Dokumen tersebut membahas tentang pengertian linguistik secara umum dan beberapa sistem bahasa yang menjadi objek kajian linguistik seperti sistem fonetik, fonologi, dan alat ucap manusia.
2. APA LINGUISTIK
Berdasarkan Kamus:
Hassan Shadily (1977:633-634): Linguistik
adalah penelaahan bahasa secara ilmu
pengetahuan. Tujuan utamanya ialah
mempelajari suatu bahasa secara deskriptif.
Mempelajari bahasa berdasarkan sejarah atau
ilmu perbandingan bahasa, berarti
mempelajari hubungan satu bahasa dengan
bahasa lainnya.
3. APA LINGUISTIK
A.S. HORNBY, E.V. GATENBY, H. WAKEFIELD
(1961:733)
Sebagai kata sifat: Linguistics: the study of
languages.
Sebagai kata benda: Linguistics: the science of
language; methods of learning and s tudying
languages. (Linguistik: ilmu pengetahuan
bahasa; metoda pelajaran dan belajar bahasa).
Linguist kata benda yang berarti a person who
is clever in foreign languages/ orang yang
mengetahui bahasa asing (menguasai banyak
bahasa.)
4. APA LINGUISTIK
Jadi
berdasarkan kamus, Linguistik bermakna
ilmu bahasa atau metode mempelajari
bahasa.
5. APA LINGUISTIK
Secara etimologis
Linguistik lingua (Latin) yang bermakna bahasa. sama
dengan langue, langage (Perancis) berpadanan dengan lengua
(spanyol) dan lingua (Italia)
Ferdinand de Saussure, Seorang sarjana swiss yang
merupakan pelopor linguistik modern dalam bukunya Cours de
linguistique générale (1916) mengemukakan istilah
langage, langue dan parole
Langage dalam bahasa Perancis berarti bahasa pada umumnya
Langue dalam bahasa Perancis bermakna bahasa tertentu
misalnya bahasa Indonesia, Bahasa Madura, Bahasa Jepang dll.
Parole berarti logat, ucapan, perkataan (speech Ingris)
Language dalam bahasa Ingris maknanya dapat meliputi
langue dan langage dalam bahasa Perancis.
6. APA LINGUISTIK
Pendapat Linguis
Ronald W. Longacker (1973:5) Linguistics is
the study of human language / Linguistik
adalah studi tentang bahasa manusia
John Lyons (1975:1) Linguistics my be defined
as the scientific study of language/ Linguistik
studi ilmiah tentang bahasa.
Jadi
Linguistik adalah Ilmu yang mempelajari bahasa
secara ilmiah
7. Mengapa Linguistik Umum?
Tidak hanya mempelajari bahasa tertentu
/langue
Mempelajari kedudukan bahasa tertentu/
langue dalam langage
8. Bahasa yang bagaimana?
Sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
dipergunakan oleh para anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi
dan mengidentifikasikan diri.
Bagaimana Maksudnya ?
9. Bahasa Sebagai Sistem
Bahasa bukanlah unsur yang terkumpul secara tak
beraturan.
Karena bersistem maka bahasa bersifat sitematis:
bahasa dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas
yang berkombinasi denga kaidah-kaidah yang dapat
diramalkan.
Selain itu bahasa juga sistemis: bahasa bukanlah
sistem yang tunggal melainkan terdiri dari beberapa
subsistem yakni subsistem fonologi, subsistem
gramatika dan subsistem leksikon.
10. Bahasa adalah sistem lambang
penggunaannya berdasarkan perjanjian dan
untuk memahaminya harus dipelajari.
Karena lambang maka bermakna: berkaitan
dengan segala aspek kehidupan dan alam
sekitar masyarakat pemakainya.
Karena lambang maka konvensional: harus
dipelajari dan disepakati oleh pemakainya.
11. Bahasa adalah sistem bunyi: Wujud alamiah
bahasa adalah bunyi.
Bersifat arbitrer: tak ada hubungan wajib
antara satuan-satuan bahasa dengan yang
dilambangkannya.
Bersifat produktif:: unsurnya terbatas tetapi
dipakai secara tidak terbatas oleh
pemakainya. Abjad sedikit, kata
banyak, kalimat lebih banyak lagi.
12. Bersifat unik: setiap bahasa mempunyai sistem
yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain.
Bersifat universal. Ada sifat bahasa yang bersifat
umum ada yang agak umum/ agak universil.
Bahasa memiliki variasi, dialek, sosiolek dll.
Berfungsi mengidentifikasikan diri. Dengan ciri khas
bahasa maka suatu kelompok sisial berbeda
dengan kelompok sosial yang lain. Bahasa
menunjukkan bangsa.
13. RUANG LINGKUP LINGUISTIK
Mikrolinguistik
Bidang teoritis
Umum (1) Teori Linguistik
(2) Linguistik deskriptif
(3) Linguistik historis komparatif
Khusus(1) Linguistik deskriptif
(3) Linguistik historis komparatif
15. Makrolinguistik
Bidang terapan
Pengajaran bahasa
Penterjemahan
Leksikografi
Fonetik terapan
Sosiolinguistik terapan
Pembinaan bahasa internasional
Pembinaan bahasa khusus
Linguistik medis
Grafologi
Mekanolinguistik
17. HAKIKAT BAHASA
A. Chaedar Alwasiah
Sistematik
Manasuka (Arbitrer)
Ucapan/vokal/bunyi
Simbul
Mengacu pada dirinya
Manusiawi
Komunikasi
18. HAKEKAT BAHASA
Mansoer Pateda
Berwujud deretan bunyi yang bersistem
Sebagai alat (instrument), mengganti
(represent)
Bersifat individual
Bersifat koperatif
19. HAKEKAT BAHASA
Harimurti Kridalaksana
1. System 7. Produktif
2. Lambang 8. Unik
3. Bermakna 9. Universal
4. Konvensional 10. Mempunyai variasi
5. Bunyi 11. Mengidentifikasikan
6. Arbitrer diri
20. SISTEM-SISTEM (UNIT ANALISIS)
Sistem Fonologi
Di Amerika fonologi terbagi atas Fonemik dan
Fonetik
Di Eropa (Ingris, Belanda) Fonemik disebut
fonologi. Jadi ada fonologi dan fonetik.
21. Fonetik
Fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi
bahasa
Ada tiga cabang ilmu fonetik:
22. JENIS FONETIK
Fonetik artikulatoris: bagaimana serta alat ucap
yang mana bunyi bahasa dihasilkan. Bunyi yang
dihasilkan ditulis dengan tulisan fonetik.
Fonetik akustis: mempelajari bunyi bahasa sebagai
gelombang bunyi. Dengan alat khusus (spektograf)
didapat grafik yang menunjukkan
frekuensi, intensitas, dan waktu bunyi bahasa
tertentu. Perlu ilmu matematika dan fisika.
Fonetik auditoris: Menyelidiki bunyi bahasa sebagai
sesuatu yang diterima oleh pendengar. Menjadi
objek ahli syaraf.
24. ALAT UCAP
6. .Anak tekak
7. .Bibir bawah
8. .Gigi bawah
9. .Ujung lidah
10. .Daun lidah
11. .Tengah lidah
12. Punggung lidah
13. Glotis
1. Bibir atas 14. Rongga mulut
2. Gigi atas 15. Rongga hidung
3. Gusi 16. Rongga tekak
4. Langit-langit keras 17. Pangkal
5. Langit-langit lunak tenggorokan
25. Aliran Udara
Tiga macam mekanisme aliran udara:
mekanisme aliran udara paru-paru;
mekanisme aliran udara glotal, dan
mekanisme aliran udara langit-langit lunak.
Hanya mekanisme aliran udara paru-paru yang dipergunakan menghasilkan bunyi bahasa.
Mekanisme aliran udara paru-paru terdiri dari paru-paru dan otot-otot pernapasan. Otot-
otot itu menggerakkan paru-paru yang merupakan pemangkal atau inisiator sehingga
udara dikeluarkan atau dimasukkan.
Aliran udara ke luar (egresif) digunakan dalam berbicara. Aliran udara ke dalam
(ingresif) menyertai peristiwa nonlinguistis seperti menguap atau mendengkur.
Aliran udara paru-paru (pulmonik) yang keluar masuk paru-paru melewati batang
tenggorokan (trachea) yang pada bagian atasnya terdapat pangkal tenggorokan (atau
larings) atau kotak suara. Pada kotak suara terdapat pita-pita suara, memanjang dari
depan ke belakang di bagian atas pangkal tenggorokan.
Celah di antara pita-pita suara yang merupakan pintu dari batang tenggorokan ke
tenggorokan disebut glotis. Pita-pita suara dapat mengubah-ubah posisinya dengan
merapatkan, mendekatkan, ataupun menjauhkan satu sama lain, keadaan glotis pun
ikut berubah-ubah. Keadaan glotis itu merupakan salah satu ciri yang ikut menentukan
macam bunyi yang terjadi.
26. Tiga Macam Keadaan Glotis
Jika pita-pita suara berjauhan, sehingga glotis menjadi terbuka cukup
lebar, udara bisa keluar dengan bebas. Keadaan ini terjadi bila kita bernapas
atau bila kita sedang mengucapkan bunyi tak bersuara seperti s,f,p.t,dan k.
Jika pita-pita suara berdekatan, sehingga glotis menjadi sempit, udara yang
hendak kelar menjadi agak terhambat. Akibatnya udara yang terpaksa melewati
celah yang sempt itu menggetarkan pita-pita suara. Getaran ini menimbulkan
bunyi yang disebut suara. Karena itu, bunyi yang dihasilkan dengan keadaan
glotis menyempit seperti itu misalnya o, i, z, m, dan g, disebut bunyi bersuara.
Getaran suara dapat kita rasakan bila kita memegang bagian luar tenggorokan
bagian depan atau menutup telinga pada waktu kita mengucapkan bunyi
bersuara.
Jika pita-pita suara merapat dengan kekuatan yang cukup untuk mencegah
terbukanya pita-pita itu, dengan kata lain glotis menjadi tertutup sama
sekali, aliran udara sama sekali terhambat dan paru-paru tidak mempunyai
hubungan dengan udara luar. Membuat penutupan seperti ini memang fungsi
yang asli dari pita-pita suara, misalnya pada waktu kita batuk atau menahan
beban yang berat. Penutupan ini juga menghasilkan bunyi bahasa yang disebut
hambat glotal atau hamzah.
27. Dua Jalan Keluar Aliran Udara
Hidung dan mulut
Jalan melalui hidung dapat dibuka atau ditutup oleh suatu klep yang berada
pada persimpangan jalan ke luar. Klep ini disebut anak tekak (uvula)
Dalam rongga mulut bagian atas terdapat langit-langit keras (palatum) dan
langit-langit lunak (velum). Palatum berada di belakang gigi depan atas. Velum
terletak di belakang langit-langit keras sampai ke anak tekak yang juga lunak.
Langit-langit keras tak dapat bergerak, langit-langit lunak dapat digerakkan ke
atas dan ke bawah oleh otot-otot yang ada padanya.
Langit-langit lunak (atau velum) merupakan bagian yang menguasai jalan udara
melalui hidung. Bila langit-langit lunak bergerak ke bawah maka jalan udara ke
hidung terbuka, tetapi bila langit-langit lunak bergerak ke atas dan merapat
pada dinding belakang rongga tekak (kerongkongan atau farings) maka jalan
udara ke hidung tertutup.
Bila langit-langit lunak naik, satu-satunya jalan ke luar aliran udara ialah melalui
mulut; sedangkan bila turun, udara dapat ke luar melalui kedua jalan, yaitu
melalui mulut dan melalui hidung. Tiap bunyi yang dihasilkan tanpa penutupan
langit-langit lunak disebut bunyi sengau atau nasal, sedangkan tiap bunyi yang
dihasilkan dengan penutupan langit-langit lunak disebut bunyi mulut atau oral
(lihat gambar)
28. Analisis bunyi: vokal dan konsonan
Bunyi-bunyi bahasa tidak diucapkan lepas-lepas dalam
ujaran, melainkan selalu dalam rangkaian dengan bunyi-bunyi lain.
Karena itu, untuk mempelajari bunyi bahasa itu satu persatu, kita perlu
memecah rangkaian tempat bunyi itu berada.
Rangkain bunyi yang dapat kita pakai untuk memulai pekerjaan
kita ialah suku kata, karena suku kata inilah bentuk yang paling kecil
yang dapat diucapkan.
Analisa suku kata menghasilkan segmen (segmen) yang terdiri
dari dua kelas, yaitu vokal dan konsonan. Segmen vokal ditandai oleh
tidak adanya hambatan yang berarti terhadap udara yang keluar.
Segmen inilah yang biasanya menjadi puncak dari suku kata yang
mengandung segmen itu. Sebagai puncak suku kata, vokal merupakan
segmen yang paling nyaring. Sebaliknya, jika sebuah segmen ditandai
oleh hambatan sempurna terhadap udara atau hambatan yang
menyebabkan gangguan lokal terhadap udara, segmen itu adalah
konsonan. Konsonan pada umumnya tidak merupakan puncak suku
kata, karena kenyaringannya yang rendah
29. Konsonan
Telah kita sebutkan bahwa pada pembentukan konsonan aliran udara menemui berbagai hambatan atau penyempitan. Sifat dan tempat
hambatan atau penyempitan inilah yang banyak memberikan ciri kepada konsonan yang terjadi. Penutupan atau penyempitan dapat terjadi di mana
saja menurut kemampuan alat-alat ucap kita.
Untuk memberikan suatu konsonan kita harus memperlihatkan ukuran-ukuran berikut.
Pertama, bagaimana posisi glotis. Jika glotis dalam keadaan terbuka, maka konsonan itu konsonan tak bersuara; sedangkan jika glotis
menyempit dan pita suara bergetar, maka konsonan itu konsonan bersuara.
Kedua, artikulator mana yang aktif menghalangi udara. Artikulator aktif ialah alat ucap yang secara aktif bergerak menghalangi perjalanan
udara, terutama bibir bawah dan lidah. Karena lidah dapat melakukan penghalangan yang bermacam-macam dengan bagian lidah yang berbeda-
beda, lidah dibagi menjadi beberapa bagian. Banyaknya bagian bergantung kepada keperluan ketelitian pemerian. Di sini kita ak an membagi lidah
menjadi ujung lidah, daun lidah (yang berada di belakang ujung lidah bertentangan dengan gusi atas depan jika sedang istiraha t), tengah lidah (yang
berada di bawah langit-langit keras), dan punggung lidah atau belakang lidah (yang berada di bawah langit-langit lunak).
Konsonan yang menggunakan bibir bawah bagian artikulator aktif disebut konsonan labial, misalnya p, b, dan m. Konsonan yang
berartikulator ujung lidah, misalnya O, disebut konsonan apikal. Yang berartikulator daun lidah misalnya c dan j, disebut konsonan laminal; sedangkan
yang verartikulator punggung lidah, seperti g dan k, disebut konsonan dorsal.
Ketiga, bagian mana yang menjadi artikulator pasif. Artikulator pasif adalah alat ucap yang pada umumnya tidak bergerak yang disentuh
atau didekati artikulator aktif. Artikulator pasid yang disebut juga titik artikulasi atau daerah artikulasi, terdiri dari bibir atas, gigi atas, gusi atas, langit-
langit keras, langit-langit kunak, dan dinding belakang kerongkongan. Pembagian artikulator pasif ini juga dilakukan menurut keperluan ketelitian
pemerian.
Konsonan yang memakai artikulator pasif bibir atas disebut konsonan labial, misalnya b dan m; yang berartikulator pasif gigi atas disebut
konsonan dental, misalnya Q; yang menggunakan langit-langit keras disebut konsonan palatal, misalnya c dan j; dan yang menggunakan langit-langit
lunak, misalnya k dan g, disebut konsonan velar.
Keempat, bagaimana cara menghalangi udara. Cara menghalangi udara yang disebut juga cara (ber)artikulasi, adalah cara artikulator aktif
menghalangi udara di daerah artikulasinya. Tujuh cara berartikulasi diberikan di bawah ini
Ertikulator menghambat sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat di belakang penutupan itu. Cara ini menghasilkan konsonan hambat. Karena
pembukaan hambatan ini menyebabkan terjadinya letupan, konsonan hambat disebut juga konsonan letupan. Contoh konsonan ini ial ah : p, t, k, b, d, g.
Artikulator aktif mendekati artikulator pasof, membentuk velah sempit sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. Cara ini
menghasilkan kondonan geseran atau frikatif, misalnya f, s, dan z.
Artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator p-asif. Cara ini merupakan gabungan cara (1)
dan (2) dan menghasilkan konsonan paduan atau afrikat, misalnya t dan d dalam kata inggris chair dan bridge.
Artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui rongga mulut tetapi membiarkan udara melewati rongga hidung dengan beb as. Cara
berartikulasi ini menghasilkan kondonan sengauan atau nasal, misalnya m dan n.
Artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif seperti dalam pengucapan r. Cara ini menghasilkan konsonan getar atau tril.
Artikulator akhtif menghambat udara di bagian tengah mulut, tetapi membiarkan udara ke luar melewati samping lidah, seperti penguvapan l. Konsonan
yang dihasilkan dengan cara ini disebut kondonan sampingan atau lateral.
Dengan saliran udara di tengah mulut artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka (seperti dalam pembentukan
vokal), tetapi tidak cukup sempit untuk dapat menghasilkan geseran. Cara ini menghasilkan kondonan hampiran atau aproksiman, misalnya w dan y.
30. 4.3.2 Penamaan konsonan
Konsonan diberi nama dengan menyebutkan secara berurut
cara berartikulasi, artikulator aktif dan daerah artikulasi, dan
keasaan glotis. Dibawah ini diberikan beberapa contoh.
t adalah konsonan letupan lamino-alveolar tak bersuara
d adalah konsonan letupan lamino-alveolar bersuara
g adalah konsonan letupan dorso-velar bersuara
s adalah konsonan geseran lamino-alveolar tak bersuara
m adalah konsonan sengauan labio-labial bersuara atau
sengauan bilabial bersuara
31. 4.3.3 Vokal
Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan tanpa penutupan atau penyempitan di
atas glotis. Bunyi vokal berbeda-beda menurut bentuk rongga di atas glotis yang dilalui
udara pada saat pengucapan vokal-vokal itu. Kebanyakan vokal dibuat dengan menutup
jalan udara melalui hidung. Jika dalam pembuatan vokal jalan ke hidung dibuka juga, maka
yang terjadi adalah vokal sengau seperti yang terdapat dalam kata-kata Prancis
bon, grand, dan vin, atau seperti bunyi huruf a dalam kata mangkir.
Bentuk rongga terutama dipengaruhi oleh posisi lidah dan bentuk bibir. Lidah yang
lincah itu dapat bergerak ke depan, ke belakang, ke bawah, ke atas. Bibir dapat membulat
atau memipih. Sekarang dapat kita katakan bahwa kualitas vokal ditentukan oleh tiga
faktor: faktor maju-mundurnya lidah, faktor naik-turunnya lidah, dan faktor bentuk bibir.
Untuk pembicaraan tahap pengantar ini kita akan membagi gerak horisontal menjadi
tiga posisi : depan, pusat, belakang; gerak vertikal menjadi tiga: tinggi atau
atas, tengah, rendah atau baeah; bentuk bibir menjadi dua: bulat dan tak bulat. Berdasar
pembagian itu kita menggolongkan vokal sebagai vokal depan, vokal pusat, vokal
belakang, vokal tinggi atau atas, vokal tengah, vokal rendah atau bawah, vokal bulat atau
vokal tak bulat.
Vokal depan, misalnya i dan e, dibuat dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi
depan di rongga mulut. Vokal belakang, misalnya u dan o, dibuat dengan bagian tertinggi
dari lidah pada posisi belakang di rongga mulut. Vokal tinggi, misalnya i dan u, dibuat
dengan bagian tertinggi dari lidah pada posisi tinggi di rongga mulut. Demikian
seterusnya, setiap possis menunjukkan letak bagian yang tertinggi dari lidah. Vokal
bulat, misalnya u dan o, dibuat dengan membulatkan bibir; sedangkan vokal tak
bulat, misalnya i dan e, dibuat dengan tidak membulatkan bibir.
32. Penamaan vokal
Vokal diberi nama dengan menyebutkan faktor
maju mundurnya lidah, faktor naik-turunnya
lodah, dan faktor bentuk bibir, misalnya,
i adalah vokal depan tinggi (atau atas) tak bulat
u adalah vokal belakang tinggi (atau atas) bulat
e adalah vokal depan tengah tak bulat
ə adalah vokal pusat tengah tak bulat
a adalah vokal depan rendah (atau bawah) tak bulat
ɑ adalah vokal pusat rendah (atau bawah) tak bulat
34. 4.3.5 Diftong
Dalam banyak bahasa terdapat rangkaian bunyi yang segmen
pertamanya berupa vokal dan segmen keduanya berupa bunyi
hampiran. Rangkaian ini selalu berada dalam satu suku kata.
Karena ciri bunyi hampiran dekat sekali dengan ciri vokal, banyak
orang mengatakan bahwa segmen yang kedua tersebut adalah vokal.
Karena itu rangkaian demikian dahulu disebut vokal rangkap. Sebutan
vokal rangkap sebenarnya kurang tepat. Dua vokal yang kebetulan
muncul berurutan selalu merupakan angguta dari dua suku kata. Jika
demikian maka diftong sebenarnya adalah sebuah vokal.
Diftong dibedakan berdasarkan tinggi rendah posisi unsur-unsurnya.
Jika posisi bunyi keduanya lebih tinggi (misal pada kata gulai) disebut
diftong naik (rising diphtong), sebaliknya disebut diftong tutun (falling
diphtong) misal: ear dalam bahasa Inggris.
Gambar berikut menunjukkan arah pergerakkan unsur pertama ke
unsur kedua dari diftong.
36. Tulisan Fonetis
Pembicaraan secara tertulis mengenai bunyi bahasa memerlukan alat
ayau cara untuk menunjukkan bunyi-bunyi tersebut. Alat itu disebut tulisan atau
abjad fonetik yang berupa huruf-huruf Latin dengan beberapa huruf tambahan
dan tanda-tanda pemerlain (atau tanda diakritik).
Sebagai contoh penggunaan huruf tambahan dapat dikemukakan huruf ə
dan ŋ yang melambangkan bunyi huruf e dan ng dalam kata senang. Tanda
diakritik ~ pada ã misalnya, menunjukkan ciri sengau vokal itu; sedangkan
tanda : sering dipakai untuk menunjukkan panjang.
Huruf tambahan dan tanda pemerlain itu diperlukan mengingat bahwa
jumlah atau macam bunyi bahasa melebihi jumlah huruf dalam abjad latin.
Setiap huruf dalam tulisan fonetis melambangkan satu bunyi bahasa. Huruf-
huruf itu ditulis dalam kurung siku [ ]. Berikut ini adalah sebagian dari simbol
fonetik yang ditetap kan oleh IPA (International Phonetics Asosiation). Daftar
simbol fonetik selengkapnya dapat dilihat pada situs WWW.ipa.com atau
WWW.uefap.com.
38. Asimilasi Fonetis
Saling pengaruh diantara bunyi-bunyi yang saling
berangkai, dengan akibat bunyi-bunyi tersebut
menjadi sama atau mirip.
Contoh: vokal yang berada dalam satu rangkaian
dengan konsonan sengau dalam bahasa Indonesia
pada umumnya memperoleh warna sengau, seperti
dalam kata lengang [l∂ŋăŋ]. Vokal yang berada
dalam suku kata tertutup (yakni suku kata yang
berakhir dengan konsonan) cenderung lebih pendek
daripada yang terdapat dalam suku kata terbuka
(yakni suku kata yang berakhir dengan vokal).
39. Unsur Suprasegmental
Unsur-unsur seprasegmental: panjang pendek, tekanan, dan nada.
Panjang-pendek suatu bunyi bahasa menunjukkan lama waktu
dipertahankannya posisi alat ucap.
Dalam tulisan fonetik, tanda : dan :: atau lambang rangkap seperti
tt, kk, dan ss dapat dipakai untuk menandai panjang.
Keras lemahnya tekanan ditandai oleh gerak alat-alat ucap yang
lebih bertenaga dan menggunakan otot-otot yang lebih tegang
dalam menghasilkan bunyi.
Dalam tulisan fonetik tanda / menunjukkan tekanan keras, ^ untuk
tekanan sekunder, dan untuk tekanan tersier.
Nada didasarkan pada frekuensi getaran yang ditimbulkan pita
suara. Makin tinggi frekuensi makin tinggi nadanya.
Dalam tulisan fonetik nada ditandai dengan angka. Angka 1,2,3, dan
4 berturut-turut menunjukkan nada rendah, normal, tinggi, dan amat
tinggi.
40. Fonemik
Tidak semua perbedaan bunyi menimbulkan perbedaan makna (fungsional)
Orang awam pada umumnya hanya memperhatikan perbedaan yang
fungsional, yang dalam bahasanya berfungsi membedakan makna.
Fungsional atau tidak perbedaan suatu bunyi bergantung kepada
bahasanya. Fungsional dalam bahasa Indonesia tidak harus fungsional
dalam bahasa lain.
Contoh, perbedaan r dengan l yang jelas terdengar oleh para pemakai
bahasa Indonesia pada umumnya tidak akan terdengar oleh telinga Jepang
atau Mandarin, karena perbedaan itu tidak bersifat fungsional dalam
bahasa Jepang atau Mandarin. Sebaliknyam bagi pembicara bahasa
lain, perbedaan i pertama dengan i kedua dalam kata pemimpin mungkin
terdengar jelas sekali.
41. Fonem
Dalam tiap bahasa, orang secara tidak sadar mengelompokkan berbagai
bunyi yang diucapkannya ke dalam satuan-satuan fungsional terkecil yang
disebut fonem. Fonem, penggolongan fonem, distribusi fonem adalah hal-
hal yang dipelajari dalam fonemik.
Berdasarkan keterangan di atas dapatlah dikatakan fonem adalah abstraksi
dari bunyi-bunyi bahasa.
Walaupun fonem tidak sama dengan bunyi bahasa, fonem diberi nama
sesuai dengan nama salah satu bunyi bahasa yang merealisasikannya.
Nama-nama itu misalnya konsonan bilabial, konsonan bersuara, konsonan
geseran velar bersuara, vokal depan atas, dan sebagainya. Lambang yang
digunakanpun sama dengan yang digunakan untuk melambangkan bunyi.
Bedanya, lambang fonem ditaruh di antara dua garis miring, sedangkan
lambang bunyi ditaruh dalam tanda kurung suku. Jadi, misalnya, /m/ adalah
fonem konsonan sengau bilabial, sedangkan [m] adalah bunyi konsonan
sengau bilabial.