
lebih mengetahui bagaimana Al-Qur’an turun, serta lebih mengenal
kewajibannya selain Aisyah.”
Suatu ketika Saad bin Hisyam menemui Aisyah, dan berkata, “Aku ingin
bertanya tentang bagaimana pendapatmu jika aku tetap membujang
8
9. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
selarnanya.” Aisyah menjawab, “Janganlah kau lakukan hal itu, karena aku
mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda tentang firman
Allah: ‘Telah kami utus rasul-rasul sebelummu, dan Kami telah ciptakan bagi
mereka istri-istri dan keturunan.’ Oleh karena itu, janganlah kamu
membujang.” Urwah bin Zubeir, salah seorang murid Aisyah, sangat mengagumi
keluarbiasaan penguasaan ilmu Aisyah. Dia berkata, “Aku berpikir tentang
urusanmu. Sungguh aku mengagumimu. Menurutku engkau adalah manusia yang
paling banyak mengetahui sesuatu.” Aisyah berkata, “Apa yang
menyebabkanmu berpendapat seperti itu?” Dia menjawab, “Engkau adalah istri
Nabi Shallallahu alaihi wassalam dan putri Abu Bakar. Engkau mengetahui hari-
hari, nasab, dan syair orang-orang Arab.” Dia berkata lagi, “Apa yang
menyebabkan engkau dan ayahmu menjadi orang yang paling pandai dariipada
seluruh orang Quraisy? Aku sangat mengagumi kepandaianmu tentang ilmu
medis. Dari manakah engkau mendapatkan ilmu itu?” Aisyah menjawab, “Wahai
Urwah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. sering sakit,
sehingga dokter-dokter Arab dan bukan Arab datang mengobati beliau. Dari
merekalah aku belajar.”
Tentang penguasaan bahasa dan sastranya, kembali Urwah berkomentar, “Demi
Allah, aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih fasih dariipada Aisyah
selain Rasulullah sendiri.” Al-Ahnaf bin Qais berkata, “Aku telah mendengar
khutbah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Alii bin Abi
Thalib. Hingga saat ini aku belum pernah mendengar satu perkataan pun dari
makhluk Tuhan yang lebih berisi dan baik daripada perkataan Aisyah.” Salah
satu contoh kefasihannya dapat kita lihat dari kata-katanya pada kuburan
ayahnya, Abu Bakar:
“Allah telah mengilaukan wajahmu, dan bersyukur atas kebaikan yang telah
engkau perbuat. Engkau merendahkan dunia karena engkau berpaling darinya.
Akan tetapi, untuk engkau adalah mulia, karena engkau selalu menghadap
untuknya. Kalau peristiwa terbesar setelah Rasulullah wafat dan musibah
terbesar adalah kematianmu, Kitab Allah rnenghibur dengan kesabaran dan
menggantikan yang baik selainmu. Aku merasakan janji Allah yang telah
ditetapkan bagirnu dan ikhlas atas kepergianmu. Dengan memohon dari-Nya
gantimu dan aku berdoa untukmu. Kami hanyalah milik Allah dan kepada-
Nyalah kami kembali. Bagimu salam sejahtera dan rahmat Allah.”
Dari Aisyah pun sering keluar kata-kata hikmah yang terkenal, seperti:
“Bagi Allah mutiara takwa. Takkan ada kesembuhan bagi orang yang di dalarn
hatinya terbersit kemarahan. Pernikahan adalah perbudakan, maka seseorang
hendaklah melihat kepada siapa dia mengabdikan putri kemuliaannya.”
9
10. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
Rasulullah Wafat dan Dikuburkan di Kamarnya
Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah selama sakit di kamarnya merupakan
kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir
hayat. Di bawah ini dia melukiskan detik-detik terakhir beliau menjelang
wafat:
“Sungguh merupakan nikmat Allah bagiku, Rasulullab wafat di rurnahku pada
hariku dan dalam dekapanku. Allah telah menyatukan ludahku dan ludah beliau
menjelang wafat. Abdurrahman menemuiku, di tangannya tergenggam siwak,
sementara aku menyandarkan beliau. Aku melihat beliau menoleh ke arah
Abdurrahman, aku segera memahami bahwa beliau menyukai siwak. Aku
berbisik kepada beliau, ‘Bolehkah aku haluskan siwak untukmu?’ beliau
memberi isyarat dengan kepala, sepertinya mengisyaratkan ‘ya’. Kemudian
beliau menyuruhku menghentikan menghaluskan siwak, sernentara di tangan
beliau ada bejana berisi air. Beliau mernasukkan kedua belab tangan dan
mengusapkannya ke wajah seraya berkata, ‘Laa ilaaha illahu… setiap kematian
mengalami sekarat (beliau mengangkat tangannya)… pada Allah Yang Maha
Tinggi. ‘Beliau menggenggam tangan dan perlahan-lahan tangan beliau jatuh ke
bawab.“ (HR. Muttafaq Alaih)
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. dikuburkan di kamar Aisyah, tepat di
tempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga
buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal itu kepada
ayahnya, Abu Bakar berkata, “Jika yang engkau lihat itu benar, maka di
rumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia di muka bumi.” Ketika
Rasulullah wafat, Abu Bakar berkata, “Beliau adalah orang yang paling mulia di
antara ketiga bulanmu.” Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur di rumah
Aisyah.
Setelah Rasulullah Wafat
Setelah Rasulullah wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang
sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh
kerelaan terhadap takdir Allah, dan selalu berdiam diri di dalam rumah semata-
mata untuk taat kepada Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu, dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
berrnaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul-bait, dan
membersihkan kamu sebersih- bersihnya.” (QS. Al-Ahzab:33)
Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk
menimba ilmu atau untuk berziarah ke makam Nabi Shallallahu alaihi
wassalam. Ketika istri-istri Nabi hendak mengutus Utsman menghadap Khalifàh
10
11. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi yang merupakan bagian
mereka, Aisyah justru berkata, “Bukankah Rasulullah telah berkata, ‘Kami para
nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah
sedekah.”
Semasa kekhalifahan Abu Bakar, kadar keilmuan Aisyah tidak begitu tampak di
kalangan kaum muslimin, karena dengan jarak waktu wafatnya Rasulullah
sangat dekat, juga karena kaum muslimin sedang disibukkan oleh perang
Riddah (perang melawan kaum murtad). Setelah dua tahun tiga bulan dan
sepuluh malam, khalifah pertama, Abu Bakar, meninggal dunia. Sebelum
meninggal, Abu Bakar berwasiat kepada putrinya agar menguburkannya di sisi
Rasulullah. Aisyah melaksanakan perintah ayahnya, dan ketika Abu Bakar
rneninggal, Aisyah menguburkan jenazahnya di sisi Nabi, kepalanya diletakkan
pada sisi pundak Nabi.
Ilmu Aisyah mulai tampak pada masa kekhalifahan Umar, sehingga para sahabat
besar senantiasa merujuk pendapat Aisyah jika mereka dihadapkan pada
permasalahan- permasalahan yang berkenaan dengan kaum muslimin. Di dalam
Thabaqat, dari Mahmud bin Luhaid, lbnu Saad berkata, “Para istri Nabi banyak
rnenghafal hadits Nabi, namun hafalan Aisyah dan Ummu Salamah tidak ada
yang dapat menandingi. Aisyah adalah penasihat kekhalifahan Umar dan
Utsman hingga dia meninggal. Pada waktu itu, Umar sangat memperhatikan
keadaan istri-istri Nabi. Tentang hal itu Aisyah berkata, ‘Umar bin Khaththab
selalu memperhatikan keadaan kami dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia
memiliki tempat kurma besar yang selalu diisi buah-buahan dan kemudian
dikirimkan kepada istri-istrii Nabi Shallallahu alaihi wassalam.’ Begitu juga
dengan Utsman bin Affan. Aisyah sangat menghormati Utsman karena
kedudukannya sangat terhormat di hati Rasulullah. Utsman bin Affan memiliki
kedermawanan dan rasa malu yang besar, sehingga Aisyah pernah berkata,
‘Nabi Shallallahu alaihi wassalam. sangat malu jika bertemu dengan Utsman.
Jika Nabi bertemu dengannya, beliau akan duduk di sampingnya dan merapikan
bajunya.’ Ketika Aisyah menanyakan hal itu, beliau menjawab, ‘Aku merasa
malu kepada seseorang yang kepadanya malaikat sangat malu.”
Di dalam hadits Nabi, Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah berwasiat kepada
Utsman agar jangan turun dari kekhalifahan jika belum terlaksana dengan
sempurna. Beliau bersabda, “Wahai Utsman, sesungguhnya pada suatu hari
nanti Allah akan mengangkatmu dalam urusan ini. Jika orang-orang munafik
menginginkan agar engkau meninggalkan baju kebesaran yang Allah pakaikan
kepadamu, janganlah engkau melepaskannya.” Beliau mengulang perkataan
tersebut tiga kali. Ketika Utsman meninggal di tangan pemberontak, Aisyahlah
yang pertama menuntut balas atas kematiannya.
Berkaitan dengan masalah permusuhan Aisyah dan Ali, terdapat hadits dari
Aisyah sendiri yang menetralkan isu tersebut. Aisyah dan Ali memiliki
kedudukan yang mulia dan terhormat, dan tentunya Aisyah tidak akan
11
12. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
melupakan bahwa Ali adalah anak paman Rasulullah sekaligus sebagai suami
dari putri Rasulullah. Aisyah pun tentu tidak akan melupakan kegigihan Ali
dalam berjihad di jalan Allah dan menjadi orang pertama yang masuk Islam dari
kalangan anak-anak. Isu pertentangan Ali dan Aisyah tentu saja tidak beralasan
karena Aisyah sangat meyakini kualitas ilmu dan sifat amanah Ali. Ketika Suraih
bin Hani menanyakan kepada Aisyah tentang mengusap khuffain (penutup
kepala) ketika berwudhu, maka Aisyah menjawab, “Datanglah kepada Ali,
karena dia selalu bepergian (safar) bersama Rasulullah.”
Setelah Ali wafat, Aisyah senantiasa berada di rumah dan memberikan
pelajaran hadits dan tafsir ayat Al-Qur’an. Aisyah tidak pernah rela
membiarkan sepak terjang Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang banyak
bertentangan dengan syariat Islam walaupun Mu’awiyah senantiasa berusaha
menarik simpatik dan kerelaan Aisyah. Suatu saat, Mu’awiyah mengutus
seseorang untuk meminta fatwa kepada Aisyah yang isinya, “Tuliskan untukku,
dan jangan terlalu banyak!” Aisyah menjawab, “Salam sejahtera buatmu. Aku
mendengar Rasululiah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda, ‘Barang siapa
yang mencari keridhaan Allah sementara manusia marah, niscaya Allah
cukupkan baginya pemaafan manusia. Dan barang siapa yang mencari keridhaan
manusia dengan kemurkaan Allah, niscaya Allah wakilkan masalah tersebut
kepada manusia. Salam sejahtera untukmu.”
Wafatnya Aisyah
Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66
tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 hijriah, dan
dikuburkan di Baqi’. Kehidupan Aisyah penuh kernuliaan, kezuhudan,
ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah, selalu beribadah,
serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Bahkan dia sering memberikan
anjuran untuk shalat malam kepada kaum muslimin. Dari Abdullah bin Qais,
Imam Ahmad menceritakan, “Aisyah berkata, ‘Janganlah engkau tinggalkan
shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah tidak pernah meninggalkannya.
Jika beliau sakit atau sedang malas, beliau melakukannya sambil duduk.”
Aisyah memiliki kebiasaan untuk memperpanjang shalat, sebagaimana
diriwayatkan oleh Ahmad dan Abdullah bin Abu Musa, “Mudrik atau Ibnu Mudrik
mengutusku kepada Aisyah untuk menanyakan segala urusan. Aku tiba ketika
dia sedang shalat dhuha, lalu aku duduk sampai dia selesai melaksanakan
shalat. Mereka berkata, ‘Sabar-sabarlah kau menunggunya.” Aisyah pun
senantiasa memperbanyak doa, sangat takut kepada Allah, dan banyak
berpuasa sekalipun cuaca sedang sangat panas. Di dalam Musnad-nya, Ahmad
berkata, “Abdurrahman bin Abu Bakar menemui Aisyah pada hari Arafah yang
ketika itu sedang berpuasa sehingga air yang dia bawa disiramkan kepada
Aisyah. Abdurrahman berkata, ‘Berbukalah.’ Aisyah menjawab, ‘Bagaimana aku
akan berbuka sementara aku mendengar Rasulullah telah bersabda,
‘Sesungguhnya puasa pada hari Arafah akan menebus dosa-dosa tahun
sebelumnya.”
12
13. Biografi Istri Rasulullah
Pustaka Pribadi Mushawwir Mus
Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga di dalam rumahnya
tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Nabi Shallallahu
alaihi wassalam. pernah bersabda, “Berjaga dirilah engkau dari api neraka
walaupun hanya dengan sebiji kurma.”
Di dalam riwayat lain dikatakan, “Aku didatangi oleh seorang ibu yang
membawa dua orang putrinya. Dia meminta sesuatu dariku sedangkan aku tidak
memiliki apa pun untuk diberikan kepada mereka selain satu biji kurma. Aku
memberikan kurma itu kepadanya, dan ibu itu membaginya kepada kedua
anaknya. Dia berdiri kern udian pergi. Setelab itu Rasulullab masuk dan
bersabda, ‘Barang siapa mengasuh anak-anak itu dan berbuat baik kepada
mereka, maka mereka akan rnenjadi penghalang baginya dari api neraka.“ (HR.
Muttafaq Alaihi).
Ada juga riwayat lain yang membuktikan kedermawanan Aisyah. Urwah
berkata, “Mu’awiyah memberikan uang sebanyak seratus ribu dirham kepada
Aisyah. Demi Allah, sebelum matahari terbenam, Aisyah sudah membagi-
bagikan sernuanya. Budaknya berkata, ‘Seandainya engkau belikan daging
untuk kami dengan uang satu dirham.’ Aisyah menjawab, ‘Seandainya engkau
katakan hal itu sebelum aku membagikan seluruh uang itu, niscaya akan aku
lakukan hal itu untukmu.”
Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Aisyah dan semoga Allah
memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.
Sumber :
buku Dzaujatur-Rasulullah, karya Amru Yusuf, Penerbit Darus-Sa’abu,
Riyadh
Diambil dari :
http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/01/aisyah-binti-abu-bakar-wafat-57-h/
13